Mikrolingk 5 Patogen

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 95

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN V

MIKROORGANISME SEBAGAI PATOGEN, INFEKSI


OLEH BAKTERI PATOGEN, DAN ENZIM

Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Lingkungan


yang diampu Oleh: Dr. Agus Sutanto, M.Si dan Dr. Handoko Santoso, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Shely Noperiani (23230015)

Melia Ariyati (23230008)

MEGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur senantiasa penyusun ucapkan kehadirat Allat SWT atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mikrobiologi
dengan materi “Mikrobiologi Lingkungan V Mikroorganisme Sebagai Patogen,
Infeksi Oleh Bakteri Patogen, dan Enzim”. Penyusunan tugas makalah ini dapat
selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Agus Sutanto, M.Si dan Bapak Dr. Handoko Santoso,
M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah mikrobiologi
lingkungan.
2. Orang tua dan keluarga yang memotivasi, mendukung serta selalu
mendoakan penyusun sehingga tugas makalah ini dapat selesai
dengan baik.
3. Teman-teman satu kelas yang selalu memberikan motivasi

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penyusun mengharapkan saran serta kritik yang membangun guna perbaikan
makalah di kemudian hari. Akhir kata penyusun berharap semoga Allah SWT
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini bermenfaat bagi
para pembaca dan penyusun.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Metro, 25 April 2024

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
MIND MAPP v
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II. PEMBAHASAN 4
A. Pengertian Mikrobiologi Kesehatan 4
B. Mikroorganisme Sebagai Patogen 5
C. Infeksi Bakteri Patogen 8
D. Enzim Mikroorganisme Patogen 68
E. Manfaat bakteri pathogen dibidang kesehatan 77
F. Hubungan antara Mikroorganisme pathogen, infeksi bakteri dan enzim
dengan Kandungan Al-Qur’an / Nilai-Nilai Keislaman yang Relevan
79
BAB III. PENUTUP 82
A. Kesimpulan 82
DAFTAR LITERATUR

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Salmonella thypii...........................................................................................9
2. S. Dysenteriae dilihat dari mikroskop...........................................................11
3. Vibrio cholerae...........................................................................................13
4. Escherichia coli............................................................................................15
5. H. influenzae dilihat dari mikroskop.............................................................16
6. S. pneumoniae dilihat dari mikroskop..........................................................18
7. M. tuberculosis dilihat dari mikroskop..........................................................20
8. Clostridiumperfringens.................................................................................22
9. Clostridium tetani dilihat dari mikroskop......................................................24
10. Listeria monocytoneges dibawah mikroskop...............................................27
11. Fenilalanina hidroksilase..............................................................................68
12. Diagram yang menggambarkan hipotesis ketepatan induksi......................69

iv
Mind mapping kelompok 5 tahun 2022

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobiologi merupakan pengetahuan mengenai mikroba secara luas dan
mendalam atau dikenal dengan istilah mikroorganisme. Mikrobiologi
memberikan banyak pelajaran dan banyak membuka pengetahuan mengenai
dunia kecil yang penuh dengan kehidupan yang tidak terlihat oleh mata
manusia tanpa bantuan mikroskop. Meskipun mikroorganisme adalah bentuk
kehidupan terkecil, namun secara kolektif mereka merupakan bagian terbesar
dari biomassa di bumi dan melakukan banyak reaksi kimia yang diperlukan
untuk organisme yang lebih tinggi. Tanpa adanya mikroorganisme, bentuk
kehidupan yang lebih tinggi tidak akan perna berevolusi dan tidak dapat
dipertahankan (Tornate, Funke and Case,2010)
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk-mahluk
hidup yang kecil, mahluk-mahluk hidup yang kecil disebut juga mikroorganisme,
mikrobia, mikroba, jasad renik atau protista. Mikroorganisma merupakan suatu
nama kelompok besar dari mahluk-mahluk berukuran mikroskopis, hidup
sebagai sel tunggal atau sekelompok sel-sel yang sejenis, sel-sel mikroba
berbeda dengan sel-sel tumbuhan maupun sel-sel tubuh hewan tingkat tinggi,
suatu sel mikroorganisma sebagai sel tunggal mampu melangsungkan proses-
proses kehidupan seperti pertumbuhan, respirasi, dan reproduksi bebas dari
sel-sel lain.
Mikroorganisme ditetapkan sebagai mahkluk hidup kecil bukan hanya
karena ukurannya yang kecil sehingga relatif sulit dilihat dengan mata secara
langsung, tetapi juga pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana
dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi. Ukuran mikroba biasanya dinyatakan
dalam mikron (µ) adalah 0,001 mm sehingga hanya dapat dilihat oleh alat bantu
mikroskop, walaupun demikian ada mikroba yang berukuran besar sehingga
dapat dilihat tanpa alat bantu. Walaupun ukuran mikroba pada umumnya
sangat kecil namun mikroba sangatberperan dalam lingkungan biotok maupun
abiotik (Yuni suryani, 2021).
Mikroorganisme tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan biotik
maupun lingkungan abiotik dari suatu ekosistem karena berperan sebagai
pengurai oleh karena itu mikroorganisma yang hidup di dalam tanah berperan
aktif dalam proses-proses pembusukan. Mikroba patogen yakni mikroorganisme

1
atau mikroba yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikroba patogen
akan menyebar melalui populasi manusia dengan bermacam cara. Pengobatan
infeksi yang disebabkan bakteri patogen menggunakan antibiotik, yaitu obat
yang telah diformulasikan khusus untuk membunuh bakteri.
Di alam bebas mikroorganisme hidup berkumpul di dalam suatu medium
misalnya, di dalam tanah, air, udara, kotoran hewan, sampah, tumbuhan,
hewan, dan manusia. Mikroorganisme mempunyai peranan penting dalam
proses alami yang diperlukan untuk survivenya binatang, tumbuh-tumbuhan,
serta mikroba itu sendiri. Untuk hidup mikroorganisme akan melakukan interaksi
atau hubungan dengan lingkungannya. Mikroorganisme dapat ditemukan di
semua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan. Disuatu lokasi
mikroorganisme tersebut dapat bersifat transient, yaitu bertempat tinggal
sementara, atau indigenous, yaitu sudah menetap beberapa turunan.
Organisme yang terakhir tersebut umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi
terburuk pada lingkungan tersebut.
Mikroorganisme hidup di lingkungan bahkan ada juga yang di dalam
tubuh. Meskipun berukuran mikroskopik dan tidak terlihat dengan mata
telanjang, keberadaan mikroorganisme bisa dirasakan dari efek yang
ditimbulkan. Misalnya saat kondisi mata berair atau disaat ada lendir yang
mengalir dari hidung atau biasanya dikenal dengan meler kedua kondisi
tersebut sebenarnya menandakan tubuh seseorang sedang bermasalah
dengan mikroba (Rahmawati, 2020).
Mikroorganisme terdapat di mana-mana, baik dalam air, udara, tanah,
maupun pada mahkluk hidup termasuk pada jaringan tubuh manusia (kulit dan
selaput lendir). Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan sehari-
hari. Interaksinya bersama mikroorganisme atau dengan organisme lain dapat
berlangsung dengan cara aman dan menguntungkan, maupun merugikan.
Mikroorganisme juga sering diasosiasikan dengan penyakit-penyakit infeksi
atau pembusukan makanan. Namun, mayoritas mikroorganisme justru
memberikan kontribusi bagi keseimbangan ekosistem lingkungan hidup,
khususnya bagi kesejahteraan umat manusia. Itulah sebabnya dibuat makalah
ini yang bertujuan untuk mengetahui lebih dalam peran mikrobiologi berupa
bakteri terhadap kesehatan, mengingat bahwa mikroorganisme banyak terdapat
di alam dan sangat besar peranannya, baik dalam bidang industri, peluruhan

2
bijih, membantu bioremediasi logam berat dan B3 termasuk dalam hal ini yang
akan kita kaji berkaitan dengan mikrobiologi kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka terdapat rumusan
makalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan mikrobiologi kesehatan?
2. Apakah yang dimaksud dengan mikroorganisme sebagai pathogen?
3. Bagaimana infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen?
4. Apa saja jenis-jenis enzim yang terdapat pada bakteri patogen?
5. Apa saja manfaat bakteri pathogen dibidang kesehatan?
6. Bagaimana penjelasan Al-Qur‟an dan nilai nilai keIslaman lain mengenai
mikrobiologi kesehatan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian mikrobiologi kesehatan.
2. Untuk mengetahui mikroorganisme sebagai patogen.
3. Untuk mengetahui infeksi oleh bakteri patogen.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis enzim yang terdapat pada bakteri patogen
5. Untuk mengetahui manfaat bakteri pathogen dibidang kesehatan
6. Untuk mengetahui penjelasan Al-Qur‟an dan nilai nilai keIslaman lain
mengenai mikrobiologi kesehatan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mikrobiologi Kesehatan


Mikrobiologi merupakan salah satu cabang dari disiplin ilmu biologi
yang mengkaji makhluk hidup (organisme) berukuran terlalu kecil (mikroba)
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Objek kajiannya adalah semua
makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi,
alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan,
walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk
hidup.
Mikroorganisme merupakan suatu organisme yang berukuran kecil atau
mkiroskopis. Ukurannya yang kecil ini membuatnya tak tampak oleh mata
telanjang. Tanpa kita sadari, makhluk hidup ini ada di sekitar kita, bahkan di
dalam tubuh kita. Akan tetapi, meskipun ukurannya yang tergolong sangat kecil,
mikroorganisme kini telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan.
Penemuan-penemuan para ahli yang menggunakan mikroorganime telah
banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Ilmu yang
mempelajari tentang mikrootganisme ini sering kita sebut sebagai mikrobiologi.
Dalam dunia medis, mikrobiologi merupakan penyimpangan dari keadaan
normal yang terjadi dalam struktur atau fungsi tubuh, serta timbulnya perubahan
berupa adanya gejala di dalam tubuh. Mikrobiologi medis, kadang disebut
‘mikrobiologi klinik mempelajari mikroba-mikroba yang menyebabkan penyakit
pada manusia serta peran mereka dalam penyakit itu
Disiplin bidang mikrobiologi semakin luas dan berkembang sehingga
perlu diadakan pembagian yang lebih khusus lagi agar lebih mudah
mempelajari mikroorganisma tertentu yang berkaitan dengan orientasinya.
Telah diketahui bahwa mikroorganisma memegang peranan yang sangat besar
dalam tahun-tahun terakhir ini sebagai sistem model dalam mempelajari proses-
proses dasar biologis.
Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk
melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami
pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena

4
mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang
besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan
menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena
ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim
yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan
disimpan dalam bentuk persediaan. Enzim-enzim tertentu yang diperlukan
untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan
tersebut sudah ada.

B. Mikroorganisme sebagai Patogen


Patogen dalam bahasa yunani artinya "penyebab penderitaan" adalah
agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Maka organisme
sebagai pathogen berarti suatu mikroorganisme yang menyebabkan/membuat
kerusakan atau kerugian terhadap tubuh inang. Sedangkan kemampuan
mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit disebut patogenisitas. Ketika
suatu mikroorganisme memasuki inang yang memasuki jaringan tubuh dan
memperbanyak diri, mikroorganisme dapat menimbulkan infeksi. Jika keadaan
inang rentan terhadap infeksi dan fungsi biologinya rusak, maka hal ini dapat
menimbulkan suatu penyakit. Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang
ada di alam, hanya sebagian kecil saja yang merupakan patogen.Proses
perkembangan penyakit atau patogen, termasuk setiap tahap perkembangan,
rantai kejadian yang menuju kepada terjadinya patogen tersebut dan
serangkaian perubahan struktur dan fungsi setiap komponen yang terlibat di
dalamnya, seperti sel, jaringantubuh, organ, oleh stimulasi faktor-faktor
eksternal seperti faktor mikrobial, kimiawi dan fisis dalam dunia kedokteran
disebut juga dengan istilah patogenesis. Jadi patogenesis disini adalah
mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah
invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan
jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit.
Patogen dalam bidang kesehatan merujuk pada organisme yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia. Patogen dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui berbagai cara, seperti melalui udara, makanan, air, atau
melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Infeksi patogen dapat
terjadi di lingkungan rumah sakit, yang disebut infeksi nosokomial, dan dapat
menyebar melalui petugas kesehatan, pasien, dan pengunjung.

5
Kemampuan mikroorganisme patogen untuk menyebabkan penyakit
tidak hanya dipengaruhi oleh komponen yang ada pada mikroorganisme, tapi
juga oleh kemampuan inang untuk melawan infeksi.Ketika suatu
mikroorganisme memasuki inang yang memasuki jaringan tubuh dan
memperbanyak diri, mikroorganisme dapat menimbulkan infeksi. Jika keadaan
inang rentan terhadap infeksi dan fungsi biologinya rusak, maka hal ini dapat
menimbulkan penyakit. Saat ini, peningkatan jumlah infeksi meningkat
disebabkan oleh mikroorganisme yang sebelumnya dianggap tidak patogen;
terutama anggota flora normal.Selain mikroorganisme juga terdapat organisme
lain yang berukuran yang lebih besar yang dapat menimbulkan penyakit atau
bersifat patogen Contoh organisme yang berukuran besar adalah cacing
Trichinella yang menyebabkanTrichinosis, suatu penyakit akibat cacing parasit
yang merusak jaringan otot. Kemampuan mikroorganisme patogen untuk
menyebabkan penyakit tidak hanya dipengaruhi oleh komponen yang ada pada
mikroorganisme, tapi juga oleh kemampuan inang untuk melawan infeksi.

Dalam Linda, 2011 menyatakan bahwa derajat kemampuan suatu


pathogen oportunistik untuk menyebabkan penyakit disebut virulensi.
Komponen mikroorganisme yang meningkatkan pathogenesis disebut factor
virulensi. Jika suatu mikroorganisme lebih mampu menyebabkan suatu
penyakit, dikatakan lebih virulen dari yang lain. Factor virulensi beberapa
pathogen mudah diidentifikasi. Sebagai contoh, sel Streptococcus pnemoniae
yang memiliki kapsul bersifat virulen dan menyebabkan pneumonia, sebaliknya
yang tidak berkapsul bersifat avirulen. Strain virulen dari
Corynebacteriumdiptheriae menghasilkan suatu toksin yang menyebabkan
diphtheria. Untuk kebanyakan pathogen, factor virulensi tidak begitu nyata.

Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada


patogenitasnya. Dengan kriteria ini bakteri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
agen penyebab bakteri, patogen oportunistik, dan non patogen. Agen penyebab
penyakit adalah bakteri patogen yang menyebabkan suatu penyakit (Salmonella
sp.). Patogen oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan sebagai patogen
ketika mekanisme pertahanan inang diperlemah (contoh E. coli) menginfeksi
saluran urin ketika sistem pertahanan inang dikompromikan (diperlemah). Non
patogen adalah bakteri yang tidak pernah menjadi patogen. Namun bakteri non
patogen dapat menjadi patogen karena kemampuan adaptasi terhadap efek

6
mematikan terapi modern seperti kemoterapi, imunoterapi, dan mekanisme
resistensi. Bakteri tanah Serratiamarcescens yang semula non patogen,
berubah menjadi patogen yangmenyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin,
dan bakteremia pada inang terkompromi. Patogen oportunistik biasanya adalah
flora normal (manusia) dan menyebabkan penyakit bila menyerang bagian yang
tidak terlindungi, biasanya terjadi pada orang yang kondisinya tidak sehat.
Patogen virulen (lebih berbahaya), dapat menimbulkan penyakit pada tubuh
kondisi sehat ataupun normal. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya
mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan
disemua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan
hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer
(udara) serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut
dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam
tubuhmanusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini
dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga
menimbulkan penyakit.

Bakteri patogen dapat memasuki tubuh dalam banyak cara, seperti


melalui mulut atau melalui luka di kulit. Jika Bakteri itu dapat “cukup”
berkembang biak, mereka dapat menyebabkan infeksi. Infeksi dapat
disebabkan oleh Bakteri itu sendiri, atau oleh racun (yang disebut toksin) yang
dihasilkan. Beberapa toksin, seperti yang dihasilkan oleh Staphylococcus
aureus, lebih berbahaya daripada Bakteri itu sendiri. Selain pada hewan,
tanaman juga rentan terhadap infeksi.

C. Infeksi Bakteri Patogen


Infeksi bakteri adalah kondisi ketika bakteri patogen masuk ke dalam tubuh
manusia dan menyebabkan penyakit. Bakteri patogen dapat menyebabkan
berbagai jenis infeksi, seperti infeksi saluran kemih, infeksi kulit, infeksi saluran
pernapasan, dan infeksi usus. Infeksi bakteri dapat menyebar melalui berbagai
cara, seperti melalui udara, makanan, air, atau melalui kontak langsung dengan
orang yang terinfeksi. Bakteri patogen dapat menempel pada permukaan tubuh
manusia atau masuk ke dalam tubuh melalui luka atau celah pada kulit. Setelah
masuk ke dalam tubuh, bakteri patogen dapat berkembang biak dan
menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh, menghasilkan toksin, dan

7
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk merespons infeksi. Infeksi bakteri
dapat diobati dengan antibiotik, namun penggunaan antibiotik yang tidak tepat
dapat menyebabkan resistensi antibiotik dan memperburuk kondisi infeksi. Oleh
karena itu, pencegahan infeksi bakteri melalui kebersihan diri, sanitasi
lingkungan, dan vaksinasi sangat penting untuk mencegah penyebaran
penyakit.
Infeksi bakteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Infeksi
ini dapat menyebabkan demam, batuk, hingga tanda peradangan, seperti nyeri dan
pembengkakan, pada penderitanya. Bakteri adalah mikroorganisme bersel
tunggal yang dapat ditemukan di air, tanah, bahkan di dalam tubuh manusia.
Beberapa jenis bakteri bermanfaat dan dibutuhkan oleh tubuh. Akan tetapi, ada
juga beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
Bakteri yang berbahaya bagi manusia disebut sebagai bakteri patogen,
atau yang dapat menyebabkan penyakit di dalam tubuh. Bakteri patogen dapat
mengakibatkan infeksi bakteri yang ditandai dengan proliferasi atau
perkembangbiakan bakteri tersebut dalam tubuh.

1. Bakteri-bakteri yang tergolong patogen bagi organisme lain di alam,


antara lain:
a) Salmonella Typhii, Penyebab penyakit Thypus

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella

Karakteristik Bakteri

Bakteri Salmonella memiliki bentuk batang, termasuk ke dalam bakteri


gram-negatif. Bakteri yang termasuk ke dalam enterobacteria non-spora ini
memiliki diameter sekitar sekitar 0,7-1,5 pM, panjang dari 2 sampai 5 pM, dan
flagela yang mengarah ke segala penjuru. Salmonella dikategorikan sebagai
patogen sejati dan memiliki kombinasi karakteristik sehingga sifat patogennya

8
sangat efektif. Mikroorganisme ini dapat memproduksi dan mengekskresikan
protein yang yang disebut “invasin” yang memberi jalan pada sel non-fagosit
yang memiliki kemampuan hidup secara intraseluler. Selain itu, S. typhi juga
memiliki kemampuan menghambat tekanan oksidatif leukosit, yang menjadikan
sistem respons imun manusia menjadi tidak efektif. Infeksi S. typhi kemudian
akan berkembang menjadi demam atau typhoid.

Gambar 1. Salmonella thypii


(Sumber: https://www.dreamstime.com/illustration/salmonella-typhi.html)

Penyakit yang ditimbulkan

Studi Infeksi oleh bakteri genus Salmonella menyerang saluran


gastrointestin yang mencakup perut, usus halus, dan usus besar atau kolon.
Beberapa spesies salmonella dapat menyebabkan infeksi makanan. Termasuk
kedalamnya adalah Salmonella Enteriditis var Typhirium atau sering disebut
Salmonella Typhi yang mengakibatkan penyakit tifus, dan Salmonella Shigella
yang mengakibatkan penyakit disentri dan diare. Bakteriini adalah batang gram
negatif, motil dan tidak berspora. Dapat memfermentasi glukosa, tetapi tidak
dapat memfermentasi laktosa atau sukrosa. Hampir semua serotipe membentuk
gas bila memfermentasi gula, kecuali Salmonella Typhi. Sebagian Salmonella
bersifat pathogen pada binatang dan merupakan sumber infeksi bagi manusia.
Binatang-binatang itu antara lain tikus, unggas, anjing dan kucing.

Dalam alam bebas Salmonella typhi dapat tahan lama dalam air, tanah
atau pada bahan makanan. Dalam feces di luar tubuh manusia hidup 1 atau 2
bulan. Dalam air susu dapat berkembang biak dan hidup lebih lama sehingga
sering merupakan batu loncatan untuk penularan penyakitnya. Pada manusia
menimbulkan panyakit tifus abdominalis atau dikenal sebagai penyakit tifus.
Masa inkubasinya antara 3-14 hari. Gejalanya berupa: demam dengan suhu

9
badan baik turun terutama sore hari, sering kali meracau dan gelisah, (delirium).
Penderita sangat lemah dan apatis, anorexia dan sakit kepala. Beberapa
penderita umumnya mengalami konstipasi (tidak bisa buang air besar).
Salmonella Typhi dan Salmonella Shigella penyakit yang dapatdiakibatkan oleh
bakteri ini adalah foodborne, tifoid, Foodborne disease adalah penyakit yang
disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.

Faktor resiko terbesar pada penyakit yang disebabkan oleh Salmonella


typhi adalah mereka yang mempunyai kebiasaan kurang bersih dalam
mengkonsumsi makanan, karena penyakit tipes dapat ditularkan melalui
makanan dan minuman yang tercemar kuman tipes. Data menunjukkan bahwa
tipes banyak menyerang anak usia 12-13 tahun (70% - 80%), pada usia 30-40
tahun (10% - 20 %) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5% -
10%) (Pranamartha, 2015).

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan


melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella
menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Salmonella typhi bisa berada
dalam air, es, debu, sampah kering yang bila organisme ini masuk ke dalam
vehicle yang cocok (daging, kerang dan sebagainya) akan berkembang biak
mencapai dosis infeksi (Pranamartha, 2015).

Foodborne disease disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme


atau mikroba patogen yang mengkontaminasi makanan. Penyakit tersebut
dapat disebarkan melalui makanan yang menyebabkan sakit pada organ
pencernaan. Salmonella typhi (S. typhi) paratifod merupakan kuman patogen
penyebab demam tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi sistemik dengan gambaran
demam yang berlangsung lama, adanya bakteremia disertai inflamasi yang
dapat merusak usus dan organ hati. Demam tifoid merupakan penyakit menular
yang tersebar di seluruh dunia, dan sampai sekarang masih menjadi masalah
kesehatan terbesar di Negara berkembang dan tropis seperti Asia Tenggara,
Afrika dan Amerika Latin (Cita, 2011 dalam Khadizah 2017). Salmonella Typhi
merupakan kuman batang gram negatif yang tidak memiliki spora, bergerak
dengan flagel peritrik, bersifat intraseluler fakultatif dan anerob fakultatif.

Salmonella typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak


ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu
hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena

10
kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah
dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.
Salmonella typhi memiliki kombinasi karakteristik yang menjadikannya patogen
efektif. Spesies ini berisi endotoksin khas dari organisme Gram negatif, serta
antigen Vi yang ini diyakini akan meningkatkan virulensi. Serta memproduksi
protein yang dikenal sebagai "invasin" yang memungkinkan sel-sel non-fagosit
untuk mengambil bakteri, di mana ia dapat hidup intrasel. Hal ini juga mampu
menghambat oksidatif leukosit, membuat respons imun tidak efektif.
(Pranamartha, 2015)

Pencegahan

Untuk menghindari infeksi bakteri S. typhi adalah dengan cara


pencegahan kontaminasi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh
tinja dalam air minum dan persediaan makanan. Selalu menjaga salinitas dan
kebersihan, pengelolaan limbah rumah tangga yang baik, serta pemurnian air
minum dari segala bakteri yang merugikan.

Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan


menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi. Selalu menjaga kebersihan
lingkungan hidup kita agar terhindar dari kontaminasi dengan bakteri
Salmonella typhi. Agar mewaspadai sejak dini pencegahan dan pengobatan
penyakit typhus (Pranamartha, 2015).

b). Shigella Dysenteriae, Penyebab penyakit Disentri


Klasifikasi
Kerajaan : Bacteria
Filum : Protobacteria
Kelas : Gammaproteocbacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : S dysenteriae

Karakteristik Bakteri
Shigella dysentriae merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk
basil dan lurus, non-motile, facultatif anaerob, tidak berspora, tidak berkapsul,
suhu optimum pertumbuhan yaitu 37°C. Ukuran Shigella dysentriae sekitar 2-

11
3μm x 0,5-0,7 μm dan susunannya tidak teratur. Koloni Shigella dysentriae
berbentuk konveks, bulat, transparan dengan pinggir utuh dan berukuran
mencapai 2 nm. S. dysentriae berpindah dari penderita melalui oral seperti
melalui makanan, tangan, air yang terkontaminasi feses dan lalat. S. Dysentriae
merupakan bakteri intraseluler fakultatif. S. dysentriae menyerang manusia
dengan menginvasi dan memfagositosis sel epitel mukosa S. dysentriae
kemudian keluar dari vakuola fagositik dan bermultiplikasi serta menyebar di
dalam sitoplasma yang pada akhirnya menyebar ke sel lain di dekatnya (Jawetz
et al., 2001 dalam Khadizah 2017).

Shigella spesies adalah bakteri patogen usus yang telah lama dikenal
sebagai agen penyebab penyakit disentri basiler. Berada dalam tribe
Escherichieae karena sifat genetik yang saling berhubungan, tetapi dimasukkan
dalam genus tersendiri yaitu genus Shigella karena gejala klinik yang
disebabkannya bersifat khas (Kadek Ni, 2020).

Gambar 2. S. Dysenteriae dilihat dari mikroskop


(Sumber:https://microbenotes.com/laboratory-diagnosis-treatment-and-
prevention-of-shigella-dysenteriae/)

Penyakit yang Ditimbulkan

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka dan


menyebabkan tukak yang terbatas di colon yang ditandai dengan gejala paling
khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni sakit di perut yang sering
disertai dengan tenesmus, berak, dan tinja mengandung darah dan lendir yang
berasal dari bakteri Shigella dysentriae (Kadek Ni, 2020)

12
S. Dysenteriae menjadi penyebab disentri yang terpenting dan tersering,
kurang lebih sekitar 60% kasus disentri berat dan mengancam jiwa disebabkan
oleh Shigella. Tanda-tanda yang paling umum yang dapat ditemui akibat infeksi
Shigella disentri meliputi, kolitis, prolaps rektum, kekurangan gizi, artritis,
tenesmus, dan masalah sistem saraf pusat. S. dysenteriae sangat berkaitan
dengan perkembangan sindrom uremik hemolitik , yang meliputi anemia ,
trombositopenia , dan gagal ginjal.

Infeksi Shigella dysenteriae hampir selalu terbatas disaluran cerna,


jarang terjadi invasi ke aliran darah dan bakteri ini sangat menular dengan dosis
infektifnya adalah 103 organisme. Bentuk koloni dari Shigella dysenteriae
konveks, bulat, transparan dengan tepi yang utuh dan mencapai diameter
sekitar 2 mm dalam 24 jam. Semua spesies Shigella menyebabkan diare
berdarah yang akut dengan menyerang dan menyebabkan kehancuran dari
colonic epitelium. Hal ini menyebabkan pembentukan micro-ulcers dan
peradangan exudates, dan menyebabkan peradangan sel (polymorphonuclear
leucocytes, PMNS ) dan darah muncul pada feses (Kadek Ni, 2020).

Toksin pada Shigella dysenteriae yaitu endotoksin dan eksotoksin.


Endotoksin berperan menimbulkan iritasi pada dinding usus, sedangkan
eksotoksin yang dikeluarkan Shigella dysenteriae tidak tahan panas yang dapat
mengenai usus dan sistem saraf pusat. Toksin ini menyebabkan diare awal
yang tidak berdarah, encer, dan banyak. Kemudian invasi usus besar
mengakibatkan disentri lanjut dengan feses yang disertai dengan darah (Kadek
Ni, 2020).

Pencegahan
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Shigella dysenteriae umumnya
dapat disembuhkan dengan antibiotik siprofloksasin, ampisilin, doksisiklin, dan
trimetoprim-sulfametoksazol merupakan antibiotik yang dapat menekan
serangan klinis disentri akut dan memperpendek durasi gejala (Jawetz, et al.,
2014).

c).Vibrio Cholerae, Penyebab penyakit kolera

13
Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Bacteria
Filum : Protobacteria
Kelas : Gammaproteocbacteria
Ordo : Vibrionales
Famili : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vcholera

Karakteristik Bakteri
Vibrio cholera adalah kelompok bakteri gram negatif yang
berbentukbasil melengkung dan berpindah ke tubuh inang melalui air. Vibrio
cholera mampu melepaskan eksotoksin yang menyebabkan infeksi usus
dengan gejala yang ditunjukan yaitu diare, muntah dan dehidrasi cairan sampai
menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Penularan Vibrio cholerae melalui
makanan, minuman yang terkontaminasi oleh bakteri Vibriocholerae. Atau
kontak dengan carrier kolera. Dalam usus halus bakteri Vibrio cholerae ini akan
beraksi dengan cara mengeluarkan toksinnya padasaluran usus, sehingga
terjadilah diare disertai muntah yang akut dan hebat.

Gambar 3. Vibrio cholerae

(Sumber: https://www.agefotostock.com/age/en/Stock-Images/Rights-
Managed/BSI-Bsip-014020-010)

Penyakit yang Ditimbulkan


Sifat patogenisitas pada manusia yang tinggi, bakteri V. cholerae
menyebabkan penyakit kolera, khususnya pada negara berkembang yang

14
memiliki keterbatasan akan air bersih dan memiliki sanitasi yang buruk. V.
cholerae ditemukan pertama kali oleh ahli anatomi dari Italia bernama Filippo
Pacini pada tahun 1854. Namun, penemuan awal ini baru dikenal luas setelah
Robert Koch, yang mempelajari penyakit kolera di Mesir, pada tahun 1883
berhasil membuktikan bahwa bakteri tersebut adalah penyebab kolera. Ciri
utama penyakit kolera adalah buang air besar encer berwarna putih seperti air
tajin (cucian beras) dengan bau yang amis.

Pada suatu komunitas masyarakat dengan tingkat sanitasi dan higiene


yang buruk bakteri ini dapat menyebabkan wabah kolera. Timbulnya wabah
kolera ini tidak hanya dipengaruhi sanitasi dan higiene yang buruk, akan tetapi
faktor kemampuan bakteri yang dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama
dalam bentuk viable but nonculturable. Penyebabnya adalah lingkungan extrim
yang kurang mendukung pertumbuhan bakteri, sehingga bakteri menyesuaikan
diri dengan cara mengurangi metabolisme dan bentuk ukuran bakteri yang lebih
kecil dari ukuran semula. Pada lingkungan bakteri ini disebut viable but
nonculturable, Sehingga secara epidemiologi lingkungan ini mempunyai andil
dalam menyebabkan wabah kolera (Sariadji, 2015).

Ketika lingkungan yang ditempati oleh V.cholerae dalam jumlah kecil


namun sudah tersedia media nutrisi untuk tumbuh berupa makanan atau air
dengan cara mengkontaminasinya, maka bakteri tersebut akan meningkat
dalam beberapa jam dan dapat menimbulkan bencana wabah, terlebih pada
daerah dengan tingkat sanitasi dan higiene yang buruk (Sariadji, 2015)

Vibrio cholerae adalah penyakit diare yang menyebabkan morbiditas


dan mortalitas yang signifikan di seluruh dunia. Bakteri ini sering ditemukan
sebagai endemik di wilayah Asia. Bakteri ini terdapat di air limbah dengan
konsentrasi berkisar atara 10-104 bakteri per 100 ml air limbah. Vibrio cholerae
secara alami terdapat di alam dan melekat pada zooplankton dan fitoplankton.

Pencegahan
Pengobatan utama dilakukan dengan mengembalikan cairan tubuh yang
hilang atau rehidrasi yang cukup hingga masa penyakit selesai (biasanya 1
hingga 5 hari tanpa pemberian antibiotik). Dehidrasi dapat dilakukan cara infus
intravena cairan (pada kasus yang parah) atau dengan rehidrasi oral dengan
oralit (oral rehydration solution). Pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan
setelah gejala muntah-muntah mereda (atau setelah rehidrasi pertama dan

15
pemulihan dari asidosis). Pilihan pertama antibiotik yang digunakan di Indonesia
adalah tetrasiklin dan pilihan keduanya adalah trimethoprim/sulfamethoxazole
(bila V cholerae pada pasien resisten terhadap tetrasiklin).

d).Escherichia coli, Penyebab Diare


Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Enterobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : E.coli

Karakteristik Bakteri
Escherichia coli termasuk ke dalam bakteri coliform yang merupakan
salah satu indikator dalam menentukan kualitas air limbah. Bakteri coliform
dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu coliform fecal misalnya Escherichia coli
dan coliform nonfecal misalnya Enterobacter aerogenes. Adanya bakteri
coliform dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti diare, demam tifoid,
kolera, disentri amoeba dan penyakit lainnya yang masuk dalam kategori water
borne disease (Waluyo, 2005 dalam Khadizah 2017). E coli berasal dari kotoran
manusia dan hewan, ketika hujan bakteri ini dapat terbawa air hujan ke sungai,
danau atau air tanah (Feng, 2002 dalam Khadizah 2017).

Escherichia coli merupakan bakteri yang secara normal berada pada


tubuh manusia maupun hewan berdarah panas khusunya pada saluran
pencernaan. Bakteri ini akan menjadi patogen apabila jumlahnya meningkat
pada saluran pencernaan atau apabila bakteri ini berada diluar usus (Sanjaya,
2013). Escherichia coli adalah bakteri dengan jenis spesies gram negatif,
berbentuk batang pendek (coccobasil) dan dapat bergerak menggunakan
flagella. Escherichia coli juga menjadi indikator sanitasi makanan dan minuman
karena keberadaan Escherichia coli pada makanan dan minuman menunjukkan
sanitasi yang tidak baik dan merupakan indikasi terjadinya kontaminasi tinja
manusia pada air (Hutasoit, 2020).

16
Sanitasi makanan berkaitan erat dengan higiene dan tidak dapat
dipisahkan. Higiene sendiri merupakan upaya kesehatan dalam menerapkan
perilaku kebersihan subyeknya seperti kebersihan makanan, peralatan makan
dan melindungi keamanan makanan (Hutasoit, 2020).

Gambar 4. Escherichia coli


(Sumber: http://biologi-news.blogspot.com/2011/01/bentuk-bakteri.html)

Penyakit yang Ditimbulkan


Salah satu mikroorganisme yang menjadi penyebab tersering diare
adalah Escherichia coli atau yang sering disingkat menjadi E. coli. Pada
manusia bakteri E. coli yang sering menyebabkan diare dikelompokkan menjadi
empat, yaitu enterotoksigenik E. coli (ETEC), enteroinvasif E. coli (ETEC),
enteropatogenik E. coli (EPEC), dan enterohemoragik E. coli (EHEC). E. coli
menempel pada sel usus manusia dan memproduksi enterotoksin dimana
enterotoksin tersebut akan mempengaruhi sekresi cairan saluran pencernaan
melalui konsentrasi cyclic AMP (cAMP) ataupun cGMP. Pada saluran
pencernaan EPEC akan menyebabkan atrofi dan nekrosis usus. EPEC akan
menyebabkan diare terutama pada anak-anak, sedangkan EHEC akan
membentuk koloni pada saluran pencernaan dan menyebabkan terjadinya atrofi
pada sel- sel epitel usus (Suwito, 2010).
Penyakit yang biasa ditimbulkan oleh E. coli pada manusia adalah
hemorrhagic colitis (HC), hemolytic uremic syndrome (HUS), dan thrombotic
thrombocytopenic purpura. Haemorrhagic colitis memiliki gejala diare berdarah,
kram perut, gagal ginjal, dan menyebabkan kematian microflora dalam usus.

17
Diare yang disebabkan oleh E. coli dapat didefinisikan sebagai penyakit
dengan konsistensi feses menjadi lembek hingga cair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar tiga kali atau lebih dalam sehari yang disertai muntah-
muntah, sehingga menyebabkan kekurangan cairan (dehidrasi) yang apabila
terlambat dalam melakukan tindakan akan dapat menyebabkan kematian
(Kamilla, 2012). Diare dapat dibedakan menjadi dua yaitu, diare akut dan diare
kronik. Diare akut merupakan diare yang gejalanya timbul secara tiba-tiba dan
berlangsung selama kurang dari 14 hari, sedangkan diare kronik adalah diare
yang berlangsung selama lebih dari 14 hari. Penyebab diare dapat berupa
mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan parasit serta dapat juga disebabkan
oleh makanan (Hutasoit, 2020).

Pencegahan Diare
1. Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah
menyentuh daging yang belum dimasak, sehabis dari toilet, atau setelah
bersin dan batuk. Bersihkan tangan dengan sabun, dan bilas dengan air
bersih.
2. Mengonsumsi makanan yang sudah dimasak.
3. Minum air matang.
4. Memahami sanitasi karena kontaminasi Escherichia coli sangat berpengaruh
pada kejadian penyakit diare. Sanitasi lingkungan serta faktor perilaku yang
buruk menjadi awal penyebab suatu makanan dapat terkontaminasi
sehingga menimbulkan diare (Hutasoit, 2020).

e) Haemophilus Influenzae, Penyebab penyakit Influenza

Klasifkasi ilmiah

Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Pasteurellales
Famili : Pasteurellaceae
Genus : Haemophilus
Spesies : H.influenza

18
Karakteristik Bakteri
Ciri khusus bakteri ini berbentuk kokobasil pendek, sekitar 1,5 μm dan
terlihat mirip rantai pendek. Biakan bakteri ini bergantung pada umur dan
pembenihan, pada rentang waktu 6-8 jam didalam pembenihan, ditemukan
kokobasilnya semakin banyak, batang yang lebih panjang, mengalami lisis dan
berbentuk pleomorfik. Bakteri H. influenzae dengan ukuran 1 m x 0.3 m ini
bebentuk batang, bertipe bakteri gram-negatif dan merupakan bakteri anaerob
yang dalam pertumbuhannya tidak membutuhkan oksigen Hasil penelitian tahun
1930 menunjukkan bahwa bakteri ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu koloni R yang
dibentuk oleh kuman-kuman yang tidak ramah lingkungan (tak bersimpai) dan
koloni S yang dibentuk oleh sebaliknya, yaitu oleh kuman-kuman yang
bersimpai. H. influenzae sangat peka terhadap desinfektan dan kekeringan,

tumbuh optimum pada suhu 37oC dan pada pH 7.4 sampai 7.8 dalam suasana

CO2 10%.

H. influenzae tumbuh pada suhu 35-370C dengan konsentrasi CO2 5%-


10% dan membutuhkan hemin (faktor X) dan NAD (nicotinamide-adenine-
dinucleotid) atau (faktor V) untuk pertumbuhannya. Dalam kondisi tersebut,
membutuhkan paling tidak dua puluh empat jam untuk bakteri H. influenzae ini
membentuk koloni (Sulistyaningsih et al., 2018).

Gambar 5. H. influenzae dilihat dari mikroskop


(Sumber: https://wikipedia.org)

Penyakit yang Ditimbulkan

Haemophilus influenzae merupakan bakteri patogen pada manusia yang


dapat menyebabkan meningitis, pneumonia dan bakteremia. H. Influenzae
memiliki rentang patogenisitas yang luas, mulai dari penyakit invasif seperti

19
meningitis hingga membentuk kolonisasi yang komensal di saluran pernapasan
atas (Sulistyaningsih et al., 2018).

Artritis Infeksiosa

1. Bakteri ini jika menyerang anak anak akan menyebabkan demam dan
nyeri, anak cenderung rewel, mereka biasanya tidak mau menggerakkan
sendi karena akan sangat nyeri.
2. Gejalanya penyakit ini dapat terjadi secara tiba-tiba.
3. Gelaja yang nampak pada persendian akan memerah dan terasa hangat,
sangat nyeri jika digerakkkan. Pada umumnya sendi-sendi yang sering
terkena antara lain pergelangan tangan, lutut, sikut, bahu, panggul, dan jari-
jemari.
4. Terjadi pembengkakan pada sendi akibat penumpukan cairan terinfeksi.
5. Pada kasus tertentu, penderita menunjukkan gejala demam dan
menggigigil.

Meningitis
Bakteri H. influenzae merupakan penyebab utama penyakit meningitis,
terutama kasus pada anak-anak (usia 5 bulan s.d. 5 tahun). Pada kasus
tertentu pada bayi terkadang timbul gejala laringotrakeitis obstruktif yang hebat
dengan epiglotis yang membengkak dan berwarna merah anggur. Keadaan ini
memerlukan intubasi secara segera untuk menyelamatkan hidup penderita.
Pneumonitis dan epiglotis akibat H. influenzae dapat terjadi setelah saluran
pernapasan terinfeksi (pada anak kecil dan orang dewasa). Selain itu orang
dewasa dapat menderita bronkitis atau pneumonia akibat H. influenzae.

Pencegahan Flu
1. Rajin mencuci tangan dengan air dan sabun, atau hand-sanitizer berbahan
dasar alkohol.
2. Tidak menyentuh mulut, hidung, dan mata, sebelum mencuci tangan.
3. Membersihkan permukaan benda yang sering disentuh, dengan cairan
disinfektan.
4. Tidak berbagi makanan atau penggunaan benda pribadi, seperti gelas atau
botol minum.

20
f).Streptococcus Pneumoniae, Penyebab penyakit Pneumonia
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : S. pneumonia

Karakteristik Bakteri
Bakteri ini berbentuk kokus dan beberapa berbentuk lanset,
berpasangan (diplokokus) dan berselubung. Pada pneumokokus tipe III bakteri
ini berbentuk bulat, baik dari eksudat maupun perbenihan. Rantai panjang pada
perbenihan yang mengandung sedikit magnesium. Secara umum bakteri ini
termasuk ke dalam bakteri gram positif dan pada perbenihan tua, dapat
berubah menjadi bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, dan tidak
memiliki flagel sehingga memungkinkan tidak adanya pergetakan. Pada jenis
yang virulen berselubung, menghasilkan α hemolisis pada agar darah, lisis oleh
empedu dan detergen.

Gambar 6. S. pneumoniae dilihat dari mikroskop


(Sumber: https://wikipedia.org)

Penyakit yang Ditimbulkan

Bakteri ini menjadi penyebab penyakit Pneumonia lobaris, osteomielitis,


juga sinusitis, otitis media, periotonitis, artritis, ulserasi kornea dan meningitis.
Dari pneumonia lobaris dapat terjadi komplikasi berupa perikarditis,

21
endokarditis, septikemia, meningitis, empiema, dan artriris. Pneumonia
sekunder oleh pneumokokus setelah infeksi virus.. Gejala yang timbul dari
pneumonia lobar akut oleh pneumokokus ini berupa demam, menggigil, sakit
pada paru-paru dimanana alveoli paru-paru penuh terisi eksudat, sering terjadi
bakteremia.Batuk kering, batuk berdahak kental berwarna kuning dan hijau,
atau batuk berdarah, Sesak napas, Berkeringat, Nyeri dada ketika menarik
napas atau batuk, Mual atau muntah, Diare.

Pencegahan Pneumonia
Pneumonia dapat dicegah melalui beberapa macam cara, yakni :
1. Dengan cara vaksinasi.
2. Menjaga kebersihan tubuh dengan baik.

3. Berhenti merokok.

4. Tetap menjaga imunitas tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang sehat,

rajin berolahraga.

g).Mycobacterium tubercolosis, Penyebab penyakit TBC


Klasifikasi ilmiah
Divisio : Mycobacteria
Class : Actinomycetes
Ordo : Actinomycetales
Family : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tuberculosis (Girsang, 2012)
.
Karakteristik Bakteri
Mycobacterium banyak ditemukan di masyarakat. Salah satu spesiesnya
adalah Mycobacterium tuberculosis yang dapat menularkan kuman tuberculosis
melalui udara, percikan dahak, atau ludah yang terinfeksi oleh kuman
tuberculosis. Menurut Sommer dan Good dalam buku Journal of Clinical tahun
1980, dilakukan kajian tentang Klasifikasi Mycobacteria, pada masing-masing
kelompok terdiri dari Divisio, Kelas, Keluarga, Genus, dan spesies. Pada bagian
spesies ini banyak ditemukan macam dan ragam dari koloninya, dan juga
kehidupannya dipengaruhi dengan sifat asam atau basa pada media yang

22
ditumbuhinya. Jika dilakukan pembiakan di laboratorium maka akan tampak
perbedaan koloni serta sifat pertumbuhannya, hal ini juga dipengaruhi oleh
suhu dan pH pertumbuhan koloni.

Gambar 7. M. tuberculosis dilihat dari mikroskop


(Sumber: https://wikipedia.org)
Sifat-sifat pertumbuhan kuman tersebut secara bakteriologik adalah:

1. Tidak membentuk spora dan tidak memiliki flagel untuk bergerak


2. Berbentuk coccoid dan seperti benang
3. Termasuk ke dalam banteri Gram positif staf (sulit diwarnai dengan gram,
memerlukan waktu lama)
4. Tahan terhadap asam dan alkohol, berwarna merah dengan pulasan Ziehl-
Nellsen
5. Pertumbuhan lambat pada media buatan (6-8 minggu)

Penyakit yang Ditimbulkan


Pada umumnya golongan Mycobacterium ini hidup bebas dan tidak
merugikan manusia, akan tetapi beberapa spesies dapat menyebabkan
penyakit pada mamalia, yaitu manusiadan hewan, serta pada burung. Bakteri
yang menyebabkan penyakit pada manusia umumnya spesies Mycobacterium
tuberculosis dan Mycobacteriumleprae. Kuman yang menyerang manusia
biasanya melalui udara yangtercemar bakteri tuberculosis, melalui hirupan
nafas dan masuk ke dalam paru-paru melalui bronkus dan menyebar di dalam
paru dalam waktu lama. Gejala yang muncul setelah tertular penyakit ini adalah
batuk-batuk secara terus menerus lebih dari 3 minggu, berat badan menurun,
berkeringat malam hari walau tidak ada aktifitas. Penderita yang sudah
dinyatakan positif TB, harus diobati dengan segera dan minum obat anti
tuberculosis (OAT) selama 6-8 bulan lamanya.

23
Beberapa tipe dari tuberculosis meliputi:

a. M. tuberculosis type human: dapat menyebabkan penyakit TBCpada


manusia.
b. M. tuberculosis type bovine: dapat menyebabkan penyakit TBCpada hewan
(sapi).
c. M. tuberculosis type avium: menyebabkan penyakit TBC padaunggas.
d. M. tuberculosis type murine: menyebabkan penyakit TBC padahewan
pengerat (tikus).

Pencegahan Tuberkulosis
Tuberkulosis umumnya dapat dicegah, pencegahan nya dengan cara
memberikan vaksin, yang umumnya dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan.
Namun demikian, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara:

1. Menutup muka dengan menggunakan masker saat berada di tempat ramai.


2. menutupi mulut pada saat sedang bersin, batuk, dan juga tertawa.
3. Tidak meludah sembarangan.

h) Clostridium perfringens, Penyebab Kram perut dan diare


Kalasifikasi Imiah
Kingdom : Bacteria
Division : Firmicute
Class : Clostridia
Order : Clostridiales
Family : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Species : Clostridium perfringens

Pencegahan Clotridium pefringens


Pencegahan secara total dapat diketahui tidak dapat
dilakukan, dan makanan yang dimasak, dipanaskan atau dapat
dikatakan disimpan dengan baik dan aman untuk dikonsumsi.
Resikonya adalah yakni apabila makanan yang sudah dimasak
beriringan dengan bahan mentah atau peralatan (misalnya alas
pemotong) yang terkontaminasi.

24
i).Clostridium tetani, Penyebab Tetanus
Kalasifikasi Imiah

Kingdom : Bacteria
Division : Firmicute
Class : Clostridia
Order : Clostridiales
Family : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Species : Clostridium tetani
Karakteristik Bakteri
Clostridium tetani memiliki struktur tubuh berbentuk batanglurus,
langsing, berukuran panjang 25 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Bakteri ini
membentuk eksotoksin yang disebut tetanospasmin. Kuman ini terdapat di
tanah terutama tanah yang tercemar tinja manusia dan binatang. Clostridium
tetani termasuk bakteri gram positif anaerobic berspora, mengeluarkan
eksotoksin. Costridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan
tetanolisin. Tetanospaminlah yang dapat menyebabkan penyakit tetanus.
Perkiraan dosis mematikan minimal dari kadar toksin (tenospamin) adalah 2,5
nanogram per kilogram berat badan atau 175 nanogram untuk 70 kilogram
(154lb) manusia. Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun
lesitinase, tidak memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan
glukosa juga tidak menghasilkan gas H2S. Menghasilkan gelatinase, dan indol
positif. Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya
terhadap antiseptis. Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave pada suhu
249.8°F (121°C) selama 10–15 menit. Juga resisten terhadap phenol dan agen
kimia yang lainnya.

25
Gambar 9. Clostridium tetani dilihat dari mikrosko

(Sumber: https:// old.lf3.cuni.cz)

Penyakit yang Ditimbulkan


Clostridium Tetani termasuk keadalam bakteri penyebab penyakit
tetanus. Mereka mengembangbiakan tetanus di dalam tubuh kelinci-kelinci
dengan menyuntik syaraf mereka di pangkal paha dengan nanah dari suatu
kasus tetanus ma nusia yang fatal di tahun yang sam a tersebut. Pada tahun
1889, C. tetani terisolasi dari suatu korban manusia, oleh Kitasato Shibasaburo,
yang kemudiannya menunjukkan bahwa organisme bisa menghasilkan penyakit
ketika disuntik ke dalam tubuh binatang-binatang, dan bahwa toksin bisa
dinetralkan oleh zat darah penyerang kuman yang spesifik Tetanus merupakan
infeksi berbahaya yang biasa mendatangkan kematian. Bakteri ini ditemukan di
tanah dan feses manusia dan binatang. Infeksi ini muncul (masa inkubasi) 3
sampai 14 hari. Di dalam luka yang dalam dan sempit sehingga terjadi suasana
anaerob Clostridium tetani berkembang biak memproduksi tetanospasmin suatu
neurotoksin yang kuat. Toksin ini akan mencapai system syaraf pusat melalui
syaraf motorik menuju ke bagian anterior spinal cord.

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani,


dengan gejala utama spasme otot tanpa gangguan kesadaran, disebabkan oleh
tetanospasmin yaitu eksotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Spora
Clostridium tetani biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka pada kulit
disebabkan terpotong, tertusuk, luka bakar, gigi berlubang, atau infeksi pada tali
pusat yang biasa dikenal sebagai tetanus neonatorum (Harum, 2014). Saat
terinfeksi, toksin ini akan dibawa menuju terminal syaraf sehingga menurunkan
fungsi sel saraf motorik yang bertanggung jawab mengaktifkan otot secara
sadar. Gambaran klinis tetanus diawali dengan kejang otot di sekitar luka,
lemah, cemas, gelisah, mudah tersinggung dan sakit kepala, kemudian kaku
pada rahang, perut dan punggung yang mengeras serta kesukaran untuk
menelan (Saputra Maelandri & Emelia, 2021).

Pencegahan tetanus:

a) Pemberian antitoxin serum pd penderita yg diduga terkontaminasi


Clostridium tetani.

26
b) Imunisasi aktip, baik bersama diphteri dan pertusis (DPT),atau tersendiri
(TT).
c) Vacsin TT pd ibu hamil/ akan hamil, u/ mencegah tetanus neonatorum.
d) Secara klinis tetanus dibagi menjadi empat derajat, yaitu derajat I (ringan),
derajat II (sedang), derajat III (berat), dan derajat IV (stadium terminal).
Pengobatan infeksi penyakit ini dapat dilaksanakan dengan pemberian
antibiotik, menetralkan toksin, pemberian obat antikonvulsan dan
memberikan perawatan pada luka (Saputra Maelandri & Emelia, 2021).

2. Patogenesis Kelainan Kulit karena Infeksi

Kulit merupakan barier penting untuk mencegah mikroorganisme dan agen


perusak lain masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam. Kelainan kulit yang
terjadi dapat langsung disebabkan mikroorganisme pada kulit, penyebaran
toksin spesifik yang dihasilkan mikroorganisme, atau penyakit sistemik
berdasarkan proses imunologik. Sistem imun berkembang dengan fungsi yang
khusus dan bekerja di kulit (Garna, 2016).

Patogenesis kelainan kulit karena infeksi dapat dibagi dalam 3


kelompok/kategori:

a. Mikroorganisme patogen dari aliran darah akan menyebabkan infeksi


sekunder pada kulit.
b. Penyebaran toksin spesifik bermula dari mikroorganisme patogen yang
akan menyebabkan kelainan pada kulit.
c. Penyakit sistemik menimbulkan kelainan kulit karena proses imunologik.

j)Listeria monocytogenes, menyerang kekebalan tubuh

Klasifikasi ilmiah

Kingdom : Bacteria

Division : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Bacillales

Familiy : Listeriaceae

Genus : Listeria

27
Spesies :Listeria monocytogenes

Karakteristik bakteri

Listeria pertama kali dideskripsikan secara lengkap pada tahun 1926


setelah terjadi infeksi spontan pada kelinci dan babi di laboratorium. Pada
awalnya organisme yang diisolasi dari kasus tersebut diberi nama Bacterium
monocytogenes karena infeksi yang terjadi menunjukkan gejala khas berupa
monositosis. Kemudian, seorang peneliti bernama Pirie berhasil mengisolasi
bakteri yang serupa dari hati seekor gerbile (sejenis hewan percobaan di
laboratorium) yang terinfeksi dan diberi nama Listeralla hepatolytica. Pada
tahun 1940, Pirie mengusulkan nama umum untuk bakteri tersebut adalah
Listeria. Nama bakteri tersebut dipilih sebagai penghargaan kepada seorang
ahli bedah dan antiseptis terkenal di Inggris bernama Lord Lister. Berdasarkan
sifat biokimiawinya dan studi hibridisasi DNA, Listeria spp. selanjutnya
dibedakan ke dalam 7 macam spesies, yaitu L. monocytogenes, L. innocua, L.
welshimeri, L. seeligeri, L. ivanovii, L. grayi dan L. Murrayi. Listeria
monocytogenes adalah spesies yang bersifat patogen pada hewan dan
manusia, sedang L. ivanovii bersifat patogen hanya pada hewan terutama
domba dan kambing, spesies lainnya hidup bebas sebagai saprofit (JAY, 1996).

Baru-baru ini pada jamur enoki terkena kontaminasi Listeria


monocytoneges. Bakteri patogen ini termasuk dalam golongan bakteri Gram
positif. Bakteri ini merupakan bakteri fakultatif anaerob sehingga dapat bertahan
pada kadar oksigen rendah. Listeria monocytoneges mempunyai diameter sel
berukuran 0,4 – 0,5 µm dan panjang 0,5 – 2,0 µm. Pertumbuhan bakteri
tersebut pada media agar dengan waktu inkubasi lebih dari 24 jam akan
menunjukkan variabilitas bentuk sel. Pada kultur yang lebih tua tersebut bakteri
tampak berbentuk filamentous dengan panjang 6 – 20 µm (Ariyanti, 2019).

Listeria monocytogenes merupakan salah satu bakteri patogen pada


hewan/ternak dan manusia. Bakteri ini berperan penting sebagai agen
penyebab foodborne disease yaitu penyakit yang ditularkan melalui makanan.
L. monocytogenes terdistribusi luas di lingkungan, dapat ditemukan di tanah,
silase, pada pembusukan tanaman dan feses ternak Ternak atau hewan yang
terinfeksi oleh L. monocytogenes pada umumnya tidak terlihat sakit namun

28
dapat mengkontaminasi lingkungan sekitarnya, makanan asal ternak seperti
daging serta produk ternak lainnya. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada
bermacam-macam makanan mentah seperti daging yang tidak dimasak, susu
mentah, susu pasteurisasi, keju lunak, coklat susu, hot dog, sayuran, dan
seafood. Kontaminasi tersebut dapat terjadi di peternakan, tempat pemotongan
ternak, pengolahan produk peternakan, pemrosesan makanan siap santap,
pengawetan makanan, penyimpanan maupun selama transportasi (Ariyanti,
2019).

Gambar 10. Listeria monocytoneges dibawah mikroskop


(Sumber: rapidmicrobiology.com)

Temperatur optimal untuk pertumbuhan L. monocytogenes adalah 35 –


37oC. Bakteri ini mampu tumbuh pada temperatur 1 – 50oC, mampu bertahan
hidup pada perlakuan pasteurisasi dengan suhu 72 oC selama 15 detik dan
dapat hidup pada pH 4,3 – 9,4 (NADAL et al., 2007). Listeria monocytogenes
bersifat intra-seluler fakultatif, psikotrofil dan mampu membentuk biofilm. Bakteri
ini motil atau bergerak dengan flagella pada suhu 20 – 25 oC, tidak membentuk
spora, sangat kuat dan tahan terhadap efek mematikan dari pembekuan,
pengeringan dan pemanasan (Ariyanti, 2019).
Penyakit yang ditimbulkan

Bakteri penyebab listeriosis ini termasuk ke dalam salah satu patogen


pangan yang paling virulen. Listeriosis merupakan infeksi serius yang
disebabkan oleh Listeria monocytogenes terbawa pangan yang terkontaminasi.
Penyakit ini umumnya menyerang ibu hamil, bayi baru lahir, lansia dan orang-
orang dengan sistem imun yang lemah. Gejala listeriosis yang ringan adalah
demam dan diare. Adapun gejala beratnya dapat berupa demam, rasa lelah,
nyeri otot, leher tegang hingga kehilangan keseimbangan (Ariyanti, 2019).

29
Meskipun listeriosis meripakan penyakit yang jarang ditemukan, tingkat
kematian dari penyakit ini cukup tinggi yaitu mencapai 24%. Diketahui bahwa
20-30%. Kontaminasi Listeria monocytogenes pada produk pertanian pernah
ditemui pada jagung, gandum, oat, kentang, selada dan salad sayuran.
Outbreak listeriosis yang terkait dengan komoditas jagung pernah terjadi di Italia
pada tahun 1997. Outbreak tersebut menyebabkan kasus demam
gastronintestinal pada siswa berumur 6 sampai 10 tahun. Sumber infeksi
diketahui berasal dari makanan yang disajikan di kafetaria.Kontaminasi
bakteri Listeria monocytogenes yang berkaitan dengan gandung, oat, kentang
dan selada pernah ditemukan di Jerman pada tahun 1975. Di Asia Tenggara
kejadian kontaminasi L. monocytogenes pernah terjadi di Singapura dan
Malaysia. Di Singapura pernah tercatat beberapa kali kasus listeriosis. Adapun
di Malaysia pernah dilaksanakan penelitian yang menemukan adanya
kontaminasi bakteri ini pada salad sayuran yang dijual di pasar retail.

Pencegahan

1. Membersihkan olahan/ hasil perkebunan, buah dan sayur menggunakan


air yang bersih, dicuci dengan menggunakan sabun, dibersihkan atau
dilap dengan kain, kemudian di simpan di tempat layak atau bersih.
2. Mencuci semua bahan mentah dengan air yang sedang mengalir
contohnya air kran, sebelum dan sesudah dipotong.
3. Menjauhkan antara daging dengan unggas, makanan yang masih
mentah dengan makanan yang sudah siap saji.
4. Mencuci peralatan memasak, mencucinya setiap kali berganti bahan
yang akan dipotong,
5. Mencuci tangan dengan air bersih artinya air yang bebas kuman
menggunakan sabun sebelum dan sesudah mengolah makanan
maupun saat makan.
6. Mengurangi terjadinya infeksi bakteri L. monocytogenes pada ternak
selama pemeliharaan dan mencegah terjadinya kontaminasi bakteri
pada bahan pangan asal ternak selama proses penyembelihan di rumah
potong, proses pengolahan maupun pada saat penyimpanan bahan
pangan tersebut sebelum dikonsumsi. Beberapa antibiotika telah
digunakan untuk pengobatan listeriosis. Untuk mendapat efek yang
cepat, pengobatan dapat diberikan secara intravena (Ariyanti, 2019).

30
Pengobatan

Pengobatan untuk penyakit listeriosis dapat disembuhkan dengan dua


cara, yakni melalui perawatan dirumah dengan mengonsumsi rutin antibiotik,
merawat rumah dan lingkungannya ini hanya untuk penderita ringan.
Sedangkan untuk penderita penyakit listeriosis yang berat, maka resikonya
orang tersebut harus dirawat di rumah sakit dengan mendapatkan penanganan
oleh dokter dan dengan dibantu oleh infus antibiotic.
Varisella, infeksi Enterovirus dan Meningococcemia yakni adalah contoh
mikroorganisme yang sampai kekulit melalui aliran darah dan dapat
menyebabkan kelainan kulit tanpa kontribusi faktor imun pejamu. Pejamu yakni
keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk
terjadinya penyakit
Pada penyakit seperti morbili, rubela dan gonococcemia sukarnya
mikroorganisme ditemukan pada kultur menandakan kemungkinan efek
langsung atau peranan respons imun (immune-mediated response). Banyak
penelitian telah dilakukan untuk menentukan keasaman yang berbeda pada
kulit yang berbeda pada waktu yang berbeda dan pada individu yang berbeda.
Umumnya dikatakan bahwa pH normal kulit berfluktuasi antara 4,2 dan 7,0
(rata-rata 5,2). Reaksi asam kulit dapat membunuh kebanyakan bakteri
patogen. Asam laktat telah lama dipakai untuk keasaman kulit sejak tahun1934,
Marchionini melaporkan keberhasilan terapi dengan asam laktat pada pasien
seborrheic eczema. Sedangkan Pennoyer dan Sullivan melaporkan pada tahun
1954 bahwa mereka telah berhasil dalam menurunkan insidens impetigo pada
bayi dari 2% menjadi 0,13% dengan memakai preparat yang mengandung
asam laktat. Penelitian multisenter pemakaian Lactacyd di Perancis telah
dilaporkan oleh dokter umum, dokter kulit dan dokter anak pada pasien dengan
seborrheic dermatitis, hiperhidrosis dan diaper rash menunjukkan efikasi 87,6%
dan tidak ditemukan efek samping. Infeksi mikroorganisme pada daerah lokal,
namun toksin yang dibebaskan mencapai kulit melalui aliran darah.
Seperti diketahui bakteri mempunyai banyak antigen permukaan yang
berbeda dan mengeluarkan bermacam-macam faktor virulen (misalnya toksin)
yang dapat merangsang respons imun. Contoh penyakit eksantema yang
disebabkan toksin ini adalah demam skarlet karena streptokokus, toxic shock
syndrome, dan lain-lain. Streptokokus merupakan kokus Gram-positif, anaerob,
menyebabkan infeksi toksigenik dan piogenik pada manusia, seperti pada

31
demam skarlet (eksotoksin). Proses terjadinya respons imun pada kulit yaitu
antigen terikat pada sel yang dapat mempresentasikan antigen seperti sel
Langerhans, makrofag dan dendrosit dermis. Sel tersebut akan memproses
antigen dan mempresentasikan fragmen antigen kepada limfosit spesifik.
Dalamkeadaan normal sejumlah kecil limfosit akan melalui dermis di luar
pembuluh darah. Limfosit kemudian akan membentuk sel inflamasi perivaskular.
Banyak ahli imunologis berpendapat bahwa populasi limfosit di kulit dilengkapi
oleh suatu program untuk beraksi dengan antigen yang sebelumnya telah
pernah kontak dengan kulit. Sirkulasi limfosit dari kulit ke kelenjar limfe kembali
ke kulit disebut homing. Limfosit homing masuk ke dalam kulit yang tidak
mengalami inflamasi untuk mencari adanya antigen. Bila ada antigen, limfosit
akan mengaktivasi sel endotel gepeng untuk mengumpulkan limfosit lain
sebagai bagian dari reaksi inflamasi yang ditimbulkannya. Bila limfosit spesifik
yang telah tersentisisasi bereaksi dengan antigen, respons imun dapat timbul.
Kurang lebih 5% dari limfosit di dermis pada reaksi imun yang diperantarai oleh
sel adalah limfosit yang secara spesifik bereaksi terhadap antigen. Limfosit
tambahan dapat dikumpulkan ke area tersebut oleh limfokin yang dikeluarkan
oleh limfosit spesifik sebagai respons terhadap adanya antigen. Respons imun
dapat pula ditimbulkan di epidermis. Sel T masuk ke dalam epidermis dari
dermis. Agar hal ini dapat terjadi sel T harus melewati daerah membran basalis
dan menembus keratinosit. Substansi mediator seperti IL-8 dianggap berperan
terhadap penarikan limfosit ke dalam epidermis. Keratinosit memproduksi IL-8
terutama bila dirangsang oleh gamma-interferon. Bila telah terdapat dalam
epidermis, limfosit dapat diaktivasi oleh sel Langerhans. Keadaan ini dapat
memperkuat respons imun dan membantu eliminasi antigen atau
menghancurkan sel yang terinfeksi. Sejumlah sel helper dan sel supresor pada
infiltrat akan mengatur proses inflamasi yang terjadi.

Bakteri Streptococcus dan Staphylococcus adalah bagian dari


mikrobiota normal kulit, pada kondisi normal mereka hidup di area saluran
pernafasan (nasofaring) dan tidak menganggu kita. Tetapi, Bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi kulit dan dapat menyebabkan sepsis, pneumonia,
meningitis. Infeksi ini dapat menyebabkanvasodilatasi masif, shock, dan
kematian. Spesies Bakteri tertentu dapat menyebabkan infeksi di mana-mana
(generalis), sedangkan yang lainnya hanya dapat menyebabkan infeksi di
daerah tubuh yang spesifik (spesialis).

32
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh
bersifat komensal. Permukaan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada
faktor – faktor biologis seperti suhu, kelembaban dan tidak adanya nutrisi
tertentu serta zat-zat penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak
dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora
tersebut, tetap bias hidup. Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada
manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan
hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan
mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan.
Flora yang menetap di selaput lendir (mukosa) dan kulit dapat
mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat
gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui
kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi
untuk zat makanan, penghambat oleh produk metabolic atau racun,
penghambat oleh zat antibiotik atau bakteriosin (Bacteriocins). Supresi flora
normal akan menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan di tempati oleh
mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain pada tubuh. Beberapa bakteri
bersifat oportunis dan bisa menjadi patogen. Selain itu, diperkirakan bahwa
stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora adalah penting untuk perkembangan
system kekebalan tubuh normal.
Flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu.
Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non–invansive) karena hambatan-
hambatan yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan
dihilangkan dan masuk kedalam aliran darah atau jaringan, organisme ini
mungkin menjadi patogen. Streptococcus viridians, bakteri yang tersering
ditemukan di saluran nafas atas, bila masuk ke aliran darah setelah ekstraksi
gigi atau tonsilektomi dapat sampai ke katup jantung yang abnormal dan
mengakibatkan subacut bacterial endocarditis. Bacteroides yang normal
terdapat di kolon dapat menyebabkan peritonitis mengikuti suatu trauma
spesies bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus
besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk
kerongga peritonium atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat
trauma, mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak
contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat
bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada

33
kelainan yang menyertainnya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika barada
pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor
predisposisi.

3. Mekanisme Penetrasi Bakteri Patogen

Suatu patogen pertama kali harus mencapai jaringan inang dan


memperbanyak diri sebelum melakukan kerusakan. Banyak kasus, hal yang
dibutuhkan pertama kali adalah mikroorganisme harus menembus kulit,
membran mukosa, atau epitel intestin, permukaan yang secara normal
bertindak sebagai barrier mikroorganisme. Melintasi kulit masuk ke lapisan
subkutan hampir selalu terjadi melalui luka, jarang dilakukan patogen
menembus melewati kulit yang utuh.
Permukaan mukosa ditutupi oleh selapis tipis mukus, yang tersusun dari
beberapa senyawa karbohidrat. Lapisan ini merupakan barrier pertama yang
dilalui oleh patogen ketika memasuki inang. Beberapa organisme memiliki
kemampuan untuk menguraikan mukus dengan menggunakan enzim yang
dikeluarkannya. Faktor lain yang membantu penembusan lapisan mukosa
adalah motilitas atau pergerakan. Sebagai contoh motilitas dalam kolonisasi
Vibrio choleroe. Motilitas meningkatkan serbuan Salmonella dan
penembusansel epitel, meskipun tidak sangat diperlukan. Walaupun demikian,
patogen lain yang menembus permukaan mukosa dan berinteraksi secara baik
dengan sel epitel mukosa adalah nonmotil tidak bergerak. Beberapa contoh
termasuk spesies Shigella dan Yersiiriae (pada temperatur 37°C). Sel M suatu
sel epitel khusus, memiliki sedikit mukus pada permukaannya, sebaliknya sel
epitel bentuk silinder dilapisi mukus yang lebih tebal. Sebagian besar
mikroorganisme menembus lewat sel M karena tidak terdapat barrier mukus
pada sel M. Beberapa toxin bakteri yang menyebabkan diare, juga
menyebabkan hilangnya mukus. Hilangnya mukus memudahkan jalan masuk
ke sel epitel mukosa, meskipun mikroorganisme penghasil toxin tersebut ingin
menghindari pencucian selama proses ini.
Sebagian besar infeksi mikroorganisme dimulai dengan menembus
membrane mukosa pada saluran pernapasan, urin, atau saluran reproduksi. Hal
ini membuktikan bahwa bakteri atau virus mampu memulai infeksi dengan
kernampuan melekat secara spesifik kepada sel epitel. Bukti untuk spesifitas
ada beberapa tipe. Pertama merupakan spesifisitas jaringan. Suatu

34
mikroorganisme penyebab infeksi tidak melekat pada semua sel epitel secara
bersama-sama, tapi memperlihatkan selektifitas dengan melekat pada daerah
tubuh tertentu dimana secara normal dia dapat masuk. Sebagai contoh,
Neisseria gonorrhoae, agen penyebab penyakit menular secara seksual
melekatlebih kuat terhadap epitel urogenital dibanding ke jaringan lain. Kedua,
spesifisitas inang; suatu strain bakteri yang secara normal menginfeksi manusia
akan lebih kuat melekat kepada sel epitel manusia yang cocok dibanding
dengan sel yang sama pada hewan atau sebaliknya.
Perlekatan terhadap permukaan mukosa memainkan suatu peranan
yang besar dalam kolonisasi mukosa untuk hampir semua patogen mukosa.
Mekanisme yang sebenamya digunakan untuk perlekatan sering melibatkan
pengikatan pada permukaan bakteri seperti pili (fimbria) terhadap reseptor
permukaan sel inang. Banyak penelitian yang sudah ditakukan terhadap daerah
ini, termasuk karakterisasi gen yang dilibatkan pada sintesis pili dan identifikasi
reseptor inang. Sebagai alternatif, bakteri dapat membuat adhesin non-fimbria
sebagai perantara perlekatan. Sebagai contoh adalah adhesin non-fimbria dari
bakteri E coli dan hemagglutinin bentuk-filamen clan Bordetella pertussis.
Jenis perlekatan lainnya adalah perlekatan terhadap reseptor
permukaan mukosa. beberapa adhesin bakteri memerantarai kontak bakteri
dengan bakteri lain, terbentuk dalam susunan mikrokoloni yang berikatan
secara bersentuhan. Beberapa patogen yang diperantarai tipe tersebut
termasuk enteropatogen bakteri E. coli dan V. cholerae. Peranan perlekatan
antara bakteri dalam kolonisasi mukosa tetap menentukan, meskipun hal ini
bersifat spekulasi dengan alasan sekali suatu patogen berhasil berikatan
terhadap permukaan inang, mereka dapat menyebar. Proses ini
menguntungkan karena dapat menolong sel-sel lain yang berikatan.
Dengan kata lain, bakteri berpisah pada permukaan inang, mereka
dapat tetap tinggal dan saling berikatan dengan sesamanya lebih cepat
daripada langsung kepada permukaan sel inang, yang membatasi daerah ini.
Perlekatan antara bakteri ini, dianggap bahwa bakteri mengekspresikan
reseptor khusus yang menyerupai sel inang atau adhesin tersebut dapat
mengenali reseptor yang berbeda pada bakteri dan sel inang. Dengan kata lain,
bakteri mengekspresikan tipe adhesin yang berbeda untuk kontak antar spesics
(bakteri sel inang) dan dalam suatu spesies (bakteri-bakteri).

4. Pemindah-sebaran

35
Suatu patogen yang sangat virulen akan membawa kehancuran bagi
dirinya sendiri apabila membunuh inang yang menghidupinya atau melalui
resistensi inang yang menghancurkannya. Karena alasan tersebut rnaka semua
epidemi sifatnya terbatas, yaitu inang yang resistensinya rendah akan lenyap
dan anggota-anggota populasi yang sangat resisten akan bertahan hidup.
Penyebaran atau penularan tergantung pada dua faktor penting, yaitu
terlepasnya patogen dari inang dan masuknya patogen ke dalam inang yang
rentan. Cara terlepasnya patogen tergantung pada situs infeksi pada inang.
Patogen penyebab penyakit saluran pemapasan seperti, S. pneumoniae.
Mtuberculosis, meninggalkan tubuh melalui eksudat dari mulut, hidung,
sertatenggorokan. Bersin dan batuk mempercepat penyebarluasan
mikroorganisme patogen dan menambah peluang untuk memasuki inang lain.
Terdapat beberapa cara penularan bakteri patogen yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi, antara lain:

a. Kontak langsung melalui hubungan seksual (sifilis, gonorhoe, trakoma)


b. Melalui sentuhan antar kulit dan dengan bersentuhan benda yang
mengandung bakteri.
c. Minum air yang sangat tercemar.
d. Perpindahan bakteri dari salah satu bagian tubuh, yang menjadi habitat
sesungguhnya, menuju bagian lain, di mana bakteri menyebabkan penyakit
(seperti saat E coli berpindah dari usus ke saluran kemih sehingga
menyebabkan infeksi saluran kencing).
e. Udara pernapasan (influenza, tuberkulosis, cacar, campak, gondongan)
f. Melalui mulut: air (kolera, disentri), makanan beracun (Clostridirum
botulinum).
g. Melalui tusukan benda tajam : tetanus, rabies (gigitan anjing gila), hepatitis,
AIDS (jarum untuk transfusi darah).
h. Serangga : serangga bekerja sebagaai vektor mekanik (disentri dan
demam tifoid oleh lalat rumah) atau vektor biologi (malaria dan demam
berdarah oleh nyamuk).
i. Infeksi melalui laboratorium klinik : infeksi dapat terjadi melalui kelalaian
pekerja medis di rumah sakit atau tempat praktek, sebagai contoh, dalam
penyuntikan, fungsi lumbal, katerterisasi, dan lain-lain, yang dilakukan tidak
menurut ketentuan kesehatan.

36
Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai
macam jalan, misalnya melalui membran mukosa, kulit ataupun rute parental.
Banyak bakteri dan virus memiliki akses memasuki tubuh inang melalui
membran mukosa saluran pernapasan, gastrointestinal, saluran genitourinari,
konjungtiva, serta membran penting yang menutupi bola mata dan kelopak
mata.

a. Saluran pernapasan
Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme
infeksius. Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk
partikel debu. Penyakit yang muncul umumnya adalah pneumonia, campak,
tuberculosis, dan cacar air.

b. Saluran pencernaan
Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan
makanan atau minuman dan melalui jari – jari tangan yang terkontaminasi
mikroorganisme patogen. Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan
oleh asam klorida (HCL) dan enzim – enzim di lambung, atau oleh empedu dan
enzim di usus halus. Mikroorganisme yang bertahan dapat menimbulkan
penyakit. Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A, dan kolera.
Patogen ini selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan dapat ditransmisikan ke
inang lainnya melalui air, makanan, atau jari – jari tangan yang terkontaminasi.

c. Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang
tidak mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas
mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah
terbuka pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat.
Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada saat berada di jaringan bawah
kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran mukosa. Rute ini disebut
rute parenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan dapat
membuka rute infeksi parenteral. Salah satu rumah ternyaman bagi bakteri
adalah tangan manusia.
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan
bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel
mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcus dan sianobakteri
aerobik atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri

37
anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes penyebab jerawat.
Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Staphylococcus epidermidis yang
bersifat nonpatogen pada kulit namun dapat menimbulkan penyakit saat
mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi
prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan
dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus aureus. Secara
keseluruhan ada sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan
terletak pada stratum (lapisan) korneum. Bakteri anaerob dan aerob sering
bersama-sama menyebabkan infeksi sinergistik, selulitis dari kulit dan jaringan
lunak. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bagian dari flora normal (Ramadhan,
2014).

d. Rongga mulut
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara
konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan
lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut
sangat beragam dan, banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing-
masing individu Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan
suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembab yang mengandung sebagai
substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, rongga mulut
menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus Streptococcus,
Neisseria, Veillonella, Actinomyces,dan Lactobacillus (Ramadhan, 2014).
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme.
Salah satu penyakit yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi
mikroorganisme adalah karies gigi. Karies gigi diawali akibat pertumbuhan
Streptococcus mutans dan spesies Streptococcus lainnya pada permukaan gigi.
Hasil fermentasi metabolisme, menghidrolisis sukrosa menjadi komponen
monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim glukosiltransferasi selanjutnya
merakit glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa adalah gula utama yang
difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi bakteri dan dekstran menempel
pada permukaan gigi dan membentuk plak gigi. Populasi bakteri plak
didominasi oleh Streptococcus dan anggota Actinomyces. Karena plak sangat
tidakpermeable terhadap saliva, maka asam laktat yang diproduksi oleh bakteri
tidak dilarutkan atau dinetralisasi dan secara perlahan akan melunakkan
enamel gigi tepat plak tersebut melekat.

38
Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi
genetika. Meskipun demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan terhadap
kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Virus sangat dikenal sebagai
penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Sejauh ini
tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus. Tiap virus secara khusus
menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Berikut ini contoh-contoh virus yang
merugikan manusia, antara lain:
1. Virus DNA Hepadnaviridae: virus hepatitis B penyebab penyakit hepatitis
B Adenoviridae: virus herpes penyebab herpes simplex type 1 and 2,
varicella zoster Herpesviridae: virus (chicken pox, shingles),Epstein Barr
virus (infectious mononucleosis), cytomegalovirus.
2. Virus RNA Picornaviridae: enteroviruses, rhinoviruses, coxsackie virus,
poliovirus, hepatitis A virus; Caliciviridae: western equine encephalitis virus
(WEE), eastern equine encephalitis virus (EEE), dan Venezuelan equine;
Rhabdoviridae: rabies virus, vesicular stomatitis virus, Mokola virus,
Duvenhage virus; Paramyxoviridae: parainfluenza viruses, mumps virus,
measles virus, respiratory syncytial virus, coronavirus
Penyakit manusia akibat virus. Contoh paling umum dari penyakit yang
disebabkan oleh virus, antara lain: influenza, cacar air, hepatitis, polio, AIDS
dan yang sedang mewabah di sunia atau menjadi pandemia adalah Korona.
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus
corona 2 (SARS-CoV-2) atau yang sering disebut virus Corona yang
merupakan jenis virus RNA. Virus ini memiliki tingkat mutasi yang tinggi dan
merupakan patogen zoonotik yang dapat menetap pada manusia dan binatang
dengan presentasi klinis yang sangat beragam, mulai dari asimtomatik, gejala
ringan sampai berat, bahkan sampai kematian..Patofisiologi COVID-19 diawali
dengan interaksi protein spike virus dengan sel manusia. Setelah memasuki sel,
encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu
adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang.
Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan
perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari. Selanjutnya
penyakit influenza disebabkan oleh virus orthomyxovirus yang berbentuk
seperti bola. Virus influenza ditularkan lewat udara dan masuk ke tubuh
manusia melalui alat pernapasan. Cacar air disebabkan oleh virus Herpesvirus

39
varicellae. Virus ini mempunvai DNA ganda dan menyerang sel diploid manusia.
Hepatitis (pembengkakan hati) disebabkan oleh virus hepatitis. Ada 3 macam
virus hepatitis, yaitu: hepatitis A, B, dan C (non-A, non-B), D, E, G, dan H.
Gejalanya adalah demam, mual, muntah, perubahan warna kulit, dan selaput
lendir menjadi kuning. Virus hepatitis A cenderung menimbulkan hepatitis akut,
sedangkan virus hepatitis B cenderung menimbulkan hepatitis kronis. Polio
disebabkan oleh poliovirus. Serangan poliovirus menyebabkan lumpuh bila virus
menginfeksi selaput otak (meningitis) dan merusak sel saraf yang berhubungan
dengan saraf tepi. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah
penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Virus HIV adalah virus kompleks yang rnempunvai 2
molekul RNA di dalam intinya. Virus tersebut diduga kuat berasal dari virus kera
afrika yang telah mengalami mutasi. Kanker leher rahim juga diduga
disebabkan sebagian oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau
kutil), yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan
hubungan antara kanker dan agen-agen infektan. Juga ada beberapa
kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya diduga sebagai
penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab kepada penyakit
psikiatris pada manusia. Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada
manusia menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus sebagai senjata
biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya cara penciptaan
varian virus baru di laboratorium.
Fungi ada yang berguna dan ada yang merugikan. Penyakit yang
disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis. Ada empat jenis penyakit
mikotik, yaitu: 1. Hipersensitivitas, reaksi alergi terhadap jamur dan spora. 2.
Mikotoksikosis, keracunan manusia dan hewan oleh produk makanan yang
terkontaminasi oleh jamur yang memproduksi racun dari substrat biji-bijian. 3.
Misetismus, menelan toksin (keracunan jamur). 4. Infeksi, invasi jaringan
dengan respon host. Kali ini kita hanya akan membahas dengan jenis terakhir
yaitu jamur patogen yang menyebabkan infeksi. Sebagian besar jamur patogen
tidak menghasilkan racun tetapi menyebabkan modifikasi fisiologis selama
infeksi parasit (misalnya: peningkatan tingkat metabolisme, modifikasi jalur
metabolisme, dan modifikasi struktur dinding sel). Infeksi jamur atau mycoses
diklasifikasikan berdasarkan derajat keterlibatan jaringan dan cara masuk ke
dalam host, yaitu: 1. Superficial, infeksi kulit, rambut, dan kuku. 2. Subkutan,

40
infeksi terbatas pada dermis, jaringan bawah kulit atau struktur yang
berdekatan. 3. Sistemik, infeksi dalam organ internal. 4. Oportunistik,
menyebabkan infeksi hanya diimmunocompromised
Mikosis superfisialis yaitu mikosis yang menyerang bagian-bagian dari
kulit dan mukosa, terutama corium, kuku, dan rambut. Mikosis superfisial (kulit)
biasanya terbatas pada lapisan luar kulit, rambut, dan kuku, serta tidak
menyerang jaringan hidup. Jamur tersebut disebut dermatofit. Dermatofita atau
lebih tepat jamur keratinophilic, menghasilkan enzim ekstraseluler (keratinases)
yang mampumenghidrolisis keratin. Dermatofit (berarti tanaman kulit)
menyebabkan infeksi pada manusia memiliki sumber-sumber yang berbeda dan
cara penularannya, yaitu:
1. Antropofilik, biasanya dikaitkan dengan hanya manusia. Penularan dari
manusia ke manusia adalah melalui kontak dekat atau melalui benda-
benda yang terkontaminasi.
2. Zoofilik, ini biasanya berhubungan dengan hewan. Penularan ke manusia
melalui kontak dekat dengan binatang (kucing, anjing, sapi) atau dengan
produk yang terkontaminasi.
3. Geophilic, ini biasanya ditemukan di dalam tanah dan ditularkan kepada
manusia oleh paparan langsung.
Pengetahuan tentang spesies dermatofita dan sumber infeksi sangat
penting bagi pengobatan yang tepat pada klien dan pengendaliannya. Invasi
oleh organisme zoofilik atau geophilic dapat menyebabkan penyakit radang
pada manusia

Ada 3 genera jamur yang bersifat Patogen, yaitu Tricophyton, Microsporum, dan
Epidermophyton.

1. Trichophyton sp., menginfeksi kulit, rambut, kuku dan jarang


menyebabkaninfeksi subkutan. Trichophyton memerlukan waktu 2-3
minggu untuk tumbuhdalam biakan. Konidia besar (macroconidia), halus,
dinding tipis, septa (0-10 septa), dan berbentuk pensil, koloni merupakan
miselium yang tumbuh dalam berbagai warna. Microsporum sp. (13
spesies).
2. Microsporium menginfeksi kulit, rambut, dan pada kuku jarang.
Prevalensiinfeksi telah menurun secara signifikan dalam beberapa tahun
terakhir. Ketika prevalent (15-20 tahun yang lalu), organisme ini dapat

41
dengan mudah diidentifikasi pada kulit kepala karena rambut yang
terinfeksi berpendar warna hijau terang ketika diterangi dengan cahaya UV.
Miselia yang longgar dan berwarna putih menghasilkan macroconidia yang
berdinding tebal, berbentuk gelendong, multiseluler, dan berduri
(echinulate). Microsporum canis adalah salah satu spesies dermatofit yang
paling umum menginfeksi manusia.
3. Epidermophyton floccosum. Spesies ini menginfeksi kulit dan kuku
danjarang pada rambut. Mereka membentuk warna kuning, biakan putih,
dan biasanya mudah diidentifikasi oleh ketebalan, hifa bercabang
halus,macroconidia berbentuk klub.

Penularan parasit dari satu host ke host yang lain, disebabkan oleh
bentuk parasit tertentu dikenal sebagai stadium infeksi. Parasit yang penting
dalam kedoktean berada di bawah kingdom protista dan Animalia. Protista
termasuk eukaroit bersel tunggal mikroskopis yang dikenal sebagai protozoa.
Sebaliknya, cacing yang multiseluler memiliki jaringan yang dapat dibedakan
dengan baik dan organ kompleks merupakan animalia. Stadium infeksi pada
berbagai parasit ditularkan dari satu host ke host yang lain dalam beberapa
cara berikut:
1. Rute oral. Konsumsi makanan, air, sayuran atau tempat yang
terkontaminasi oleh stadium infeksi parasit. Cara penularan ini pada beberapa
parasit dikenal sebagai rute fecal oral (misalnya kista Giardia intestinalis dan
Entamoeba histolytica, telur Ascaris lumbricoides, dan Trichuris trichura.
1) Mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang. Infeksi dapat
ditularkan secara oral bila konsumsi daging mentah atau setengah
matang yang mengandung parasit infektif (misalnya: daging babi
mengandung selulosa cysticercus, tahap larva Taenia solium).
2) Mengkonsumsi ikan dan kepiting yang kurang matang atau mentah.
Infeksi juga dapat ditularkan dengan konsumsi ikan dan kepiting
mentah atau setengah matang yang mengandung stadium infektif
parasit (misalnya: kepiting mengandung stadium parasit infektif,
kepiting atau udang air tawar mengandung metasercaria Paragonimus
westermani, ikan mengandung metaserkaria Clonorchis sinensis, dan
lain lain).
3) Mengkonsumsi air mentah atau belum matang. Infeksi dapat ditularkan
lewat makanan mentah atau air belum masak yang menyembunyikan

42
bentuk parasit infektif (misalnya: air kacang dada, dll mengandung
metaserkaria pada Fasciolopsis buski dan Fasciola hepatica).
2. Penetrasi kulit dan membran mukosa Infeksi ditransmisikan dengan: a)
Penetrasi kulit oleh larva filaria (filariformy larva) pada cacing tambang,
Strongyloides stercoralis yang kontak dengan tanah tercemar feces. b)
Tusukan kulit oleh serkaria pada Schistosoma japonicum, S. Mansoni, dan
S. haematobium yang kontak dengan air yang terinfeksi. Bagian kulit yang
dipenetrasi adalah bagian kulit yang tipis, misalnya: di daerah jari jemari,
kulit perianal, dan kulit perineum.
3. Inokulasi vektor arthropoda Infeksi juga dapat ditularkan dengan inokulasi
ke dalam darah melalui nyamuk, seperti pada penyakit malaria dan filariasis.
4. Kontak seksual Trichomoniais dapat ditularkan melalui kontak seksual.
Entamoebiasis dapat ditularkan melalui kontak seksual anal oral,
sepertipada kalangan homoseksual.

C. Infeksi Penyakit Oleh Bakteri Patogen


Tubuh hewan termasuk manusia menyediakan lingkungan yang cocok
bagi pertumbuhan beberapa mikroorganisme. Hal ini karena tubuh hewan atau
mansuia kaya akan nutrisi organik dan faktor pertumbuhan yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme heterotrof. Disamping itu lingkungan tubuh menyediakan
kondisi pH, tekanan osmotik, dan temperatur yang relatif konstan. Walaupun
demikian tubuh hewan tidak harus dianggap sebagai satu lingkungan bagi
pertumbuhan mikroorganisme yang umum. Setiap daerah atau organ berbeda
secara kimia dan fisik dari daerah lain, jadi menyediakan suatu lingkungan yang
selektif dimana lebih disukai bagi mikroorganisme tertentu. Kulit, saluran
pernapasan, saluran gastrointestin, dan yang lainnya menyediakan kondisi
kimia dan fisik yang sangat beragam dimana mikroorganisme yang berbeda
dapat turnbuh secara selektif. Lebih lanjut, hewan memiliki suatu perbedaan
mekanisme pertahanan yang berbeda yang bertindak untuk mencegah atau
menghambat masuk dan tumbuhnya mikroorganisme. Mikroorganisme yang
akhirnya berkolonisasi dengan baik dapat mengembangkan cara untuk
menghindari mekanisme pertahanan tersebut.
Infeksi adalah penyerangan suatu inang (host) oleh mikroorganisme
yang bersifat infeksius, yakni masuknya mikroorganisme patogen ke dalam
suatu inang (host) kemudian berkembang biak dan menetap di dalam inang

43
tersebut. Masuknya mikroorganisme patogen ke dalam inang dapat melalui
perut atau gastrointestinal, kulit maupun saluran pernafasan (Said & Marsidi,
2017). Infeksi adalah masuknya penyakit yang ditularkan dari luar tubuh
manusia( dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia, dari sumber
lainnya). Penyebab Infeksi adalah banyak macam mikro organisme, misal
bakteri, virus, jamur , protozoa , dan lainnya. Infeksi dapat menimbulkan gejala
– gejala penyakit. Invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme,
toksin, replikasi intraseluler, atau respon antigen – antibodi.
Patogenisitas adalah kemampuan dari suatu perantara atau agen yang
bersifat infeksius yang dapat menyebabkan penyakit terhadap inang (host).
Mikroorganisme patogen mungkin akan menginfeksi inang atau host yang
rentan (mudah terinfeksi) dan kadang- kadang menyebabkan infeksi nyata
dengan menimbulkan gejala klinis yang dengan mudah dapat dideteksi.
Pertumbuhan penyakit tergantung dari beberapa faktor antara lain dosis infeksi
(infectius dose), patogenisitas, inang (host) dan faktor-faktor lingkungan. Tetapi
beberapa jenis organisme kemungkinan sebagai organisme patogen dan
menyebabkan penyakit hanya (Said & Marsidi, 2017).
Tidak semua bakteri menyebabkan infeksi atau bersifat patogenik.
Hanya bakteri patogenlah yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Bakteri patogen akan menimbulkan infeksi bakteri ,bila bakteri tersebut berhasil
masuk ke dalam tubuh dan mulai berkembang biak. Oleh karena itu, penting
untuk mengetahui beberapa jalur masuk bakteri patogenik ke tubuh manusia,
yang menjadi penyebab infeksi bakteri. Berikut ini beberapa jalan masuk bakteri
patogen yang dapat menimbulkan infeksi bakteri:
1) Penularan melalui udara terjadi ketika bakteri dihirup, dibatukkan, dan
keluar melalui bersin dari orang yang sakit, ke orang yang sehat. Hal ini
bisa terjadi pada infeksi akibat bakteri Streptococcus pneumoniae
penyebab pneumonia, dan Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC.
2) Penularan fekal-oral (paparan bakteri dari tinja ke mulut) pada infeksi
bakteri penyebab diare Salmonella, Escherichia coli, Vibrio cholera, dan
Shigella dysentriae
3) Penularan melalui vektor atau perantara seperti pinjal seperti pada
infeksi bakteri Rickettsia dan Borrelia

44
4) Penularan melalui luka pada kulit dan paparan bakteri di lingkungan
sekitar, seperti pada infeksi bakteri Leptospira spp. penyebab
leptospirosis dan Clostridium tetani penyebab tetanus
5) Penularan melalui hubungan seksual seperti pada infeksi bakteri
penyebab gonore, klamidia, dan sifilis
6) Penularan melalui transfusi darah, seperti pada infeksi bakteri penyebab
sifilis dan brucellosis
7) Penularan dari ibu ke anak seperti pada infeksi bakteri penyebab sifilis

Perpindahan atau transmisi meliputi transpor agen infeksi dari reservoir


ke inang (host). hal ini merupakan jaringan yang penting di dalam rantai
infeksi. Organisme patogen dapat berpindah dari reservoir ke dalam inang
atau host melalui berbagai rute (Sobsey and Olson, 1983), yaitu antara lain :

1) Perpindahan dari orang ke orang (person to person transmision)


Perpindahan agen infeksi yang paling umum yakni melalui kontak
orang ke orang. Contoh yang paling jelas adalah perpindahan
penyakit secara seksual, misalnya syphilis, gonorrhea, herpes, dan
AIDS. Contoh lain penyakit flu melalui batuk dan bersin yang
mengelurakan tetesan kecil yang mengandung agen infeksi.
Perpindahan dengan cara ini sering dipakai contoh sebagai
perpindahan penyakit dengan cara kontak langsung.
2) Perpindahan melalui air (waterborne transmission)
Penyakit gastrointestinal yang tak teridentifikasi secara etiologi dan
giardiasis adalah penyakit bawaan air yang paling umum ditemukan
di dalam sistem air tanah atau air permukaan. Jumlah penyakit
maupun laju jumlah penderita berkurang apabila air baku diolah atau
dilakukan proses disinfeksi.
3) Perpindahan melalui makanan (Foodborne Transmission)
Makanan dapat menjadi kendaraan untuk perpindahan dari
beberapa jenis penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteria,
virus, protozoa, dan parasit helminths (cacing). Kontaminasi
makanan dapat disebabkan oleh partikel yang tidak bersih selama
penyiapan, produksi atau selama penyimpanan. Beberapa
organisme patogen dan parasit telah dideteksi di dalam bahan
makanan misalnya kerang-kerangan, sayuran, susu, telur, daging

45
sapi dan lain-lain. Hal tersebut mempunyai arti yang sangat penting
bagi kesehatan masyarakat khususnya untuk makanan yang
dimakan secara mentah misalnya kerang dan sayuran.
Kerang-kerangan misalnya tiram, kerang, remis, kepiting dll. merupakan
vektor penyakit terhadap manusia yang banyak berperan, agen infeksi yang
dibawanya adalah bakteria, virus, protozoa, dan cacing (helmiths). Binatang-
binatang tersebut merupakan alat perpindahan penyakit yang perlu
diperhatikan karena beberapa alasan yakni (Bitton, 1980a): Binatang
tersebut hidup di lingkungan muara yang mana sering terkontaminasi oleh air
limbah domestik.
• Oragnisme patogen atau parasit dapat terkonsentrsi di dalam
tubuhnya karena binatang-binatang tersebut memompa sejumlah
besar air (4-20 Lt per jam), sehingga berfungsi seperti filter.
• Binatang tersebut sering dimakan dalam keadaan mentah atau
setengah matang.
Bahaya lain terhadap kesehatan yang berhubungan dengan kerang-
kerangan adalah akibat dari kemampuan binatang tersebut untuk
mengkonsentrasikan atau mengakumulasikan zat racun
dinoflagellate, logam berat, hidrokarbon, pestisida dan zat radio aktif
di dalam tubuhnya.
4) Perpindahan melalui udara (airborne transmission)
Beberapa jenis penyakit misalnya penyakit yang disebabkan oleh
fungi dapat menyebar atau berpindah melalui udara (airborne
transmission). Perpindahan melalui udara dapat terjadi pada
pengolahan air limbah atau dari irigasi dengan menggunakan efluen
air limbah.
5) Perpindahan melalui vektor (Vektor- borne Transmission)
Vektor-vektor yang paling penting di dala perpindahan penyakit
antara lain adalah : arthropoda misalnya kutu dan serangga, atau
vertebrata misalnya hewan pengerat, anjing, kucing dll. Organisme
patogen mungkin tidak berkembang biak di dalam vektor arthropoda
tersebut. Beberapa penyakit yang berpindah melalui vektor antara
lain malaria (dari plasmodium), penyakit kuning dan encephalitis
(keduanya dari arbovirus), dan rabies (dari virus rabies yang
berpindah dari gigitan anjing atau kucing) (Said & Marsidi, 2017).

46
1. Pembagian Infeksi :
a) Primer : Apabila terjadi secara langsung sebagai akibat dari proses yang
ditimbulkan mikroorganisme sendiri
b) Sekunder : Terjadi oleh sesuatu sebab, misalnya : kelemahan tubuh,
kelaparan, kelelahan, luka dan sebagainya
2. Macam Infeksi lainnya
Patogen ini dapat dikatakan dapat menyerang tubuh manusia dan akan
menyebabkan penyakit apabila sistem kekebalan tubuh dalam keadaan sedang
lemah. kemudian, masuknya patogen ke dalam tubuh bisa bermula dari luka
atau cedera pada tubuh, mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi, serta kontak erat dengan orang yang sedang sakit. Berikut
macam-macam infeksi yang ditimbulkan dari penyakit oleh bakteri pathogen:
a) Reinfeksi :penyakit yang mula-mula sudah sembuh tapi kemudian
muncul lagi. Disebut juga “residif”.
b) Super infeksi : proses penyakit belum sembuh akan tetapi sudah
disusul oleh infeksi yang lain. Disebut juga “infeksi ganda”.
c) Infeksious : penyakit infeksi yang mudah menular dari seorang kepada
orang lain. Disebut juga “infeksiosa”.
d) Epidemi : penyakit infeksi yang bersifat menular, kadang – kadang
dapat menyerang orang bayak dalam waktu singkat
e) Pandemi : merupakan epidemi yang menyebar ke negara lain
f) Endemi : suatu penyakit yang terus – menerus secara menetap
terdapat dalam daerah tertentu.
Bakteri ekstraselular dapat menimbulkan penyakit melalui beberapa
mekanisme yaitu:
1. Merangsang reaksi inflamasi yang menyebabkan destruksi jaringan di
tempat infeksi. Sebagai contoh misalnya kokus piogenik yang sering
menimbulkan infeksi supuratif yang hebat.
2. Produksi toksin yang menghasilkan berbagai efek patologik. Toksin dapat
berupa endotoksin dan eksotoksin. Endotoksin yang merupakan
komponen dinding bakteri adalah suatu lipopolisakarida yang
merupakanstimulator produksi sitokin yang kuat, suatu adjuvant (obat
yang bekerja membantu berkhasiatnya obat lain) serta aktivator poliklonal
sel limfosit

47
Sedangkan bakteri intraseluler memiliki kemampuan mempertahankan diri
melalui empat mekanisme yaitu:

1. Hambatan fusi lisosom pada vakuola yang berisi bakteri.


2. Lipid mikobakterial seperti lipoarabinomanan menghalangi pembentukan
ROI (reactive oxygen intermediate) seperti anion superoksida, radikal
hidroksil dan hydrogen peroksida dan terjadinya respiratory burst.
3. Menghindari perangkap fagosom dengan menggunakan lisin sehingga
tetap hidup bebas dalam sitoplasma makrofag dan terbebas dari proses
pemusnahan selanjutnya

Jalur Infeksi
a) Berbagai penyakit ditularkan lewat saluran nafas al. : Influenza, TBC, batuk
rejan , pes, pneumoni, meningitis, meningokokus dan sakit ternggorokan
karena kuman, streptokokus, difteri, campak, rubella juga korona.Penyakit
– penyakit tersebut ditularkan lewat, ciuman, penggunaan alat makan yang
terinfeksi , dan melalui droplet infection.
b) Beberapa mikroorganisme dapat tahan selama beberapa hari bahkan
minggu didalam debu yang tidak terkena sinar matahri langsung misalnya,
mikroorganisme penyebab TBC, smallpox, difteri, streptokokus ,stafilokokus.
c) Infeksi saluran cerna karena masuknya mikroorganisme per oral misalnya
Salmonella, paratifoid, kolera, disentri .
d) Masuknya kuman / mikroorganisme ke dalam tubuh manusia lewat kulit atau
membran mukosa disebut Inokulasi. Contoh inokulasi: kulit dan Membran
mukosa rentan terhadap inokulasi kuman karena gesekan misalkan Spilis,
GO, leprae. Lewat luka / lesi karena memar atau terbakar. Infeksi karena
suntikan yang tercemar / Infus atau pembuatan tato.

Antibiotik adalah golongan obat yang berguna untuk melawan infeksi


bakteri. Antibiotik bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan sel bakteri
dan membunuh bakteri secara langsung. Beberapa tindakan di bawah ini dapat
membantu encegah timbulnya infeksi bakteri, seperti:
a) Menjaga kebersihan dan mencegah penularan bakteri dengan selalu
mencuci tangan sebelum makan, setelah menggunakan kamar mandi,
atau setelah menyentuh benda-benda di tempat umum; mengurangi
intensitas menyentuh mata, hidung, dan mulut bila tangan sedang kotor;

48
dan menutup mulut dan hidung pada saat bersin atau batuk. Tindakan
ini efektif untuk mencegah infeksi bakteri dengan penularan melalui
kontak langsung dari udara, fekal-oral, dan lingkungan.
b) Menghindari perilaku seks bebas dan selalu menggunakan kondom
untuk mencegah infeksi bakteri terkait PMS
c) Menggunakan spray antiserangga untuk menghindari infeksi bakteri
yang ditularkan oleh vektor atau perantara
d) Menjalani pemeriksaan atau skrining terhadap beberapa bakteri,
sebelum kehamilan dan sebelum melakukan transfusi darah
e) Mendapatkan imunisasi, untuk mencegah beberapa penyakit yang
disebabkan bakteri seperti pneumonia, meningitis, difteri, tetanus, dan
pertussis

Tahapan infeksi
Kuman (bakteri, virus, protozoa maupun jamur) mempunyai mekanisme dalam
menyerang sel inangnya. Secara ringkas kuman tersebut bisa menginfeksi
melalui 4 tahap yaitu:
a. Adhesi (menempel)
b. Kolonisasi (berbiak)
c. Penetrasi (masuk ke tubuh)
d. Invasi (menyebar ke seluruh tubuh sambil berbiak)
Sedangkan strategi mencegahnya dengan cara :
a. Hindari terjadinya penempelan dengan cara membuat permukaan kulit dan
selaput mukosa dalam keadaaan mulus dan meningkatkan kekebalan
permukaaan (IgA) melalui program vaksinasi live melalui tetes mata, tetes
hidung maupun tetes mulut. Disamping itu pemberian vitamin seperti
vitamin A, D, E maupun C yang banyak berperan pada proses regenerasi
sel kulit dan selaput lender dan juga berperan sebagai antioxidant dan
peningkatan aktivitas sel Natural kill dan sel macrofage.
b. Kalau terjadi penempelan, maka yang harus ditingkatkan adalah aktivitas
dan jumlah sel-sel fagosit dengan cara pemberian zat-zat yang bersifat
immune booster. Penetrasi dan invasi bisa dicegah dengan cara
meningkatkan antibodi (kekebalan humoral)di dalam darah melalui program
vaksinasi kill dan peningkatan jumlah dan aktivitas sel fagosit dan sel-sel
limfosit.

49
c. Peningkatan daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu dapat meningkat
dengan pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi Hepatitis B), atau
pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara
umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan
tubuh.
d. Inaktivasi agen penyebab infeksi Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan
dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik adalah
pemanasan (Pasteurisasi atau Sterilisasi) dan memasak makanan
seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi
e. Memutus rantai penularan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah
untuk mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat
bergantung kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang
telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu
“Isolation Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari dua
pilar/tingkatan yaitu “Standard Precautions” (Kewaspadaan standar) dan
“Transmission- based Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara
penularan).

Organ tempat masuknya bakteri yaitu:

1. Membran mukosa :
- Saluran pernafasan (paling sering)
- Saluran pencernaan: bakteri masuk melalui air, makanan, jari
kotor. Bakteri tahan terhadap asam lambung, enzim dan empedu
- Saluran kencing: penularan penyakit seksual
- Konjungtiva: membran yg melapisi bola mata
2. Kulit, menyerang melalui folikel rambut dan kelenjar keringat
3. Organ dalam
Mikroba dapat langsung beradhesi pada organ di bawah kulit atau membran
mukosa melalui rute parenteral. Misalnya: injeksi, gigitan, luka, sayatan, bedah.

Infeksi Awal
Setelah menembus jaringan, patogen dapat berkembang pada di luar sel tubuh
(ekstraselular) atau menggunakan sel tubuh sebagai inangnya (intraselular).
Patogen intraselular lebih lanjut dapat diklasifikasikan lebih lanjut:

50
1. Patogen yang berkembang biak dengan bebas di dalam sel, seperti : virus
dan beberapa bakteri
2. Patogen yang berkembang biak di dalam vesikel, seperti Mycobacteria.
Jaringan yang tertembus dapat mengalami kerusakan oleh karena infeksi
patogen, misalnya oleh eksotoksin yang disekresi pada permukaan sel, atau
sekresi endotoksin yang memicu sekresi sitokina oleh makrofaga, dan
mengakibatkan gejala-gejala lokal maupun sistemik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infeksi


Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi infeksi:
1) Agent (bakteri), yaitu penyebab infeksinya, baik berupa agennya sendiri
atau karena toksin yang dilepas. Tingkat virulensi dipengaruhi oleh
jumlah bakteri, jalur masuk ke tubuh inang, mekanisme pertahanan
inang, dan ketahanan bakteri terhadap antibiotik.
2) Host (pejamu, hewan), yaitu hewan yang diinfeksi sesuai kebutuhan
bakteri untuk dapat bertahan hidup atau berkembang biak.
3) Environment yaitu kondisi agen penyakit secara langsung dipengaruhi
akan lingkungantanpa interaksi dengan manusia.

Mekanisme Infeksi
Mekanisme suatu pathogen untuk menyebabkan penyakit infeksi, adalah
melalui tahapan sebagai berikut :
2. Menginfeksi inang (suatu pathogen primer harus memasuki inang).
3. Melakukan metabolisme dan memperbanyak diri dalam jaringan inang.
4. Melawan pertahanan inang, untuk sementara.
5. Merusak inang.
Bakteri patogen mampu menyebabkan penyakit, menyebar melalui
populasi manusia dalam berbagai cara. Sangat sulit mengetahui jenis bakteri di
suatu tempat dikarenakan ciri morfologi yang hampir sama. Penggunaan bakteri
indikator lebih mudah dan efektif untuk mengetahui adanya bakteri patogen.
Bakteri indikator adalah sekumpulan jenis bakteri yang ditemukan dalam suatu
sampel tertentu dan dapat digunakan untuk mendeteksi atau mengindikasikan
keberadaan bakteri patogen di sekitarnya.

Bakteri dapat merugikan tubuh dengan berbagai cara, yaitu :

51
1) Merampas Nutrisi

Bakteri juga membutuhkan nutrisi untuk tumbuh, untuk mengambil


nutrisi “gratis” mereka kemudian mengambilnya dari tubuh inang. Zat besi
misalnya, dibutuhkan oleh manusia dan juga Bakteri. Untuk mendapatkan zat
besi dalam tubuh manusia, beberapapathogenmensekresikan prot yang disebut
siderophores, yang mengambil zat besi dari protein pembawa zat besi.

2) Kerusakan Langsung

Setelah patogen menempel pada sel inang, mereka dapat langsung


menyebabkan kerusakan, karena patogen menggunakan sel inang untuk
memperoleh nutrisi dan menghasilkan kotoran sisa. Patogen juga berkembang
biak dan membelah di dalam sel inang, sehingga sel tersebut akan pecah dan
mengeluarkan Bakteri interseluler. Beberapa bakteri seperti E. coli,
Shigella,Salmonella, dan Neisseria gonorrhoeae, dapat mempengaruhi epitelsel
inang untuk menelan mereka dalam proses yang menyerupai fagositosis.
Kemudian setelah mereka dapat lewat, patogen tersebut akan melakukan
proses “fagositosis terbalik” sehingga dimuntahkan lagi di dalam sel inang
tersebut. Ini menyebabkan Bakteri dapat memasuki sel-sel inang dengan
bebas. Beberapa Bakteri juga dapat mengeluarkan enzim untuk melakukan
penetrasi langsung ke dalam sel inang, penetrasi ini akan membuat kerusakan
pada sel inang.

3). Produksi Toksin

Toksin adalah zat beracun yang diproduksi oleh Bakteri tertentu dan
sering menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap sifat patogen Bakteri.
Toksin dapat dilepaskan ketika Bakteri lisis (mati), inilah mengapa pada
pengobatan dengan antibiotik, awalnya gejala akan semakin parah, karena
banyak Bakteri yang mati dan mengeluarkan toksin. Toksin dapat
diklasifikasikan sebagai eksotoksin atau endotoksin. Eksotoksin adalah toksin
yang dihasilkan dan secara aktif disekresikan, sedangkan endotoksin adalah
toksin pada bagian membran luar dari bakteri. Biasanya, endotoksin tidak
dikeluarkan sampai Bakteri dibunuh oleh sistem kekebalan tubuh. Toksinosis
adalah perkembangan penyakit yang disebabkan hanya oleh toksin Bakteri,
tidak harus melibatkan infeksi bakteri (misalnya ketika Bakteri telah mati, tapi

52
sudah menghasilkan toksin yang tertelan). Keadaan ini dapat disebabkan oleh
Staphylococcus aureus.

Dalam Linda,2011 menyatakan bahwa suatu pathogen pertama kali


harus mencapai jaringan inang dan memperbanyak diri sebelum melakukan
kerusakan. Dalam banyak kasus, hal yang dibutuhkan pertama adalaha
mikroorganisme harus menembus kulit, membrane mukosa atau epitel intestine,
permukaan yang secara normal bertindak sebagai barrier mikroorganisme.
Melintasi kulit masuk ke lapisan subkutan hampir selalu terjadi melalui luka,
jarang dilakukan pathogen menembus melewati kulit yang utuh.

Sebagian besar infeksi mikroorganisme dimulai dengan menembus


membrane mukosa pada saluran pernafasan, urin atau saluran reproduksi. Hal
ini membuktikan bahwa bakteri atau virus mampu memulai infeksi dengan
kemampuan melekat secara spesifik kepada sel epitel. Bukti untuk spesifisitas
ada beberapa tipe. Pertama, merupakan spesifitas jaringan. Suatu
mikroorganisme penyabab infeksi tidak melekat pada semua sel epitel secara
bersama-sama, tetapi memperlihatkan selektifitas dengan melekat pada daerah
tubuh tertentu dimana secara normal dia dapat masuk. Sebagai contoh,
Neisseria gonorrhoae, agen penyebab penyakit menular secara seksual
melekat lebih kuat terhadap epitel urogenital disbanding ke jaringan lain. Kedua,
spesifitas inang ; suatu strain bakteri yang secara normal menginfeksi manusia
akan lebih kuat melekat pada sel epitel manusia yang cocok disbanding dengan
sel yang sama pada hewan atau sebaliknya (Kusnadi, 2003) dalam Linda,2011.
Bakteri patogen yang terdapat di dalam limbah cair dapat dikelompokkan
dalam Beberapa kelompok (Said & Marsidi, 2005 dalam Khadizah 2017),
diantaranya:
a) Kelompok bakteri gram negatif fakultatif anaerobik, misalnya: Aeromonas,
Plesiomonas, Vibrio, Enterobacter, Eschericia, Klebsiella dan Shigella.
b) Kelompok bakteri gram negative aerobic, misalnya:
Pseudomonas,Alcaligenes, Flavobacterium dan Acinetobacter.
Kelompok bakteri gram positif yang membentuk spora yaitu Bacillus sp.
Kelompok bakteri gram positif yang tidak membentuk spora, misalnya:
Arthrobacter, Corynebacterium dan Rhodococcus.

Peradangan / inflamasi

53
Stadium seluler peradangan dimulai setelah peningkatan aliran darah
kedaerah radang / jaringan yang cedera. Inflamasi adalah suatu proses yang
terjadi akibat reaksi jaringan terhadap kerusakkan yang mungkin antara lain
disebabkan oleh adanya infeksi mikroorganisme. Inflamasi merupakan respon
fisiologis lokal terhadap cedera jaringan, radang bukan suatu penyakit tetapi
manifestasi penyakit.Peradangan dibagi menjadi 2, ialah akun dan kronis:
a) Acute inflammationYaitu kondisi ini biasanya terjadi karena cidera dan
infeksi akibat dari bakteri.

b) Chronic inflammation ialah kondisi ini berlangsung selama bertahun-tahun,


atau dapat berlangsung selama seumur hidup.

Kronologis peradangan adalah sebagai berikut:


Stadium vaskuler peradangan dimulai segera setelah jaringan cedera.
Arteriola setempat mengalami konstriksi dan terjadi vasodilatasi
berkepanjangan, dilatasi arteriola menyebabkan peningkatan tekanan cairan
di kapiler hilir, hingga terjadi perpindahan plasma kedlm ruang interstisium
maka terjadilah pembengkakan atau edema. Histamin dan bradikinin adalah
bahan kimia yang dibebaskan selama peradangan yang mempengaruhi sel –
sel edotel kapiler yang masih normal ( di tempat / didekat radang ) saling
merapat dan menjauh satu sama yang lain meyebabkan permeabilitas dinding
kapiler meningkat sehingga sel sel darah merah dan cairan keluar masuk ke
ruang interstisium menyebabkan edema dan eritema (kemerahan). Stadium
seluler peradangan dimulai setelah peningkatan aliran darah kedaerah radang /
jaringan yang cedera. Sel – sel darah putih serta trombosit tertarik bermigrasi ke
daerah radang lewat dinding vaskuler yang melebar. Sel – sel ini mengelilingi
sel – sel yang rusak, memfagositosis sel yang mati dan mikroorganisme yg
mungkin penyebab cedera serta merangsang pembekuan darah dan peran
mereka adalah melakukan penyembuhan.

Peradangan dimulai dengan ruptur / sobeknya Sel Mast. Sel Mast


adalah kantung yang berisi banyak granula dan terdapat pada seluruh jaringan
ikat yang mengelilingi pembuluh darah. Rupturnya sel Mast disebabkan oleh :
cedera jaringan , adanya toksin , pengaktivan protein komplemen, dan
pengikatan antigen antibodi. Degranulasi sel mast mengeluarkan bahan bahan
yang disintetis dalam sel mast, yang menyebabkan vasodilatasi, peningkatan

54
permeabilitas dinding kapiler penyebab penarikan sel darah putih serta
trombosit ke daerah radang. Penarikan sel darah putih yang dimaksud diatas
disebut kemotaksis

Zat-zat atau bahan –bahan yang berperan apabila terjadi radang.

Bahan yang disintetis oleh sel mast antara lain:

a. Histamin: penyebab relaksasi pembuluh darah sehingga terjadi


peningkatan aliran darah. Zat ini juga penyebab meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler.
b. Faktor kemotaksis neutrofil dan eosinopil: yang menarik sel-sel darah
putih ke tempat radang.
c. Prostaglandin, berfungsi meningkatkan aliran darah ke daerah radang
juga meningkatkan permebilitas Kapiler
d. Leukotrien, merupakan bahan anafilaksis yang bereaksi lambat,
meningkatkan permeabilitas kapiler

Virulensi bakteri patogen


Dalam Linda,2011 menyatakan bahwa Virulensi digunakan untuk
menyatakan ukuran atau derajat dari suatu patogenisitas. Walaupun semua
patogen menyebabkan penyakit, beberapa jenis patogen lebih virulen daripada
jenis lainnya (dalam artian, memiliki kemampuan yang lebih dalam
menyebabkan terjadinya suatu penyakit). Sebagai contoh, untuk menyebabkan
shigellosis (suatu penyakit diare) hanya membutuhkan 10 sel Shigella, dan
sebagai perbandingan dibutuhkan 100 hingga 1000 sel Salmonella untuk
menyebabkan salmonellosis (penyakit diare jenis lainnya). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa Shigella lebih virulen dibandingkan Salmonella. Kadang-
kadang virulensi digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh patogen. Berdasarkan hal ini, maka suatu patogen
dapat bersifat lebih virulen dibandingkan patogen lainnya jika menyebabkan
penyakit yang lebih parah.

a) Pergerakan bakteri
Dalam Linda,2011 menyatakan bahwa Adanya flagella pada permukaan
bakteri pathogen dan oprtunis dianggap dapat memudahkan kolonisasi dan

55
penyebaran dari tempat awal. Proteus merupakan bakteri dimorfik. Ketika
tumbuh dalam medium cair, sel bertingkah laku sebagai perenang dan memiliki
morfologi yang berbeda. Mereka bergerak memiliki flagella peritrika yang
berjumlah 6 sampai 10 flagela per sel. Ketika dipindahkan ke medium agak
padat, Pada bakteri yang memiliki flagela ada yang pergerakannya hanya satu
arah (berputar dalam satu arah) gerakan yang dihasilkannya biasanya tergolong
cepat, berputar-putar dan berubah arah, dan ada yang bergerak berputar-putar
menuju ke segala arah. proteus bentuk batang mengalami morfogenesis
menjadi sel berkerumun (swarming) dan berkumpul diatas medium agar. Tipe
pertumbuhan proteus batang pada medium agar merupakan fenomena
perkerumunan.

b) Perlekatan Bakteri
1) Fimbria
Perlekatan bakteri terhadap permukaan epitel menjadi satu hal yang
terpenting sebagai factor virulensi. Proses ini memainkan peranan penting
sebagai proses awal infeksi saluran urin. Kemampuan melekatnya suatu bakteri
seringkali dihubungkan dengan adanya fimbria pada sel bakteri. Penelitian
secara in vitro memperlihatkan bahwa fimbria mempertinggi perlekatan sel
bakteri terhadap sel uroepitel tetapi menyebabkan patogen lebih rentan
terhadap fagositosis. Bakteri dengan lebih banyak fimbria lebih mudah dicerna
oleh sel polimorfonuclea selapis dibandingkan dengan jumlah fimbria sedikit.

Berdasarkan penelitian ultrastruktur pada Proteus mempunyai dua tipe fimbria,


yaitu :
1. Fimbria tebal dengan diameter filament mendekati 7 nm yang disebut
fimbria tipe IV “mannose resitent / Proteus-like fimbriae (MR/P)”
2. Fimbria tipis dengan diameter filament mendekati 4 nm yang disebut fimbria
tipe III “mannose resistant/Klebsiella-like fimbriae (MR/K) “. Fimbria ini
dihubungkan dengan kemampuannya untuk hemaglutinasi eritrosit

2) Adhesin
Harti, Agnes Sri. 2015 menyatakan bahwa bakteri melakukan sejumlah
mekanisme, sehingga mereka dapat menempel atau menembus jaringan inang.
Bakteri melekat hanya kepada permukaan yang komplemen, dan perlekatan

56
melibatkan suatu interaksi diantara struktur pada permukaan bakteri yang
disebut adhesin dan reseptor pada substrat. Biasanya, “ligan” ganda pada
permukaan bakteri patogen tersedia untuk meningkatkan kekuatan dan
spesifitas perlekatan ketika “ligan” tersebut digunakan bersama-sama. Dengan
target struktur yang mengandung matriks glikoprotein. Glikoprotein membrane
integral atau glokolipid adhesin merupakan protein yang digunakan dalam
interaksi protein-protein atau protein-karbohidrat. Umumnya, adhesin
merupakan karbohidrat yang digunakan yang digunakan dalam karbohidrat
yang sama, sebagaimana yang terjadi dalam sejumlah interaksi eukariot.
Adhesin secara normal dilihat pada permukaan luar sel berupa embelan
seperti fimbria. Bakteri dan sebagian besar substrat biologi dianggap sebagai
muatan negative. Penyusunan adhesin tersebut pada jarak tertentu dari sel
bakteri membantu mengatasi serangan yang menolaknya dan memungkinkan
kontak dengan reseptor pada permukaan substrat pada jarak tertentu dari
bakteri. Adanya suatu reseptor yang komplemen pada substrat tidak selalu
sama dengan kemampuan suatu bakteri untuk kolonisasi pada jaringan
tersebut.
Beberapa adhesin yang dimiliki oleh bakteri pathogen antara lain :
a. Adhesion sel uroepitel/”Uroepithelial Cell Adhesin” (UCA)
Merupakan suatu protein yang diisolasi dari isolat
uropatogenik Pseudomonas mirabilis HU 1069. Adhesin yang ditemukan
berpengaruh untuk penyerangan bakteri terhadap sel uroepitel
b. Adhesion FHA (“Filamentaous Hemaglutinin Adhesin.)
FHA Bordetella pertussis merupakan protein sekretori 220-kDa yang
mengandung beberapa epitope dan dapat mengenali reseptor pada
permukaan sel inang. Reseptor tersebut termasuk suatu domain
pengikat heparin ujung-N yang mengikat polisakarida mengandung
sulfat, dan dilibatkan dalam hemaglutinasi, suatu domain lektin ujung-N
yang mengikat asam sialat dan dilibatkan dalam hemaglutinasi, dll
(Kusnadi, 2003).

c) Resistensi Bakteri Terhadap Komplemen


Komplemen adalah campuran zat protein yang terdapat dalam plasma atau
serum semua binatang dan manusia. System komplemen pertama kali dikenal
lebih dari 100 juta tahun yang lalu karena kemampuannya untuk menghambat

57
bakteri Gram-negatif. System ini memainkan peran penting dalam respon inang
terhadap invasi dan infeksi. Aktivitas komplemen memiliki rentang aktifitas
biologi yang luas termasuk “opsonisasi”, Garna, Herry. 2001 menyatakan
bahwa pembunuhan langsung beberapa strain bakteri Gram-negatif, netralisasi
virus berkapsul, pembuangan kompleks imun yang berbahaya, serta induksi
dan modulasi respon peradangan. Pentingnya system komplemen sebagai
komponen pertahanan menyeluruh dan luasnya distribusi system ini
menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan kurang
sempurnanya komponen komplemen tertentu secara individu.
Meskipun bakteri Gram-negatif dapat berperan sebagai activator efisien
dari “cascade” komplemen secara langsung atau sebagai akibat dari pengikatan
antibody pengaktif-komplemen terhadap permukaan sel, peptidoglikan berperan
sebagai suatu barrier untuk penempelan dengan proses aktifitas terakhir “late-
acting”, komponen komplemen penggangu membrane. Sebagai akibatnya,
aktivasi komplemen pada permukaan bakteri Gram-negatif disertakan bukan
untuk membunuh secara langsung tapi untuk “oposonisasi”. Opsonisasi
merupakan suatu proses di mana zat-zat asing dikelilingi dan dilekatkan pada
imunoglobulin dan komplemen, dengan efek memperkuat dan memperlancar
fagositosisnya oleh makrofag. Khadizah N, Siti. 2017 mengatakan sebaliknya,
sejumlah besar bakteri gram-negatif rentan terhadap pembunuhan yang
diperantarai komplemen, dan terpaparnya sel tersebut terhadap sumber
komplemen, seperti plasma atau serum, menimbulkan suatu reduksi yang
efisien dan cepat dalam kelangsungan hidup. Pembunuhan kadang-kadang
disertai oleh lisis bakteri target karena terdapatnya enzim lisozim penghancur
peptidoglikan, tetapi dapat didahului kematian sel pada kecepatan hampir
maksimal dalam keadaan tidak adanya enzim tersebut. Aktifasi yang sesuai
pada jalur komplemen klasik atau alternative menimbulkan kerusakan populasi
bakteri.
Mikroorganisme memiliki sejumlah strategi untuk mengelak dari
penempelan komplemen. Mekanisme tersebut termasuk kegagalan untuk
mengaktifkan atau mengikat komponen komplemen, mendegradasi protein
permukaan, dan mekanisme untuk melawan perakitan lesi C5b-9 fungsional
pada permukaan sel. Bakteri Gram-negatif secara pasti mendapat keuntungan
dari suatu rentang mekanisme resistensi dan sangat mengandalkan pada tanda
dari struktur permukaan sel yang mampu mengatur ekspresi dan pengikatan

58
komplemen. Umumnya strain bakteri Gram-negatif yang kasar penghasil
polisakarida tanpa rantai samping O-spesifik, sangat rentan terhadap
pembunuhan yang diperantarai – C5b-9, sedangkan strain yang halus yang
mensintesis liposakarida lengkap seringkali resisten komplemen. Polisakarida
kapsul dan protein membran luar dalam keadaan tertentu meningkatkan
resistensi terhadap komplemen. (Kusnadi, 2003).
Bakteri gram – positif umumnya tidak rentan terhadap pembunuhan
langsung oleh kompleks komplemen C5b-9. Lapisan peptidoglikan merupakan
lapisan paling besar pada bakteri Gram-positif. Lapisan tebal ini berperan
sebagai barrier impermeabel terhadap komponen jalur penempelan membran
dan melindungi membran sitoplasma. Bagaimanapun, sistem komplemen
memainkan peran yang kritis dalam mengendalikan infeksi Gram-positif karena
kemampuannya untuk “opsonisasi” bakteri dan merupakan suatu isyarat untuk
penghancuran oleh fagosit (Kusnadi, 2003).
Bila antigen masuk ke dalam tubuh, maka dapat terjadi dua macam reaksi
kekebalan yang berlaian yaitu :
a. Kekebalan humoral
Disini terdapat sintesa dan masuknya antibodi ke dalam darah dan
cairan badan lainnya ( antibodi humoral). Antibodi ini akan mengikat
dan menetralisisr antigen, misalnya toksin kuman atau dapat
membungkus kuman untuk persiapan fagositosis.
b. Kekebalan seluler
Terjadi pembentukan sel limposit yang terangsang (sensitized) yang
kemudian dapat menimbulkan kekebalan seluler.

Faktor- faktor Virulensi Bakteri


Dukungan secara fisik atau atribut dari patogen yang memungkinkan
patogen tersebut untuk lolos dari berbagai mekanisme pertahanan host dan
menyebabkan penyakit disebut faktor-faktor virulensi. Faktor-faktor virulensi
merupakan karakteristik fenotipik yang ditentukan oleh genotipe suatu
organisme. Memungkinkan suatu mikroorganisme untuk mempertahankan diri
di dalam sel inangnya dan meningkatkan potensinya untuk menyebabkan
penyakit. Larasati, dkk (985: 2020). Toksin merupakan faktor virulensi yang
nyata, akan tetapi faktor virulensi lainnya tidak begitu nampak.

59
a) Perlekatan Bakteri
Untuk menyebabkan suatu penyakit, patogen harus dapat
menjangkarkan diri dan melekat pada sel-sel host setelah mereka dapat
menemukan akses terhadap tubuh. Kata reseptor dan integrin digunakan untuk
mendeskripsikan molekul pada permukaan selhost di mana patogen tertentu
dapat mengenali dan melekat pada titik tertentu. Kadang, reseptor ini berupa
molekul-molekul glikoprotein. Suatu patogen tertentu hanya dapat melekat pada
sel di reseptor yang tepat. Jadi, beberapa jenis virus dapat menyebabkan
infeksi saluran pernafasan karena memiliki kemampuan untuk mengenali dan
melekat pada reseptor tertentu yang nampak pada sel.
Streptococcus pyogenes memiliki adhesin (yang disebut reseptor F)
pada permukaannya yang memungkinkan patogen ber-adhesi dengan protein -
fibronektin - yang ditemukan pada sebagian besar permukaan sel host. Istilah
adhesin dan ligan secara umum digunakan untuk mendeskripsikan molekul-
molekul pada permukaan patogen yang memiliki kemampuan untuk mengenali
dan berikatan dengan reseptor tertentu.Bakteri juga mempunyai molekul
permukaan khusus yang berinteraksi dengan sel inang. Banyak bakteri
mempunyai pili, organ mirip rambut yang menjulur dari permukaan sel bakteri
dan membantu memperantarai perlekatan sel bakteri pada permukaan sel
inang. Pili (fimbriae) dipertimbangkan sebagai faktor virulensi bakteri karena
kemampuannya untuk memungkinkan bakteri melekat lebih kuat pada
permukaan sel inang.

b) Toksin Bakteri
Toksin yang diproduksi oleh bakteri biasanya digolongkan ke dalam dua
kelompok, eksotoksin dan endotoksin. Eksotoksin adalah protein yang bersifat
toksik yang disekresikan oleh patogen; yang dinamai berdasarkan organ yang
menjadi target sasaran. Eksotoksin yang paling potensial yaitu neurotoksin yang
mempengaruhi sistem syaraf pusat.
Banyak bakteri gram-positif dan gram-negatif menghasilkan eksotoksin
yang penting dalam bidang kedokteran, misalnya toksin C. tetani pada Perang
Dunia II. Vaksin telah dikembangkan untuk beberapa penyakit yang
berperantara-eksotoksin dan tetap penting dalam pencegahan penyakit. Vaksin
yang disebut toksoid ini dibuatdari eksotoksin yang dimodifikasi sehingga tidak
lagi bersifat toksik. Banyak eksotoksin terdiri atas subunit A dan B; subunit B

60
umumnya memperantarai perlekatan kompleks toksin pada sel inang dan
membantu masuknya eksotoksin ke dalam sel inang. Subunit A memimbulkan
aktivitas toksik.
Tipe eksotoksin yang lain disebut enterotoksin , merupakan toksin yang
mempengaruhi sistem traktus gastrointestinal , yang kadang menyebabkan
diare dan muntah. Contoh bakteri yang memproduksi enterotoksin yaitu Bacillus
cereus, beberapa tipe E. coli, Clostridium difficile, Clostridium perfringens,
Salmonella spp, Shigella, Vibrio cholera, dan beberapa jenis Staphylococcus
aureus. Sebagai tambahan saat melepaskan enteroktoksin, C. difficile juga
memproduksi sitotoksin yang akan merusak lapisan usus besar (colon), yang
menyebabkan terjadinya colitis pseudomembraneous.
c) Enzim
Salah satu faktor virulensi lainnya yaitu enzim yang dihasilkan oleh
bakteri, yang pada dasarnya tidak toksik tetapi berperan penting dalam proses
infeksi. Enzim yang dimaksud antara lain enzim pendegradasi jaringan,
contohnya lesitinase yang dihasilkan oleh C.perfringens, koagulase yang
dihasilkan yang dihasilkan oleh S.aureus, hialuronidase yang dihasilkan oleh
Streptococcus, dan streptokinase (fibrinolisin); enzim jenis kedua yaitu protease
IgA1, yang memungkinkan patogen untuk menonaktifkan antibodi primer yang
terdapat pada permukaan mukosa sehingga perlindungan inang oleh antibodi
lenyap.
d) Faktor Antifagosit
Banyak bakteri patogen mati dengan cepat setelah dimakan oleh sel
polimorfonuklear atau makrofag. Beberapa patogen menghindari fagositosis
atau mekanisme mikrobisidal leukosit dengan mengadsorbsi komponen inang
yang normal pada permukaannya. Beberapa bakteri (misalnya
Capnocythophaga dan Bordetella) menghasilkan faktor-faktor yang dapat larut
atau toksin yang dapat menghambat kemotaksis oleh leukosit sehingga
terhindar dari fagositosis.

Faktor Virulensi Yang Merusak Inang


Faktor virulensi adalah suatu produk hasil pembentukan regulasi gen
yang memungkinkan suatu mikroorganisme untuk mempertahankan diri di
dalam sel inangnya dan meningkatkan potensinya untuk menyebabkan

61
penyakit . Komponen seluler yang berpengaruh terhadap virulensi yang
merusak inang menurut Kusnadi (2003), antara lain sebagai berikut.

1. Asam Teikoat
Suatu penentu antigen utama semua strain Staphylococcus aureus
adalah asam teikoat ribitol grup-spesifik dinding sel. Penentu serologi
polisakarida tersebut adalah N-asetilglukosamin. Dinding sel, asam teikoat
berhubungan dengan peptidoglikan pada suatu tempat yang taklarut dan
membutuhkan enzim litik untuk pelepasannya. Asam teikoat ribitol tidak
ditemukan pada S. epidermidis (yang mengandung asam teikoat gliserol).
Sebagian besar orang dewasa mempunyai reaksi hipersensitif kutanea dengan
perantara asam teikoat, dan ditemukan presipitasi tingkat rendah dalam
serumnya. Kenaikan tingkat antibodi asam teikoat yang disebabkan penyakit
Staphylococcus saat ini, seperti endokarditis atau bakterimiakarena
keterlambatan pengobatan antibiotik.

Asam teikoat ekstraseluler mampu merespon penyelenggaraan yang


cepat dari komponen komplemen pereaksi-awal sampai ke komplemen C5
dalam serum manusia. Aktivasi komplemen terjadi sebagai konsekuensi
penyusunan kompleks imun di antara antigen dan antibodi IgG spesifik
manusia. Dengan induksi abortif, reaksi penyelenggaraan-komplemen, asam
teikoat melindungi Staphylococcus dari opsonisasi komplemen-dependent.

2. Asam Lipoteikoat (LTA)


Untuk suatu mikroorganisme yang menginfeksi inang, harus mampu
melekat pada suatu tempat dari permukaan sel sebagai gerbang masuk.
Bakteri patogen Streptococcus pyogenes memperlihatkan perlekatan kepada
sel epitel yang diperantarai asam lipoteikoat yang terdapat pada dinding sel
Streptococcus grup A. LTA merupakan suatu molekul amfipatik dan amfoterik.
LTA sangat toksik untuk berbagai sel inang dan memiliki kernampuan aktivitas
biologi berspektrum luas. LTA dapat diidentifikasi sebagai "ligan" kolonisasi
Streptococcus yang membentuk kompleks jaringan-kerja dengan protein
membran dan berikatan melalui gugus lipid kepada fibronektin sel epitel.

3. Kapsul Polisakarida
Pnemuococcus merupakan salah satu contoh utama suatu
bakteripatogen ekstraseluler, yang merusak jaringan inang hanya selama
berada di luar sel fagosit. mekanisme perlindungan terhadap fagositosis pada

62
bakteri ini karena adanya kapsul yang berfungsi sebagai antifagosit. Beberapa
aspek patogenesis dari infeksi Pneumococcus dapat menyebabkan sakit.
Kapsul polisakarida berada dalam keadaan larut dalam cairan tubuh yang
terinfeksi. Relatif tidak beracun, tetapi pada tahap tinggi dalam serum atau urin
dapat dihubungkan dengan beberapa infeksi yang diikuti oleh bakteremia, dan
suatu kecepatan kematian tinggi. Jumlah polisakarida bebas yang berlebihan
dapat menetralkan antibodi antikapsul, membuat antibodi tidak dapat
memasuki patogen. Sudah lama dipercaya bahwa strain Proteus tidak
menghasilkan tipe antigen kapsul, yang merupakan sifat dari beberapa bakteri
Gram-negatif. Contoh: Klebsiella Spp. atau strain E. coli khusus.Struktur
kapsul, juga bahan lendir atau glikokaliks (polimer sangat terhidrasi yang
terdapat pada permukaan sel bakteri) menjadi faktor patogen yang potensial
dari strain Proteus.

Kapsul polisakarida yang spesifik untuk spesies Streptococcuspyogenes.


terdiri dari suatu polimer bercabang L-ramnosa dan N-asetil-D-glukosamin
dengan rasio 2:1. rantai terakhir mcrupakan penentu antigenik. Polisakarida
diikat oleh fosfat yang memiliki jembatan ke peptidoglikan, yang terdiri dan N-
asetil-D-glukosamin, asam Nasetil-D-muramat, asam D-glutamat, L-lisin, dan
D-(L.-) alanin.

4. Protein A
Protein A merupakan suatu antigen khusus kelompok-spesifik
Staphyalococus aureus. Sekitar 90% protein A ditemukan pada dinding
selberikatan kovalen dengan peptidoglikan. Selama pertumbuhan sel. Protein A
juga dilepaskan ke dalam medium biakan, yang terdiri dari sepertiga dari total
protein A yang dihasilkan oleh bakteri tersebut.
Protein A terdiri dari suatu rantai polipeptida tunggal dengan berat
molekul 42 kDa. Empat residu tirosin memenuhi bagian permukaan yang
melakukan respon untuk aktivitas biologi. Keunikan protein A dipusatkan pada
kcmampuannya untuk berinteraksi dengan IgG normal dari sebagian besar
spesies mammalia. Suatu spesies interaksi tersebut dapat memotong subgrup
IeG tcrtentu. Tidak seperti reaksi antigen-antibodi, ikatan tidak mclibatkan
fragmen Fab tetapi bagian Fc dari immunoglobulin. Protein A terdiri dari lima
daerah: empat domain sangat homolog yang mengikat Fc, dan yang ke lima,
domain C-terminal yang berikatan pada dinding set dan tidak mengikat Fc.

63
Protein A menyebabkan sejumlah efek biologi, berupa kemotaktik,
antikomplemcn, antifagosit, mcningkatkan reaksi hipersensitivitas dan merusak
keping darah. Protein A merupakan mitogenik dan mampu mengaktifkan sel
natural killer (NK) manusia. meskipun terdapat hubungan di antara protein A
dengan reaksi koagulase, tetapi tidak ada hubungan antara ada tidaknya
protein A dan beberapa komponen patogenik.

6. Enzim
Beberapa enzim intraseluler dan ekstrasseluler pada mikroorganisme
patogen yang digunakan untuk menginfeksi sel inang. Jenis-jenis enzim yang
terdapat pada bakteri pathogen adalah Protease, Neuraminidase,kolagenase,
hialuronidase, gelatinase, aminopeptidase, pospolifase, Urease, Lipase, Enzim
Ekstraseluler seperti Hialuronidase, Lechitinase, dan Collagenase dan
posfatase basa dan asam

7. Toksin
Beberapa mikroorganisme menghasilkan bahan beracun yang dikenal
sebagaitoksin.Kemampuan suatu mikroorganisme untuk menghasilkan
suatu toksin sebagai bahan yang memiliki efek merusak pada sel dan
jaringaninang,danpotensi toksin merupakan factor
pentingdalamkemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan penyakit.
Toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat berupa eksotoxin yaitu
toksin yang dikeluarkan ke sekeliling medium atau endotoksin, toksin yang
berada dalam sel sebagai bagian dari sel, yang membedakan toksin dengan
toksik yaitu jika toksik menyatakan sifat atau efek dari toksin, dan berbisa
mengacu kepada hewan penghasil bisa.

a. Eksotoksin.
Padoli 2016 menyatakan Eksotoksin dikeluarkan dari sel
mikroorganisme ke suatu medium biakan atau ke dalam jaringan inang.
Medium yang diproses dengan tidak tepat dari sayuran dapat dicemari
Clostridium botulinum, sebagai contoh; makanan dari sayuran yang
mengandung toksin botulinum menghasilkan makanan beracun yang disebut
botulism. Makanan beracun botulism, eksotoksin yang dimakan oleh suatu
individu menyebabkan paralisis yang mempcngaruhi sistem saraf manusia,
sehingga toksin tersehut dinamakan neurotoksin. lnfeksi inang oleh bakteri,

64
tidak perlu menjadikan suatu penyakit. Sebenarnya botulism bukan penyakit
infeksi, tapi suatu toksemia yang disebabkan oleh suatu toksin bakteri yang
dikcluarkan ke inang. Corynebacterium diphtheriae tumbuh pada tenggorokan
manusia danmengeluarkan eksotoksin, kcmudian eksotoksin diserap ke dalam
pembuluh darah dan menyebabkan penyakit diphtheria. Ketika patogen
tetanus, Clostridium tetani dimasukkan ke dalam suatu luka, ia dapat tumbuh
danmembentuk eksotoksin tetanus (suatu neurotoksin). Jadi tidak seperti
botulism, tetanus dan diphtheria disebabkan oleh mikroorganisme yang
menghasilkan toksin yang mengalami penumbuhan dalam inang.
Eksotoksin merupakan protein, yang dapat dihasilkan oleh bakteri
Gram-positif dan Gram-negatif. Efeknya pada jaringan manusia biasanya
sangat spesifik. Sebagai contoh, toksin botulism dan tetanus merupakan
neurotoksin. Vibrio chulerae mengeluarkan eksotoksin yang mengurangi
retensi caitan oleh intestin, sehingga menyebabkan diatrhea. Jadi eksotoksin
biasanya mempunyai afinitas untuk suatu jaringan khusus dimana dia dapat
menyebabkan kerusakan. Eksotoksin kehilangan toxisitasnya jika dipanaskan
atau diberi perlakuan secara kimia. Fenol, formaldehid, dan berbagai asam
dapat merubah eksotoksin secara kimia sehingga kchilangan toksisitasnya
yang disebut toksoid. Toksin dan toksoid mampu menstimulasi pembentukan
antitoksin, antibodi yang menetralisir toksisitas toksin dalam tubuh inang.
Kemampuan ini penting dalam perlindungan kerentanan inang dari penyakit
yang disebabkan toksin bakteri. Antitoksin mempunyai nilai komersil yang baik.
(Padoli 2016)

b. Enterotoksin.
Enterotoksin merupakan eksotoksin yang beraksi dalam usus
halus,umurnnya menyebabkan pengeluaran cairan secara besar-besaran ke
dalam lumen usus, menimbulkan symptom diare. Enterotoksin dihasilkan oleh
bermacam bakteri termasuk organisme peracun-makanan
Staphylococcusaureus, Clostridium perfringens, dan Bacillw cereus, dan
patogen usus Vibrio cholerae, Escherichia coli, dan Salmonella enteritidis.
Padoli 2016 menyatakan enterotoksin E. coli dikode oleh plasmid.
Kemungkinan plasmid ini juga mengkode untuk sintesis antigen permukaan
spesifik yang sangat dibutuhkan untuk penyerangan enteropatogenik E. coli
kepada sel epitel internal.

65
Faktor vitulensi utama dihasilkan oleh Vibrio cholerae merupakan
enterotoksin ekstraseluler yang kuat yang berperan pada sel usus kecil.
Enterotoksin tersebut merupakan toksin yang pertama kali ditemukan
serupadan berhubungan sangat dekat toksin pada E. coli,dalam struktur dan
fungsinya. Toksin Cholera (CT), atau "choleragen", merupakan suatu molekul
protein kompleks dengan berat molekul sekitar 84.000 Da. Disusun oleh dua
subunit utama, subunit A yang melakukan rospon untuk aktivitas biologi dan
subunit B, yane melakukan respon pengikatan seluler toksin. Subunit A terdiri
dari dua polipeptida yang diikat bersama oleh suatu ikatan disulfida tunggal.
Aktifitas toksik ditcmpatkan pada A1, sedangkan A2 tersedia sebagai pengikat
subunit B. Subunit B tcrdiri dari lima peptida identik dcngan masing-masing
berat molekul 11.500 Da. Padoli 2016 menyatakan subunit B berikatan sangat
cepat dan irreversibel kepada molekul monosialogangliosid GMI dari sel usus
kecil. Subunit A selanjutnya terlepas dari subunit B dan menembus membran
seluler. Aktifasi Al terjadi dengan reduksi ikatan disulfida. At yang teraktifkan
secara enzimatik, dengan mentransfer adenosin difosfat ribosa dari nikotinamid
adenin dinukleotida (NAD) menjadi protein pengikat-GTP (guanosin trifosfat)
yang mengatur aktifitas adenylcyclase. Aksi tersebut mcnghambat mekanisme
"tumoff' GTP dari aktivitas adenilsiklase dan meningkatkan aktivitas
adenilsiklase. Peningkatan aktivitas adenilsiklase tersebut menyebabkan
peningkatan level cAMP intraseluler (cyclic AMP) yang menyebabkan
meningkatnya sekresi clcktrolit ke dalam lumen usus. Hilangnya elektrolit
layaknya peningkatan sekresi klorida tergantung-natrium dan mencegah
penyerapan Na dan CI melintasi membran oleh mekanisme kotranspor NaCI.
Pembentukan sekresi merupakan suatu cairan isotonis dcngan konsentrasi
bikarbonat dua kali dari plasma normal dan Kalium 4-8 kali plasma nonnal.
Pengeluaran cairan dapat mencapai 1 liter per jam, dan pengaruhnya dapat
dilihat pada pasien penderita.
Enterotoksin Staphylococcus dikelompokkan secara serologikmenjadi
enam grup, yaitu: A, R, C, C2, U, dan E. Terdapatnya enterotoksin grup A
sering dihubungkan dengan keracunan makanan di Amerika Serikat.
Pengendalian genetik enterotoksin Staphylococcus belum didefinisikan dengan
jelas, akan tetapi dari hasil analisis DNA kromosom strain penghasil-
enterotoksin memperlihatkan bahwa gen cnterotoksin B(ent B) merupakan
bagian dari suatu elemen dengan ciri tersendiri dan berukuran 26,8 kb. Hal ini

66
kemungkinan gen ent B merupakan suatu bagian dari bakteriofaga atau suatu
plasmid berukuran besar yang terintcegrasi. (Padoli 2016)

c. Endotoxin
Padoli 2016 menyatakan beberapa mikroorganistne, khususnya
bakteri Gram-negatif. Tidakmengeluarkan suatu toksin terlarut, tetapi
membuat suatu endotoksin yang dibebaskan ketika sel mengalami
pembelahan, lisis dan mati. Endotoksin dari bakteri Gram-negatif merupakan
komponen sttuktural membran luar dari dinding sel bakteri Gram-negatif.
Komponen ini merupakan polisakarida (lipid A). Endotoksin merupakan racun
yang efektif pada tempat terikatnya ( ketika menjadi bagian dari dinding sel
yang utuh) dan ketika dilepaskan sebagai produk litik pada pembelahan sel.
Dibandingkan dengan eksotoksin , endotoksin lebih stabil terhadap
pemanasan, tidak membentuk toksoid dan kurang toksik. Endtoksin
bertanggung jawab untuk beberapa gejala penyakit seperti demam dan “shock”

d. Hemolisin
Hemolisin merupakan enzim ekstraseiuler yang bersifat toksik. Toksin
ini merupakan bahan yang menghancurkan sel darah merah dan melepaskan
hemoglobin. Sebenarnya strain hemolitik bakteri patogen lebih virulen daripada
beberapa spesies strain nonhemolitik. Hemolisin bakteri dari beberapa spesies
yang bcrbeda dalam senyawa kimia alaminya clan cara aksinya. Padoli 2016
menyatakan beberapa hemolisin mcnghasilkan perubahan yang dapat dilihat
pada lempeng agar-darah. Pada lempeng ini, koloni bakteri hemolitik tertentu,
dikelilingi oleh suatu zona bening tanpa wama dimana sel darah merah sudah
dihancurkan secara sempurna. Peristiwan ini disebut a-hemolisis. Tipe lain dari
bakteri dapat mereduksi hemoglobin menjadi meta-hemolobin, yang
menghasilkan zona berwarna kehijauan di sekitar koloni. ini disebut (3-
hemolisis. Reaksi hemolitik seringkali digunakan dalam laboratorium klinis
untuk membantu mengindentifikasi suatu patogen sebagai contoh streptococci
group A, suatu penyebab strep tengorokan, menghasilkan (hemolisis pada
lempeng agar-darah).
Sintesis hemolisin sitotoksik terdapat di antara bakteri Gram-positif clan
Gramnegatif. Penelitian mengenai aktivitas hemolitik dimulai pada abad ke-20.
Dari hasil penelitian mengenai aktivitas hemolitik strain Proteusnrirabilis dan P.
vulgaris, ditemukan bahwa lebih dari 84 strain yang diisolasidari pasien

67
penderita UTI , mampu mendegradasi eritrosit, ditunjukkan sebagai pemberi
wama hijau pada lempeng agar darah. Tidak satupun strainini mernperlihatkan
aktivitas heniolitik ekstraseluler.
Hemolisin Proreus termasuk farnili toksin pembentuk-pori. Penelitian
tentang pembentukan pori oleh hemolisin HIyA P. vulgaris dan M. morganii dan
memperlihatkan bahwa secara serupa dengan aksi sitolisin Hly E. coli. Bakteri
tersebut membentuk ion-permeabel sementara, "chanel water-felled" yang
selektif terhadap kation pada pH netral. Diameter minimal saluran ini
diperkirakan sampai 1 nm. Terutama pada hemolysin H1yA dari tiga spesiesP.
vulgoris, M. morganii dan E. coli., oligomer terhadap bentuk pori pada bilayer
lipid membran.

e. Toksin Tetanus
Semua gejala pada tetanus menandakan secara ekstrim neurotoksin.
tetanospasmin toksin, merupakan suatu toksin intraseluler yang dilepaskan
melalui autolisis seluler. Struktur gen untuk toksin tersebut ditempatkan pada
suatu plasmid 75 kb. Toksin Clostridium tetani tersebut merupakan protein
yang tidak tahan-panas yang dapat dinonaktifkan dengan pemanasan pada

suhu 6O°C selama 20 menit. Struktur primer dari molekul toksin sudah
ditentukan dan terlihat nyata homolog dengan beberapa toksin
Clostridiumbotufinum. Toksin yang disintesis oleh C. tetani sebagai rantai
polipeptidayang terdiri dari tiga domain: A, B, dan C, masing-masing memiliki
berat molekul sekitar 50 kDa. Pada pelepasan dari bakteri, toksin dipecah oleh
protease untuk mendapatkan dua subunit: suatu rantai ringan, ditandai A, dan
suatu rantai berat, Guli,Musjaya M. 2016 menyatakan ditandai BC yang diikat
oleh suatu ikatan disulfida tunggal. Pemisahan, rantai berat dan rantai ringan
adalah tidak toksik, jadi sesuai dengan pola aktivitas umum dari toksin dua
rantai AB. Dengan analogi terhadap toksin tersebut, dianggap bahwa toksin
tetanus diambil melalui endositosis diperantarai-reseptor clan pH rendah dalam
endosom menyebabkan toksin menyisip ke dalam dua lapis lipid dan melintasi
membran untuk bereaksi dengan sitosol.Toksisitas toksin tetanus secara utuh
dihubungkan dengan rantai ringan A. Pemurnian fragmen B dari rantai berat
membentuk saluran pada membran lipid, sedangkan daerah pengikat-
gangliosida ditempatkan pada domain fragmen C. Meskipun gangliosida terlihat
sangat kuat berikatan dengan toksin tetanus, terdapat beberapapertanyaan
apakah gangliosida benar-benar mewakili reseptor jaringan. Dan beberapa

68
penelitian diperkirakan bahwa toksin tetanus dapat berikatan kepada dan
menggunakan sistem reseptor-uptake yang secara normal digunakan oleh
hormon penstimulasi-tiroid. Toksin tetanus berikatan kepada reseptor membran
dari sel tiroid dengan sifat yang serupa seperti terhadap pengikat tirotropin.
Toksin tetanus merupakan salah satu dari sebagian besar senyawa beracun,
toxisitasnya hanya dapat dibandingkan dengan toksin botulinum dan toksin
disentri Shigella.

f. Verotoxin ("Shigalike Toksin")


E. coli menghasilkan paling sedikit dua sitotoksin 'human-derived'
dansatu “ „porcine-derived', yang disebut verotoksin, karena efek sitotoksik
irreversibel toksin tersebut pada kultur sel Vero, suatu galur sel yang
dikembangkan dari sel ginjal monyet hijau Afiika. Verotoksin E. coli (VETC)
dihubungkan dengan tiga sindrom manusia yaitu diare, kolitis hemoragik, dan
sindrotn uremik hemolitik (HUS). Karena kesamaan verotoksin terhadap shiga
toxin, maka toksin tersebut juga disebut "shigalike toxin" (SLT). Dalam hal ini
SLT-1 dapat dipertukarkan dengan VTI, dan VT2 disebut SLT-ll oleh peneliti
lain. VTI dan VT2 menghambat sintesis protein pada sel eukariot sama seperti
"shiga toksin", tetapi berbeda dalam reaktifitas immunologik dan aktivitas
biologinya dalam hewan dan model kultur jaringan.

VTl hampir identik dengan shiga toksin, dalam struktur dan aksinya,
tetapi berbeda berat molekulnya, dan dua toksin tersebut berbeda aktivitasnya
dalam hewan percobaan. VT2 memiliki komponen biologik yang serupa dengan
VT1 tetapi tidak temetralisasi oleh antobodi shiga toksin. Dua verotoksin
tersebut terbagi menjadi 58% homologi dalam urutan nukleotida pada gen
pengkode gennya dan 56 % homologi dalam komposisi asam aminonya. VT2
berbeda dari VTI dalam pencmpatan dan pola pemotongan DNAnya. Tingkat
produksi toksin penting dalam perkembangan penyakit. VTEC tingkat tinggi
menghasilkan sejumlah besar toksin dalam cairan supernatan kultur dan
bcrikatan dengan kolitis hemoragik, diare, dan HUS. Rendahnya VTEC
penghasil-tingkat rendah tidak mudah dideteksi jumlah toksin dalam cairan
supernatan dan tidak tcrlihat hubungannya denganproduksi penyakit. VTEC
diinfeksi dengan satu atau bakteriofaga yang mengkode produksi VTI atau VT2
atau keduanya. Meskipun sejumlah strain E.coli sudah terinfeksi dengan

69
bakteriofaga tersebut selanjutnyamenghasilkan verotoksin, kebanyakan isolat
VTEC dalam wabah di Amerika Serikat dan Kanada tetap ditandai menjadi
serotipe OI57:H7. g. Endotoxin-Lipid A Lipopolisakarda (LPS)Dilihat dari
aktivitas biologi, LPS merupakan endotoksin, yang diketahui merupakan faktor
patogenik bakteri Gram-negatif, yang menyebabkan efek fisiopatologi spektrum
luas seperti demam, hipotensi, koagulasi intravaskuler yang tersebar luas, dan
mengawali reaksi imflamasi atau syok endotoksis. Endotoksin dapat dilepaskan
dari permukaan sel bakteri selama mengalami perbanyakan, lisis dan mati.
LPS bebas merupakan molekul bioaktif dan dapat melewati pusat (komponen
lipid A) pada berbagai tipc sel, yang terpenting adalah makrofaga dan monosit.
Mekanisme aktivitas biologi LPS, sudah diketahui. LPS berikatan dengan
protein pengikat-LPS pada darah; kompleks ini selanjutnya mengaktifikan
reseptor CD 14 pada makrofaga. LPS meningkatkan aktivitas sel makrofag
untuk menghasilkan lipid aktif ( prostaglandin, thromboxan A2), radikal bebas

oksigen (O2', H2O2, dan NO), dan perantara peptida (TNF-alfa, IL-1, IL.-6, IL.-
8, dan IL.-10). Perantara ini bekerja secara terpisah atau bersama-sama, dan
tergantung dari tingkat makroorganisme, mereka mendatangkan manfaat atau
efek kerusakan (shock sindrom). Dengan kata lain LPS sebagai antigen
pcrmukaan bakteri yang dikenali oleb antibodi spesifik yang dihasilkan oleh
sistem pertahanan inang. LPS dari bakteri patogen bentuk sel memberi
kontribusi terhadap kekebalan serangan kerja zat pembunuh bakteri dalam
serum dan pembunuhan intraseluler oleh fagosit.
Lipopolisakatida (LPS) atau endotoksin dinding sel Borderellapertussis
adalah tahan panas dan pada dasamya serupa dengan endotoksin
Enterobacteriaccae, kecuali berbeda dalam struktur makromolekul danaktivitas
pirogenik yang lebih rendah. LPS tersebut terdiri dari dua ppolisakarida yang
berbeda, masing-masing diakhiri oleh suatu molekul asam 3-deoksi-2-
oktulosonik. Terdapat dua fragmen lipid yang berbeda, lipid A dan lipid X, dan
mengandung glukosamin, asam lemak, fosfat teresterifikasi dalam ukuran yang
sama. Lipid X, merupakan lipid minor, memiliki 2-metil, 3hidroxidekanoat, dan
asam tetradekanoik, yang tidak terdapat dalam lipid A. Lipid X terlihat mampu
melakukan respon toxisitas akut dari endotoxin tcrsebut. LPS tidak
menginduksi penyusunan antibodi dengan aktifitas protektif.
Proteus merupakan suatu genus bersifat heterogen antigen
karenaperbedaan struktur dari rantai polisakarida O-spesifik dari LPS (antigen

70
O), juga antigen H. Skema pengelompokkan secara serologi dari Kauffman dan
Perch memasukkan 49 perbedaan serogroup 0. P. mirabilis dan P. vulgaris dan
19 pcrbctiaan serogroup antigcn H. Tcrdapatnya gambaran struktural dari
antigen 0 Proteus merupakan adanya asam uronik kadang-kadang diganti oleh
asam amino. Di samping tipe unsur utama gula yang tersebar luas di alam,
seperti heksosa, heksoamin, dan asam uronik, juga mengandung gula 6-
deoksiamino seperti L-fukosamin., L-quinovosamin, D-quinovoso3 amin, dan D-
fukoso-3-amin. Dari perbedaan unsur pokok non-gula, asam amino (Ldan D-
alanin, L-serin, L-theoronin, dan L-lysin) yang menempel pada group karboksil
pada asam uronik, Pada antigen 0 Proteus, komponen asam tak umum lain
seperti cther asam laktat-(S) dan (R)- dan (R)-hidroksibutiril, piruvat, dan
kelompok fosfat juga ditemukan.

D. Enzim Mikroorganisme Patogen

Enzim adalah biomolekul berupa protein yangberfungsi sebagai katalis


(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam
suatu reaksi kimia organik.Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat
perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang
akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter.
Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan
cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan
oleh hormon sebagai promoter.

71
Gambar 11. Fenilalanina hidroksilase.
Sumber:PDB 1KW0

Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk


menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang
membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia
terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan
waktu lebih lama.Enzim sangatlah spesifik. Pada tahun 1894, Emil
Fischer mengajukan bahwa hal ini dikarenakan baik enzim dan substrat
memiliki bentuk geometri yang saling memenuhi. Hal ini sering dirujuk sebagai
model "Kunci dan Gembok". Manakala model ini menjelaskan kespesifikan
enzim, ia gagal dalam menjelaskan stabilisasi keadaan transisi yang dicapai
oleh enzim. Model ini telah dibuktikan tidak akurat, dan model ketepatan
induksilah yang sekarang paling banyak diterima.
Model ketepatan induksi

Gambar 12. Diagram yang menggambarkan hipotesis ketepatan induksi.

Pada tahun 1958, Daniel Koshland mengajukan modifikasi model kunci


dan gembok: oleh karena enzim memiliki struktur yang fleksibel, tapak aktif
secara terus menerus berubah bentuknya sesuai dengan interaksi antara enzim
dan substrat.[23] Akibatnya, substrat tidak berikatan dengan tapak aktif yang
kaku. Orientasi rantai samping asam amino berubah sesuai dengan substrat
dan mengijinkan enzim untuk menjalankan fungsi katalitiknya. Pada beberapa
kasus, misalnya glikosidase, molekul substrat juga berubah sedikit ketika ia
memasuki tapak aktif. Tapak aktif akan terus berubah bentuknya sampai
substrat terikat secara sepenuhnya, yang mana bentuk akhir dan muatan enzim
ditentukan

Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuaannya :

72
a. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang
mana keadaan transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk
substrat menjadi konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan
enzim.)
b. Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat
dengan menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang
berlawanan dengan keadaan transisi.
c. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan
substrat sementara waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat
antara.
d. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat
bersama pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek
entropi ini melibatkan destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya
terhadap katalis relatif kecil.

Sifat - sifat enzim


Enzim yakni dapat disebut tidak mengubah produk akhir yang dibentuk
serta mempengaruhi keseimbangan reaksi, akan meningkatkan laju suatu
reaksi.Enzim memiliki sifat-sifat yang khas yaitu:
1. Enzim merupakan biokatalisator yang mempercepat jalannya reaksi tanpa
ikutbereaksi
2. Thermolabil, Mudah rusak bila dipanskan lebih dari 60 C
3. Merupakan senyawa protein, shingga sifat protein masih melekat pada
enzim
4. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sbg biokatalisator , reaksinya menjadi
sangat cepat dan berulang ulang
5. Bekerja didalam sel (endoenzim) dan diluar sel (ektoenzim)
6. Umumnya enzim bekerja mengkatalis reaksi satu arah, meskipun ada yang
mengkatalis reaksi dua arah
7. Bekerjanya spesifik, karena sisi aktif enzim setangkup dengan permukaan
subtrat tertentu
8. Umumnya enzim tidak dapat bekerja tampa adanya suatu zat non
proteintambahan yang disebut kofaktor.

Komponen penyusunan enzim

73
Sebagian besar enzim, terdiri atas dua komponen penyusun, yakni protein
(apoenzim) yang sifatnya fungsional dan non-protein (gugus prostetik).
Apoenzim adalah komponen paling dominan dalam struktur enzim. Selain itu,
apoenzim ini bersifat labil karena mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu dan
pH, serta tidak tahan panas. Adapun gugus prostetik terdiri dari ion anorganik
dan ion organik kompleks. Ion anorganik dalam gugus prostetik disebut sebagai
kofaktor. Fungsi kofaktor ialah katalis yang mampu meningkatkan kerja enzim.
Sedangkan ion organik dalam gugus prostetik disebut koenzim, yang berfungsi
untuk memindahkan zat kimia dari satu enzim ke enzim lain.

Contoh enzim pada bakteri yaitu :


1. Protease
Jufri S, Oksfriani. 2019 menyatakan protease merupakan enzim yang
dikeluarkan oleh bakteri patogen untuk memecah antibody imunoglobin IgA
atau IgG (memisahkan protein pembawa/fragmen Fab dengan fragmen Fc)
sehingga fragmen Fc tidak dapat berikatan dengan antigen pada permukaan sel
bakteri. Beberapa jenis protease antara lain: Protease IgA dan IgG. IgA dalam
bentuk protein yang disekresikan (SigA), merupakan dimer IgA yang digandeng
bersama rantai J dan mengandung komponen yang disekresikan digunakan
untuk transpor molekul antibodi. SigA ini banyak terdapatt dalam sekresi
mukus. Fungsinya melindungi membran mukus dan melindungi jaringan dari
bakteri dan produknya. SigA resisten terhadap degradasi enzim proteolitik
beberapa mikroorganisme; hanya sedikit mikroorganisme yang mensintesis
enzim proteolitik ekstraseluler yang mampu mengurangi IgA.
Beberapa patogen seperti: N. gonorrhoea, N. meningitidis, H.
influenzae, dan streptococcus pneumoniae, yang berhubungan dengan penyakit
permukaan mukosa, juga beberapa patogen periodontal mampu memproduksi
enzim proteolitik. Produksi enzim ini berhubungan dengan virulensi. Protease
IgA bakteri dibedakan dari enzim proteolitik lain oleh sangat terbatasnya
spesifisitas substrat, yang dapat memotong IgA 1 pada Igs yang dihasilkan oleh
manusia, simpanse, dan gorila. Protease IgA memotong rantai kuat isotipe IgA
1 pada suatu tempat spesifik dalam suatu segmen polipeptida 13 asam amino
kaya prolin pada daerah tempatnya bergantung. Karena urutan ini tidak
terdapat dalam IgA 2, kelompok Ig ini resisten terhadap aksi protease IgA.
Proteinase Proteus merupakan metalo enzim yang serupa dalam
beberapa hal terhadap metalo proteinase Pseudomonas

74
aeruginosa dan Serratia marcescens. pH optimum aksinya adalah 8, yang tidak
mengejutkan karena situasi alkalin sekelilingnya dimana enzim bekerja secara
in-vivo. Hal ini terlihat selama infeksi, strain P.mirabilis mensintesis urease,
yang memecah urea yang berakibat menghasilkan kondisi alkalin optimal untuk
aksi protease IgA dan IgG. Jufri S, Oksfriani. 2019 mengatakan pneumococcus
menghasilkan ‘immunoglobulin-degrading extraselluler protease”. Protease ini
mengurangi sekresi IgA (S-IgA), IgA, IgG, dan IgM, ditemukan pada sejumlah
isolat dari pasien berpenyakit akut, tanpa keluhan. Dengan menghilangkan
imunoglobulin, protease memainkan peranan penting untuk mempermudah
kolonisasi pada permukaan mukosa.

2. Neuraminidase
Sejumlah mikroorganisme yang membentuk koloni pada saluran
pernapasan menghasilkan enzim glikosidik neuraminidase. Enzim ini
menyerang komponen glikoprotein dan glikolipid membran sel. Neurominidase
memotong terminal asam N-asetil neuraminik dari suatu gula yang berdekatan.
Meskipun peran khusus enzim ini dalam penyakit tidak diperlihatkan namun
kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh pada nasofaring dan dalam sekresi
lendir pada batang bronkia, membutuhkan kemampuan metabolisme khusus.
Neuraminidase hanya satu dari beberapa faktor yang mendukung serbuan
organism (Kusnadi, 2003).

3. Enzim Pedegradasi Jaringan


Banyak kuman menghasilkan enzim pendegradasi jaringan, diantaranya :
a. Letinase, C. perfringens menghasilkan enzim proteolitik kolagenase yang
mendegradasikan kolagen, protein utama pada jaringan penyambung
berserat, dan mempermudah penyebaran penyebaran infeksi dalam
jaringan.
b. S. aureus menghasilkan koagulase, yang bekerja sama dengan faktor-faktor
serum untuk mengkoagulasikan plasma. Koagulasi ikut serta dalam
pembentukan dinding fibrin di sekitar lesi stafilokokus, yang membantunya
tetap berada dalam jaringan. Koagulase juga menyebabkan pengendapan
fibrin pada permukaan Staphylococcusindividual, yang membantu
melindungi dari fagositosis atau perusakan di dalam sel fagosit.

75
c. Hialuronidase adalah enzim yang menghidrolisis asam hialuronat, unsure
dasar pada jaringan penyambung. Enzim ini dihasilkan oleh banyak bakteri
(misalnyaStaphylococcus, Streptococcus dan anaerob) dan membantu
penyebaran infeksi dalam jaringan.
d. Banyak Streptococcus hemolitik menghasilkan streptokinase (fibrinolisin),
suatu zat yang mengaktifkan enzim proteolitik plasma. Enzim yang juga
disebut fibronolisin ini, kemudian dapat melarutkan plasma yang beku dan
mungkin dapat membantu penyebaran Streptococcus melalui jaringan.
Streptokinase digunakan dalam terapi infark jantung akut untuk melarutkan
bekuan fibrin.
e. Banyak bateri menghasilkan zat-zat yang bersifat sitolisin artinya, bakteri itu
melarutkan sel darah merah (hemolisin) atau membunuh sel jaringan atau
leukosit (leukosidin). Contohnya, streptolisin O dihasilkan
oleh Streptococcus golongan A dan bersifat letal pada mencit dan
menyebabkan hemolisis sel darah merah dari banyak hewan. Streptolisin
O bersifat labil-oksigen dan karena itu dapat dioksidasi dan di nonaktifkan,
tetapi zat ini dapat diaktifkan kembali oleh zat pereduksi. Zat ini bersifat
antigenik. Streptococcus yang sama juga menghasilkan streptolisin S yang
stabil terhadap oksigen dan tidak bersifat
antigenik. Clostridium menghasilkan berbagai hemolisin, termasuk lesitinase
seperti yang diuraikan diatas. Hemolisin dihasilkan oleh sebagian besar
strain S. aureus; Staphylococcus juga menghasilkan leukosidin. Sebagian
besar gram-negatif yng diisolasikan dari tempat penyakit menghasilkan
hemolisin. Contohnya, strain E. coli yang menyebabkan infeksi saluran
kemih secara khas menghasilkan hemolisin, sedangkan strain yang
merupakan bagian flora usus normal dapat memproduksi hemolisin tetapi
dapat juga tidak.

4. Enzim Asam amino deaminase


Asam amino deaminase merupakan enzim yang memotong gugus
aminpada asam amino sehingga membentuk asam alfa keto untuk mengikat
besi (III) bebas dari lingkungan atau dari inang untuk keperluan
metabolismenya. Sudah lama diketahui bahwa sebenamya semua bakteri
membutuhkan besi terlarut sebagai suatu senyawa nutrisi penting., hal ini
sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan metabolisme, terutama untuk proses

76
reaksi reduksi dan oksidasi.. Akibat defisiensi besi maka bakteri menghasilkan
suatu agen "chelator" (pengikat besi), yang disebut siderophore, yang
diekresikan ke sekelilingnya dan berfungsi untuk mengikat besi dan
mengangkutnya ke dalam sel dengan menggunakan protein reseptor yang
sesuai dan mekanisme transpor yang cocok. Sintesis siderophore di bawah
kendali gen kromosomal atau plasmid.
Semua bentuk hubungan inang-parasit (komensal dan konvensional dan
patogen oportunistik), bakteri berkompetisi dengan inangnya dalam hal besi.
Protein eukariot seperti transferrin dan laktoferrin, dengan affinitas besi tinggi,
menyebabkan sel prokariotik kekurangan besi. Suatu produksi yang
menghasilkan siderophore dapat menentukan nasib suatu invader. Dari
gambaran tersebut, siderophore dapat dipertimbangkan sebagai satu faktor
virulensi (kentampuan invasi).

Saat ini, sudah diidentifikasi, gen yang mengkode deaminase asam


amino (51 kDa; 473 asam amino) dari suatu strain uropatogen P. mirabilis.
Ekspresinya tidak diatur oleh tersedianya besi karena urutan nukleotida asam
amino deaminase di atas tidak mengandung pengikat besi. Selanjutnya aktivitas
asam amino deaminase tidak dipengaruhi oleh pemotongan besi pada
P.mirabilis, juga pada E. coli pembawa asam amino deaminase dalam
suatuplasmid juga ditemukan bahwa aktifitas deaminase asam amino berkurang
dengan penambahan glukosa pada medium pertumbuhan bakteri, tetapi
pengaruhnya tidak tetap dengan repressi katabolit.

5. Enzim Urease
Urease mewakili produk ekskresi nitrogen utama pada manusia
danscbagian besar hewan. Urease ("urea amidohidrolase") menghidrolisis
senyawa urea dan menghasilkan amonia serata COZ, yang dapat
meningkatkan pH urin. Aktivitas urease ditemukan pada lebih dari 200 spesies
bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Enzim ini juga dimasukkan sebagai
suatu faktor yang mendukung patogenisitas beberapa bakteri termasuk
Proteus, Providencia, dan Morganella. Aktivitas urease baktcri ini digunakan
untuk membedakannya dan anggota famili Enterobacteriaceae. Aktivitas urease
pada P. mirabilis diperantarai plasmid yang berperan dalam menginduksi
aktivitas enzim.

77
Penelitian fraksinasi sel, diperlihatkan bahwa sebagian besar urease
terdapat pada bagian larutan sitoplasma P. mirabilis. Hasil yang berlawanan
diperoleh ketika menggunakan metode mikroskop elektron; diternukannya
urease P. mirabilis berhubungan dengan periplasma dan membran luar. Urease
P. mirabilis dalam bentuk aslinya merupakan suatu protein 212-280 kDa.
Peranan urease pada infeksi sudah diteliti, enzim ini menjadi suatu
faktor virulen yang berarti pada P. mirabilis. Secara in vitro pada kultur sel epitel
tubuler proksimal renal manusia bahwa efek sitotoksiknya kurang penting jika
dibandingkan dengan hemolysin HpmA. Penggunaan mutan urease-negatif
P.mirabilis yang mengandung suatu sisipan mutasi dalam ureC
memperlihatkanperan urease yang berarti pada infeksi saluran urin mencit.
Fakta yang ditemukan bahwa mutan urease-negatif mempunyai 50% dosis
infektif (ID 50) lebih besar 1000 kali dibandingkan dengan strain 'induknya.
Mutan ini hilang dari kandun: kencing, sedangkan strain urease-positif terdapat
dalam kandung kencing dan ginjal dan menyebabkan beberapa lesi ginjal yang
sangat berarti.

P. mirabilis dan P. penneri merupakan mikroorganisme utama


yangterlibat dalarn penyusunan batu dalam ginjal dan kandung kemih. Urease
besar peranannya dalam fenomena ini. Diketahui bahwa hidrolisis urea akan
meningkatkan pH, yang menghasilkan presipitasi I pengendapan komponen

urin seperti Mg2+ dan Ca2+ yang terlarut dalam pH netral atau sedikit asam
dalam urin normal. Sebagai hasil efek tersebut, dibentuk batu "struvite"

(MgNH4P04.6H20) atau "apatite carbonate" (C10[PO4]6.C03), atau keduanya.

6. Enzim Lipase
Staphylococcus menghasilkan beberapa enzim penghidrolisis lipid,
secara keseluruhan yang disebut lipase. Lipase aktif pada sejumlah substrat,
termasuk plasma, lemak, dan minyak yang berkumpul pada permukaan tubuh.
Penggunaan bahan tersebut memiliki nilai kelangsungan hidup untuk bakteri
dan menyebabkan aktivitas terbesar kolonisasi Staphylococcus terjadi dalam
daerah kelenjar sebasea (minyak). Produksi lipase penting dalam invasi ke
jaringan kutanea dan subkutanea yang sehat. Pada isolat pertama (dari
manusia), terdapat hubungan antara produksi lipase secara invitro dan
kemampuan untuk menghasilkan bisul. Penurunan virulensi Staphylococcus
dari rumah sakit diamati sclama 20-30 tahun. Penurunan tersebut diakibatkan

78
menurunnya sejumlah enzim lipase yang disebabkan adanya profaga yang
menyisip pada DNA bakteri sehingga produksi lipase dihentikan.

7. Enzim Ekstraseluler
Faktor virulensi dari beberapa mikroorganisme diketahui karena
menghasilkan enzim ekstraseluler. Meskipun bukan enzim ekstraseluler tunggal
yang membuktikan kemampuannya menjadi faktor yang bertanggung jawab
untuk virulensi, tapi tidak diragukan bahwa sebagai enzim memainkan beberapa
peran dalam proses patogenik diantaranya kemampuan bakteri patogen untuk
memasuki jaringan. Beberapa jenis enzim ekstraseluler diantaranya: I)
Hialuronidase. Enzim ini dapat membantu patogen memasuki jaringan inang
dengan menghidrolisis asam hialuronat, suatu senyawa esensial yang
membantu mengikat sel hidup bcrsama-sama. Karena itu, enzim tersebut
dihubungkan sebagai faktor pengurai. Staphylococcus aureus,
Streptococcuspyogenes, dan Clostridium perfringens menghasilkan
hyaluronidase. 2) Lechitinase merupakan suatu enzim yang menghancurkan
berbagai seljaringan, khususnya sel darah merah, dengan menghidrolisis lipid
membran. Sebagai contoh, virulensi dari Clostridium perfringens pada bagian
ini, untuk menghasilkan lechitinase. 3) Collagenase, juga dihasilkan oleh C.
perfringens, mcrusak kolagen, suatu serat jaringan pada otot, tulang, dan
kartilago. Kolagen menyediakan mekanisme saringan dimana sel jaringan hidup
berada. Tanpa kolagaen menyebabkan jaringan lebih rentan terhadap
masuknya suatu patogen.
Beberapa Staphylococcus virulen menghasilkan enzim yang disebut
koagulase. Bertindak sebagai suatu bahan dalam plasma untuk memindahkan
fibrinogen menjadi fibrin. Ini menyebabkan perpindahan fibrin ke sekitar sel
bakteri, jadi melindunginya dari aksi sel fagosit inang.

E. Manfaat Bakteri Patogen di Bidang Kesehatan


Bakteri juga dapat memberikan manfaat dibidang kesehatan. Antibiotik
merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya
hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak
digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit. Beberapa bakteri yang
menghasilkan antibiotik adalah:
1. Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin

79
2. Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline
3. Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol
4. Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin
5. Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.
Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak jenis
bakteri yang justru bersifat patogen. Pada manusia, beberapa jenis bakteri yang
sering kali menjadi agen penyebab penyakit adalah:
1. Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit
tifus,
2. Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC,
3. dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.
4. Bakteri patogen juga dapat menyerang hewan ternak, seperti Brucella
abortus yang menyebabkan brucellosispada sapi dan
5. Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.
Pernah lihat iklan minuman kesehatan, susu, atau yoghurt yang
menghubung-hubungkan pencernaan kita dengan bakteri bersahabat. Bakteri-
bakteri baik itu adalah sahabat dan pelindung perut kita.
1. Lactobacillus acidophilus dan bifidobacteria (bifidus). Sebenarnya bakteri
baik ini jumlahnya paling banyak di usus kita dibanding bakteri lainnya.
Jumlah yang berkurang, akan membuat keseimbangan tubuh terganggu.
Karena terjadi pembusukan dan penimbulan toksin di kolon. Kita pun jadi
rentan terhadap penyakit dan akan semakin sering mengalami gangguan
fisik yang diakibatkan bakteri tak bersahabat.
2. Asidofilusdan bifidus sangat penting dijaga karena dapat meningkatkan
metabolisme tubuh dan menjaga pencernaan kita agar selalu prima. Selain
itu bakteri ini menghasilkan vitamin B esensial.
Fungsi lainnya adalah kemampuannya menghambat pertumbuhan
bakteri penyebab penyakit. Manfaat bakteri bersahabat yang paling sentral
untuk tubuh manusia :
1) Memulihkan dan mengatur usus dari kerja berat. Bakteri ini sangat baik
bagi mereka yang mengalami sembelit dan sindrom iritasi usus. Bakteri
ini juga mencegah dan mengobati diare yang ditimbulkan oleh antibiotik.
2) Sebagai eliminator racun. Bakteri ini menonaktifkan senyawa toksik
seperti nitrat, yang dihasilkan mikroorganisme lain dan makanan.

80
3) Membantu pembentukan enzim laktase. Enzim ini berfungsi mencerna
susu dan produk susu yang merupakan makanan tak bersahabat bagi
perut. Banyak orang yang dapat mulai menoleransi produk susu dalam
jumlah terbatas, jika mereka menambahkan bakteri bersahabat ke
dalam diet mereka.
4) Pelindung sistem imun. Bakteri ini membantu merangsang pembentukan
antibodi yang mencegah pertumbuhan kelebihan mikroorganisme
berbahaya seperti kandida, H.pylori, E.coli, dan salmonela, yang dapat
mengambil alih usus dan menimbulkan kekacauan dalam pencernaan
kita.
5) Mencegah timbul atau kambuhnya infeksi saluran kemih dan vagina
(terutama setelah mendapat antibiotik).
6) Meningkatkan perlindungan terhadap patogen, virus, dan bakteri (flu,
masuk angin, keracunan makanan).
7) Memulihkan keseimbangan usus setelah pemberian antibiotik, obat,
kemoterapi/radiasi, pemilihan makanan yang salah.
8) Mencegah pembentukan gas akibat proses pembusukan dan peragian.
9) Mengharumkan napas. Jika kolon Anda dipenuhi bakteri tak bersahabat,
gas-gas yang dihasilkan oleh mereka dapat diserap ke dalam aliran
darah dan dibawa ke paru-paru untuk dikeluarkan. Ubahlah
keseimbangan bakteri usus Anda dan napas Anda akan menjadi lebih
segar.
10) Memperindah dan menghaluskan kulit. Kulit kita bermasalah salah
satunya juga karena manifestasi bakteri. Toksin yang terangkat ke kulit
sumber penyebab jerawat, melasma, diskolorasi kulit, dan psoriasis.
Dengan berjayanya bakteri bersahabat, kelainan-kelainan kulit ini akan
mereda.
11) Penemuan baru bahwa sifat pathogen pada mikroorganisme dapat
membantu mematikan sel tumor dan kanker.

F. Hubungan antara Mikroorganisme pathogen, infeksi bakteri dan enzim


dengan Kandungan Al-Qur’an / Nilai-Nilai Keislaman yang Relevan
Q.S. Al Baqarah ayat 164.s

81
‫إَِّن ِفي َخ ْل ِق الَّس َم اَو اِت َو اَألْر ِض َو اْخ ِتَالِف الَّلْي ِل َو الَّن َه اِر َو اْلُفْل ِك اَّلِتي‬
‫َت ْج ِر ي ِفي اْلَب ْح ِر ِبَم ا َي نَفُع الَّن اَس َو َم ا َأنَز َل ُهّللا ِمَن الَّس َم اِء ِمن َّماء َفَأْح َي ا‬
‫َّث‬
‫ِب ِه األْر َض َب ْع َد َم ْو ِتَه ا َو َب ِفيَه ا ِمن ُك ِّل َد آَّب ٍة َو َت ْص ِر يِف الِّر َي اِح‬
‫َو الَّس َح اِب اْل ُم َس ِّخ ِر َب ْي َن الَّس َم اء َو اَألْر ِض آلَي اٍت ِّلَق ْو ٍم َي ْع ِقُلوَن‬
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna
bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan
air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi
itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Surat An-Nahl 13

Artinya: dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di
bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil
pelajaran

Makna ayat tersebut Allah telah menciptakan berbagai macam makhluk


hidup di bumi ini mulai dari yang bisa dilihat dengan mata sampai yang kasat
mata. Itu merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah. Misalnya saja bakteri
pathogen yang merupakan makhluk hidup mikroskopis yang diciptakan oleh
Allah yang memberikan dampak negatif yaitu menyebabkan penyakit pada
makhluk hidup, sehingga kita bisa belajar agar dapat menerapkan pola hidup
sehat dengan selalu menjaga kebersihan agar terhindar dari mikroorganisme
yang bersifat pathogen

82
Allah menciptakan jasad-jasad renik di dunia ini sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Sebagaiman dengan firman Allah dalam (Surat Al-
Furqon Ayat 2) yang berbunyi:

Artinya :“yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya),
dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya”.

Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa sebagai manusia dianjurkan


untuk mempelajari dan selalu bersyukur atas semua yang ada di alam semesta,
selain itu segala sesuatu yang dijadikan Tuhan diberi-Nya perlengkapan-
perlengkapan dan persiapan-persiapan, sesuai dengan naluri, sifat-sifat dan
fungsinya masing-masing dalam hidup. Dia menetapkan ukuran-ukuran yang
sesuai dengan masing-masing ciptaan Nya penetapan dan ukuran serapi-
rapinya sehingga semua makhluk berpotensi melaksanakan fungsi-fungsi yang
harus diembannya dengan teratur dan sistematis.

Q.S Al-Baqarah Ayat 26

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor


nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman,

83
mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir
berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan
(perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu
banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia
sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik,

Dari ayat tersebut menjelaskan Di sini dijelaskan sesungguhnya Allah


tidak merasa segan atau malu untuk membuat perumpamaan bagi sebu-ah
kebenaran dengan seekor nyamuk atau kutu yang sangat kecil atau yang lebih
kecil dari itu. Kendati kecil, belalainya dapat menembus kulit gajah, kerbau, dan
unta, dan menggigitnya, serta menyebabkan kematian. Adapun orang-orang
yang beriman, ketika mendengar perumpamaan itu mereka tahu maksud
perumpamaan itu dan tahu bahwa perumpamaan itu adalah kebenaran dari
Tuhan yang tidak diragukan lagi. Tetapi sebaliknya, mereka yang kafir
menyikapi itu dengan sikap ingkar dan berkata, “Apa maksud Allah dengan
perumpamaan yang remeh ini?” Allah menjawab bahwa perumpamaan itu
dibuat untuk menguji siapa di antara mereka yang mukmin dan yang kafir. Oleh
karenanya, dengan perumpamaan itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat,
karena mereka tidak mencari dan menginginkan kebenaran, dan dengan
perumpamaan itu banyak pula orang yang diberi-Nya petunjuk karena mereka
memang mencari dan menginginkannya. Tetapi Allah tidak akan menzalimi
hamba-Nya, sehingga tidak ada yang Dia sesatkan dengan perumpamaan itu
selain orang-orang fasik, yang melanggar ketentuan-ketentuan agama, baik
berupa ucapan maupun perbuatan.

84
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam dunia medis, mikrobiologi merupakan penyimpangan dari keadaan
normal yang terjadi dalam struktur atau fungsi tubuh, serta timbulnya
perubahan berupa adanya gejala di dalam tubuh. Mikrobiologi kesehatan
adalah cabang ilmu mikrobiologi yang berkaitan dengan studi
mikroorganisme yang berperan dalam kesehatan manusia, baik sebagai
penyebab penyakit (patogen) maupun sebagai kunci dalam pemeliharaan
kesehatan (misalnya, bakteri baik dalam sistem pencernaan). Ini mencakup
penelitian tentang bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Mikrobiologi kesehatan berkontribusi
pada pemahaman penyakit infeksi, pengembangan vaksin, peningkatan
metode diagnosis, dan pengembangan strategi pengendalian penyakit.
2. Mikroorganisme sebagai patogen dalam bahasa yunani artinya "penyebab
penderitaan" adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada
inangnya. Maka organisme sebagai pathogen berarti suatu mikroorganisme
yang menyebabkan/membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh
inang. Mikroorganisme sebagai patogen adalah mikroba yang dapat
menyebabkan penyakit pada organisme lain, termasuk manusia, hewan,
dan tumbuhan. Ini bisa berupa bakteri, virus, jamur, atau parasit. Patogen
bisa menyebabkan penyakit dengan berbagai cara, termasuk merusak sel-
sel tubuh, menghasilkan toksin yang meracuni tubuh, atau memicu respons
imun yang merugikan. Contoh patogen termasuk bakteri penyebab infeksi
seperti Salmonella dan Staphylococcus.
3. Infeksi oleh bakteri patogen dimana bakteri patogen dapat merampas
nutrisi, kerusakan langsung, dan produksi toksin. Infeksi yang disebabkan
oleh bakteri patogen bisa bervariasi dalam gejala dan tingkat keparahan
tergantung pada jenis bakteri dan organ yang terinfeksi. Misalnya, infeksi
saluran pernapasan atas oleh bakteri seperti Streptococcus pneumoniae
yang dapat menyebabkan penyakit seperti sinusitis, faringitis, atau
pneumonia dan Infeksi saluran kemih seperti sistitis atau pielonefritis dapat

85
disebabkan oleh bakteri seperti Escherichia coli (E. coli) yang biasanya

terdapat dalam usus.

4. Jenis-jenis enzim yang terdapat didalam bakteri patogen yaitu Protease,


Neuraminidas dan enzim Pedegradasi. Jenis enzim yang digunakan untuk
berbagai tujuan, termasuk untuk memperoleh nutrisi, menghindari sistem
pertahanan tubuh inang, dan merusak jaringan inang. Enzim proteolitik yaitu
enzim-enzim seperti protease digunakan oleh bakteri untuk mencerna
protein dalam jaringan inang, membantu mereka menyebar dan
menyebabkan kerusakan. Enzim lipolitik seperti lipase digunakan untuk
memecah lemak, memungkinkan bakteri untuk mendapatkan nutrisi dari
membran sel inang.
5. Manfaat bakteri pathogen dalam bidang Kesehatan antara lain untuk
penghasil antibiotic, pelindung perut dan menghambat pertumbuhan bakteri
penyebab penyakit. Meskipun bakteri patogen dikenal karena
kemampuannya menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan,
beberapa bakteri patogen juga memiliki manfaat penting dalam bidang
kesehatan seperti Bakteri patogen seperti Salmonella typhi telah
dimanfaatkan dalam pengembangan vaksin. Contohnya adalah vaksin
terhadap demam tifoid yang menggunakan bakteri yang dilemahkan untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh inang. Contoh lain yaitu Sejumlah
antibiotik yang penting untuk pengobatan infeks akteri, seperti penisilin dan
sefalosporin, berasal dari penelitian terhadap bakteri patogen. Struktur
molekul antibiotik ini sering kali didasarkan pada molekul-molekul yang
diproduksi oleh bakteri untuk melawan patogen lainnya.
6. Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan mikrobiologi kesehatan yaitu
surat Al Baqarah ayat 164, surat An Nahl ayat 13 dan surat Al Furqon ayat
2. Islam menekankan pentingnya menjaga kesehatan tubuh sebagai
amanah dari Allah. Ayat-ayat dalam Al-Qur'an menegaskan bahwa tubuh
manusia adalah anugerah dan bahwa manusia memiliki kewajiban untuk
menjaganya. Oleh karena itu, pemahaman mengenai mikrobiologi dan
upaya untuk menjaga kesehatan merupakan bagian dari ibadah dalam
Islam.

86
DAFTAR PUSTAKA

Audric,A.tanpa tahun. Patofisiologi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).


https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/coronavirus-
disease-2019-covid-19/patofisiologi
Budiyanto, Mochammad A.K. 2011. Patogenitas Mikroorganisme.
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/10/patogen
isitas-mikroorganisme/. Diakses pada hari Senin 15 April
2019
Centers for Disease Control and Prevention. Bacterial Infections.
Retrievedfromhttps://www.cdc.gov/drugresistance/about.ht
ml
Dayan S, Mikha., Nita Sari Br. Sembiring. 2016. Penerapan Metode
Dempster Shafer Untuk Mendiagnosa Penyakit Dari Akibat Bakteri
Salmonella. CogitoSmart Journal. Vol. 2. No. 2. Desember 2016.
Fida. 2008. Faktor Virulensi Yang Merusak Inang. http://fid4-
suka2.blogspot.com/2008/06/faktor-virulensi-yang-merusak-
inang.html. Diakses pada hari Senin 15 April 2019
Garna, Herry. 2001. Patofisiologi Infeksi Bakteri pada Kulit. Jurnal Sari Pediatri.
Vol.2, No. 4, Maret 2001.
Guli,Musjaya M. 2016. Patogenesis Penyakit Kolerapada Manusia.
JurnalBiocelebes. Vol 10 No.2 Desember 2016, hlm. 18-24.
Harti, Agnes Sri. 2015. E Book Mikrobiologi Kesehatan dan Peran
Mikrobiologidalam bidang kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Jufri S, Oksfriani. 2019. E Book Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta:
Deepublish.
Khadizah N, Siti. 2017. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Patogen pada
Buangan Akhir Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rm.
Djoelham Binjai. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Biologi Universitas
Medan Area.
Kusnadi., Peristiwati., Ammi syulasmi., Widi purwaningsih., Diana
roebintaniawati., 2003. Mikrobiologi. Bandung:UPI

87
Larasati, S, A., Windria, S., Cahyadi, A, I. 2020. Kajian Pustaka: Faktor-
Faktor Virulensi Staphylococcus aureus yang Berperan Penting
dalam Kejadian Mastitis pada Sapi Perah. Indinesia Medicus
Veterius, 9(6). Unpad: Jawa Barat.
Linda,H.2011.MIkrobiologiKesehatan.http://lindahaffandi.blogspot.com/
2011/12/mikrobiologi-kesehatan.html.
Helmi,A.2020.Infeksi Bakteri. https://www.sehatq.com/penyakit/infeksi-bakteri
Padoli.2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Munasir, Zakiudin. 2001. Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri.Jurnal Sari
Pediatri. Vol. 2, No. 4, Maret 2001: 193 – 197.
Nisa, K. 2020. Kebijakan Rumah Sakit Dalam Upaya Pencegahan Penyakit
Infeksi Bagi Pasien Dan Tenaga Kesehatan Di Lingkungan Rumah
Sakit.
Ramadhan, Prasetya. Mikroorganisme Patogen Penyebab Penyakit Pada
Manusia.
Riskawati.2016. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Patogen Pada Tanah Di
Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (Tpas) Kota
Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makasar: Fakultas Sains Dan
Teknologi Uin Alauddin Makassar.
Wikipedia.org/wiki/Listeria_monocytogenes, diakses pada tanggal 29 April
2021 pukul 09.00 WIB.

Ariyanti, T. (2019). Bakteri Listeria monocytogenes sebagai Kontaminan


Makanan Asal Hewan ( Foodborne Disease ). Wartazoa, 20(2), 94–102.

Garna, H. (2016). Patofisiologi Infeksi Bakteri pada Kulit. Sari Pediatri, 2(4),
205. https://doi.org/10.14238/sp2.4.2001.205-9

Hutasoit, D. P. (2020). Pengaruh Sanitasi Makanan dan Kontaminasi Bakteri


Escherichia coli Terhadap Penyakit Diare. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 12(2), 779–786. https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.399

Kadek Ni. (2020). Hang tuah medical journal. HANG TUAH MEDICAL
JOURNAL, 17(2), 136–146.

Pranamartha, Sa. A. G. M. K. (2015). FAKTOR VIRULENSI Salmonella enterica

88
SEROVAR TYPHI. 4(1), 66–69.

Rahmawati, A. Y. (2020). Buku Ajar Mikrobiologi dan Parasitologi (Nomor July).

Ramadhan, P. (2014). Mikroorganisme Patogen. In Mikroorganisme Patogen


Penyebab Penyakit Pada Manusia.
https://www.academia.edu/23142001/MIKROORGANISME_PATOGEN_P
ENYEBAB_PENYAKIT_PADA_MANUSIA

Said, N. I., & Marsidi, R. (2017). Mikroorganisme Patogen Dan Parasit Di Dalam
Air Limbah Domestik Serta Alternatif Teknologi Pengolahan. Jurnal Air
Indonesia, 1(1). https://doi.org/10.29122/jai.v1i1.2293

Saputra Maelandri, M. A., & Emelia, R. (2021). Optimalisasi Waktu Inkubasi dan
Konsentrasi Pepsin pada Aktivitas Produksi Serum Anti Tetanus. Jurnal
Sosial Sains, 1(11). https://doi.org/10.59188/jurnalsosains.v1i11.256

Sariadji, K. (2015). Waktu regenerasi bakteri. Bul. Penelit. Kesehat, 43(1), 35–
40.

Sulistyaningsih, T., Hapsari, R., & Farida, H. (2018). Perbandingan


Pertumbuhan Haemophilus Influenzae Pada Agar Coklat Berbasis Blood
Agar, Tryptic Soy Agar Dan Columbia Agar. Diponegoro Medical Journal
(Jurnal Kedokteran Diponegoro), 7(2), 1622–1634.

Yuni suryani, O. T. (2021). Mikrobiologi dasar.

89
90

Anda mungkin juga menyukai