Anda di halaman 1dari 3

Pendidikan di Indonesia telah melewati berbagai proses perkembangan, termasuk perkembangan

kurikulum. Perubahan kurikulum di Indonesia mulai didirikan sejak sebelum merdeka dan terjadi
perubahan beberapa kali. Meski begitu, perubahan kurikulum memang tidak bisa dihindari akibat
belum ditemukannya wujud sejati pendidikan di Indonesia, pengaruh sosial, budaya, sistem politik,
ekonomi, dan IPTEK. Inovasi kurikulum memang sudah seharusnya dilaksanakan secara dinamis,
agar dapat sesuai dengan perubahan serta tuntutan di masyarakat. Kurikulum merdeka adalah
kurikulum yang dilaksanakan dan didasarkan pada pengembangan profil peserta didik agar
mempunyai jiwa serta nilai-nilai yang terkandung pada sila Pancasila dalam kehidupannya.
Kurikulum merdeka tetaplah mengutamakan pendidikan karakter melalui profil pelajar pancasila.

Perkembangan Kurikulum di Indonesia: Menuju


Pendidikan Berkualitas
Pendidikan di Indonesia terus mengalami evolusi, termasuk dalam hal kurikulum.
Sejak pra-kemerdekaan hingga saat ini, kurikulum telah mengalami beberapa kali
perubahan. Hal ini didorong oleh berbagai faktor, seperti belum optimalnya sistem
pendidikan, pengaruh sosial budaya, sistem politik, ekonomi, dan perkembangan
teknologi. Dinamika perubahan ini menunjukkan upaya berkelanjutan untuk
mencapai pendidikan yang ideal di Indonesia.

Kurikulum Merdeka merupakan terobosan terbaru yang berfokus pada


pengembangan profil peserta didik. Kurikulum ini bertujuan untuk menumbuhkan
jiwa dan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan para siswa. Pendidikan karakter tetap
menjadi prioritas utama melalui profil Pelajar Pancasila.

Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas kepada sekolah dan guru untuk


merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta
didik di daerahnya. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan generasi muda yang
cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

Pendidikan karakter sangat penting dan wajib dilaksanakan, karena membentuk karakter bangsa yang
merupakan salah satu tujuan dari adanya suatu pendidikan nasional, pendidikan karakter terus
diupayakan hingga masa kini, pendidikan karakter terus dilaksanakan, diperkuat, dan terus
dikembangkan termasuk dalam kurikulum merdeka melalui profil pelajar pancasila. Profil pelajar
pancasila yang tercantum di dalam kurikulum merdeka berguna untuk mengembangkan
karakter dan kemampuan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar. Secara filosofis,
pembentukan karakter melalui pendidikan karakter dibutuhkan dan perlu diberikan pada peserta didik
guna mencapai tujuan pendidikan bangsa. Sejalan dengan pandangan Ki Hajar Dewantara yakni
pendidikan tidak akan terlepas dari nilai-nilai karakter (budi pekerti), fisik, dan pikiran peserta didik
yang kelak akan menjadi ‘manusia’ di masyarakat. Sehingga pendidikan karakter memiliki peran
penting untuk mengembangkan potensi peserta didik dan menjadi masyarakat Indonesia yang berbudi
luhur

Pendidikan bagaikan taman bunga yang penuh warna, di mana setiap murid
bagaikan bunga unik dengan kebutuhannya sendiri. Di sinilah pembelajaran
berdiferensiasi hadir bagaikan sang penjaga taman, yang memahami dan merawat
setiap bunga agar mekar dengan indah.

Pembelajaran berdiferensiasi melampaui batas metode tradisional, dan menjelma


menjadi sebuah filosofi yang menjunjung tinggi keberagaman. Inti dari filosofi ini
adalah memahami profil belajar setiap murid, bagaikan meneliti spesies bunga yang
berbeda-beda.

Memahami profil belajar murid termasuk menggali minat, bakat, dan gaya belajar
mereka. Hal ini bagaikan mempelajari kebutuhan air, sinar matahari, dan pupuk
yang optimal bagi setiap bunga.

Dengan memahami keunikan murid, guru dapat merancang pembelajaran yang


adaptif dan responsif, bagaikan menyesuaikan taman agar sesuai dengan
kebutuhan setiap bunga. Diversifikasi konten, proses, dan produk pembelajaran
menjadi kunci untuk mengakomodasi kebutuhan belajar yang beragam.

Dunia pendidikan bagaikan taman bunga yang penuh warna, di mana setiap
murid bagaikan bunga unik dengan kebutuhannya sendiri. Diferensiasi
pembelajaran hadir bagaikan sang penjaga taman, yang memahami dan merawat
setiap bunga agar mekar dengan indah.

Diferensiasi bukan sekadar metode, tetapi sebuah filosofi yang menghargai


keberagaman. Filosofi ini berlandaskan pada pemahaman profil belajar setiap
murid, bagaikan meneliti spesies bunga yang berbeda-beda.

Memahami profil belajar murid termasuk menggali kesiapan belajar, minat, dan
gaya belajar mereka. Hal ini bagaikan mempelajari kebutuhan air, sinar matahari,
dan pupuk yang optimal bagi setiap bunga.

Sejarah diferensiasi menapaki jejak panjang, berawal dari gagasan Ki Hajar


Dewantara, Menteri Pendidikan pertama Indonesia. Beliau menekankan pentingnya
menghargai perbedaan karakteristik setiap anak dalam bukunya Pusara (1940).

Carol Ann Tomlinson, pakar pendidikan ternama, melanjutkan jejak ini dengan
penelitiannya tentang diferensiasi. Dalam bukunya The Differentiated Classroom
(1999), beliau menegaskan bahwa "satu cara pengajaran tidak akan cocok untuk
semua."
Diferensiasi memandang murid sebagai individu, meskipun berada dalam kelas
yang sama. Guru didorong untuk mengakomodasi perbedaan ini melalui diferensiasi
konten, proses, dan produk.

Diferensiasi merupakan strategi yang adaptif dan responsif dalam menjawab keragaman
kemampuan murid dalam pembelajaran bahasa. Dengan memahami kebutuhan dan minat
murid, guru dapat merancang pembelajaran yang efektif dan optimal, mengantarkan setiap
murid menuju gerbang kesuksesan dalam menguasai bahasa.

Diferensiasi merupakan suatu hal yang cocok


dilakukan untuk pembelajaran bahasa apa saja yang
memiliki pemelajar yang beragam kemampuannya.
Purnamaningwulan (2017) melakukan penelitian
tentang penggunaan Diferensiasi di kelas Speaking
yang pemelajarnya memiliki kemampuan beragam.
Diketahui bahwa Diferensiasi dapat memecahkan
masalah tentang keberagaman kemampuan
pemelajar dalam satu kelas yakni suasana belajar
yang menyenagkan, praktik bicara, pembelajaran
kolaboratif dan pemilihan materi dan proses
belajar. Tindakan yang diberikan pada penelitian
tersebut juga mampu mengembangkan kemampuan
siswa dalam berbicara. Kelley (2018) juga meneliti
tentang penggunaan Diferensiasi di kelas bahasa
asing tingkat menengah. Beberapa guru meyakini
bahwa guru bahasa asing yang efektif adalah yang
merencanakan diferensiasi berdasarkan kebutuhan
dan minat siswa serta menggunakan berbagai
macam instruksi dan pengelompokan yang
fleksibel.

Sebagai seorang mahasiswa, refleksi terhadap keragaman peserta didik dan target kurikulum sangat
penting untuk dilakukan

Sebagai calon pendidik, refleksi menjadi alat penting untuk menjembatani antara
teori dan praktik. Dalam konteks pendidikan yang kian beragam dan dinamis, refleksi
terhadap keragaman peserta didik dan pemenuhan target kurikulum menjadi kunci
untuk membangun fondasi yang kokoh bagi masa depan.

Berikut beberapa refleksi yang dapat dilakukan:

Anda mungkin juga menyukai