Mikrolingk 5 Patogen
Mikrolingk 5 Patogen
Mikrolingk 5 Patogen
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Puji syukur senantiasa penyusun ucapkan kehadirat Allat SWT atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mikrobiologi
dengan materi “Mikrobiologi Lingkungan V Mikroorganisme Sebagai Patogen,
Infeksi Oleh Bakteri Patogen, dan Enzim”. Penyusunan tugas makalah ini dapat
selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Agus Sutanto, M.Si dan Bapak Dr. Handoko Santoso,
M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah mikrobiologi
lingkungan.
2. Orang tua dan keluarga yang memotivasi, mendukung serta selalu
mendoakan penyusun sehingga tugas makalah ini dapat selesai
dengan baik.
3. Teman-teman satu kelas yang selalu memberikan motivasi
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penyusun mengharapkan saran serta kritik yang membangun guna perbaikan
makalah di kemudian hari. Akhir kata penyusun berharap semoga Allah SWT
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini bermenfaat bagi
para pembaca dan penyusun.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
MIND MAPP v
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II. PEMBAHASAN 4
A. Pengertian Mikrobiologi Kesehatan 4
B. Mikroorganisme Sebagai Patogen 5
C. Infeksi Bakteri Patogen 8
D. Enzim Mikroorganisme Patogen 68
E. Manfaat bakteri pathogen dibidang kesehatan 77
F. Hubungan antara Mikroorganisme pathogen, infeksi bakteri dan enzim
dengan Kandungan Al-Qur’an / Nilai-Nilai Keislaman yang Relevan
79
BAB III. PENUTUP 82
A. Kesimpulan 82
DAFTAR LITERATUR
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Salmonella thypii...........................................................................................9
2. S. Dysenteriae dilihat dari mikroskop...........................................................11
3. Vibrio cholerae...........................................................................................13
4. Escherichia coli............................................................................................15
5. H. influenzae dilihat dari mikroskop.............................................................16
6. S. pneumoniae dilihat dari mikroskop..........................................................18
7. M. tuberculosis dilihat dari mikroskop..........................................................20
8. Clostridiumperfringens.................................................................................22
9. Clostridium tetani dilihat dari mikroskop......................................................24
10. Listeria monocytoneges dibawah mikroskop...............................................27
11. Fenilalanina hidroksilase..............................................................................68
12. Diagram yang menggambarkan hipotesis ketepatan induksi......................69
iv
Mind mapping kelompok 5 tahun 2022
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobiologi merupakan pengetahuan mengenai mikroba secara luas dan
mendalam atau dikenal dengan istilah mikroorganisme. Mikrobiologi
memberikan banyak pelajaran dan banyak membuka pengetahuan mengenai
dunia kecil yang penuh dengan kehidupan yang tidak terlihat oleh mata
manusia tanpa bantuan mikroskop. Meskipun mikroorganisme adalah bentuk
kehidupan terkecil, namun secara kolektif mereka merupakan bagian terbesar
dari biomassa di bumi dan melakukan banyak reaksi kimia yang diperlukan
untuk organisme yang lebih tinggi. Tanpa adanya mikroorganisme, bentuk
kehidupan yang lebih tinggi tidak akan perna berevolusi dan tidak dapat
dipertahankan (Tornate, Funke and Case,2010)
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk-mahluk
hidup yang kecil, mahluk-mahluk hidup yang kecil disebut juga mikroorganisme,
mikrobia, mikroba, jasad renik atau protista. Mikroorganisma merupakan suatu
nama kelompok besar dari mahluk-mahluk berukuran mikroskopis, hidup
sebagai sel tunggal atau sekelompok sel-sel yang sejenis, sel-sel mikroba
berbeda dengan sel-sel tumbuhan maupun sel-sel tubuh hewan tingkat tinggi,
suatu sel mikroorganisma sebagai sel tunggal mampu melangsungkan proses-
proses kehidupan seperti pertumbuhan, respirasi, dan reproduksi bebas dari
sel-sel lain.
Mikroorganisme ditetapkan sebagai mahkluk hidup kecil bukan hanya
karena ukurannya yang kecil sehingga relatif sulit dilihat dengan mata secara
langsung, tetapi juga pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana
dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi. Ukuran mikroba biasanya dinyatakan
dalam mikron (µ) adalah 0,001 mm sehingga hanya dapat dilihat oleh alat bantu
mikroskop, walaupun demikian ada mikroba yang berukuran besar sehingga
dapat dilihat tanpa alat bantu. Walaupun ukuran mikroba pada umumnya
sangat kecil namun mikroba sangatberperan dalam lingkungan biotok maupun
abiotik (Yuni suryani, 2021).
Mikroorganisme tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan biotik
maupun lingkungan abiotik dari suatu ekosistem karena berperan sebagai
pengurai oleh karena itu mikroorganisma yang hidup di dalam tanah berperan
aktif dalam proses-proses pembusukan. Mikroba patogen yakni mikroorganisme
1
atau mikroba yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikroba patogen
akan menyebar melalui populasi manusia dengan bermacam cara. Pengobatan
infeksi yang disebabkan bakteri patogen menggunakan antibiotik, yaitu obat
yang telah diformulasikan khusus untuk membunuh bakteri.
Di alam bebas mikroorganisme hidup berkumpul di dalam suatu medium
misalnya, di dalam tanah, air, udara, kotoran hewan, sampah, tumbuhan,
hewan, dan manusia. Mikroorganisme mempunyai peranan penting dalam
proses alami yang diperlukan untuk survivenya binatang, tumbuh-tumbuhan,
serta mikroba itu sendiri. Untuk hidup mikroorganisme akan melakukan interaksi
atau hubungan dengan lingkungannya. Mikroorganisme dapat ditemukan di
semua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan. Disuatu lokasi
mikroorganisme tersebut dapat bersifat transient, yaitu bertempat tinggal
sementara, atau indigenous, yaitu sudah menetap beberapa turunan.
Organisme yang terakhir tersebut umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi
terburuk pada lingkungan tersebut.
Mikroorganisme hidup di lingkungan bahkan ada juga yang di dalam
tubuh. Meskipun berukuran mikroskopik dan tidak terlihat dengan mata
telanjang, keberadaan mikroorganisme bisa dirasakan dari efek yang
ditimbulkan. Misalnya saat kondisi mata berair atau disaat ada lendir yang
mengalir dari hidung atau biasanya dikenal dengan meler kedua kondisi
tersebut sebenarnya menandakan tubuh seseorang sedang bermasalah
dengan mikroba (Rahmawati, 2020).
Mikroorganisme terdapat di mana-mana, baik dalam air, udara, tanah,
maupun pada mahkluk hidup termasuk pada jaringan tubuh manusia (kulit dan
selaput lendir). Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan sehari-
hari. Interaksinya bersama mikroorganisme atau dengan organisme lain dapat
berlangsung dengan cara aman dan menguntungkan, maupun merugikan.
Mikroorganisme juga sering diasosiasikan dengan penyakit-penyakit infeksi
atau pembusukan makanan. Namun, mayoritas mikroorganisme justru
memberikan kontribusi bagi keseimbangan ekosistem lingkungan hidup,
khususnya bagi kesejahteraan umat manusia. Itulah sebabnya dibuat makalah
ini yang bertujuan untuk mengetahui lebih dalam peran mikrobiologi berupa
bakteri terhadap kesehatan, mengingat bahwa mikroorganisme banyak terdapat
di alam dan sangat besar peranannya, baik dalam bidang industri, peluruhan
2
bijih, membantu bioremediasi logam berat dan B3 termasuk dalam hal ini yang
akan kita kaji berkaitan dengan mikrobiologi kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka terdapat rumusan
makalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan mikrobiologi kesehatan?
2. Apakah yang dimaksud dengan mikroorganisme sebagai pathogen?
3. Bagaimana infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen?
4. Apa saja jenis-jenis enzim yang terdapat pada bakteri patogen?
5. Apa saja manfaat bakteri pathogen dibidang kesehatan?
6. Bagaimana penjelasan Al-Qur‟an dan nilai nilai keIslaman lain mengenai
mikrobiologi kesehatan?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang
besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan
menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena
ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim
yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan
disimpan dalam bentuk persediaan. Enzim-enzim tertentu yang diperlukan
untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan
tersebut sudah ada.
5
Kemampuan mikroorganisme patogen untuk menyebabkan penyakit
tidak hanya dipengaruhi oleh komponen yang ada pada mikroorganisme, tapi
juga oleh kemampuan inang untuk melawan infeksi.Ketika suatu
mikroorganisme memasuki inang yang memasuki jaringan tubuh dan
memperbanyak diri, mikroorganisme dapat menimbulkan infeksi. Jika keadaan
inang rentan terhadap infeksi dan fungsi biologinya rusak, maka hal ini dapat
menimbulkan penyakit. Saat ini, peningkatan jumlah infeksi meningkat
disebabkan oleh mikroorganisme yang sebelumnya dianggap tidak patogen;
terutama anggota flora normal.Selain mikroorganisme juga terdapat organisme
lain yang berukuran yang lebih besar yang dapat menimbulkan penyakit atau
bersifat patogen Contoh organisme yang berukuran besar adalah cacing
Trichinella yang menyebabkanTrichinosis, suatu penyakit akibat cacing parasit
yang merusak jaringan otot. Kemampuan mikroorganisme patogen untuk
menyebabkan penyakit tidak hanya dipengaruhi oleh komponen yang ada pada
mikroorganisme, tapi juga oleh kemampuan inang untuk melawan infeksi.
6
mematikan terapi modern seperti kemoterapi, imunoterapi, dan mekanisme
resistensi. Bakteri tanah Serratiamarcescens yang semula non patogen,
berubah menjadi patogen yangmenyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin,
dan bakteremia pada inang terkompromi. Patogen oportunistik biasanya adalah
flora normal (manusia) dan menyebabkan penyakit bila menyerang bagian yang
tidak terlindungi, biasanya terjadi pada orang yang kondisinya tidak sehat.
Patogen virulen (lebih berbahaya), dapat menimbulkan penyakit pada tubuh
kondisi sehat ataupun normal. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya
mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan
disemua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan
hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer
(udara) serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut
dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam
tubuhmanusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini
dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga
menimbulkan penyakit.
7
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk merespons infeksi. Infeksi bakteri
dapat diobati dengan antibiotik, namun penggunaan antibiotik yang tidak tepat
dapat menyebabkan resistensi antibiotik dan memperburuk kondisi infeksi. Oleh
karena itu, pencegahan infeksi bakteri melalui kebersihan diri, sanitasi
lingkungan, dan vaksinasi sangat penting untuk mencegah penyebaran
penyakit.
Infeksi bakteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Infeksi
ini dapat menyebabkan demam, batuk, hingga tanda peradangan, seperti nyeri dan
pembengkakan, pada penderitanya. Bakteri adalah mikroorganisme bersel
tunggal yang dapat ditemukan di air, tanah, bahkan di dalam tubuh manusia.
Beberapa jenis bakteri bermanfaat dan dibutuhkan oleh tubuh. Akan tetapi, ada
juga beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
Bakteri yang berbahaya bagi manusia disebut sebagai bakteri patogen,
atau yang dapat menyebabkan penyakit di dalam tubuh. Bakteri patogen dapat
mengakibatkan infeksi bakteri yang ditandai dengan proliferasi atau
perkembangbiakan bakteri tersebut dalam tubuh.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Karakteristik Bakteri
8
sangat efektif. Mikroorganisme ini dapat memproduksi dan mengekskresikan
protein yang yang disebut “invasin” yang memberi jalan pada sel non-fagosit
yang memiliki kemampuan hidup secara intraseluler. Selain itu, S. typhi juga
memiliki kemampuan menghambat tekanan oksidatif leukosit, yang menjadikan
sistem respons imun manusia menjadi tidak efektif. Infeksi S. typhi kemudian
akan berkembang menjadi demam atau typhoid.
Dalam alam bebas Salmonella typhi dapat tahan lama dalam air, tanah
atau pada bahan makanan. Dalam feces di luar tubuh manusia hidup 1 atau 2
bulan. Dalam air susu dapat berkembang biak dan hidup lebih lama sehingga
sering merupakan batu loncatan untuk penularan penyakitnya. Pada manusia
menimbulkan panyakit tifus abdominalis atau dikenal sebagai penyakit tifus.
Masa inkubasinya antara 3-14 hari. Gejalanya berupa: demam dengan suhu
9
badan baik turun terutama sore hari, sering kali meracau dan gelisah, (delirium).
Penderita sangat lemah dan apatis, anorexia dan sakit kepala. Beberapa
penderita umumnya mengalami konstipasi (tidak bisa buang air besar).
Salmonella Typhi dan Salmonella Shigella penyakit yang dapatdiakibatkan oleh
bakteri ini adalah foodborne, tifoid, Foodborne disease adalah penyakit yang
disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.
10
kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah
dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.
Salmonella typhi memiliki kombinasi karakteristik yang menjadikannya patogen
efektif. Spesies ini berisi endotoksin khas dari organisme Gram negatif, serta
antigen Vi yang ini diyakini akan meningkatkan virulensi. Serta memproduksi
protein yang dikenal sebagai "invasin" yang memungkinkan sel-sel non-fagosit
untuk mengambil bakteri, di mana ia dapat hidup intrasel. Hal ini juga mampu
menghambat oksidatif leukosit, membuat respons imun tidak efektif.
(Pranamartha, 2015)
Pencegahan
Karakteristik Bakteri
Shigella dysentriae merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk
basil dan lurus, non-motile, facultatif anaerob, tidak berspora, tidak berkapsul,
suhu optimum pertumbuhan yaitu 37°C. Ukuran Shigella dysentriae sekitar 2-
11
3μm x 0,5-0,7 μm dan susunannya tidak teratur. Koloni Shigella dysentriae
berbentuk konveks, bulat, transparan dengan pinggir utuh dan berukuran
mencapai 2 nm. S. dysentriae berpindah dari penderita melalui oral seperti
melalui makanan, tangan, air yang terkontaminasi feses dan lalat. S. Dysentriae
merupakan bakteri intraseluler fakultatif. S. dysentriae menyerang manusia
dengan menginvasi dan memfagositosis sel epitel mukosa S. dysentriae
kemudian keluar dari vakuola fagositik dan bermultiplikasi serta menyebar di
dalam sitoplasma yang pada akhirnya menyebar ke sel lain di dekatnya (Jawetz
et al., 2001 dalam Khadizah 2017).
Shigella spesies adalah bakteri patogen usus yang telah lama dikenal
sebagai agen penyebab penyakit disentri basiler. Berada dalam tribe
Escherichieae karena sifat genetik yang saling berhubungan, tetapi dimasukkan
dalam genus tersendiri yaitu genus Shigella karena gejala klinik yang
disebabkannya bersifat khas (Kadek Ni, 2020).
12
S. Dysenteriae menjadi penyebab disentri yang terpenting dan tersering,
kurang lebih sekitar 60% kasus disentri berat dan mengancam jiwa disebabkan
oleh Shigella. Tanda-tanda yang paling umum yang dapat ditemui akibat infeksi
Shigella disentri meliputi, kolitis, prolaps rektum, kekurangan gizi, artritis,
tenesmus, dan masalah sistem saraf pusat. S. dysenteriae sangat berkaitan
dengan perkembangan sindrom uremik hemolitik , yang meliputi anemia ,
trombositopenia , dan gagal ginjal.
Pencegahan
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Shigella dysenteriae umumnya
dapat disembuhkan dengan antibiotik siprofloksasin, ampisilin, doksisiklin, dan
trimetoprim-sulfametoksazol merupakan antibiotik yang dapat menekan
serangan klinis disentri akut dan memperpendek durasi gejala (Jawetz, et al.,
2014).
13
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Bacteria
Filum : Protobacteria
Kelas : Gammaproteocbacteria
Ordo : Vibrionales
Famili : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vcholera
Karakteristik Bakteri
Vibrio cholera adalah kelompok bakteri gram negatif yang
berbentukbasil melengkung dan berpindah ke tubuh inang melalui air. Vibrio
cholera mampu melepaskan eksotoksin yang menyebabkan infeksi usus
dengan gejala yang ditunjukan yaitu diare, muntah dan dehidrasi cairan sampai
menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Penularan Vibrio cholerae melalui
makanan, minuman yang terkontaminasi oleh bakteri Vibriocholerae. Atau
kontak dengan carrier kolera. Dalam usus halus bakteri Vibrio cholerae ini akan
beraksi dengan cara mengeluarkan toksinnya padasaluran usus, sehingga
terjadilah diare disertai muntah yang akut dan hebat.
(Sumber: https://www.agefotostock.com/age/en/Stock-Images/Rights-
Managed/BSI-Bsip-014020-010)
14
memiliki keterbatasan akan air bersih dan memiliki sanitasi yang buruk. V.
cholerae ditemukan pertama kali oleh ahli anatomi dari Italia bernama Filippo
Pacini pada tahun 1854. Namun, penemuan awal ini baru dikenal luas setelah
Robert Koch, yang mempelajari penyakit kolera di Mesir, pada tahun 1883
berhasil membuktikan bahwa bakteri tersebut adalah penyebab kolera. Ciri
utama penyakit kolera adalah buang air besar encer berwarna putih seperti air
tajin (cucian beras) dengan bau yang amis.
Pencegahan
Pengobatan utama dilakukan dengan mengembalikan cairan tubuh yang
hilang atau rehidrasi yang cukup hingga masa penyakit selesai (biasanya 1
hingga 5 hari tanpa pemberian antibiotik). Dehidrasi dapat dilakukan cara infus
intravena cairan (pada kasus yang parah) atau dengan rehidrasi oral dengan
oralit (oral rehydration solution). Pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan
setelah gejala muntah-muntah mereda (atau setelah rehidrasi pertama dan
15
pemulihan dari asidosis). Pilihan pertama antibiotik yang digunakan di Indonesia
adalah tetrasiklin dan pilihan keduanya adalah trimethoprim/sulfamethoxazole
(bila V cholerae pada pasien resisten terhadap tetrasiklin).
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Enterobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : E.coli
Karakteristik Bakteri
Escherichia coli termasuk ke dalam bakteri coliform yang merupakan
salah satu indikator dalam menentukan kualitas air limbah. Bakteri coliform
dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu coliform fecal misalnya Escherichia coli
dan coliform nonfecal misalnya Enterobacter aerogenes. Adanya bakteri
coliform dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti diare, demam tifoid,
kolera, disentri amoeba dan penyakit lainnya yang masuk dalam kategori water
borne disease (Waluyo, 2005 dalam Khadizah 2017). E coli berasal dari kotoran
manusia dan hewan, ketika hujan bakteri ini dapat terbawa air hujan ke sungai,
danau atau air tanah (Feng, 2002 dalam Khadizah 2017).
16
Sanitasi makanan berkaitan erat dengan higiene dan tidak dapat
dipisahkan. Higiene sendiri merupakan upaya kesehatan dalam menerapkan
perilaku kebersihan subyeknya seperti kebersihan makanan, peralatan makan
dan melindungi keamanan makanan (Hutasoit, 2020).
17
Diare yang disebabkan oleh E. coli dapat didefinisikan sebagai penyakit
dengan konsistensi feses menjadi lembek hingga cair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar tiga kali atau lebih dalam sehari yang disertai muntah-
muntah, sehingga menyebabkan kekurangan cairan (dehidrasi) yang apabila
terlambat dalam melakukan tindakan akan dapat menyebabkan kematian
(Kamilla, 2012). Diare dapat dibedakan menjadi dua yaitu, diare akut dan diare
kronik. Diare akut merupakan diare yang gejalanya timbul secara tiba-tiba dan
berlangsung selama kurang dari 14 hari, sedangkan diare kronik adalah diare
yang berlangsung selama lebih dari 14 hari. Penyebab diare dapat berupa
mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan parasit serta dapat juga disebabkan
oleh makanan (Hutasoit, 2020).
Pencegahan Diare
1. Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah
menyentuh daging yang belum dimasak, sehabis dari toilet, atau setelah
bersin dan batuk. Bersihkan tangan dengan sabun, dan bilas dengan air
bersih.
2. Mengonsumsi makanan yang sudah dimasak.
3. Minum air matang.
4. Memahami sanitasi karena kontaminasi Escherichia coli sangat berpengaruh
pada kejadian penyakit diare. Sanitasi lingkungan serta faktor perilaku yang
buruk menjadi awal penyebab suatu makanan dapat terkontaminasi
sehingga menimbulkan diare (Hutasoit, 2020).
Klasifkasi ilmiah
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Pasteurellales
Famili : Pasteurellaceae
Genus : Haemophilus
Spesies : H.influenza
18
Karakteristik Bakteri
Ciri khusus bakteri ini berbentuk kokobasil pendek, sekitar 1,5 μm dan
terlihat mirip rantai pendek. Biakan bakteri ini bergantung pada umur dan
pembenihan, pada rentang waktu 6-8 jam didalam pembenihan, ditemukan
kokobasilnya semakin banyak, batang yang lebih panjang, mengalami lisis dan
berbentuk pleomorfik. Bakteri H. influenzae dengan ukuran 1 m x 0.3 m ini
bebentuk batang, bertipe bakteri gram-negatif dan merupakan bakteri anaerob
yang dalam pertumbuhannya tidak membutuhkan oksigen Hasil penelitian tahun
1930 menunjukkan bahwa bakteri ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu koloni R yang
dibentuk oleh kuman-kuman yang tidak ramah lingkungan (tak bersimpai) dan
koloni S yang dibentuk oleh sebaliknya, yaitu oleh kuman-kuman yang
bersimpai. H. influenzae sangat peka terhadap desinfektan dan kekeringan,
tumbuh optimum pada suhu 37oC dan pada pH 7.4 sampai 7.8 dalam suasana
CO2 10%.
19
meningitis hingga membentuk kolonisasi yang komensal di saluran pernapasan
atas (Sulistyaningsih et al., 2018).
Artritis Infeksiosa
1. Bakteri ini jika menyerang anak anak akan menyebabkan demam dan
nyeri, anak cenderung rewel, mereka biasanya tidak mau menggerakkan
sendi karena akan sangat nyeri.
2. Gejalanya penyakit ini dapat terjadi secara tiba-tiba.
3. Gelaja yang nampak pada persendian akan memerah dan terasa hangat,
sangat nyeri jika digerakkkan. Pada umumnya sendi-sendi yang sering
terkena antara lain pergelangan tangan, lutut, sikut, bahu, panggul, dan jari-
jemari.
4. Terjadi pembengkakan pada sendi akibat penumpukan cairan terinfeksi.
5. Pada kasus tertentu, penderita menunjukkan gejala demam dan
menggigigil.
Meningitis
Bakteri H. influenzae merupakan penyebab utama penyakit meningitis,
terutama kasus pada anak-anak (usia 5 bulan s.d. 5 tahun). Pada kasus
tertentu pada bayi terkadang timbul gejala laringotrakeitis obstruktif yang hebat
dengan epiglotis yang membengkak dan berwarna merah anggur. Keadaan ini
memerlukan intubasi secara segera untuk menyelamatkan hidup penderita.
Pneumonitis dan epiglotis akibat H. influenzae dapat terjadi setelah saluran
pernapasan terinfeksi (pada anak kecil dan orang dewasa). Selain itu orang
dewasa dapat menderita bronkitis atau pneumonia akibat H. influenzae.
Pencegahan Flu
1. Rajin mencuci tangan dengan air dan sabun, atau hand-sanitizer berbahan
dasar alkohol.
2. Tidak menyentuh mulut, hidung, dan mata, sebelum mencuci tangan.
3. Membersihkan permukaan benda yang sering disentuh, dengan cairan
disinfektan.
4. Tidak berbagi makanan atau penggunaan benda pribadi, seperti gelas atau
botol minum.
20
f).Streptococcus Pneumoniae, Penyebab penyakit Pneumonia
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : S. pneumonia
Karakteristik Bakteri
Bakteri ini berbentuk kokus dan beberapa berbentuk lanset,
berpasangan (diplokokus) dan berselubung. Pada pneumokokus tipe III bakteri
ini berbentuk bulat, baik dari eksudat maupun perbenihan. Rantai panjang pada
perbenihan yang mengandung sedikit magnesium. Secara umum bakteri ini
termasuk ke dalam bakteri gram positif dan pada perbenihan tua, dapat
berubah menjadi bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, dan tidak
memiliki flagel sehingga memungkinkan tidak adanya pergetakan. Pada jenis
yang virulen berselubung, menghasilkan α hemolisis pada agar darah, lisis oleh
empedu dan detergen.
21
endokarditis, septikemia, meningitis, empiema, dan artriris. Pneumonia
sekunder oleh pneumokokus setelah infeksi virus.. Gejala yang timbul dari
pneumonia lobar akut oleh pneumokokus ini berupa demam, menggigil, sakit
pada paru-paru dimanana alveoli paru-paru penuh terisi eksudat, sering terjadi
bakteremia.Batuk kering, batuk berdahak kental berwarna kuning dan hijau,
atau batuk berdarah, Sesak napas, Berkeringat, Nyeri dada ketika menarik
napas atau batuk, Mual atau muntah, Diare.
Pencegahan Pneumonia
Pneumonia dapat dicegah melalui beberapa macam cara, yakni :
1. Dengan cara vaksinasi.
2. Menjaga kebersihan tubuh dengan baik.
3. Berhenti merokok.
rajin berolahraga.
22
ditumbuhinya. Jika dilakukan pembiakan di laboratorium maka akan tampak
perbedaan koloni serta sifat pertumbuhannya, hal ini juga dipengaruhi oleh
suhu dan pH pertumbuhan koloni.
23
Beberapa tipe dari tuberculosis meliputi:
Pencegahan Tuberkulosis
Tuberkulosis umumnya dapat dicegah, pencegahan nya dengan cara
memberikan vaksin, yang umumnya dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan.
Namun demikian, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara:
24
i).Clostridium tetani, Penyebab Tetanus
Kalasifikasi Imiah
Kingdom : Bacteria
Division : Firmicute
Class : Clostridia
Order : Clostridiales
Family : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Species : Clostridium tetani
Karakteristik Bakteri
Clostridium tetani memiliki struktur tubuh berbentuk batanglurus,
langsing, berukuran panjang 25 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Bakteri ini
membentuk eksotoksin yang disebut tetanospasmin. Kuman ini terdapat di
tanah terutama tanah yang tercemar tinja manusia dan binatang. Clostridium
tetani termasuk bakteri gram positif anaerobic berspora, mengeluarkan
eksotoksin. Costridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan
tetanolisin. Tetanospaminlah yang dapat menyebabkan penyakit tetanus.
Perkiraan dosis mematikan minimal dari kadar toksin (tenospamin) adalah 2,5
nanogram per kilogram berat badan atau 175 nanogram untuk 70 kilogram
(154lb) manusia. Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun
lesitinase, tidak memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan
glukosa juga tidak menghasilkan gas H2S. Menghasilkan gelatinase, dan indol
positif. Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya
terhadap antiseptis. Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave pada suhu
249.8°F (121°C) selama 10–15 menit. Juga resisten terhadap phenol dan agen
kimia yang lainnya.
25
Gambar 9. Clostridium tetani dilihat dari mikrosko
Pencegahan tetanus:
26
b) Imunisasi aktip, baik bersama diphteri dan pertusis (DPT),atau tersendiri
(TT).
c) Vacsin TT pd ibu hamil/ akan hamil, u/ mencegah tetanus neonatorum.
d) Secara klinis tetanus dibagi menjadi empat derajat, yaitu derajat I (ringan),
derajat II (sedang), derajat III (berat), dan derajat IV (stadium terminal).
Pengobatan infeksi penyakit ini dapat dilaksanakan dengan pemberian
antibiotik, menetralkan toksin, pemberian obat antikonvulsan dan
memberikan perawatan pada luka (Saputra Maelandri & Emelia, 2021).
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Bacteria
Division : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Familiy : Listeriaceae
Genus : Listeria
27
Spesies :Listeria monocytogenes
Karakteristik bakteri
28
dapat mengkontaminasi lingkungan sekitarnya, makanan asal ternak seperti
daging serta produk ternak lainnya. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada
bermacam-macam makanan mentah seperti daging yang tidak dimasak, susu
mentah, susu pasteurisasi, keju lunak, coklat susu, hot dog, sayuran, dan
seafood. Kontaminasi tersebut dapat terjadi di peternakan, tempat pemotongan
ternak, pengolahan produk peternakan, pemrosesan makanan siap santap,
pengawetan makanan, penyimpanan maupun selama transportasi (Ariyanti,
2019).
29
Meskipun listeriosis meripakan penyakit yang jarang ditemukan, tingkat
kematian dari penyakit ini cukup tinggi yaitu mencapai 24%. Diketahui bahwa
20-30%. Kontaminasi Listeria monocytogenes pada produk pertanian pernah
ditemui pada jagung, gandum, oat, kentang, selada dan salad sayuran.
Outbreak listeriosis yang terkait dengan komoditas jagung pernah terjadi di Italia
pada tahun 1997. Outbreak tersebut menyebabkan kasus demam
gastronintestinal pada siswa berumur 6 sampai 10 tahun. Sumber infeksi
diketahui berasal dari makanan yang disajikan di kafetaria.Kontaminasi
bakteri Listeria monocytogenes yang berkaitan dengan gandung, oat, kentang
dan selada pernah ditemukan di Jerman pada tahun 1975. Di Asia Tenggara
kejadian kontaminasi L. monocytogenes pernah terjadi di Singapura dan
Malaysia. Di Singapura pernah tercatat beberapa kali kasus listeriosis. Adapun
di Malaysia pernah dilaksanakan penelitian yang menemukan adanya
kontaminasi bakteri ini pada salad sayuran yang dijual di pasar retail.
Pencegahan
30
Pengobatan
31
demam skarlet (eksotoksin). Proses terjadinya respons imun pada kulit yaitu
antigen terikat pada sel yang dapat mempresentasikan antigen seperti sel
Langerhans, makrofag dan dendrosit dermis. Sel tersebut akan memproses
antigen dan mempresentasikan fragmen antigen kepada limfosit spesifik.
Dalamkeadaan normal sejumlah kecil limfosit akan melalui dermis di luar
pembuluh darah. Limfosit kemudian akan membentuk sel inflamasi perivaskular.
Banyak ahli imunologis berpendapat bahwa populasi limfosit di kulit dilengkapi
oleh suatu program untuk beraksi dengan antigen yang sebelumnya telah
pernah kontak dengan kulit. Sirkulasi limfosit dari kulit ke kelenjar limfe kembali
ke kulit disebut homing. Limfosit homing masuk ke dalam kulit yang tidak
mengalami inflamasi untuk mencari adanya antigen. Bila ada antigen, limfosit
akan mengaktivasi sel endotel gepeng untuk mengumpulkan limfosit lain
sebagai bagian dari reaksi inflamasi yang ditimbulkannya. Bila limfosit spesifik
yang telah tersentisisasi bereaksi dengan antigen, respons imun dapat timbul.
Kurang lebih 5% dari limfosit di dermis pada reaksi imun yang diperantarai oleh
sel adalah limfosit yang secara spesifik bereaksi terhadap antigen. Limfosit
tambahan dapat dikumpulkan ke area tersebut oleh limfokin yang dikeluarkan
oleh limfosit spesifik sebagai respons terhadap adanya antigen. Respons imun
dapat pula ditimbulkan di epidermis. Sel T masuk ke dalam epidermis dari
dermis. Agar hal ini dapat terjadi sel T harus melewati daerah membran basalis
dan menembus keratinosit. Substansi mediator seperti IL-8 dianggap berperan
terhadap penarikan limfosit ke dalam epidermis. Keratinosit memproduksi IL-8
terutama bila dirangsang oleh gamma-interferon. Bila telah terdapat dalam
epidermis, limfosit dapat diaktivasi oleh sel Langerhans. Keadaan ini dapat
memperkuat respons imun dan membantu eliminasi antigen atau
menghancurkan sel yang terinfeksi. Sejumlah sel helper dan sel supresor pada
infiltrat akan mengatur proses inflamasi yang terjadi.
32
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh
bersifat komensal. Permukaan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada
faktor – faktor biologis seperti suhu, kelembaban dan tidak adanya nutrisi
tertentu serta zat-zat penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak
dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora
tersebut, tetap bias hidup. Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada
manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan
hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan
mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan.
Flora yang menetap di selaput lendir (mukosa) dan kulit dapat
mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat
gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui
kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi
untuk zat makanan, penghambat oleh produk metabolic atau racun,
penghambat oleh zat antibiotik atau bakteriosin (Bacteriocins). Supresi flora
normal akan menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan di tempati oleh
mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain pada tubuh. Beberapa bakteri
bersifat oportunis dan bisa menjadi patogen. Selain itu, diperkirakan bahwa
stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora adalah penting untuk perkembangan
system kekebalan tubuh normal.
Flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu.
Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non–invansive) karena hambatan-
hambatan yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan
dihilangkan dan masuk kedalam aliran darah atau jaringan, organisme ini
mungkin menjadi patogen. Streptococcus viridians, bakteri yang tersering
ditemukan di saluran nafas atas, bila masuk ke aliran darah setelah ekstraksi
gigi atau tonsilektomi dapat sampai ke katup jantung yang abnormal dan
mengakibatkan subacut bacterial endocarditis. Bacteroides yang normal
terdapat di kolon dapat menyebabkan peritonitis mengikuti suatu trauma
spesies bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus
besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk
kerongga peritonium atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat
trauma, mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak
contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat
bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada
33
kelainan yang menyertainnya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika barada
pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor
predisposisi.
34
mikroorganisme penyebab infeksi tidak melekat pada semua sel epitel secara
bersama-sama, tapi memperlihatkan selektifitas dengan melekat pada daerah
tubuh tertentu dimana secara normal dia dapat masuk. Sebagai contoh,
Neisseria gonorrhoae, agen penyebab penyakit menular secara seksual
melekatlebih kuat terhadap epitel urogenital dibanding ke jaringan lain. Kedua,
spesifisitas inang; suatu strain bakteri yang secara normal menginfeksi manusia
akan lebih kuat melekat kepada sel epitel manusia yang cocok dibanding
dengan sel yang sama pada hewan atau sebaliknya.
Perlekatan terhadap permukaan mukosa memainkan suatu peranan
yang besar dalam kolonisasi mukosa untuk hampir semua patogen mukosa.
Mekanisme yang sebenamya digunakan untuk perlekatan sering melibatkan
pengikatan pada permukaan bakteri seperti pili (fimbria) terhadap reseptor
permukaan sel inang. Banyak penelitian yang sudah ditakukan terhadap daerah
ini, termasuk karakterisasi gen yang dilibatkan pada sintesis pili dan identifikasi
reseptor inang. Sebagai alternatif, bakteri dapat membuat adhesin non-fimbria
sebagai perantara perlekatan. Sebagai contoh adalah adhesin non-fimbria dari
bakteri E coli dan hemagglutinin bentuk-filamen clan Bordetella pertussis.
Jenis perlekatan lainnya adalah perlekatan terhadap reseptor
permukaan mukosa. beberapa adhesin bakteri memerantarai kontak bakteri
dengan bakteri lain, terbentuk dalam susunan mikrokoloni yang berikatan
secara bersentuhan. Beberapa patogen yang diperantarai tipe tersebut
termasuk enteropatogen bakteri E. coli dan V. cholerae. Peranan perlekatan
antara bakteri dalam kolonisasi mukosa tetap menentukan, meskipun hal ini
bersifat spekulasi dengan alasan sekali suatu patogen berhasil berikatan
terhadap permukaan inang, mereka dapat menyebar. Proses ini
menguntungkan karena dapat menolong sel-sel lain yang berikatan.
Dengan kata lain, bakteri berpisah pada permukaan inang, mereka
dapat tetap tinggal dan saling berikatan dengan sesamanya lebih cepat
daripada langsung kepada permukaan sel inang, yang membatasi daerah ini.
Perlekatan antara bakteri ini, dianggap bahwa bakteri mengekspresikan
reseptor khusus yang menyerupai sel inang atau adhesin tersebut dapat
mengenali reseptor yang berbeda pada bakteri dan sel inang. Dengan kata lain,
bakteri mengekspresikan tipe adhesin yang berbeda untuk kontak antar spesics
(bakteri sel inang) dan dalam suatu spesies (bakteri-bakteri).
4. Pemindah-sebaran
35
Suatu patogen yang sangat virulen akan membawa kehancuran bagi
dirinya sendiri apabila membunuh inang yang menghidupinya atau melalui
resistensi inang yang menghancurkannya. Karena alasan tersebut rnaka semua
epidemi sifatnya terbatas, yaitu inang yang resistensinya rendah akan lenyap
dan anggota-anggota populasi yang sangat resisten akan bertahan hidup.
Penyebaran atau penularan tergantung pada dua faktor penting, yaitu
terlepasnya patogen dari inang dan masuknya patogen ke dalam inang yang
rentan. Cara terlepasnya patogen tergantung pada situs infeksi pada inang.
Patogen penyebab penyakit saluran pemapasan seperti, S. pneumoniae.
Mtuberculosis, meninggalkan tubuh melalui eksudat dari mulut, hidung,
sertatenggorokan. Bersin dan batuk mempercepat penyebarluasan
mikroorganisme patogen dan menambah peluang untuk memasuki inang lain.
Terdapat beberapa cara penularan bakteri patogen yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi, antara lain:
36
Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai
macam jalan, misalnya melalui membran mukosa, kulit ataupun rute parental.
Banyak bakteri dan virus memiliki akses memasuki tubuh inang melalui
membran mukosa saluran pernapasan, gastrointestinal, saluran genitourinari,
konjungtiva, serta membran penting yang menutupi bola mata dan kelopak
mata.
a. Saluran pernapasan
Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme
infeksius. Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk
partikel debu. Penyakit yang muncul umumnya adalah pneumonia, campak,
tuberculosis, dan cacar air.
b. Saluran pencernaan
Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan
makanan atau minuman dan melalui jari – jari tangan yang terkontaminasi
mikroorganisme patogen. Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan
oleh asam klorida (HCL) dan enzim – enzim di lambung, atau oleh empedu dan
enzim di usus halus. Mikroorganisme yang bertahan dapat menimbulkan
penyakit. Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A, dan kolera.
Patogen ini selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan dapat ditransmisikan ke
inang lainnya melalui air, makanan, atau jari – jari tangan yang terkontaminasi.
c. Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang
tidak mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas
mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah
terbuka pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat.
Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada saat berada di jaringan bawah
kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran mukosa. Rute ini disebut
rute parenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan dapat
membuka rute infeksi parenteral. Salah satu rumah ternyaman bagi bakteri
adalah tangan manusia.
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan
bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel
mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcus dan sianobakteri
aerobik atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri
37
anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes penyebab jerawat.
Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Staphylococcus epidermidis yang
bersifat nonpatogen pada kulit namun dapat menimbulkan penyakit saat
mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi
prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan
dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus aureus. Secara
keseluruhan ada sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan
terletak pada stratum (lapisan) korneum. Bakteri anaerob dan aerob sering
bersama-sama menyebabkan infeksi sinergistik, selulitis dari kulit dan jaringan
lunak. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bagian dari flora normal (Ramadhan,
2014).
d. Rongga mulut
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara
konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan
lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut
sangat beragam dan, banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing-
masing individu Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan
suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembab yang mengandung sebagai
substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, rongga mulut
menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus Streptococcus,
Neisseria, Veillonella, Actinomyces,dan Lactobacillus (Ramadhan, 2014).
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme.
Salah satu penyakit yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi
mikroorganisme adalah karies gigi. Karies gigi diawali akibat pertumbuhan
Streptococcus mutans dan spesies Streptococcus lainnya pada permukaan gigi.
Hasil fermentasi metabolisme, menghidrolisis sukrosa menjadi komponen
monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim glukosiltransferasi selanjutnya
merakit glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa adalah gula utama yang
difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi bakteri dan dekstran menempel
pada permukaan gigi dan membentuk plak gigi. Populasi bakteri plak
didominasi oleh Streptococcus dan anggota Actinomyces. Karena plak sangat
tidakpermeable terhadap saliva, maka asam laktat yang diproduksi oleh bakteri
tidak dilarutkan atau dinetralisasi dan secara perlahan akan melunakkan
enamel gigi tepat plak tersebut melekat.
38
Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi
genetika. Meskipun demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan terhadap
kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Virus sangat dikenal sebagai
penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Sejauh ini
tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus. Tiap virus secara khusus
menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Berikut ini contoh-contoh virus yang
merugikan manusia, antara lain:
1. Virus DNA Hepadnaviridae: virus hepatitis B penyebab penyakit hepatitis
B Adenoviridae: virus herpes penyebab herpes simplex type 1 and 2,
varicella zoster Herpesviridae: virus (chicken pox, shingles),Epstein Barr
virus (infectious mononucleosis), cytomegalovirus.
2. Virus RNA Picornaviridae: enteroviruses, rhinoviruses, coxsackie virus,
poliovirus, hepatitis A virus; Caliciviridae: western equine encephalitis virus
(WEE), eastern equine encephalitis virus (EEE), dan Venezuelan equine;
Rhabdoviridae: rabies virus, vesicular stomatitis virus, Mokola virus,
Duvenhage virus; Paramyxoviridae: parainfluenza viruses, mumps virus,
measles virus, respiratory syncytial virus, coronavirus
Penyakit manusia akibat virus. Contoh paling umum dari penyakit yang
disebabkan oleh virus, antara lain: influenza, cacar air, hepatitis, polio, AIDS
dan yang sedang mewabah di sunia atau menjadi pandemia adalah Korona.
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus
corona 2 (SARS-CoV-2) atau yang sering disebut virus Corona yang
merupakan jenis virus RNA. Virus ini memiliki tingkat mutasi yang tinggi dan
merupakan patogen zoonotik yang dapat menetap pada manusia dan binatang
dengan presentasi klinis yang sangat beragam, mulai dari asimtomatik, gejala
ringan sampai berat, bahkan sampai kematian..Patofisiologi COVID-19 diawali
dengan interaksi protein spike virus dengan sel manusia. Setelah memasuki sel,
encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu
adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang.
Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan
perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari. Selanjutnya
penyakit influenza disebabkan oleh virus orthomyxovirus yang berbentuk
seperti bola. Virus influenza ditularkan lewat udara dan masuk ke tubuh
manusia melalui alat pernapasan. Cacar air disebabkan oleh virus Herpesvirus
39
varicellae. Virus ini mempunvai DNA ganda dan menyerang sel diploid manusia.
Hepatitis (pembengkakan hati) disebabkan oleh virus hepatitis. Ada 3 macam
virus hepatitis, yaitu: hepatitis A, B, dan C (non-A, non-B), D, E, G, dan H.
Gejalanya adalah demam, mual, muntah, perubahan warna kulit, dan selaput
lendir menjadi kuning. Virus hepatitis A cenderung menimbulkan hepatitis akut,
sedangkan virus hepatitis B cenderung menimbulkan hepatitis kronis. Polio
disebabkan oleh poliovirus. Serangan poliovirus menyebabkan lumpuh bila virus
menginfeksi selaput otak (meningitis) dan merusak sel saraf yang berhubungan
dengan saraf tepi. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah
penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Virus HIV adalah virus kompleks yang rnempunvai 2
molekul RNA di dalam intinya. Virus tersebut diduga kuat berasal dari virus kera
afrika yang telah mengalami mutasi. Kanker leher rahim juga diduga
disebabkan sebagian oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau
kutil), yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan
hubungan antara kanker dan agen-agen infektan. Juga ada beberapa
kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya diduga sebagai
penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab kepada penyakit
psikiatris pada manusia. Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada
manusia menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus sebagai senjata
biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya cara penciptaan
varian virus baru di laboratorium.
Fungi ada yang berguna dan ada yang merugikan. Penyakit yang
disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis. Ada empat jenis penyakit
mikotik, yaitu: 1. Hipersensitivitas, reaksi alergi terhadap jamur dan spora. 2.
Mikotoksikosis, keracunan manusia dan hewan oleh produk makanan yang
terkontaminasi oleh jamur yang memproduksi racun dari substrat biji-bijian. 3.
Misetismus, menelan toksin (keracunan jamur). 4. Infeksi, invasi jaringan
dengan respon host. Kali ini kita hanya akan membahas dengan jenis terakhir
yaitu jamur patogen yang menyebabkan infeksi. Sebagian besar jamur patogen
tidak menghasilkan racun tetapi menyebabkan modifikasi fisiologis selama
infeksi parasit (misalnya: peningkatan tingkat metabolisme, modifikasi jalur
metabolisme, dan modifikasi struktur dinding sel). Infeksi jamur atau mycoses
diklasifikasikan berdasarkan derajat keterlibatan jaringan dan cara masuk ke
dalam host, yaitu: 1. Superficial, infeksi kulit, rambut, dan kuku. 2. Subkutan,
40
infeksi terbatas pada dermis, jaringan bawah kulit atau struktur yang
berdekatan. 3. Sistemik, infeksi dalam organ internal. 4. Oportunistik,
menyebabkan infeksi hanya diimmunocompromised
Mikosis superfisialis yaitu mikosis yang menyerang bagian-bagian dari
kulit dan mukosa, terutama corium, kuku, dan rambut. Mikosis superfisial (kulit)
biasanya terbatas pada lapisan luar kulit, rambut, dan kuku, serta tidak
menyerang jaringan hidup. Jamur tersebut disebut dermatofit. Dermatofita atau
lebih tepat jamur keratinophilic, menghasilkan enzim ekstraseluler (keratinases)
yang mampumenghidrolisis keratin. Dermatofit (berarti tanaman kulit)
menyebabkan infeksi pada manusia memiliki sumber-sumber yang berbeda dan
cara penularannya, yaitu:
1. Antropofilik, biasanya dikaitkan dengan hanya manusia. Penularan dari
manusia ke manusia adalah melalui kontak dekat atau melalui benda-
benda yang terkontaminasi.
2. Zoofilik, ini biasanya berhubungan dengan hewan. Penularan ke manusia
melalui kontak dekat dengan binatang (kucing, anjing, sapi) atau dengan
produk yang terkontaminasi.
3. Geophilic, ini biasanya ditemukan di dalam tanah dan ditularkan kepada
manusia oleh paparan langsung.
Pengetahuan tentang spesies dermatofita dan sumber infeksi sangat
penting bagi pengobatan yang tepat pada klien dan pengendaliannya. Invasi
oleh organisme zoofilik atau geophilic dapat menyebabkan penyakit radang
pada manusia
Ada 3 genera jamur yang bersifat Patogen, yaitu Tricophyton, Microsporum, dan
Epidermophyton.
41
dengan mudah diidentifikasi pada kulit kepala karena rambut yang
terinfeksi berpendar warna hijau terang ketika diterangi dengan cahaya UV.
Miselia yang longgar dan berwarna putih menghasilkan macroconidia yang
berdinding tebal, berbentuk gelendong, multiseluler, dan berduri
(echinulate). Microsporum canis adalah salah satu spesies dermatofit yang
paling umum menginfeksi manusia.
3. Epidermophyton floccosum. Spesies ini menginfeksi kulit dan kuku
danjarang pada rambut. Mereka membentuk warna kuning, biakan putih,
dan biasanya mudah diidentifikasi oleh ketebalan, hifa bercabang
halus,macroconidia berbentuk klub.
Penularan parasit dari satu host ke host yang lain, disebabkan oleh
bentuk parasit tertentu dikenal sebagai stadium infeksi. Parasit yang penting
dalam kedoktean berada di bawah kingdom protista dan Animalia. Protista
termasuk eukaroit bersel tunggal mikroskopis yang dikenal sebagai protozoa.
Sebaliknya, cacing yang multiseluler memiliki jaringan yang dapat dibedakan
dengan baik dan organ kompleks merupakan animalia. Stadium infeksi pada
berbagai parasit ditularkan dari satu host ke host yang lain dalam beberapa
cara berikut:
1. Rute oral. Konsumsi makanan, air, sayuran atau tempat yang
terkontaminasi oleh stadium infeksi parasit. Cara penularan ini pada beberapa
parasit dikenal sebagai rute fecal oral (misalnya kista Giardia intestinalis dan
Entamoeba histolytica, telur Ascaris lumbricoides, dan Trichuris trichura.
1) Mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang. Infeksi dapat
ditularkan secara oral bila konsumsi daging mentah atau setengah
matang yang mengandung parasit infektif (misalnya: daging babi
mengandung selulosa cysticercus, tahap larva Taenia solium).
2) Mengkonsumsi ikan dan kepiting yang kurang matang atau mentah.
Infeksi juga dapat ditularkan dengan konsumsi ikan dan kepiting
mentah atau setengah matang yang mengandung stadium infektif
parasit (misalnya: kepiting mengandung stadium parasit infektif,
kepiting atau udang air tawar mengandung metasercaria Paragonimus
westermani, ikan mengandung metaserkaria Clonorchis sinensis, dan
lain lain).
3) Mengkonsumsi air mentah atau belum matang. Infeksi dapat ditularkan
lewat makanan mentah atau air belum masak yang menyembunyikan
42
bentuk parasit infektif (misalnya: air kacang dada, dll mengandung
metaserkaria pada Fasciolopsis buski dan Fasciola hepatica).
2. Penetrasi kulit dan membran mukosa Infeksi ditransmisikan dengan: a)
Penetrasi kulit oleh larva filaria (filariformy larva) pada cacing tambang,
Strongyloides stercoralis yang kontak dengan tanah tercemar feces. b)
Tusukan kulit oleh serkaria pada Schistosoma japonicum, S. Mansoni, dan
S. haematobium yang kontak dengan air yang terinfeksi. Bagian kulit yang
dipenetrasi adalah bagian kulit yang tipis, misalnya: di daerah jari jemari,
kulit perianal, dan kulit perineum.
3. Inokulasi vektor arthropoda Infeksi juga dapat ditularkan dengan inokulasi
ke dalam darah melalui nyamuk, seperti pada penyakit malaria dan filariasis.
4. Kontak seksual Trichomoniais dapat ditularkan melalui kontak seksual.
Entamoebiasis dapat ditularkan melalui kontak seksual anal oral,
sepertipada kalangan homoseksual.
43
tersebut. Masuknya mikroorganisme patogen ke dalam inang dapat melalui
perut atau gastrointestinal, kulit maupun saluran pernafasan (Said & Marsidi,
2017). Infeksi adalah masuknya penyakit yang ditularkan dari luar tubuh
manusia( dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia, dari sumber
lainnya). Penyebab Infeksi adalah banyak macam mikro organisme, misal
bakteri, virus, jamur , protozoa , dan lainnya. Infeksi dapat menimbulkan gejala
– gejala penyakit. Invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme,
toksin, replikasi intraseluler, atau respon antigen – antibodi.
Patogenisitas adalah kemampuan dari suatu perantara atau agen yang
bersifat infeksius yang dapat menyebabkan penyakit terhadap inang (host).
Mikroorganisme patogen mungkin akan menginfeksi inang atau host yang
rentan (mudah terinfeksi) dan kadang- kadang menyebabkan infeksi nyata
dengan menimbulkan gejala klinis yang dengan mudah dapat dideteksi.
Pertumbuhan penyakit tergantung dari beberapa faktor antara lain dosis infeksi
(infectius dose), patogenisitas, inang (host) dan faktor-faktor lingkungan. Tetapi
beberapa jenis organisme kemungkinan sebagai organisme patogen dan
menyebabkan penyakit hanya (Said & Marsidi, 2017).
Tidak semua bakteri menyebabkan infeksi atau bersifat patogenik.
Hanya bakteri patogenlah yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Bakteri patogen akan menimbulkan infeksi bakteri ,bila bakteri tersebut berhasil
masuk ke dalam tubuh dan mulai berkembang biak. Oleh karena itu, penting
untuk mengetahui beberapa jalur masuk bakteri patogenik ke tubuh manusia,
yang menjadi penyebab infeksi bakteri. Berikut ini beberapa jalan masuk bakteri
patogen yang dapat menimbulkan infeksi bakteri:
1) Penularan melalui udara terjadi ketika bakteri dihirup, dibatukkan, dan
keluar melalui bersin dari orang yang sakit, ke orang yang sehat. Hal ini
bisa terjadi pada infeksi akibat bakteri Streptococcus pneumoniae
penyebab pneumonia, dan Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC.
2) Penularan fekal-oral (paparan bakteri dari tinja ke mulut) pada infeksi
bakteri penyebab diare Salmonella, Escherichia coli, Vibrio cholera, dan
Shigella dysentriae
3) Penularan melalui vektor atau perantara seperti pinjal seperti pada
infeksi bakteri Rickettsia dan Borrelia
44
4) Penularan melalui luka pada kulit dan paparan bakteri di lingkungan
sekitar, seperti pada infeksi bakteri Leptospira spp. penyebab
leptospirosis dan Clostridium tetani penyebab tetanus
5) Penularan melalui hubungan seksual seperti pada infeksi bakteri
penyebab gonore, klamidia, dan sifilis
6) Penularan melalui transfusi darah, seperti pada infeksi bakteri penyebab
sifilis dan brucellosis
7) Penularan dari ibu ke anak seperti pada infeksi bakteri penyebab sifilis
45
sapi dan lain-lain. Hal tersebut mempunyai arti yang sangat penting
bagi kesehatan masyarakat khususnya untuk makanan yang
dimakan secara mentah misalnya kerang dan sayuran.
Kerang-kerangan misalnya tiram, kerang, remis, kepiting dll. merupakan
vektor penyakit terhadap manusia yang banyak berperan, agen infeksi yang
dibawanya adalah bakteria, virus, protozoa, dan cacing (helmiths). Binatang-
binatang tersebut merupakan alat perpindahan penyakit yang perlu
diperhatikan karena beberapa alasan yakni (Bitton, 1980a): Binatang
tersebut hidup di lingkungan muara yang mana sering terkontaminasi oleh air
limbah domestik.
• Oragnisme patogen atau parasit dapat terkonsentrsi di dalam
tubuhnya karena binatang-binatang tersebut memompa sejumlah
besar air (4-20 Lt per jam), sehingga berfungsi seperti filter.
• Binatang tersebut sering dimakan dalam keadaan mentah atau
setengah matang.
Bahaya lain terhadap kesehatan yang berhubungan dengan kerang-
kerangan adalah akibat dari kemampuan binatang tersebut untuk
mengkonsentrasikan atau mengakumulasikan zat racun
dinoflagellate, logam berat, hidrokarbon, pestisida dan zat radio aktif
di dalam tubuhnya.
4) Perpindahan melalui udara (airborne transmission)
Beberapa jenis penyakit misalnya penyakit yang disebabkan oleh
fungi dapat menyebar atau berpindah melalui udara (airborne
transmission). Perpindahan melalui udara dapat terjadi pada
pengolahan air limbah atau dari irigasi dengan menggunakan efluen
air limbah.
5) Perpindahan melalui vektor (Vektor- borne Transmission)
Vektor-vektor yang paling penting di dala perpindahan penyakit
antara lain adalah : arthropoda misalnya kutu dan serangga, atau
vertebrata misalnya hewan pengerat, anjing, kucing dll. Organisme
patogen mungkin tidak berkembang biak di dalam vektor arthropoda
tersebut. Beberapa penyakit yang berpindah melalui vektor antara
lain malaria (dari plasmodium), penyakit kuning dan encephalitis
(keduanya dari arbovirus), dan rabies (dari virus rabies yang
berpindah dari gigitan anjing atau kucing) (Said & Marsidi, 2017).
46
1. Pembagian Infeksi :
a) Primer : Apabila terjadi secara langsung sebagai akibat dari proses yang
ditimbulkan mikroorganisme sendiri
b) Sekunder : Terjadi oleh sesuatu sebab, misalnya : kelemahan tubuh,
kelaparan, kelelahan, luka dan sebagainya
2. Macam Infeksi lainnya
Patogen ini dapat dikatakan dapat menyerang tubuh manusia dan akan
menyebabkan penyakit apabila sistem kekebalan tubuh dalam keadaan sedang
lemah. kemudian, masuknya patogen ke dalam tubuh bisa bermula dari luka
atau cedera pada tubuh, mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi, serta kontak erat dengan orang yang sedang sakit. Berikut
macam-macam infeksi yang ditimbulkan dari penyakit oleh bakteri pathogen:
a) Reinfeksi :penyakit yang mula-mula sudah sembuh tapi kemudian
muncul lagi. Disebut juga “residif”.
b) Super infeksi : proses penyakit belum sembuh akan tetapi sudah
disusul oleh infeksi yang lain. Disebut juga “infeksi ganda”.
c) Infeksious : penyakit infeksi yang mudah menular dari seorang kepada
orang lain. Disebut juga “infeksiosa”.
d) Epidemi : penyakit infeksi yang bersifat menular, kadang – kadang
dapat menyerang orang bayak dalam waktu singkat
e) Pandemi : merupakan epidemi yang menyebar ke negara lain
f) Endemi : suatu penyakit yang terus – menerus secara menetap
terdapat dalam daerah tertentu.
Bakteri ekstraselular dapat menimbulkan penyakit melalui beberapa
mekanisme yaitu:
1. Merangsang reaksi inflamasi yang menyebabkan destruksi jaringan di
tempat infeksi. Sebagai contoh misalnya kokus piogenik yang sering
menimbulkan infeksi supuratif yang hebat.
2. Produksi toksin yang menghasilkan berbagai efek patologik. Toksin dapat
berupa endotoksin dan eksotoksin. Endotoksin yang merupakan
komponen dinding bakteri adalah suatu lipopolisakarida yang
merupakanstimulator produksi sitokin yang kuat, suatu adjuvant (obat
yang bekerja membantu berkhasiatnya obat lain) serta aktivator poliklonal
sel limfosit
47
Sedangkan bakteri intraseluler memiliki kemampuan mempertahankan diri
melalui empat mekanisme yaitu:
Jalur Infeksi
a) Berbagai penyakit ditularkan lewat saluran nafas al. : Influenza, TBC, batuk
rejan , pes, pneumoni, meningitis, meningokokus dan sakit ternggorokan
karena kuman, streptokokus, difteri, campak, rubella juga korona.Penyakit
– penyakit tersebut ditularkan lewat, ciuman, penggunaan alat makan yang
terinfeksi , dan melalui droplet infection.
b) Beberapa mikroorganisme dapat tahan selama beberapa hari bahkan
minggu didalam debu yang tidak terkena sinar matahri langsung misalnya,
mikroorganisme penyebab TBC, smallpox, difteri, streptokokus ,stafilokokus.
c) Infeksi saluran cerna karena masuknya mikroorganisme per oral misalnya
Salmonella, paratifoid, kolera, disentri .
d) Masuknya kuman / mikroorganisme ke dalam tubuh manusia lewat kulit atau
membran mukosa disebut Inokulasi. Contoh inokulasi: kulit dan Membran
mukosa rentan terhadap inokulasi kuman karena gesekan misalkan Spilis,
GO, leprae. Lewat luka / lesi karena memar atau terbakar. Infeksi karena
suntikan yang tercemar / Infus atau pembuatan tato.
48
dan menutup mulut dan hidung pada saat bersin atau batuk. Tindakan
ini efektif untuk mencegah infeksi bakteri dengan penularan melalui
kontak langsung dari udara, fekal-oral, dan lingkungan.
b) Menghindari perilaku seks bebas dan selalu menggunakan kondom
untuk mencegah infeksi bakteri terkait PMS
c) Menggunakan spray antiserangga untuk menghindari infeksi bakteri
yang ditularkan oleh vektor atau perantara
d) Menjalani pemeriksaan atau skrining terhadap beberapa bakteri,
sebelum kehamilan dan sebelum melakukan transfusi darah
e) Mendapatkan imunisasi, untuk mencegah beberapa penyakit yang
disebabkan bakteri seperti pneumonia, meningitis, difteri, tetanus, dan
pertussis
Tahapan infeksi
Kuman (bakteri, virus, protozoa maupun jamur) mempunyai mekanisme dalam
menyerang sel inangnya. Secara ringkas kuman tersebut bisa menginfeksi
melalui 4 tahap yaitu:
a. Adhesi (menempel)
b. Kolonisasi (berbiak)
c. Penetrasi (masuk ke tubuh)
d. Invasi (menyebar ke seluruh tubuh sambil berbiak)
Sedangkan strategi mencegahnya dengan cara :
a. Hindari terjadinya penempelan dengan cara membuat permukaan kulit dan
selaput mukosa dalam keadaaan mulus dan meningkatkan kekebalan
permukaaan (IgA) melalui program vaksinasi live melalui tetes mata, tetes
hidung maupun tetes mulut. Disamping itu pemberian vitamin seperti
vitamin A, D, E maupun C yang banyak berperan pada proses regenerasi
sel kulit dan selaput lender dan juga berperan sebagai antioxidant dan
peningkatan aktivitas sel Natural kill dan sel macrofage.
b. Kalau terjadi penempelan, maka yang harus ditingkatkan adalah aktivitas
dan jumlah sel-sel fagosit dengan cara pemberian zat-zat yang bersifat
immune booster. Penetrasi dan invasi bisa dicegah dengan cara
meningkatkan antibodi (kekebalan humoral)di dalam darah melalui program
vaksinasi kill dan peningkatan jumlah dan aktivitas sel fagosit dan sel-sel
limfosit.
49
c. Peningkatan daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu dapat meningkat
dengan pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi Hepatitis B), atau
pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara
umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan
tubuh.
d. Inaktivasi agen penyebab infeksi Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan
dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik adalah
pemanasan (Pasteurisasi atau Sterilisasi) dan memasak makanan
seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi
e. Memutus rantai penularan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah
untuk mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat
bergantung kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang
telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu
“Isolation Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari dua
pilar/tingkatan yaitu “Standard Precautions” (Kewaspadaan standar) dan
“Transmission- based Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara
penularan).
1. Membran mukosa :
- Saluran pernafasan (paling sering)
- Saluran pencernaan: bakteri masuk melalui air, makanan, jari
kotor. Bakteri tahan terhadap asam lambung, enzim dan empedu
- Saluran kencing: penularan penyakit seksual
- Konjungtiva: membran yg melapisi bola mata
2. Kulit, menyerang melalui folikel rambut dan kelenjar keringat
3. Organ dalam
Mikroba dapat langsung beradhesi pada organ di bawah kulit atau membran
mukosa melalui rute parenteral. Misalnya: injeksi, gigitan, luka, sayatan, bedah.
Infeksi Awal
Setelah menembus jaringan, patogen dapat berkembang pada di luar sel tubuh
(ekstraselular) atau menggunakan sel tubuh sebagai inangnya (intraselular).
Patogen intraselular lebih lanjut dapat diklasifikasikan lebih lanjut:
50
1. Patogen yang berkembang biak dengan bebas di dalam sel, seperti : virus
dan beberapa bakteri
2. Patogen yang berkembang biak di dalam vesikel, seperti Mycobacteria.
Jaringan yang tertembus dapat mengalami kerusakan oleh karena infeksi
patogen, misalnya oleh eksotoksin yang disekresi pada permukaan sel, atau
sekresi endotoksin yang memicu sekresi sitokina oleh makrofaga, dan
mengakibatkan gejala-gejala lokal maupun sistemik.
Mekanisme Infeksi
Mekanisme suatu pathogen untuk menyebabkan penyakit infeksi, adalah
melalui tahapan sebagai berikut :
2. Menginfeksi inang (suatu pathogen primer harus memasuki inang).
3. Melakukan metabolisme dan memperbanyak diri dalam jaringan inang.
4. Melawan pertahanan inang, untuk sementara.
5. Merusak inang.
Bakteri patogen mampu menyebabkan penyakit, menyebar melalui
populasi manusia dalam berbagai cara. Sangat sulit mengetahui jenis bakteri di
suatu tempat dikarenakan ciri morfologi yang hampir sama. Penggunaan bakteri
indikator lebih mudah dan efektif untuk mengetahui adanya bakteri patogen.
Bakteri indikator adalah sekumpulan jenis bakteri yang ditemukan dalam suatu
sampel tertentu dan dapat digunakan untuk mendeteksi atau mengindikasikan
keberadaan bakteri patogen di sekitarnya.
51
1) Merampas Nutrisi
2) Kerusakan Langsung
Toksin adalah zat beracun yang diproduksi oleh Bakteri tertentu dan
sering menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap sifat patogen Bakteri.
Toksin dapat dilepaskan ketika Bakteri lisis (mati), inilah mengapa pada
pengobatan dengan antibiotik, awalnya gejala akan semakin parah, karena
banyak Bakteri yang mati dan mengeluarkan toksin. Toksin dapat
diklasifikasikan sebagai eksotoksin atau endotoksin. Eksotoksin adalah toksin
yang dihasilkan dan secara aktif disekresikan, sedangkan endotoksin adalah
toksin pada bagian membran luar dari bakteri. Biasanya, endotoksin tidak
dikeluarkan sampai Bakteri dibunuh oleh sistem kekebalan tubuh. Toksinosis
adalah perkembangan penyakit yang disebabkan hanya oleh toksin Bakteri,
tidak harus melibatkan infeksi bakteri (misalnya ketika Bakteri telah mati, tapi
52
sudah menghasilkan toksin yang tertelan). Keadaan ini dapat disebabkan oleh
Staphylococcus aureus.
Peradangan / inflamasi
53
Stadium seluler peradangan dimulai setelah peningkatan aliran darah
kedaerah radang / jaringan yang cedera. Inflamasi adalah suatu proses yang
terjadi akibat reaksi jaringan terhadap kerusakkan yang mungkin antara lain
disebabkan oleh adanya infeksi mikroorganisme. Inflamasi merupakan respon
fisiologis lokal terhadap cedera jaringan, radang bukan suatu penyakit tetapi
manifestasi penyakit.Peradangan dibagi menjadi 2, ialah akun dan kronis:
a) Acute inflammationYaitu kondisi ini biasanya terjadi karena cidera dan
infeksi akibat dari bakteri.
54
permeabilitas dinding kapiler penyebab penarikan sel darah putih serta
trombosit ke daerah radang. Penarikan sel darah putih yang dimaksud diatas
disebut kemotaksis
a) Pergerakan bakteri
Dalam Linda,2011 menyatakan bahwa Adanya flagella pada permukaan
bakteri pathogen dan oprtunis dianggap dapat memudahkan kolonisasi dan
55
penyebaran dari tempat awal. Proteus merupakan bakteri dimorfik. Ketika
tumbuh dalam medium cair, sel bertingkah laku sebagai perenang dan memiliki
morfologi yang berbeda. Mereka bergerak memiliki flagella peritrika yang
berjumlah 6 sampai 10 flagela per sel. Ketika dipindahkan ke medium agak
padat, Pada bakteri yang memiliki flagela ada yang pergerakannya hanya satu
arah (berputar dalam satu arah) gerakan yang dihasilkannya biasanya tergolong
cepat, berputar-putar dan berubah arah, dan ada yang bergerak berputar-putar
menuju ke segala arah. proteus bentuk batang mengalami morfogenesis
menjadi sel berkerumun (swarming) dan berkumpul diatas medium agar. Tipe
pertumbuhan proteus batang pada medium agar merupakan fenomena
perkerumunan.
b) Perlekatan Bakteri
1) Fimbria
Perlekatan bakteri terhadap permukaan epitel menjadi satu hal yang
terpenting sebagai factor virulensi. Proses ini memainkan peranan penting
sebagai proses awal infeksi saluran urin. Kemampuan melekatnya suatu bakteri
seringkali dihubungkan dengan adanya fimbria pada sel bakteri. Penelitian
secara in vitro memperlihatkan bahwa fimbria mempertinggi perlekatan sel
bakteri terhadap sel uroepitel tetapi menyebabkan patogen lebih rentan
terhadap fagositosis. Bakteri dengan lebih banyak fimbria lebih mudah dicerna
oleh sel polimorfonuclea selapis dibandingkan dengan jumlah fimbria sedikit.
2) Adhesin
Harti, Agnes Sri. 2015 menyatakan bahwa bakteri melakukan sejumlah
mekanisme, sehingga mereka dapat menempel atau menembus jaringan inang.
Bakteri melekat hanya kepada permukaan yang komplemen, dan perlekatan
56
melibatkan suatu interaksi diantara struktur pada permukaan bakteri yang
disebut adhesin dan reseptor pada substrat. Biasanya, “ligan” ganda pada
permukaan bakteri patogen tersedia untuk meningkatkan kekuatan dan
spesifitas perlekatan ketika “ligan” tersebut digunakan bersama-sama. Dengan
target struktur yang mengandung matriks glikoprotein. Glikoprotein membrane
integral atau glokolipid adhesin merupakan protein yang digunakan dalam
interaksi protein-protein atau protein-karbohidrat. Umumnya, adhesin
merupakan karbohidrat yang digunakan yang digunakan dalam karbohidrat
yang sama, sebagaimana yang terjadi dalam sejumlah interaksi eukariot.
Adhesin secara normal dilihat pada permukaan luar sel berupa embelan
seperti fimbria. Bakteri dan sebagian besar substrat biologi dianggap sebagai
muatan negative. Penyusunan adhesin tersebut pada jarak tertentu dari sel
bakteri membantu mengatasi serangan yang menolaknya dan memungkinkan
kontak dengan reseptor pada permukaan substrat pada jarak tertentu dari
bakteri. Adanya suatu reseptor yang komplemen pada substrat tidak selalu
sama dengan kemampuan suatu bakteri untuk kolonisasi pada jaringan
tersebut.
Beberapa adhesin yang dimiliki oleh bakteri pathogen antara lain :
a. Adhesion sel uroepitel/”Uroepithelial Cell Adhesin” (UCA)
Merupakan suatu protein yang diisolasi dari isolat
uropatogenik Pseudomonas mirabilis HU 1069. Adhesin yang ditemukan
berpengaruh untuk penyerangan bakteri terhadap sel uroepitel
b. Adhesion FHA (“Filamentaous Hemaglutinin Adhesin.)
FHA Bordetella pertussis merupakan protein sekretori 220-kDa yang
mengandung beberapa epitope dan dapat mengenali reseptor pada
permukaan sel inang. Reseptor tersebut termasuk suatu domain
pengikat heparin ujung-N yang mengikat polisakarida mengandung
sulfat, dan dilibatkan dalam hemaglutinasi, suatu domain lektin ujung-N
yang mengikat asam sialat dan dilibatkan dalam hemaglutinasi, dll
(Kusnadi, 2003).
57
bakteri Gram-negatif. System ini memainkan peran penting dalam respon inang
terhadap invasi dan infeksi. Aktivitas komplemen memiliki rentang aktifitas
biologi yang luas termasuk “opsonisasi”, Garna, Herry. 2001 menyatakan
bahwa pembunuhan langsung beberapa strain bakteri Gram-negatif, netralisasi
virus berkapsul, pembuangan kompleks imun yang berbahaya, serta induksi
dan modulasi respon peradangan. Pentingnya system komplemen sebagai
komponen pertahanan menyeluruh dan luasnya distribusi system ini
menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan kurang
sempurnanya komponen komplemen tertentu secara individu.
Meskipun bakteri Gram-negatif dapat berperan sebagai activator efisien
dari “cascade” komplemen secara langsung atau sebagai akibat dari pengikatan
antibody pengaktif-komplemen terhadap permukaan sel, peptidoglikan berperan
sebagai suatu barrier untuk penempelan dengan proses aktifitas terakhir “late-
acting”, komponen komplemen penggangu membrane. Sebagai akibatnya,
aktivasi komplemen pada permukaan bakteri Gram-negatif disertakan bukan
untuk membunuh secara langsung tapi untuk “oposonisasi”. Opsonisasi
merupakan suatu proses di mana zat-zat asing dikelilingi dan dilekatkan pada
imunoglobulin dan komplemen, dengan efek memperkuat dan memperlancar
fagositosisnya oleh makrofag. Khadizah N, Siti. 2017 mengatakan sebaliknya,
sejumlah besar bakteri gram-negatif rentan terhadap pembunuhan yang
diperantarai komplemen, dan terpaparnya sel tersebut terhadap sumber
komplemen, seperti plasma atau serum, menimbulkan suatu reduksi yang
efisien dan cepat dalam kelangsungan hidup. Pembunuhan kadang-kadang
disertai oleh lisis bakteri target karena terdapatnya enzim lisozim penghancur
peptidoglikan, tetapi dapat didahului kematian sel pada kecepatan hampir
maksimal dalam keadaan tidak adanya enzim tersebut. Aktifasi yang sesuai
pada jalur komplemen klasik atau alternative menimbulkan kerusakan populasi
bakteri.
Mikroorganisme memiliki sejumlah strategi untuk mengelak dari
penempelan komplemen. Mekanisme tersebut termasuk kegagalan untuk
mengaktifkan atau mengikat komponen komplemen, mendegradasi protein
permukaan, dan mekanisme untuk melawan perakitan lesi C5b-9 fungsional
pada permukaan sel. Bakteri Gram-negatif secara pasti mendapat keuntungan
dari suatu rentang mekanisme resistensi dan sangat mengandalkan pada tanda
dari struktur permukaan sel yang mampu mengatur ekspresi dan pengikatan
58
komplemen. Umumnya strain bakteri Gram-negatif yang kasar penghasil
polisakarida tanpa rantai samping O-spesifik, sangat rentan terhadap
pembunuhan yang diperantarai – C5b-9, sedangkan strain yang halus yang
mensintesis liposakarida lengkap seringkali resisten komplemen. Polisakarida
kapsul dan protein membran luar dalam keadaan tertentu meningkatkan
resistensi terhadap komplemen. (Kusnadi, 2003).
Bakteri gram – positif umumnya tidak rentan terhadap pembunuhan
langsung oleh kompleks komplemen C5b-9. Lapisan peptidoglikan merupakan
lapisan paling besar pada bakteri Gram-positif. Lapisan tebal ini berperan
sebagai barrier impermeabel terhadap komponen jalur penempelan membran
dan melindungi membran sitoplasma. Bagaimanapun, sistem komplemen
memainkan peran yang kritis dalam mengendalikan infeksi Gram-positif karena
kemampuannya untuk “opsonisasi” bakteri dan merupakan suatu isyarat untuk
penghancuran oleh fagosit (Kusnadi, 2003).
Bila antigen masuk ke dalam tubuh, maka dapat terjadi dua macam reaksi
kekebalan yang berlaian yaitu :
a. Kekebalan humoral
Disini terdapat sintesa dan masuknya antibodi ke dalam darah dan
cairan badan lainnya ( antibodi humoral). Antibodi ini akan mengikat
dan menetralisisr antigen, misalnya toksin kuman atau dapat
membungkus kuman untuk persiapan fagositosis.
b. Kekebalan seluler
Terjadi pembentukan sel limposit yang terangsang (sensitized) yang
kemudian dapat menimbulkan kekebalan seluler.
59
a) Perlekatan Bakteri
Untuk menyebabkan suatu penyakit, patogen harus dapat
menjangkarkan diri dan melekat pada sel-sel host setelah mereka dapat
menemukan akses terhadap tubuh. Kata reseptor dan integrin digunakan untuk
mendeskripsikan molekul pada permukaan selhost di mana patogen tertentu
dapat mengenali dan melekat pada titik tertentu. Kadang, reseptor ini berupa
molekul-molekul glikoprotein. Suatu patogen tertentu hanya dapat melekat pada
sel di reseptor yang tepat. Jadi, beberapa jenis virus dapat menyebabkan
infeksi saluran pernafasan karena memiliki kemampuan untuk mengenali dan
melekat pada reseptor tertentu yang nampak pada sel.
Streptococcus pyogenes memiliki adhesin (yang disebut reseptor F)
pada permukaannya yang memungkinkan patogen ber-adhesi dengan protein -
fibronektin - yang ditemukan pada sebagian besar permukaan sel host. Istilah
adhesin dan ligan secara umum digunakan untuk mendeskripsikan molekul-
molekul pada permukaan patogen yang memiliki kemampuan untuk mengenali
dan berikatan dengan reseptor tertentu.Bakteri juga mempunyai molekul
permukaan khusus yang berinteraksi dengan sel inang. Banyak bakteri
mempunyai pili, organ mirip rambut yang menjulur dari permukaan sel bakteri
dan membantu memperantarai perlekatan sel bakteri pada permukaan sel
inang. Pili (fimbriae) dipertimbangkan sebagai faktor virulensi bakteri karena
kemampuannya untuk memungkinkan bakteri melekat lebih kuat pada
permukaan sel inang.
b) Toksin Bakteri
Toksin yang diproduksi oleh bakteri biasanya digolongkan ke dalam dua
kelompok, eksotoksin dan endotoksin. Eksotoksin adalah protein yang bersifat
toksik yang disekresikan oleh patogen; yang dinamai berdasarkan organ yang
menjadi target sasaran. Eksotoksin yang paling potensial yaitu neurotoksin yang
mempengaruhi sistem syaraf pusat.
Banyak bakteri gram-positif dan gram-negatif menghasilkan eksotoksin
yang penting dalam bidang kedokteran, misalnya toksin C. tetani pada Perang
Dunia II. Vaksin telah dikembangkan untuk beberapa penyakit yang
berperantara-eksotoksin dan tetap penting dalam pencegahan penyakit. Vaksin
yang disebut toksoid ini dibuatdari eksotoksin yang dimodifikasi sehingga tidak
lagi bersifat toksik. Banyak eksotoksin terdiri atas subunit A dan B; subunit B
60
umumnya memperantarai perlekatan kompleks toksin pada sel inang dan
membantu masuknya eksotoksin ke dalam sel inang. Subunit A memimbulkan
aktivitas toksik.
Tipe eksotoksin yang lain disebut enterotoksin , merupakan toksin yang
mempengaruhi sistem traktus gastrointestinal , yang kadang menyebabkan
diare dan muntah. Contoh bakteri yang memproduksi enterotoksin yaitu Bacillus
cereus, beberapa tipe E. coli, Clostridium difficile, Clostridium perfringens,
Salmonella spp, Shigella, Vibrio cholera, dan beberapa jenis Staphylococcus
aureus. Sebagai tambahan saat melepaskan enteroktoksin, C. difficile juga
memproduksi sitotoksin yang akan merusak lapisan usus besar (colon), yang
menyebabkan terjadinya colitis pseudomembraneous.
c) Enzim
Salah satu faktor virulensi lainnya yaitu enzim yang dihasilkan oleh
bakteri, yang pada dasarnya tidak toksik tetapi berperan penting dalam proses
infeksi. Enzim yang dimaksud antara lain enzim pendegradasi jaringan,
contohnya lesitinase yang dihasilkan oleh C.perfringens, koagulase yang
dihasilkan yang dihasilkan oleh S.aureus, hialuronidase yang dihasilkan oleh
Streptococcus, dan streptokinase (fibrinolisin); enzim jenis kedua yaitu protease
IgA1, yang memungkinkan patogen untuk menonaktifkan antibodi primer yang
terdapat pada permukaan mukosa sehingga perlindungan inang oleh antibodi
lenyap.
d) Faktor Antifagosit
Banyak bakteri patogen mati dengan cepat setelah dimakan oleh sel
polimorfonuklear atau makrofag. Beberapa patogen menghindari fagositosis
atau mekanisme mikrobisidal leukosit dengan mengadsorbsi komponen inang
yang normal pada permukaannya. Beberapa bakteri (misalnya
Capnocythophaga dan Bordetella) menghasilkan faktor-faktor yang dapat larut
atau toksin yang dapat menghambat kemotaksis oleh leukosit sehingga
terhindar dari fagositosis.
61
penyakit . Komponen seluler yang berpengaruh terhadap virulensi yang
merusak inang menurut Kusnadi (2003), antara lain sebagai berikut.
1. Asam Teikoat
Suatu penentu antigen utama semua strain Staphylococcus aureus
adalah asam teikoat ribitol grup-spesifik dinding sel. Penentu serologi
polisakarida tersebut adalah N-asetilglukosamin. Dinding sel, asam teikoat
berhubungan dengan peptidoglikan pada suatu tempat yang taklarut dan
membutuhkan enzim litik untuk pelepasannya. Asam teikoat ribitol tidak
ditemukan pada S. epidermidis (yang mengandung asam teikoat gliserol).
Sebagian besar orang dewasa mempunyai reaksi hipersensitif kutanea dengan
perantara asam teikoat, dan ditemukan presipitasi tingkat rendah dalam
serumnya. Kenaikan tingkat antibodi asam teikoat yang disebabkan penyakit
Staphylococcus saat ini, seperti endokarditis atau bakterimiakarena
keterlambatan pengobatan antibiotik.
3. Kapsul Polisakarida
Pnemuococcus merupakan salah satu contoh utama suatu
bakteripatogen ekstraseluler, yang merusak jaringan inang hanya selama
berada di luar sel fagosit. mekanisme perlindungan terhadap fagositosis pada
62
bakteri ini karena adanya kapsul yang berfungsi sebagai antifagosit. Beberapa
aspek patogenesis dari infeksi Pneumococcus dapat menyebabkan sakit.
Kapsul polisakarida berada dalam keadaan larut dalam cairan tubuh yang
terinfeksi. Relatif tidak beracun, tetapi pada tahap tinggi dalam serum atau urin
dapat dihubungkan dengan beberapa infeksi yang diikuti oleh bakteremia, dan
suatu kecepatan kematian tinggi. Jumlah polisakarida bebas yang berlebihan
dapat menetralkan antibodi antikapsul, membuat antibodi tidak dapat
memasuki patogen. Sudah lama dipercaya bahwa strain Proteus tidak
menghasilkan tipe antigen kapsul, yang merupakan sifat dari beberapa bakteri
Gram-negatif. Contoh: Klebsiella Spp. atau strain E. coli khusus.Struktur
kapsul, juga bahan lendir atau glikokaliks (polimer sangat terhidrasi yang
terdapat pada permukaan sel bakteri) menjadi faktor patogen yang potensial
dari strain Proteus.
4. Protein A
Protein A merupakan suatu antigen khusus kelompok-spesifik
Staphyalococus aureus. Sekitar 90% protein A ditemukan pada dinding
selberikatan kovalen dengan peptidoglikan. Selama pertumbuhan sel. Protein A
juga dilepaskan ke dalam medium biakan, yang terdiri dari sepertiga dari total
protein A yang dihasilkan oleh bakteri tersebut.
Protein A terdiri dari suatu rantai polipeptida tunggal dengan berat
molekul 42 kDa. Empat residu tirosin memenuhi bagian permukaan yang
melakukan respon untuk aktivitas biologi. Keunikan protein A dipusatkan pada
kcmampuannya untuk berinteraksi dengan IgG normal dari sebagian besar
spesies mammalia. Suatu spesies interaksi tersebut dapat memotong subgrup
IeG tcrtentu. Tidak seperti reaksi antigen-antibodi, ikatan tidak mclibatkan
fragmen Fab tetapi bagian Fc dari immunoglobulin. Protein A terdiri dari lima
daerah: empat domain sangat homolog yang mengikat Fc, dan yang ke lima,
domain C-terminal yang berikatan pada dinding set dan tidak mengikat Fc.
63
Protein A menyebabkan sejumlah efek biologi, berupa kemotaktik,
antikomplemcn, antifagosit, mcningkatkan reaksi hipersensitivitas dan merusak
keping darah. Protein A merupakan mitogenik dan mampu mengaktifkan sel
natural killer (NK) manusia. meskipun terdapat hubungan di antara protein A
dengan reaksi koagulase, tetapi tidak ada hubungan antara ada tidaknya
protein A dan beberapa komponen patogenik.
6. Enzim
Beberapa enzim intraseluler dan ekstrasseluler pada mikroorganisme
patogen yang digunakan untuk menginfeksi sel inang. Jenis-jenis enzim yang
terdapat pada bakteri pathogen adalah Protease, Neuraminidase,kolagenase,
hialuronidase, gelatinase, aminopeptidase, pospolifase, Urease, Lipase, Enzim
Ekstraseluler seperti Hialuronidase, Lechitinase, dan Collagenase dan
posfatase basa dan asam
7. Toksin
Beberapa mikroorganisme menghasilkan bahan beracun yang dikenal
sebagaitoksin.Kemampuan suatu mikroorganisme untuk menghasilkan
suatu toksin sebagai bahan yang memiliki efek merusak pada sel dan
jaringaninang,danpotensi toksin merupakan factor
pentingdalamkemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan penyakit.
Toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat berupa eksotoxin yaitu
toksin yang dikeluarkan ke sekeliling medium atau endotoksin, toksin yang
berada dalam sel sebagai bagian dari sel, yang membedakan toksin dengan
toksik yaitu jika toksik menyatakan sifat atau efek dari toksin, dan berbisa
mengacu kepada hewan penghasil bisa.
a. Eksotoksin.
Padoli 2016 menyatakan Eksotoksin dikeluarkan dari sel
mikroorganisme ke suatu medium biakan atau ke dalam jaringan inang.
Medium yang diproses dengan tidak tepat dari sayuran dapat dicemari
Clostridium botulinum, sebagai contoh; makanan dari sayuran yang
mengandung toksin botulinum menghasilkan makanan beracun yang disebut
botulism. Makanan beracun botulism, eksotoksin yang dimakan oleh suatu
individu menyebabkan paralisis yang mempcngaruhi sistem saraf manusia,
sehingga toksin tersehut dinamakan neurotoksin. lnfeksi inang oleh bakteri,
64
tidak perlu menjadikan suatu penyakit. Sebenarnya botulism bukan penyakit
infeksi, tapi suatu toksemia yang disebabkan oleh suatu toksin bakteri yang
dikcluarkan ke inang. Corynebacterium diphtheriae tumbuh pada tenggorokan
manusia danmengeluarkan eksotoksin, kcmudian eksotoksin diserap ke dalam
pembuluh darah dan menyebabkan penyakit diphtheria. Ketika patogen
tetanus, Clostridium tetani dimasukkan ke dalam suatu luka, ia dapat tumbuh
danmembentuk eksotoksin tetanus (suatu neurotoksin). Jadi tidak seperti
botulism, tetanus dan diphtheria disebabkan oleh mikroorganisme yang
menghasilkan toksin yang mengalami penumbuhan dalam inang.
Eksotoksin merupakan protein, yang dapat dihasilkan oleh bakteri
Gram-positif dan Gram-negatif. Efeknya pada jaringan manusia biasanya
sangat spesifik. Sebagai contoh, toksin botulism dan tetanus merupakan
neurotoksin. Vibrio chulerae mengeluarkan eksotoksin yang mengurangi
retensi caitan oleh intestin, sehingga menyebabkan diatrhea. Jadi eksotoksin
biasanya mempunyai afinitas untuk suatu jaringan khusus dimana dia dapat
menyebabkan kerusakan. Eksotoksin kehilangan toxisitasnya jika dipanaskan
atau diberi perlakuan secara kimia. Fenol, formaldehid, dan berbagai asam
dapat merubah eksotoksin secara kimia sehingga kchilangan toksisitasnya
yang disebut toksoid. Toksin dan toksoid mampu menstimulasi pembentukan
antitoksin, antibodi yang menetralisir toksisitas toksin dalam tubuh inang.
Kemampuan ini penting dalam perlindungan kerentanan inang dari penyakit
yang disebabkan toksin bakteri. Antitoksin mempunyai nilai komersil yang baik.
(Padoli 2016)
b. Enterotoksin.
Enterotoksin merupakan eksotoksin yang beraksi dalam usus
halus,umurnnya menyebabkan pengeluaran cairan secara besar-besaran ke
dalam lumen usus, menimbulkan symptom diare. Enterotoksin dihasilkan oleh
bermacam bakteri termasuk organisme peracun-makanan
Staphylococcusaureus, Clostridium perfringens, dan Bacillw cereus, dan
patogen usus Vibrio cholerae, Escherichia coli, dan Salmonella enteritidis.
Padoli 2016 menyatakan enterotoksin E. coli dikode oleh plasmid.
Kemungkinan plasmid ini juga mengkode untuk sintesis antigen permukaan
spesifik yang sangat dibutuhkan untuk penyerangan enteropatogenik E. coli
kepada sel epitel internal.
65
Faktor vitulensi utama dihasilkan oleh Vibrio cholerae merupakan
enterotoksin ekstraseluler yang kuat yang berperan pada sel usus kecil.
Enterotoksin tersebut merupakan toksin yang pertama kali ditemukan
serupadan berhubungan sangat dekat toksin pada E. coli,dalam struktur dan
fungsinya. Toksin Cholera (CT), atau "choleragen", merupakan suatu molekul
protein kompleks dengan berat molekul sekitar 84.000 Da. Disusun oleh dua
subunit utama, subunit A yang melakukan rospon untuk aktivitas biologi dan
subunit B, yane melakukan respon pengikatan seluler toksin. Subunit A terdiri
dari dua polipeptida yang diikat bersama oleh suatu ikatan disulfida tunggal.
Aktifitas toksik ditcmpatkan pada A1, sedangkan A2 tersedia sebagai pengikat
subunit B. Subunit B tcrdiri dari lima peptida identik dcngan masing-masing
berat molekul 11.500 Da. Padoli 2016 menyatakan subunit B berikatan sangat
cepat dan irreversibel kepada molekul monosialogangliosid GMI dari sel usus
kecil. Subunit A selanjutnya terlepas dari subunit B dan menembus membran
seluler. Aktifasi Al terjadi dengan reduksi ikatan disulfida. At yang teraktifkan
secara enzimatik, dengan mentransfer adenosin difosfat ribosa dari nikotinamid
adenin dinukleotida (NAD) menjadi protein pengikat-GTP (guanosin trifosfat)
yang mengatur aktifitas adenylcyclase. Aksi tersebut mcnghambat mekanisme
"tumoff' GTP dari aktivitas adenilsiklase dan meningkatkan aktivitas
adenilsiklase. Peningkatan aktivitas adenilsiklase tersebut menyebabkan
peningkatan level cAMP intraseluler (cyclic AMP) yang menyebabkan
meningkatnya sekresi clcktrolit ke dalam lumen usus. Hilangnya elektrolit
layaknya peningkatan sekresi klorida tergantung-natrium dan mencegah
penyerapan Na dan CI melintasi membran oleh mekanisme kotranspor NaCI.
Pembentukan sekresi merupakan suatu cairan isotonis dcngan konsentrasi
bikarbonat dua kali dari plasma normal dan Kalium 4-8 kali plasma nonnal.
Pengeluaran cairan dapat mencapai 1 liter per jam, dan pengaruhnya dapat
dilihat pada pasien penderita.
Enterotoksin Staphylococcus dikelompokkan secara serologikmenjadi
enam grup, yaitu: A, R, C, C2, U, dan E. Terdapatnya enterotoksin grup A
sering dihubungkan dengan keracunan makanan di Amerika Serikat.
Pengendalian genetik enterotoksin Staphylococcus belum didefinisikan dengan
jelas, akan tetapi dari hasil analisis DNA kromosom strain penghasil-
enterotoksin memperlihatkan bahwa gen cnterotoksin B(ent B) merupakan
bagian dari suatu elemen dengan ciri tersendiri dan berukuran 26,8 kb. Hal ini
66
kemungkinan gen ent B merupakan suatu bagian dari bakteriofaga atau suatu
plasmid berukuran besar yang terintcegrasi. (Padoli 2016)
c. Endotoxin
Padoli 2016 menyatakan beberapa mikroorganistne, khususnya
bakteri Gram-negatif. Tidakmengeluarkan suatu toksin terlarut, tetapi
membuat suatu endotoksin yang dibebaskan ketika sel mengalami
pembelahan, lisis dan mati. Endotoksin dari bakteri Gram-negatif merupakan
komponen sttuktural membran luar dari dinding sel bakteri Gram-negatif.
Komponen ini merupakan polisakarida (lipid A). Endotoksin merupakan racun
yang efektif pada tempat terikatnya ( ketika menjadi bagian dari dinding sel
yang utuh) dan ketika dilepaskan sebagai produk litik pada pembelahan sel.
Dibandingkan dengan eksotoksin , endotoksin lebih stabil terhadap
pemanasan, tidak membentuk toksoid dan kurang toksik. Endtoksin
bertanggung jawab untuk beberapa gejala penyakit seperti demam dan “shock”
d. Hemolisin
Hemolisin merupakan enzim ekstraseiuler yang bersifat toksik. Toksin
ini merupakan bahan yang menghancurkan sel darah merah dan melepaskan
hemoglobin. Sebenarnya strain hemolitik bakteri patogen lebih virulen daripada
beberapa spesies strain nonhemolitik. Hemolisin bakteri dari beberapa spesies
yang bcrbeda dalam senyawa kimia alaminya clan cara aksinya. Padoli 2016
menyatakan beberapa hemolisin mcnghasilkan perubahan yang dapat dilihat
pada lempeng agar-darah. Pada lempeng ini, koloni bakteri hemolitik tertentu,
dikelilingi oleh suatu zona bening tanpa wama dimana sel darah merah sudah
dihancurkan secara sempurna. Peristiwan ini disebut a-hemolisis. Tipe lain dari
bakteri dapat mereduksi hemoglobin menjadi meta-hemolobin, yang
menghasilkan zona berwarna kehijauan di sekitar koloni. ini disebut (3-
hemolisis. Reaksi hemolitik seringkali digunakan dalam laboratorium klinis
untuk membantu mengindentifikasi suatu patogen sebagai contoh streptococci
group A, suatu penyebab strep tengorokan, menghasilkan (hemolisis pada
lempeng agar-darah).
Sintesis hemolisin sitotoksik terdapat di antara bakteri Gram-positif clan
Gramnegatif. Penelitian mengenai aktivitas hemolitik dimulai pada abad ke-20.
Dari hasil penelitian mengenai aktivitas hemolitik strain Proteusnrirabilis dan P.
vulgaris, ditemukan bahwa lebih dari 84 strain yang diisolasidari pasien
67
penderita UTI , mampu mendegradasi eritrosit, ditunjukkan sebagai pemberi
wama hijau pada lempeng agar darah. Tidak satupun strainini mernperlihatkan
aktivitas heniolitik ekstraseluler.
Hemolisin Proreus termasuk farnili toksin pembentuk-pori. Penelitian
tentang pembentukan pori oleh hemolisin HIyA P. vulgaris dan M. morganii dan
memperlihatkan bahwa secara serupa dengan aksi sitolisin Hly E. coli. Bakteri
tersebut membentuk ion-permeabel sementara, "chanel water-felled" yang
selektif terhadap kation pada pH netral. Diameter minimal saluran ini
diperkirakan sampai 1 nm. Terutama pada hemolysin H1yA dari tiga spesiesP.
vulgoris, M. morganii dan E. coli., oligomer terhadap bentuk pori pada bilayer
lipid membran.
e. Toksin Tetanus
Semua gejala pada tetanus menandakan secara ekstrim neurotoksin.
tetanospasmin toksin, merupakan suatu toksin intraseluler yang dilepaskan
melalui autolisis seluler. Struktur gen untuk toksin tersebut ditempatkan pada
suatu plasmid 75 kb. Toksin Clostridium tetani tersebut merupakan protein
yang tidak tahan-panas yang dapat dinonaktifkan dengan pemanasan pada
suhu 6O°C selama 20 menit. Struktur primer dari molekul toksin sudah
ditentukan dan terlihat nyata homolog dengan beberapa toksin
Clostridiumbotufinum. Toksin yang disintesis oleh C. tetani sebagai rantai
polipeptidayang terdiri dari tiga domain: A, B, dan C, masing-masing memiliki
berat molekul sekitar 50 kDa. Pada pelepasan dari bakteri, toksin dipecah oleh
protease untuk mendapatkan dua subunit: suatu rantai ringan, ditandai A, dan
suatu rantai berat, Guli,Musjaya M. 2016 menyatakan ditandai BC yang diikat
oleh suatu ikatan disulfida tunggal. Pemisahan, rantai berat dan rantai ringan
adalah tidak toksik, jadi sesuai dengan pola aktivitas umum dari toksin dua
rantai AB. Dengan analogi terhadap toksin tersebut, dianggap bahwa toksin
tetanus diambil melalui endositosis diperantarai-reseptor clan pH rendah dalam
endosom menyebabkan toksin menyisip ke dalam dua lapis lipid dan melintasi
membran untuk bereaksi dengan sitosol.Toksisitas toksin tetanus secara utuh
dihubungkan dengan rantai ringan A. Pemurnian fragmen B dari rantai berat
membentuk saluran pada membran lipid, sedangkan daerah pengikat-
gangliosida ditempatkan pada domain fragmen C. Meskipun gangliosida terlihat
sangat kuat berikatan dengan toksin tetanus, terdapat beberapapertanyaan
apakah gangliosida benar-benar mewakili reseptor jaringan. Dan beberapa
68
penelitian diperkirakan bahwa toksin tetanus dapat berikatan kepada dan
menggunakan sistem reseptor-uptake yang secara normal digunakan oleh
hormon penstimulasi-tiroid. Toksin tetanus berikatan kepada reseptor membran
dari sel tiroid dengan sifat yang serupa seperti terhadap pengikat tirotropin.
Toksin tetanus merupakan salah satu dari sebagian besar senyawa beracun,
toxisitasnya hanya dapat dibandingkan dengan toksin botulinum dan toksin
disentri Shigella.
VTl hampir identik dengan shiga toksin, dalam struktur dan aksinya,
tetapi berbeda berat molekulnya, dan dua toksin tersebut berbeda aktivitasnya
dalam hewan percobaan. VT2 memiliki komponen biologik yang serupa dengan
VT1 tetapi tidak temetralisasi oleh antobodi shiga toksin. Dua verotoksin
tersebut terbagi menjadi 58% homologi dalam urutan nukleotida pada gen
pengkode gennya dan 56 % homologi dalam komposisi asam aminonya. VT2
berbeda dari VTI dalam pencmpatan dan pola pemotongan DNAnya. Tingkat
produksi toksin penting dalam perkembangan penyakit. VTEC tingkat tinggi
menghasilkan sejumlah besar toksin dalam cairan supernatan kultur dan
bcrikatan dengan kolitis hemoragik, diare, dan HUS. Rendahnya VTEC
penghasil-tingkat rendah tidak mudah dideteksi jumlah toksin dalam cairan
supernatan dan tidak tcrlihat hubungannya denganproduksi penyakit. VTEC
diinfeksi dengan satu atau bakteriofaga yang mengkode produksi VTI atau VT2
atau keduanya. Meskipun sejumlah strain E.coli sudah terinfeksi dengan
69
bakteriofaga tersebut selanjutnyamenghasilkan verotoksin, kebanyakan isolat
VTEC dalam wabah di Amerika Serikat dan Kanada tetap ditandai menjadi
serotipe OI57:H7. g. Endotoxin-Lipid A Lipopolisakarda (LPS)Dilihat dari
aktivitas biologi, LPS merupakan endotoksin, yang diketahui merupakan faktor
patogenik bakteri Gram-negatif, yang menyebabkan efek fisiopatologi spektrum
luas seperti demam, hipotensi, koagulasi intravaskuler yang tersebar luas, dan
mengawali reaksi imflamasi atau syok endotoksis. Endotoksin dapat dilepaskan
dari permukaan sel bakteri selama mengalami perbanyakan, lisis dan mati.
LPS bebas merupakan molekul bioaktif dan dapat melewati pusat (komponen
lipid A) pada berbagai tipc sel, yang terpenting adalah makrofaga dan monosit.
Mekanisme aktivitas biologi LPS, sudah diketahui. LPS berikatan dengan
protein pengikat-LPS pada darah; kompleks ini selanjutnya mengaktifikan
reseptor CD 14 pada makrofaga. LPS meningkatkan aktivitas sel makrofag
untuk menghasilkan lipid aktif ( prostaglandin, thromboxan A2), radikal bebas
oksigen (O2', H2O2, dan NO), dan perantara peptida (TNF-alfa, IL-1, IL.-6, IL.-
8, dan IL.-10). Perantara ini bekerja secara terpisah atau bersama-sama, dan
tergantung dari tingkat makroorganisme, mereka mendatangkan manfaat atau
efek kerusakan (shock sindrom). Dengan kata lain LPS sebagai antigen
pcrmukaan bakteri yang dikenali oleb antibodi spesifik yang dihasilkan oleh
sistem pertahanan inang. LPS dari bakteri patogen bentuk sel memberi
kontribusi terhadap kekebalan serangan kerja zat pembunuh bakteri dalam
serum dan pembunuhan intraseluler oleh fagosit.
Lipopolisakatida (LPS) atau endotoksin dinding sel Borderellapertussis
adalah tahan panas dan pada dasamya serupa dengan endotoksin
Enterobacteriaccae, kecuali berbeda dalam struktur makromolekul danaktivitas
pirogenik yang lebih rendah. LPS tersebut terdiri dari dua ppolisakarida yang
berbeda, masing-masing diakhiri oleh suatu molekul asam 3-deoksi-2-
oktulosonik. Terdapat dua fragmen lipid yang berbeda, lipid A dan lipid X, dan
mengandung glukosamin, asam lemak, fosfat teresterifikasi dalam ukuran yang
sama. Lipid X, merupakan lipid minor, memiliki 2-metil, 3hidroxidekanoat, dan
asam tetradekanoik, yang tidak terdapat dalam lipid A. Lipid X terlihat mampu
melakukan respon toxisitas akut dari endotoxin tcrsebut. LPS tidak
menginduksi penyusunan antibodi dengan aktifitas protektif.
Proteus merupakan suatu genus bersifat heterogen antigen
karenaperbedaan struktur dari rantai polisakarida O-spesifik dari LPS (antigen
70
O), juga antigen H. Skema pengelompokkan secara serologi dari Kauffman dan
Perch memasukkan 49 perbedaan serogroup 0. P. mirabilis dan P. vulgaris dan
19 pcrbctiaan serogroup antigcn H. Tcrdapatnya gambaran struktural dari
antigen 0 Proteus merupakan adanya asam uronik kadang-kadang diganti oleh
asam amino. Di samping tipe unsur utama gula yang tersebar luas di alam,
seperti heksosa, heksoamin, dan asam uronik, juga mengandung gula 6-
deoksiamino seperti L-fukosamin., L-quinovosamin, D-quinovoso3 amin, dan D-
fukoso-3-amin. Dari perbedaan unsur pokok non-gula, asam amino (Ldan D-
alanin, L-serin, L-theoronin, dan L-lysin) yang menempel pada group karboksil
pada asam uronik, Pada antigen 0 Proteus, komponen asam tak umum lain
seperti cther asam laktat-(S) dan (R)- dan (R)-hidroksibutiril, piruvat, dan
kelompok fosfat juga ditemukan.
71
Gambar 11. Fenilalanina hidroksilase.
Sumber:PDB 1KW0
72
a. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang
mana keadaan transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk
substrat menjadi konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan
enzim.)
b. Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat
dengan menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang
berlawanan dengan keadaan transisi.
c. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan
substrat sementara waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat
antara.
d. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat
bersama pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek
entropi ini melibatkan destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya
terhadap katalis relatif kecil.
73
Sebagian besar enzim, terdiri atas dua komponen penyusun, yakni protein
(apoenzim) yang sifatnya fungsional dan non-protein (gugus prostetik).
Apoenzim adalah komponen paling dominan dalam struktur enzim. Selain itu,
apoenzim ini bersifat labil karena mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu dan
pH, serta tidak tahan panas. Adapun gugus prostetik terdiri dari ion anorganik
dan ion organik kompleks. Ion anorganik dalam gugus prostetik disebut sebagai
kofaktor. Fungsi kofaktor ialah katalis yang mampu meningkatkan kerja enzim.
Sedangkan ion organik dalam gugus prostetik disebut koenzim, yang berfungsi
untuk memindahkan zat kimia dari satu enzim ke enzim lain.
74
aeruginosa dan Serratia marcescens. pH optimum aksinya adalah 8, yang tidak
mengejutkan karena situasi alkalin sekelilingnya dimana enzim bekerja secara
in-vivo. Hal ini terlihat selama infeksi, strain P.mirabilis mensintesis urease,
yang memecah urea yang berakibat menghasilkan kondisi alkalin optimal untuk
aksi protease IgA dan IgG. Jufri S, Oksfriani. 2019 mengatakan pneumococcus
menghasilkan ‘immunoglobulin-degrading extraselluler protease”. Protease ini
mengurangi sekresi IgA (S-IgA), IgA, IgG, dan IgM, ditemukan pada sejumlah
isolat dari pasien berpenyakit akut, tanpa keluhan. Dengan menghilangkan
imunoglobulin, protease memainkan peranan penting untuk mempermudah
kolonisasi pada permukaan mukosa.
2. Neuraminidase
Sejumlah mikroorganisme yang membentuk koloni pada saluran
pernapasan menghasilkan enzim glikosidik neuraminidase. Enzim ini
menyerang komponen glikoprotein dan glikolipid membran sel. Neurominidase
memotong terminal asam N-asetil neuraminik dari suatu gula yang berdekatan.
Meskipun peran khusus enzim ini dalam penyakit tidak diperlihatkan namun
kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh pada nasofaring dan dalam sekresi
lendir pada batang bronkia, membutuhkan kemampuan metabolisme khusus.
Neuraminidase hanya satu dari beberapa faktor yang mendukung serbuan
organism (Kusnadi, 2003).
75
c. Hialuronidase adalah enzim yang menghidrolisis asam hialuronat, unsure
dasar pada jaringan penyambung. Enzim ini dihasilkan oleh banyak bakteri
(misalnyaStaphylococcus, Streptococcus dan anaerob) dan membantu
penyebaran infeksi dalam jaringan.
d. Banyak Streptococcus hemolitik menghasilkan streptokinase (fibrinolisin),
suatu zat yang mengaktifkan enzim proteolitik plasma. Enzim yang juga
disebut fibronolisin ini, kemudian dapat melarutkan plasma yang beku dan
mungkin dapat membantu penyebaran Streptococcus melalui jaringan.
Streptokinase digunakan dalam terapi infark jantung akut untuk melarutkan
bekuan fibrin.
e. Banyak bateri menghasilkan zat-zat yang bersifat sitolisin artinya, bakteri itu
melarutkan sel darah merah (hemolisin) atau membunuh sel jaringan atau
leukosit (leukosidin). Contohnya, streptolisin O dihasilkan
oleh Streptococcus golongan A dan bersifat letal pada mencit dan
menyebabkan hemolisis sel darah merah dari banyak hewan. Streptolisin
O bersifat labil-oksigen dan karena itu dapat dioksidasi dan di nonaktifkan,
tetapi zat ini dapat diaktifkan kembali oleh zat pereduksi. Zat ini bersifat
antigenik. Streptococcus yang sama juga menghasilkan streptolisin S yang
stabil terhadap oksigen dan tidak bersifat
antigenik. Clostridium menghasilkan berbagai hemolisin, termasuk lesitinase
seperti yang diuraikan diatas. Hemolisin dihasilkan oleh sebagian besar
strain S. aureus; Staphylococcus juga menghasilkan leukosidin. Sebagian
besar gram-negatif yng diisolasikan dari tempat penyakit menghasilkan
hemolisin. Contohnya, strain E. coli yang menyebabkan infeksi saluran
kemih secara khas menghasilkan hemolisin, sedangkan strain yang
merupakan bagian flora usus normal dapat memproduksi hemolisin tetapi
dapat juga tidak.
76
reaksi reduksi dan oksidasi.. Akibat defisiensi besi maka bakteri menghasilkan
suatu agen "chelator" (pengikat besi), yang disebut siderophore, yang
diekresikan ke sekelilingnya dan berfungsi untuk mengikat besi dan
mengangkutnya ke dalam sel dengan menggunakan protein reseptor yang
sesuai dan mekanisme transpor yang cocok. Sintesis siderophore di bawah
kendali gen kromosomal atau plasmid.
Semua bentuk hubungan inang-parasit (komensal dan konvensional dan
patogen oportunistik), bakteri berkompetisi dengan inangnya dalam hal besi.
Protein eukariot seperti transferrin dan laktoferrin, dengan affinitas besi tinggi,
menyebabkan sel prokariotik kekurangan besi. Suatu produksi yang
menghasilkan siderophore dapat menentukan nasib suatu invader. Dari
gambaran tersebut, siderophore dapat dipertimbangkan sebagai satu faktor
virulensi (kentampuan invasi).
5. Enzim Urease
Urease mewakili produk ekskresi nitrogen utama pada manusia
danscbagian besar hewan. Urease ("urea amidohidrolase") menghidrolisis
senyawa urea dan menghasilkan amonia serata COZ, yang dapat
meningkatkan pH urin. Aktivitas urease ditemukan pada lebih dari 200 spesies
bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Enzim ini juga dimasukkan sebagai
suatu faktor yang mendukung patogenisitas beberapa bakteri termasuk
Proteus, Providencia, dan Morganella. Aktivitas urease baktcri ini digunakan
untuk membedakannya dan anggota famili Enterobacteriaceae. Aktivitas urease
pada P. mirabilis diperantarai plasmid yang berperan dalam menginduksi
aktivitas enzim.
77
Penelitian fraksinasi sel, diperlihatkan bahwa sebagian besar urease
terdapat pada bagian larutan sitoplasma P. mirabilis. Hasil yang berlawanan
diperoleh ketika menggunakan metode mikroskop elektron; diternukannya
urease P. mirabilis berhubungan dengan periplasma dan membran luar. Urease
P. mirabilis dalam bentuk aslinya merupakan suatu protein 212-280 kDa.
Peranan urease pada infeksi sudah diteliti, enzim ini menjadi suatu
faktor virulen yang berarti pada P. mirabilis. Secara in vitro pada kultur sel epitel
tubuler proksimal renal manusia bahwa efek sitotoksiknya kurang penting jika
dibandingkan dengan hemolysin HpmA. Penggunaan mutan urease-negatif
P.mirabilis yang mengandung suatu sisipan mutasi dalam ureC
memperlihatkanperan urease yang berarti pada infeksi saluran urin mencit.
Fakta yang ditemukan bahwa mutan urease-negatif mempunyai 50% dosis
infektif (ID 50) lebih besar 1000 kali dibandingkan dengan strain 'induknya.
Mutan ini hilang dari kandun: kencing, sedangkan strain urease-positif terdapat
dalam kandung kencing dan ginjal dan menyebabkan beberapa lesi ginjal yang
sangat berarti.
urin seperti Mg2+ dan Ca2+ yang terlarut dalam pH netral atau sedikit asam
dalam urin normal. Sebagai hasil efek tersebut, dibentuk batu "struvite"
6. Enzim Lipase
Staphylococcus menghasilkan beberapa enzim penghidrolisis lipid,
secara keseluruhan yang disebut lipase. Lipase aktif pada sejumlah substrat,
termasuk plasma, lemak, dan minyak yang berkumpul pada permukaan tubuh.
Penggunaan bahan tersebut memiliki nilai kelangsungan hidup untuk bakteri
dan menyebabkan aktivitas terbesar kolonisasi Staphylococcus terjadi dalam
daerah kelenjar sebasea (minyak). Produksi lipase penting dalam invasi ke
jaringan kutanea dan subkutanea yang sehat. Pada isolat pertama (dari
manusia), terdapat hubungan antara produksi lipase secara invitro dan
kemampuan untuk menghasilkan bisul. Penurunan virulensi Staphylococcus
dari rumah sakit diamati sclama 20-30 tahun. Penurunan tersebut diakibatkan
78
menurunnya sejumlah enzim lipase yang disebabkan adanya profaga yang
menyisip pada DNA bakteri sehingga produksi lipase dihentikan.
7. Enzim Ekstraseluler
Faktor virulensi dari beberapa mikroorganisme diketahui karena
menghasilkan enzim ekstraseluler. Meskipun bukan enzim ekstraseluler tunggal
yang membuktikan kemampuannya menjadi faktor yang bertanggung jawab
untuk virulensi, tapi tidak diragukan bahwa sebagai enzim memainkan beberapa
peran dalam proses patogenik diantaranya kemampuan bakteri patogen untuk
memasuki jaringan. Beberapa jenis enzim ekstraseluler diantaranya: I)
Hialuronidase. Enzim ini dapat membantu patogen memasuki jaringan inang
dengan menghidrolisis asam hialuronat, suatu senyawa esensial yang
membantu mengikat sel hidup bcrsama-sama. Karena itu, enzim tersebut
dihubungkan sebagai faktor pengurai. Staphylococcus aureus,
Streptococcuspyogenes, dan Clostridium perfringens menghasilkan
hyaluronidase. 2) Lechitinase merupakan suatu enzim yang menghancurkan
berbagai seljaringan, khususnya sel darah merah, dengan menghidrolisis lipid
membran. Sebagai contoh, virulensi dari Clostridium perfringens pada bagian
ini, untuk menghasilkan lechitinase. 3) Collagenase, juga dihasilkan oleh C.
perfringens, mcrusak kolagen, suatu serat jaringan pada otot, tulang, dan
kartilago. Kolagen menyediakan mekanisme saringan dimana sel jaringan hidup
berada. Tanpa kolagaen menyebabkan jaringan lebih rentan terhadap
masuknya suatu patogen.
Beberapa Staphylococcus virulen menghasilkan enzim yang disebut
koagulase. Bertindak sebagai suatu bahan dalam plasma untuk memindahkan
fibrinogen menjadi fibrin. Ini menyebabkan perpindahan fibrin ke sekitar sel
bakteri, jadi melindunginya dari aksi sel fagosit inang.
79
2. Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline
3. Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol
4. Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin
5. Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.
Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak jenis
bakteri yang justru bersifat patogen. Pada manusia, beberapa jenis bakteri yang
sering kali menjadi agen penyebab penyakit adalah:
1. Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit
tifus,
2. Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC,
3. dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.
4. Bakteri patogen juga dapat menyerang hewan ternak, seperti Brucella
abortus yang menyebabkan brucellosispada sapi dan
5. Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.
Pernah lihat iklan minuman kesehatan, susu, atau yoghurt yang
menghubung-hubungkan pencernaan kita dengan bakteri bersahabat. Bakteri-
bakteri baik itu adalah sahabat dan pelindung perut kita.
1. Lactobacillus acidophilus dan bifidobacteria (bifidus). Sebenarnya bakteri
baik ini jumlahnya paling banyak di usus kita dibanding bakteri lainnya.
Jumlah yang berkurang, akan membuat keseimbangan tubuh terganggu.
Karena terjadi pembusukan dan penimbulan toksin di kolon. Kita pun jadi
rentan terhadap penyakit dan akan semakin sering mengalami gangguan
fisik yang diakibatkan bakteri tak bersahabat.
2. Asidofilusdan bifidus sangat penting dijaga karena dapat meningkatkan
metabolisme tubuh dan menjaga pencernaan kita agar selalu prima. Selain
itu bakteri ini menghasilkan vitamin B esensial.
Fungsi lainnya adalah kemampuannya menghambat pertumbuhan
bakteri penyebab penyakit. Manfaat bakteri bersahabat yang paling sentral
untuk tubuh manusia :
1) Memulihkan dan mengatur usus dari kerja berat. Bakteri ini sangat baik
bagi mereka yang mengalami sembelit dan sindrom iritasi usus. Bakteri
ini juga mencegah dan mengobati diare yang ditimbulkan oleh antibiotik.
2) Sebagai eliminator racun. Bakteri ini menonaktifkan senyawa toksik
seperti nitrat, yang dihasilkan mikroorganisme lain dan makanan.
80
3) Membantu pembentukan enzim laktase. Enzim ini berfungsi mencerna
susu dan produk susu yang merupakan makanan tak bersahabat bagi
perut. Banyak orang yang dapat mulai menoleransi produk susu dalam
jumlah terbatas, jika mereka menambahkan bakteri bersahabat ke
dalam diet mereka.
4) Pelindung sistem imun. Bakteri ini membantu merangsang pembentukan
antibodi yang mencegah pertumbuhan kelebihan mikroorganisme
berbahaya seperti kandida, H.pylori, E.coli, dan salmonela, yang dapat
mengambil alih usus dan menimbulkan kekacauan dalam pencernaan
kita.
5) Mencegah timbul atau kambuhnya infeksi saluran kemih dan vagina
(terutama setelah mendapat antibiotik).
6) Meningkatkan perlindungan terhadap patogen, virus, dan bakteri (flu,
masuk angin, keracunan makanan).
7) Memulihkan keseimbangan usus setelah pemberian antibiotik, obat,
kemoterapi/radiasi, pemilihan makanan yang salah.
8) Mencegah pembentukan gas akibat proses pembusukan dan peragian.
9) Mengharumkan napas. Jika kolon Anda dipenuhi bakteri tak bersahabat,
gas-gas yang dihasilkan oleh mereka dapat diserap ke dalam aliran
darah dan dibawa ke paru-paru untuk dikeluarkan. Ubahlah
keseimbangan bakteri usus Anda dan napas Anda akan menjadi lebih
segar.
10) Memperindah dan menghaluskan kulit. Kulit kita bermasalah salah
satunya juga karena manifestasi bakteri. Toksin yang terangkat ke kulit
sumber penyebab jerawat, melasma, diskolorasi kulit, dan psoriasis.
Dengan berjayanya bakteri bersahabat, kelainan-kelainan kulit ini akan
mereda.
11) Penemuan baru bahwa sifat pathogen pada mikroorganisme dapat
membantu mematikan sel tumor dan kanker.
81
إَِّن ِفي َخ ْل ِق الَّس َم اَو اِت َو اَألْر ِض َو اْخ ِتَالِف الَّلْي ِل َو الَّن َه اِر َو اْلُفْل ِك اَّلِتي
َت ْج ِر ي ِفي اْلَب ْح ِر ِبَم ا َي نَفُع الَّن اَس َو َم ا َأنَز َل ُهّللا ِمَن الَّس َم اِء ِمن َّماء َفَأْح َي ا
َّث
ِب ِه األْر َض َب ْع َد َم ْو ِتَه ا َو َب ِفيَه ا ِمن ُك ِّل َد آَّب ٍة َو َت ْص ِر يِف الِّر َي اِح
َو الَّس َح اِب اْل ُم َس ِّخ ِر َب ْي َن الَّس َم اء َو اَألْر ِض آلَي اٍت ِّلَق ْو ٍم َي ْع ِقُلوَن
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna
bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan
air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi
itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Surat An-Nahl 13
Artinya: dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di
bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil
pelajaran
82
Allah menciptakan jasad-jasad renik di dunia ini sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Sebagaiman dengan firman Allah dalam (Surat Al-
Furqon Ayat 2) yang berbunyi:
Artinya :“yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya),
dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya”.
83
mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir
berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan
(perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu
banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia
sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik,
84
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam dunia medis, mikrobiologi merupakan penyimpangan dari keadaan
normal yang terjadi dalam struktur atau fungsi tubuh, serta timbulnya
perubahan berupa adanya gejala di dalam tubuh. Mikrobiologi kesehatan
adalah cabang ilmu mikrobiologi yang berkaitan dengan studi
mikroorganisme yang berperan dalam kesehatan manusia, baik sebagai
penyebab penyakit (patogen) maupun sebagai kunci dalam pemeliharaan
kesehatan (misalnya, bakteri baik dalam sistem pencernaan). Ini mencakup
penelitian tentang bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Mikrobiologi kesehatan berkontribusi
pada pemahaman penyakit infeksi, pengembangan vaksin, peningkatan
metode diagnosis, dan pengembangan strategi pengendalian penyakit.
2. Mikroorganisme sebagai patogen dalam bahasa yunani artinya "penyebab
penderitaan" adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada
inangnya. Maka organisme sebagai pathogen berarti suatu mikroorganisme
yang menyebabkan/membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh
inang. Mikroorganisme sebagai patogen adalah mikroba yang dapat
menyebabkan penyakit pada organisme lain, termasuk manusia, hewan,
dan tumbuhan. Ini bisa berupa bakteri, virus, jamur, atau parasit. Patogen
bisa menyebabkan penyakit dengan berbagai cara, termasuk merusak sel-
sel tubuh, menghasilkan toksin yang meracuni tubuh, atau memicu respons
imun yang merugikan. Contoh patogen termasuk bakteri penyebab infeksi
seperti Salmonella dan Staphylococcus.
3. Infeksi oleh bakteri patogen dimana bakteri patogen dapat merampas
nutrisi, kerusakan langsung, dan produksi toksin. Infeksi yang disebabkan
oleh bakteri patogen bisa bervariasi dalam gejala dan tingkat keparahan
tergantung pada jenis bakteri dan organ yang terinfeksi. Misalnya, infeksi
saluran pernapasan atas oleh bakteri seperti Streptococcus pneumoniae
yang dapat menyebabkan penyakit seperti sinusitis, faringitis, atau
pneumonia dan Infeksi saluran kemih seperti sistitis atau pielonefritis dapat
85
disebabkan oleh bakteri seperti Escherichia coli (E. coli) yang biasanya
86
DAFTAR PUSTAKA
87
Larasati, S, A., Windria, S., Cahyadi, A, I. 2020. Kajian Pustaka: Faktor-
Faktor Virulensi Staphylococcus aureus yang Berperan Penting
dalam Kejadian Mastitis pada Sapi Perah. Indinesia Medicus
Veterius, 9(6). Unpad: Jawa Barat.
Linda,H.2011.MIkrobiologiKesehatan.http://lindahaffandi.blogspot.com/
2011/12/mikrobiologi-kesehatan.html.
Helmi,A.2020.Infeksi Bakteri. https://www.sehatq.com/penyakit/infeksi-bakteri
Padoli.2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Munasir, Zakiudin. 2001. Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri.Jurnal Sari
Pediatri. Vol. 2, No. 4, Maret 2001: 193 – 197.
Nisa, K. 2020. Kebijakan Rumah Sakit Dalam Upaya Pencegahan Penyakit
Infeksi Bagi Pasien Dan Tenaga Kesehatan Di Lingkungan Rumah
Sakit.
Ramadhan, Prasetya. Mikroorganisme Patogen Penyebab Penyakit Pada
Manusia.
Riskawati.2016. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Patogen Pada Tanah Di
Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (Tpas) Kota
Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makasar: Fakultas Sains Dan
Teknologi Uin Alauddin Makassar.
Wikipedia.org/wiki/Listeria_monocytogenes, diakses pada tanggal 29 April
2021 pukul 09.00 WIB.
Garna, H. (2016). Patofisiologi Infeksi Bakteri pada Kulit. Sari Pediatri, 2(4),
205. https://doi.org/10.14238/sp2.4.2001.205-9
Kadek Ni. (2020). Hang tuah medical journal. HANG TUAH MEDICAL
JOURNAL, 17(2), 136–146.
88
SEROVAR TYPHI. 4(1), 66–69.
Said, N. I., & Marsidi, R. (2017). Mikroorganisme Patogen Dan Parasit Di Dalam
Air Limbah Domestik Serta Alternatif Teknologi Pengolahan. Jurnal Air
Indonesia, 1(1). https://doi.org/10.29122/jai.v1i1.2293
Saputra Maelandri, M. A., & Emelia, R. (2021). Optimalisasi Waktu Inkubasi dan
Konsentrasi Pepsin pada Aktivitas Produksi Serum Anti Tetanus. Jurnal
Sosial Sains, 1(11). https://doi.org/10.59188/jurnalsosains.v1i11.256
Sariadji, K. (2015). Waktu regenerasi bakteri. Bul. Penelit. Kesehat, 43(1), 35–
40.
89
90