Buku Amd Also Si Al 2022
Buku Amd Also Si Al 2022
LINGKUNGAN (AMDAL)
GET PRESS
ANALISA MENGENAI DAMPAK
LINGKUNGAN (AMDAL)
Gito Sugiyanto
Ritnawati Makbul
Tarzan Purnomo
Yunus Arifien
Andi Susilawaty
Andreas Pramudianto
James Sinurat
Novita K. Indah
Hamzah Hasyim
Lovi Sandra
Rita Sunartaty
Penulis :
Gito Sugiyanto
Ritnawati Makbul
Tarzan Purnomo
Yunus Arifien
Andi Susilawaty
Andreas Pramudianto
James Sinurat
Novita K. Indah
Hamzah Hasyim
Lovi Sandra
Rita Sunartaty
ISBN : 978-623-5383-12-5
Redaksi :
Jl. Pasir Sebelah No. 30 RT 002 RW 001 Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan
Koto Tangah
Padang Sumatera Barat
Website : www.globaleksekutifteknologi.co.id
Email : globaleksekutifteknologi@gmail.com
i
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
ARTI DAN PERANAN
Oleh Gito Sugiyanto
1.1 Pendahuluan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
merupakan suatu kajian dampak penting pada lingkungan hidup
terhadap suatu kegiatan yang direncanakan dan digunakan sebagai
prasyarat dalam pengambilan keputusan. AMDAL adalah salah satu
cara yang digunakan untuk mengendalikan adanya perubahan
lingkungan hidup sebelum kegiatan pembangunan dilaksanakan.
Pembangunan yang dilakukan harus berwawasan lingkungan (eco
development) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). “Pembangunan berkelanjutan yaitu upaya sadar dan
terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial,
ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan dan mutu generasi kini dan generasi yang akan
datang” (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009). AMDAL
membantu pelaksanaan pembangunan berdasarkan pendekatan
lingkungan, sehingga dampak-dampak negatif yang ditimbulkan
akibat adanya suatu kegiatan pembangunan dapat diminimalkan
dan/atau dihilangkan dengan cara mencarikan metode
penyelesaian dari dampak yang ditimbulkan. Sebelum
memprakirakan dampak penting dari aspek fisik, kimia, biologi,
sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan maka perlu diketahui
terlebih dahulu arti, peranan, dan prosedur AMDAL. Untuk itu pada
bab ini akan dibahas tentang arti dan peranan AMDAL yang terdiri
dari pengertian AMDAL, dasar hukum dan peraturan-peraturan
yang berkaitan, serta fungsi dan peranan AMDAL.
Gito Sugiyanto 1
1.2 Pengertian Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL)
Berikut ini diuraikan beberapa definisi Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) baik berdasarkan referensi yang
berasal dari dalam negeri maupun referensi dari luar negeri.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan juga disebut sebagai
Environmental Impact Analysis (EIA) atau Environmental Impact
Statement (EIS) atau Environmental Impact Assessment (EIA) atau
Environmental Impact and Statement (EIS).
1.2.1 Berdasarkan The United Nations Conference on
Environment and Development
AMDAL berawal dari suatu pemikiran mengenai
pembangunan yang berwawasan lingkungan (eco development) dan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development),
sebagaimana yang terdapat dalam Konferensi Stockholm 1972 dan
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan
Pembangunan (United Nations Conference on Environment and
Development) atau Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit)
di Rio de Janeiro pada tahun 1992 (United Nations, 1993).
Prinsip 15 Deklarasi Earth Summit Rio de Janeiro tahun
1992 menyatakan bahwa:
“In order to protect the environment, the precautionary
approach shall be widely applied by States according to their
capabilities.”
Mengenai instrumen AMDAL, Prinsip 17 Deklarasi Earth
Summit Rio de Janeiro pada tahun 1992 menyatakan bahwa:
“Environment impact assessment, as a national instrument,
shall be undertaken for proposed activities that are likely to have a
significant adverse impact on the environment and are subject to
desicion of a competent national authority” (United Nations, 1993).
Gito Sugiyanto 4
1.3 Dasar Hukum dan Peraturan Terkait
Dasar hukum dan peraturan di Indonesia yang terkait
dengan pelaksanaan AMDAL diuraikan sebagai berikut:
1. "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup".
2. "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja".
3. "Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup".
4. "Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup".
5. “Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2021 tentang
Sertifikasi Kompetensi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, Lembaga Penyedia Jasa Penyusun
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, dan Uji
Kelayakan Lingkungan Hidup".
6. "Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2021 tentang Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup".
Gito Sugiyanto 5
sebagai suatu acuan dasar yang dapat digunakan sebelum
melakukan suatu kegiatan pembangunan atau proyek
pekerjaan.
b. Membantu proses pengambilan keputusan tentang
kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau
kegiatan pembangunan.
Dengan disusunnya dokumen studi AMDAL maka
diharapkan masalah yang muncul dapat tertangani dengan
baik dan dicarikan solusi penyelesaian yang paling baik
serta mencegah munculnya dampak lainnya yang lebih
buruk agar tidak terulang kembali. Pembangunan suatu
proyek tanpa menggunakan studi AMDAL tentu sangat
merugikan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar areal
proyek atau kegiatan pembangunan. Dampak negatif yang
mungkin terjadi misalnya suatu wilayah mengalami banjir
saat terjadi hujan, terjadi kelangkaan air minum dan air
sumur karena berkurangnya proses infiltrasi, timbul
kebisingan dan debu akibat adanya proyek konstruksi,
yang disebabkan karena letak atau lokasi proyek berada di
tengah permukiman warga.
c. Memberikan masukan untuk penyusunan pada tahap
desain rinci teknis (detail engineering design) dari rencana
usaha dan/atau kegiatan pembangunan.
d. Memberikan masukan dalam penyusunan rencana atau
upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
pemantauan lingkungan hidup atau UKL-UPL.
“Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) adalah
rangkaian proses pengelolaan dan pemantauan
Lingkungan Hidup yang dituangkan dalam bentuk standar
untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan
keputusan serta termuat dalam perizinan berusaha, atau
persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah”
(Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021).
e. Sebagai suatu acuan yang digunakan dalam pengambilan
kebijakan yang berkaitan dengan kelayakan suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan lingkungan hidup.
Gito Sugiyanto 6
f. Sebagai bentuk informasi untuk masyarakat terkait
dampak yang ditimbulkan baik dampak positif maupun
dampak negatif yang kemungkinan akan terjadi dari
rencana usaha ataupun kegiatan tertentu.
g. Sebagai suatu acuan atau rekomendasi izin usaha ataupun
izin kegiatan.
h. Sebagai suatu dokumentasi ilmiah dan legal.
2. Manfaat AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
memberikan banyak sekali manfaat untuk seluruh pihak, baik bagi
pemerintah, pebisnis, dan juga masyarakat yang berada di sekitar
lokasi kegiatan pembangunan yang akan terkena dampak langsung.
Berikut ini diuraikan manfaat dari dokumen studi AMDAL.
1) Manfaat AMDAL bagi Pemerintah
a. Melalui AMDAL pemerintah akan bisa melakukan kegiatan
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) sesuai dengan prinsip pemerintah.
b. Membantu mencegah terjadinya pencemaran air,
pencemaran udara, kebisingan dan juga mengendalikan
terjadinya kerusakan lingkungan hidup.
c. Memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan sudah
sesuai dengan ketentuan dan prinsip pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development).
d. Sebagai bentuk tanggungjawab dari pemerintah dalam
upaya untuk mengelola lingkungan hidup dan memantau
lingkungan hidup di negaranya.
e. Dapat membantu dalam rangka menentukan
kebijaksanaan yang tepat dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan serta peningkatan pelaksanaan
pengelolaan lingkungan.
Gito Sugiyanto 8
1.4.2 Peranan AMDAL
Salah satu cara yang digunakan dalam rangka pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan dalam kegiatan pembangunan
yaitu melalui AMDAL. Dokumen studi AMDAL dapat membantu
pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan pendekatan
aspek lingkungan, sehingga dampak-dampak negatif yang
ditimbulkan dapat diminimalisir atau dihilangkan dengan
mencarikan teknik penyelesaian terhadap dampaknya. Perubahan-
perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan
pembangunan dapat diperkirakan sebelum pelaksanaan kegiatan,
sehingga dapat diprakirakan akibat-akibat atau dampak-dampak
yang akan terjadi. Dengan demikian dapat dicarikan teknik
penyelesaian dalam mengantisipasi dampak yang timbul dan
meminimalisir dampak. Tetapi apabila dampak yang akan timbul
diprakirakan merusak lingkungan hidup dan masyarakat luas dan
pengantisipasian terhadap dampak yang ditimbulkan memakan
waktu yang sangat lama dan sulit dalam pembiayaannya, maka
rencana kegiatan tersebut dapat dianggap tidak layak untuk
dilakukan.
Laporan atau dokumen studi AMDAL merupakan dokumen
yang penting dan dijadikan sebagai:
a. Sumber informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan
yang meliputi aspek fisik, kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya,
dan kesehatan.
b. Sebagai informasi pembanding dalam melaksanakan hasil
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup atau UKL-UPL.
c. Informasi dalam dokumen studi AMDAL sangat bermanfaat
untuk berbagai macam keperluan.
d. Sebagai informasi yang berharga bagi proyek kegiatan lain yang
akan dibangun di dekat lokasinya.
e. Merupakan dokumen penting yang dapat digunakan di
pengadilan dalam rangka menghadapi tuntutan dari pihak lain.
Gito Sugiyanto 9
1) Tujuan Environmental Impact Assessment
Berdasarkan The National Environmental Policy Act 1969,
Sewell (1975) mengidentifikasi enam tujuan dari Environmental
Impact Assessment (EIA) yaitu:
a. Sebagai tanggung jawab untuk generasi yang akan datang
(responsibility to future generation).
b. Untuk menjamin lingkungan hidup yang berkualitas bagi
seluruh rakyat Amerika Serikat (provision of a quality
environment for all Americans).
c. Upaya menghindari dampak lingkungan yang tidak
diinginkan (prevention of undesirable impacts).
d. Upaya menjaga kelestarian warisan budaya nasional
(preservation of national heritage).
e. Upaya untuk mencapai keseimbangan sumber daya
menurut populasi (achievement of a population resource
balance).
f. Meningkatkan sumber daya yang dapat diperbaharui dan
upaya daur ulang sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui (enhancement of renewable resources and
recycling of non renewable ones).
Gito Sugiyanto 10
positif. AMDAL merupakan salah satu instrumen untuk
mempertahankan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (Sari, 2018).
Gito Sugiyanto 11
perencanaan program dan pembaharuan program di kemudian hari
agar tujuan pengelolaan lingkungan dapat dicapai.
Gito Sugiyanto 12
DAFTAR PUSTAKA
Bradley, R. H. and Caldwell, B. M. (1978) "Screening The
Environment" American Journal of Orthopsychiatry vol. 48
no. 01 pp. 114-130. https://doi.org/10.1111/j.1939-
0025.1978.tb01293.x.
Kementerian Sekretariat Negara. (2009) "Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup".
Kementerian Sekretariat Negara. (2020) "Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja".
Kementerian Sekretariat Negara. (2021) "Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup".
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2021) "Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup".
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2021) "Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2021 tentang Sertifikasi
Kompetensi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup,
Lembaga Penyedia Jasa Penyusun Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup, dan Uji Kelayakan Lingkungan
Hidup".
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2021) "Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2021 tentang Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup".
Rahmadi, T. (2015) "Hukum Lingkungan di Indonesia", Edisi Kedua.
Jakarta: Rajawali Pers.
Soemarwoto, O. (1999) "Ekologi, Lingkungan Hidup dan
Pembangunan". Jakarta: Penerbit Djambatan.
Gito Sugiyanto 13
Santoso, T. I. (2009) "Politik Hukum Amdal: Amdal dalam Perspektif
Hukum Lingkungan dan Administrasi". Malang: Setara Press.
Sari, I. (2018) "AMDAL sebagai Instrumen dalam Mempertahankan
Sustainable Development yang Berwawasan Lingkungan"
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara vol. 08 no. 02 pp. 59-79.
https://journal.-
universitassuryadarma.ac.id/index.php/jihd/article/downlo
ad/255/230
Sewel, G. H. (1975) "Environmental Quality Management", New
Jersey: Prentice-Hall Inc Englewood Cliffs.
Siahaan, N. H. T. (2008) "Hukum Lingkungan". Jakarta: Pancuran
Alam.
United Nations. (1993) "Report of the United Nations Conference on
Environment and Development Rio de Janeiro 3-14 June
1992". New York.
United States National Environmental Policy Act (NEPA) (1970)
"The National Environmental Policy Act of 1969, as
amended". Available at:
https://www.energy.gov/sites/default/files/nepapub/nepa
_documents/RedDont/Req-NEPA.pdf.
Gito Sugiyanto 14
BAB II
MANAJEMEN STUDI
Oleh Ritnawati Makbul
2.1 Pendahuluan
Lingkungan biasanya menjadi masalah yang paling
banyak dibahas atau masalah yang paling banyak dibenahi oleh
banyak orang, atau oleh sekelompok orang. Maka dengan
adanya amdal atau analisis mengenai dampak di suatu
lingkungan, masalah yang ada di dalam lingkungan dapat diatasi
dengan baik. Bahkan dicari solusinya yang tepat, dan mencegah
agar dampak buruk tidak terulang lagi.
Pengertian amdal menurut PP no 27 tahun 1999, yaitu
suatu kajian mengenai dampak yang telah ditimbulkan oleh
lingkungan. Serta menjadi hal yang penting dalam pengambilan
suatu keputusan atau dari kegiatan yang telah direncanakan di
lingkungan hidup. Selain itu diperlukan juga proses
pengambilan suatu keputusan tentang penyelenggaraan jenis
usaha atau kegiatan.
AMDAL merupakan suatu analisis yang meliputi beragam
faktor seperti misalnya fisik, kimia, sosial ekonomi, biologi, dan
juga sosial budaya yang menyeluruh. Pengertian lain dari amdal
adalah proses suatu pengkajian yang digunakan untuk
memperkirakan dampak, yang terjadi di lingkungan hidup dari
suatu kegiatan atau proyek yang sudah dilakukan atau sudah
direncanakan.
Studi AMDAL adalah studi kelayakan suatu rencana
kegiatan dari sudut pandang lingkungan, yang dituangkan
dalam suatu dokumen AMDAL yang bersifat scientific and
manageable sehingga dapat digunakan sebagai instrumen
perencanaan dan manajemen lingkungan. Hal-hal yang secara
substansial harus tercakup dalam studi AMDAL sebagai berikut.
Ritnawati Makbul 15
Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup yang
timbul.
Menjelaskan kondisi yang melandasi timbulnya dampak.
Menyusun teori, rumusan, dan tata hubungan antarkondisi
atau antarperistiwa.
Menyusun prediksi, estimasi, atau proyeksi mengenai
peristiwa yang akan terjadi atau gejala yang akan muncul.
Menyusun rekomendasi dalam bentuk rencana kegiatan
pencegahan, pengelolaan, pengendalian, dan pemantauan
dampak lingkungan.
AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan suatu usaha dan/atau kegiatan. Tujuan dan
sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha dan
kegiatan pembangunan atau proyek agar dapat berjalan secara
sinambung tanpa merusak lingkungan hidup.
Ritnawati Makbul 17
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jasad
renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non-hayati;
h. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai
potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup;
i. kegiatann yang mempunyai resiko tinggi, dan/atau
mempengaruhi pertahanan negara. Usaha dan/atau
kegiatan yang akan dibangun di dalam kawasan yang
sudah dibuatkan analisis mengenai dampak lingkungan
hidup tidak diwajibkan membuat analisis mengenai
dampak lingkungan hidup lagi. Usaha dan/atau kegiatan
yang diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak
lingkungan hidup dan perlindungan fungsi lingkungan
hidup sesuai dengan rencana pengelolaan lingkungan
hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup
kawasan. Kriteria mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup
antara lain:
a) jumlah manusia yang akan terkena dampak;
b) luas wilayah persebaran dampak;
c) intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d) banyaknya komponen lingkungan lainnya yang
terkena dampak;
e) sifat kumulatif dampak;
f) berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya
(irreversible) dampak.
Ritnawati Makbul 18
Mengevaluasi dan memperkirakan dampak penting seta
timbal balik antara lingkungan dengan kegiatan proyek.
Mengidentifikasi rona awal terkait dengan area kegiatan
proyek baik di tapak proyek ataupun disekitar lokasi
proyek.
Mengidentifikasi kegiatan proyek pada beberapa tahap
yaitu: pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca
operasi. Terutama pada aspek yang diprediksi akan
menimbulkan dampak yang penting terhadap
lingkungan hidup.
Ritnawati Makbul 19
Mencegah dari pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Menghindarkan konflik dengan masyarakat.
Menjaga agar pembangunan sesuai terhadap prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
2. Manfaat AMDAL bagi Pemrakarsa
Menjamin adanya keberlangsungan usaha.
Menjadi referensi untuk peminjaman kredit.
Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat
sekitar untuk bukti ketaatan hukum.
3. Manfaat AMDAL bagi Masyarakat
Mengetahui sejak dari awal dampak dari suatu kegiatan.
Melaksanakan dan menjalankan kontrol.
Terlibat pada proses pengambilan keputusan.
Ritnawati Makbul 20
Ruang lingkup studi AMDAL yang harus dilaksanakan yaitu
meliputi:
1. Pekerjaan persiapan, pengumpulan data, deskripsi tentang
kegiatan, informasi mengenai renccana kegiatan kepada
masyarakat, pengumpulan data sekunder, kajian tentang
kualitas udara dan tingkat kebisingan, kajian tentang kualias
air, kajian tentang biologi (flora & fauna), kajian tentang
sosial, ekonomi serta budaya, kajian tentang kesehatan
masyarakat, penyusunan KA ANDAL (Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan), penyusunan ANDAL (Analisis
Dampak Lingkungan), penyusunan RKL (Rencana
Pengelolaan Lingkungan), penyusunan RPL (Rencana
Pemantauan Lingkungan, penyusunan Ringkasan Eksekutif
AMDAL yang sudah disetujui oleh instansi berwenang.
2. Analisis mengenai dampak lingkungan tidak perlu dibuat
bagi rencana usaha dan/atau kegiatan untuk menanggulangi
suatu keadaan darurat. Analisis mengenai dampak
lingkungan hidup merupakan syarat yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan
yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang.
3. Permohonan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada diajukan oleh pemrakarsa
kepada pejabat yang berwenang menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan wajib melampirkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau
kegiatan yang diberikan oleh instansi yang bertanggung
jawab. Pejabat yang berwenang mencantumkan syarat dan
kewajiban sebagaimana ditentukan dalam rencana
pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan
lingkungan hidup sebagai ketentuan dalam izin melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkannya. Ketentuan
dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib
dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemrakarsa, dalam
menjalankan usaha dan/atau kegiatannya.
Ritnawati Makbul 21
Kegiatan AMDAL melibatkan 4 dokumen, yakni:
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan
Hidup. (KA-ANDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ( RPL)
Ritnawati Makbul 22
Pembangunan, iii) AMDAL bertujuan menjaga keserasian
hubungan antara berbagai kegiatan agar dampak dapat
diperkirakan sejak awal perencanaan, iv) AMDAL berfokus pada
analisis: Potensi masalah, Potensi konflik, Kendala SDA,
Pengaruh kegiatan sekitar terhadap proyek, dan v) dengan
AMDAL, pemrakarsa dapat menjamin bahwa proyeknya
bermanfaat bagi masyarakat, aman terhadap lingkungan
kehidupan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 ditetapkan tiga jenis pendekatan studi AMDAL bagi
rencana usaha/kegiatan yang masuk dalam kriteria wajib AMDAL
yaitu :
a. AMDAL Kegiatan Tunggal; yaitu AMDAL bagi suatu
rencana usaha/kegiatan yang berada dalam wewenang
suatu instansi sektoral. Contoh AMDAL kegiatan tunggal
adalah AMDAL Pembangunan Rumah Sakit, AMDAL
Pembangunan Hotel 200 kamar, dan lain sebagainya.
b. AMDAL Kegiatan Terpadu; yaitu AMDAL bagi suatu
rencana usaha/kegiatan terpadu (baik dalam hal
perencanaannya, proses produksinya maupun proses
pengelolaannya) dan direncanakan berada dalam satu
kesatuan hamparan ekosistem serta melibatkan
kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung
jawab. Contoh : AMDAL Pembangunan Industri Pulp dan
Kertas yang dilengkapi dengan HTI dan pelabuhannya.
c. AMDAL Kegiatan dalam Kawasan; yaitu AMDAL bagi suatu
rencana usaha/kegiatan dalam satu kawasan yang telah
ditetapkan dengan peraturan perundangan dan berada di
bawah kewenangan satu instansi.
Pendekatan studi amdal adalah sebagai berikut ini:
Pendekatan AMDAL kegiatan tunggal yaitu pendeaktan yang
diperuntukkan untuk satu jenis usaha di bawah satu instansi
yang membidangi dalam usaha tersebut.
Pendekatan AMDAL kegiatan multisektor atau terpadu yaitu
pendekatan yang diperuntukkan untuk jenis usaha yang
Ritnawati Makbul 23
mempunyai sistem terpadu atau yang melibatkan lebih dari
satu instansi yang membidangi dalam usaha tersebut.
Pendekatan AMDAL kegiatan dalam kawasan yaitu
pendekatan yang diperuntukkan untuk jenis usaha yang
lokasinya berada di dalam satu kawasan zona pembangunan
wilayah pada satu hamparan ekosistem.
Pendekatan AMDAL kegiatan regional yaitu pendekatan
yang diperuntukkan untuk jenis usaha yang saling terkait
serta merupakan kewenangan lebih dari satu instansi,
wilayah administratif serta hamparan ekosistem.
Penilai AMDAL, dalam proses menilai dokumen AMDAL
sebuah rencana kegiatan atau proyek, maka pihak-pihak
yang terlibat dalam proses penilaian dokumen AMDAL
tersebut meliputi :
Komisi Penilai AMDAL, yaitu sebuah komisi yang
bertugas menilai dokumen AMDAL. Pada tingkat pusat
dinamakan Komisi Penilai Pusat. Ditingkatdaerah
dinamakan Komisi Penilai Daerah. Anggota-angotanya
terdiri dari unsure pemerintahan yang berkepentingan,
unsur warga dan masyarakat yang berkepentingan dan
terkena dampak.
Pemrakarsa, yaitu orang atau badan hukum yang
bertanggung jawab atas s uatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang dilaksanakan.
Warga Masyarakat Yang Terkena Dampak, yaitu seorang
atau kelompok warga masyarakat yang akibat akan
dibangunnya suatu rencana dan/atau kegiatan tersebut
akan menjadi kelompok yang diuntungkan (benerficary
groups), dan kelompok yang dirugikan (at-risk groups).
Lingkup warga masyarakat yang terkena dampa kini
dibatasi pada masyarakat yang berada dalam ruang
dampak rencan usaha dan/atau kegiatan tersebut.
Ritnawati Makbul 24
(Seseorang yang ahli di bidang lingkungan dan bidang ilmu
tertentu) Lembaga Pelatihan (Lembaga-lembaga yang
menyelenggarakan kursus-kursus dan/atau pelatihan-pelatihan
yang berhubungan dengan pengelolaan LH.
Setiap usaha baik usaha mikro atau usaha skala besar
berpotensi untuk membuat pencemaran bagi lingkungan
sekitarnya. Kemudian, untuk memperkecil atau bahkan
menghilangkan dampak negatif yang akan terjadi maka
diperlukan AMDAL sebagai upaya untuk menjaga lingkungan
tetap baik.
Dalam sisi lain, pembangunan serta berdirinya pabrik
atau usaha akan meningkatkan nilai ekonomi serta
kesejahteraan masyarakat, namun alangkah baiknya jika
pembangunan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat
tersebut tetap sejalan dengan usaha untuk menjaga
keseimbangan ekosistem tempat tinggal kita.
Jika pembangunan serta pendirian usaha tidak
memperhatikan AMDAL maka nantinya dipastikan akan
menyebabkan kerusakan lingkungan serta akan mengakibatkan
efek negatif bagi masyarakat misalnya di bidang kesehatan.
Maka dari itu, saat perijinan pendirian suatu pabrik atau proyek
perlu menyertakan AMDAL yang kemudian akan dievaluasi oleh
irang yang berkompeten sehingga saat proyek atau pabrik telah
berdiri, maka tidak ada dampak negative yang akan merusak
lingkungan sekitar proyen atau pabrik.
Jika saat pabrik atau proyek telah berdiri namun tidak
sesuai dengan AMDAL yang telah disepakati, maka proyek atau
pabrik dapat dikenai sanksi bahkan penutupan operasi sampai
dengan masalah AMDAL ini terpenuhi kualitasnya sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Kecermatan dalam penyusunan AMDAL ini sangat
diperlukan karena suatu proyek atau pabrik rentang untuk
membuang limbah yang berbahaya bagi lingkungan serta
merugikan masyarakat di sekitarnya.
Kegiatan yang dilakukan selama persiapan dalam tahapan
AMDAL antara lain:
1. menyusun jadwal kegiatan
2. menyususb jadwal pelingkupan
Ritnawati Makbul 25
3. melengkapi surat-menyurat
4. persiapan penyusunan KA-ANDAL.
Ritnawati Makbul 26
DAFTAR PUSTAKA
Chalid Fandeli (2001), Edisi Revisi, Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Prinsip Dasar dan Pemapanannya Dalam
Pembangunan, Liberty Yogyakarta.
Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) Pembangunan Jembatan Srandakan
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta.
F. Gunawan Suratmo (2002), Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, Gadjah Mada University Press.
Niti semito, Alex S., Burhan, Umar (1995), Wawasan Studi
Kelayakan dan Evaluasi Proyek, Bumi Aksara.
Otto Soemarwato (2003), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
Gadjah Mada University Press.
Robert J. Kodoatie (1995), Edisi I, Analisis Ekonomi Teknik, Penerbit
Andi Offset, Yogyakarta.
Samsi, IGW, Aji Tatang, Vera G. Sanoe, Laporan Penelitian Studi
Pengembangan Metoda Evaluasi/PRediksi Parameter Sosial
Akibat Pembangunan Jalan, Bandung, Puslitbang Jalan, 1996.
Soeharto Iman., Jilid I, Manajemen Proyek, PT. Erlangga.
Ritnawati Makbul 27
BAB III
PELINGKUPAN (SCOPING)
Oleh Tarzan Purnomo
3.1 Pendahuluan
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL)
adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/ atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Pasal 1 (butir 2)
PP.27/2012; Soemarwoto, 1989). Oleh karena itu penyusunan
Amdal dilakukan pada tahap studi kelayakan atau desain detail
rekayasa (Penjelasan Pasal 4 (1) PP.27/2012). Salah satu dari
tahapan studi AMDAL adalah pelingkupan.
Pelingkupan (scoping) ialah penentuan ruang lingkup
studi analisis dampak lingkungan (ANDAL), yaitu bagian dari
AMDAL yang terdiri dari identifikasi dampak potensial,
prakiraan dampak, dan evaluasi dampak yang akan timbul.
Pelingkupan memegang peranan penting dalam penentuan data
apa saja yang harus dikumpulkan yang diperlukan untuk
menyusun garis dasar guna pengambilan keputusan. Apabila
pelingkupan telah disajikan dengan baik, maka penelitian
menjadi terfokus, data yang dikumpulkan hanya terbatas pada
yang diperlukan, sehingga biaya, tenaga, dan waktu dapat
digunakan dengan efektif dan efisien.
Dalam melakukan AMDAL, tidak perlu meneliti semua
komponen lingkungan, fisik, biologis, dan sosekbudkesmas; di
samping itu kita juga tidak perlu menganalisis semua kegiatan
suatu proyek yang akan dibangun. Melainkan hanya dampak
penting yang diperkirakan dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
Dengan demikian yang perlu diidentifikasi ialah komponen
lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan
dan kegiatan yang diperkirakan akan memberikan dampak
penting terhadap komponen lingkungan. Istilah penting disini
Tarzan Purnomo 28
harus dikaitkan dengan pengambilan keputusan. Hal ini sesuai
dengan pasal 1 butir 10 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982
yang menyatakan: “Analisis mengenai dampak lingkungan
adalah hasil studi mengenai suatu dampak kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan”. Dengan demikian yang
menjadi fokus penelitian analisis mengenai dampak lingkungan
adalah agar AMDAL merupakan masukan yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan. Hal-hal yang tidak perlu bagi
pengambilan keputusan, walaupun penting bagi ilmu
pengetahuan, hendaknya tidak tercakup dalam AMDAL.
Arti pelingkupan (Scoping) di dalam AMDAL adalah
usaha membatasi penelitian pada dampak yang penting saja.
Dalam proses identifikasi dampak, hendaknya diusahakan
untuk mengidentifikasi dampak selengkap mungkin, kemudian
dampak yang tidak penting dikeluarkan dari ruang lingkup
penelitian. Apabila pelingkupan telah dijalankan dengan baik,
penelitian menjadi terfokus, maka data yang dikumpulkan
hanya terbatas pada data yang sungguh-sungguh diperlukan,
sehingga biaya, tenaga dan waktu efektif dan efisien.
Tarzan Purnomo 30
3.2.1 Status Studi AMDAL
Status studi AMDAL merujuk pada tujuan dilakukannya
AMDAL, penjelasan tentang jenis rencana usaha dan/kegiatan yang
direncanakan dan pemrakarsa studi AMDAL. Pada bagian ini
diuraikan nama rencana usaha dan/atau kegiatan, lingkup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan, jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan. Juga dijelaskan nama perusahaan atau badan usaha yang
menjadi pemrakarsa studi AMDAL tersebut, lengkap dengan data
perusahaan dan data pemilik perusahaan secara lengkap. Pada
bagian ini juga dikemukakan kapan studi kelayakan (feasibility
study) tersebut dilakukan. Apakah dilakukan secara terpisah
ataukah dilakukan secara bersamaan dengan penyusunan dokumen
kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA ANDAL).
Tarzan Purnomo 31
Lainnya (PL-3) Peruntukan Lain Pariwisata dan
Perumahan (R-4) Perumahan Kepadatan Rendah.
Tarzan Purnomo 32
Hijau berbasis pemberdayaan masyarakat (Society
Empowerment) melalui P2KH (Program Pengembangan Kota
Hijau), memiliki 7 atribut:
1. Green Planning dan Design (perencanaan tata ruang yang
ramah lingkungan dan estetik)
2. Green Community (pelibatan berbagai stakeholders dalam
program-program kota hijau)
3. Green Building (struktur dan rancangan bangunan yang
ramah lingkungan)
4. Green Water (manajemen air hijau/penggunaan air secara
hemat dan lestari)
5. Green Transportation (penggunaan transportasi massal
yang berkualitas)
6. Green Waste (menerapkan 5 R)
7. Green open Space (memiliki ruang terbuka hijau)
Tarzan Purnomo 36
Shift 2: pukul 15.00-22.00 WIB.
Shift 3: pukul 22.00-06.00 WIB.
4. Akses jalan
Jalan Desa Beji, akan ada analisis dampak lingkungan terhadap
lalulintas (ANDALALIN)
2) Tahap Konstruksi
Pada bagian ini diuraikan tentang rencana usaha dan/atau
kegiatan dan jadual usaha dan/atau kegiatan pada tahap konstruksi.
Untuk itu harus diuraikan secara mendalam dan difokuskan pada
usaha dan/atau kegiatan yang diprakirakan menjadi penyebab
timbulnya dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
(Anonim,1987). Misalnya pada tahap:
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Berisi uraian tentang rencana penyerapan tenaga kerja
menurut jumlah, tempat asal tenaga kerja, dan kualifikasi
Pendidikan. Misalnya: adanya kesempatan kerja, tenaga
kerja yang dibutuhkan sebanyak 110 orang, diutamakan
penduduk desa Beji.
Tarzan Purnomo 37
2. Mobilisasi Alat Berat dan Material
Jenis-jenis dan tipe peralatan yang digunakan. Kegiatan
mendatangkan alat-alat berat untuk konstruksi dan
pengangkutan material untuk konstruksi yang dapat
menimbulkan dampak bagi lingkungan. Misalnya:
peningkatan kebisingan, volume debu, pencemaran
udara, apakah telah mendapat ijin dan persetujuan
Dirjen Perhubungan darat.
3. Pembangunan dan Pengoperasian Base Camp
Diuraikan berapa luasnya, dampaknya. Misalnya seluas
2000 m2, akan terjadi peningkatan volume limbah cair.
4. Penyiapan Lahan (Pembersihan dan pengurugan lahan)
Kegiatan pengangkutan dan penimbunan bahan atau
material yang dapat menimbulkan dampak lingkungan
hidup; Mislanya: hilangnya vegetasi, habitat satwa liar.
5. Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana (jalan,
listrik, air) dari rencana usaha dan/atau kegiatan; Misal:
Pembangunan Fondasi dan Konstruksi Future Town
(konstruksi baja, beton dan cakar ayam); terjadi
peningkatan kebisingan, limbah padat, debu, dll.
6. Penataan Landscape
Uraikan tentang rencana pemulihan kembali bekas-
bekas material/bahan, gudang, jalan-jalan darurat dan
lain-lain setelah usaha dan/atau kegiatan konstruksi
berakhir. Misalnya penanaman kembali pohon-pohon.
7. Demobilisasi Peralatan dan Material sisa
Misalnya: peningkatan kebisingan, debu, dll.
8. Demobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), Pengurangan
tenaga kerja, penurunan pendapatan, dll.
Tarzan Purnomo 38
3) Tahap Operasional
Berisi uraian tentang rencana usaha dan/atau kegiatan dan
jadual usaha dan/atau kegiatan pada tahap operasional. Uraian
secara mendalam difokuskan pada usaha atau kegiatan yang
menjadi penyebab timbulnya dampak penting terhadap lingkungan
hidup pada setiap tahapan (Ahmad and Sammy, 1985). Misalnya
pada tahap:
1. Rekruitment Tenaga Kerja Operasional
Meliputi rencana jumlah tenaga kerja, tempat asal tenaga
kerja yang akan diserap langsung oleh rencana usaha
dan/atau kegiatan pada tahap operasi. Misalnya
dibutuhkan 218 orang, yang diprioritaskan penduduk
desa Beji.
Tarzan Purnomo 39
Rencana penyelamatan dan penanggulangan bahaya atau
masalah selama operasi baik yang bersifat fisik maupun
sosial; serta peningkatan volume kendaraan.
5. Pemeliharaan Lingkungan
Rencana rehabilitasi atau reklamasi lahan yang akan
dilaksanakan selama masa operasi. Termasuk dalam hal
ini rencana pengoperasian unit atau sarana
pengendalian dampak yang telah dibangun pada masa
konstruksi. Desain dan spesifikasi teknologi yang
digunakan; pemeliharaan dan utilitas.
Tarzan Purnomo 40
c. Pengelolaan Limbah Padat Domestik; sampah organik dan
anorganik, ketersediaan Tempat Penampunga Akhir (TPA).
d. Pengelolaan Limbah B3; Tempat Penampungan Sementara
(TPS), misalnya kerjasama dengan pihak ke 3 yang berlisensi.
e. Struktur Jaringan dan Drainase; Jalan aspal, drainase tertutup.
f. Pengelolaan Potensi Kebakaran; tersedia hidran, alat pemadam
kebakaran.
g. Pengelolaan Limpasan Air Hujan; Memanen hujan dengan
Lubang Resapan Biopori, sistem drainase.
h. Manajemen Rekayasa Lalu lintas; peningkatan dan perbaikan
jalan, serta pemeliharaan utilitas.
Tarzan Purnomo 41
2) Kondisi kualitatif dan kuantitatif berbagai sumber daya alam
yang ada di wilayah studi rencana usaha dan/atau kegiatan,
baik yang sudah atau yang akan dimanfaatkan maupun yang
masih dalam bentuk potensi. Penyajian kondisi sumber daya
alam ini perlu dikemukakan dalam peta dan atau tabel
dengan skala memadai dan bila perlu harus dilengkapi
dengan diagram, gambar, grafik atau foto;
3) Data dan informasi rona lingkungan hidup berupa uraian
secara singkat rona lingkungan hidup di wilayah studi
rencana usaha dan/atau kegiatan. Rona lingkungan hidup
yang diuraikan pada butir ini agar dibatasi pada komponen-
komponen lingkungan hidup yang berkaitan dengan, atau
berpotensi terkena dampak besar dan penting akibat rencana
usaha dan/atau kegiatan.
2) Fisiografi
Berisi data dan penjelasan tentang fisiografi lahan (Cooke
and Doornkamp, 1978) dimana rencana usaha dan/atau
kegiatan akan dilaksanakan, meliputi:
(a) Topografi bentuk lahan (morphologi), kontur tanah,
struktur geologi, dan jenis tanah;
Tarzan Purnomo 42
(b) Indikator lingkungan hidup yang berhubungan dengan
stabilitas geologis dan stabilitas tanah, terutama
ditekankan bila terdapat gejala ketidak stabilan, harus
diuraikan dengan jelas dan seksama (misalnya: potensi
terjadinya tanah longsor, gempa, sesar, aktivitas
vulkanis, dan sebagainya) (Jain et.al., 1981);
(c) Keunikan, keistimewaan, dan kerawanan bentuk lahan
dan batuan secara geologis.
3) Klimatologi
Meliputi iklim, curah hujan, kualitas udara dan kecepatan
angin dan kebisingan
(a) Komponen iklim yang perlu diketahui meliputi tipe iklim,
suhu (suhu maksimum, suhu minimum, dan suhu rata-
rata), kelembaban udara, hujan (curah hujan rata-rata
dan jumlah hari hujan), angin (arah dan kecepatan
angin), serta intensitas radiasi atau cahaya matahari;
(b) Data periodik bencana (siklus tahunan, lima tahunan, dan
sebagainya) misalnya: sering terjadi angin ribut, banjir
tahunan, banjir bandang di wilayah studi rencana usaha
dan/atau kegiatan;
(c) Data yang tersedia dari stasiun meteorologi dan geofisika
yang mewakili wilayah studi tersebut;
(d) Pola iklim mikro, pola penyebaran bahan pencemar
udara secara umum maupun pada kondisi cuaca
terburuk;
(e) Kualitas udara, baik pada sumber maupun daerah sekitar
wilayah studi rencana usaha dan/atau kegiatan;
(f) Sumber kebisingan dan getaran, tingkat kebisingan serta
periode kejadiannya.
4) Hidrologi
Data dan penjelasan tentang hidrologi dimana rencana usaha
dan/atau kegiatan akan dilaksanakan (Chapman and Prat,
1961), meliputi:
(a) Karakteristik fisik badan air (sungai, danau, rawa baik
rawa pasang surut, rawa air tawar, dan rawa air asin),
Tarzan Purnomo 43
kondisi dan tataguna lahan daerah aliran sungai (DAS);
Rata-rata debit air (baik dekade, bulanan, dan tahunan);
(b) Sedimentasi (laju sedimentasi, tingkat sedimentasi), erosi
(laju erosi, tingkat erosi);
(c) Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah
(akuifer), serta sistem drainase;
(d) Air tanah, meliputi jumlah sumber mata air, potensi dan
kualitas air tanah (dangkal dan dalam), pemanfaatan air
tanah;
(e) Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air
untuk air minum, mandi, dan cuci;
(f) Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air
untuk keperluan lainnya misalnya pertanian, perikanan,
industri, dan lain-lain;
(g) Kualitas air (baik secara fisik, kimia dan mikrobiologi air)
mengacu pada standard baku mutu dan parameter
kualitas air yang terkait dengan limbah yang akan
dihasilkan dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
5) Hidrooseanografi
Data dan penjelasan tentang hidrooseanografi dimana
rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut akan
dilaksanakan, meliputi: pola hidrodinamika kelautan
meliputi periode pasang surut, arus dan gelombang/ombak,
morfologi pantai, tingkat dan laju abrasi dan akresi pantai,
serta pola sedimentasi yang terjadi secara alami di daerah
penelitian (Simon, 1988).
Tarzan Purnomo 44
(b) Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang
wilayah/RTRW (kawasan budidaya seperti pertanian,
perkebunan, hutan, perikanan dan lain-lain serta
kawasan non budidaya seperti hutan lindung, suaka
margasatwa, taman nasional dan lain-lain), rencana tata
guna tanah, dan sumber daya alam lainnya yang secara
resmi atau belum resmi disusun oleh Pemerintah
setempat baik di tingkat kabupaten, propinsi atau
nasional di wilayah studi rencana usaha dan/atau
kegiatan;
(c) Potensi atau kemungkinan adanya konflik atau
pembatasan yang timbul antara rencana tata guna tanah
dan sumber daya alam lainnya yang sekarang berlaku
dengan adanya pemilikan/penentuan lokasi bagi rencana
usaha dan/atau kegiatan;
(d) Inventarisasi estetika dan keindahan bentang alam serta
daerah rekreasi yang terdapat di wilayah studi rencana
usaha dan/atau kegiatan.
Tarzan Purnomo 45
(c) Keunikan dari spesies vegetasi dan ekosistemnya yang
terdapat di wilayah studi rencana usaha dan/atau
kegiatan.
2) Fauna
(a) Data kelimpahan (densitas) dan keanekaragaman
(diversitas) fauna, habitatnya, penyebaran (distribusi),
pola migrasi, populasi hewan budidaya (ternak) dan
satwa liar serta habitatnya yang dilindungi undang-
undang yang terdapat di wilayah studi rencana usaha
dan/atau kegiatan;
(b) Data penyebaran (distribusi) dan kepadatan (densitas)
populasi hewan invertebrata yang dianggap penting
karena memiliki peranan dan potensi sebagai bahan
makanan, predator hama, peran ekologis penting, atau
sumber hama dan penyakit;
(c) Perikehidupan hewan penting yang terdapat di wilayah
studi rencana usaha dan/atau kegiatan, termasuk cara
perkembangbiakan (reproduksi), siklus (daur) hidupnya,
cara pemijahan, perilaku kawin, cara bertelur dan
beranak, cara memelihara anaknya, serta perilaku dalam
daerah teritorinya.
Tarzan Purnomo 46
2) Edukasi (Pendidikan dan Fasilitas Pendidikan)
(a) Jumlah sekolah meliputi semua jenjang, yaitu Kelompok
Bermain, PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA, baik yang negeri
maupun swasta;
(b) Rasio murid terhadap sekolah;
(c) Rasio guru terhadap sekolah;
(d) Kondisi fisik bangunan sekolah (kelayakan, tingkat
keamanan, dan kenyamanan).
3) Religi (Agama)
(a) Jumlah dan komposisi penduduk menurut pemeluk
agama, yaitu Islam, Nasrani, Hindu, dan Budha;
(b) Jumlah rumah ibadah yang tersedia, baik masjid,
surau/musholla/langgar, gereja, kuil, dan vihara;
4) Ekonomi
(a) Sumber pendapatan penduduk atau sektor pekerjaan
(dari sektor pertanian, peternakan, industri, dan
perdagangan)
(b) Ekonomi rumah tangga (tingkat pendapatan, pola nafkah
ganda);
(c) Ekonomi sumber daya alam (pola kepemilikan dan
penguasaan sumber daya alam, pola pemanfaatan
sumber daya alam, pola penggunaan lahan, nilai tanah
dan sumber daya alam lainnya, serta sumber daya alam
milik umum);
(c) Perekonomian lokal dan regional (kesempatan kerja dan
berusaha, nilai tambah karena proses manufaktur, jenis
dan jumlah aktivitas ekonomi non-formal, distribusi
pendapatan, efek ganda ekonomi, produk domestik
regional bruto, pendapatan asli daerah, pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi, fasilitas umum dan fasilitas
sosial, serta aksesibilitas wilayah).
Tarzan Purnomo 47
5) Kesejahteraan Masyarakat
(a) Proporsi penduduk menurut tingkat kesejahteraan
keluarga (Keluarga Sejahtera, Pra Keluarga Sejahtera,
dan Keluarga Sejahtera 1)
(b) Keluarga Sejahtera (baik sejahtera I, II, dan III);
6) Budaya
(a) Kebudayaan (adat-istiadat, sistem nilai atau tradisi yang
dianut, dan norma budaya) masyarakat setempat;
(b) Proses sosial (proses asosiatif/kerjasama, proses
disosiatif/konflik sosial, akulturasi, asimilasi dan
integrasi, serta kohesi sosial) yang terjadi pada
masyarakat;
(c) Pranata sosial/kelembagaan masyarakat baik dibidang
ekonomi (misal hak ulayat), pendidikan, agama, sosial,
dan keluarga;
(d) Warisan budaya (situs purbakala, cagar budaya, punden),
termasuk kearifan lokal masyarakat;
(e) Pelapisan atau stratifikasi sosial berdasarkan pendidikan,
ekonomi, pekerjaan, dan kekuasaan;
(f) Pola kekuasaan dan kewenangan (kepemimpinan formal
dan informal, kewenangan formal dan informal,
mekanisme pengambilan keputusan di kalangan
masyarakat, kelompok individu yang dominan, serta
pergeseran nilai kepemimpinan);
(g) Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan;
(h) Adaptasi ekologis.
7) Pertahanan/Keamanan
Meliputi konflik kepentingan yang potensial dan
berpengaruh terhadap pertahanan dan keamanan yang dapat
terjadi dengan adanya rencana pembangunan usaha
dan/atau kegiatan.
Tarzan Purnomo 48
3.3.4 Komponen Kesehatan Masyarakat
Komponen lingkungan kesehatan masyarakat di wilayah
studi rencana usaha dan/atau kegiatan yang penting dan harus
ditelaah dalam pelingkupan meliputi:
1) Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak
dari rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan dan
berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat;
2) Proses dan potensi terjadinya pemajanan;
3) Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit (angka
kesakitan & angka kematian) di wilayah studi akibat dari
rencana usaha dan/atau kegiatan;
4) Karakteristik spesifik penduduk di wilayah studi yang
beresiko terkena dampak dari rencana usaha dan/atau
kegiatan;
5) Sumber daya kesehatan;
(a) Fasilitas kesehatan (banyaknya Rumah Sakit,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, dan
Posyandu);
(b) Tenaga kesehatan (jumlah Dokter, Bidan dan Tenaga
medis) yang tersedia;
6) Kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan, meliputi
kualitas air, udara, tanah, kondisi rumah, sanitasi dan
sarana MCK.
7) Tingkat Kesehatan Masyarakat
(a) Jumlah penderita (jumlah kasus HIV/AIDS, penderita
IMS, DBD, TB, dan Malaria)
(b) Status gizi masyarakat (kurang gizi, gizi buruk, dan
stunting);
8) Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses
penyebaran penyakit (pengetahuan, kebiasaan, dan
fasilitas kesehatan).
Tarzan Purnomo 49
3.4 Hasil Konsultasi Publik
Konsultasi publik merupakan bagian dari tahapan
pelingkupan yang bertujuan untuk mengetahui persepsi
masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilaksanakan. Tujuan konsultasi publik agar masyarakat memahami
dampak lingkungan yang berpotensi timbul dan masyarakat
mempunyai persepsi yang positif terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan yang akan dilaksanakan.
3.4.1 Proses Konsultasi Publik
Merupakan tahapan konsultasi publik mengenai rencana
usaha dan/atau kegiatan. Konsultasi publik bertujuan untuk
mengetahui persepsi publik terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan yang akan dilakukan. Proses konsultasi publik meliputi:
(a) Pengumuman;
Berupa pemberitahuan melalui media massa (surat kabar,
siaran radio), atau undangan untuk menghadiri sosialisasi
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan.
Pengumuman atau undangan ditujukan kepada
masyarakat di wilayah studi rencana usaha dan/atau
kegiatan, tokoh masyarakat (perangkat desa, kepala desa),
dari unsur pemerintah (Camat, Kapolsek, Koramil), Dinas
Lingkungan Hidup, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/
Kota.
Tarzan Purnomo 50
3.4.2 Hasil Pelaksanaan Konsultasi Publik
Hasil dari sosialisasi atau konsultasi publik berupa
kesepakatan dengan masyarakat di wilayah studi dituangkan dalam
bentuk Berita Acara Konsultasi Publik atau Sosialisasi rencana
usaha dan/atau kegiatan. Berita acara tersebut ditandatangani oleh
perwakilan dari peserta sosialisasi, yaitu pihak perwakilan
masyarakat, pemerintah (Desa, Kecamatan, dan Kabupaten), serta
pemrakarsa.
Tarzan Purnomo 51
maka perlu diperhatikan mekanisme aliran dampak pada
berbagai komponen lingkungan hidup sebagai berikut:
(a) Kegiatan yang menimbulkan dampak penting yang
bersifat langsung pada komponen sosial;
(b) Kegiatan yang menimbulkan dampak penting yang
bersifat langsung pada komponen fisik-kimia, kemudian
menimbulkan rangkaian dampak lanjutan berturut-
turut terhadap komponen biologi dan sosial;
(c) Kegiatan yang menimbulkan dampak penting yang
bersifat langsung pada komponen biologi, kemudian
menimbulkan rangkaian dampak lanjutan pada
komponen sosial;
(d) Kegiatan yang menimbulkan dampak penting yang
bersifat langsung pada aspek fisik-kimia dan
selanjutnya membangkitkan dampak pada komponen
sosial;
(e) Dampak penting berlangsung saling berantai diantara
komponen sosial itu sendiri;
(f) Dampak penting pada butir a,b,c dan d yang telah
diutarakan selanjutnya menimbulkan dampak balik
pada rencana usaha dan/atau kegiatan.
4) Mengingat usaha dan/atau kegiatan masih berada pada tahap
pemilihan alternatif usaha atau kegiatan (lokasi, atau
teknologi yang digunakan), sehubungan dengan AMDAL
merupakan komponen dari studi kelayakan, maka telaahan
sebagaimana dimaksud dilakukan untuk masing-masing
alternatif;
5) Dalam melakukan analisis prakiraan dampak penting harus
digunakan metoda-metoda formal secara matematis.
Penggunaan metoda non formal hanya dilakukan bila mana
dalam melakukan analisis tersebut tidak tersedia formula-
formula matematis atau hanya dapat didekati dengan metoda
non formal. Dampak besar dan penting yang ditelaah
meliputi:
a. Deskripsi singkat mengenai rencana usaha dan/atau
kegiatan penyebab dampak, terutama komponen usaha
Tarzan Purnomo 52
dan/atau kegiatan yang berkaitan langsung dengan dampak
yang ditimbulkannya;
b. Kondisi rona lingkungan hidup yang terkena dampak,
terutama komponen lingkungan hidup yang langsung
terkena dampak;
c. Jenis-jenis kegiatan yang ada di sekitar rencana lokasi
beserta dampak - dampak yang ditimbulkannya terhadap
lingkungan hidup;
d. Aspek-aspek yang diteliti mengacu pada hasil pelingkupan
yang tertuang dalam dokumen Kerangka Acuan untuk
Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL).
Tarzan Purnomo 53
Identifikasi dampak potensial dapat diperoleh dari serangkaian
hasil konsultasi dan diskusi dengan para pakar, pemrakarsa,
instansi yang bertanggungjawab, dan masyarakat yang
berkepentingan serta dilengkapi dengan hasil pengamatan
lapangan (observasi). Disamping itu identifikasi dampak potensial
juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode
identifikasi dampak sebagai berikut:
a) studi atau kajian pustaka; dan/atau
b) analisis isi (content analysis); dan/atau
c) Focus Group Discussion (FGD) interaksi kelompok (rapat,
lokakarya, brainstorming, dan lain-lain); dan/atau
d) metoda ad hoc; dan/atau
e) daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif); dan/atau
f) matrik interaksi sederhana; dan/atau
g) bagan alir (flowchart); dan/atau
h) pelapisan (overlay); dan/atau
i) pengamatan lapangan (observasi).
Tarzan Purnomo 54
1) Mobilisasi tenaga kerja konstruksi; dampak yang muncul
pada tahapan ini, misalnya terbukanya kesempatan kerja,
terjadinya kompetisi antar warga, terjadi konflik, dll.
2) Mobilisasi Peralatan dan Material; dampaknya terjadi
penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, dll.
3) Pembangunan dan Pengoperasian Base Camp; limbah cair
dan padat.
4) Penyiapan lahan; hilangnya vegetasi, penurunan kualitas
udara
5) Pembangunan pondasi; peningkatan kebisingan, debu,
penurunan kualitas udara
6) Pembangunan sarana dan prasarana; penurunan kualitas
udara, kebisingan, dihasilkan limbah B3
7) Penataan Landscape; peningkatan kualitas udara, estetika
lingkungan
8) Demobilsasi Peralatan dan Material sisa; penurunan
kualitas udara
9) Demobilisasi tenaga kerja Konstruksi; hilangnya
kesempatan kerja, penurunan pendapatan.
3. Tahap Operasional
Merupakan prakiraan dampak penting apa saja yang terjadi
pada tahap operasional, misalnya pada tahapan:
1) Rekruitmen tenaga kerja operasional; adanya
kesempatan kerja
2) Kegiatan administrasi kantor; peningkatan volume
sampah.
3) Kegiatan operasional; peningkatan kebutuhan air bersih,
volume limbah padat, cair dan B3.
4) Kegiatan Jalan dan Taman; peningkatan volume
kendaraan, menurunnya tingkat pelayanan jalan,
peningkatan estetika lingkungan.
5) Pemeliharaan Lingkungan; peningkatan komunitas
vegetasi.
Tarzan Purnomo 55
Contoh:
Tarzan Purnomo 56
3.5.2 Evaluasi Dampak Potensial
Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk
menghilangkan/ meniadakan dampak potensial yang dianggap
tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak
besar dan penting hipotetik yang dipandang perlu dan relevan
untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL. Daftar
dampak besar dan penting potensial ini disusun berdasarkan
pertimbangan atas hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat
di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan, instansi yang
bertanggung jawab, dan para pakar. Pada tahap ini daftar dampak
besar dan penting hipotesis yang dihasilkan belum tertata secara
sistematis. Metoda yang digunakan pada tahap ini adalah interaksi
kelompok (FGD, rapat, lokakarya, brainstorming). Kegiatan
identifikasi dampak besar dan penting ini terutama dilakukan oleh
pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan (yang dalam hal ini dapat
diwakili oleh konsultan penyusun AMDAL), dengan
mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar,
instansi yang bertanggungjawab serta masyarakat yang
berkepentingan (konsultasi publik).
Berdasarkan hasil evaluasi dampak potensial diberikan
uraian mengenai hasil kajian dampak besar dan penting dari
rencana usaha dan/atau kegiatan. Hasil evaluasi ini selanjutnya
menjadi masukan bagi instansi yang bertanggungjawab untuk
memutuskan kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha
dan/atau kegiatan, sebagaimana dimaksud dalam PP. Nomor 27
Tahun 1999.
1) Kajian/Telaah terhadap dampak besar dan penting
(a) Merupakan kajian secara holistik terhadap berbagai
komponen lingkungan hidup yang diprakirakan
mengalami perubahan mendasar akibat rencana usaha
dan/atau kegiatan. Dilakukan dengan menggunakan
metode-metode evaluasi yang lazim dan sesuai dengan
kaidah metoda evaluasi dampak penting dalam AMDAL
sesuai keperluannya;
(b) Evaluasi dampak yang bersifat holistik adalah kajian
secara totalitas terhadap berbagai dampak besar dan
penting lingkungan hidup, dengan sumber usaha
Tarzan Purnomo 57
dan/atau kegiatan penyebab dampak. Berbagai
komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
penting tersebut (baik positif maupun negatif) ditelaah
sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling
pengaruh-mempengaruhi, sehingga diketahui sejauh
mana perimbangan dampak besar dan penting yang
bersifat positif dengan yang bersifat negatif (Huffsmidt,
1986);
(c) Semua dampak besar dan penting yang dihasilkan dari
evaluasi disajikan sebagai dampak-dampak besar dan
penting yang harus dikelola.
Tarzan Purnomo 58
terus berlangsung dalam jangka panjang, misalnya lebih
dari satu generasi;
(c) Diidentifikasi kelompok masyarakat yang akan terkena
dampak negatif dan kelompok yang akan terkena
dampak positif. Juga diidentifikasi kesenjangan antara
perubahan yang diinginkan dan perubahan yang
mungkin terjadi akibat usaha dan/atau kegiatan
pembangunan tersebut;
(d) Prakiraan luas daerah yang akan terkena dampak
penting, apakah hanya dalam skala lokal, regional,
nasional, atau bahkan internasional, melewati batas
negara Republik Indonesia;
(e) Jika rencana usaha dan/atau kegiatan berada di dalam
daerah bencana alam atau di dekat sumber bencana
alam, maka harus dilakukan analisis bencana dan analisis
resiko.
Tarzan Purnomo 59
3.6 Batas Wilayah Studi Dan Batas Waktu Kajian
3.6.1 Batas Wilayah Studi
Merupakan uraian singkat tentang lingkup wilayah studi
mengacu pada penetapan wilayah studi yang digariskan dalam
Kerangka Acuan (ANDAL), dan hasil observasi di lapangan. Batas
wilayah studi ANDAL yang dimaksud digambarkan pada peta
dengan skala yang memadai. Tujuan dari penetapan lingkup
wilayah studi ini adalah untuk membatasi luas wilayah studi
ANDAL sesuai hasil pelingkupan dampak besar dan penting, dan
dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber daya, waktu dan
tenaga, serta saran pendapat dan tanggapan dari masyarakat yang
berkepentingan. Untuk itu lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan
berdasarkan pertimbangan batas-batas ruang sebagai berikut:
1) Batas tapak proyek
Batas tapak proyek adalah ruang atau batas fisik lokasi suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan pra-
konstruksi, konstruksi dan operasi. Batas tapak proyek ini
ditentukan oleh pemrakarsa. Dari ruang rencana usaha dan/atau
kegiatan inilah diperkirakan bersumber dampak terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya, termasuk dalam hal ini alternatif
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan. Untuk itu posisi batas
tapak proyek ini harus dinyatakan juga dalam koordinat.
2) Batas ekologis
Batas ekologis adalah merupakan hipotesis ruang wilayah
sebaran dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
melalui media transportasi limbah (baik air, udara), dimana proses
alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini
adalah area di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang secara
ekologis berdampak terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan.
Perlu disertakan gambar peta batas ekologis.
3) Batas sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau
kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai
interaksi sosial masyarakat yang mengandung norma dan nilai
Tarzan Purnomo 60
tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial,
atau tradisi masyarakat), sesuai dengan dinamika sosial kelompok
masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan. Dalam hal
ini perlu dicantumkan RT, RW, Desa, Kecamatan, dan
Kabupaten/Kota dimana rencana usaha dan/atau kegiatan.
Sebagai catatan, batas sosial ini sangat penting diperhatikan
oleh pihak-pihak yang terlibat dalam studi ANDAL, hal ini
mengingat adanya kelompok-kelompok masyarakat yang
kehidupan sosial, ekonomi, dan budayanya akan mengalami
perubahan mendasar akibat aktivitas usaha dan/atau kegiatan.
Oleh karena dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan menyebar tidak merata, maka
batas sosial ditetapkan dengan membatasi batas-batas terluar
dengan memperhatikan hasil identifikasi komunitas masyarakat
yang terdapat dalam batas tapak proyek, batas ekologis, dan yang
berada diluar batas tapak proyek dan batas ekologis namun
berpotensi terkena dampak yang mendasar dari rencana usaha
dan/atau kegiatan melalui penyerapan tenaga kerja, pembangunan
fasilitas umum dan fasilitas sosial.
4) Batas administratif
Batas administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat
secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial
budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ruang ini dapat berupa batas
administrasi pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan sumber
daya oleh suatu usaha dan/atau kegiatan (misal, batas HPH, batas
kuasa pertambangan). Untuk itu dalam hal ini harus dilengkapi
dengan peta orientasi wilayah administratif, misalnya Kecamatan.
Dengan memperhatikan batas-batas tersebut di atas dan
mempertimbangkan kendala-kendala teknis yang dihadapi (dana,
waktu, dan tenaga), maka akan diperoleh ruang lingkup wilayah
studi yang dituangkan dalam peta dengan skala yang memadai.
Batasan ruang lingkup wilayah studi ANDAL, adalah ruang
yang merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas, namun
penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang biasanya
Tarzan Purnomo 61
memiliki keterbatasan sumber daya, seperti waktu, dana, tenaga, tehnik,
dan metode telaahan. Dengan demikian, ruang lingkup wilayah studi
bertitik tolak pada ruang untuk rencana usaha dan/atau kegiatan,
kemudian diperluas ke ruang ekologis, ruang sosial dan ruang
administratif.
Tarzan Purnomo 62
1) Metode Prakiraan Dampak Besar dan Penting
Merupakan prakiraan terhadap dampak besar dan penting
dari rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan. Oleh
karena itu harus dijelaskan secara rinci metoda yang digunakan
untuk memprakirakan besar dampak usaha dan/atau kegiatan dan
penentuan sifat penting dampak terhadap komponen lingkungan
hidup. Dalam memprakirakan besaran dampak dapat
menggunakan metoda formal dan non formal dan Keputusan
Kepala BAPEDAL tentang Pedoman Penentuan Dampak Besar dan
Penting untuk memprakirakan tingkat kepentingan dampak.
Adapun metode prakiraan tingkat besaran dampak dapat
menggunakan:
a. Metode pendekatan model matematis
b. Metode pendekatan berdasarkan empiris
c. Metode penilaian para ahli
d. Metode pendekatan analogi
e. Metode penggunaan standard baku mutu (BAPEDAL).
Tarzan Purnomo 63
1. Jumlah manusia yg akan terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dampak
4. Lamanya dampak berlangsung
5. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yg terkena dampak
6. Sifat kumulatif dampak
7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Tarzan Purnomo 64
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Q J., and Sammy, G.K., 1985. Guidelines to Enviromental
Impact Assesment in Develoving Countries. Sponsored by
The United National Enviromental Programme. Holder and
Stancliton. London-Sydney. Toronto.
Anonim, 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27
Tahun 2012. Tentang AMDAL.
Anonim, 1994. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Repulik Indonesia No. Kep. 14/ MEN.LH/3/1994 Pedoman
Umum Penyusunan KA ANDAL (Lampiran F), Pedoman
Umum Penyusunan ANDAL (Lampiran I), Pedoman Umum
Penyusunan RKL (Lampiran III) dan Pedoman Umum
Penyusunan RPL (Lampiran IV).
Anonim, 1987. Keputusan Menteri KLH No. 50/1987. Tentang
Pedoman Penyusunan AMDAL.
Anonimous, 1987. Keputusan Menteri KLH No. 49/1987. Tentang
Dampak Penting.
Anonim, 1982. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun
1982. Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Chapman. D.H., And Pratt, F.P., 1961. Methode analysis for Soil,
Plants and Waters. Division of Agricultural Sciences
Univercity of California.
Cooke, R.U., and Doornkamp, J.C., 1978. Geomorphology in
Enviromental Management. An Introduction. Clarendon
Press. Oxford.
Dombois, D.M. and Ellenberg, E.H. 1974. Aims And Methode of
Vegetation Ecology. John Wiley and Sons Publisher,
International Edition. New York.
Huffsmidt, M.M., James, D.E., Meister, A.D., Bower, B.T., and Dixon,
J.A.,1986. Benefit-Cost Analysis of Natural System And
Enviromental Quality Aspect of Development. East West
Enviroment and Policy Institute East West Center. Honolulu.
Jain, L.K., Urban, L.V., and Stanceys, G.S., 1981. Enviromental Impact
Analysis. a New Dimension in Decision Making. Second
Edition. Van Nastrand Reinhold Enviromental Engineering
Series.
Tarzan Purnomo 65
Keputusan Menteri Negara Lingkunga Hidup No. KEP-
30/MENKLH/7/1992. Tentang Panduan Pelingkupan Untuk
Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.16/2012. Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
1999. Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 No. 59 Tambahan Lembaran Negara No. 3838.
Simon, S., 1988. Metoda Pengumpulan Data Hidrooceanografi.
Kursus Penyusunan AMDAL.
Soemarwoto, O., 1989. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Soeratmo, G., 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Penerbit Gama Press. Yogyakarta.
Tanjung, S.D., 1989. Pengamatan Terhadap Flora dan Fauna. Kursus
Lanjutan AMDAL.
United Nations Enviroment Programme, 1988. Enviromental
Impact Assesment. Basic Procedures for Developing
Countries. Regional Office for Asia and The Pasific.
Tarzan Purnomo 66
BAB IV
PRAKIRAAN DAMPAK FISIK
Oleh Yunus Arifien
4.1 Pendahuluan
Peningkatan jumlah penduduk yang terus terjadi
berbanding lurus dengan peningkatan pembangunan dengan
perubahan penggunaan lahan dan peningkatan atas kebutuhan
sumber daya air. Kenyataan di lapangan banyak dijumpai
perambahan dan perladangan yang berdampak pada kerusakan
lingkungan. Upaya konservasi daerah tangkapan air di kawasan
konservasi semakin terasa pentingnya agar tercipta keseimbangan
lingkungan. Munculnya fenomena banjir, longsor, erosi,
sedimentasi dan semakin langkanya sumberdaya air pada saat
kemarau, semestinya makin menyadarkan para pemanfaat jasa
lingkungan air tentang pentingnya konservasi daerah tangkapan
air.
Tanah dan air adalah sumber daya alam utama yang menjadi
penyokong seluruh kehidupan makhluk hidup di bumi. Sumber
daya tersebut rentan mengalami degradasi dan kerusakan,
terutama akibat aktivitas manusia seperti kegiatan pertanian,
perumahan, infrastruktur dan industri. Jika tanah dan air
mengalami kerusakan, maka tidak akan memberikan manfaat yang
dapat menopang kehidupan. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya
konservasi tanah dan air untuk menjaga kualitas tanah dan air agar
dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi ini umumnya
dilakukan di daerah aliran sungai dan lahan-lahan kritis.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan
berbagai sektor adalah memberikan kesempatan kepada dunia
usaha (swasta, BUMN, BUMD, dan Koperasi) untuk mengelola dan
memanfaatkan sumberdaya. Pemberian pengelolaan sumberdaya
alam kepada pihak swasta dimaksudkan untuk mempercepat gerak
roda perekonomian nasional, khususnya di sektor pertanian,
Yunus Arifien 67
kehutanan dan industri. Dan terbukti, selama Pembangunan Jangka
Panjang tahap Pertama sektor tersebut memberi kontribusi yang
yang cukup besar sebagai penyumbang devisa negara serta
penggerak roda perekonomian nasional yang cukup penting.
Selain berfungsi sebagai kekuatan ekonomi, sumber daya
alam juga mempunyai fungsi ekologis, diantaranya adalah pengatur
tata air, pencegah erosi, sumber plasma nutfah, sumber
keanekaragaman hayati (flora dan fauna), serta pengendali iklim
mikro dan makro. Oleh karenanya, kegiatan pengelolaan
sumberdaya alam melalui kebijakan pemberian konsesi perlu
diatur dan ditata dengan baik, agar kelestarian fungsi sumberdaya
alam tersebut (fungsi produksi, fungsi ekologis, peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitarnya dan kontribusinya bagi
pembangunan daerah serta pengembangan wilayah) dapat berjalan
dalam tatanan keseimbangan dan dinamis.
Pembangunan, dalam segala dimensinya selalu memberikan
dampak positif, tetapi sekaligus juga sering membawa dampak
negatifnya. Dampak positif dan negatif ini akan dapat dirasakan
oleh berbagai pihak, baik masyarakat yang ada dilingkungan
sekitar. Dampak positif biasanya terletak pada peningkatan
kesejahteraan ekonomis manusia, pertumbuhan industri, maupun
pengembangan wilayah. Sedangkan dampak negatifnya terutama
terjadi pada aspek lingkungan, dimana sumber daya alam
dan carrying capacity atau daya dukungnya menjadi semakin
berkurang, sehingga muncullah beragam penyakit pembangunan
(development pain) yang diderita alam seperti banjir diwaktu hujan
namun gersang dimusim kering, peningkatan suhu bumi, longsor,
pencemaran, dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk
meminimalisir dampak pembangunan, pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan pengelolaan lingkungan sebagaimana
tertuang dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup kemudian dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja maka telah ditetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Berbagai kebijakan itu harus diimplementasi-kan pada seluruh
Yunus Arifien 68
bidang pembangunan, baik industri, perumahan, sarana
perhubungan / transportasi, maupun saluran irigasi, sehingga
setiap program pembangunan diharapkan tidak
memunculkan trade off yang pincang, sekaligus dapat menjamin
konsepsi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development).
Konsep pembangunan berkelanjutan sudah lama menjadi
perhatian para ahli. Namun, istilah
keberlajutan (sustainability) baru muncul beberapa dekade lalu.
Walau demikian, perhatian terhadap keberlanjutan sudah dimulai
sejak Malthus (1798) mengkhawatirkan ketersedian lahan di
Inggris akibat ledakan penduduk yang pesat. Pembangunan
berkelanjutan adalah upaya manusia untuk memperbaiki mutu
kehidupan dengan tetap berusaha tidak melampaui ekosistem
pendukung kehidupannya. Dewasa ini masalah pembangunan
berkelanjutan telah dijadikan sebagai isu penting yang perlu terus
disosialisasikan di tengah masyarakat.
Yunus Arifien 69
(3) Berkurangnya populasi dan keanekaragaman jenis satwa
dilindungi dan endemik sebagai akibat kerusakan habitat dan
degradasi ekosistem hutan alam secara keseluruhan.
(4) Berubahnya struktur dan pola mata-pencaharian penduduk
sekitar hutan, yang ditandai oleh menurunnya
ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan
dan berubahnya tingkat dan struktur pendapatan rumah-
tangga penduduk di sekitar hutan;
(5) Kecenderungan meningkatnya potensi konflik dalam
pemilikan dan penguasaan lahan dan sumberdaya alam
sebagai ekses terbatasnya ruang gerak masyarakat dalam
memanfaatkan sumberdaya alam dan tidak
terakomodasinya aspirasi masyarakat dalam pengelolaan
produksi alam.
(6) Meningkatnya aksesibilitas dan mobilitas penduduk sebagai
akibat tersediaanya dukungan jaringan jalan dan aktivitas
kegiatan.
(7) Peningkatan kontribusi pengusahaan terhadap
pembangunan daerah melalui penyerapan dan pembinaan
tenaga kerja, pajak dan retribusi lain yang berlaku serta
program pemberdayaan masyarakat sekitarnya.
4.2.2 Hidrologi
Komponen kegiatan pembangunan yang diprakirakan akan
menimbulkan dampak terhadap komponen hidrologi. Kegiatan-
kegiatan pembangunan tersebut akan menyebabkan berkurangnya
kerapatan penutupan tajuk dan terbukanya lahan, sehingga curah
hujan efektif yang mencapai permukaan tanah menjadi lebih besar.
Selain itu, kegiatan-kegiatan tersebut juga akan menyebabkan
pemadatan tanah. Pemadatan tanah yang terjadi akan
menurunkan daya serap tanah terhadap air hujan. Peningkatan
curah hujan efektif dan penurunan daya serap tanah akan
meningkatkan limpasan permukaan (run-off). Hal ini akan
meningkatkan debit puncak sungai pada puncak musim hujan. Jika
debit puncak sungai tidak tertampung oleh kondisi morfometri
sungai, maka akan mengakibatkan meluapnya air sungai dan
kemungkinan dapat menyebabkan banjir atau genangan yang
cukup lama pada bebarapa daerah di pinggiran sungai. Selain itu
terbukanya lahan dan perusakan lapisan atas oleh peningkatan
limpasan permukaan akan meningkatkan laju erosi. Tanah yang
tererosi sebagai akan terbawa oleh limpasan permukaan masuk
sungai. Akibatnya kandungan/beban sedimen yang akan diterima
oleh sungai akan meningkat.
Yunus Arifien 71
limpasannya yang pada akhirnya dapat merubah debit puncak
sungai.
4.2.4 Banjir
Terjadinya banjir diduga berdasarkan besarnya debit
puncak sungai yang diterima oleh sungai akibat berlangsungnya
kegiatan pembangunan secara terus menerus dibandingkan dengan
debit maksimum sungai yang bersangkutan. Apabila debit puncak
sungai akibat kegiatan pembangunan tersebut lebih besar dari debit
sungai, maka diprakirakan akan terjadi banjir. Sebaliknya, apabila
debit puncak sungai masih berada di bawah atau lebih kecil dari
debit sungai, maka tidak akan terjadi banjir.
Yunus Arifien 72
meningkatkan konsentrasi MPT/TSS dan kekeruhan. Dalam
kaitan dengan nilai kekeruhan, meskipun tidak ada rumus
kuantitatif yang pasti tentang hubungan antara kandungan
MPT/TSS dan kekeruhan dalam suatu perairan, tetapi berbagai
hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa nilai kekeruhan
berbanding lurus dengan kandungan MPT (Alabaster, and Llyod,
1982). Dengan demikian, bila kandungan MPT/TSS meningkat,
maka nilai kekeruhannya diprakirakan akan meningkat pula.
4.2.7 Erosi
Kegiatan pembangunan diprakirakan akan menimbulkan
dampak terhadap erosi tanah. Kegiatan pembangunan akan
menyebabkan keterbukaan areal/lahan dengan tingkat
keterbukaan mencapai lebih dari 80 %. Terbukanya areal/lahan
tersebut akan meningkatkan limpasan permukaan, aliran
permukaan (run-off), pada gilirannya akan meningkatkan laju erosi,
sebagai akibat perubahan indeks penutupan vegetasi/lahan (faktor
C).
Yunus Arifien 73
Erosi tanah
Mata air akan mengering atau debitnya akan berkurang
Kualitas air menurun akibat sedimentasi erosi
Berkumpulnya limbah atau air yang telah tercemar
Terjadi eutrofikasi atau masuknya unsur hara ke badan air
Yunus Arifien 74
akan memberikan bahan-bahan organik pada tanah melalui
proses dekomposisi.
2). Metode Mekanik
Metode Mekanik, yaitu perlakuan fisik yang diberikan
kepada tanah dengan membuat bangunan untuk mengurangi aliran
permukaan air, sehingga tidak terjadi erosi dan dapat
meningkatkan penggunaan tanah. Beberapa metode mekanik yang
umumnya diterapkan : pengolahan tanah, teras, guludan
(pembuatan pematang tanah secara sejajar dengan garis kontur),
penghambat, waduk, rorak / parit (saluran air buntu untuk
sedimentasi), pembuatan drainase, irigasi, lubang resapan (biopori),
dan sumur resapan
3). Metode Kimia
Metode Kimia, selain metode vegetatif dan mekanik terdapat
pula metode kimia untuk mecegah erosi. Tanah akan diberikan soil
conditioner untuk memperbaiki struktur tanah.
Yunus Arifien 75
4.3.3 Pembangunan Berkelanjutan
Pengembangan konsep pembangunan berkelanjutan perlu
mempertimbangkan kebutuhan wajar secara sosial dan kultural,
menyebarluaskan nilai-nilai yang menciptakan standar konsumsi
berbeda dalam batas kemampuan lingkungan, serta secara wajar
semua orang mampu mencita-citakannya. Namun demikian ada
kecendrungan bahwa pemenuhan kebutuhan tersebut akan
tergantung pada kebutuhan dalam mewujudkan pertumbuhan
ekonomi ataupun kebutuhan produksi pada skala maksimum.
Pembangunan berkelanjutan jelas mensyaratkan
pertumbuhan ekonomi di tempat yang kebutuhan utamanya belum
bisa konsisten dengan pertumbuhan ekonomi, asalkan isi
pertumbuhan mencerminkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Akan
tetapi kenyataannya aktivitas produksi tinggi dapat saja terjadi
bersamaan dengan kemelaratan yang tersebar luas. Kondisi ini
dapat membahayakan lingkungan. Jadi pembangunan
berkelanjutan mensyaratkan masyarakat terpenuhi kebutuahan
dengan cara meningkatkan potensi produksi mereka dan sekaligus
menjamin kesempatan yang sama semua orang.
Konsep keberlanjutan merupakan konsep yang sederhana,
tapi kompleks, sehingga pengertian keberlajutanpun sangat
multidimensi dan multiinterpretasi.. Konsep keberlanjutan ini
paling tidak mengandung dua dimensi. Pertama, dimensi waktu
karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi
di masa mendatang. Kedua, dimensi interaksi antara sistem
ekonomi dan sistem sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi,
2004). Dari berbagai konsep yang ada terdapat rumusan prinsip
dasar dari setiap elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini
ada empat komponen perlu diperhatikan, yaitu pemerataan,
keanekaragaman, integrasi dan perspektif jangka panjang.
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan
sosial harus dilandasi hal-hal seperti meratanya distribusi
sumber lahan dan faktor produksi, meratanya peran dan
kesempatan perempuan, meratanya ekonomi dicapai
dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan. Namun
Yunus Arifien 76
pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat
dicapai. Pemerataan adalah konsep, relatif dan tidak secara
langsung dapat diukur. Kesenjangan pendapatan negara
kaya dan miskin semakin melebar, walaupun pemerataan di
banyak negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang
perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan
adalah prospek generasi masa datang, tidak dapat
dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini
berarti pembangunan generasi masa kini perlu
mempertimbangkan generasi masa datang dalam
memenuhi kebutuhannya.
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat
untuk memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia
secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang.
Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi
keseimbangan ekosistem. Pemeliharaan keanekaragaman
budaya akan mendorong perlakuan yang merata terhadap
setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi
berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.
Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan
antara manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam
dengan cara yang bermanfaat atau merusak. Hanya dengan
memanfaatkan pengertian tentang konpleknya keterkaitan
antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan
pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan lebih
integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan
yang dapat dimungkinkan.
Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan
penilaian yang berbeda dengan asumsi normal dalam
prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah
perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Secara ideal
keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan
pencapaian terhadap kesinambungan berbagai aspek
kehidupan yang mencakup; keberlanjutan ekologis,
ekonomi, sosial budaya, politik, serta keberlanjutan
pertahanan dan keamanan. Akhirnya, sebagai konsep
sederhana namun mencakup dimensi yang cukup luas,
Yunus Arifien 77
pencarian konsep keberlanjutan yang memenuhi harapan
semua pihak akan terus berjalan. Pengembangan konsep
dan model-model yang telah ada diharapkan akan selalu
muncul.
4.4 Penutup
Berbagai bencana alam seperti longsor dan banjir yang
melanda wilayah Indonesia menjadi pertanda bahwa daya dukung
lingkungan sudah tidak dapat menampung intensitas air yang
sedemikian besar merupakan dampak meningkatnya
pembangunan. Oleh karena itu, konservasi tanah dan air sangatlah
penting agar sumber daya tanah dan air tidak semakin terdegradasi.
Para pengguna lahan (baik itu petani, perusahaan
perkebunan, maupun pengguna lahan nonpertanian) merupakan
pihak yang langsung berhubungan dengan pengelolaan lahan.
Kegiatan yang mereka lakukan menentukan kondisi lahan saat ini,
dan juga pada masa-masa yang akan datang. Bencana alam yang
disebabkan oleh degradasi lahan dapat diminimalisir dengan
perencanaan dan penyelenggaraan konservasi tanah dan air yang
bersifat masif oleh seluruh unsur masyarakat, baik di pedesaan
maupun perkotaan.
Yunus Arifien 78
DAFTAR PUSTAKA
Alabaster, J.S. dan R. Lloyd. 1982. Water Quality Criteria for
Freshwater Fish, Food and Agricultural Organization of the
United Nation, London, Boston.
Arifien, Y dan E Rustiadi. 2021. Change Pattern of Land Use of
Jabodetabek Area Through Irio and Dimamic System
Approach. Agricultural Science, 3(1), 12–21
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor.
Carter, L.W. and L.G. Hill. 1979. Handbook of Variable for
Enrivomental Impact Assement. Arbor Sceince Publishers
Inc. Ann Arbor, Michigan.
Fandeli, Chafid. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
Prinsip Dasar dan Peranannya Dalam Pembangunan.
Liberty. Jakarta.
Fauzi.A. 2004, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori
dan Aplikasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Husin, Y.A. 1990. Dampak Terhadap Kualitas Air. BKLH-MISETA
IPB. Bogor.
Marlyn, K. 1988. Mining and Freshwater Enviroment Elseiver
Science. Publishers Ltd. Essex, England.
Malthus. 1798. “An essay on the principle of population”. London :
electronic scholarly publishing project.
Odem, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Thirds Edition. WB
Sounder Company. Philadelphia, London, Toronto. 574p.
Salim, Emil. 1990, Konsep Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta.
Sinukaban, N. 1988. Konservasi Tanah dan Air. Jurusan Tanah-
Faperta IPB. Bogor.
Soemarwoto, O. 1989. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
Press. Jogyakarta.
Soeratmo, G. 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL). Gadjah Mada Press. Jogyakarta.
Soerianegara, I dan Indrawan A. 1977. Ekologi Hutan Indonesia,
Departemen Manajemen Kehutanan, Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soil Survey Staff. 1987. Keys to Soil Taxonomy. SMSS Technical
Monograph No. 6 3rd Edition.
Yunus Arifien 79
Sugandy, A. 1980. Baku Mutu Lingkungan Sebagai Indikator
Dampak Lingkungan Fisik. Makalah Simposium Nasional
AMDAL-1 PPLH IPB. Bogor.
Sutamihardja, 2004 Perubahan Lingkungan Global; Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah
Pascasarjana; IPB
Yunus Arifien 80
BAB V
PRAKIRAAN DAMPAK BIOLOGI
Oleh Andi Susilawaty
Andi Susilawaty 82
Kerapatan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛(𝐾) =
(
𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛
)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ
𝑚2
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = ( ) × 100%
(𝐾𝑅%) 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Frekuensi
Jumlah plotter isi suatu jenis
Frekuensi(𝐹) =
Jumlah seluruh petak
Frekuensisuatujenis
FrekuensiRelatif = ( ) × 100%
(𝐹𝑅%) Frekuensiseluruhjenis
Dominasi
Luas bidang dasar suatu jenis
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖(𝐷) =
Luas seluruh plot contoh
Dominasi suatu jenis
Dominansi Relatif = ( ) × 100%
(𝐷𝑅%) Dominasi seluruh jenis
Indeks Nilai Penting
𝐼𝑁𝑃 = 𝐾𝑅 + 𝐹𝑅 + 𝐷𝑅
Simbol-simbol tersebut menyatakan:
INP = Indeks Nilai Penting (%)
KR = Kerapatan relatif (%)
FR = Frekuensi relatif (%)
DR = Dominansi relatif (%)
𝐼𝐷 = 100 − 𝐼𝑆
Dengan:
W = Indeks nilai penting suatu jenis vegetasi
A = Jumlah seluruh Indeks Nilai Penting dari komunitas A
B = Jumlah seluruh Indeks Nilai Penting dari komunitas B
Andi Susilawaty 83
ID = Indeks Ketidaksamaan Komunitas
IS = Indeks Kesamaan Komunitas
Indeks Keanekaragaman
𝑛
𝑛𝑖 𝑛𝑖
𝐻′ = − ∑ ( ) 𝑙𝑜𝑔2 ( )
𝑁 𝑁
𝑖=1
Dengan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon
Ni = Jumlah individu suatu jenis
N = Jumlah Individu seluruh jenis
5.2.2 Fauna
Pengamatan terhadap fauna akan meliputi satwa liar. Lokasi
pengumpulan data fauna adalah sama dengan lokasi pengumpulan
data flora. Khusus untuk pengumpulan data burung digunakan
metode IPA (Indeks Ponctualle de’ Abudance = Point Indeks of
Abudance), sedangkan untuk pengumpulan data fauna lainnya
(mamalia, ampibi dan reptilia) dilakukan dengan menggunakan
metode inventarisasi, wawancara, dan pengamatan jejak (Dennis et
al., 2016). Parameter satwa liar yang akan diamati meliputi
kekayaan jenis dan populasi.
Perhitungan jumlah populasi satwa liar akan dihitung
dengan rumus (Sundra, I K, 2016) :
𝐴𝑍
𝑃 = 2𝑋𝑌 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Dimana:
P = Jumlah populasi
A = Luas petak
Z = Satwa liar
X = Panjang jalur
Y = Jarak rata-rata tempat terlihatnya satwa dari sumbu X2.2.2
Andi Susilawaty 84
5.2.3 Biota Perairan
Pengamatan terhadap biota perairan akan dilakukan pada
pantai sekitar tapak proyek. Parameter biota perairan yang akan
diukur meliputi jumlah jenis, jumlah individu, dan indeks diversitas
khususnya jenis plankton dan benthos.
Pengamatan plankton akan dilakukan melalui pengambilan
contoh air secara komposit kemudian disaring dengan jaring
plankton No. 25. Hasil saringan disimpan di botol sampel
selanjutnya diawetkan dengan larutan formalin 4 %. Sedangkan
organisme benthos dikumpulkan dengan menggunakan Eickman
Dradge secara sampling. Sampel yang telah dikumpulkan diawetkan
dengan menggunakan larutan formalin 10% dan selanjutnya
dilakukan identifikasi di laboraturium. Data nekton dikumpulkan
dengan menggunakan teknik observasi langsung dan wawancara
terhadap masyarakat nelayan setempat.
Untuk menentukan gambaran kualitas perairan digunakan
formulasi indeks keanekaragaman plankton dan makrozoabenthos
dengan formulasi sebagai berikut :
Indeks Keragaman
Indeks keragaman dihitung dengan persamaan:
𝑛
𝑛𝑖 𝑛𝑖
𝐻′ = − ∑ [ ] 𝑙𝑜𝑔2 [ ]
𝑁 𝑁
𝑖=1
dimana:
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah individu seluruh jenis (ni)
H'= Indeks Shannon-Wiener
Indeks Dominansi
Indeks dominansi dihitung dengan persamaan
𝑛𝑖 2
D = ∑𝑛𝑖=1 ( 𝑁 )
dimana:
D = Indeks Shimson
Untuk menduga perubahan laju pertumbuhan plankton
digunakan pendekatan pertumbuhan eksponential dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
𝑃𝑡 = 𝑃0 . 𝑒 𝑔𝑡
dimana:
Andi Susilawaty 85
Pt = Populasi plankton pada waktu t
P0 = Populasi plankton pada waktu t 0
g = Laju pertumbuhan
e = Bilangan alami
Ikan Karang
Pengamatan ikan yang hidup pada ekosistem terumbu
karang dilakukan pada semua individu yang berada pada luasan
transek. Transek ditempatkan pada suatu titik yang telah
ditentukan, kemudian dihitung jumlah dan jenis setiap spesies ikan.
Pengulangan pengukuran dilakukan dengan mengikuti pola zig-zag
dengan menggunakan sweeping area yaitu penyusuran dengan pola
zig-zag pada jalur yang sudah ditentukan untuk menentukan titik
pengukuran pada transek berikutnya.
Terumbu Karang
Metoda yang digunakan untuk pengamatan terumbu karang
adalah metoda Line Intercept Transect (LIT) yang dikemukakan
oleh English et al, 1994. Metoda ini dapat menggambarkan struktur
komunitas karang dengan melihat tutupan karang hidup, karang
mati, bentuk substrat (pasir dan lumpur), alga dan keberadaan
biota lain (Wiyanto et al., 2011).
Pemilihan lokasi survei harus memenuhi persyaratan
keterwakilan komunitas karang di suatu pulau. Garis transek
dimulai dari kedalaman dimana masih ditemukan terumbu karang
batu (± 25 m) sampai di daerah pantai mengikuti pola kedalaman
garis kontur. Pengamatan dilakukan pada tiga kedalaman yaitu 5 m,
10 m dan 15 m. Panjang transek yang digunakan adalah 50 m - 100
m yang ditempatkan sejajar dengan garis pantai pulau. Pengukuran
dilakukan dengan tingkat ketelitian mendekati centimeter
Andi Susilawaty 86
Gambar 1. Model Pencatatan Data Lifeform Karang
Sumber : (Wiyanto et al., 2011)
Andi Susilawaty 87
Untuk penentuan tingkat kerusakan terumbu karang
digunakan kriteria baku kerusakan karang berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 04/MENLH/02/2001
(Indonesia, 2001).
Lamun
Pengamatan lamun dimulai dengan menentukan lokasi
pengamatan dan mengambil koordinat titik pengamatan dengan
menggunakan GPS. Setelah titik koordinat ditentukan lokasi
pengamatan dibatasi dengan menggunakan meteran dan ditandai
dengan menggunakan tali.
Setelah daerah pengamatan dibatasi, maka pengukuran
dengan menggunakan plot dimulai dilakukan terhadap jenis-jenis
lamun. Mula-mula peletakan plot diatur dengan sistematis,
kemudian diletakkan secara acak. Untuk pengamatan dengan
mengunakan plot dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 kali
untuk setiap stasiun pengamatan.
Jenis-jenis lamun yang teramati di lokasi pengamatan akan
diambil sampelnya untuk kebutuhan identifikasi di laboratorium.
Sebelum dibawa ke laboratorium, sample yang didapat harus
ditempatkan dalam plastik sampel dan diawetkan dengan
menggunakan formalin.
Untuk mengestimasi luas penutupan tumbuhan lamun
secara visual dapat digunakan metode sebagai berikut :
1. Meletakkan plot berukuran 50 x 50 cm diatas substrat. Plot
tersebut terbagi atas 25 kotak dengan ukuran masing-masing
kotak 10 x 10 cm (Gambar-2.).
Andi Susilawaty 88
Gambar 2. Plot atau Transek Kuadrat berukuran 50 x 50 cm
Sumber : (Madasanger and Sumbawa, 2013)
Andi Susilawaty 89
DAFTAR PUSTAKA
Andi Susilawaty 90
BAB VI
PERSPEKTIF SOSIAL DALAM
ANALISIS MENGENAI DAMPAK
LINGKUNGAN (AMDAL)
Oleh Andreas Pramudianto
6.1 Pendahuluan
AMDAL merupakan kajian ilmiah (scientific) dan seni (art).
(Pramudianto : 2015). Kajian ilmiah berhubungan dengan
persoalan data ilmiah, teori dan metode. Sedangkan seni
berhubungan dengan praktek, ketrampilan sehingga keduanya
membutuhkan kompetensi dan pengalaman. Salah satu kajian
dalam AMDAL adalah aspek sosial yang telah melekat dalam
kehidupan manusia sejak manusia itu ada. Sesungguhnya manusia
dan lingkungan hidup sudah berinteraksi sejak manusia lahir.
Kehidupan awal manusia dari budaya berburu, bertani hingga
industrialisasi merupakan proses sosial yang panjang. Zaman para
filsuf Yunani telah mengemukakan pentingnya hubungan manusia
dan alam. Zaman renaisance telah melihat betapa kehidupan
manusia dengan keilmuannya mampu mengubah peradaban dunia.
Zaman penjelajahan dunia dimana manusia mulai memanfaatkan
sumberdaya alam sebagai bagian dari perdagangan dunia. Revolusi
industri merupakan salah satu persoalan lingkungan hidup sosial
yang semakin nyata terlihat gejalanya.
Gerakan konservasi adalah gerakan yang tidak semata-mata
hanya berfokus pada satwa dan tumbuhan akan tetapi merupakan
gerakan sosial yang berupaya melindungi lingkungan hidup.
Lahirnya gerakan serta badan-badan internasional telah
menumbuhkan kesadaran sosial terhadap lingkungan hidup.
Publikasi The Silence Spring telah meningkatkan dengan cepat
gerakan lingkungan sebagai gerakan sosial politik. Gerakan
masyarakat untuk memasukan lingkungan hidup dari kegiatan
Andreas Pramudianto 91
ilmiah menjadi kegiatan politik. (G Tyler Miller and Scott E
Spoolman : 2012)
Analisis Mengendai Dampak Lingkungan (AMDAL)
merupakan salah satu upaya dalam pencegahan dampak terhadap
lingkungan hidup. Selain itu AMDAL merupakan salah satu upaya
pengelolaan lingkungan hidup agar menjadi lebih baik. Perangkat
AMDAL menjadi penting dalam system pengelolaan lingkungan
hidup dikarenakan sejak awal sudah dilakukan perencanaan yang
baik untuk mengelola dampak-dampak yang timbul dari suatu
usaha/dan atau kegiatan.
Keberadaan AMDAL telah ada sejak 1969 di Amerika Serikat
yang kemudian ditegaskan dalam National Environmental
Protection Act tahun 1972 khususnya section 102 (A). Pada saat itu
hampir semua pihak terutama kalangan industri dan penggiat
lingkungan di Amerika Serikat mulai merasakan adanya dampak
dari suatu pembangunan sehingga perlu memperhatikan
lingkungan sekitarnya. AMDAL kemudian menyebar seluruh dunia
terutama sejak dicantumkan dalam salah satu Prinsip dalam
Deklarasi Stockholm 1972 yang merupakan salah satu hasil
Konferensi PBB mengenai Lingkungan Hidup Manusia yang
diadakan di Stockholm, Swedia. Kemudian berkembang dalam
bahasan di Komisi Lingkungan dan Pembangunan (World
Environment and Development/WCED) atau Komisi Bruntland
melalui laporannya “Our Common Future”. Selanjutnya dipertegas
kembali dalam prinsip-prinsip Deklarasi Rio 1992 yang merupakan
hasil dari KTT Bumi di Rio De Janerio, Brazil tahun 1992. Sementara
perkembangan di Eropa saat itu diantaranya diterbitkannya Council
Directive 85/337/EEC tertanggal 27 Juni tahun 1985 mengenai
penilaian proyek-proyek yang menimbulkan dampak lingkungan
baik di ranah publik maupun privat. Bahkan Komisi Ekonomi PBB
untuk Eropa telah menerbitkan UNECE Convention on
Environmental Impact Assessment in a Transboundary Context,
yang dikenal sebagai Espoo Convention. (UNECE : 2013)
Di Indonesia kajian tentang Analisis Mengenai dampak
Lingkungan (AMDAL) ini baru memiliki dasar hukum yang
tercantum pada tahun 1982 dengan terbitnya Undang-undang
Nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan pokok
Andreas Pramudianto 92
pengelolaan lingkungan hidup. Selanjutnya, 4 tahun kemudian
prosedur, proses serta kegiatan AMDAL memiliki prosedur hukum
yang kuat dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
1986. Sejak saat itu telah terbit berbagai pengganti PP ini, namun
yang terakhir adalah Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja.
Andreas Pramudianto 94
c. Tidak tunduk pada ukuran seperti prinsip dalam ilmu
eksakta
d. Fenomena dan gejala merupakan ukuran yang dapat
dikatakan sebagai indikator atau parameter
e. Social profile merupakan dasar analisis terhadap lingkungan
sosial
f. Bertumpu pada instuisi, pengalaman serta ekperimen.
Andreas Pramudianto 95
1) Pengelompokan Sosial :
Dalam pembentukan kelompok, yang harus
diperhatikan indikatornya diantaranya :
o Kekrabatan (keluarga, marga,klan dll)
o Wilayah permukiman (Rt, Rw, kelurahan , kecamatan,
nagari, lokal, nasional regional, daerah dll) atau juga
wilayah non permukiman seperti (Hutan adat, Sungai
adat dll)
o Fungsi sosial
o Sumber mata pencaharaian
o Sarana integrasi sosial
o Pengembangan keturunan
o Pengembangan kreativitas
2) Media Sosial
Media sosial adalah Kerjasama mempersatukan orang
diperlukan media yang dapat berupa :
Simbol-simbol
Kepentingan-kepentingan
3) Pranata social
Adalah kesatuan sosial memerlukan pedomana atau
aturan yang mengembangkan sikap kehidupannya. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pranata sosial diantaranya :
Adanya norma dan nilai budaya
Sumberdaya alam dikuasai oleh suatu kesatuan sosial
yang dapat berupa hak adat, hak ulayat dll.
4) Pengendali social
Setiap kesatuan sosial mengembangkan pola-pola dan
mekanisme tertentu. Perluasan jaringan yang kompleks
seperti latar belakang masyarakat majemuk yang berbeda
akan mengakibatkan rawannya suatu konflik. Diperlukan
pengendalian dan pengawasan sosial. Karena itu penting
untuk membentuk lembaga adat untuk mengelola
Andreas Pramudianto 96
sumberdaya alam dengan pengendalian dan pengawasan
dengan fungsi mencegah ancaman dari luar akibat penetrasi
mekanisme pasar. Sehingga indicator yang perlu
diperhatikan :
o Pola dan mekanisme pengendali sosial
o Adanya kelembagaan pengendali dan pengawas sosial.
5) Penataan sosial
Diperlukan untuk mengatur ketertiban dan kehidupan
masyarakat. Penataan sosial menyangkut peran, kedudukan
dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban yang harus
dipahami oleh masing-masing individu maupun kesatuan
sosial. Indikator yang harus diperhatikan diantaranya :
o Pengakuan atas peran dan kedudukan masing-masing
individu.
o Adanya hak serta kewajiban yang berlaku dan diakui.
6) Kebutuhan social
Kebutuhan timbul dari keinginan manusia dalam
lingkungan hidupnya. Kebutuhan tersebut belum tentu
dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri terutama kebutuhan
sosial (Social needs). Terdapat kebutuhan dasar (basic
needs) dan kebutuhan sampingan (derived needs).
Indikator tersebut diantaranya :
o Basic needs : makan, minum, seks dll
o Derived needs : hidup bersama, pembentukan
komunitas, ketertiban dll.
Andreas Pramudianto 98
o Pendapatan asli daerah
o Pusat pusat pertumbuhan ekonomi
o Fasilitas umum dan fasilitas social
o Aksesibilitas wilayah
o
c. Komponen Sosial Budaya
Adapun indicator dan parameter dari komponen ini
diantaranya :
o Kebudayaan
o Adat istiadat
o Nilai dan norma Budaya
o Proses social
o Proses asosiatif
o Proses disosiatif
o Akulturasi
o Asimilasi dan integrasi
o Kohesi sosial
o Pranata social/kelembagaan masyarakat di bidang
Ekonomi misalnya hak ulayat atas tanah
o Pendidikan
o Sosial
o Keluarga
o Warisan Budaya
o Situs purbakala
o Cagar Budaya
Andreas Pramudianto 99
o Sikap dan persepsi masyarakat pada rencana usaha
dan kegiatan
o Adaptasi ekologis
6.6 Penutup
Perhatian pada aspek sosial di dalam AMDAL, semakin hari
semakin penting. Banyak kasus-kasus lingkungan hidup khususnya
terkait AMDAL, disebabkan persoalan sosial, ekonomi dan budaya
yang kurang mendapat perhatian. Atau persoalan sosial menjadi
terabaikan dikarenakan kurang dominannya dalam beberapa studi
AMDAL.
AMDAL berkembang dalam dua pemikiran besar mencakup
keilmuan (scientific) dan seni (art). Aspek keilmuan dalam AMDAL
saat ini juga semakin dikembangkan dan semakin membaik
khususnya dalam metode dan teori terutama sejak adanya AMDAL.
Sementara dari aspek seni (art) terutama ketika berhubungan
Andreas Pramudianto 120
dengan masyarakat, membutuhkan berbagai ketrampilan dan
praktek-raktek yang sering tidak muncul atau ada dalam teori yang
telah disediakan. Hal ini dikarenakan juga dinamika yang terjadi
dalam masyarakat yang cepat berubah dan membutuhkan
pengembangan yang lebih mendalam. Tidak hanya dinamika
perkembangan dalam masyarakat, namun juga ketrampilan yang
berhubungan dengan teknologi yang semakin canggih.
Dengan demikian, AMDAL sebagai dokumen yang mampu
memperdiksi ke depan, diharapkan dapat menegaskan akan
pentingnya keberlanjutan dari suatu usaha dan/atau kegiatan. Para
investor (pemrakarsa) akan terjamin dengan keberadaan AMDAL
yang baik, yang juga mampu menjaga kepentingannya di masa
mendatang. Manfaat AMDAL diharapkan akan dirasakan karena
sudah dapat memprediksi masa depan para investor dengan
kemampaunnya merencanakan sistem pengelolaan dan
pemantauan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dinamika perubahan yang cepat diharapkan sudah mampu
dikelola dan dipantau melalui Dokumen RKL dan RPL. Sehingga
sedcara keseluruhan, melalui dokumen AMDAL yang berkualitas
baik, secara presisi, akurat dan terinformasi dengan baik serta
mampu dilaksanakan dengan mudah akan memberikan manfaat
bagi semua pihak.
A. Buku/Laporan/Makalah
ADB (Asian Development Bank) 2003. Environmental
assessment guidelines. www.adb.org/documents/adb-
environmental-assessment-guidelines
Andreas Pramudianto. (2015) Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) lintas batas negara dan sumber
hukum internasional suatu deskripstisi singkat dalam
perspektif hukum lingkungan internasional dalam Jurnal
Lingkungan dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1,
BKPSL-IPB, Bogor.
___________________(2018). Life Cycle Analysis Methode on
Environmental Impact Assessment (EIA) Procedures in
the Prespective of Sustainable Development inE3S Web
Conf.Volume 74, 2018, International Conference Series
on Life Cycle Assessment: Life Cycle Assessment as A
Metric to Achieve Sustainable Development Goals
(ICSoLCA 2018)
__________________. (2019). Peraturan Perundang-undangan
Bidang AMDAL, PPSML-SIL-UI, Jakarta.
Canter, L.W. Environmental Impact Assessment. Second Edition.
New York City, New York: McGraw-Hill, Inc. 1996.
Carroll B. and T. Turpin 2009. Environmental impact
assessment handbook: a practical
guide for planners, developers and community, 2nd Edn.
London: Thomas Telford
Duque, S., R. Daniels, K. Crowder, and I. Jimenez. EPA/600/R–
06/015, (2006). “Strategy for Indicator Development—
Border 2012: U.S–Mexico Environmental Program.”
Research Triangle Park, North Carolina: EPA, Office of
Research and Development.
EC (European Commission) 2009. Report from the Commission
to the Council, the European Parliament, the European
Economic and Social Committee and the Committee of
the Regions on the application and effectiveness of the
EIA Directive (Directive 85/337/EEC, as amended by
B. Peraturan Perundang-undangan :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2022.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4
Tahun 2021 tentang Daftar Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Atau
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan
Pemantauan Lingkungan Hidup
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor 299 Tahun 1996 Tentang Pedoman Teknis Kajian
Aspek Sosial Dalam Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
7.1 Pendahuluan
Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan Pasal 1 ayat 1
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup mengamanatkan
bahwa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang
selanjutnya disebut AMDAL, adalah kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan suatu usaha dan/atau
kegiatan.
Pasal 1 ayat 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan menyebutkan bahwa
Dampak Penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat
mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 1 ayat 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan mengatakan bahwa
Analisis Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut
Andal, adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang
dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Prakiraan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
adalah suatu rangkaian proses untuk menduga atau
memperkirakan respon atau perubahan suatu
parameter lingkungan tertentu sebagai akibat adanya kegiatan dan
/ atau usaha tertentu dalam perspektif ruang dan waktu.
Pendugaan dampak dilakukan terhadap setiap komponen atau
parameter lingkungan.
8.1 Pendahuluan
Kajian amdal dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun
1999, berdampak pada pengambilan keputusan suatu kegiatan
yang direncanakan pada sebuah lingkungan hidup. Sebuah
dokumen kajian amdal disusun untuk menganalisa kegiatan
tersebut. Salah satu dampak yang harus dituliskan dalam
penjabaran yang jelas adalah prakiraan dampak kegiatan pada
budaya. Masyarakat setempat.
Dampak budaya menjadi salah satu faktor penting dalam
amdal agar tidak terjadi krisis budaya dalam lingkungan. Krisis ini
dapat menjadi ancaman pada masa depan kita. Krisis budaya ini
akan juga berdampak juga penurunan kualitas lingkungan sehingga
diperlukan sebuah langkah serius dalam proses perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Pengelolaan, penggunaan
maupun pemanfaatan sumber daya alam harus diseimbangkan
dengan lingkungan hidup, sehingga diperlukan suatu kebijaksanaan
nasional pengelolaan lingkungan hidup yang cukup komprehensif
(Sukanda & Nugraha, 2020). Akan tetapi amdal dapat juga
berdampak positif pada budaya masyarakat dan lingkungan hidup
sehingga di masa depan tidak akan terjadi krisis budaya.
9.1 Pendahuluan
Analisis dampak lingkungan (bahasa Inggris: Environmental
Impact Assessment) atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(di Indonesia, dikenal dengan nama AMDAL). Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) pertama kali diperkenalkan oleh
National Environmental Policy Act di Amerika Serikat. Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut
AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting pada lingkungan
hidup dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan,
untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan serta termuat dalam
perizinan berusaha, atau persetujuan pemerintah pusat atau
pemerintah daerah. (Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Republik Indonesia, 2021a, Menteri Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan Republik Indonesia, 2021c, Menteri Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Republik Indonesia, 2021d) Yang dimaksud
dampak secara langsung baik positif dan/atau negative, adalah
dampak terhadap masyarakat, yang terkena dampak langsung, yang
memiliki efek positif seperti adanya kesempatan kerja atau
kesempatan berusaha atau memiliki efek negatif seperti konflik
sosial atau gangguan kesehatan. Usaha dan/atau Kegiatan yang
memitiki risiko rendah dan menengah terhadap Lingkungan Hidup
adalah usaha dan/atau kegiatan yang jika terjadi kecelakaan
dan/atau keadaan darurat tidak menimbulkan dampak yang besar
dan luas terhadap kesehatan manusia dan Lingkungan Hidup.
keresahan
masyarakat
,pencemara
n udara
dan
kebisingan
20. 71208 Pengujia - Usaha/kegia Usaha/kegiat
n tan yang a n yang
dan/atau memiliki tidak
Kalibrasi laboratoriu memiliki
Alat m laboratoriu
Kesehata m
n dan
inspeksi
10.1 Pendahuluan
Metode kajian Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL)
diperlukan dalam penyusunan ANDAL (Rizal, 2016). Metode ini
diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan berdasarkan cara
menetapkan dampak .
Menurut (Venita, Effendi and Wijayanto, 2015), metode
ANDAL yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Metode harus memenuhi persyaratan pendekatan ilmiah
(Irianto, 1992)
2. Metode dapat meyakinkan pengguna bahwa komponen
lingkungan yang penting tidak diabaikan
3. Metode dapat digunakan untuk menentukan data dan
informasi yang diperlukan untuk penilaian dampak
4. Metode dapat digunakan untuk mengevaluasi semua
kemungkinan dampak yang akan terjadi
5. Metode dapat menunjukkan upaya apa yang diperlukan
untuk mengurangi dampak negatif
6. Metode dapat dengan mudah menunjukkan kepada siapa
saja untuk mengetahui dan memahami hasilnya apa dan
upaya apa yang diperlukan.
1. Metode Ad Hoc
Metode ini merupakan metode yang sangat sederhana dan
tidak menunjukkan keistimewaan serta mudah aplikasinya. Metode
ini tidak mempunyai pedoman khusus sehingga anggota tim sering
melakukan pendugaan/perkiraan. Selain itu, komponen lingkungan
tidak terperinci dan biasanya merupakan bidang yang luas. Metode
ini, meskipun relatif murah dari segi biaya, komponen yang
digunakan tidak detail dan pengerjaannya singkat sehingga kurang
adanya keterpaaduan antara ilmu satu dengan ilmu yang lain yang
terlibat didalamnya (Maengkom, G Dianira & Ansiga, 2016).
Dampak
Dampak negatif
Jangka panjang
Dampak positif
Jangka pendek
Berlawanan
Dapat balik
Kegunaan
Tidak ada
Lingkungan
Masalah
dampak
Satwa Liar
Sesies yang akan
punah
Vegetasi alam
Sifat tanah
Drainase alam
Air bumi
Kualitas air
Kesehatan
Nilai ekonomi
Gambar 5. Contoh matriks metode Ad Hoc
(Maengkom, G Dianira & Ansiga, 2016)
3. Metode Checklist
Metode yang berbentuk daftar daerah/komponen
lingkungan yang tujuannya adalah menentukan komponen mana
yang terkena dampak. Metode ini banyak mengalami
perkembangan (Sahara, Liza, Hariati, Desi, Radi & Jamil, 2014).
Seiring dengan perkembangan yang terjadi, metode ceklis dibagi
lagi menjadi:
a. Ceklis sederhana (simple checklist)
Pada dasarnya berbentuk daftar dari komponen lingkungan
yang diduga dampaknya, menguntungkan atau merugikan
terhadap tahap planning dan desain proyek, konstruksi
proyek, pada saat proyek sedang berjalan dan setelah
konstruksi. Metode ini menjadi sederhana karena dalam
mengidentifikasi berbagai potensi dampak tidak disajikan
informasi dalam bentuk ukuran dan interpretasi.
b. Ceklis dengan uraian (descriptive checklist)
Ceklis ini dapat dilakukan dengan menggunakan program
EICS (Environmental Impact Computer System) atau dikenal
dengan metode Matriks Interaksi dengan komputer.
c. Ceklis berskala (scaling checklist)
Ceklis ini dikembangkan oleh Adkins dan Burke dengan skala
dimulai dari – 5 sampai + 5 untuk melakukan perkiraan
dampak dari beberapa alternatif proyek. Komponen dampak
dari proyek yang digunakan oleh Adkins dan burke
dikelompokan menjadi: transportasi, lingkungan, sosiologi
dan ekonomi.
d. Ceklis berskala dengan pembobotan (scale weighted
checklist)
Metode ini berisi uraian mengenai komponen-komponen
lingkungan yang tersusun dalam checklist seperti cara
4. Metode Matriks
Metode matriks adalah bentuk ceklis dalam dua dimensi.
Dengan bentuk matriks tersebut dapat ditetapkan interaksi antara
aktivitas proyek dengan komponen lingkungan. Matriks ini disusun
dengan terlebih dahulu membuat tabel atau sel yang dibagi 2 sel
untuk sel A (besaran dampak: kecil sampai dengan sangat besar)
dan sel B (derajat dampak: kurang penting sampai dengan sangat
penting) dilanjutkan dengan memberikan skor dan kode positif
atau negatif.
Lovi Sandra 191
Beberapa metode matriks yang sering dikenal, yaitu:
a. Metode Leopold
Identifikasi dampak lingkungan dari proyek ditulis dalam
interaksi antara aktivitas dan komponen lingkungan.
Langkah pertama:
Setelah matriks dibuat adalah menentukan dampak dari tiap
aktivitas proyek pada komponen lingkungan. Apabila diduga
akan terjadi dampak pada suatu komponen lingkungan dari
aktivitas maka kotak penemuan pada matriks dari keduanya
diberi tanda diagonal.
Langkah kedua:
Tiap kotak yang berdiagonal ditetapkan besar (magnitude)
dan tingkat kepentingan (importance) dampaknya.
Dinyatakan dalam angka atau skala dari satu sampai sepuluh
serta diberikan catatan uraian atau kreteria yang jelas dari
tiap nilai tersebut. Penyusunan skala sebaiknya didasarkan
pada evaluasi nilai yang objektif. Dampak yang positif diberi
tanda “+” dan negatif “-“.
c. Metode MarcHag
Daerah yang akan dianalisis dibagi dalam beberapa satuan.
Satuan tersebut dapat disusun berdasarkan topografi atau
penggunaan lahan. Untuk tiap satuan dikumpulkan keterangan
mengenai keadaan lingkungannya dengan berbagai cara, baik
dengan survei lapangan maupun dengan potret udara dan peta-peta
yang telah ada.
Langkah selanjutnya, melakukan identifikasi dari dampak
yang diduga akan terjadi pada berbagai komponen lingkungan dari
setiap satuan daerah. Setiap komponen lingkungan dan dampaknya
digambarkan dalam satu transparasi tersendiri.
5. Metode Network
Menurut (Halawa et al., 2015), metode Network (flowchart)
merupakan metode yang berupa susunan daftar aktivitas proyek
yang saling berhubungan dan komponen-komponen lingkungan
yang terkena dampak. Kemudian dari kedua daftar tersebut disusun
lagi hingga dapat menunjukan aliran dampak yang dimulai dari
suatu aktivitas proyek. Susunan aliran dampak menggambarkan
adanya dampak langsung dan tidak langsung serta hubungan antar
komponen lingkungan, sehingga dapat mengevaluasi dampak
BAB Lampiran
Pada bagian ini berisi lampiran yang berupa:
- Lampiran berupa laporan RPL dalam bentuk tabel dengan
urutan kolom sebagai berikut:
a. Dampak besar dan penting dipantau
b. Sumber dampak
c. Tujuan pemantauan lingkungan hidup
d. Rencana pemantauan lingkungan hidup
e. Frekwensi pemantauan lingkungan hidup
f. Metode analisis
g. Intistusi pemantauan lingkungan hidup
- Data informasi yang dipandang penting untuk dilampirkan
karena menunjang isi RPL
215
BIODATA PENULIS
217
BIODATA PENULIS
219
BIODATA PENULIS
Yunus Arifien
Dosen di Universitas Nusa Bangsa
220
BIODATA PENULIS
Andi Susilawaty
Staf Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Alauddin Makassar
221
BIODATA PENULIS
Andreas Pramudianto
Dosen/Lektor/III D di Program Studi ilmu Lingkungan, Sekolah
Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia (SIL –UI)
222
BIODATA PENULIS
James Sinurat
Dosen Pascasarjana
Universitas Nusa Bangsa, Bogor
223
Organic Matter on Fertility and Productivity of Latosol Soil, Bogor
Regency, terbit tahun 2021. (3) Analysis of relationship between
economic sectors of DKI Jakarta towards land use changes and
erosion in Ciliwung Hulu Watershed, Bogor Regency, terbit tahun
2022.
224
BIODATA PENULIS
Novita K. Indah
Staf Dosen Jurusan Biologi Universitas Negeri Surabaya
225
BIODATA PENULIS
226
BIODATA PENULIS
227
BIODATA PENULIS
Rita Sunartaty
Dosen Tetap Pada Universitas Serambi Mekkah
228