Anda di halaman 1dari 6

ABSTRAK

Asuransi jiwa adalah instrumen keuangan penting yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk perlindungan
finansial. Salah satu produk asuransi jiwa yang menarik adalah anuitas reversionary, yang memberikan pembayaran
berkala kepada penerima manfaat setelah kematian tertanggung. Studi ini berfokus pada perhitungan premi asuransi
jiwa dengan mempertimbangkan anuitas reversionary menggunakan model Gompertz, Makeham, dan Weibull
berdasarkan data Tabel Mortalitas Indonesia 2019 dan kelompok usia yang disusun oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Hasil menunjukkan bahwa dalam memodelkan Tabel Mortalitas Indonesia IV, model yang paling sesuai untuk laki-
laki dan perempuan dengan kelompok usia (0-15), (16-65), dan (66-111) berturut-turut adalah Gompertz, Makeham,
dan Gompertz. Terdapat perbedaan signifikan dalam premi antara laki-laki dan perempuan, dengan premi untuk tiga
individu laki-laki lebih tinggi akibat peluang hidup gabungan status joint-life mereka yang lebih rendah,
menandakan risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan perempuan pada usia yang sama. Secara spesifik, premi
untuk asuransi dengan tiga individu tertanggung yakni anak perempuan, ibu, dan kakek dengan kemungkinan anak
perempuan meninggal pertama memiliki nilai premi tertinggi sebesar 0.17565, sementara premi dengan kondisi
tertanggung anak perempuan, ayah, dan kakek dengan probabilitas yang sama memiliki nilai premi terendah sebesar
0.00297.
Keryword :
INTRODUCTION
Keadaan di masa depan tidak dapat diprediksi dan selalu dipenuhi oleh ketidakpastian. Ketika menjalani
kehidupan, berbagai peristiwa yang tak terduga, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, akan terjadi
berbagai peristiwa yang dianggap sebagai risiko. Risiko-risiko ini termasuk kematian, penyakit, kebakaran, dan lain-
lain. Banyak orang mulai melindungi diri mereka sendiri untuk mengganti kerugian akibat risiko tersebut. Salah satu
perlindungan yang dilakukan adalah perlindungan finansial sebagai kompensasi finansial untuk properti, kesehatan,
atau kehidupan. Salah satu implementasi untuk meminimalkan risiko finansial adalah dengan asuransi ( Indrayatna
dkk., 2022).
Asuransi adalah bentuk perjanjian antara tertanggung (pemegang polis) dan perusahaan asuransi (penyedia
asuransi). Perusahaan asuransi setuju untuk menanggung risiko yang akan terjadi pada tertanggung di masa depan.
Pemegang polis akan membayar premi kepada perusahaan asuransi untuk mendapatkan manfaat dari kemungkinan
kerugian risiko yang mungkin terjadi. Jenis asuransi dibagi dua yaitu asuransi jiwa dan asuransi non-jiwa. Asuransi
jiwa adalah jenis asuransi yang bertujuan melindungi pemegang polis ketika terdapat risiko akibat hidup terlalu lama
atau meninggal terlalu cepat. Dalam asuransi jiwa, perusahaan memberikan uang pertanggungan, bonus premi, dan
elemen lainnya (Indrayatna dkk., 2022).
Ada dua jenis asuransi jiwa di Indonesia yaitu asuransi jiwa perseorangan (single-life insurance) dan
asuransi jiwa kelompok (multiple-life insurance) yang melibatkan dua orang tertanggung atau lebih (Alfiana dan
Himayati, 2020). Pada asuransi multiple life, terdapat dua istilah berdasarkan status kematian dari sekelompok
tertanggung yaitu joint life dan last survivor (Bowers, 1997). Asuransi joint life merupakan asuransi jiwa yang
menanggung dua jiwa atau lebih dengan manfaatnya dibayarkan jika salah seorang peserta meninggal dunia. Hal ini
berarti jika salah seorang dari peserta tersebut meninggal dunia maka peserta yang lain akan mendapatkan santunan
dan melanjutkan pembayaran premi hingga akhir kontrak asuransi (Syawaludin dkk., 2019). Sedangkan asuransi
jiwa last survivor merupakan asuransi jiwa yang menanggung dua jiwa atau lebih dengan manfaatknya dibayarkan
jika seluruh peserta meninggal dunia. Hal ini berarti jika seluruh peserta meninggal dunia maka ahli waris akan
mendapat santunan dan melanjutkan pembayaran premi hingga akhir kontrak asuransi (Devinto dkk., 2014).
Dalam perhitungan besar premi dan besar manfaat untuk asuransi jiwa diperlukan beberapa unsur yaitu:
usia peserta asuransi, peluang kematiannya berdasarkan jenis kelamin, dan faktor diskon. Peluang kematian ini
umumnya dijelaskan oleh force of mortality. Force of mortality dapat mengikuti salah satu model berikut, yaitu:
Gompertz, Makeham, dan Weibull (Bowers dkk, 1997). Model Gompertz banyak digunakan untuk mendeskripsikan
suatu distribusi kematian. Pada tingkat terendah kematian pada bayi dan anak-anak, penggambaran percepatan
mortalita Gompertz meluas sampai rentang seumur hidup pada suatu populasi tanpa mengamati perlambatan pola
kematian. Model Makeham merupakan modifikasi dari Gompertz, sehingga perhitungan kematiannya tidak hanya
karena faktor usia, tetapi juga faktor-faktor lain yang tidak dipengaruhi oleh usia, misalnya: penyakit, kecelakaan,
dan bencana alam. Sedangkan Model Weibull merupakan suatu distribusi yang secara luas digunakan sebagai model
statistik yang berhubungan dengan kelangsungan hidup Subhan (2012), Jordan, (1991). Fungsi survival dan laju
kematian dari Gompertz, Makeham, dan Weibull dirumuskan sebagai berikut:
… (1)
… (2)
… (3)
Ping dan Xiang (2009) menggunakan model uniform dan Makeham untuk menentukan premi dan anuitas
kemudian Kellison (2005) menambahkan unsur suku bunga yang dipengaruhi nilai tukar sehingga dapat mengikuti
perkembangan ekonomi. Zayanti dkk., (2019) mengasumsikan faktor diskon v t pada Kellison (2005) untuk
mengaplikasikan perhitungan annuitas dan premi dengan menggunakan force of mortality Gompertz. Dalam
perhitungan premi dan cadangan, diperlukan distribusi gabungan dari semua anggota dalam grup. Kondisi ini dapat
berakibat pada perhitungan anuitas joint life seperti pasangan suami istri (Brown dan Poterba, 2000). Penentuan
premi joint life pada dua orang (Dewi, 2016) dan tiga orang (Bhuana, 2015) telah dilakukan. Nadilia dkk.(2020)
juga telah menentukan premi dan cadangan pada empat orang dengan asumsi prospektif dan suku bunga konstan.
Estherlita (2021) melakukan perhitungan premi dann cadangan pada 2 orang tertanggung dengan memodelkan force
of mortality menggunakan model Weibull. Dalam studi ini akan dilkakukan pengembangan perhitungan premi pada
3 orang tertanggung dengan model Gompertz, Makeham, dan Weibull. Peluang kematian akan diambil dari Tabel
Mortalitas Indonesia (TMI) 2019 dan usia peserta akan dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan BPJS
Ketenagakerjaan, yaitu kelompok I untuk usia 0-15 tahun, Kelompok II untuk usia 16-65 tahun, dan kelompok III
untuk usia 66-111 tahun. Pada tiap tiap kelompok akan dilakukan fitting masing-masing menggunakan 3 model di
atas. Model terbaik yang paling sesuai dengan Tabel Mortalitas Indonesia (TMI) 2019 yang ditandai dengan nilai
Mean Square Error (MSE) terkecil.
METHOD
Dalam studi ini, model yang akan digunakan dalam perhitungan premi asuransi adalah: Gompertz, Makeham, dan
Weibull (Bowers et al., 1997). Model-model ini diterapkan pada anuitas reversionary, sebuah skema dengan
pembayaran dimulai setelah suatu peristiwa tertentu (misalnya, meninggalnya individu tertentu) (Haberman dan
Sibbett, 1995). Pemilihan tiga model tersebut didasarkan pada keakuratan dan relevansinya dalam menganalisis
perilaku manusia dan ketahanan hidup, serta kemampuan mereka dalam menyesuaikan diri dengan berbagai jenis
data.
Model Gompertz, merupakan salah satu model tertua dalam aktuaria, memberikan representasi
eksponensial tingkat kematian manusia seiring bertambahnya usia (Vaupel dkk., 1979). Pada model ini, premi
dihitung dengan mempertimbangkan fungsi mortalitas Gompertz, yang mencerminkan probabilitas kematian
berdasarkan usia. Di sisi lain, Model Makeham adalah adaptasi dari Model Gompertz dengan penambahan
komponen konstan. Komponen tambahan ini membantu dalam memodelkan tingkat kematian yang tidak berkaitan
dengan usia, misalnya risiko kematian muda akibat kecelakaan (Cairns dkk., 2006). Sementara itu, Model Weibull
memberikan fleksibilitas yang lebih luas dalam menggambarkan berbagai bentuk kurva mortalitas (Klein dan
Moeschberger, 2003). Fungsi hazard Weibull digunakan untuk menghitung premi anuitas reversionary dengan
mempertimbangkan distribusi probabilitas kematian berdasarkan usia. Masing-masing peluang hidup dan force of
mortality dituliskan dalam Persamaan (1-3).
Setiap parameter model di atas akan dapat ditaksir menggunakan metode maksimum likelihood (Zayanti
(2019) dan Estherlita (2021)). Setelah parameter ditaksir untuk setiap model, ketiga model tersebut diterapkan pada
formula anuitas reversionary. Perhitungan melibatkan variabel-variabel seperti probabilitas kematian, suku bunga
yang berlaku, dan durasi anuitas (Dickson et al., 2005). Hasil perhitungan premi dari ketiga model dibandingkan.
Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran mendalam tentang perbedaan pendekatan dari masing-masing model
dapat mempengaruhi hasil perhitungan premi. Untuk konteks multiple-life, status joint-life didefinisikan sebagai
status di mana semua peserta bertahan hidup hingga kematian pertama dari salah satu peserta (Pitacco dkk., 2009).
Sebagai contoh, pertimbangkan asuransi jiwa joint-life yang melibatkan suami, istri, dan anak. Dalam
skenario ini, jika istri dan anak hidup bersamaan setelah kematian suami, nilai anuitas untuk istri dan anak dihitung
berdasarkan tingkat suku bunga tertentu untuk jangka waktu tertentu. Skenario serupa juga berlaku jika suami dan
anak hidup bersamaan setelah kematian istri, dan jika suami dan istri hidup bersamaan setelah kematian anak (Zhang
dan Vaupel, 2009). Dalam asuransi jiwa bersama, konsep nilai anuitas hidup untuk dua individu sering digunakan,
terutama dalam konteks joint life. Namun, skenario dengan tiga individu akan menjadi lebih kompleks. Berikut
adalah formula untuk anuitas hidup dalam asuransi joint life untuk tiga individu berusia x , y , dan z (Bowers dkk.,
1997):
1. Nilai anuitas hidup awal joint life berjangka n tahun untuk tiga individu:

… (1)
dengan ❑t p xyz =❑t p x ❑t p y ❑t p z Ini menggambarkan probabilitas bahwa ketiga individu akan hidup
selama t tahun.
2. Nilai anuitas hidup akhir joint life berjangka n tahun untuk tiga individu:
… (2)
dengan ❑t p xyz =❑t p x ❑t p y ❑t p z Dalam skenario ini, pembayaran anuitas dimulai setelah tahun
pertama dan terus berlanjut selama ketiga individu masih hidup.
Misalkan sebuah asuransi jiwa joint-life mempunyai tertanggung yang terdiri dari suami, istri, dan anak. Masing-
masing berusia (x ), ( y ), dan (z ) tahun. Berikut ini akan diuraikan nilai anuitas reversionary pada asuransi jiwa
joint-life, yaitu (Dickson dkk., 2005):

1. Jika istri ( y ) dan anak(z ) hidup bersamaan dengan status joint-life dimulai pada akhir tahun pada waktu
suami (x ) meninggal, yang masih hidup adalah istri ( y ) dan anak (z )sampai pada akhir tahun polis ke-n .
Nilai anuitas untuk istri ( y ) dan anak (z ), jika pembayaran anuitas setiap akhir periode selama n tahun
dengan tingkat suku bunga (i), yaitu:

… (4)

2. Jika suami (x )dan anak (z ) hidup bersamaan dengan status joint-life dimulai pada akhir tahun pada waktu
istri ( y ) meninggal, yang masih hidup adalah suami (x ) dan anak (z ) sampai pada akhir tahun polis ke- n .
Nilai anuitas untuk suami (x ) dan anak (z ), jika pembayaran anuitas setiap akhir periode selama n tahun
dengan tingkat suku bunga (i), yaitu:

… (5)

3. Jika suami (x ) dan istri ( y ) hidup bersamaan dengan status joint-life dimulai pada akhir tahun pada waktu
anak (z ) meninggal, yang masih hidup adalah suami(x ) dan anak ( y ) sampai pada akhir tahun polis ke-n .
Nilai anuitas untuk suami (x ) dan anak( y ), jika pembayaran anuitas setiap akhir periode selama n tahun
dengan tingkat suku bunga (i), yaitu:

… (6)

Premi murni untuk anuitas reversionary dalam konteks asuransi jiwa joint-life mengacu pada jumlah yang
dibutuhkan untuk memastikan bahwa manfaat asuransi dapat dibayarkan ketika salah satu peserta meninggal. Premi
biasanya dibayarkan setiap tahun dan dihitung berdasarkan nilai anuitas reversionary untuk setiap skenario
(Brillinger, 1986). Berikut ini akan diuraikan premi berjangka pada asuransi jiwa bersama joint life, yaitu (Norberg,
R., 1999):

1. Nilai anuitas reversionary untuk istri ( y ) dan anak ( z ) setelah suami (x ) meninggal dunia. Pembayaran premi
tahunan dengan jangka waktu n tahun dengan benefit sebesar B, yaitu:
… (7)
2. Nilai anuitas reversionary untuk suami (x ) dan anak ( z ) setelah istri ( y ) meninggal dunia. Pembayaran premi
tahunan dengan jangka waktu n tahun dengan benefit sebesar B, yaitu:
… (8)
3. Nilai anuitas reversionary untuk suami ( x ) dan istri ( y ) setelah anak ( z )meninggal dunia. Pembayaran premi
tahunan dengan jangka waktu n tahun dengan benefit sebesar B, yaitu:
… (9)

RESULT AND DISCUSSION


A. Model Peluang kematian
Dalam menentukan premi dan cadangan asuransi, dibutuhkan tabel mortalita Indonesia (TMI IV) yang diperoleh
dari hasil studi menggunakan data riil beberapa perusahaan asuransi. TMI IV tersebut dapat dicocokkan dengan
model-model parametrik, yaitu: Gompertz, Makeham, dan Weibull. Gambar 1 menunjukkan perbandingan 3 model
yang difitting pada TMI IV berdasarkan jenis kelamin.

Gambar 1 Perbandingan Model Gompertz, Makeham dan Weibull yang difitting pada TMI IV berdasarkan jenis
kelamin laki-laki (kiri) dan perempuan (kanan)
Gambar 1 menunjukkan perbandingan secara keseluruhan antara model Gompertz, Makeham dan Weibull
dengan TMI IV. Model yang mendekati TMI IV adalah Model Gompertz dan Makeham. Pada Weibull, usia 30
tahun ke atas telah mengalami peningkatan yang cepat sampai dengan usia akhir. Artinya bahwa model Weibull
tidak dapat mengejar kenaikan di usia lanjut. Sehingga perlu dilakukan fitting dengan usia pengamatan yang lebih
pendek. Studi dilakukan dengan membagi usia pengamatan dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: kelompok usia
muda atau remaja pada [0,16), usia dewasa pada [16,66), dan usia tua pada [66,111). Pembagian kelompok ini
dilakukan berdasarkan informasi dari TMJ 2022 yang disusun oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Gambar 2 menunjukkan pada kelompok usia muda, ketiga model tersebut belum dapat mendekati kurva TMI
IV. Namun secara visual, model Weibull dan Gompertz pada laki-laki dan perempuan dapat mendekati TMI IV,
karena kurva model berada di tengah dan cenderung menurun secara perlahan. Pada kelompok usia remaja, model
yang mendekati adalah model Gompertz dan Makeham untuk laki-laki dan ketiga model untuk perempuan. Pada
kelompok usia tua, model yang mendekati adalah Gompertz dan Makeham untuk semua jenis kelamin. Estimasi
parameter untuk masing-masing model pun disajikan pada Tabel 1.
… (a)
… (b)
Gambar 2. Perbandingan model Gompertz, Makeham, dan Weibull untuk interval [0-16); [16-66); [66-111) pada (a)
Laki-laki; (b) Perempuan

Tabel 1. Estimasi Parameter Model Gompertz, Makeham, dan Weibull



Perbandingan secara visual dinilai belum cukup baik untuk pengambilan keputusan, sehingga diperlukan
perhitungan secara matematis. Berdasarkan Tabel 1, model terbaik diambil dengan membandingkan nilai MSE
untuk Gompertz, Makeham, dan Weibull. Secara keseluruhan untuk laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan
model terbaik yang dihasilkan. Model terbaik yang dapat digunakan untuk asuransi adalah model Gompertz. Namun
pada interval khusus usia dewasa, model Makeham menunjukkan hasil yang lebih baik. Karena adanya perbedaan
dihasilkan saat menggunakan pembagian interval, maka pada perhitungan premi pada studi ini menggunakan model
terbaik pada setiap interval usia.
Dari perhitungan parameter untuk setiap model, dihasilkan formula untuk force of mortality untuk laki-laki dan
perempuan, yaitu:
Untuk Laki-laki:



Untuk Perempuan:



Sehingga model terbaik untuk laki-laki dan perempuan adalah gabungan antara Gompertz dan Makeham, yaitu:




B. Peluang hidup gabungan dari 3 individu t p( x , y, z ) :10

Pada studi ini, beberapa skema untuk mempertimbangkan keadaan yang akan terjadi dalam individu, dilengkapi
dengan hasil perhitungan pada tabel 2. Skema perhitungan akan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
Skema 1
Induvidu XYZ berusia sama. Skema ini dapat terjadi pada rekan kerja atau teman sejawat dari usia dan jenis kelamin
yang sama. Musalnya usia 25 tahun, bagian A untuk 3 orang laki-laki dan bagian B untuk 3 orang Perempuan.
Skema 2
Induvidu XYZ pada pria dan wanita dipisah dan usia tidak sama. Skema ini dapat terjadi pada keluarga dengan 3
generasi berusia muda, remaja dan tua. Misalnya seorang Anak, Bapak-Ibu, dan/atau Kakek-Nenek. Dalam
penulisan ini usia yang dipilih adalah 10 tahun untuk seorang Anak, 35 tahun untuk Bapak-Ibu, dan 60 tahun untuk
Kakek-Nenek.
(A) X p =10 , Y l=35 , Zl =60 (Perempuan, Ayah, Kakek)
(B) X l =10 , Y l=35 , Z p =60 (Laki-laki, Ayah, Nenek)
(C) X p =10 , Y p=35 , Zl =60 (Perempuan, Ibu, Kakek)
(D) X l =10 , Y p=35 , Z p =60 (Laki-laki, Ibu, Nenek)
Skema 3
Induvidu XYZ pada pria dan wanita digabung dan usia tidak sama. Skema ini dapat terjadi pada keluarga kecil, yang
terdiri dari seorang Anak dan Orang tuanya. Kondisi dalam skema ini juga dibagi berdasarkan usia orang tua,
misalnya seumuran, Ibu lebih tua dari Ayah dan Ibu lebih muda dari Ayah. Usia anak adalah 10 tahun dan usia
orang tua yang dipilih adalah 35 tahun dengan interval beda ± 5 tahun.
(A) X l =10 , Y p=35, Zl =40 (Laki-laki, Ibu lebih muda dari Ayah)
(B) X p =10 , Y p=35, Zl =40 (Perempuan, Ibu lebih muda dari Ayah)
(C) X l =10 , Y p=40 , Zl =35 (Laki-laki, Ibu lebih tua dari Ayah)
(D) X p =10 , Y p=40 , Zl =35 (Perempuan, Ibu lebih tua dari Ayah)
(E) X l =10 , Y p=35 , Zl =35 (Laki-laki, Orang tua seumuran)
(F) X p =10 , Y p=35 , Zl =35 (Perempuan, Orang tua seumuran)

Tabel 2. Beberapa skema dalam perhitungan t p( x , y, z ) :10

C. Perhitungan Anuitas Reversionary dan Premi
Berdasarkan nilai peluang hidup gabungan dari induvidu XYZ yang berjangka 10 tahun,
( ❑t p( x , y , z ): 10) yang telah dirangkum dalam tabel di atas maka dapat diperoleh nilai dari anuitas hidup awal joint life
berjangka 𝑛 tahun untuk 3 induvidu XYZ (ä xyz :n ¿ dengan menggunakan persamaan (1) serta anuitas hidup akhir
joint life yang berjangka 𝑛 tahun untuk 2 induvidu dan salah satu induvidu meninggal (a x∨ yz : n , a y∨ xz : n , a z∨ xy :n )
dengan persamaan (3-5). Selanjutnya berdasarkan nilai ä xyz :n dan nilai a x∨ yz : n , a y∨xz : n , a z∨xy : n, maka dapat
dihitung premi asuransi joint life dengan menggunakan persamaan (6-8). Adapun hasil perhitungan dari nilai ä xyz :n
dan nilai a x∨ yz : n , a y∨xz : n , a z∨xy : n, serta nilai premi asuransi joint life telah dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 3. Anuitas Reversionary dan Premi

1. Nilai premi pada skema 1 untuk kondisi 3 orang perempuan yang berusia sama memiliki nilai yang lebih
rendah daripada 3 orang laki-laki yang berusia sama. Nilai premi untuk 3 orang laki-laki yang berusia sama
bernilai hampir 2 kali lipat dari nilai premi untuk 3 orang perempuan yang berusia sama, sehingga terdapat
perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini diakibatkan karena peluang hidup wanita lebih tinggi daripada
peluang hidup laki-laki.
2. Nilai premi pada skema 2 untuk kondisi ketika yang diasuransikan adalah ayah dan kakek akan
menghasilkan nilai premi yang cenderung lebih tinggi daripada kondisi ketika yang diasuransikan adalah
ibu dan nenek meskipun usia ayah sama dengan usia ibu serta usia kakek sama dengan usia nenek. Hal ini
diakibatkan karena peluang hidup perempuan (ibu dan nenek) lebih tinggi daripada peluang hidup laki-laki
(ayah dan kakek), sehingga resiko dari laki-laki akan lebih tinggi daripada resiko perempuan.
3. Nilai premi pada skema 3 untuk kondisi ketika ayah berusia lebih tua daripada ibu cenderung menghasilkan
nilai premi tertinggi, disusul oleh kondisi ketika ayah berusia lebih muda daripada ibu, dan kondisi ketika
ayah berusia sama dengan ibu menghasilkan nilai premi terendah. Hal ini diakibatkan karena peluang laki-
laki meninggal lebih tinggi daripada peluang perempuan meninggal, sehingga pada kasus usia ayah dan ibu
dibuat beragam, resiko ketika ayah berusia lebih tua jauh lebih besar daripada resiko ketika ibu berusia
lebih tua.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang perhitungan premi asuransi joint life pada 3 orang induvidu dengan
menggunakan asumsi Gompertz, Makeham, dan Weibull diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Model yang tepat untuk memodelkan Tabel Mortalitas Indonesia IV pada laki-laki dan perempuan yang telah
dipartisi menjadi 3 bagian itu (0-15), (16-65), dan (66-111), berturut-turut yaitu, Gompertz, Makeham, dan
Gompertz.
2. Premi untuk 3 orang induvidu tertanggung pada laki-laki cenderung lebih mahal daripada premi untuk 3 orang
induvidu tertanggung pada perempuan, hal ini diakibatkan oleh peluang hidup gabungan status joint life dari 3
orang induvidu tertanggung laki-laki bernilai lebih rendah daripada perempuan, sehingga mengakitbatkan
resiko kematian laki-laki lebih tinggi daripada perempuan pada usia yang sama.
3. Premi untuk asuransi dengan kondisi 3 orang tertanggung adalah anak perempuan, ibu, dan kakek dengan
kemungkinan anak perempuan meninggal pertama bernilai paling mahal yakni sebesar 0.17565 serta premi
untuk asuransi dengan kondisi 3 orang tertanggung adalah anak perempuan, ayah, dan kakek dengan
kemungkinan anak perempuan meninggal pertama bernilai paling murah yakni sebesar 0.00297.

Anda mungkin juga menyukai