Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PATOFISIOLOGI

GAGAL JANTUNG DAN SYOK KARDIOGENIK

DISUSUN OLEH:

HIKMAH NABILLA AZAHRA PO7120223004

FENNY LIA INDAH RAHAYU PO7120223047

DOSEN PEMBIMBING:

MEILINA ESTIANI,SKM,M.KES

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan karunia Nya, kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik-baiknya dan tepat waktunya. Makalah ini berjudul “Gagal
Jantung dan Syok Kardiogenik” untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi.
Makalah ini dibuat dengan menjadi Kesatuan yang sistematis. Terima kasih kami
ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi kami.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. kami selaku
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Baturaja, 2 Mei 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................3

1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................3

1.3 TUJUAN..........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 GAGAL JANTUNG........................................................................................3

2.2 SYOK KARDIOGENIK...............................Error! Bookmark not defined.

BAB III PENUTUP.................................................................................................3

3.1 KESIMPULAN..................................................................................................3

3.2 SARAN.............................................................................................................3

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................3

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup untuk kebutuhan tubuh, gagal jantung
terjadi karena kondisi jantung yang terlalau lemah dalam memompa darah
keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi. Gagal
jantung kongestif adalah ketika salah satu atau dua bagian jantung tidak
mampu memompa darah keluar, maka akan mengakibatkan gangguan aliran
darah yang menyebabkan pembendungan darah dalam jantung sehingga akan
muncul tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi
paru (Waladani, dkk, 2019).
Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai dengan
kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan
metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat
dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk
mengenali keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala
dini yang berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk
selanjutnya dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai.

Satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya
adalah syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi suatu keadaan
yang diakibatkan oleh karena tidak cukupnya curah jantung untuk
mempertahankan fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi otot jantung. Hal
ini merupakan suatu keadaan gawat yang membutuhkan penanganan yang
cepat dan tepat, bahkan dengan penanganan yang agresif pun angka
kematiannya tetap tinggi yaitu antara 80-90% Penanganan yang cepat dan
tepat pada penderita syok kardiogenik ini mengambil peranan penting di
dalam pengelolaan penatalaksanaan pasien guna menyelamatkan jiwanya dari
ancaman kematian.

4
Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh karena infark jantung
akut dan kemungkinan terjadinya pada infark akut 5-10%. Syok merupakan
komplikasi infark yang paling ditakuti karena mempunyai mortalitas yang
sangat tinggi. Walaupun akhir-akhir ini angka kematian dapat diturunkan
sampai 56% (GUSTO), syok kardiogenik masih merupakan penyebab
kematian yang terpenting pada pasien infark yang dirawat di rumah sakit.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian gagal jantung?
2. Apa patofisiologi gagal jantung?
3. Apa etiologi gagal jantung?
4. Apa tanda dan gejala gagal jantung?
5. Bagaimana pengobatan gagal jantung?
6. Bagaimana pencegahan gagal jantung?
7. Apa pengertian syok kardiogenik?
8. Apa patofisiologi syok kardiogenik?
9. Apa tanda dan gejala syok kardiogenik?
10. Bagaimana pengobatan syok kardiogenik?
11. Bagaimana pencegahan syok kardiogenik?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian gagal jantung.
2. Untuk mengetahui patofisiologi gagal jantung.
3. Untuk mengetahui etiologi gagal jantung.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal jantung.
5. Untuk mengetahui cara pengobatan gagal jantung.
6. Untuk mengetahui cara pencegahan gagal jantung.
7. Untuk mengetahui pengertian syok kardiogenik.
8. Untuk mengetahui patofisiologi syok kardiogenik.
9. Untuk mengetahui tanda dan gejala syok kardiogenik.
10. Untuk mengetahui cara pengobatan syok kardiogenik.
11. Untuk mengetahui cara pencegahan syok kardiogenik

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 GAGAL JANTUNG


Jantung merupakan struktur kompleks yang terdiri atas jaringan fibrosa,
otot-otot jantung, dan jaringan konduksi listrik. Jantung mempunyai fungsi
utama untuk memompakan darah. Hal ini dapat dilakukan dengan baik bila
kemampuan otot jantung untuk memompa cukup baik, sistem katup, serta
irama pemompaan yang baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada salah
satu di atas, maka akan memengaruhi efisiensi pemompaan dan kemungkinan
dapat menyebabkan kegagalan memompa.

2.1.1 PENGERTIAN

Kelainan primer pada gagal jantung adalah berkurang atau hilangnya sebagian
fungsi miokardium yang menyebabkan penurunan curah jantung.
Ada beberapa definisi gagal jantung, namun tidak ada satu pun yang
benar-benar dapat memuaskan semua pakar atau klinisi yang menangani
masalah gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung
tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh,
meskipun tekanan pengisian vena normal. Namun, definisi- definisi lain
menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang terbatas pada
satu sistem organ, melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung
yang ditandai dengan suatu bentuk respons hemodinamik, renal, neural dan
hormonal, serta suatu keadaan patologis di mana kelainan fungsi jantung
menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
jaringan, atau hanya dapat memenuhinya dengan meningkatkan tekanan
pengisian Saat ini dikenal beberapa istilah gagal jantung, yaitu:

 Gagal jantung kiri: terdapat bendungan paru, hipotensi, dan


vasokonstriksi perifer dengan penurunan perfusi jaringan.

6
 Gagal jantung kanan: ditandai dengan adanya edema perifer, asites,
dan peningkatan tekanan vena jugularis.
 Gagal jantung kongestif: adalah gabungan kedua gambaran tersebut.

Namun, definisi-definisi tersebut tidak terlalu bermanfaat, karena baik


kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan sering terdapat bersamaan
(walaupun kelainan pada satu sisi mungkin lebih dominan daripada sisi
lainnya). Istilah gagal jantung ke muka/forward (untuk menunjukkan
hipotensi dan penurunan perfusi perifer) atau ke belakang/backward
(untuk menunjukkan tanda-tanda edema paru dan atau perifer) juga tidak
bermanfaat karena menggambarkan pengertian sindrom gagal jantung
yang terlalu sederhana.

7
2.1.2 PATOFISIOLOGI Iskemia Miokard

Infark Miokard

Pengkajian Malfungsi Katup Hipertensi Karolomlopati


Disfungsi otot Fungsi Ventrikel Kiri &
papilaris, Detek Gangguan Kontraktiltas
Waktu Pengisian Nekrosis Sel Ejeksi Ventrikel
septum ventrikel,  Daya Konsentrasi
Diastolik↑ Otot Jantung Kiri Terganggu
Tromboembolisme,  Perubahan Daya
Perikarditis. Kembang & Gerakan
Pe ↓ isi sekuncup Hipertrofi Statis Darah dalam Dinding Ventrikel
Peningkatan Ventrikel Atrium & Ventrikel  Curah Sekuncup
Meningkatkan Beban Awal
Beban Ventrikel Disfungsi Dastolik, Peningkatan
Sistolik, Iskemia ↑Tekanan
Beban Awal &
Miokard & Aritmia Ventrikel Kiri
Beban Akhir

Tercetusnya Aktivitas (after


potential) otomatisasi & Re-Entry Gagal
Jantung Kongesti Pulmonalis

Aritmia
Ventrikular Curah Jantung↓ Tekanan hidrostatik
tekanan asmotik

Kematian Aktivasi Sistem


Mendadak Peningkatan aktivitas Renin angiotensin Hipertrofi Transudasi cairan
adrenergik simpatik aldosteron ventrikel ke interstisial

Angiotensin Pemendekan Edema Paru


Vasokontriksi sitemik
→ ACE →II miokard

Ketidak seimbangan
Me ↓ GFR vasokontriksi Pengeluaran Pengisian
suplai dan kebutuhan
nefron ginjal Aldosteron LV↓ (LVEDP)

Me↑ reabsorbsi Aliran adekuat


Na + dan H₂O ke jantung dan Demand 0₂
Me ↓ ekstresi Na+¿
oleh tubulus otak miokard↑
dan H20 dalam urine

Urine output ↓Volume Aliran ↓ ke ginjal gastrointerstinal dan kulit


plasma ↑ Tekanan
2.1.3 hidrostatik
ETIOLOGI ↑ Pengaruh jaringan
Sianosis, kulit Asidosis tingkat
lanjut
dingin, Letangi ↑ jaringan
penurunan
peristaltik USUS
8
Edema sistemik-
ekstrimitas
Kelemahan, gelisah,
insomnia
Frekuensi jantung↑
Pe↑ aliran balik vena
Kekuatan Kontraksi
Vertrikel ↑

Tekanan Darah

Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis
penyakit jantung kongenital maupun yang didapat. Mekanisme fisiologis
yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang
meningkatkan beban awal, beban akhir, atau menurunkan kontraktilitas
miokardium.

Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi: regurgitasi


aorta, cacat septum ventrikel, dan beban akhir meningkat pada keadaan di
mana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas
miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan kardiomiopati
Selain dari ketiga mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung,
ada faktor-faktor fisiologis lain yang dapat pula mengakibatkan jantung
gagal bekerja sebagai pompa.

Faktor-faktor yang mengganggu pengisian ventrikel, seperti stenosis


katup atrioventrikularis dapat menyebabkan gagal jantung. Keadaan-
keadaan seperti perikarditis konstriktif dan tamponade jantung
mengakibatkan gagal jantung melalui gabungan beberapa efek seperti
gangguan pada pengisian ventrikel dan ejeksi ventrikel. Dengan demikian,
jelas sekali bahwa tidak ada satupun mekanisme fisiologis atau gabungan
berbagai mekanisme yang bertanggung jawab atas terjadinya gagal
jantung. Efektivitas jantung sebagai pompa dapat dipengaruhi oleh
berbagai gangguan patofisiologis (Tabel 4.2). Faktor-faktor yang dapat
memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang

9
mendadak dapat berupa: (1) aritmia, (2) infeksi sistemik dan infeksi paru-
paru, dan (3) emboli paru-paru.

Aritmia akan mengganggu fungsi mekanis jantung dengan mengubah


rangsangan listrik yang memulai respons mekanis. Respons mekanis yang
tersinkronisasi dan efektif tidak akan dihasilkan tanpa adanya ritme
jantung yang stabil, karena:

 respons tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk


memenuhi kebutuhan tubuh terhadap metabolisme yang
meningkat;
 emboli paru secara mendadak akan meningkatkan resistensi
terhadap ejeksi ventrikel kanan, sehingga memicu terjadinya gagal
jantung kanan.

Data dari Framingham menunjukkan bahwa hipertensi dengan atau


tanpa penyakit iskemik merupakan penyebab gagal jantung yang
terbanyak. Sebaliknya, penyakit jantung iskemik merupakan penyebab
gagal jantung yang terbanyak di Eropa. Perbedaan ini mungkin akibat
adanya perbedaan definisi, bukan karena perbedaan yang sesungguhnya di
dalam populasi. Studi lain di Inggris juga membuktikan pentingnya
penyakit arteri koroner sebagai penyebab gagal jantung. Sejumlah 41%
klien yang dirawat karena gagal jantung menderita penyakit jantung
iskemik, 26% di antaranya baru saja menderita infark miokardium, 49%
dengan infark miokardium yang telah lama diderita, dan 24% angina.
Hipertensi dan kardioamiopati dilatasi masing-masing hanya menjadi
penyebab pada 6% dan 1% klien.

Infark miokardium akut sering menjadi pencetus terjadinya gagal


jantung. Studi Framingham menunjukkan bahwa 9% dari klien yang
bertahan hidup 3 tahun setelah infark akan mengalami gagal jantung. Dari
seluruh klien yang bertahan hidup 10 tahun setelah infark, hampir 25%
akan mengalami gagal jantung. Namun, data ini didapat sebelum
penggunaan trombolisis. Berkat keberhasilan terapi trombolisis dalam

10
mempertahankan fungsi vertrikel kiri, lebih sedikit klien yang mungkin
akan mengalami gagal jantung setelah serangan infark.

Mortalitas

Kelangsungan hidup klien gagal jantung berhubungan erat dengan


beratnya kondisi. Mortalitas satu tahun klien dengan gagal jantung berat
lebih besar dari 50%. Sedangkan klien dengan gagal jantung ringan
mempunyai mortalitas satu tahun lebih besar dari 10% (Ball, 1996).

Cara yang paling baik untuk memperkirakan kelangsungan hidup klien


adalah dengan mengukur derajat disfungsi ventrikel kiri, baik bersifat
langsung (misalnya fraksi ejeksi) maupun secara tidak langsung (misalnya
derajat aktivasi neurohormon). Selain infark miokardium akut, maka
diagnosis klinis gagal jantung juga menunjukkan kelompok dengan risiko
yang lebih tinggi. Sekali klien mendapat pengobatan gagal jantung,
mortalitas satu tahun meningkat 4 kali lebih besar dibandingkan mereka
yang tidak memerlukan pengobatan.

Morbiditas

Dampak gagal jantung terhadap morbiditas juga bergantung pada beratnya


penyakit. Klien dengan gagal jantung berat hanya mungkin melakukan
aktivitas yang sangat terbatas. Klien dengan gagal jantung yang lebih
ringan pun harus membatasi aktivitas fisiknya. Sekali klien menderita
gagal jantung, kemungkinan ia akan selalu mempunyai kapasitas latihan
yang menurun, meskipun dengan adanya pengobatan modern.

Dengan pengecualian infark miokard, gagal jantung mempunyai


dampak yang lebih besar terhadap pandangan klien tentang
ketidakmampuan dibanding penyakit kardiovaskular lain, termasuk angina
dan hipertensi. Gagal jantung bahkan mempunyai dampak yang lebih
besar dibanding penyakit-penyakit kronis non kardiovaskular, misalnya:
diabetes, penyakit paru, dan penyakit pencernaan kronis.

2.1.4 TANDA DAN GEJALA

11
1. Tanda/gejala gagal jantung gawat darurat Hubungi unit gawat darurat jika
pasien mengalami
a. Nyeri dada lebih dari 15 menit dan tidak berkurang dengan istirahat atau
pemberian ISDN.
b. Sesak nafas yang menetap dan berat.
c. Pingsan.
2. Tanda/gejala gagal jantung urgen Ajarkan pasien untuk segera hubungi
dokter jika mengalami gejala berikut ini (Hollenberg Steven M. et al.,
2019):
a. Sesak nafas yang bertambah parah dari sebelumnya atau terdapat sesak
nafas saat beraktivitas.
b. Mengalami kesulitan tidur karena sesak nafas. Contohnya, sering
terbangun tiba-tiba di waktu malam karena sesak nafas.
c. Harus tidur dengan duduk atau perlu tambahan bantal lebih dari biasanya
untuk bisa tidur.
d. Denyut nadi yang cepat atau berdebar-debar yang terus terjadi dan
membuat pasien merasa pusing atau nggeliyeng merasa seperti akan
pingsan.
3. Tanda/gejala awal gagal jantung

Beberapa tanda/gejala gagal jantung tidak bersifat gawat darurat, tetapi dapat
memburuk jika pasien tidak waspada. Jangan bersikap mengabaikan gejala
awal gagal jantung. Hubungi dokter atau perawat jika pasien mengalami gejala
berikut ini, sehingga dapat ditangani sebelum menjadi gejala yang urgen
(Hollenberg Steven M. et al., 2019; Ponikowski et al., 2016):

a. Peningkatan berat badan atau penurunan berat badan lebih dari 1 kg per
hari atau lebih dari 2 kg per minggu.
b. Bengkak di kaki, telapak kaki, tangan, atau perut.
c. Batuk yang terus-menerus atau adanya penumpukan cairan di paru-paru.
d. Rasa lelah yang terus-menerus atau kehilangan kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
e. Kehilangan nafsu makan atau mual.

12
2.1.5 PENGOBATAN

Metode pengobatan gagal jantung akan disesuaikan dengan usia pasien, penyebab
dan tingkat keparahannya, serta penyakit lain yang menyertai. Metode pengobatan
gagal jantung dapat berupa:

1. Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan oleh dokter bertujuan untuk meningkatkan kekuatan


otot jantung, mengurangi beban kerja jantung, dan meredakan gejala. Beberapa
jenis obat yang dapat diresepkan adalah:

Diuretik, seperti spironolactone, furosemide, indapamide, dan acetazolamide


untuk mencegah pengumpulan cairan di dalam tubuh

Penghambat beta, seperti carvedilol dan bisoprolol, untuk memperlambat jantung


dan menurunkan tekanan darah

ACE inhibitor, seperti lisinopril, ramipril, dan perindopril, untuk mengurangi


ketegangan pada pembuluh darah, menurunkan tekanan darah, dan melancarkan
aliran darah

Angiotensin II receptor blockers (ARB), seperti candesartan, valsartan, dan


telmisartan, untuk mengurangi ketegangan pada pembuluh darah pada pasien yang
tidak cocok dengan ACE inhibitor

Digoxin, untuk meningkatkan kekuatan otot jantung

Ivabradine, untuk memperlambat laju denyut jantung

Tolvaptan, untuk mengembalikan kadar natrium darah yang dapat menurun pada
pasien gagal jantung

Empagliflozin, untuk menurunkan tekanan darah dan beban kerja jantung pada
pasien yang juga memiliki diabetes tipe 2.

2. Operasi

13
Selain obat-obatan, dokter juga dapat melakukan tindakan operasi untuk
menangani penyebab kerusakan jantung. Prosedur operasi yang dapat dilakukan
antara lain:

a. Operasi katup jantung, untuk memperbaiki atau mengganti katup jantung


yang rusak.
b. Operasi bypass jantung, untuk membuat aliran darah baru menggunakan
pembuluh dari bagian tubuh lain
c. Operasi angioplasty dan pemasangan ring (stent), untuk membuka aliran
darah yang tersumbat, dengan memasukkan balon dan memasang ring
pada jantung
d. Operasi transplantasi jantung, untuk mengganti jantung yang rusak dengan
jantung baru yang diperoleh dari donor
e. Pemasangan implan

Dokter juga dapat menanam alat yang dapat membantu kerja jantung agar
mampu memompa darah secara efisien. Berikut ini adalah beberapa jenis alat
tersebut:

 Alat pacu jantung

Alat pacu jantung bekerja dengan cara memberikan rangsangan listrik pada
jantung agar dapat memompa darah secara efisien. Alat ini dipasang di balik kulit
area dada.

Implantable Cardioverter-Defibrillator (ICD)

Perangkat ini dihubungkan ke jantung untuk memonitor detak jantung. Jika detak
jantung melemah atau berhenti, maka ICD akan mengirim sinyal kejut agar
jantung dapat berdetak kembali.

 Left Ventricular Assist Device (LVAD)

Perangkat ini dipasang di bagian luar jantung untuk membantu jantung memompa
darah. LVAD umumnya digunakan pada pasien yang sedang menunggu donor
untuk transplantasi jantung.

14
2.1.6 PENCEGAHAN

Pencegahan Gagal Jantung (Hammond, Everitt, & Khan, 2022)

a. Modifikasi gaya hidup sehat jantung

Faktor gaya hidup dikaitkan dengan risiko gagal jantung (GJ).


Berdasarkan bukti dari berbagai uji klinis dan studi observasi, American
Heart Association (AHA) merekomendasikan tujuh faktor kesehatan untuk
menentukan kesehatan kardiovaskular. Faktor-faktor tersebut meliputi: (1)
tidak merokok, (2) optimal tingkat aktivitas fisik, (3) kualitas pola makan
sehat, (4) indeks massa tubuh normal, (5) mengoptimalkan kolesterol, (6)
mengontrol glukosa darah puasa, dan (7) mengoptimalkan tekanan darah.
Merokok meningkatkan risiko GJ. Selain itu, orang yang tidak pernah
merokok memiliki risiko gagal jantung yang lebih rendah dibandingkan
dengan mantan perokok. Melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang
>150 menit/minggu atau aktivitas dengan intensitas tinggi >75 menit/minggu
dikaitkan dengan risiko lebih rendah terkena gagal jantung. Demikian pula,
diet Mediterania dan Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi
(DASH) dikaitkan dengan risiko kardiovaskular yang lebih rendah dan
kesehatan kardiovaskular yang lebih baik. Intervensi spesifik usia yang
menargetkan kelemahan pada orang lanjut usia juga mungkin bermanfaat
dalam pencegahan GJ.

b. Penurunan tekanan darah secara intensif

Pasien dengan hipertensi mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena


gagal jantung dibandingkan dengan pasien dengan tekanan darah normal. Pada
pasien dengan atau tanpa penyakit kardiovaskular, penurunan tekanan darah
dikaitkan dengan risiko hasil buruk yang lebih rendah. Berdasarkan bukti
manfaat yang lebih besar dari penurunan tekanan darah, pedoman ACC/AHA
merekomendasikan tekanan darah lebih rendah dari 130/80 mmHg untuk
risiko kardiovaskular optimal, namun pengobatan dimulai ketika tekanan
darah >140/90 mmHg. Uji coba intervensi tekanan darah sistolik
mendokumentasikan bahwa penurunan tekanan darah intensif hingga tekanan

15
sistolik <120 mmHg menurunkan risiko gagal jantung di kemudian hari
dibandingkan dengan <140 mmHg. Meskipun terdapat semakin banyak bukti
mengenai efektivitas penurunan tekanan darah intensif dalam pencegahan
gagal jantung, penurunan tekanan darah intensif juga dapat menyebabkan
peningkatan efek samping yang serius. Oleh karena itu, memaksimalkan
manfaat dan meminimalkan dampak buruk dengan memperkirakan risiko
gagal jantung dapat memandu pemilihan penurunan tekanan darah secara
intensif. Analisis post hoc terbaru dari Uji Coba Intervensi Tekanan Darah
Sistolik menunjukkan penurunan risiko yang lebih besar pada mereka yang
memiliki risiko dasar tertinggi (risiko rendah: HR: 0,86 [95% CI: 0,29, 2,56];
risiko menengah: 0,54 [0,23, 1,30]; risiko tinggi: 0,45 [0,23, 0,86]). Meskipun
terdapat manfaat penurunan tekanan darah intensif dalam pencegahan gagal
jantung, masih terdapat perdebatan mengenai efektivitas komparatif berbagai
terapi antihipertensi. Terapi yang muncul untuk pengobatan GJ, seperti
sacubitril-valsartan, belum diteliti dalam pencegahan GJ namun mungkin
menawarkan manfaat terkait dengan penurunan tekanan darah serta
membalikkan remodeling jantung. Sebuah penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa diuretik, penghambat enzim pengonversi angiotensin,
dan penghambat reseptor angiotensin lebih efektif.

c. Inhibitor natrium-glukosa
co-Transporter-2 (SGLT2i) SGLT2i adalah obat baru yang menurunkan
glukosa darah dengan menurunkan laju reabsorpsi glukosa dan meningkatkan
ekskresi glukosa. SGLT2i mengurangi risiko kejadian kardiovaskular yang
merugikan pada penderita diabetes. SGLT2i juga mengurangi risiko kematian
kardiovaskular atau rawat inap akibat gagal jantung pada pasien diabetes.
pasien dengan dan tanpa diabetes dengan penyakit ginjal kronis, HFrEF, dan
HFpEF. Manfaat SGLT2i juga telah diamati pada pasien yang berisiko tinggi
terkena gagal jantung namun tidak memiliki riwayat gagal jantung yang
diketahui dan menunjukkan adanya peran SGLT2i dalam pencegahan primer
GJ. Hasilnya, SGLT2i telah diusulkan untuk digunakan dalam algoritma
berbasis risiko untuk pencegahan gagal jantung, serupa dengan peran statin
dalam pencegahan risiko penyakit kardiovaskular aterosklerotik.
d. Telemedis dalam pencegahan HF
Terdapat kesenjangan yang signifikan antara desa dan kota dalam hal
kesehatan jantung dan kematian akibat gagal jantung. Salah satu pendekatan

16
potensial untuk fokus pada strategi pencegahan yang adil adalah telemedis,
yang mencakup pemantauan jarak jauh di rumah dan pemantauan yang
didukung telepon. Telemedis telah terbukti efektif dalam mengurangi angka
kematian dan angka rawat inap di rumah sakit pada penderita GJ. Prevalensi
intervensi telemedis meningkat pesat sebagai akibat dari pandemi Covid-19,
ketika sistem medis dengan cepat beralih ke metode pemberian layanan
nonkontak untuk perawatan rawat jalan karena lockdown sosial, karantina, dan
persepsi risiko infeksi mengakibatkan penurunan kontak antara pasien GJ dan
kontak medis. Penelitian di masa depan diperlukan untuk mengevaluasi efek
telemedis dalam pencegahan gagal jantung.

2.2 SYOK KARDIOGENIK


2.2.1 PENGERTIAN
Menurut (Wayan Wita, 2012) Pengertian syok kardiogenik merupakan
kondisi kelainan jantung primer yang memberikan dampak ketidakadekuatan
perfusi jaringan, yang menyebabkan gangguan supplay oksigen dan
ketidakmampuan dalam membuang sisa metabolik. Kondisi gangguan
hemodinamik yang dapat terjadi yaitu penurunan tekanan darah sistolik kurang
dari 90 mmHg, disertai adanya gangguan aliran darah ke organ vital sehingga
pasien mengalami, penurunan kesadaran, terjadi oliguria yaitu urine kurang dari
30 mili per jam. Kondisi aritmia asidosis dapat menjadi penyebab dari syok
1. Hipotensi
Hipotensi terjadi karena turunan fungsi pompa dari jantung.
2. Gangguan perfusi jaringan dampak terjadinya hipotensi.
Diagnosis Shock kardiogenik, terdiri dari
1. Hipotensi menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sistolik kurang
dari 90 mmHg.
2. Terdapat tanda dan gejala adanya hipoperfusi dari jaringan • Kulit
mengalami vasokontriksi sehingga terdapat akral dingin, basah dan pucat.
 Vena pada punggung.
 Ginjal mengalami penurunan produksi urine oliguria kurang dari
30 ml/jam.
 Otak terjadi gangguan yang mengakibatkan penurunan status
mental.
 Seluruh tubuh akibat dari adanya asidosis metabolik.
3. Apabila diketahui tanpa penyebab hipotensi lain, hal ini bisa terjadi
karena aritmia jantung bradikardi berat dan efek obat-obat seperti
vasodilator, atau juga obat antiaritmia.
4. Sindrom syok menetap setelah aritmia yang dapat teratasi, hilangnya rasa
nyeri, sudah mendapatkan oksigen.

17
2.2.2 PATOFISIOLOGI
2.2.3 ETIOLOGI
Menurut (Wayan Wita, 2012) Etiologi dari Shock kardiogenik bisa
dikarenakan gangguan fungsi jantung secara mendadak atau bisa juga karena
gangguan kontraktilitas dari otot jantung. Hal ini bisa disebabkan karena infark
miokard akut dan komplikasinya, myocarditis, tamponade jantung, endokarditis,
trauma jantung, ruptur korda tendinea, kardiomiopati tingkat akhir, stenosis
valvular berat dan komplikasi bedah jantung.
Menurut (Budhi Subekti, 2011) Syok kardiogenik sebenarnya adalah gagal
jantung kongestif ekstrem yang disebabkan oleh penurunan fungsi kontraktil
jantung yang parah. Penyebab terbanyak kejadian syok kardiogenik adalah infark
miokard ventrikel kiri yang ekstensif.
2.2.4 TANDA DAN GEJALA
Kebanyakan pasien dengan syok kardiogenik memiliki gejala yang sama
dengan Mi akut. Manifestasi klinis syok kardiogenik mencerminkan gagal jantung
dan perfusi jaringan yang tidak adekasat dan sering dikaitkan dengan gejala
iskemia jantung akut.
 Nyeri dada iskemik atau angina equivalents
 Sumbatan paru termasuk takipnea, ronki, dan kemungkinan edema paru
Frank
 Sinus takikardia dan disritmia jantung lainnya
 S, bunyi hati
 Tingkat perubahan kesadaran
 Pucat, dingin, kulit lembab dan dingin dengan tertunda kapiler waktu isi
ulang
 Output urine minimal (kecil)
 Hipotensi (tekanan darah sistolik <90 mm Hg
 Ekokardiogram untuk mengidentifikasi penyebab struktural dari syok
kardiogenik
 Hitung darah lengkap (complete blood count (CBC) dan hitung trombosit
untuk mengidentifikasi kemungkinan koagulopati
 Laboratorium rutin darah (elektrolit, ginjal dan hati tes fungsi) untuk
menilai fungsi organ vital
 Tingkat-tinggi serum laktat di hadapan hipoperfusi jaringan
 Nilai SvO, 65% Peningkatan sekanan jantung hagian kiri (PAP, PAOP)
jika kateter arteri pulmonari dimasukkan

18
2.2.5 PENGOBATAN
1. Bantuan Hidup Darurat
Kebanyakan orang yang mengalami syok kardiogenik membutuhkan oksigen
ekstra. Jika perlu, dokter juga akan menghubungkan pengidap kondisi ini ke
mesin pernapasan (ventilator). Nantinya seseorang yang mengalami kondisi ini
juga akan menerima obat-obatan dan cairan melalui infus pada lengan.
2. Obat-Obatan
Obat yang dokter gunakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung
memompa dan mengurangi risiko penggumpalan darah.
Berikut adalah pilihan obat yang dapat dokter berikan:
 Vasopresor. Obat ini dapat kamu gunakan untuk mengobati tekanan darah
rendah.
 Agen inotropik. Obat ini berfungsi untuk membantu meningkatkan fungsi
pemompaan jantung, dapat dokter iberikan sampai pengobatan lain mulai
bekerja.
 Aspirin. Aspirin biasanya dokter segera berikan untuk mengurangi
pembekuan darah dan menjaga agar darah tetap mengalir melalui arteri
yang menyempit.
 Obat antiplatelet. Dokter ruang gawat darurat mungkin memberi pengidap
syok kardiogenik obat yang mirip dengan aspirin untuk membantu
mencegah pembentukan gumpalan baru.
3. Prosedur Medis
Prosedur medis untuk mengobati syok kardiogenik biasanya berfokus pada
pemulihan aliran darah melalui jantung, seperti:
 Angioplasti dan stenting. Jika dokter menemukan sumbatan selama
kateterisasi jantung, dokter dapat memasukkan tabung tipis panjang
(kateter) dengan balon khusus melalui arteri. Biasanya pada kaki, ke arteri
yang tersumbat pada jantung. Ketika tabung tipis ini berada pada
posisinya, balon digelembungkan sebentar untuk membuka sumbatan.
 Pompa balon. Dokter dapat memasukkan pompa balon pada arteri utama
jantung (aorta). Pompa mengembang dan mengempis dalam aorta,
membantu aliran darah dan mengurangi sebagian beban kerja jantung.
 Oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO). ECMO membantu
meningkatkan aliran darah dan memasok oksigen ke tubuh. Pada
prosedurnya, darah akan dipompa ke luar tubuh untuk dialirkan pada
mesin jantung-paru. Adapun mesin ini berfungsi untuk menghilangkan
karbon dioksida dan mengirimkan darah berisi oksigen kembali ke
jaringan dalam tubuh.

19
4. Prosedur Operasi
Jika obat-obatan dan prosedur lain tidak berhasil mengatasi syok kardiogenik,
dokter mungkin merekomendasikan operasi, seperti:
 Operasi bypass arteri koroner. Operasi ini menggunakan pembuluh
darah yang sehat di kaki, lengan, atau dada untuk membuat jalur
baru agar darah dapat mengalir pada sekitar arteri yang tersumbat
atau menyempit.
 Pembedahan untuk memperbaiki cedera pada jantung. Terkadang
cedera, seperti robekan pada salah satu bilik jantung atau katup
jantung yang rusak, dapat menyebabkan syok kardiogenik.
Pembedahan mungkin memperbaiki masalah.
 Alat bantu ventrikel (VAD). Alat mekanis ini penggunaannya
dengan menanamkan ke dalam perut dan memasangnya ke jantung
untuk membuatnya memompa. VAD dapat memperpanjang dan
meningkatkan kehidupan beberapa orang dengan gagal jantung
stadium akhir.
 Transplantasi jantung. Jika jantung sangat rusak dan tidak ada
perawatan lain yang berhasil, transplantasi jantung mungkin
merupakan pilihan terakhir.

2.2.6 PENCEGAHAN
Syok kardiogenik dapat dicegah dengan menjaga kesehatan jantung melalui gaya
hidup sehat, seperti:
 Kontrol tekanan darah tinggi (hipertensi), melakukan latihan, mengelola
stres, dan membatasi garam, alkohol untuk menjaga tingkat hipertensi.
Selain itu, dokter juga mungkin meresepkan obat untuk mengobati
hipertensi.
 Tidak merokok dan hindari paparan asapnya.
 Menjaga berat badan yang sehat akan menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan kadar kolesterol.
 Kurangi makanan kolesterol dan lemak, terutama lemak jenuh. Sebab, hal
ini dapat mengurangi risiko penyakit jantung.
 Berolahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah, meningkatkan
tingkat high-density lipoprotein (HDL) kolesterol dan meningkatkan
kesehatan pembuluh darah dan jantung secara keseluruhan.

20
BAB III

PENUTUP

a. KESIMPULAN
Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun
tekanan pengisian vena normal.
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis
penyakit jantung kongenital maupun yang didapat. Mekanisme fisiologis yang
menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan
beban awal, beban akhir, atau menurunkan kontraktilitas miokardium.

Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan karena fungsi jantung


yang tidak adekua, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik
jantung: manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi
yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. Etiologi syok kardiogenik
antara lain: Penyakit jantung iskemik, obat-obatan yang mendepresi jantung,
gangguan irama jantung.
Syok kardiogenik adalah gangguan sistem sirkulasi dimana sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah
ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai yang menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Syok terjadi akibat berbagai
keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan
jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang
rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada
pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok
serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama
penderita mengalami syok

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami sangat membutuhkan saran serta kritik dari
pembaca yang sifatnya membangun agar penulisan makalah – makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kas

21
DAFTAR PUSTAKA

Agung Wibowo, dan Arif Sugitanata. (2023). Teori Pertingkatan Norma Dan

Penemuan Hukum Islam (Pendalaman Dan Rekonstruksi Konsep). Jurnal

Darussalam. Vol 3(10) Hal:79-96.

Harisan Boni Firmando. (2021). Sosisologi Kebudayaan. Yogyakarta:Bintang

Semesta Media.

Nindita Fadlilah Ningtias. (2022). Nilai-Nilai Budaya Dalam Novel “Di Bawah

Langit Yang Sama” Karya Helga Rif: Kajian Budaya Clyde Kluckhohn.

Jurnal UNESA. Vol9(8). Hal:323-334

Sri Uji Pratiwi. (2020). Modul Sosiologi. KEMDIKBUD.

Sugeng Prianto, Dkk. (2018). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:Gramedia

22

Anda mungkin juga menyukai