Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

PERTEMUAN 5

Nama : Fadlihi Asmi

Nim : 19052013

Tugas : Mini Riset Surat Edaran Nomor 5 Tahun 2022

ISI TUGAS :

Informasi Seputar Isi Link Berita


Adzan

Peraturan Meneg Aturan Pengeras Suara Bahan Surat Edaran Nomor 5


Nomor 5 Tahun 2022 Dalam : Tahun 2022 di WAG
tentang Pedoman
1. Pelaksanaan sholat https://youtu.be/YYmASv7LyBQ
Penggunaan Pengeras
subuh, dzikir, do’a dan
Suara di Masjid dan
kuliah subuh
Mushala
2. Pembacaan ayat al-
quran setelah
dikumandangan adzan

3. Kegiatan sholat jum’at


yang meliputi :
pengumuman oleh
petugas jum’at, hasil
infak sedekah,
pelaksanaan khutbah
jum’at, sholat, dzikir
dan do’a

4. Sholat tarawih, kajian


ramadhan, dan tadarus
al-quran selama bulan
ramadhan

5. Takbir hari raya idul


fitri, di atas pukul 22.00
waktu setempat

6. Takbir hari raya idul


adha dan hari tasyrik

7. Upacara peringatan hari


besar umat islam
lainnya dengan
pengecualian

Aturan Pengeras Suara


Luar :

1. Pengumuman adzan
sholat lima waktu

2. Pembacaan ayat al-


quran atau sholawat
sebelum adzan dzuhur,
ashar, magrib, insya,
maksimal 5 menit

3. Pada kegiatan sholat


jum’at , pembacaan
ayat al-quran dan
sholawat sebelum
adzan berkumandang
dengan jangka waktu
maksimal 10 menit

4. Takbir hari raya idul


fitri, maksimal sampai
pukul 22.00 waktu
setempat

5. Pelaksanaan sholat idul


fitri dan idul adha

6. Upacara peringatan hari


besar umat islam
lainnya jika pengunjung
melimpah hingga ke
luar masjid.

Perhatian Pada Syarat


Suara yang Harus
Dikeluarkan :

1. Bagus dan tidak


sumbang

2. Pelafazan secara baik


dan benar

Pembinaan dan
Pengawasan :

1. Menjadi tanggung
jawab Kementerian
Agama secara
berjenjang

2. Kementerian Agama
dapat bekerjasama
dengan Pemerintah
Daerah dan Organisasi
Kemasyarakatan Islam,

Pernyataan Meneg 1. Tidak melarang masjid https://youtu.be/fbnnVvRWogM


(Yaqut Cholil dan mushola
https://youtu.be/UPWGU-KhrpY
Qoumas) terkait menggunakan toa
dengan Substansi karena merupakan https://youtu.be/TqVuNo-rz7M
Surat Edaran dan syiar namun harus ada
https://youtu.be/jvXy5T0qWPc
Analoginya dalam aturan dalam
Mencontohkan pemakaianya terkait
dengan speaker
sebelum /sesudah
adzan

2. Aturan ini dibentuk


untuk membuat
masyarakat harmonis,
meningkatkkan
manfaat dan
mengurangi masydat

3. Meneg memberikan
contoh untuk
memperjelas substansi
dan tujuan surat edaran
melalui tiga contoh
yakni :

a. “ Hampir 100 / 200


meter di kompleks
itu ada mushola,
jika semuanya
menggunakan toa
secara bersamaan
pada waktu adazan
tentu akan
menimbulkan
gangguan ”

b. “ Misalnya kita
hidup dalam
lingkungan non
muslim, jika ada
gangguan seperti
itu tentu akan
mengurangi
kenyamanan orang
yang berbeda
agama dengan kita”

c. “ Misalnya hidup
dalam satu
kompleks yang kiri,
kanan, depan, dan
belakang
memelihara anjing
kemudian
bergongggong
secara bersamaan
tentu kita akan
terganggu kan ”

Pro dan Kontra Pro dan Kontra Terkait https://youtu.be/YmFaKyeyhb8


Berlakuknya Surat
https://youtu.be/pw1iqlw0mY8
Edaran dan Substansinya
: https://youtu.be/fbnnVvRWogM

Pro : https://youtu.be/UPWGU-KhrpY

1. Prof. Dr. Phil. H. https://youtu.be/TqVuNo-rz7M

Komarudin Amin , MA https://youtu.be/jvXy5T0qWPc


(Dirjen Bimas Islam) :
ia mengungkapkan “
kita sudah
mendiskusikan surat
edaran ini bersama
Ormas Islam, TNI dan
lain sebagainya selama
1 tahun dan hal yang
paling penting untuk
diperhatikan adalah :

a. Durasi yang
diperbolehkan
mengeluarkan suara
dari pengeras adzan
selama 10 menit
sesuai dengan titik
modrat

b. Volume suara 100


desibel juga sesuai
dengan titik modrat
untuk menciptakan
keamanan dan
kenyamanan

c. Kualitas suara yang


dikeluarkan untuk
memperdamai
harmonisasi
masyarakat.

Menurut beliau, surat


edaran ini sangat bagus
untuk diterapkan sebab
pertisipan dari publik dan
media publik sungguh luar
biasa, sebagian besar
menerima surat ini.

2. Bung Ade Armando


(Pengiat Aktivis
Medsos) : menurutnya “
Surat edaran ini bagus
untuk diterapkan karena
bisa mengurangi kasus
gangguan”. Ia
mencontohkan kasus
bermiliana yang dahulu
dimana ia melaporkan
pada pengurus masjid
bahwa suara adzan
menganggu
aktivitasnya. Jadi
dengan adanya surat ini,
ia merasa akan timbul
kesadaran bagi umat
islam untuk perlu
menahan diri di tempat-
tempat tertentu seperti
masjid muhammadiyah
yang cenderung
menggunakan pengeras
suara di dalam masjid.

Kontra :

1. Bapak Anwar Abas


(Wakil Ketua MUI) :
menurutnya kebijakan
Surat Edaran Nomor 5
tahun 2022 belum
holistik karena masih
dibentuk berdasarkan
pertimbangan
kenyamanan dan
ketentraman saja namun
tidak menambah
pertimbangan terkait
dengan penanaman
nilai-nilai agama. Dan ia
menyatakan “ Surat
Edaran ini akan cocok
diterapkan pada kota
yang padat penduduk
bukan disemua
daerah,jika
diimplementasikan ke
semua daerah maka
suara adzan menjadi
terkesan berisik dan
mengganggu. Ditambah
lagi dengan aturan
suaranya harus bagus
dan tidak boleh
sumbang. Hal ini tentu
berimbas pada anak-
anak yang baru belajar
adzan, mereka menjadi
tidak boleh memegang
mix untuk mengeluarkan
lantunan adzan, saya
tidak setuju karena pada
masa inilah
pembelajaran yang baik
pada anak dalam
mengenal agamanya”. Ia
juga memberi saran agar
durasi dalam isi surat
edaran ditambah karena
begitu pendek sehingga
rasanya tidak efektif
bagi jama’ah yang ingin
menunaikan sholat ke
masjid namun jarak
rumah mereka jauh dan
ia menambahkan
solusinya berupa saran “
cobalah dalam
membentuk kebijakaan
dibuatkan dulu
eksperimennya,
gunakanlah kecerdasan
duniawiyah (matematika
terkait durasi adzan) dan
kecerdasan ukrawiyah
(terkait dengan dampak
dari durasi adzan
terhadap cara jama’ah
pergi ke masjid”.

2. Mustafa Narawadaya
(Pengiat Aktivis
Medsos) : mustafa tidak
setuju dengan terbitnya
Surat edaran ini karena
ia mengungkpakan “
mengapa adzan yang
dikeluarkan dari
pengeras suara diatur-
atur segala padahal
sebagian besar pengguna
medsos yang saya
pantau merasa terbantu
bangun tidur oleh suara
adzan. Jadi tidak bisa
membuat aturan hanya
berdarkan laporan
negaratif tetapi juga
harus melihat dari sisi
positifnya, kemudian
naskah akademik dalam
surat edaran ini berbeda
dengan surat edaran
tahun 1978 dahulu sebab
surat yang sekarang
hanya tuntutan dan tidak
jelas”. Sosialisi dari
surat ini juga salah
ujarnya, seharusnya face
to face saja dengan
pengurus masjid bukan
melalui medsos yang
memicu kegaduhan.
Masalah komunikasi ini
memancing pengguna
medsos memberi
julukan pada suara
adzan yang sangat tidak
baik yakni :

a. Seperti polusi suara

b. Perbandingan
dengan anjing yang
najis

3. Bukhori Yusuf
(Anggota Komisi VIII
DPR Fraksi PKS) : “
Niatnya saya dukung
namun substansinya
tidak karena
menimbulkan masalah
dimana langsung
ditujukan pada tahlil
masjid sehingga tidak
hiarki. Ditambah lagi
durasi yang kurang tepat
dan pengawsan dari
Meneg seharusnya tidak
diterapkan karena bukan
kewenanganya. Hal ini
bisa menciptakan
kerusuhan sebab tujuan
awal merupakan
edukasi namun
implementasinya
memakai pengawasan”.
Menurutnya surat
edaran ini sebaiknya
bersifat normatif dan
bukan limitatif dalam
konteks tertentu.

Pro dan Kontra terkait


Dengan Pernyataan
Meneg yang
Menganalogikan Suara
Adzan dengan
Gonggongan Anjing :
Pro :

1. Prof. Dr. Phil. H.


Komarudin Amin , MA
(Dirjen Bimas Islam) :
ia menganggap terlalu
naif bagi masyarakat
mempermasalahkan
pernyataaan Meneg
karena maksudnya
hanya ingin
menjelaskan substansi
dari surat edaran dan
tidak bermaksud
menganologikan.

2. Madsuki Baidlowi
(Ketua MUI Bidang
Informasi dan
Komunikasi) : beliau
mengungkapkan
“Sebenarnya Meneg
tidak bermaskud begitu,
analoginya saja yang
bermasalah bagi
masyarakat. Tujuan
utamanya hanya
menjelaskan substansi
suarat edaran agar adab
beribadah ada dimensi
syiar untuk harmoni
sosial”.

3. Bung Ade Armando


(Pengiat Aktivis
Medsos) : “Menurut
saya, respon yang
diberikan terhadap
pernyatataan Meneg
terlalu biadab, karena
beliau tidak sengaja,
seharusnya saling
memaafkan saja”.

Kontra :

1. Bapak Anwar Abas


(Wakil Ketua MUI) : ia
mengungkapkan
maksud dari Meneg
baik namun dalam
menganalogikannya
salah. Tidak
sepantasnya adzan
disamakan dengan
anjing yang merupakan
najis dalam islam.
Sebaiknya memakai
diksi yang lebih bisa
diterima oleh
masyarakat.

2. Mustafa Narawadaya
(Pengiat Aktivis
Medsos) : Bapak ini
tidak setuju dengan
pernyataan Meneg yang
menganologikan suara
adzan dengan
gonggongan anjing
karena baginya sama
dengan menghina islam
yang bisa memicu
keonaran. Ditambah lagi
ujarnya, ia menyarankan
seharusnya Meneg
diganti dengan yang
baru.

3. Roy Suryo (Pakar


Telematika) :
melaporkan Meneg
kepada pihak kepolisian
karena dianggap
melanggar ITE dan
termasuk dalam
tindakan penistaan
agama.

4. Fauzi Bahar (Ketua


Lembaga Kerapatan
Adat Alam
Minangkabau) : surat
edaran tidak masalah
untuk diberlakukan
namun yang menjadi
masalah adalah
pernyataan Meneg yang
menyamakan syahadat
dalam adzan dengan
binatang. Bapak Fauzi
Bahar merasa ucapan
tersebut melecehkan
adzan yang suci dan
menyakiti hati umat
islam sehingga
mengharamkan Meneg
untuk menginjakan
kakinya di Kota Padang.

Refleksi Thinking terkait Soal Nomor 4 Bagian a dan b :

Multikulturisme merupakan penerimaan terhadap kondisi hetergonitas yang ada,


sehingga jika terjadi perbedaan pandangan, nilai dan budaya tentu akan membuat
pertahanan multikulturalisme menjadi luntur sebab yang menjadi point penting adalah
penerimaan terhadap nilai-nilai universal.

Pengaturan gema adzan yang dipasang keluar masjid merupakan polemik yang
menuai kegaduhan didalam masyarakat indonesia karena sebagian besar umat islam
beranggapan mereka dilarang menunaikan syariat ibadah dan syiar agamanya namun harus
tetap menghormati agama lain. Jika kegaduhan ini dibiarkan berlarut-larut tentu akan
membuat masyarakat multikultural di Indonesia menjadi tidak harmonis terutama dalam
konteks agama dan akan membawa perpecahan antar umat beragama . Kasus yang membuat
perbedaan pandangan tidak hanya terjadi sekali ini namun beberapa kali seperti kasus
Bermeliana, penceramah yang dianggap radikal dan lain sebagainya. Hal ini akan
membentuk konflik diantara masyarakat karena saling mempertahanakan argument yang
dimiliki sehingga berimbas pada runtuhnya persatuan dan kesatuan bangsa dimana
berpengaruh besar pada penegakan sikap multikultural. Seharusnya kasus-kasus yang
terjadi dihadapi dengan bijaksana untuk menghindari silah pendapat bukan meningkatkan
perdebatan. Jika begini terus tentu masyarakat multikultural yang berusaha mewujudkan
sikap penerimaan atas perbedaan akan menjadi luntur dan semakin kurang kedepannya.
Pihak yang berwenang sebaiknya dalam membentuk kebijakan untuk mewujudkan
masyarakat multikultural yang saling toleransi harus memperhatikan beberapa perspektif
bukan hanya satu faktor saja untuk menghindari perselisihan dan menurut saya seharusnya
politikus yang menjadi pimpinan suatu masyarakat harus pandai bersikap sesuai dengan
kaedah agar tidak menciptakan kontroversi.
DAFTAR PUSTAKA

Surat Edaran Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pedoman Pengeras Suara Adzan.

Qosim, N. (2022). Agama dan Perubahan Sosial.

HASDAR, H. (2019). PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBATASAN


PENGERAS SUARA OLEH DIRJEN BIMAS ISLAM KEMENAG RI KECAMATAN
SINJAI UTARA KABUPATEN SINJAI (Doctoral dissertation, INSTITUT AGAMA
ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI).

MIFTAHUL, I. (2022). TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI


SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NO.
B. 3940/DJ. III/HK. 007/08/2018 TENTANG PENGERAS SUARA AZAN DI MASJID,
LANGGAR ATAU MUSALA (Studi Pada Masjid, Langgar atau Musala di Desa Argomulyo
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG).

Abdillah, M. Z., & Raus, A. (2021). IMPLEMENTASI INSTRUKSI DIRJEN BIMAS


ISLAM NOMOR: Kep/D/101/1978 TENTANG TUNTUNAN PENGERAS SUARA DI
MASJID, LANGGAR, DAN MUSHOLA DALAM KONTEKS PLURALISME DAN
PERSPEKTIF HUKUM TATA NEGARA ISLAM (Studi Kasus Masyarakat Kota Medan).
JISRAH: Jurnal Integrasi Ilmu Syariah, 2(1), 273-282

Anda mungkin juga menyukai