Kelompok 5 - Mikrobiologi Teknik - Tugas 2
Kelompok 5 - Mikrobiologi Teknik - Tugas 2
Kelompok 5 - Mikrobiologi Teknik - Tugas 2
Makalah ini Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Teknik
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mikrobiologi tentang “PMO Metode Kimia” ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari beberapa sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih pada semuanya yang telah berkontribusi
dalam pebuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Demikian, kami berharap semoga makalah mikrobiologi tentang “PMO Metode Kimia” ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................................................4
1.3. Tujuan...............................................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................................5
2.1. ISTILAH-ISTILAH DALAM PMO KIMIA.................................................................................................5
2.2. KARAKTERISASI IDEAL ZAT KIMIA PMO.........................................................................................11
2.3. Kelompok Desinfektan dan Antiseptik........................................................................................................12
2.4. KELOMPOK STERILAN............................................................................................................................19
2.5. MANAGEMEN ANTISEPIK.......................................................................................................................22
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................................29
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................30
3
BAB I
PENDAHULUAN
Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang,
sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme
sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian.
Hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari
infeksi ringan sampai pada kematian. Pengendalian mikroorganisme sangat esensial dan penting di dalam industri dan produksi
pangan, obat-obatan, kosmetika dan lainnya.
Peranan mikroorganisme dalam kehidupan sangat penting, teknologi mikrobiologis telah memecahkan sekelumit
permasalahan manusia. Pengadaan energi, pangan , obat-obatan merupakan hasil dari peranan mikroorganisme. Pengadaan
nutrisi untuk pakan ternak merupakan salah satu terobosan pemecahan masalah dalam pengadaan pakan ternak. Namun
mikroorganisme dapat meneyebabkan permasalahan, hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta
tanaman yang menimbulkan penyakit. Bukan hanya itu aktifitas negatif menimbulkan rusaknya bahan makanan hingga
berakibat tidak dapat di konsumsi bahkan beracun.
Karena itu perlu adanya suatu usaha untuk mengendalikan aktifitas dari mikroba. Yang di maksud pengendalian di sini
adalah upaya pemberantasan, penghambatan dan pemusnahan sel mikroba dan segala bentuk sel vegetatif. Telah banyak di
temukan teknik-teknik dalam pengendalian mikroorganisme seperti desinfektan, sterilisasi, pasteurisasi, antiseptik, germisida,
bakteoristatik, bakterisid yang tentu saja tiap-tiap teknik harus melewati serangkaian prosedur yang benar sehingga upaya
pengendalian dapat memberikan hasil yang maksimal. Perlu di garis bawahi bahwa tiap-tiap teknik memiliki suatu tujuan
dalam pengendalian seperti teknik sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh segala macam sel mikroba dan bentuk
vegetatifnya.
1.3. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan beragam, dan mereka terdapat hampir dimana-mana di alam
ini. Mereka merupakan bentuk kehidupan yang tersebar paling luasdan terdapat paling banyak di planet ini. Sesungguhnya
telah dihitung bahwa massamikroorganisme di bumi melebihi massa organisme lain. Didalam setiap gram tanah suburterdapat
berjuta-juta mikroorgansime (Pelczar, 2005).
Pengendalian pertumbuhan mikroba pada prinsipnya adalah menghambat atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme.Pengendalian mikroorganisme berdasarkan dua hal :
1. Dengan membunuh mikroorganisme
Beberapa istilah khusus sering digunakan untuk lebih merinci sarana serta proses pengendalian mikroba. Penggunaan
istilah-istilah ini penting dalam pemberian etiket pada obat-obatan serta bahan-bahan kimia yang digunakan terhadap
mikroorganisme. Baik pengusaha pabrik maupun konsumen harus mengerti arti yang tepat dari istilah-istilah ini. Istilah-istilah
tersebut harus didefinisikan dalam bahasa sehari- hari yang dapat dijumpai di dalam kamus umum. untuk lebih memahami
tentang pengendalian mikroorganisme, maka kita perlu memahami dan mengerti beberapa definisi serta istilah-istilah yang
digunakan dalam pengendalian mikroorganisme yaitu sebagai berikut:
5
1. Analisis/analisa Data
Menentukan arti yang sebenarnya dan signifikan dari data yang telah diorganisasikan dalamsatu pola yang logis.
Proses yang berisi usaha secara formal untuk menemukan tema-tema,merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang
disarankan oleh data dan sebagai usahauntuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu.
3. Daftar Pustaka
Daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit,dsb yang ditempatkanpada bagian akhir suatu
karangan atau buku, dan disusun menurut abjad.
5. Data kualitatif
Data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat/tulisan.Data yang pada umumnya sukardiukur/menunjukkan kualitas
tertentu untuk kepentingan penyusunan instrumen penelitianbiasanya data kualitatif disusun dalam skala tertentu.
6. Data kuantitatif
Data yang bersifat angka.Data terukur, biasanya dapat dinyatakan dalam satuan tertentupenting buat pengelolaan
statistik, penyusunan tabel, dsb, persyaratan yang harus dipenuhiagar data kuantitatif bernilai untuk pengelolaan dapat
dipelajari dalam ilmu statistik.
7. Deduktif
Menguji hipotesis melalui validasi teori.
8. Definisi Operasional
Spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel.
8. Deskripsi
Berkaitan dengan pengkajian fenomena secara lebih rinci atau membedakannya dgnfenomena yang lain.
9. Diagram
Gambaran (buram, sketsa) untuk memperlihatkanatau menerangkan sesuatu.
11. Dokumentasi
Memperoleh data langsung dari tempat peneliti, meliputi buku-buku yang relevan,peraturan-peraturan, laporan
kegiatan film dokumenter dan data lain yang relevan.
12. Eksplanasi
Mengkaji hubungan sebab-akibat diantara dua fenomena atau lebih.
13. Eksplorasi
Berkaitan dengan upaya untuk menentukan apakah suatu fenomena ada atau tidak.
15. Hipotesis
Penjelasan yang bersifat sementara untuk tingkah laku, kejadian, atau peristiwa yang sudahatau akan terjadi.
6
18. Induksi
Pengambilan keputusan dengan menggunakan data tanpa menggunakan hipotesis.
19. Induktif
Mengembangkan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.
22. Jurnal
Tulisan-tulisan dalam satu bidang disiplin ilmu yang sama, misalnya ilmu manajemen dalamilmu ekonomi atau teknik
informatika dalam ilmu komputer.
24. Kesimpulan
Butir-butir temuan (hasil penelitian dan bahasan) yang disajikan secara singkat dan jelas.
25. Konsep
Istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian keadaankelompok/individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
32. Penelitian
Aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah denganmengumpulkan data-data dan dianalisis
untuk menyelesaikan suatu masalah.
7
37. Penelitian kausal komparatif (Ex Post Facto)
Penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat berdasarkanpengamatan terhadap akibat yang
terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebabmelalui data yang telah dikumpulkan.
43. Pengukuran
Kemampuan instrumen penelitian untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat dan benar.
44. Perencanan
Persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan PTK.
45. Prediksi
Berupaya mengidentifikasi hubungan (keterkaitan) yang memungkinkan kita berspekulasi(menghitung) tentang
sesuatu hal (X) dengan mengetahui (berdasar) hal yang lain (Y).
47. Populasi
Sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal danyang membentuk masalah
pokok dalam suatu riset khusus.
49. Refleksi
Uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkaitan denganproses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan, serta krteria dan rencana bagitindakan siklus berikutnya.
50. Reliabilitas
Tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap darisekelompok sampel.
51. Responden
Orang yang diminta memberikan keterangan tentang sesuatu fakta/pendapat.Keterangantersebut dapat disampaikan
dalam bentuk tulisan, yaitu ketika mengisi angket/lisan ketikamenjawab wawancara.
52. Review
Tulisan-tulisan yang mensintesis karya-karya atau buku yang pernah ditulis dalam suatuperiode waktu tertentu. Tulisan
disusun berdasarkan topik dan isi.
8
54. Rumusan permasalahan
Inti penelitian, sehingga bisa dipakai pertimbangan menyusun judul dan hipotesis.
55. Sampel
Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki untuk populasi tersebut.
56. Saran
Himbauan kepada instansi terkait maupun peneliti berikutnya yang berdasarkan pada hasiltemuan. Saran sebaiknya
selaras dengan topik penelitian.
62. Tabel
Daftar berisi ikhtisar sejumlah (besar) data informasi, biasanya berupa kata-kata danbilangan yang tersusun
secarabersisrtem, urut ke bawah di lajur dan deret tertentu dengangaris pembatas sehingga dapat dengan mudah
disimak.
63. Teori
Informasi ilmiah yang abstrak sifatnya dan belum tentu dapat langsung digunakan dalampenelitian yang ingin
dilakukan oleh seorang peneliti melalui deduksi logika teori yangabstrak tadi diterjemahkan menjadi hipotesa yakni
informasi ilmiah yang lebih spesifik danlebih sesuai dengan tujuan penelitian.
67. Tes
Serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu ataukelompok.
68. Tindakan
suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk sikluskegiatan dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam prosesbelajar mengajar.
70. Validitas
9
Tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkapkan data sesuai denganmasalah yang
hendak diungkapkannya.
71. Variabel
Objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti dengan tujuan untukmemperoleh informasi agar bisa
ditarik suatu kesimpulan.
78. Sterilisasi.
Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan disebut sterilisasi. Suatu benda yang
steril, dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup. Suatu benda atau substansi hanya
dapat steril atau tidak steril; tidak akan pernah mungkin setengah steril atau hampir steril.
79. Disinfektan.
Adalah suatu bahan, biasanya zat kimia, yang mematikan sel vegetatif tetapi belum tentu mematikan bentuk-bentuk
spora mikroorganisme penyebab penyakit, disebut disinfektan. Istilah ini pada umumnya dipakai untuk substansi yang
digunakan terhadap benda mati.
80. Disinfeksi
adalah proses yang menghancurkan sel-sel vegetatif penyebab infeksi namun tidak selalu mematikan sporanya.
81. Antiseptik.
Adalah suatu substansi yang melawan infeksi (sepsis) atau mencegah pertumbuhan atau kerja mikroorganisme dengan
cara menghancurkan mereka atau menghambat pertumbuhan serta aktivitasnya disebut antiseptik. Istilah ini biasanya
dipakai untuk substansi yang digunakan terhadap tubuh.
84. Bakterisida.
Suatu bahan yang mematikan bentuk-bentuk vegetatif bakteri disebut bakterisida (kata sifat, bakterisidal). Demikian
pula istilah-istilah fungsida, virisida dan sporisida, masing-masing diartikan sebagai bahan yang mematikan
cendawan, virus dan spora.
85. Bakteriostasis.
Suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostasis (kata sifat, bakteriostatik). Demikian
pula fungistatik, menggambarkan kerja suatu bahan yang menghentikan pertumbuhan cendawan. Bahan-bahan yang
mempunyai persamaan dalam kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara kolektif dinamakan
bahan mikrobistatik.
10
86. Bahan Antimikrobial.
Sebagai istilah umum, bahan antimikrobial diartikan sebagai bahan yang menganggu pertumbuhan dan metabolisme
mikrobe. Dalam penggunaan umum, istilah ini menyatakan penghambatan pertumbuhan, dan bila dimaksudkan untuk
kelompok-kelompok organisme yang khusus, maka seringkali digunakan istilah-istilah seperti antibakterial atau
antifungal. Beberapa bahan antimikrobial digunakan secara khusus untuk mengobati infeksi. Ini disebut bahan
terapeutik.
87. Bakterin
Vaksin yang dibuat dari bakteri yang mati, dandapat menimbulkan kekebalan pada tubuhterhadap penyakit yang
ditimbulkan oleh bakteri jenis itu.
88. Bakteriosilin
Anti bodi yang terbentuk dalam darah dan dapat menghancurkan bakteri.
89. Bakteriolisis
Suatu proses pembasmian bakteri dengan memecahkannya sel-sel bakteri.
90. Bakteriostat
adalah substansi atau agen atau bahan yang menghambat pertumbuhan atau perkembangbiakan bakteri, misal golongan
sulfonamida.
91. Bakterisidal
berkemampuan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri.
92. Bakteriuria
terdapatnya bakteri dalam urin
93. Septikemia
terdapatnya bakteri dalam aliran darah
94. Germicidal
adalah istilah yang umum digunakan sebagai bahan yang dapat mengurangi dan menghilangkan mikroorganisme
95. Sporosida
bahan/senyawa yang dapat membunuh endospora bakteri
Mayoritas usia PMO yang ditemukan pada penelitian tersebut adalah usia 36-45 tahun. Akan tetapi menurut Saftarina,
Islamy, Rasely 2012, karakteristik usia PMO yang baik adalah usia 20-30 tahun. Usia tersebut memiliki karakteristik yang
cukup baik karena pada dasarnya PMO harus disegani oleh penderita dan pada usia tersebut emosi seseorang sudah mulai
matang, sehingga PMO dapat kontrol emosinya dan dapat menjadi seorang pengawas minum obat yang baik.
Jenis kelamin PMO terbagi menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan, keduanya mempunyai pengaruh yang sama dalam
keberhasilan pengobatan pasien TB. Akan tetapi, perempuan merupakan PMO yang lebih diinginkan oleh penderita TB. Hal
tersebut dikarenakan perempuan lebih mempunyai sifat sabar dan telaten yang bisa lebih mudah 20 memahami dan
memperhatikan proses pengobatan pasien TB. Selain itu, PMO yang ditemukan mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan
persentase perempuan sebesar 51,7%
Tingkat pengetahuan dan pendidikan seorang PMO juga sangat berpengaruh. Seorang PMO minimal mempunyai
pengetahuan tentang penyakit TB dan peranannya sebagai Pengawas Minum Obat.
Di kalangan industri kimia, "bahan kimia" buatan adalah zat kimia, yang dapat diklasifikasikan berdasarkan volume
produksinya menjadi bahan kimia curah, bahan kimia murni (fine chemicals) dan bahan kimia untuk penelitian saja:
11
1. Bahan kimia curah (bulk chemical) diproduksi dalam jumlah yang sangat besar, biasanya dengan proses berkelanjutan
yang sangat dioptimalkan dan harganya relatif rendah.
2. Bahan kimia murni (fine chemical) diproduksi dengan biaya tinggi dalam jumlah kecil untuk aplikasi volume rendah
seperti biosida, obat-obat farmsi dan bahan kimia khusus untuk aplikasi teknis.
3. Bahan kimia riset atau bahan kimia penelitian dibuat tersendiri untuk penelitian, seperti ketika mencari jalur sintetis
atau skrining zat untuk aktivitas farmasi. Akibatnya, harga per gramnya menjadi sangat tinggi, meskipun tidak untuk
dijual.
Penyebab perbedaan volume produksi adalah kompleksitas struktur molekul bahan kimia yang akan dibuat. Bahan kimia
curah biasanya tidak kompleks. Sementara bahan kimia murni mungkin lebih kompleks, banyak dari mereka cukup sederhana
dijual sebagai "blok pembangun" untuk sekali pemakaian dalam sintesis molekul yang lebih kompleks. Produksi bahan kimia
tidak hanya mencakup sintesisnya tetapi juga melibatkan pemurniannya untuk menghilangkan produk sampingan dan
ketakmurnian yang terlibat dalam sintesis. Tahap terakhir dalam produksi adalah analisis batch lot bahan kimia untuk
mengidentifikasi dan mengkuantifikasi persentase ketakmurnian sebagai informasi kepada pembeli bahan kimia. Kemurnian
dan analisis yang diperlukan bergantung pada aplikasinya, tetapi toleransi terhadap ketakmurnian yang lebih tinggi biasanya
diharapkan pada produk bahan kimia curah. Oleh karena itu, pengguna bahan kimia di AS dapat memilih antara curah atau
"berderajatkemurnian teknis"[catatan 2] ("technical grade") dengan jumlah ketakmurnian yang lebih tinggi; atau yang
"berderajatkemurnian farmasi" (diberi label "USP", United States Pharmacopeia). "Bahan kimia" dari sisi komersial dan legal
dapat juga meliputi campuran dengan komposisi yang sangat beragam, karena bahan kimia ini dibuat sesuai spesifikasi teknis
tertentu dan bukan berdasarkan zat kimia tertentu. Misalnya, bensin bukanlah senyawa kimia tunggal dan bukan pula suatu
campuran tertentu: bensin yang berbeda dapat memiliki komposisi kimia yang sangat berbeda, karena definisi utama "bensin"
dilihat dari sumber, sifat dan bilangan oktan.
1. Konsentrasi rendah dengan spektrum bunuh yang luas sehingga dapat membunuh berbagai mikroorganisme.
3. Mempunyai stabilitas yang baik dalam waktu yang lama. (tidak kehilangan sifat antimikrobanya)
4. Bersifat letal (mematikan) bagi mikroorganisme, tetapi aman bagi manusia maupun hewan.
5. Mempunyai homogenitas yang tinggi, sehingga komposisi selalu sama untuk setiap aplikasi dosis takaran
Antiseptik dan desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk menginaktivasi/membunuh mikroorganisme
patogen yang dapat menginfeksi manusia atau binatang, dan telah digunakan secara luas baik di rumah sakit maupun di sarana
kesehatan lainnya dengan tujuan penggunaan secara topical maupun untuk aplikasi pada permukaan. Dan seiring
perkembangan zaman, bahan-bahan antiseptik ini telah diintegrasikan dalam berbagai produk rumah tangga seperti sabun
mandi, detergen, cairan pencuci piring dan cairan pembersih. Sehingga dikenal istilah antiseptik konsumer (Consumer
Antiseptic) yang merujuk kepada kelompok produk dengan obat/bahan antimikroba yang dipasarkan atau ditujukan untuk
penggunaan secara umum dengan tujuan tertentu.
Merujuk pada tujuan penggunaannya , antiseptik dan desinfektan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membunuh
atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme, penggunaan antiseptic ditujukan untuk aplikasi pada kulit atau jaringan hidup,
dan sebaliknya untuk desinfektan ditujukan untuk aplikasi pada permukaan/objek yang tidak hidup. Dan secara garis besar,
desinfektan, termasuk bakterisida, fungisida, virusida, mikobakterisida, tuberkulosida, sporisida, sterilants atau kombinasinya.
12
Persamaan Desinfektan dan Antiseptik:
1. Jenis bahan kimiayang digunakan sebagai antiseptic dan desinfektan. Kedua zat kimia ini bisa membunuh bakteri yang
dapat menyebabkan penyakit dan infeksi.
2. Cara kerja dari antiseptic dan disinfektan memang sama, yaitu senyawa yang terkandung di dalamnya akan menembus
dinding sel organisme seperti bakteri.
3. Pada umumnya senyawa ini akan mengganggu metabolism sel atau mengubah
permeabilitas.
Perbedaan Desinfektan dan Antiseptik:
1. Antiseptik digunakan untuk menyingkirkan kuman dikulit yang hidup, sedangkan disinfektan menyingkirkan kuman
di benda yang mati.
2. Desinfektan kadang digunakan juga sebagai antiseptic untuk manusia asalkan dosisnya tepat karena kalua dosisnya
terlalu tinggi bisa membuat keracunan hingga kematian.
Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptic karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik.
Antiseptik harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat
keras.
2.3.1. Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik
seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
Disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat
mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan apabila
sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa
tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
8. Larutan stabil
9. Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan didesinfeksi dan pada organisme yang akan
dihancurkan.
10. Waktu
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable.
13
11. Suhu
Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia.
1. Tingkat tinggi, yang digunakan untuk pengolahan instrumen semi-kritis atau perangkat dan termasuk zat diatur oleh
Food and Drug Administration (FDA) seperti glutaraldehid, klorin dioksida-hidrogen peroksida, orthophthaldehyde-,
dan formulasi berbasis asam perasetat;
2. Tingkat menengah, yang digunakan untuk desinfektan tips untuk epilator jarum dan termasuk zat diatur oleh
Environmental Protection Agency (EPA) seperti alkohol yang mengandung 70 sampai 90 persen etanol atau
isopropanol, senyawa klorin, dan fenolik atau iodophor dengan persiapan tertentu yang ditetapkan oleh EPA;
3. Tingkat rendah, yang digunakan untuk disinfeksi permukaan lingkungan atau non-instrumen dan termasuk dalam
bahan yang diatur oleh EPA seperti senyawa amonium kuaterner dan fenolik atau iodophor dengan persiapan tertentu
yang ditetapkan oleh EPA.
2.3.2. Antiseptik
Sejarah penggunaan antiseptik dimulai oleh Joseph Lister (1827-1912) yang dikenal sebagai “Bapak Antiseptik ” . Ia
adalah seorang profesor bedah di University of Glasgow dan Edinburg dan kemudian di King College , London, yang
memperkenalkan sistem aseptik pada 21 September 1867 melalui publikasinya pada British Medical Journal yang berjudul
“Antiseptic Principle in The Practice of Surgery” . Joseph Lister sangat tertarik dalam pencegahan sepsis pasca operasi ,
dengan teori mikroba pathogen dari Pasteur dan menyimpulkan bahwa sepsis atau infeksi luka mungkin karena pertumbuhan
mikroba , yang berasal dari atmosfer . Ia berhasil mencegah sepsis pasca operasi dengan memperkenalkan teknik antiseptik .
Dengan menggunakan karbol (Fenol) sebagai semprotan pada luka atau selama operasi . Ia menutup luka dengan kain yang
direndam dalam asam karbol pada luka . Akibatnya , ada penurunan terjadinya sepsis pasca operasi , peradangan dan luka. Ini
menyelamatkan jutaan nyawa dari kematian akibat luka yang infeksi. Operasi antiseptik Lister kemudian menyebabkan
perkembangan operasi aseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang
desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari
toksisitasnya.
Antiseptik adalah substansi kimia yang dipakai pada kulit atau selaput lendir untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan menghalangi atau merusakkannya. Sedangkan desinfektan, pada dasarnya sama, namun istilah ini
disediakan untuk digunakan pada benda-benda mati. Beberapa antiseptic merupakan germisida, yaitu mampu membunuh
mikroba, dan ada pula yang hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibakterial adalah antiseptik
hanya dapat dipakai melawan bakteri.
Antiseptik harus :
5. Tetap Aktif , dengan adanya cairan tubuh misalnya : darah & nanah.
Jenis antiseptik :
14
2. bakterisida digunakan untuk memperlambat pertumbuhan
bakteri. Kategori Produk Antiseptik :
1. Penggunaan Pribadi secara Domestik : Produk yang digunakan secara domestik (produk rumah tangga) oleh
perorangan untuk mengurangi organisme pada kulit.
2. Pengunaan Pribadi secara Komersial : Produk yang tersedia untuk publik secara umum untuk digunakan dan bertujuan
untuk mengurangi organisme pada kulit dilingkungan komersial atau institusional.
3. Penggunaan Untuk Makanan Secara Profesional : Digunakan untuk penanganan produk makanan untuk mengurangi
organisme termasuk proses produksi makanan dan termasuk restoran, supermarket dan outlet makanan siap saji.
4. Pengunaan Untuk Kesehatan Secara Profesional : Produk yang ditujukan untuk pengunaan secara perorangan untuk
mengurangi organisme pada kulit dalam lingkungan kesehatan ( klinik, rumah sakit).
1. Stabilitas kimia
2. Ekonomis
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh
bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari
logam berat itu mudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun
demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh
manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.
2. Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya
selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan,
bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau
mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang
digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.
15
Gambar 2.2. Senyawa Klor
Sumber:
wanibesakc.blogspot.com
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium
merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.
Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol.
Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada
desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan
yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
5. Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa senyawa yang dikenal
sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic.
Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai
disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi
konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
6. Alkohol
16
Gambar 2.5. Minuman Alkohol
Sumber: idntimes.com
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga antiseptic.
Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai
pengawet).
7. Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat efektif di daerah
tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.
8. Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh bakteri, spora, jamur dan
virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah
kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup
rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa
membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar
udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
9. Hidogen Peroksida
17
Gambar 2.8. Hidrogen Peroksida
Sumber: 99.co
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat
tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya
kemungkinan dimasuki organisme aerob.
10. Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam
konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat,
ini diperlukan, karena betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam
akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa.
Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya mengandung karbon, terikat
secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau bakteriosida, tergantung pada
konsentrasi yang digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif
daripada organisme gram-negatif.
Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek
mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang
melalui proses pencucian.
18
13. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa kokus seperti Sterptococcus yang
mengganggu tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide.
14. Antibiotik
Gambar 2.12.
Antibiotik Sumber:
halodoc.com
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun
mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari kata Sterilisasi memiliki makna yang berbeda
dalam dua (2) bidang pembahasan, yaitu pembahasan kimia dan pembahasan biologi. Dalam
pembahasan kimia, Sterilisasi merupakan perlakuan untuk menjadikan suatu bahan atau benda bebas dari mikroorganisme
dengan cara pemanasan, penyinaran, atau dengan zat kimia untuk mematikan mikroorganisme hidup maupun sporanya. Dalam
pembahasan biologi, Sterilisasi perlakuan untuk meniadakan kesanggupan berkembang biak pada hewan atau manusia dengan
menghilangkan alat kelamin atau menghambat fungsinya.
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua bentuk organisme . Suatu benda yang
steril, dipandang dari sudutmikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup yang tidak diinginkan. Suatu bendaatau
substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin setengah steril atauhampir steril (Pelozar, 1988).
Sedangkan menurut Fardiaz, sterilisasi yaitu suatu prosesuntuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika
ditumbuhkan didalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak (Fardiaz, 1992). Peranan sterilisasi
pada bidang mikrobiologi diantaranya adalah untuk mencegah pencemaran organisme luar, untuk mempertahankan keadaan
aseptis, sedangkan pada pembuatan makanan dan obat-obatan, sterilisasi berfungsi untuk menjamin keamananterhadap
pencemaran oleh mikroorganisme (Gupte, 1990).
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau
didalam sutu benda. ketika melakukan pemindahan biakkan bakteri secara aseptik. Di dalam pengamatan tentang mikrobiologi,
sterilisasimerupakan bagian yang sangat penting atau merupakan suatu keharusan, baik pada alatmaupun media. Hal ini penting
karena jika alat atau media tidak steril, akan sulit menentukan apakah mikroba merupakan akibat dari percobaan yang
19
dilakukan atau merupakan kontaminan. Bekerja di laboratorium mikrobiologi mengandung risiko yang tidak kecil. Setiap saat
harus selalu berasumsi bahwa setiap mikroorganisme adalah potensial patogen dan harus berhati-hati agar tidak terinfeksi oleh
bakteri tersebut. Sterilisasi ini sangat penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitianyang bersangkutan
dengan mikrobiologi.
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan
penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama – sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau
sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Sedangkan sterilisasi
kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode didasdarkan pada sifat bahan yang akan
disterilkan (Hadioetomo, R. S., 1985).
1. Secara Fisika
Beberapa cara fisika dapat digunakan untuk mengendalikan populasi mikroba. Misalnya seperti temperatur tinggi dan
radiasi ionisasi. Metode Pengendalian Mikroorganisme secara fisika adalah teknik mematikan mikroorganisme dengan tujuan
menghilangkan semua mikroorganisme yang ada pada bahan atau alat dengan proses dan sarana fisik. Dengan cara fisika
mikroorganisme dapat dikendalikan, yaitu dibasmi, dihambat atau ditiadakan dari suatu lingkungan. Pemanasan Suhu Tinggi
Pada suhu-suhu tertentu mikroorganisme dapat dimatikan. Waktu yang diperlukan untuk membunuh tergantung pada
jumlah organisme, spesies, sifat produk yang dipanaskan, pH, dan suhu. Autoklaf merupakan instrumen yang
digunakan untuk membunuh semua mikroorganisme dengan panas, umumnya digunakan dalam proses pengalengan,
pembotolan, dan prosedur pengemasan steril.
1) Pendidihan
Pendidihan 100o selama 30 menit dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan (memerlukan waktu lebih
banyak di ketinggian). Membunuh semua mikroorganisme yang patogen maupun non patogen kecuali beberapa
endospore dan dapat menonaktifkan virus.
2) Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang ringan dengan suhu terkendali untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme patogen dengan berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk
dibasmi dalam produk atau makanan. Dalam kasus pasteurisasi susu, waktu dan suhu tergantung tujuan untuk
membunuh jenis potensial yang patogen yang terdapat dalam susu yang diinginkan.
Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak
pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya.
Selama proses ultrapasteurisasi, juga dikenal sebagai ultra high-temperature (UHT) pasteurisasi, susu dipanaskan
sampai suhu 140 ° C. Pada metode langsung, susu dikontakkan langsung dengan uap pada suhu 140 ° C selama
satu atau dua detik. Sebuah film tipis susu dimasukkan melalui sebuah kamar tekanan uap tinggi, sehingga terjadi
pemanasan susu seketika. Susu lalu didinginkan oleh dengan sedikit vakum yang bertujuan ganda menghilangkan
kelebihan air dalam susu dari kondensasi uap. Dalam metode tidak langsung ultrapasteurisasi, susu dipanaskan
dalam sebuah pelat penghantar panas. Butuh beberapa detik untuk suhu susu mencapai 140 ° C, dan selama
waktu itu susu yang terpapar panas. Jika ultrapasteurisai ini dibarengi dengan kemasan aseptik, hasilnya adalah
produk yang tahan lama tanpa memerlukan pendinginan.
3) Tyndalisasi
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel
vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang
diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
4) Autoklaf
Autoklaf adalah alat sterilisasi yang mempergunakan uap dan tekanan yang diatur. Autoklaf merupakan ruang
uap berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh bebas udara dan dipertahankan pada suhu serta yang
ditentukan selama periode waktu yang dikehendaki. Pada alat ini bahan-bahan yang akan disterilkan dipanaskan
sampai 121 oC selama 15 sampai 20 menit pada tekanan uap 15 pon per inci persegi (kirakira 1,5 atmosfir). Uap
air jenuh memanaskan bahan-bahan tadi sehingga dengan cepat disterilkan dengan melepaskan panas yang laten.
Dengan kondensasi sejumlah 1600 ml uap pada 100 oC dan tekanan 1 atmosfir, akan terjadi embun sejumlah 1
ml dengan melepaskan 518 kalori. Air yang mengembun tadi akan menyebabkan keadaan lembab yang cukup
utuk membunuh kuman. Udara merupakan penghatar panas yang buruk, oleh sebab itu harus dikeluarkan dari
ruangan otoklaf. Rongga di dalam otoklaf tidak boleh terlalu penuh diisi dengan benda-benda yang akan
disterilakan supaya dapat terjadi aliran uap yang cukup baik. Autoklaf dipergunakan untuk mensterilkan
pembenihan, barangbarang dari karet, semperit, baju, pembalut dan lain-lain.
20
B. Pendinginan dan Pembekuan
Umumnya mikroorganisme hanya tumbuh sangat sedikit atau tidak sama sekali pada suhu 0 o C. Makanan akan tahan
lama jika disimpan di temperatur rendah untuk memperlambat laju pertumbuhan dan pembusukan akibat adanya
mikroorganisme (misalnya susu). Tetapi suhu rendah tidak berarti bebas bakteri. Kasus psychrotrophs,dari
psychrophiles memang benar merupakan penyebab pembusukan yang biasa pada makanan pada makanan yang
didinginkan. Meskipun beberapa mikroba masih dapat tumbuh dalam suhu sangat dingin serendah minus 20 o C,
unutuk kebanyakan makanan diawetkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam freezer rumah tangga.
C. Pengeringan (pengangkatan H 2 O)
Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada keadaan kekurangan air(A w <0.90). Pengeringan sering
digunakan untuk mengawetkan makanan (misalnya buah-buahan, biji-bijian, dll). Metode ini melibatkan penghilangan
air dari produk oleh panas, penguapan, beku-pengeringan, dan penambahan garam atau gula. Pengeringaan sel
mikroba serta lingkungannya sangat mengurangi atau menghentikan aktivitas metabolik. Diikuti dengaan sejumlaah
sel. Pada umumnya lamanya mikroorganisme bertahan hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung dari faktor-
faktor yang mempengaruhinya yaitu :
1) Jenis mikroorgaanisme
4) Kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan pada organisme yang dikeringkan.
Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar kuman. Namun spora tidak terpengaruh oleh pengeringan,
karena itu merupakan cara yang kurang memuaskan.
a. Denaturasi protein
b. Kerusakan DNA
e. Merangsang pembentukan kolisin pada kuman kolisigenik dengan merusak penghambatnya di dalam
sitoplasma.
2) Cahaya Ultraviolet
Dipergunakan untuk
:
a. Membunuh mikrooganisme
c. Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah, tempat-tempat umum dan laboratorium bakteriologis.
Menurut FDA, radiasi tidak membuat makanan menjadi radioaktif, juga tidak terlihat perubahan rasa, tekstur, atau
penampilan. Radiasi produk pangan untuk mengendalikan penyakit yang terbawa makanan pada manusia umumnya
telah disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa Organisasi Kesehatan Dunia dan American Medical Association. Dua
21
bakteri penyebab penyakit penting yang dapat dikendalikan oleh iradiasi meliputi Escherichia coli dan spesies
Salmonella.
E. Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara :
1) Filter bakteriologis
Filter Bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan,
misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan penyaringan,
dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah :
Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
2) Filter udara
Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter
atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara
laminar (Laminar Air Flow ).
2. Secara Kimia
A. Antimikroba
Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Antimikroba
termasuk bahan pengawet kimia dan antiseptik, serta obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit menular pada
tanaman dan hewan. Antimikroba didapatkan dari sintetis atau berasal dari alam, dan mereka memiliki efek atau sidal
statis pada mikroorganisme.
1) Antiseptik
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan selaput lendir, dan tidak boleh digunakan secara
internal. Contohnya seperti merkuri, perak nitrat, larutan yodium, dan deterjen.
2) Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan yang membunuh mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora mikroorganisme,
dan tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan hanya digunakan pada benda mati seperti meja,
lantai, peralatan, dll. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada
yaang bersifat merusak.
B. Pengawet
Merupakan bahan statis yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dan paling sering
digunakan dalam makanan. Bahan yang dapat digunakan tidak berbahaya jika masuk ke dalam tubuh dan tidak
beracun. Contohnya adalah kalsium propionat, natrium benzoat, formaldehid, nitrat dan belerang dioksida.
C. Antibiotik
Berdasarkan sumber pembuatannya Antibiotik dibagi 3, yaitu :
1) Antibiotik sintetik
Antibiotik sintetik berguna dalam pengobatan penyakit dari mikroba maupun virus. Contohnya adalah
sulfonilamid, isoniazid, etambutol, AZT, asam nalidiksat dan kloramfenikol. Perlu diperhatikan bahwa definisi
mikrobiologi mengenai antibiotic mengharuskan bahwa antibiotik akan digunakan untuk tujuan membunuh
mikroba dan tidak digunakan untuk terapi terhadap penyakit yang tidak berasal dari mikroba. Oleh karena itu,
farmakologi membedakan kemoterapi agen mikrobiologi sebagai "antibiotik sintetik".
2) Antibiotik Alami
Antibiotik alami adalah antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat
mikroorganisme lainnya. Definisi yang lebih luas antibiotik merupakan bahan kimia yang berasal dari alam (dari
semua jenis sel) yang memiliki efek untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel-sel jenis lain. Sejak
klinis antibiotik sebagian besar dihasilkan oleh mikroorganisme dan digunakan untuk membunuh atau
menghambat Bakteri menular. Antibiotik yang bermolekul rendah (non-protein) yaitu molekul diproduksi
sebagai metabolit sekunder, terutama oleh mikroorganisme yang hidup di tanah. Sebagian besar mikroorganisme
ini membentuk beberapa jenis spora atau sel dorman lainnya, dan ada dianggap ada hubungan (selain temporal)
antara produksi antibiotik dan proses sporulasi. Di antara produk antibiotik yang paling menonjol adalah
Penicillium dan Cephalosporium, yang merupakan sumber utama beta-laktam antibiotik (penisilin dan
turunannya). Dalam Bakteri, yang Actinomycetes, khususnya Streptomyces spesies, menghasilkan berbagai jenis
antibiotik termasuk aminoglikosida (misalnya streptomisin), macrolides (misalnya eritromisin), dan tetrasiklin.
3) Antibiotik semisintetik
Antibiotik semisintetik adalah antibiotik yang molekulnya diproduksi suatu mikroba kemudian dimodifikasi oleh
ahli kimia organik untuk meningkatkan sifat antimikroba antibiotik tersebut atau membuat mereka unik agar
dapat dipatenkan secara farmasi.
22
2.5. MANAGEMEN ANTISEPIK
Antiseptik berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari 2 kata dasar yaitu "Anti" (melawan ) dan "Septikos" (penyebab
kebusukan), yang berarti zat antimikroba yang dapat dipakai oleh jaringan hidup untuk mengurangi kemungkinan infeksi dan
penyebab pembusukan. Zat ini dapat menghancurkan mikroorganisme yang bermuatan kuman penyakit tanpa membayahakan
jaringan tubuh. Praktek penggunaan antiseptik dalam perawatan dan pengobatan luka dipelopori oleh ahli bedah daru Inggris
Joseph Lister pada tahun (1865). Kemudian pada tahun (1929), Hullbassed manufacturer, Albert Reckitt dari Reckitt dan Sons
Ltd., bersama dengan W.C Reynolds mengembangkan sebuah antiseptik desinfektan.
Antiseptik atau antimikroba (istilah yang digunakan secara bergantian) adalah bahan kimia yang diberikan pada kulit
atau jaringan hidup lain untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik sementara maupun menetap) sehingga
mengurangi jumlah bakteri. Contohnya termasuk alkohol (etil dan isopropil), larutan povidon iodine, iodophors, klorheksidin
dan triclosan.
Proses mengurangi jumlah mikroorganisme pada kulit, mukosa membran atau jaringan tubuh lainnya dengan
menggunakan agen antimikroba (antiseptik) utama yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi luka yaitu antibiotik
sistemik dan antiseptik topikal/antibiotik. Akumulasi yang cukup lama dalam jaringan lunak merupakan keterbatasan utama
antibiotik sistemik. Lebih jauh lagi, antibiotik juga meningkatkan resistensi bakteri dan kolonisasi dengan demikian, pemberian
antibiotik sistemik menjadi kontroversial (WHO, 2009).
Beberapa karakteristik antiseptik yang ideal adalah membunuh mikroorganisme dalam rentang yang luas, tetap efektif
terhadap berbagai macam pengenceran, non toksik terhadap jaringan tubuh manusia, tidak mudah menimbulkan reaksi
sensivitas baik local maupun sistemik, berreaksi secara cepat, bekarja secara efisien meski terhadap bahan-bahan organik
(misalnya pus, darah atau sabun), tidak mahal dan awet.
Pada dasarnya antiseptik dengan desinfektan memiliki persamaan jenis bahan kimia yang digunakan tetapi tidak
semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena terdapat batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut
harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras
1. Penyelamatan Mulcahy
Penyelamatan Mulcahy secara fundamental mengubah penile prosthesis infections (PPI). Inti dari prosedur
ini adalah urutan irigasi antiseptik yang bertujuan untuk menghilangkan dan memberantas mikroflora patogen dari
bidang yang terinfeksi, sehingga mempersiapkan untuk segera reimplantasi. Solusi antiseptik dan konsentrasi masing-
masing, belum pernah dievaluasi untuk kemanjuran.
Ulasan ini secara kritis memeriksa 3 solusi irigasi antiseptik yang umum digunakan (povidone-iodine [PVI],
hidrogen peroksida [H2O2], dan chlorhexidine gluconate [CHG]) dalam hal aktivitas antimikroba, sitotoksisitas, dan
penggunaan klinisnya. Protokol penyelamatan asli dipilih untuk solusi irigasi pada konsentrasi yang cenderung
merugikan jaringan asli
Ketiga agen menunjukkan efek sitotoksik in vitro pada konsentrasi subklinis, tetapi H2O2 dikaitkan dengan
sifat merusak paling signifikan. Tampaknya tidak memperluas cakupan antimikroba di luar apa yang dicakup oleh
PVI. PVI encer (0,35-3,5% dengan waktu pajanan minimal 3 menit) memiliki bukti klinis paling kuat sebagai
tambahan intraoperatif, mengurangi insiden komplikasi infeksi pasca operasi. chlorhexidine gluconate adalah agen
baru yang menjanjikan tetapi tidak memiliki data klinis.
Perbaikan dalam protokol penyelamatan dijamin berdasarkan bukti saat ini. Pemilihan larutan lavage dengan
cermat dan penggunaan konsentrasi terendah yang diperlukan akan membantu mencapai aktivitas antimikroba yang
diinginkan sambil menghindari sitotoksisitas jaringan asli. Kekuatan dan keterbatasan: Penelitian ini dibatasi oleh sifat
retrospektifnya, dan heterogenitas literatur yang ditinjau menghalangi meta-analisis formal. Selain itu, penelitian di
masa depan perlu membahas peran salin normal dan irigasi antibiotik sebagai tambahan intraoperatif untuk
pencegahan infeksi.
PVI encer (0,35-3,5% selama 3 menit) mungkin bermanfaat dalam pencegahan PPI. Bukti mendukung
penggunaannya baik dalam pengaturan implantasi primer maupun penyelamatan perangkat keras yang terinfeksi.
Protokol berbasis bukti yang ditingkatkan dapat meningkatkan hasil positif dari operasi prostetik urologis. Penggunaan
Solusi Antiseptik dalam Pencegahan dan Pengelolaan Infeksi Prostesis Penis: Tinjauan Efek Sitotoksik dan
Mikrobiologis dari Solusi Irigasi Umum.
23
2. Manajemen keperawatan luka
Manajemen keperawatan luka mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Pada awalnya, penanganan
luka berdasarkan pengalaman dan kepercayaan yang dianut. Dahulu, perawatan luka bertujuan untuk mengontrol
perdarahan dan menutupinya dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh seperti lumpur, dedaunan, lumut, dll. Dan
dalam proses penyembuhan turut melibatkan ahli agama dan astronom. Pemberian zat-zat topical dan besi panas
sehingga luka menjadi infeksi terus berlangsung hingga adanya penemuan Lister dan Pasteur. Penemuan Lister dan
Pasteur menyebabkan penggunaan antiseptic meningkat secara pesat selama Perang Dunia (PD) I untuk
meminimalkan kejadian infeksi. Perkembangan balutan modern dimulai pada pertengahan abad 20 mengubah konsep
yang sebelumnya dianut, dan sejak itu terjadi banyak penemuan baru yang menghasilkan balutan oklusif. Hingga saat
ini penelitian-penelitian terus dilakukan untuk mencari alternative balutan baru.
Luka, terutama luka kronis, merupakan masalah global yang menelan biaya jutaan dolar per tahun di negara-
negara maju dan ditandai dengan komplikasi mikroba termasuk infeksi lokal atau terbuka, keterlambatan
penyembuhan dan penyebaran kuman multiresisten. Oleh karena itu, manajemen luka antimikroba adalah tantangan
utama yang terus membutuhkan solusi baru terhadap mikroba dan biofilmnya. Karena antibiotik sistemik hampir tidak
dapat menembus ke dalam biofilm luka dan yang diterapkan secara topikal dapat dengan mudah menyebabkan
sensitisasi, antisepsis adalah metode pilihan untuk mengobati kuman dalam luka. Ulasan singkat ini membahas peran
antiseptik dalam mengurangi bioburden pada luka kronis. Menyeimbangkan potensi antimikroba dan tolerabilitas
prosedur antiseptik sangat penting dalam terapi luka. Namun, antiseptik saja mungkin tidak dapat mencapai
penyembuhan luka tanpa mengatasi faktor-faktor lain mengenai kesehatan umum pasien atau lingkungan fisik luka.
Meskipun peran pasti dari bioburden dalam luka kronis masih harus dievaluasi, mikroba yang terikat planktonik serta
biofilm adalah indikasi untuk intervensi antiseptik. Octenidine dihydrochloride dan polyhexanide adalah antiseptik
yang paling efektif, dan paling ditoleransi, dalam manajemen luka saat ini, dan strategi baru untuk mengurangi beban
luka bakteri dan mendukung respon imun tubuh sedang dikembangkan.
2.5.3. Mekanisme Kerja Antiseptik
Secara umum, mekanisme kerja antimikroba dapat dibagi menjadi lima cara, yaitu :
2. Kerusakan Sitoplasma
Sitoplasma adalah fase cair dalam sel yang mengandung berbagai macam konstituen berupa organel sel antara lain
mitikondria, ribosom dan lain-lain. Zat-zat yang terlarut dalam sitoplasma antara lain protein, RNA metabolit
digunakan oleh sel (misal glukosa) elektrolit dan beberapa sisa dari hasil kegiatan sel (Jeffrey, 2011).
Semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma, yang bekerja sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif. Bila
integritas fungsi dari selaput sitoplasma terganggu, maka makromolekul dan ion akan lolos dari sel dan terjadilah
kerusakan atau kematian sel.
24
3. Mengubah permeabilitas membran sel
Permeabilitas membran sel sangat penting dalam mengatur materi-materi yang keluar masuk sel sehingga sel dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Setiap sel harus memasukkan materi yang diperlukan dan membuang sisa
metabolisme. Permeabilitas membran dipengaruhi oleh komponen kimia dan keenceran membran .
Membran plasma adalah struktur yang semipermeabel yang mengendalikan pengangkutan substansi metabolik
kedalam dan keluar sel. Kerusakan membran ini akan mencegah berlangsungnya sejumlah biosintesis yang didalam
membran sel memungkinkan ion organik yang penting, koenzim dan asam amino merembes keluar sel dan
mengakibatkan sel akan mati. Antimikroba akan merusak lapisan-lapsan membran. Komponen penyusun membran
sel seperti protein dan lemak sangat rentan terhadap agen-agen yang menurunkan tegangan permukaan.
Kelangsungan hidup sel sangat tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat. Hal ini
berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan
kerusakan total pada sel.
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan selaput lendir, dan tidak boleh digunakan secara internal.
Contohnya seperti merkuri, perak nitrat, larutan yodium, dan deterjen. Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang
digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada
permukaan kulit dan membran mukosa.
Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di
dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik
lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan. Penggunaan disinfektan lebih ditujukan pada benda mati,
contohnya wastafel atau meja.
Namun, antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan
contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan. Penggunaan antiseptik sangat
direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.
Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan
lama paparan. Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa
antiseptik menghambat fungsi biokimia membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi
antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler secara
luas, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA
atau RNA}.
Ada beberapa zat antiseptik yang digunakan untuk persiapan preoperatif pada tempat sayatan di kulit. Zat yang
digunakan secara umum untuk antisepsis kulit pra operasi adalah iodophors (misalnya povidone-iodine), alkohol, dan
chlorhexidine. Walaupun kulit tidak dapat disterilkan, memberikan cairan antiseptik dapat meminimalkan jumlah
mikroorganisme di sekitar luka bedah yang dapat mengkontaminasi dan menyebabkan infeksi
6. Harus stabil
25
7. Harus memiliki kehidupan rak panjang
8. Harus cepat
13. Sebaiknya tidak menjadi mahal dan harus tersedia dengan mudah.
2.5.5. Jenis-jenis Antiseptik
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja dengan mendehidrasi
(mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel
bakteri. Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah hydrogen peroksida, garam merkuri, boric acid, dan triclosan.
1. Hidrogen peroksida
Hidrogen peroksida adalah senyawa kuat yang sering digunakan sebagai agen oksidasi yang bisa larut dalam air.
Beberapa produk rumah tangga hingga produk kecantikan dan pembersih juga memanfaatkan hidrogen peroksida.
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah zat kimia bersifat asam lemah berupa cairan tak berwarna, agak lebih kental
daripada air, namun merupakan oksidator atau agen pemutih yang kuat. Hidrogen peroksida terbuat dari hidrogen (H2) dan
oksigen (O2). Selain digunakan sebagai pemutih, hidrogen peroksida juga digunakan sebagai antiseptik dan beberapa produk
industri rumahan. Hidrogen peroksida dengan konsentrasi rendah (3-9%) biasanya digunakan sebagai campuran aplikasi obat,
pemutih pakaian, hingga bleaching rambut. Di dunia industri, hidrogen peroksida dalam konsentrasi yang lebih tinggi
digunakan sebagai pemutih untuk tekstil dan kertas.
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah agen oksidasi, merupakan antiseptik kuat namun tidak mengiritasi jaringan hidup.
Senyawa ini dapat diaplikasikan sebagai antiseptik pada membrane mukosa. Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu dijaga
kondisinya karena zat ini mudah mengalami kerusakan ketika kehilangan oksigen.
26
Hidrogen peroksida banyak digunakan sebagai komposisi berbagai produk rumah tangga seperti produk pemutih,
desinfektan, dan bahkan produk kecantikan. Berikut beberapa kegunaan hidrogen peroksida dalam kehidupan sehari-
hari yang sering kita temui:
1) Hidrogen peroksida dalam bentuk obat topikal (oles) digunakan sebagai obat inflamasi saluran telinga luar.
Hidrogen peroksida juga banyak digunakan dalam produk eardropatau obat tetes telinga yang berguna untuk
melembutkan kotoran telinga agar mudah dibersihkan dalam proses irigasi telinga. Meski demikian, terdapat
penelitian yang menyatakan bahwa air distilasi (air suling) juga efektif untuk melembutkan kotoran telinga.
2) Hidrogen peroksida digunakan dalam produk pasta gigi, pemutih gigi, dan obat kumur atau mouthwash.
Kandungan ini membantu menghilangkan lendir atau untuk mengurangi iritasi mulut ringan, misalnya sariawan
dan gingivitis.
3) Hidrogen peroksida kerap digunakan sebagai zat pemutih dalam produk makanan, kemasan makanan kering,
kapas, hingga kain katun.
4) Hidrogen peroksida digunakan dalam produk antiseptik ringan yang berguna untuk mencegah infeksi luka ringan.
5) Hidrogen peroksida digunakan untuk membersihkan luka ringan atau peradangan gusi ringan akibat prosedur gigi
minor, peralatan ortodontik, iritasi gigi tiruan, cedera akibat kecelakaan, serta iritasi mulut dan gusi.
6) Hidrogen peroksida biasanya terdapat pada produk pembersih rumah tangga, produk listrik dan elektronik,
kemasan makanan, produk pencuci baju dan piring, produk kertas, produk perawatan pribadi, hingga produk
pengolahan air.
1) Menelan produk dengan kadar hidrogen peroksida yang tinggi dapat menyebabkan iritasi atau tukak lambung
dengan gejala seperti mual, muntah, serta muntah darah (hematemesis), pemberian melalui infus dapat
menyebabkan peradangan pembuluh darah di tempat suntikan, embolisme gas, dan reaksi alergi yang berpotensi
mengancam nyawa.
2) Produk ini tidak boleh digunakan untuk mengobati luka dalam atau luka bakar serius. Karena dapat
menyebabkan luka bakar yang lebih luas pada kulit.
3) Dapat menyebabkan iritasi mata hingga kerusakan mata dan kerusakan organ tubuh lainnya.
5) Menghirup, menelan, kontak dengan kulit maupun mata dapat menyebabkan luka parah, luka bakar, atau bahkan
kematian. Paparan larutan hidrogen peroksida yang lebih pekat (konsentrasi > 10%) dapat menyebabkan ulkus
atau perforasi kornea.
6) Zat ini dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan karena gesekan, panas, atau kontaminasi. Zat ini akan
mempercepat pembakaran saat terlibat dalam kebakaran.
7) Menelan hidrogen peroksida dapat menyebabkan produksi busa yang dapat menghalangi saluran pernapasan dan
mengakibatkan kerusakan di paru-paru. Menelan kandungan ini juga bisa menyebabkan kelesuan,
kebingungan, kejang hingga koma.
8) Menghirup larutan dengan hidrogen peroksida kadar tinggi dapat menyebabkan batuk dan pembengkakan selaput
lendir.
9) Paparan larutan hidrogen peroksida yang lebih pekat (konsentrasi zat > 10%) dapat menyebabkan ulkus atau
perforasi kornea.
10) Keracunan hidrogen peroksida dapat menimbulkan beberapa gejala seperti sakit tenggorokan, batuk, pusing,
mual, sesak napas, bintik putih kemerahan di kulit, kulit terbakar, penglihatan kabur, luka bakar dalam yang
parah, dan sakit perut.
11) Ketika terminum, zat ini dapat menimbulkan gejala-gejala di atas dan pembengkakan pada jalan napas sehingga
terjadi gagal napas. Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan medis, dan jika tidak segera ditangani akan
menimbulkan kematian.
27
Sebelum menggunakan produk dengan hidrogen peroksida, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter,
terlebih jika Anda memiliki alergi terhadap zat ini. Pastikan Anda menggunakannya sesuai dosis atau anjuran yang
benar seperti yang tertera di kemasan produk, jauhkan dari jangkauan anak-anak. Prosedur endoskopi akan disarankan
jika terjadi muntah terus-menerus, muntah darah, luka bakar yang parah, sakit perut parah, disfagia atau stridor.
2. Garam merkuri
Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat digunakan untuk mencuci tangan
dengan perbandingan dalam air 1:1000. Senyawa ini dapat membunuh hampir semua jenis bakteri dalam beberapa menit.
Kelemahan dari senyawa ini adalah berkemungkinan besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang sangat
kuat.
3. Asam Borat
Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan. Zat ini dapat digunakan secara optimum saat
dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20.
4. Triclosan
Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur, deodoran, dan lain-lain.
Triclosan mempunyai daya antimikroba dengan spektrum luas (dapat melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat
toksisitas minim. Mekanisme kerja triclosan adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba
kehilangan kekuatan dan fungsinya.
Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya
dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun
merupakan antiseptik yang sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya
disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh spora adalah
campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik.
Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu
juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat
dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu
kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll.
28
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Beberapa istilah khusus sering digunakan untuk lebih merinci sarana serta proses pengendalian mikroba. Penggunaan
istilah-istilah ini penting dalam pemberian etiket pada obat-obatan serta bahan-bahan kimia yang digunakan terhadap
mikroorganisme. Baik pengusaha pabrik maupun konsumen harus mengerti arti yang tepat dari istilah-istilah ini.
Istilah-istilah tersebut harus didefinisikan dalam bahasa sehari- hari yang dapat dijumpai di dalam kamus umum. untuk
lebih memahami tentang pengendalian mikroorganisme, maka kita perlu memahami dan mengerti beberapa definisi
serta istilah-istilah yang digunakan dalam pengendalian mikroorganisme
2. Beberapa karakteristik ideal PMO antara lain konsentrasi rendah dengan spektrum bunuh yang luas sehingga dapat
membunuh berbagai mikroorganisme, mudah larut dalam pelarutnya, mempunyai stabilitas yang baik dalam waktu
yang lama. (tidak kehilangan sifat antimikrobanya), bersifat letal (mematikan) bagi mikroorganisme, tetapi aman bagi
manusia maupun hewan, mempunyai homogenitas yang tinggi, sehingga komposisi selalu sama untuk setiap aplikasi
dosis takaran
3. Antiseptik dan desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk menginaktivasi/membunuh mikroorganisme
patogen yang dapat menginfeksi manusia atau binatang, dan telah digunakan secara luas baik di rumah sakit maupun
di sarana kesehatan lainnya dengan tujuan penggunaan secara topical maupun untuk aplikasi pada permukaan. Dan
seiring perkembangan zaman, bahan-bahan antiseptik ini telah diintegrasikan dalam berbagai produk rumah tangga
seperti sabun mandi, detergen, cairan pencuci piring dan cairan pembersih. Sehingga dikenal istilah antiseptik
konsumer (Consumer Antiseptic) yang merujuk kepada kelompok produk dengan obat/bahan antimikroba yang
dipasarkan atau ditujukan untuk penggunaan secara umum dengan tujuan tertentu.
4. Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan
penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama – sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau
sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Sedangkan
sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode didasdarkan pada sifat
bahan yang akan disterilkan (Hadioetomo, R. S., 1985).
5. PVI encer (0,35-3,5% selama 3 menit) mungkin bermanfaat dalam pencegahan PPI. Bukti mendukung penggunaannya
baik dalam pengaturan implantasi primer maupun penyelamatan perangkat keras yang terinfeksi. Protokol berbasis
bukti yang ditingkatkan dapat meningkatkan hasil positif dari operasi prostetik urologis. Penggunaan Solusi Antiseptik
dalam Pencegahan dan Pengelolaan Infeksi Prostesis Penis: Tinjauan Efek Sitotoksik dan Mikrobiologis dari Solusi
Irigasi Umum.
29
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/38520889/makalah_pengendalian_mikorba.docx
https://www.academia.edu/36555628/Istilah-Istilah_Penting_Dalam_Metodologi_Penelitian
http://e-medis.blogspot.com/2013/08/pentingnya-mengendalikan-mikroorganisme.html
https://www.academia.edu/39663640/Pengendalian_mikroorganisme
https://www.slideshare.net/LutfiiKmuhh/9pengendalian-mikroorganisme\
https://id.wikipedia.org/wiki/Zat_kimia
https://www.scribd.com/document/361619912/pengendalian-mikroorganisme
https://rgmaisyah.wordpress.com/2013/12/26/antiseptik-desinfektan-antiseptic-disinfectant/
https://www.scribd.com/doc/28307507/Makalah-Antiseptic-Dan-Desinfektan
https://www.bisamed.co.id/apa-itu-sterilisasi/
https://www.academia.edu/12462869/Pengertian_dan_Peranan_Sterilisasi_Dalam_Mikrobiologi
https://mahasiswafarmasibicara.blogspot.com/2016/08/antisetik-pengertian-jenis-manfaat-dan.html
https://www.alodokter.com/mengenal-hidrogen-peroksida-kegunaan-serta-bahayanya
https://www.scribd.com/doc/138354076/PENGENDALIAN-MIKROORGANISME
https://independent.academia.edu/AudyaNurfadillah
30