Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data
Dalam pembelajaran PAI, keterlibatan siswa dalam menemukan konsep
sangat diperlukan, karena dengan dilibatkannya siswa dalam penemuan
konsep, maka siswa akan lebih memahami konsep tersebut sehingga prestasi
belajar meningkat. Jadi, layanan pembelajaran cooperative learning model
Group Investigation sangat tepat karena layanan pembelajaran cooperative
learning model Group Investigation adalah layanan metode belajar yang
menekankan pada keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar, yaitu
siswa belajar secara berkelompok. Siswa menggunakan kelompok untuk
menyelesaikan tugas-tugas dalam belajar, siswa saling memiliki
ketergantungan yang positif, dan siswa secara individu memiliki tanggung
jawab terhadap keberhasilan belajar. Jadi dengan layanan pembelajaran
cooperativelearning model Group Investigationdalam proses belajar mengajar
akan meningkatkankan pemahaman tentang materi yang dipelajarinya sehingga
prestasi belajar meningkat.
1. Deskripsi Kondisi Awal
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas XI IPA 2
SMA Negeri 1 Sebatik Tengah banyak masalah yang dihadapi. Hal ini
disebabkan proses pembelajaran PAI hanya mentransfer konsep-konsep
yang termuat dalam buku teks. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
kebanyakan proses pembelajaran PAI masih berpusat pada guru dan kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya
sendiri melalui metode diskusi. Dari hasil pengamatan peneliti, siswa
belum pernah diajarkan untuk berpikir kritis dan mayoritas siswa masih
rendah kemampuan pemecahan masalah. Keterampilan diskusi perlu
ditanamkan sejak dini karena merupakan dasar yang diperlukan untuk
memahami masalah-masalah PAI yang begitu banyak dan tidak mungkin
dipelajari secara keseluruhan di kelas, maka sangat diperlukan
membekali siswa dengan hal ini. penyelesaian. Terbukti dengan mereka

35
36

hanya menuliskan hasil akhirnya saja tanpa memperhatikan proses


pengerjaannya. Mereka tidak menguraikan tahapan pemecahan masalah
seperti memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan
penyelesaian dan mengecek kembali hasil penyelesaian. Hal ini
disebabkan siswa belum terbiasa menyelesaikan soal sebagaimana halnya
peneliti harapkan.
Penjelasan mengenai kondisi awal pembelajaran sebagaiman tabel di
bawah ini :
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran pada
Kondisi Awal

Kondisi Awal
No Ketagori
Jumlah %
1 Tuntas 5 22.73
2 Belum Tuntas 17 77.27
Jumlah 22 100
Nilai terendah 50.00
Nilai tertinggi 80.00
Rata – rata 66.36
Ketuntasan 22.73

Dari penjelasan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil


observasi awal kelas hanya 5 orang yang mendapat nilai nilai >= 75 atau
sekitar 22,73% saja yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), sedangkan 17 orang atau sekitar 77,27% yang belum
mencapai KKM. Penjelasan mengenai aktivitas belajar siswa pada
observasi keadaan awal menunjukkan hal-hal sebagaimana dijelaskan tabel
di bawah ini.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada
Kondisi Awal

No Uraian Jumlah Ket


1 Siswa Tuntas 7
2 Persentase Tuntas 31.82
3 Siswa Belum Tuntas 15
4 Persentase Belum Tuntas 68.18
5 Ketuntasan Klasikal 31.82
37

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 22 siswa terdapat 7


orang yang tuntas belajar (31,82%) dilihat dari aktivitas belajar, sedangkan
15 siswa (68,18%) belum tuntas dilihat dari aktivitas belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi awal siswa terhadap
pembelajaran PAI serta berbagai hambatan-hambatan yang muncul,
maka peneliti bersama guru kelas yang diteliti, melakukan kolaborasi
untuk mengatasi hambatan dan kesulitan yang ditemukan, peneliti
bersama guru kelas yang bertindak sebagai obsever, menyusun dan
melaksanakan serangkaian perencanaan tindakan guna mengatasi
hambatan-hambatan tersebut, yang diakhiri pada sebuah kegiatan analisis
atau refleksi.
Pelaksanaan tindakan kelas disesuaikan dengan rencana
pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Pelaksanaan
tindakan penelitian kelas ini menekankan pada penggunaan metode
Group Investigation. untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa yang diupayakan dan dikondisikan berdasarkan tahapan-
tahapan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam tahap perencanaan
dengan mengimplementasikan rencana tersebut yang telah dirumuskan
oleh peneliti.
2. Deskripsi Siklus 1
a. Perencanaan
1) Dokumentasi kondisional yang meliputi tes yang akan digunakan,
daftar nilai, dan pedoman pengamatan.
2) Membuat skenario pembelajaran
3) Menyusun rencana pembelajaran
4) Membuat dan menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran.
5) Membuat laporan observasi sebagai pedoman pengamatan kegiatan.
6) Menyusun alat evaluasi.
b. Tindakan
Pada tindakan siklus 1 ini guru mata pelajaran menerapkan
pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI). Pelaksanaan
38

dalam pembelajaran ini di bagi dalam tiga tahap yaitu tahap awal, tahap
inti dan tahap akhir. Pada tahap awal guru dan observer memasuki
ruang kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sebatik Tengah. Kegiatan awal
yang dilakukan adalah membuka pelajaran dengan salam dan presensi
oleh guru kemudian dilanjutkan menjelaskan tentang kompetensi dasar
dan tujuan pembelajaran, guru juga memberikan contoh-contoh
sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi
pembelajaran kemudian melakukan tanya jawab dengan siswa untuk
memotivasi siswa.
Tahap selanjutnya adalah tahap inti. Yaitu guru menjelaskan
materi pelaksanaan penyelenggaraan jenazah dengan menggunakan
model pembelajaran yang sudah disiapkan. Setelah penyampaian materi
materi pelaksanaan penyelenggaraan jenazah selesai, guru meminta
siswa untuk membentuk kelompok yang dibentuk oleh guru. Kemudian
dijelaskan aturan dalam pembelajaran kooperatif dengan model Group
Investigation(GI). (1) semuasi siswa diharapkan untuk berkumpul di
kelompoknya masing-masing yang telah di bagi, (2) semua siswa
membaca materi yang telah dibagikan, (3) siswa mengumpulkan
informasi mengenai tema atau materi yang di bahas, (4) setelah itu
siswa mendiskusikan materi dengan teman satu kelompok, (4) setiap
siswa berhak mengeluarkan pendapat dalam forumnya masing-masing
sesuai materi diskusinya, (5) siswa yang paham memberikan penjelasan
dengan teman yang lain dalam satu kelompoknya, (6) apabila diskusi
tiap kelompok sudah selesai harap di presentasikan di depan kelas tiap
kelompok dan kelompok lain berhak memberikan sanggahan,
tanggapan ataupun pertanyaan sesuai dengan materi yang di bahas.
Pada saat siswa membentuk kelompok terjadi sedikit kegaduhan
karena siswa tidak suka apabila kelompoknya di bagikan, tetapi setelah
diberi penjelasan dan peringatan agar tidak gaduh dan dibantu dalam
pembagian kelompok maka suasana menjadi tenang kembali. Kemudian
guru memberi tugas untuk didiskusikan oleh masing-masing kelompok,
39

pada waktu diskusi guru berkeliling sambil memantau pekerjaan


kelompok dan membantu jika ada kelompok yang mengalami kesulitan
dalam mengerjakan tugasnya. Sebagian besar kelompok sudah dapat
bekerjaasama dengan baik, hal ini dapat dilihat dari aktivitas yang
dilakukan dalam tiap-tiap kelompok mereka mendengarkan pendapat
dari kelompok lain, maupun mengajukan pendapat. Namun masih ada
beberapa kelompok yang bersikap pasif dalam kelompoknya.
Setelah semua kelompok selesai berdiskusi guru meminta siswa
atau tiap kelompok untuk membacakan dan mempresentasikan hasil
diskusi kelompok mereka masing-masing, dan selama salah satu
kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusi, kelompok yang
lainnya atau peserta lainnya diminta untuk memberi tanggapan atau
mengajukan pertanyaan sesuai dengan bahasan tersebut. Karena waktu
pembelajaran hampir habis maka guru menyudahi diskusi dengan
memberikan kesimpulan dari semua pembahasan tentang materi
pelaksanaan penyelenggaraan jenazah dan setiap kelompok diminta
untuk mengumpulkan hasil diskusinya masing-masing.
Kegiatan selnjutnya yaitu tahap akhir, setelah diskusi selesai
kemudian diadakan evaluasi test siklus 1. Guru membagikan lembar
soal dan lembar jawab kepada siswa. Waktu yang diberikan kepada
siswa untuk menerjakan soal adalah 15 menit, setelah waktu habis guru
meminta siswa untuk mengumpulkan soal dan lembar jawab evaluasi
test yang telah dibagikan.
c. Observasi
Pengambilan data pada siklus I dilakukan peneliti bersama guru
pengamat. Kegiatan siswa dipantau melalui lembar observasi kegiatan
siswa dan hasil belajar siswa.
1) Aktivitas Belajar Siswa
Pada tahap pengamatan mengenai aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran PAI pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada
40

siklus pertama dengan menggunakan lembar observasi siswa, dapat


diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa
pada Siklus I

No Uraian Jumlah Ket


1 Siswa Tuntas 15
2 Persentase Tuntas 68.18
3 Siswa Belum Tuntas 7
4 Persentase Belum Tuntas 31.82
5 Ketuntasan Klasikal 68.18

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 22 siswa


terdapat 15 orang yang tuntas belajar (68,18%) dilihat dari aktivitas
belajar, sedangkan 7 siswa (31,82%) belum tuntas dilihat dari
aktivitas belajar. Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama
dengan teman sejawat sepakat untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada pelaksanaan siklus
kedua semua indikator keberhasilan dapat tercapai.
2) Hasil Belajar Siswa
Hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran PAI dengan
menerapkan penggunaan model pembelajaran tipe Group
Investigation pada siklus pertama sebagaimana diuraikan di bawah
ini :
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran PAI
pada Siklus I

Kondisi Awal
No Ketagori
Jumlah %
1 Tuntas 10 45.45
2 Belum Tuntas 12 54.55
Jumlah 22 100
Nilai terendah 60.00
Nilai tertinggi 80.00
Rata – rata 70.00
Ketuntasan 45.45
41

Dari tabel di atas tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif


Pembelajaran PAI pada Siklus I sebagaimana dijelaskan di atas dapat
diterangkan sebagai berikut:
a) Nilai rata-rata hasil belajar pada pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus pertama sebesar 70,00.
b) Jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 10 siswa atau sebesar
45,45%
c) Jumlah siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 12 siswa atau
sebesar 54,55%
Dari penjelasan sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil nilai tes formatif mengalami peningkatan dari kondisi
awal. Berdasarkan data-data sebagaimana disebutkan di atas, maka
peneliti bersama-sama dengan teman sejawat sepakat untuk
melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II, karena nilai rata-
rata hasil belajar baru mencapai angka 70,00 yang berarti masih berada
di bawah KKM sebesar 75,00 sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
telah ditetapkan dan tingkat ketuntasan belajar baru 45,45%. Hal ini
menunjukkan ketuntasan belajar belum mencapai 85% dari jumlah
seluruh siswa sesuai dengan indikator dan kriteria keberhasilan yang
telah ditentukan
d. Refleksi
Refleksi tindakan pada siklus I ini lebih difokuskan pada masalah
yang muncul selama tindakan. Berdasarkan deskripsi data siklus I,
maka dalam pembelajaran ditemukan permasalahan sebagai berikut:
1. Siswa kurang bekerja sama dalam menyelesaikan kerja kelompok,
siswa yang pandai lebih mendominasi dalam menyelesaikannya.
2. Kelompok tidak mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
3. Siswa kurang lancar dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok
bahkan ada kelompok yang tidak mempresentasikan hasil kalau tidak
dipaksa.
42

4. Perhatian dan bimbingan guru masih kurang merata, sehingga masih


ada kelompok yang menunggu bimbingan guru.
Berdasarkan temuan-temuan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus I belum mencapai target
yang diharapkan sehingga perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
3. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan
1) Dokumentasi kondisional yang meliputi tes yang akan digunakan,
daftar nilai, dan pedoman pengamatan.
2) Membuat skenario pembelajaran.
3) Menyusun rencana pembelajaran.
4) Membuat dan menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran.
5) Membuat laporan observasi sebagai pedoman pengamatan kegiatan.
6) Menyusun alat evaluasi.
b. Tindakan
Pada tahap awal kegiatan yang dilakukan oleh guru yaitu kegiatan
rutin dari awal tatap muka (memberikan salam dan presensi siswa).
Sebelum menjelaskan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil
belajar serta tujuan pembelajaran guru mengingatkan kembali materi
yang telah dibahas sebelumnya yaitu materi pelaksanaan
penyelenggaraan jenazah kemudian dilanjutkan dengan mengingatkan
kembali aturan main dalam pembelajaran kooperatif model Group
Investigation (GI). Sebelum memulai pembelajaran guru terlebih dahulu
menjelaskan tentang tujuan pembelajaran materi pelaksanaan
penyelenggaraan jenazah. guru juga memberikan contoh sederhana
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pelaksanaan
penyelenggaraan jenazah.
Kegiatan selanjutnya adalah tahap inti dimana guru menjelaskan
materi pelaksanaan penyelenggaraan jenazah. guru juga memanfaatkan
model pembelajaran yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah
menyampaikan materi selesai guru meminta siswa untuk membentuk
43

kelompok yang dibentuk oleh guru. Kemudian dijelaskan kembali secara


singkat aturan dalam pembelajaran kooperatif dengan model Group
Investigation (GI). (1) semuasi siswa diharapkan untuk berkumpul di
kelompoknya masing-masing yang telah di bagi, (2) semua siswa
membaca materi yang telah dibagikan, (3) siswa mengumpulkan
informasi mengenai tema atau materi yang di bahas, (4) setelah itu siswa
mendiskusikan materi dengan teman satu kelompok, (5) setiap siswa
berhak mengeluarkan pendapat dalam forumnya masing-masing sesuai
materi diskusinya, (6) siswa yang paham memberikan penjelasan dengan
teman yang lain dalam satu kelompoknya, (7) apabila diskusi tiap
kelompok sudah selesai harap di presentasikan di depan kelas tiap
kelompok dan kelompok lain berhak memberikan sanggahan, tanggapan
ataupun pertanyaan sesuai dengan materi yang di bahas. Langkah
selanjutnya adalah guru memberikan tugas untuk didiskusikan oleh
masing-masing kelompok. Sementara diskusi sedang berlangsung guru
berkeliling untuk memanatau dan memberikan bimbingan bagi kelompok
yang merasa kesulitan. Sebagian besar kelompok sudah dapat bekerjaa
sama dengan baik, hal ini dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan
dalam tiap-tiap kelompok, mereka mendengarkan pendapat dari anggota
kelompok lain, mengajukan pendapat maupun membagi tugas dalam
kelompok.
Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya,
selanjutnya guru meminta masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi dari kelompok masing-masing di depan
kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan atau
mengajukan pertanyaan sesuai bahasan kelompok tersebut. Dalam
diskusi kali ini siswa terlihat lebih antusias mengikuti jalannya diskusi.
Karena waktu pembelajaran hampir habis maka guru menyudahkan
diskusi tersebut dengan memberikan kesimpualan dari semua
pembahasan tentang pokok bahasan materi pelaksanaan penyelenggaraan
44

jenazah dan tiap kelompok diminta untuk mengumpulkan hasil


diskusinya masing-masing.
Pada tahap akhir setelah diskusi selesai kemudian diadakan
evaluasi test siklus II, guru memberikan lembar soal dan lembar jawaban
kepada siswa waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengerjakan
soal tersebut adalah sekitar 15 menit. Dalam mengerjakan soal tersebut
siswa terlihat lebih tertib dan siswa membutuhkan waktu yang relatif
lebih cepat untuk mengerjakan soal tersebut. Setelah selesai mengerjakan
soal, guru meminta siswa untuk mengumpulkan soal evaluasi test dan
lembar kerja siswa yang telah dibagikan.
c. Observasi
Pengambilan data pada siklus II dilakukan peneliti bersama guru
pengamat. Kegiatan siswa dipantau melalui lembar observasi kegiatan
siswa dan hasil belajar siswa.
1) Aktivitas Belajar Siswa
Pada tahap pengamatan mengenai aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran PAI dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa
Pembelajaran PAI pada Siklus II

No Uraian Jumlah Ket


1 Siswa Tuntas 21
2 Persentase Tuntas 95.45
3 Siswa Belum Tuntas 1
4 Persentase Belum Tuntas 4.55
5 Ketuntasan Klasikal 95.45

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 22 siswa


terdapat 21 orang yang tuntas belajar (95,45%) dilihat dari
kemampuan belajar. Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama
dengan teman sejawat menyimpulkan bahwa hasil pengamatan
terhadap peningkatan kemampuan belajar sudah mencapai angka di
atas 85%, sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan
berhasil dan tuntas pada siklus II.
45

2) Hasil Belajar Siswa


Hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran PAI dengan
menerapkan penggunaan model pembelajaran tipe Group
Investigation pada siklus kedua sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran PAI
pada Siklus II

Kondisi Awal
No Ketagori
Jumlah %
1 Tuntas 20 90.91
2 Belum Tuntas 2 9.09
Jumlah 22 100
Nilai terendah 70.00
Nilai tertinggi 100.00
Rata – rata 84.51
Ketuntasan 90.91

Dari tabel di atas tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif


Pembelajaran PAI pada Siklus II di atas dapat diterangkan sebagai
berikut:
1) Nilai rata-rata hasil belajar pada pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus kedua sebesar 84,51.
2) Jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 20 siswa atau sebesar
90,91%
3) Siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 2 siswa atau sebesar
9,09 dari jumlah 22 siswa secara keseluruhan
Dari penjelasan sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil nilai tes formatif mengalami peningkatan dari siklus I.
Melihat hasil-hasil proses pembelajaran tersebut, maka peneliti
bersama-sama dengan teman sejawat menyimpulkan bahwa hasil tes
hasil belajar menunjukkan hasil 86,36, yang berarti sudah melebihi
KKM minimal 75, dengan jumlah siswa yang telah tuntas belajar
sebanyak 20 siswa atau 90,91,%. Hal ini menunjukkan bahwa
ketuntasan belajar juga telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar
46

86% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan


tuntas pada pelaksanaan siklus II.
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu
berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian
rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama
dalam penerapan model pembelajaran tipe Group Investigationdi
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan model
pembelajaran tipe Group Investigation.
2) Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru
terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya
segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai
penonton.
3) Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang model pembelajaran
tipe Group Investigation.
4) Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
5) Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi
yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan model pembelajaran tipe Group
Investigationdapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model
pembelajaran tipe Group Investigationdi kelas dan menyesuaikan
dengan materi yang akan diajarkan.
2) Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas
merupakan kelas heterogen.
3) Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang model pembelajaran
tipe Group Investigation.
4) Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku
sumber.
47

5) Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan


informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
B. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan analisa terhadap data yang diperoleh, maka hasil
penelitian dapat dirangkum sebagai berikut :
a. Hasil belajar
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari dua
siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran tipe Group Investigation pada
pembelajaran PAI menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap
hasil proses pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil belajar Siswa pada Pembelajaran PAI
pada Studi Awal, Siklus I dan Siklus II

Kondisi Awal Siklus I Siklus I


No Kategori
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1 Tuntas 5 22.72 10 45.45 20 90.91
2 Belum Tuntas 17 77.27 12 54.55 2 9.09
Jumlah 22 100 22 100 22 100
Nilai Terendah 50 60 70
Nilai Tertiggi 80 90 100
Rata-Rata 66.29 74.62 84.57

Dari tabel di atas dapat dijelaskan peningkatan nilai hasil dan ketuntasan
belajar siswa pada siklus I dan II secara terperinci sebagai berikut :
a. Siswa Tuntas Belajar
a. Pada temuan awal siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa atau 22,72%
dari 22 siswa.
b. Pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa atau 45,445% dari
22 siswa
c. Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa atau 90,91% dari
22 siswa
48

b. Siswa Belum Tuntas Belajar


a. Pada temuan awal siswa yang belum tuntas sebanyak 17 siswa atau
77,27% dari 22 siswa.
b. Pada siklus I siswa yang belum tuntas sebanyak 12 siswa atau 54,55%
dari 22 siswa
c. Pada siklus II siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa atau 9,09%
dari 22 siswa
Dalam bentuk diagram batang sebagaimana dijelaskan di bawah ini :

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Nilai Rata-Rata dan Ketuntasan


Ketuntasan Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II

b. Aktivitas Belajar Siswa


Keberhasilan proses perbaikan pembelajaran tidak hanya dilihat dari
peningkatan hasil belajar atau nilai tes formatif saja. Aktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran juga merupakan indikator keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Data kemampuan siswa diperoleh dari lembar
observasi yang telah diisi oleh observer selama perbaikan pembelajaran
berlangsung. Fokus observasi difokuskan pada aspek-aspek antusiasme
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, interaksi siswa dengan
guru dan interaksi siswa dengan siswa, aktivitas belajar siswa dalam
diskusi kelompok, aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran
49

Dari hasil analisis peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap


siklus perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas belajar Siswa pada
Pembelajaran PAI pada Studi Awal, Siklus I dan Siklus II

Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas


No Uraian
Frekuensi % Frekuensi %
1 Awal 7 31.82 15 68.18
2 Siklus I 15 68.18 7 31.82
3 Siklus II 21 94.45 2 4.55

Dari data pada tabel di atas dapat diperoleh keterangan sebagai


berikut
a. Siswa tuntas dilihat dari aktivitas belajar
1. Pada temuan awal, siswa tuntas dilihat dari aktivitas belajar sebanyak
7 siswa atau 31,82 % dari 22 siswa.
2. Pada siklus I, siswa tuntas dilihat dari aktivitas belajar sebanyak 15
siswa atau 68,18% dari 22 siswa.
3. Pada siklus II, siswa tuntas dilihat dari aktivitas belajar sebanyak 21
siswa atau 95,45% dari 22 siswa.
b. Siswa yang belum tuntas dilihat dari aktivitas belajar
1. Pada temuan awal, siswa belum tuntas dilihat dari aktivitas belajar
sebanyak 15 siswa atau 68,18 % dari 22 siswa.
2. Pada siklus I, siswa belum tuntas dilihat dari aktivitas belajar sebanyak
7 siswa atau 31,82 % dari 22 siswa.
3. Pada siklus II, siswa belum tuntas dilihat dari aktivitas belajar
sebanyak 1 siswa atau 4,55 % dari 22 siswa
Secara jelas peningkatan aktivitas belajar siswa yang dinilai
menggunakan 8 indikator yaitu antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran , interaksi siswa dengan guru dan interaksi siswa dengan siswa,
aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelompok, aktivitas siswa dalam
melaksanakan pembelajaranselama proses perbaikan pembelajaran
sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah ini :
50

Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Aktivitas


Belajar Siswa Pada Siklus I dan II

Dari hasil observasi mengenai aktivitas belajar siswa tersebut


berdasarkan kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran dapat disimpulkan
bahwa proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil karena peningkatan
aktivitas belajar siswa mencapai angka 95,45 % dari 85% batasan minimal
yang telah ditentukan pada kriteria keberhasilan proses perbaikan
pembelajaran.
C. Pembahasan
Secara umum berdasarkan temuan peneliti dalam pelaksanaan Model
Pembelajaran Kooperatif Group Investigationtelah menunjukkan hasil yang
efektif, namun demikian dalam proses pelaksanaannya masih ditemukan
beberapa kendala atau hambatan yakni: (1) keterbatasan waktu/jam pelajan
PKn yang dialokasikan, sehingga terkadang ketika melakukan diskusi siwa
sering mengeluh karena kurangnya waktu, sehingga peneliti diberikan
kebijakan untuk mengadakan penelitian dengan alokasi waktu 70 menit dalam
setiap pertemuan dan memberikan soal yang lebih mudah, (2) siswa
mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena belajar
dalam diskusi kelompok Group Investigation merupakan hal yang baru bagi
mereka, (3) masih kurang kompaknya siswa dalam diskusi. Motivasi sebagai
anggota kelompok ketika berdiskusi masih kurang terutama siswa laki - laki
yang sering membuat keributan. Selain itu beberapa orang siswa menunjukkan
51

sikap yang kurang serius dalam mempresentasikan hasil diskusi. Hal ini
disebabkan karena siswa belum pernah belajar dalam kelompok, (4)
keterbatasan sumber belajar bagi siswa, hal ini terjadi karena penyediaan
prasarana pembelajaran dari pihak sekolah seperti buku pelajaran, khususnya
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) masih kurang. Sementara
disisi lain terlihat pula kesadaran siswa untuk berburu sumber belajar masih
sangat rendah, sehingga menyebabkan siswa sedikit kesulitan dalam
mengembangkan jawabannya, (5) Siswa masih takut dan ragu untuk
mengemukakan pendapat pada saat diskusi serta mempertanyakan materi yang
dianggapnya belum mengerti.
Adapun alternatif pemecahan masalah dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yaitu dengan: (1)
Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi dalam kegiatan
pembelajaran serta untuk tidak ragu dalam bertanya ataupun dalam
mengemukakan pendapatnya pada saat diskusi, (2) lebih intensif membimbing
kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, (3)
memberikan reinvorcement berupa nilai tambah bagi siswa yang aktif
bertanya, menjawab dan siswa yang memberi tanggapan (4) Menyiapkan
media pembelajaran sehingga roses pembelajaran di kelas bisa berjalan
dengan baik.
Dengan diterapkan pendekatan kontekstual menggunakan model Group
Investigation (GI), siswa dapat lebih bersosialisasi dengan baik dengan teman
kelompoknya maupun teman sekelasnya, keaktifan dalam proses pembelajaran
berkembang sehingga menjadikan proses pembelajaran tersebut menjadi hidup
dan proses pembelajaran tidak hanya terfokus satu arah melainkan kesemua
arah. Melalui pembelajaran menerapkan pendekatan kontekstual
menggunakan model Group Investigation (GI) siswa dapat memahami pokok-
pokok dalam pembelajaran dan siswa dapat merangkum hasil pembelajaran
mereka sendiri. Serta siswa dapat berinteraksi dengan teman kelomok dan
menemukan permasalahan sendiri. Sehingga siswa lebih mandiri dalam
memahami dan mencerna bahan ajar yang diberikan.Seperti dijelaskan oleh
52

Rusman (2012), yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation


(GI) dapat dipakai guru untuk mengembangkan keaktifan siswa, baik secara
perorangan maupun kelompok.
Dengan pendekatan kontekstual menggunakan model Group
Investigation (GI) siswa dapat membangun ilmu pengetahuannya sendiri dan
mengaitkan ilmu yang didapat ke dalam kehidupan sehari-hari siswa itu
sendiri. Menurur Aqib (2013) pendekatan kontekstual merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena, kriteria keberhasilan yang
diterapkan sudah terpenuhi. Jadi dapat dikatakan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini dapat meningkatkan
hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1
Sebatik Tengah.

Anda mungkin juga menyukai