Anda di halaman 1dari 4

NAMA:ANGGUN RETNO WULANDARI

NIM. :858704697

JAWABAN TUGAS 2 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

(1).Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Foundation for the Blind, anak tuna netra
cenderung lebih mengandalkan indera pendengaran dan perabaan untuk memperoleh informasi
dari lingkungan sekitarnya (American Foundation for the Blind, 2022).

Indera pendengaran menjadi sangat penting bagi anak tuna netra karena mereka dapat
memperoleh informasi melalui suara, percakapan, dan berbagai bunyi di sekitarnya. Anak tuna
netra dapat mengenali orang, benda, dan situasi di sekitar mereka melalui suara (Ferrell, 2011).

Selain itu, indera perabaan juga sangat penting bagi anak tuna netra. Mereka dapat memahami
bentuk, tekstur, dan ukuran benda melalui sentuhan. Dengan melatih dan mengembangkan indera
perabaan, anak tuna netra dapat memperoleh informasi yang lebih komprehensif

(2).Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk membimbing anak
tuna netra adalah buku braille.

Buku braille adalah buku yang dicetak dengan huruf-huruf timbul yang dapat dibaca oleh anak
tuna netra menggunakan indera perabaan (American Printing House for the Blind, 2022). Guru
dapat menggunakan buku braille untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran, seperti membaca,
menulis, matematika, dan lain-lain. Anak tuna netra dapat membaca dan memahami isi buku
braille dengan meraba huruf-huruf timbul tersebut.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh National Braille Press, penggunaan buku braille dapat
membantu anak tuna netra untuk (National Braille Press, 2021):
1. Mengembangkan kemampuan membaca dan menulis.
2. Memahami konsep-konsep akademik seperti matematika, sains, dan lain-lain.
3. Meningkatkan kemampuan berpikir abstrak dan pemecahan masalah.
4. Membangun rasa percaya diri dan kemandirian.

Guru dapat menggunakan buku braille dengan cara:


1. Memastikan bahwa buku braille yang digunakan sesuai dengan tingkat kemampuan dan
kebutuhan anak tuna netra.
2. Memberikan bimbingan dan instruksi yang jelas kepada anak tuna netra dalam menggunakan
buku braille.
3. Mengintegrasikan penggunaan buku braille dengan metode pembelajaran lainnya, seperti
diskusi, demonstrasi, dan praktik.
4. Memastikan bahwa anak tuna netra memiliki akses yang memadai terhadap buku braille dan
dapat menggunakannya dengan nyaman.

(3).Berdasarkan pemahaman saya, sistem pendidikan yang paling tepat untuk anak tuna rungu
adalah sistem pendidikan inklusi.

Sistem pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang mengintegrasikan anak-anak


berkebutuhan khusus, termasuk anak tuna rungu, ke dalam kelas reguler bersama dengan anak-
anak lainnya (UNESCO, 1994). Dalam sistem ini, anak tuna rungu mendapatkan layanan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka di dalam kelas reguler.

Beberapa alasan mengapa sistem pendidikan inklusi dianggap paling tepat untuk anak tuna
rungu:

1. Memberikan kesempatan bagi anak tuna rungu untuk berinteraksi dan belajar bersama dengan
anak-anak lain. Hal ini dapat membantu mengembangkan kemampuan sosial dan komunikasi
mereka.

2. Memungkinkan anak tuna rungu untuk mendapatkan model perilaku dan bahasa yang baik
dari teman-teman sebayanya yang normal.

3. Mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap anak tuna rungu, serta meningkatkan
penerimaan dan pemahaman masyarakat.

4. Memungkinkan anak tuna rungu untuk mendapatkan layanan pendidikan yang lebih
komprehensif dan terintegrasi, sesuai dengan kebutuhan individual mereka.

5. Mendorong pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran yang lebih adaptif dan
responsif terhadap keberagaman siswa.

(4).Mental age adalah kemampuan mental yang dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu.
Sebagai contoh anak yang berumur 6 tahun akan memiliki MA 6 tahun. Jika seorang anak
memiliki MA lebih tinggi dari umurnya (Cronology Age), maka anak tersebut memiliki
kemampuan mental atau kecerdasan diatas rata – rata. Anak tunagrahita selalu memiliki MA
lebih rendah CA-nya secara jelas. Misalnya anak normal mempunyai IQ 100, maka anak
tunagrahita mempunyai IQ 70 yaitu ia mengalami keterlambatan 2 x 15 = 30 maka diperoleh IQ
70 tersebut. Penyesuaian perilaku maksudnya saat ini seorang dikatakan tunagrahita bukanlah
hanya dilihat IQ-nya akan tetapi perlu dilihat sampai sejauh mana anak ini dapat menyesuaikan
diri. Jadi bila anak ini dapat menyesuaikan diri maka tidaklah lengkap ia dipandang sebagai anak
tunagrahita. Terjadi pada masa perkembangan maksudnya bila ketunagrahitaan ini terjadi setelah
usia dewasa maka ia tidak tergolong tunagrahita.

Bagan.

Level keterbelakangan IQ ( Stanford binet ) IQ ( Skala Weschler )

Ringan 68-52 69-55

Sedang 51-36 54-40

Berat 32-20 39-25

Sangat berat 19 24

(5).

Tahap Kegiatan

1.Penyajian 1.Pendahuluan ( Advance 1.Guru menciptakan kesiapan


Organizer ) belajar siswa dengan
menimbulkan motivasi
perhatian siswa.

2.Demonstrasi dan Modelling 2.Guru dengan berhati-hati


menjelaskan setiap langkah
kegiatan yang harus di
lakukan dan di
demonstrasikan dan
ketrampilan yang di bahas
siswa tersebut.

2.Praktek dengan pengawasan 3.Siswa mempraktikkan tugas 3.Siswa mempraktekkan


yang di pilih tugas yang di pilih dengan
bimbingan dari guru dan guru
memberikan pengamatan dan
umpan balik yang bersifat
4.Siswa mempraktikkan tugas korektif.
yang di pilih

3.Praktek secara mandiri 5.Siswa mempraktikkan 4. Siswa mempraktekkan


keseluruhan tugas keseluruhan tugas dengan
suatu kriteria yang ditetapkan
dan guru memberikan
pengamatan dan umpan balik
yang bersifat korektif.

6. Siswa mempraktikkan 5.Siswa mempraktekkan


berbagai tugas sejenis yang di tugas yang di sajikan dalam
pilih. berbagai materi dan buku
kerja dengan suatu kriteria
yang ditetapkan dan guru
memberikan pengamatan dan
umpan balik yang bersifat
korektif.

Anda mungkin juga menyukai