Anda di halaman 1dari 33

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah :

Pancasila

Dosen Pengampu :
Dr. Tika Mardiyah, M.Pd.I.

Disusun oleh :

1. Adam Khabibi (1660207221016)


2. Arvinda Lailatul Hijri (1860207221014)
3. Binti Badi’atus Sholikhah (1860207221008)
4. Ema Choirun Nisa (1660207222074)
5. Umatul Muflikah (1860207222101)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAAYID ALI
RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah "Pancasila" dalam bentuk makalah dengan judul
“Pancasila Sebagai Dasar Negara”, Sholawat serta salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW.

Selain itu kami ucapkan terima kasih kepada kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami, yaitu sebagai berikut.

1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Universitas Islam Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

3. Bapak Dr. H. Masduki, M.Ag. selaku ketua Program Studi Manajemen


Pendidikan Islam.

4. Ibu Dr. Tika Mardiyah M.Pd.I. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pancasila.

5. Teman-teman yang telah ikut serta membantu dalam pembuatan makalah.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-


kekurangan dan kesalahan baik isi maupun penulisan. Untuk itu kepada para pembaca
kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah kami.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Tulungagung, 05 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

A. Konsep dan Tujuan Negara Serta Urgensi Dasar Negara............................................... 3

B. Latar Belakang Kajian Pancasila Sebagai Dasar Negara ............................................... 8

C. Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila Sebagai Dasar Negara......................... 14

D. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Dasar Negara ......................................... 18

E. Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara ................................................... 21

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 27

KESIMPULAN ............................................................................................................................ 27

SARAN ......................................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya Pancasila mengandung dua pengertian pokok, sebagai
Pandangan Hidup Bangsa Indonesia dan sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia. Dalam berbagai pengajaran tentang Pancasila telah didalilkan,
bahwa Pancasila itu telah ada bersamaan dengan lahirnya Bangsa Indonesia.
Lahirnya pancasila itu dalam penamaan pidato Ir. Soekarno selaku anggota
“Dokuritzu zunbi Tyoosakai” atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang di tetapkan oleh sidangnya yang pertama pada
tanggal 28 s/d 1 Juni 1945 di Jakarta. Yang di ucapkannya dalam sidang,
dipimpin oleh ketuanya Dr. K. R. T Radjiman Wedyodiningrat.
Pancasila secara harfiah dapat dijabarkan dalam dua kata, yaitu Panca
yang berarti Lima dan Sila yang berarti Dasar. Maka rangkaian kata tersebut
mempunyai makna Lima Dasar. Istilah “sila” juga dapat diartikan sebagai
aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa, kelakuan atau
peraturan yang menuntut adab (sopan santun), akhlak dan moral. Presiden
Soekarno menganggap bahwa pancasila sebagai dasar negara dari Negara
Republik Indonesia, ditegaskan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945, dan kemudian disusun oleh kemerdekaan Bangsa
Indonesia itu dalam Undang-Undang Republik Indonesia untuk mengatur
pemerintahan negara dengan yang lain.
Setelah tenggelam dalam proses penjajahan yang berkepanjangan,
maka istilah Pancasila tersebut diangkat lagi kepermukaan oleh Bung Karno
dalam uraian pidatonya tanggal 1 Juni 1945 di muka sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Keemerdekaan Indonesia (BPUPKI) sebagai bahan

1
merumuskan Dasar Negara Indonesia Merdeka, sehingga sering timbul
anggapan bahwa tanggal 1 Juni dipandang sebagai lahirnya Pancasila.
Dari pemaparan diatas dapat di ketahui bagaimana arti pancasila itu
secara umum, dan anggapan pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 menurut
Presiden Soekarno. Sehingga untuk lebih jelasnya tentang Pancasila sebagai
Dasar Negara akan dibahas dalam bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dan tujuan negara serta urgensi Dasar Negara ?
2. Bagaimana Latar Belakang kajian Pancasila sebagai Dasar Negara ?
3. Bagaimana Sumber historis, sosiologis dan politis Pancasila sebagai
Dasar Negara?
4. Bagaimana Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara ?
5. Bagaimana Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara?

C. Tujuan
1. Memahami Konsep dan tujuan negara serta urgensi Dasar Negara.
2. Mengetahui Latar Belakang kajian Pancasila sebagai Dasar Negara.
3. Mengetahui Sumber historis, sosiologis dan politis Pancasila sebagai
Dasar Negara.
4. Memahami Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara.
5. Mengetahui tentang Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar
Negara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Tujuan Negara Serta Urgensi Dasar Negara


1. Konsep Negara
Dalam kehidupan sehari-hari pergaulan manusia dapat bersamaan
(sejalan), berbeda atau bertentangan satu sama lain, bahkan meminjam
istilah dari Thomas Hobbes manusia yang satu dapat menjadi serigala
bagi yang lain. Oleh karena itu, agar tercipta kondisi yang harmonis dan
tertib dalam memenuhi kebutuhannya, dalam memperjuangkan
kesejahteraannya, manusia membutuhkan negara. Apakah yang dimaksud
dengan negara itu? Menurut Diponolo, negara adalah suatu organisasi
kekuasaan yang berdaulat yang dengan tata pemerintahan melaksanakan
tata tertib atas suatu umat di suatu daerah tertentu.1
Sejalan dengan pengertian tersebut sebuah negara harus memiliki
beberapa unsur agar dapat disebut sebagai negara. Setiap unsur di dalam
negara akan saling melengkapi, sehingga tanpa adanya salah satu unsur
maka suatu negara tidak akan sempurna atau tidak dapat disesut negara
secara utuh. Syarat berdirinya sebuah negara adalah sebagai berikut:
a. Adanya Wilayah
Wilayah merupakan suatu daerah yang ditempati dan dikuasi oleh
suatu kelompok manusia, serta menjadi batas territorial suatu
kedaulata. Wilayah ini meliputi tiga bagian, yaitu darat, udara, dan
laut.

1
Paristiyati Nurwardani dkk, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Ristekdikti, 2016), hal. 73.
3
b. Adanya Penduduk/Rakyat
Penduduk atau rakyat adalah orang-orang yang menetap pada suatu
tempat dalam periode waktu yang cukup lama. Rakyat sendiri
merupakan unsur terpenting dalam suatu negara.
c. Adanya Pemerintahan yang Berdaulat
Pemeritah adalah suatu lembaga yang ada di dalam suatu negara
yang memegang kekuasan tertinggi dan dibentuk untuk
melaksanakan jalannya pemerintahan suatu negara.
d. Adanya Pengakuan dari Negara Lain
Suatu negara belum sempurna bila belum ada pengakuan dari
negara lainnya. Pengakuan ini diperlukan guna mencegah terjadinya
ancaman dari dalam (kudeta) atau campur tangan dari negara lain.
Adanya pengakuan dari negara-negara lain akan membantu suatu
negara untuk menjalin hubungan kerjasama di berbagai bidang
seperti ekonomi, politik sosisal budaya, pertahanan dan keamanan.2

Berbicara tentang negara dari perspektif tata negara paling tidak


dilihat dari dua pendekatan, yaitu:

1) Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama


kepada bentuk dan struktur organisasi negara.
2) Negara dalam keadaan bergerak, yang fokus pengkajiannya
terutama kepada mekanisme penyelenggaraan lembaga-lembaga
negara, baik di pusat maupun di daerah.

2
Nur Fatimah, Pengertian Negara, Fungsi Hingga Syarat Mendirikannya,
(https://pelayananpublik.id/2019/10/21/pengertian-negara-fungsi-hingga-syarat-mendirikannya/),
diakses pada 04 Maret 2023, pukul 17.50 WIB.
4
2. Konsep Tujuan Negara
Para ahli berpendapat bahwa binatang bersel satu pun memiliki
sebuah tujuan, apalagi manusia pasti memiliki tujuan hidup. Demikian
pula, suatu bangsa yang mendirikan negara, pasti memiliki tujuan untuk
apa negara tersebut didirikan. Secara teoritik, terdapat beberapa tujuan
negara diantaranya sebagai berikut:
a. Teori Kekuatan dan Kekuasaan sebagai Tujuan Negara
Nicollo Machiavelli mengatakan bahwa seorang raja harus tahu
bahwa ia senantiasa dikelilingi oleh orang-orang yang selalu
mengintai kelemahan dan menunggu kesempatan untuk
menerkam atau merebut kedudukannya, maka seorang raja
haruslah Menyusun dan menambah kekuatan secara terus
menerus.
b. Teori Kepastian Hidup, Keamanan, dan Ketertiban sebagai
Tujuan Negara
Thomas Hobbes mengatakan bahwa perdamaian adalah unsur
yang menjadi hakikat dari tujuan negara. Demi keamanan dan
ketertiban, maka manusia melepaskan dan melebur
kemerdekaannya ke dalam kemerdekaan umum yaitu negara.
c. Teori Kemerdekaan sebagai Tujuan Negara
Immanuel Kant mengatakan bahwa kemerdekaan itu menjadi
tujuan dari suatu negara. Terjadinya negara itu adalah untuk
membangun dan menyelenggarakan hukum, sedangkan hukum
adalah untuk menjamin kemerdekaan manusia. Hukum dan
kemerdekaan tidak bisa dipisahkan.
d. Teori Keadilan sebagai Tujuan Negara
Aristoteles mengatakan bahwa negara seharusnya menjamin
kebaikan hidup para warga negaranya. Kebaikan hidup inilah

5
tujuan luhur negara. Hal ini hanya dapat dicapai dengan
keadilan yang harus menjadi dasarnya setiap pemerintahan.
Keadilan ini harus dinyatakan dengan undang-undang.
e. Teori Kesejahteran dan Kebahagiaan sebagai Tujuan Negara
Immanuel Kant mengatakan bahwa tujuan dari politik tidak
lebih dari mengatur agar setiap warga negara dapat puas
dengan keadaannya. Dalam hal ini dapat menyangkut
terpenuhinya kebutuhan yang bersifat bendawi dan
terwujudnya kebahagiaan yang bersifat kerohanian.
Setiap negara tentu memiliki tujuan negara, demikian pula Negara
Republik Indonesia juga memiliki tujuan negara. Tujuan Negara Republik
Indonesia apabila disederhanakan dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
mewujudkan kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh
bangsa dan seluruh wilayah negara. Oleh karena itu, pendekatan dalam
mewujudkan tujuan negara tersebut dapat dilakukan dengan 2 (dua)
pendekatan, yaitu pendekatan kesejahteraan dan pendekatan keamanan.3
3. Konsep dan Urgensi Dasar Negara
Secara etimologis dasar negara identic dengan istilah grundnorm
(norma dasar), rechtsidee (cita negara), philosophische grondslag (dasar
filsafat negara). Banyaknya istilah dasar negara dalam bahasa kosa kata
bahasa asing menunjukkan bahwa dasar negara bersifat universal, dalam
artian setiap negara memiliki dasar negara. Sementara menurut
terminologis dasar negara diartikan sebagai landasan dan sumber dalam
membentuk dan menyelenggarakan negara. Dasar negara juga diartikan
sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.4
Setiap negara tentunya memiliki dasar negaranya masing-masing.
Misalnya Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar negara. Sama

3
Paristiyati Nurwardani dkk, op.cit, hal. 76-79
4
Ibid., hal. 80
6
halnya dengan Indonesia, negara lainnya juga memiliki dan menjadikan
dasar negara sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dasar negara juga sangat penting sebagai sumber hukum negara
didasarkan pada negara tersebut. Dasar negara juga berfungsi sebagai
dasar berdirinya suatu negara. Artinya dasar negara menjadi pedoman dan
komponen penting agar negara terbebas atau merdeka dari penjajahan.
Serta terakhir, dasar negara juga dijadikan dasar pemersatu seluruh
masyarakat negara.5
Hans Nawiasky menjelaskan bahwa dalam suatu negara yang
merupakan kesatuan tatanan hukum, terdapat suatu kaidah tertinggi dalam
tatanan kesatuan hukum dalam negara Pancasila. Dasar negara merupakan
suatu norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara yang menjadi
sumber dari segala sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum
(rechtsidee), baik tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu negara. Cita
hukum akan mengarahkan hukum pada cita-cita Bersama dari
masyarakatnya. Cita-cita ini mencerminkan kesamaan-kesamaan
kepentingan di antaranya sesama warga masyarakat.
Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang,
termanifestasikan dalam Undang-Undang Nomer 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang tercermin pada pasal
7 yang menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-udangan,
yaitu sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.Undang-
Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
c. Peraturan Pemerintah.

5
Pustadin, Resiko Negara Tidak Memiliki Dasar Negara,
(https://bpip.go.id/berita/991/839/resiko-negara-tidak-memiliki-dasar-negara.html), diakses pada
tanggal 04 Maret 2023, pukul 19.10 WIB.
7
d. Peraturan Presiden.
e. Peraturan Daerah Provinsi.
f. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.6

B. Latar Belakang Kajian Pancasila Sebagai Dasar Negara


Nama Pancasila sebagai Dasar Negara meskipun tidak tertulis
secara resmi di dalam Pembukaan dan Batang Tubuh maupun penjelasan
UUD 194, namun sudah cukup jelas bahwa yang dimaksudkan ialah lima
Dasar Negara sebagaimana perumusannya yang terdapat dalam alinea
keempat UUD 1945.
Sebelum Pancasila berlaku sah sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia, maka untuk mewujudkannya diawali dengan adanya suatu proses
perumusan yang mengandung latar belakang tertentu.
Oleh karena itu, pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam 2
bagian yang meliputi: hal yang menyangkut latar belakang sejarah dan proses
perusumusan serta pengesahannya.
1. Latar Belakang Sejarah
Pendudukan Indonesia oleh kolonial Belanda semenjak berdirinya
perkumpulan dagang VOC (Verenidge Oost Indische Companie) diawal
abad XVII dengan pemerintahannya di Indonesia yang terkenal dengan
sebutan Hindia Belanda (Nederlands Indie), mulai ambruk dengan
mendaratnya tentara Jepang di Indonesia yang dimulai pertama kali di
pulau Tarakan, Kalimantan pada tanggal 10-11 Januari 1942, yang
kemudian diikuti dengan adanya pendaratan di pulau-pulau lainnya
seperti Sulawesi, Maluku, Sumatra, Bali dan pada akhirnya memasuki
pulau Jawa.

6
Paristiyati Nurwardani dkk, op.cit, hal.81.
8
Sesuai dengan Undang-undang nomor 1 tahun 1942 yang
dikeluarkan oleh Jepang pada tanggal 7 Maret 1942, yaitu sebelum
pemerintahan Hindia Belanda menyerah, dinyatakan bahwa kedatangan
Balatentara Nippon untuk memperbaiki nasib rakyat Indonesia yang
dianggap sebangsa dan seketurunan dengan bangsa Jepang.
Masuknya Jepang di Indonesia berjalan dengan mulus dan
mendapat sambutan gembira dari bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan
perlakuan Jepang yang ramah dan dikira akan membebaskan rakyat
Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda. Rakyat Indonesiapun
diperbolehkan untuk mengibarkan bendera merah putih dan
mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Kemudian terjadilah penyerahan kekuasaan dan pergantian
pemerintahan dari Gubernur Jenderal Belanda kepada Gunsireikan
(Panglima besar) Jepang. Setelah itu diikuti penurunan bendera triwarna
(Merah, Putih dan Biru) dan menaikkan bendera matahari terbit, serta
mengubah lagu Wilhelmus menjadi Kimiyago.
Dirumuskannya Pancasila sebagai Dasar Negara tidak terlepas dari
adanya janji Pemerintah Jepang di Tokyo yang diucapkan oleh Perdana
Menteri Koiso dihadapan Parlemen Jepang pada tanggal 7 September
1944 untuk memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia sebagai
hadiah dari pemerintahan Jepang.
Pemberian janji tersebut tidak terlepas dari perhitungan strategi
Jepang yang elihat Indonesia kaya akan potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia, yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan
dukungan pada Angkatan Perang Jepang dalam memenangkan Perang
Dunia II melawan sekutu. Akan tetapi janji itu baru dilakukan setelah
Balatentara Jepang mengalami kekalahan-kekalahan disemua medan
pertempuran dan adanya desakan dari para pemimpin pergerakan bangsa

9
Idonesia, yang kemudian memaksa Pemerintah Jepang untuk membentuk
Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Pelantikan BPUPKI dilakukan oleh Gunseikan di Jakarta pada
tanggal 28 Mei 1945 dengan dr. KRT Radjiman Wediodiningrat sebagai
ketua, RP Soeroso sebagai wakil ketua merangkap kepala
kantor/sekretariat, dan seorang bangsa Jepang bernama Yoshio
Ichibangase juga menjabat sebagai wakil ketua, serta anggota sebanyak
64 orang.
Sesuai dengan namanya, badan ini dibentuk dengan ruang lingkup
tugas yang terbatas, yakni melakukan penyelidikan bagi usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia. Keterbatasan ruang lingkup tugas badan ini
dapat dilihat dari pernyataan Yoshio Ichibangase yang mengemukakan
bahwa setelah pekerjaan badan ini selesai, maka akan dibentuk suatu
panitia lain yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, akan
tetapi panitia yang akan dibentuk kemudian itu tidak terikat dengan hasil
kerja BPUPKI.
Dari apa yang dikemukakan oleh wakil Jepang itu dapat
disimpulkan bahwa hadiah kemerdekaan yang dijanjikan oleh bangsa
Indonesia, melainkan hanya tipu muslihat belaka.7
2. Proses Perumusan Pancasila
Konsep perumusan Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan
syarat utama kemerdekaan indonesia mulai dibahas pada sidang pertama
BPUPKI 29 Mei-1 Juni 1945 yang diketuai oleh Dr. Radjiman
Wedyodiningrat. Pada 29 Mei 1945, Moh Yamin berpidato
menyampaikan gagasan mengenai lima dasar negara terdiri atas
perikebangsaan, peri ketuhanan, kesejahteraan rakyat, peri kemanusiaan,
7
Subandi Al Marsudi. Pancasila dan UUD’45 dalam PA, (Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada,2001), hlm. 15.
10
dari peri kerakyatan. Kelima gagasan merupakan cermin dari sejarah
peradaban manusia Indonesia mulai dari adat istiadat, budaya, hingga
agama yang tumbuh berkembang sejak lama di bumi Indonesia.
Dasar negara yang disampaikan oleh bung Karno, beliau
menawarkan pertama, kebangsaan indonesia atau nasionalisme, kedua,
kemanusiaan atau internasionalisme, ketiga, mufakat atau demokrasi,
keempat, kesejahteraan sosial, kelima adalah ketuhanan Yang Maha Esa.
Pancasila Dasar Negara dan Pembukaan UUD 1945 tidak dapat
terpisahkan baik dalam proses perumusan dan pengesahan. Sejarah
perumusan Pancasila Dasar Negara dan Pembukaan UUD 1945 secara
kronologis :
a. Tanggal 7 September 1944 Proses perumusan dan pengesahan
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dimulai sejak Indonesia
masih dijajah oleh Jepang. Terlihat dalam sidang Badan Penyelidik.
Latar belakang dibentuknya Badan Penyelidik. Jepang menderita
kekalahan, tekanan dan serangan dari pihak sekutu. Pada tanggal 7
September 1944 Jepang megeluarkan janji “Kemerdekaan
Indonesia dikemudian hari” yang direncanakan pada tanggal 24
Agustus 1945.
b. Tanggal 29 April 1945 Gunseikan (gubernur pemerintah balatentara
Jepang di Jawa) membentuk Dokuritsu Zyunbi Coosakai/Badan
penyelidik usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI)
tugasnya menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan
kemerdekaan Indonesia.
c. Tanggal 28 Mei 1945BPUPKI dilantik oleh Gunseikan yang
diketuai oleh Dr. Radjiman Widjodiningrat.
d. Tanggal 29 Mei s.d. 01 juni 1945 Sidang I BPUPKI tanggal 29 Mei
s.d. 01 Juni 1945. Mempersiapkan Rancangan Dasar Negara

11
Indonesia Merdeka. Prof. Mr. Moh Yamin mengajukan usul yang
berjudul “Asas Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”
yang terdiri dari: peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri
ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Dan terdapat
tokoh-tokoh lain yang turut andil dalam menyumbangkan ide,
seperti Prof. Dr. Mr. R. Soepomo, P.F. Dahlan, Drs.Moh. Hatta.
e. Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato dan mengajukan usul
tentang Konsepsi Dasar Filsafat Negara Indonesia yang diberi nama
Pancasila dengan urutan sebagai berikut :
1) Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia.
2) Internasionalisme atau perikemanusiaan.
3) Mufakat atau demokrasi.
4) Kesejahteraan social.
5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Pada tanggal 1 juni 1945 dibentuk panita kecil yang diketuai
oleh Ir. Soekarno sebagai pengganti BPUPKI.
f. Tanggal 22 juni 1945.
Hasil Rapat gabungan Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa.
1) Supaya selekas-lekasnya Indonesia merdeka
2) Hukum dasar diberi semacam kata pengantar
3) BPUPKI terus bekerja sampai terbentuknya Hukum dasar
4) Membentuk panitia kecil penyelidik usul-usul/perumus
Negara.
Panitia Sembilan mengadakan pertemuan di Pegangsaan timur
56 Jakarta untuk menyusun konsep rancangan mukaddimah hokum
dasar yang kemudian dinamakan piagam Jakarta.
g. Tanggal 10 s.d. 16 Juli 1945

12
1) Pada tanggal 10 juli 1945 Ir. Soekarno selaku ketua panitia
memberikan laporan:
a) Telah diusulkan 32 macam usuk atau 9 kelompok dari 40
anggota.
b) Tanggal 22 Juni 1945 diputuskan membentuk panitia kecil
(panitia sembilan).
c) Telah berhasil menyusun konsep rancangan preambule hukum
dasar (piagam jakarta).
2) Pada tanggal 11 juli 1945 dan pada hari itu juga Panitia
Perancang Hukum Dasar telah memutuskan :
a) Membentuk panitia perancang “Declaration Of Human Right”.
b) Segenap anggota setuju unitarisme (Keekatunggalan).
c) Isi prembule bukan hanya sekadar kata-kataNegara dipimpin 1
orang.
3) Tanggal 13 Juli 1945, Panitia Kecil Perancang Hukum Dasar
berhasil menghimpun usulan penting.
4) Tanggal 14 Juli
Pukul 15.00 s.d. 18.00 sidang mendengarkan laporan hasil
kerja Panitia Perancang Hukum Dasar.
5) Tanggal 15 dan 16 Juli 1945Ir. Soekarno menyamapikan
kosep Rancangan Hukum Dasar beserta penjelasannya dan
usul Drs. Moh. Hatta tentang Hak-hak asasi manusia.
6) Tanggal 16 Juli 1945
Menyetujui dan menerima Rancangan Hukum dasar yang
diajukan oleh Panitia Perancang Hukum Dasar. Dengan
ditutupnya sidang BPUPKI yang kedua maka tugas BPUPKI
dianggap selesai kemudian dibubarkan. Untuk melanjutkan
tugas BPUPKI maka dibentuklah PPKI.

13
h. Tanggal 9 Agustus 1945
PPKI dibentuk tanggal 9 Agustus 1945. PPKI adalah badan
bentukan pemerintahan Jepang tetapi bukan alat pemerintahan
Jepang, sebab:
1) PPKI bekerja sesudah Jepang tidak berkuasa lagi.
2) PPKI bekerja atas dasar keyakinan, pemikiran dan caranya
sendiri untuk mencapai kemerdekaan Indonesia Merdeka.
3) PPKI merupakan suatu badan perwujudan/perwakilan rakyat
Indonesia.
i. Tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
j. Tanggal 18 Agustus 1945
Pukul 10.30, dimulai sidang pleno membahas naskah rancangan
hukum dasar dan pengesahan UUD.8

C. Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila Sebagai Dasar Negara


1. Sumber Historis Pancasila Sebagai Dasar Negara
Aspek sejarah memiliki makna penting untuk membangun
kehidupan bangsa supaya lebih bijaksana pada masa mendatang. Berkaitan
dengan hal ini, Soekarno mengingatkan bangsa Indonesia dalam sebuah
pidatonya yang kemudian pernyataan tersebut dikenal sebagai adagium
yakni “jangan sekali-kali meninggalkan sejarah“ (JASMERAH). Berkaitan
dengan pentignya sejarah pada masa lampau, seorang filsuf kondang
Yunani yakni Cicero (106-43 SM) juga pernah mengatakan bahwa “sejarah
memberikan kearifan”. Eksistensi sejarah pada masa itu bagaikan guru
yang amat berharga. Oleh karena sangat penting, maka sejarah perjuangan
bangs ini harus dituturkan secara turun-temurun kepada tiap generasi agar
tidak lekang oleh waktu.

8
Tri Ari, dkk, Pendidikan Pancasila, (Semarang : Unnes Press,2016)
14
Ketika dalam sebuah pertemuan untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia, seorang tokoh kemerdekaan yang hadir dalam
pertemuan tersebut yakni Radjiman meminta para anggota dalam rapat
tersebut menyepakati dalam sebuah dasar negara. Muhammad Yamin dan
Soepomo sebelumnya sudah menyampaikan pandangan mereka mengenai
dasar negara. Soekarno pun demikian. Ia menyampaikan dasar negara
dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 dihadapan sidang BPUPKI.
Soekarno menyebut dasar negara dengan menggunakan Bahasa Belanda,
yakni Phylosophische Grondslag. Sebagaimana yang tertuang dalam
Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 yang disussun oleh
Muhammad Yamin. Phylosophische Grondslag itulah fundamen (fondasi),
filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-
dalamnya untuk diatasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal
dan abadi.
Pancasila dijadikan sebagai fondasi negara Ketika disahkan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
tahun 1945 pada 18 Agustus 1945. Sebagaimana diketahui bahwa pada
awalnya sudah dirancang pembukaan tersebut pada tanggal 22 Juni 1945,
yang terkenal dengan Jakarta-charter atau Piagam Jakarta, tetapi Pancasila
sudah diusulkan terlebih dahulu pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang
BPUPKI sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang akan
didirikan. Terkait dengan hal itu, Pancasila yang ada kini adalah hasil karya
bersama dari berbagai aliran politik yang ada di BPUPKI, yang kemudian
disempurnakan dan disahkan oleh PPKI disaat negara Indonesia ini
didirikan.9 Dengan demikian, jelaslah kedudukan Pancasila itu sebagai
dasar negara.

9
Firman Freaddy Busroh dkk, BUKU AJAR PANCASILA, (Bandung: CV. Feniks Muda
sejahtera,2022), hal. 39-40.

15
2. Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila dijadikan sebagai dasar negara Indonesia tentu saja lahir
dari hasil konsensus filsafat (Philosophical consensus). Dikatakan
demikian karena konsensus tersebut mengiyakan atau menyepakati apa
yang menjadi polemik sebelumnya mengenai dasar negara. Konsensus
yang diambil tersebut merupakan suatu dasar filsafat negara. Sebagaimana,
dalam teori kontrak sosial yang dirumuskan oleh J.J Rousseau, maka boleh
dikatakan bahwa Pancasila merupakan sebuah kesepakatan luhur dari para
founding fathers yang berasal dari berbagai golongan dan perbedaan
menjadi satu kesatuan untuk mendirikan suatu negara berdasarkan
Pancasila. Perspektif sosiologis suatu masyarakat tentu memiliki nilai-nilai
yang dijadikan sebagai pedoman dalam sebuah wilayah. Dengan demikian
pendekatan ini sangat didambakan untuk dikaji lebih mendalam mengenai
struktur sosial kemasyarakatan, proses sosial, termasuk perubahan-
perubahan sosial dan juga problematika sosial yang terjadi dalam
kehidupan sosial. Segala bentuk tersebut dianalisis lebih jauh dengan
menggunakan nilai-nilai standar Pancasila yang adalah dasar dari negara
kesatuan republik Indoneisa. Hal ini tentu sangat berbeda dengan bangsa
lainnya di dunia, sebab bangsa Indonesia melandaskan pandangan
hidupnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan juga
bernegarapada sebuah fondasi kokoh yang dimiliki dan melekat pada bangs
aitu sendiri.
Nilai kemasyarakatan dan kenegaraan yang terdapat dalam sila-sila
Pancasila bukan semata hasil konseptual seseorang, tetapi merupakan hasi
karya besar bangsa Indonesia yang melewati dinamika refleksi filosofis
yang menukik dan mendalam oleh para pendiri negara. Bung Karno sendiri
mengatakan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia
dan kemudian dijadikan sebagai dasar negara ini. Hal ini berarti bahwa

16
nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis bangsa Indonesia.
Dengan demikian materi mata kuliah Pancasila jelas berasal dari konteks
kehidupan masyarakat Indonesia bukan diadopsi dari budaya lainnya di
dunia.10
3. Sumber Politis Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945, terkandung makna bahwa
Pancasila menjelma menjadi asas dalam sistem demokrasi konstitusional.
Konsekuensinya, Pancasila menjadi landasan etik dalam kehidupan politik
bangsa Indonesia. Selain itu, bagi warga negara yang berkiprah dalam
suprastruktur politik (sektor pemerintah), yaitu lembaga-lembaga negara
dan lembaga-lembaga pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah,
Pancasila merupakan norma hukum dalam memformulasikan dan
mengimplementasikan kebijakan publik yang menyangkut hajat hidup
orang banyak. Di sisi lain, bagi setiap warga negara yang berkiprah dalam
infrastruktur politik (sektor masyarakat), seperti organisasi
kemasyarakatan, partai politik, dan media massa, maka Pancasila menjadi
kaidah penuntun dalam setiap aktivitas sosial politiknya. Dengan demikian,
sektor masyarakat akan berfungsi memberikan masukan yang baik kepada
sektor pemerintah dalam sistem politik. Pada gilirannya, sektor pemerintah
akan menghasilkan output politik berupa kebijakan yang memihak
kepentingan rakyat dan diimplementasikan secara bertanggung jawab di
bawah kontrol infrastruktur politik. Dengan demikian, diharapkan akan
terwujud clean government dan good governance demi terwujudya
masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan masyarakat yang makmur
dalam keadilan.11

10
Ibid, hal. 40-41.
11
Paristiyanti Nurwardani dkk, op.cit., hal. 86-87.
17
D. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Dasar Negara
1. Dinamika Pancasila Sebagai Dasar Negara
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian
yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan
suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara
dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis dalam Undang-Undang
Dasar maupun yang tidak tertulis.12
Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui suatu
proses yang cukup panjang. Pada mulanya, adat istiadat dan agama menjadi
kekuatan yang membentuk adanya pandangan hidup. Setelah Soekarno
menggali kembali nilai-nilai luhur budaya Indonesia, pada 1 Juni 1945
barulah Pancasila disuarakan menjadi dasar negara yang diresmikan pada
18 Agustus 1945 dengan dimasukkannya sila-sila Pancasila dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945. Dengan bersumberkan budaya, adat istiadat, dan agama sebagai
tonggaknya, nilai-nilai Pancasila diyakini kebenarannya dan senantiasa
melekat dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
Pada saat berdirinya negara Republik Indonesia yang ditandai
dengan dibacakannya teks proklamasi pada 17 Agustus 1945, bangsa
Indonesia sepakat pengaturan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Namun, sejak November
1945 sampai menjelang ditetapkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959,
pemerintah Indonesia mempraktikkan sistem demokrasi liberal.13
Sebagaimana yang sejak awal telah dirintis oleh pendiri bangsa
bahwa demokrasi liberal yang berlaku di Barat tidak cocok diterapkan di
Indonesia. Menurut mereka demokrasi Barat yang akan diterapkan di
Indonesia perlu dilakukan penyesuaian. Kondisi kultural dan nilai-nilai
12
Munir dkk, Pendidikan Pancasila,(Malang:Madani Media),hal.45.
13
Paristiyanti Nurwardani dkk, op.cit., hal.90.
18
yang dianut oleh masyarakat Indonesia berbeda dengan masyarakat Barat.
Demokrasi di Barat hanya menekankan pada demokrasi politik. Demokrasi
ekonomi tidak dilakukan. Akibatnya kesenjangan antara orang kaya dan
miskin makin kuat.14
Setelah dilaksanakan Dekrit Presiden, Indonesia kembali diganggu
dengan Munculnya paham lain. Pada saat itu, sistem demokrasi libera
ditinggalkan, Perdebatan tentang dasar negara di Konstituante berakhir dan
kedudukan Pancasila di perkuat, tetapi keadaan tersebut dimanfaatkan oleh
mereka yang Menghendaki berkembangnya paham haluan kiri (komunis).
Puncaknya Adalah peristiwa pemberontakan G30S PKI 1965. Peristiwa ini
menjadi pemicu Berakhirnya pemerintahan Presiden Soekarno yang
digantikan oleh Pemerintahan Presiden Soeharto.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, ditegaskan bahwa
Pancasila Sebagai dasar negara akan dilaksanakan secara murni dan
konsekuen. Menyusul kemudian diterbitkan Ketetapan MPR
No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P-4). Namun, Pemerintahan Presiden Soeharto pun akhirnya dianggap
menyimpang dari garis politik Pancasila dan UUD 1945. Beliau dianggap
cenderung melakukanp liberalisme-kapitalisme dalam mengelola negara.
Pada tahun 1998 muncul gerakan reformasi yang mengakibatkan
Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan Presiden. Namun,
sampai saat ini nampaknya reformasi belum membawa angin segar bagi
dihayati dan diamalkannya Pancasila secara konsekuen oleh seluruh
elemen bangsa.
Pada tahun 2004 sampai sekarang, berkembang gerakan para
akademisi dan Pemerhati serta pencinta Pancasila yang kembali
menyuarakan Pancasila Sebagai dasar negara melalui berbagai kegiatan

14
Hariyono, IDEOLOGI PANCASILA,(Malang:Intrans Publishing,2014),hal.156.
19
seminar dan kongres.15 Hal ini berarti Pancasila dipergunakan sebagai
dasar dan pedoman dalam mengatur pemerintahan dan penyelenggaraan
Negara. Isi dan tujuan dari semua perundang-undangan di Indonesia harus
berdasarkan, Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengan jiwa
Pancasila.16
2. Tantangan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Sebagai warga negara Indonesia perlu kita sadari bahwa sebagian
besar generasi muda masih cenderung mengabaikan tantangan masyarakat
dan bangsanya. Generasi muda yang hidup pada era komunikasi dan
informasi yang canggih sudah dikepung oleh iklan yang membawa pesan
konsumtif di berbagai media. Rangsangan untuk bergaya hidup hedonis
dan konsumtif terasa makin masif. Bagi anak-anak yang tidak mampu
berpikir kritis serta memiliki kedaulatan diri yang rendah, apa yang
terpampang dalam iklan dianggap menjadi suatu kebenaran. Seolah apa
yang ditampilkan dalam iklan dianggap sebagai realitas yang sebenarnya.
Konsekuensinya mereka mudah terjebak dalam budaya instan. Mereka
kurang peduli dengan nasib bangsa secara keseluruhan.17
Pada era globalisasi dewasa ini, banyak hal yang akan merusak
mental dan Nilai moral Pancasila yang menjadi kebanggaan bangsa dan
negara Indonesia. Dengan demikian, Indonesia perlu waspada dan
berupaya agar ketahanan Mental ideologi bangsa Indonesia tidak tergerus.
Pancasila harus senantiasa Menjadi benteng moral dalam menjawab
tantangan-tantangan terhadap Unsur-unsur kehidupan bernegara, yaitu
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan Agama.
Tantangan yang muncul, antara lain berasal dari derasnya arus
paham-paham Yang bersandar pada otoritas materi, seperti liberalisme,

15
Paristiyanti Nurwardani dkk, op.cit., hal. 91.
16
Munir dkk,op.cit.,Hlm. 46-47.
17
Hariyono, op.cit.,Hlm. 38.
20
kapitalisme, komunisme, sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme, yang
menggerus kepribadian bangsa yang berkarakter nilai-nilai Pancasila. Hal
ini pun dapat dilihat dengan jelas, betapa paham-paham tersebut telah
merasuk jauh dalam Kehidupan bangsa Indonesia sehingga melupakan
kultur bangsa Indonesia yang memiliki sifat religius, santun, dan gotong-
royong.18
Beraneka ragam tantangan yang dihadapi menggambarkan bahwa
menjawab upaya tersebut tidak mudah. Maka dari itu, seluruh bagian dari
masyarakat sepatutnya bahu membahu merespon dengan serius dan
bertanggung jawab untuk memperkokoh nilai–nilai Pancasila serta
mewujudkan cita-cita dan tujuan negara yang diharapkan oleh seluruh
lapisan masyarakat Indonesia.

E. Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara


1. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
Antara Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945, khususnya
bagian pembukaan, sebagai dasar hukum, keduanya memiliki hubungan
yang saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan. Dapat digambarkan jika
Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah raganya Pancasila
merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945 Unsur pokok ini
kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945, sebagai
norma hukum dasar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.
Pancasila adalah sebagai inti Pembukaan UUD 1945, sehingga
mempunyai kedudukan kuat, tetap dan tidak dapat diubah. Pembukaan
UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara fundamental secara hukum tidak
dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR dan DPR. Berdasarkan
penjelasan di atas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI

18
Paristiyanti Nurwardani dkk, op.cit., hal. 92.
21
Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan
hubungan yang bersifat material.
a. Hubungan Formal
Pancasila sebagai norma dasar hukum positif yang dicantumkan
dalam pembukaan UUD 1945. Dengan demikian cara kehidupan,
tanegara tidak hanya bertopang kepada asas-asas sosial, ekonomi,
politik, akan tetapi dalam perpaduanya dengan keseluruhan asas
yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius
dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya berdampak pada
Pancasila.
b. Hubungan Material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain
hubungan yang bersifat formal, sebagaimana yang dijelaskan di atas
juga hubungan secara material sebagai berikut:
1) Ditinjau dari proses perumusan Pancasila secara kronologis,
materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah
dasar filsafat Pancasila baru kemudian pembukaan UUD
1945. Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum Indonesia
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang
tertinggi, dan tertib hukum Indonesia bersumberkan pada
Pancasila.
2) Selain UUD 1945 masih ada hukum dasar tidak tertulis yang
juga merupakan sumber hukum. Dalam UUD 1945 dijelaskan
bahwa hukum tidak tertulis ini merupakan aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara,
meskipun tidak tertulis, inilah yang dimaksud dengan
konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan.19

19
Noor Bakry. Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
22
2. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD 1945
Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat
Pancasila dengan batang tubuh UUD NRI tahun 1945 bersifat kausal dan
organis. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD NRI
tahun 1945. sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan dan batang
tubuh UUD NRI tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Dengan dijabarkannya pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD
NRI tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh,
maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah
menjadi hukum positif.
Sesuai dengan Penjelasan UUD NRI tahun 1945. Pembukaan
mengandung empat pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam
batang tubuh. Keempat pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pokok pikiran pertama berintikan Persatuan', yaitu; "negara
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
2) Pokok pikiran kedua berintikan 'Keadilan sosial', yaitu; "negara
hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat".
3) Pokok pikiran ketiga berintikan Kedaulatan rakyat, yaitu: "negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan".
4) Pokok pikiran keempat berintikan Ketuhanan Yang Maha Esa', yaitu;
"negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.20

20
Ibid.
23
3. Implementasi Pancasila dalam Pembuatan Kebijakan Negara dalam
Bidang Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Hankam
a. Bidang politik
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus
mendasarkan pada dasar ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada
kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh
karena itu kehidupan politik harus benar-benar merealisasikan tujuan
demi harkat dan martabat manusia. Pengembangan politik Negara
terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus mendasarkan pada
moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila dam
esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala
cara harus segera diakhiri.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1). dan pasal 28
Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran
kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang adil dan beradap yang
masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 pancasila.
Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional
bidang politik di Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka
pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada
manusia yang merupakan subyek pendukung pancasila. Manusia
adalah subyek negara dan oleh karena itu politik negara harus berdasar
dan merealisasikan harkat dan martabat manusia di dalamnya. Hal ini
dimaksudkan agar sistem politik negara dapat menjamin hak-hak asasi
manusia. Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan
pemegang kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain

24
itu, sistem politik yang dikembangkan adalah sistem yang
memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral politik.
b. Bidang ekonomi
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja
melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat
Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan
seluruh bangsa.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 27, pasal 33, dan pasal 34.
Maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi di Indonesia
bertujuan untuk menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu
pada kepentingan rakyat dan keadilan.
1) Pasal 27 Ayat 2 berbunyi "Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2) Pasal 33 Ayat yang berbunyi "Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”.
3) Pasal 34 Ayat 1 yang berbunyi "Fakir miskin dan anak-anak yang
terlantar dipelihara oleh negara"
Pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi di
indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang
bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan.
c. Bidang politik dan sosial budaya
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 29, 31, dan pasal 32. Kebijakan
negara dalam bidang sosial budaya mengandung makna bahwa nilai
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia harus
diwujudkan dalam proses pembangunan masyarakat dan kebudayaan
Indonesia.

25
1) Pasal 29 Ayat 1 berbunyi "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa
2) Pasal 31 Ayat berbunyi "Setiap warga negara untuk berhak
mendapatkan pendidikan, ketentuan ini menegaskan bahwa
mendapat pendidikan adalah HAM".
3) Pasal 32 Ayat 2 berbunyi "Negara memajukan kebudayaan
nasional Indonesia di tengah peradaban dunia".
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat indonesia harus
diwujudkan dalam proses pembangunan masyarakat dan kebudayaan
di Indonesia.
d. Dalam bidang Hankam
Negara pada hakikatnya merupaan suatu masyarakat hukum. Demi
tegaknya hak warga negara maka diperlukan peraturan perundang-
undangan negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga
maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.
Dituangkan dalam pasal 27 ayat 3 dan pasal 30 ayat 1. Dalam bidang
ini harus diawali dengan kesadaran bahwa Indonesia adalah negara
hukum. Dalam bidang ini bertujuan untuk menghindari kesewenangan
negara dalam melindungi dan membela wilayah negara dengan bangsa
serta dalam mengayomi masyarakat.
1) Pasal 27 Ayat 3 berbunyi "Setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara".
2) Pasal 30 Ayat 1 berbunyi "Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.21

21
Azikin, Konsep dan Implementasi Ideologi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan
Pemerintah. Jurnal Kebijakan Pemerintah. No. 2 Vol. 5, 2018.
26
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebuah negara harus memiliki beberapa unsur agar dapat disebut
sebagai negara. Setiap unsur di dalam negara akan saling melengkapi,
sehingga tanpa adanya salah satu unsur maka suatu negara tidak akan
sempurna atau tidak dapat disebut negara secara utuh. Syarat dari berdirinya
sebuah negara dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu: adanya wilayah,
adanya penduduk, adanya pemerintah yang berdaulat, dan adanya pengakuan
dari negara lain. Dari setiap negara tentu memiliki tujuan negara, demikian
Negara Indonesia juga memiliki tujuan. Tujuan Negara Indonesia apabila
disederhanakan dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu mewujudkan
kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh bangsa dan seluruh
wilayah negara. Setiap negara tentunya juga memiliki dasar negaranya
masing-masing. Misalnya Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar negara.
Dasar negara sangat penting karena sebagai pedoman dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dasar negara sendiri sangat penting karena juga
digunakan sebagai sumber hukum negara didasarkan pada negara tersebut.

Pendudukan Indonesia oleh kolonial Belanda semenjak berdirinya


perkumpulan dagang VOC (Verenidge Oost Indische Companie) diawal abad
XVII dengan pemerintahannya di Indonesia yang terkenal dengan sebutan
Hindia Belanda (Nederlands Indie), mulai ambruk dengan mendaratnya
tentara Jepang di Indonesia yang dimulai pertama kali di pulau Tarakan,
Kalimantan pada tanggal 10-11 Januari 1942, yang kemudian diikuti dengan
adanya pendaratan di pulau-pulau lainnya seperti Sulawesi, Maluku, Sumatra,
Bali dan pada akhirnya memasuki pulau Jawa.

27
Dari segi historis Pancasila yang ada kini adalah hasil karya
bersama dari berbagai aliran politik yang ada di BPUPKI, yang kemudian
disempurnakan dan disahkan oleh PPKI disaat negara Indonesia ini didirikan.
Sebagaimana dari segi sosiologis, nilai kemasyarakatan dan kenegaraan yang
terdapat dalam sila-sila Pancasila bukan semata hasil konseptual seseorang,
tetapi merupakan hasi karya besar bangsa Indonesia yang melewati dinamika
refleksi filosofis yang menukik dan mendalam oleh para pendiri negara.
Selain itu, dari segi politis Pancasila merupakan norma hukum dalam
memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan publik yang
menyangkut hajat hidup orang banyak.

Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian


yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan
suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara
dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis dalam Undang-Undang Dasar
maupun yang tidak tertulis. Pada era globalisasi dewasa ini, banyak hal yang
akan merusak mental dan Nilai moral Pancasila yang menjadi kebanggaan
bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian, Indonesia perlu waspada dan
berupaya agar ketahanan Mental ideologi bangsa Indonesia tidak tergerus.

Esensi pancasila sebagai dasar negara merupakan segala sesuatu


yang merupakan hakikat, dasar, inti, sari, hal yang pokok, penting, ekstrak dan
konsentrat dari segala sesuatu disebut esensi tergantung dalam konteks dan
penggunaannya. Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia sebagai asas
kerohanian dan dasar filsafat negara merupakan unsur penentu daripada ada
dan berlakunya tertib hukum bangsa Indonesia dan pokok kaidah negara yang
fundamental. Implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan terdapat
pada berbagai bidang kehidupan negara yaitu bidang ekonomi, bidang politik,
sosial budaya, dan hankam.

28
B. SARAN

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh


dari kata sempurna. Oleh karena nya kami mengharapkan kritik dan saran
guna perbaikan makalah yang akan datang. Terima kasih.

29
DAFTAR PUSTAKA

Al, Marsudi, Si. (2001) . Pancasila dan UUD 45 dalam Paradigma Reformasi.
Jakarta: PT . RajaGrafindo Persada.

Azikin. A. (2018). Konsep dan Implementasi Ideologi Pancasila dalam Perumusan


Kebijakan Pemerintah.. Jurnal Kebijakan Pemerintah,. 5(2), 77-90.

Bakry, N. (2010). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fatimah, N. Pengertian Negara, Fungsi Hingga Syarat Mendirikannya,


(https://pelayananpublik.id/2019/10/21/pengertian-negara-fungsi-hingga-
syarat-mendirikannya/), diakses pada 04 Maret 2023, pukul 17.50 WIB.

Freaddy dkk. (2022). BUKU AJAR PANCASILA. Bandung: CV. Feniks Muda
Sejahtera.

Hariyono. (2014).Ideologi Pancsila. Malang: Intrans Publishing.

Munir dkk. (2015). Pendidikan Pancasila. Malang: Madani Media.

Nurwardani, P. dkk, (2016). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Ristekdikti.

Pustadin, Resiko Negara Tidak Memiliki Dasar Negara,


(https://bpip.go.id/berita/991/839/resiko-negara-tidak-memiliki-dasar-
negara.html), diakses pada tanggal 04 Maret 2023, pukul 19.10 WIB.

Tri, A. dkk. (2016). Pendidikan Pancasila. Semarang : Unnes Press.

30

Anda mungkin juga menyukai