HAM (1)
HAM (1)
INDONESIA
Nama kelompok :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NGURAH RAI
DENPASAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1
M.A. Putra, 2015, Eksistensi Lembaga Negara Dalam Penegakan Ham Di Indoneaia.
Jurnal Ilmu Hukum: Fiat Justisia,Vol 9,No 3. hal 4
HAM bahwa terkait pencemaran udara yang terjadi dibeberapa
wilayah indonesia.
Kewajiban negara dalam melindungi warga negaranya tidak
terlepas dari kebijakan pemimpin pemerintah yang memegang tampuk
kekuasaan dan berkewajiban menjaga kebenaran hak-hak tersebut.
PEMBAHASAN
1. HAM menurut Jhon Locke Hak asasi manusia adalah hak yang
langsung di berikan Tuhan kepada manusia sebagai hak yang
kodrati. Oleh sebab itu tidak ada kekuatan di dunia ini yang
bisa mencabutnya. HAM memiliki sifat yang mendasar dan
suci.
2. HAM Menurut Jan Materson Jan Materson adalah anggota
komisi HAM di PBB. Menurutnya HAM adalah hak-hak yang
ada pada setiap manusia yang tanpanya manusia mustahil hidup
sebagai manusia.
3. HAM menurut miriam budiarjo HAM adalah hak yang dimiliki
setiap orang sejak lahir didunia. Hak itu sifatnya
2
Dede Rosyada, 2003, Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani, ( Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah ), Jakarta, hal. 199-
201.
universal,karna hak dimiliki tanpa adanya perbedaan. Baik itu
ras, jenis kelamin, suku dan agama.
4. HAM menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto HAM adalah
suatu hak yang bersipat mendasar. Hak yang dimiliki manusia
sesuai dengan kodratnya yang pada dasarnya tidak bisa
dipisahkan.
5. HAM menurut undang-undang nomer 39 tahun 1999 HAM
adalah seperangkat hak yang melekat pada diri manusia sebagai
ciptaan tuhan yang maha esa. Hak tersebut merupakan anugrah
yang wajib dilindungi dan dihargai oleh setiap manusia.
3
Abul A’la Al Maududi, 1985, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Penerbit Pustaka, Bandung,
hal 97.
4
Munawir Sjadzali, Nurkholis Madjid, dkk., 1997, HAM dan Pluralisme Agama, Penerbit
Pusat Kajian Strategi dan Kebijakan, Surabaya, hal 136.
Oleh sebab itu, para penyusun Undang-Undang Dasar tersebut
menghendaki bahwa mereka menyusun Undang-Undang Dasar
berdasarkan asas yang terdapat di Indonesia yaitu asas “kekeluargaan”,
satu asas yang sama sekali bertolak belakang dengan paham
individualisme dan liberalisme.5
Soekarno sebagai tokoh sentral pada masa itu
menyampaikan pendanganya yang anti individualisme, liberalisme,
kolonialisme dan imprealisme. Menurut Soekarno tidak ada gunanya
“rights of citizen” yang dituangkan dalam grondwet jika “tidak dapat
mengisi perut yang mati kelaparan” pandangan Soekarno ini
merupakan pandangan yang menghalangi maksudnya konsep hak asasi
manusia. Secara utuh dalam konstitusi Indonesia sejak awal mulanya
terhadap pandangan Soekaro itu, Soepomo menanggapinya sebagai
berikut: “tidak dengan panjang lebar sudah di terangkan oleh anggota
Soekarno bahwa dalam pembukaan itu kita telah menolak aliran
perseorangan. Kita menerima akan menganjurkan aliran kekeluargaan.
Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar kita tidak bisa lain dari pada
mengandung sistem kekeluargaan tidak bisa kita memasukan dalam
UUD.
Sementara Mohamad Hatta memberikan pandangan yang
lebih jernih “Sebab ini ada baiknya dalam satu pasal misalnya pasal
yang mengenai warga Negara disebutkan juga disebelah hak yang
sudah diberikan kepadanya misalnya tiap-tiap warga Negara jangan
takut mengeluarkan suaranya. Yang perlu disebutkan disini adalah hak
untuk berkumpul dan bersidang atau menyurat dan yanglainnya.
Formulasinya atau redaksinya boleh kita serahkan kepada panitia kecil.
Tetapi tanggungan ini perlu untuk menjaga supaya negara kita tidak
menjadi Negara kekuasaan sebab kita mendasarkan negara kita atas
kedaulatan
5
Munawir Sjadzali, Nurkholis Madjid, Ibid. hal, 146.
rakyat”.6
Mohamad Yamin sendiri kemudian mendukung pendapat
Mohamad Hatta tersebut. Bahkan ada juga yang berpendpat bahwa
kurangnya nilai-nilai hak asasi manusia dalam Undang-undang Dasar
kita adalah karena Undang-Undang Dasar 1945 dibuat sebelum adanya
dokumen-dokumen Internasional yang memuat nilai-nilai hak asasi
manusia.
6
Dr. Tommy Sihotang S.H, L.L.M, 2009, “Ketika Komandan Di Dakwa Melanggar Hak
Asasi Manusia, (Percetakan Negara RI), Jakarta hal. 39.
banyak indikasi yang menunjukan bahwa partai yang dipuji-pujinya itu
di duga keras berada dibalik rangkaian kekerasan massa antara tahun
1959-1965dan juga merancang pembunuhan beberapa pimpinan TNI
angkatan darat pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965.
7
Muladi, 2005, Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep Dan Implikasisinya, (Rafika Aditama ),
Bandung, hal. 39.
8
Muladi. Hak Asasi Manusia., Ibid. hal. 65.
C. HAM di Era Reformasi
Arus reformasi yang bergulir di indonesia pada tahun 1998
yaitu ditandai dengan runtuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa
selama kurang lebih 32 tahun, telah membuka koridor bagi penegak
hukum dan hak asasi manusia.9 Kondisi semacam ini berpotensi
dengan adanya era globalisasi yang melanda ke berbagai Negara di
dunia salah satu ciri terjadinya globalisasi ini dapat dilihat dalam
kondisi hubungan antar negara yang disebut sebagai borderless world
atau dunia tanpa batas. Era globalisasi membawa konsekuensi adanya
penghilangan sekat/batas antar Negara, bahkan dengan menggunakan
teknologi canggih seperti penggunaan satelit palapa sebagai sarana
pecakapan penting yang terkait dengan situasi politik dan keamanan
Indonesia. Dengan kata lain, segala prilaku pemerintah maupun rakyat
Indonesia dapat di pantau oleh Negara lain, termasuk penegakan
hukum dan hak asasi manusia di Indonesia. Sebagaimana telah
disinggung diawal arus reformasi yang terjadi di Indonesia telah
membawa pengaruh bagi terbentuknya koridor pembaharuan hukum
dan penegakan HAM. Terlebih lagi dalam mewujudkan civil society
ataumasyarakat madani, penggunaan istilah masyarakat madani dalam
ranah masyarakat yang demokratis lebih memiliki makna dalam,
terlebih lagi dalam mengangkat harkat dan martabat manusia, selain
itu, sivil society sangat penting dalam menggambarkan dan
mendeskripsikan penegakan HAM di Indonesia. 10 Orde reformasi yang
dimulai tahun 1998 berusaha menegakan HAM dengan jalan membuat
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan HAM sebagai
rambu-rambu. Seperti UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, Ratifikasi Terhadap instrumen Internasional tentang HAM,
UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM.
9
Dr. Tommy Sihotang, “Ketika Komandan di Dakwa Melanggar Hak Asasi Manusia., hal.
76.
10
Munawir Sjadzali, Nurkholis Madjid, HAM dan Pluralisme Agama, Op.Cit.. hal. 178
2.3 Peran Negara Dalam Perlindungan Ham Di Indonesia
dalam Negara the Rule of Law: Antara Hukum Progresif dan Hukum Positif”, Jurnal Lex Scientia
Law Review, Vol. I No.1, hal.69-70.
kesehatan (program kesehatan masyarakat, kartu sehat, dll), program
perumahan untuk penduduk berpenghasilan rendah, dan sejumlah
program kesejahteraan lainnya. Dalam konteks pemenuhan hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya, terdapat berbagai rencana jangka pendek
maupun panjang untuk memperbaiki kondisi pemenuhan hak-hak
tersebut.Melihat perkembangan tersebut, upaya-upaya penghormatan,
perlindungan dan pemenuhan HAM di Indonesia merupakan kerja
jangka panjang yang tidak boleh berhenti.12
12
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/05/31/05000021/upaya-pemerintah-dalam-
menegakkan-ham
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
M.A. Putra, 2015, Eksistensi Lembaga Negara Dalam Penegakan Ham Di Indoneaia.
Jurnal Ilmu Hukum: Fiat Justisia,Vol 9,No 3. hal 4
Abul A’la Al Maududi, 1985, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Penerbit Pustaka,
Bandung, hal 97.
Munawir Sjadzali, Nurkholis Madjid, dkk., 1997, HAM dan Pluralisme Agama,
Penerbit Pusat Kajian Strategi dan Kebijakan, Surabaya, hal 136.
Dr. Tommy Sihotang S.H, L.L.M, 2009, “Ketika Komandan Di Dakwa Melanggar
Hak Asasi Manusia, (Percetakan Negara RI), Jakarta hal. 39.
Muladi, 2005, Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep Dan Implikasisinya, (Rafika
Aditama ), Bandung, hal. 39.
Dr. Tommy Sihotang, “Ketika Komandan di Dakwa Melanggar Hak Asasi Manusia.,
hal.76
Munawir Sjadzali, Nurkholis Madjid, HAM dan Pluralisme Agama, Op.Cit.. hal. 178
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/05/31/05000021/upaya-pemerintah-
dalam-menegakkan-ham