PDF Askep Diare Buanja Compress
PDF Askep Diare Buanja Compress
6. Hasri Provitasari
Provitasari (151001019)
(151001019)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat limpahan
rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalahaskep yang berjudul “Asuhan Keper awatan Pada Pasien Dengan Diare”.
Diare ”.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pembimbing Anja Hesnia K.,M.Kep.,Sp.KMB
Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga
Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Amiin
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................
.........................................................
............................................
..........................................
.................... 1
BAB II PEMBAHASAN
iii
4.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................
.................................................................
........................................
.................. 28
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..........................................
.................................................................
.............................................
....................................
.............. 35
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi . Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460
balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi
bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode
diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun. Pada tahun 2004, angka kematian akibat diare
23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006
sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di
wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya
menyebabkan kematian (Anonim, 2009).
Upaya pengobatan penderita diare sebagian besar adalah dengan terapi rehidrasi
atau dengan pemberian oralit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat adanya
dehidrasi. Tetapi 10-20% penyakit diare disebabkan oleh infeksi sehingga memerlukan
terapi antibiotika (Triadmodjo, 1996).
timbul pada penggunaan antibiotik berspektrum luas dalam waktu yang lama
(Widjajanti, 1989).
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Diare ?
2. Apa penyebab dari Diare ?
3. Bagaimana proses terjadinya Diare ?
4. Bagaimana tanda dan gejala Diare ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta pada
kandungan air dan volume kotoran itu. Para Odha sering mengalami diare. Diare dapat
menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa hari. Namun,
diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi
yang berat (Yayasan Spiritia, 2011)
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara
untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24
jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam
(Juffrie, 2010).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu
hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami
diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini
membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa,
khususnya pada anak dan orang tua (USAID, 2009)
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa,
yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau
tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama
pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode
diare berat (Simatupang, 2004).
Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi
fr ekuensi buang air besar
b esar sudah
s udah lebih
le bih dari 4
3
kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih
dari 3 kali (Simatupang, 2004)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g
atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai
lendir dan darah (Guerrant, 2001; Ciesla, 2003)
2.2 KLASIFIKASI
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang dari dua
minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak, disertai lemah dan
kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti atau berakhir dalam
beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat terjadi akibat infeksi virus,
infeksi bakteri, akibat makanan
ma kanan (Anonim, 1997).
2. Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare.
Batasan waktu 15 hari tersebut semata-mata suatu kesepakatan, karena banyaknya
usul untuk menentukan batasan waktu diare kronis (Daldiyono, 1997). Berdasarkan
ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diare spesifik dan diare non
spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri,
atau parasit. Diare non spesifik adalah diare yang disebabkan oleh makanan
(Akhmadi, 2009).
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan
banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh,
tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
1. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare
masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun,
aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang
minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
4
3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
2.3 ETIOLOGI
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, tetapi
yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang dikelompokan sebagai
berikut: (Lebenthal, 1989; Daldiyono,
Daldiyono, 1990; Dep Kes RI, 1
1999;
999; Yatsuyanagi, 2002)
2002)
1. Infeksi
a. Enteral :
1) Bakteri (Shigella,
(Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus,
- ISPA (atas)
- Bronkopneomoni
5
- Meningitis
2) ISK (Infeksi Saluran Kemih)
3) OMA (Otitis Media Akut)
c. Malabsorpsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
d. Makanan : alergi makanan, makanan basi
e. Keracunan :
1) Keracunan bahan-bahan kimia
2) Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :
- Jazad renik, Algae
- Ikan, Buah-buahan, Sayur-sayuran
f. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll
g. Sebab-sebab lain: Faktor lingkungan dan perilaku, Psikologi: rasa takut dan
cemas
2.4 PATOFISIOLOGI
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk keperluan
hidup sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran sisa-sisa makanan
yang tidak dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang
majemuk, aktivitas pencernaan itu dapat berupa: (Sommers,1994; Noerasid,
1999 citSinthamurniwaty 2006).
1. Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
2. Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan makanan secara mengunyah dan
mencampur.dengan enzim-enzim di rongga mulut.
3. Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan dari mulut ke gaster.
6
zat padat lainnya yang memiliki sifat aktif osmotik. Cairan yang berada dalam saluran
gastrointestinal terdiri dari cairan yang masuk secara per oral, saliva, sekresi lambung,
empedu, sekresi pankreas serta sekresi usus halus. Cairan tersebut diserap usus halus,
dan selanjutnya usus besar menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang
lebih 50-100 gr sebagai tinja.
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri kambuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula.
7
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
2.5 Pathway/WOC
8
1. Menurut Suriadi (2001), Manifestasi klinis diare yaitu
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Kram perut
c. Demam
d. Mual
e. Muntah
f. Kembung
g. Anoreksia
h. Lemah
i. Pucat
j. Urin output menurun (oliguria, anuria)
k. Turgor kulit menurun sampai jelek
l. Ubun-ubun / fontanela cekung
m. Kelopak mata cekung
diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa
dan elektrolit (Kliegman, 2006).
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan
banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh,
tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-
kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
9
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata cowong, ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2
detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan
urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air
mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun
dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) deng an kulit yang
dingin dan pucat.
2.7 KOMPLIKASI
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok
hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular
Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya
selanjutn ya terjadi
terja di gagal multi organ. Komplikasi ini
dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak
tecapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001; Soewondo, 2002; Thielman &
Guerrant, 2004)
10
beberapa minggu setelah penyakit diare karena Campylobakter, Shigella,
Salmonella, atau Yersinia sppMenurut
sppMenurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan
SPM Kesehatan Anak RSUD Wates (2001),
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) yaitu:
2. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
3. Syok Hipovolemik
4. Kejang
5. Sepsis
6. Gagal Ginjal Akut
7. Ileus Paralitik
8. Malnutrisi
9. Gangguan tumbuh kembang
10. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotoni oto lemah bradikardi perubahan
elektrokardiogram)
11. Hipoklasemia
12. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia
13. Hiponatremi
2.8 PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai berikut :
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare
kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur
Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi.
Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma
mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses
malabsorbstif.
11
4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per
½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi
jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama
s elama 72
jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat
feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap seperti
tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan
diare sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia E
Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi
dengan modifikasi noda asam.
7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang
meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan
mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal. Skrining
12
9. Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses
dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses
terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya.
Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti
MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.
usus halus.
3. Protosigmoidoskopi dengan Biopsi Mukosa
Pemeriksaan ini dapat membantu dalam mendeteksi IBD termasuk colitus
mikroskopik, melanosis coli dan indikasi penggunaan kronis anthraguinone
laksatif.
4. Rangkaian Pemeriksaan Usus Halus
Pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi klinisi untuk mengetahui segala sesuatu
ayng terjadi di abdomen. Radiologis dapat melakukan flouroskopi dalam
memeriksa keseluruhan bagian usus halus atau enteroclysis yang dapat menjelaskan
13
pasien AIDS, Cryptosporidium, Mccrosporida, Infeksi M Avium Intraseluler. CT
Abdpminal dapat menolong dalam mendeteksi pankreatitis kronis atau endokrin
pancreas.
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada
intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi
terhadap berbagai antibiotik.
2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit (
terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
2.9 PENCEGAHAN DIARE
Dalam pencegahan diare bebrapa upaya
upa ya yang mudah dilakukan yaitu:
1. Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan makanan atau
minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat-rapat agar terhindar dari lalat
dan kebersihan perabot makan.
2. Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga
hingga
mendidih
3. Sanitas air yang bersih
4. Kebersihan peorangan
5. Cucilah tangan sebelum makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar.
Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/serangga, maka
menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk
seluruhanggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun.
6. Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban)
14
7. Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan
yang basah
8. Berantas lalat agar tidak menghinggapii makanan
9. Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan
sekitar
air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin. Jangan memberikan
air kembang gula, sari buah air dalam botol karena cairan yang terlalu banyak
mengandung gula akan memperburuk diare.
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini
dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air
bersih.
c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
15
BAB III
ASKEP TEORI
16
8. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih.
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung.
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum.
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan).
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive
respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
17
d. Pola aktifitas dan latihan : travelling
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perceptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
7. Cemas orang tua b.d proses penyakit anaknya
8. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
D.0020 Diare
NS. _____________________
________________________________
______________________
____________________
_________
18
Gejala dan Tanda Mayor
Fisiologis
1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. Malabsorpsi
Psikologis
RELATED 1. Kecemasan
FACTORS: 2. Tingkat stress tinggi
Situasional
1. Terpapar kontaminan
2. Terpapar toksin
3. Penyalahgunaan laksatif
4. Penyalahgunaan zat
5. Program pengobatan (agen tiroid, analgesic, pelunak feses,
ferosulfat, antasida, cimetidine, dan antibiotic)
19
6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air
5. HR : 72x/menit
7. Suhu 38 ͦ C
Pengertian Intervensi
Menurut Kozier et al (1995) Perencanaan adalah sesuatu yang telah di pertimbangkan
secara mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan
pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.
Dalam perencanaan keperawatan perawat menetapkannya berdasarkan hasil
pengumpulan data dan rumusan diagnose keperawatan untuk mencegah dan
menurunkan masalah klien.
NIC NOC
20
Manajem Pengkajian : mengkaji status cairan Keseimb Irama pernafasan (3)
en pasien angan
Serum ph (3)
elektrloti elektrolit
Observasi :
(2000) dan asam Kelelahan (3)
1. Lakukan pengukuran untuk basa
Definisi : Mual (4)
peningkat mengontrol kehilangan elektrolit (0600)
yang berlebihan ( misal dengan Kelemahan otot (4)
an Definisi :
mengistirahatkan saluran cerna,
keseimba
perubahan diuretik / pmberian Keseimb
ngan
antipiretik ) dengan tepat. angan
eletrolit
elektrolit
dan 2. Berikan cairan sesuai resep jika
dan non-
pencegah diperlukan.
elektrolit
an
Education : pada
kompikas
i yang 1. Ajarkan pasien dan keluarga ruang
intraselul
diakibatk mengenai jenis, penyebab
er dan
an oleh dan pengobatan apabila
ekstraelu
adanya terdapat ketidakseimbangan
ler
abnormali elektrolit, yang sesuai.
tubuh.
tas Action :
maupun
1. Tingkatkan orientasi
tingkat
2. Berikan lingkungan yang
serum
elektrolit aman kepada klien yang
memiliki masalah neorologis
yang
dan neoromuskular sebagai
tidak
manifestasi dari
diinginka
ketidakseimbngan elektrolit.
n.
Kolaborasi :
21
atau memburuk.
3.4 Implementasi
Implementasi adalah penerapan tindakan-tindakan perawatan yang telah dibuat
pada intervensi. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan
di lakukan adalah melakukan tindakan-
tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dilanjutkan dengan
pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan beserta hasil-hasilnya.
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat.
3. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
4. Dokumentasi intervensi dan respons klien.
Setelah pelaksanaan selesai, dilakukan dokumentasi intervensi secara tertulis pada
catatan keperawatan dan proses keperawatan
No Tanggal/Jam Tindakan Paraf
22
1 09-02-2017/09.00 Pengkajian : mengkaji status cairan
WIB 1.Mengukur tanda vital
Respon / hasil :
Nadi 92 x/menit
RR 40 x/menit
TD 120/40 mmHg
Memberikan :
Makan sesuai selera
23
3.5 Evaluasi
Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan selanjutnya
setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif, berdasarkan apa yang
dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan pengamatan terhadap keadaan pasien.
24
BAB IV
ASKEP KASUS PADA LANSIA DENGAN DIARE
KASUS
Tn. M Berusia 65 Tahun datang Ke RSUD Sutomo, dengan lemas akibat Diare
sejak dua hari yang lalu. Tn. M sehari yang lalu meminum susu yang didapatkan dari
posyandu lansia. Tn. M hanya membeli obat diare
dia re di kios terdekat
t erdekat sudah diminum tapi
belum bisa sembuh. Kemudian Tn.M diantar anaknya ke RSUD Sutomo. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan :
TD: 110/70 mmHg, RR: 24x/menit, HR: 72x/menit, Bising usus: 35 x/menit, perkusi
terdengar hipertimpani.
4.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
Tanggal pengkajian : 15 Maret 2017
Tanggal MRS : 14 Maret 2017
Nama : Tn. M
Usia : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiun
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : Duda
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Diagnosa medis : Diare
2. Keluhan Utama
Tn.M mengatakan buang air besar dengan konsistensi cair dan frekuensi sering
(lebih dari 3 kali perhari).
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. M mengatakan sejak 2 hari sebelum dbawa ke rumah sakit klien buang air
besar dengan konsistensi
konsiste nsi cair dan frekuensi sering ( > 3x/hari), badan terasa lemas,
perut terasa mules, dan badan terasa demam. Klien sudah minum obat diare namun
belum berhenti kemudian klien memutuskan ke
ke RSUD sutomo diantar anakny
anaknya.
a.
25
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami.
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, klien hanya
mengalami sakit seperti pegal pegal, flu, dan sedikit pusing,
pusing, tapi klien bisa
sembuh sendiri dengan obat-obat yang dibelinya sendiri di apotik atau di kios
kios terdekat
b. Riwayat operasi
Klien mengatakan tidak pernah dilakukan tindakan operasi
c. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami alergi terhadap obat-obatan atau
makanan tertentu.
5. Riwayat/Keadaa
Riwayat/Keadaan
n Psikososial
a. Bahasa sehari-hari : bahasa Jawa dan bahasa Indonesia
b. Persepsi klien tentang penyakitnya : klien mengatakan sakit yang dialami saat ini
merupakan sakit yang wajar dialami oleh orang yang sudah lanjut usia.
c. Konsep diri :
- Gambaran diri
Klien mengatakan tidak mengalami masalah dengan gambaran diri
- Ideal diri
Klien selalu berdoa kepada Tuhan YME agar selalu diberi kesabaran dalam
menghadapi setiap sakit yang dialaminya dan semoga cepat diberikan
kesembuhan
- Harga diri
Klien merasa selama sakit anaknya selalu ada menemani dirinya, sehingga
klien selalu optimis untuk melakukan pengobatan demi mencapai kesembuhan.
- Peran diri
Klien merupakan seorang duda, karena istri tercinta telah meninggal dunia
sejak 6 tahun yang lalu akibat penyakit ginjal. Dari pernikahannya, klien
memiliki 4 orang anak dan mereka telah memiliki keluarga masing-masing.
- Aktualisasi diri
- Dalam kesehariannya, klien masih sering mengikuti kegiatan di sekitar
rumahnya.
26
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran composmentis, klien nampak lemah
b. Breath
Inspeksi : RR: 24x/menit, reguler, pergerakan dada kanan-kiri simetris
27
4.2 Diagnose keperawatan
D.0020 Diare
NS. _____________________
________________________________
______________________
____________________
_________
DIAGNOSIS
Kategori : Fisiologis
:
Subkategorii : Nutrisi dan Cairan
Subkategor
(SDKI)
Fisiologis
1. Inflamasi gastrointestinal
RELATED
2. Iritasi gastrointestinal
FACTORS:
3. Proses infeksi
4. Malabsorpsi
28
Psikologis
1. Kecemasan
2. Tingkat stress tinggi
Situasional
1. Terpapar kontaminan
2. Terpapar toksin
3. Penyalahgunaan laksatif
4. Penyalahgunaan zat
5. Program pengobatan (agen tiroid, analgesic, pelunak feses,
ferosulfat, antasida, cimetidine, dan antibiotic)
6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air
3. TD : 110/70 mmhg
4. RR : 24x/menit
5. HR : 72x/menit
29
4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
NIC NOC
Action:
30
frekuensi dan konsistensi dari feses
Rasional : agar dapat mengetahui
perkembangan
perkembangan kesehatan
kesehatan pasien
- Ajarkan tehnik menurunkan stress
Rasional : untuk membuat pasien
rileks dan istirahat
Colaboration :
- Kolaborasikan makanan pasien
dengan ahli gizi yaitu makanan
rendah serat, tinggi protein dan
tinggi kalori jika
j ika memungkinkan
Rasional : makanan yang masuk
dapat tercerna dan tidak terjadi
kekurangan
kekurangan nutrisi
31
4.4 IMPLEMENTASI
No Tanggal/Jam Tindakan Paraf
RR 40 x/menit
TD 120/40 mmHg
S 38 C
Memberikan :
Makan sesuai selera
RR 40 x/menit
TD 99/65 mmHg
2 03-02-2017/10.00 S 36,6 C
32
WIB BB 9 kg
7. Membantu pasien memberi makan
4.5 EVALUASI
MASALAH
KEPERAWATAN / TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KOLABORATIF / JAM
1. Risiko 03-02- S : Ibu mengatakan An. B tidak diare
ketidaksei 2017/10.00 - Pasien sudah tidak mual muntah
mbangan WIB - Nafsu makan membaik
elektrolit - Demam sudah tidak ada
- Namun batuk masih ada
O : S : 37 c
Nadi 110 x/menit
RR 40 x/menit
33
TD 99/65 mmHg
S 36,6 C
BB 9 kg
P : Intervensi dilanjutkan
34
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Diare adalah keadaan dimana ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
defekasi berupa fases cair atau fases tidak berbentuk dalam frekuensi yang sering
(Lynda Juall, 2012).
Diare adalah pengeluaran feses yang sering lunak dan tidak berbentuk.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare merupakan situasi
dimana seorang individu mengalami sensasi rasa sakit perut seperti melilit atau mulas
kemudian defekasi berupa feses yang encer atau lunak dan tidak berbentuk serta
dikeluarkan secara terus-menerus dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari.
35
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,Arif. 2008
2008.. Buku Ajar asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Imunologi.. Jakarta: Salemba Medika.
Imunologi
Carpenito, Lynda Jual-Moyet. 2008. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 10.
10. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Nursing diagnoses:
definitions & classification.
classification. Jakarta: EGC.
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksanaan Penyakit Anak dengan Demam. Jakarta:
Sagung Seto.
Anonym. 20307. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Available from E-mail:
http://abuhamzah.multiply.com (accassed 14 Desember 2008). Suriadi, Rita Yuliani. 2001.
Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1. Agung Seto. Jakarta.
Beherman E Richard, dkk, 1999. Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 15. EGC :
Jakarta.
36