Anda di halaman 1dari 4

KEADAAN TIDAK HADIR

Keadaan tidak hadir diatur dalam Buku I Bab 18 Pasal 463-495 KUHPdt yang
merumuskan secara definitif tentang keadaan tidak hadir, konsep tersebut dirumuskan
dengan berpedoman pada ketentuan pasal tersebut, dicoba merumuskan konsep keadaan
tidak hadir (afwezigheld).
Keadaan tidak hadir adalah suatu keadaan tidak adanya seseorang di tempat
kediamannya karena bepergian atau meninggalkan tempat kedaiamnnya, baikdengan izin
maupun tanpa izin dan tidak diketahui di mana tempat dia berada.
Adapun Keadaan tidak hadir atau yang dikenal sebagai Afwezigheid dalam
KUHPerdata yaitu suatu keadaan dimana seseorang meninggalkan tempat tinggal dan tidak
diketahui dimana keberadaanya baik di dalam maupun di luar Indonesia dan tidak dapat
dibuktikan ia telah meninggal dunia tanpa menunjukkan kuasanya, maka untuk mengurus
harta kekayaan dan kepentingannya tersebut didasarkan pada Penetapan Pengadilan
Negeri.
Berdasarkan pada konsep yang dirumusakan di atas, dapat diuraikan unsur-unsur
yang membentuk konsep tersebut sebagai berikut:
a. Seseorang
Kata ini menunjuk kepada salah satu anggota keluarga sebagai subjek hukum
pendukung hak dan kewajiban.
b. Tidak ada di tempat kediaman
Artinya, tidak ada di lingkungan keluarga dimana mereka bertempat tinggal serta
mempunyai hak dan kewajiban hukum.
c. Bepergian atau meninggalkan tempat kediaman
Artinya, menuju atau berada di tempat lain karena suatu keperluan atau tanpa
keperluan.
d. Dengan izin atau tanpa izin
Artinya, dengan persetujuan dan sepengetahuan anggota keluarga atau tanpa
persetujuan dan tanpa diketahui oleh anggota keluarga.
e. Tidak diketahui dimana tempat dia berada
Artinya, tempat lain yang dituju dan dimana dia berada tidak diketahui sama sekali
karena yang bersangkutan tidak memberi kabar atau karena sulit berkomunikasi.
Tidak memberi kabar mungkin karena ada halangan, misalnya, terjadi perang,
pemberontakan, kecelakaan, bencana alam, sakit gila, dan lain-lain. Atau memang
dengan sengaja supaya tidak berurusan lagi dengan keluarganya karena tidak lagi
harmonis dalam kehidupan rumah tangga, selalu dimarahi dan putus asa. Kalaupun
yang bersangkutan masih memiliki harta kekayaan, kepergiannya itu tidak pula
disertai pesan atau kuasa untuk mengurusnya karena tak peduli.
PENGARUH KEADAAN TIDAK HADIR
Keaadaan tidak hadir yang berlangsung lama dapat menimbulkan persoaalan, yaitu
dugaan telah meninggal dunia. Dugaan ini timbul apabila pencarian telah dilakukan dengan
segala upaya, dengan perantaraan orang lain, dengan bantuan pejabat negara, atau
dengan bantuan media massa, tetapi tidak juga diketahui keberadaan yang bersangkutan.
Berlangsung lama, menurut KUHPdt Indonesia, todak ada kabar beritanya sekurang-
kurangnya 5-10 tahun. Menurut Bahasa sehari-hari, orang itu dikatakan orang hilang.
Sebagai contoh ilustrasi orang hilang, Satrio memberikan contoh konkret. Pada
tahun 1947 berangkatlah seorang pemuda ke negeri Belanda untuk melanjutkan sekolah
dokter. Pada mulanya masih ada kabar mengenai keberadaannya. Namun, sejak
pertengahan tahun 1950-an sampai sekarang tidak ada kabarnya lagi. Orang menganggap
pemuda itu "hilang". Ayah orang hilang itu ditanya, berapa jumlah anakmu, dijawabnya
enam orang, tetapi yang satu hilang. Menurut ceritanya, anaknya itu pergi ke Eropa dan
kabar terakhir berada Cekoslowakia. Selanjutnya, tidak ada kabar beritanya lagi. Inilah
gambaran orang dalam keadaan tidak hadir.
Persoalan lain adalah apabila kepergian yang bersangkutan itu tidak meninggalkan
pesan atau kuasa pada keluarga yang ditinggalkan, siapa dan bagaimana cara mengurus
kepentingannya (hak dan kewajiban). Sebenarnya yang bersangkutan diharapkan akan
kembali, tetapi setelah lampau tenggang waktu lama tidak juga muncul di tempat, timbul
kesangsian apakah dia masih hidup atau sudah meninggal dunia. Keadaan tidak hadir
memengaruhi dan memberi akibat hukum kepada yang bersangkutan sendiri dan kepada
pihak keluarga yang ditinggalkan. Pengaruh keadaan tidak hadir itu pada:
a. Penyelenggaraan kepentingan yang bersangkutan
b. Status hukum yang bersangkutan sendiri, atau status hukum anggota keluarga yang
ditinggalkan mengenai perkawinan dan pewarisan.
AKIBAT HUKUM DARI KEADAAN TIDAK HADIR
Seseorang yang berada dalam keadaan tidak hadir, tidak dapat melakukan
kewajibannya sebagai subjek hukum sampai pada saat ia kembali. Oleh karena itu
ketidakhadiran seseorang akan menimbulkan permasalahan hukum, yaitu pengurusan
kepentingan pribadinya baik pengurusan harta kekayaan maupun keluarganya.
Menurut Henny Tanuwidjaja, akibat hukum keadaan tidak hadir (afwezigheid)
terhadap harta apabila si yang tidak hadir kembali lagi setelah masa pewarisan definitif,
maka ia tetap mempunyai hak untuk meminta bagian sesuai hak warisnya kembali,
termasuk hartanya yang terkemudian belum berpindah tangan, atau barang-barang yang
saat dibeli dari uang hasil penjualan barang asal, namun dalam kesemuanya itu tanpa
diperhitungkan terhadap hasil dan pendapatan-pendapatannya (Pasal 486 BW)
Kemudian, jika contoh hak warisnya merupakan sebuah tanah maka diketahui
bahwa peralihan hak atas tanah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu beralih dan
dialihkan. Beralih artinya berpindah hak atas tanah dari pemegang haknya kepada pihak lain
karena suatu peristiwa hukum. Dialihkan artinya berpindahnya hak atas tanah dari
pemegang hak atas tanah kepada pihak lain karena suatu perbuatan hukum, sehingga hak
atas tanah pindah kepada yang bersangkutan. Namun segala perbuatan tersebut harus
diikuti dengan unsur-unsur iktkad baik yang terdiri dari secara fisik menguasai,
menggunakan, memanfaatkan dan memelihara tanah secara turun-temurun dalam waktu
tertentu dan/atau memperoleh dengan cara tidak melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Karena hak orang yang afwezigheid dan para penggantinya tidak dapat
dikesampingkan.Haknya hanya akan hilang karena daluwarsa. Karena hak waris
tersebut,dimiliki oleh seseorang secara turu temurun, terkuat dan terpenuh. Turun-temurun
artinya hak milik atas tanah dapat berlangsung terus selama pemiliknya masih hidup dan
pemiliknya meninggal dunia, maka hak miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya
sepanjang memenuhi syarat sebagai subjek hak milik.
PENYELESAIAN KEADAAN TIDAK HADIR
KUHPerdata telah mengatur sendiri sistematika tahapan penyelesaian
ketidakhadiran yang terdiri dari 3 (tiga) bentuk tahapan, yaitu :
1. Tahapan Pertama(Tindakan sementara)
Tindakan sementara dapat diambil jika orang yang meninggalkan tempat kediaman
itu tidak memberi kuasa kepada orang lain untuk mengurus harta kekayaan dan
kepentingannya atau jika kuasa yang diberikan itu sudah berakhir. Tindakan sementara itu
berupa pemberian tugas pengadilan negeri kepada Balai Harta Peninggalan (BHP) sebagai
kurator, keluarga sedarah, semenda,istri, atau suami orang yang dalam keadaan tak hadir
itu, atas permohonan pihak yang berkepentingan atau kejaksaan, untuk mengurus harta
kekayaan dan kepentingannya, baik seluruh maupun sebagainya (pasal 463 KUHPerdata).
Pengadilan Negeri dapat melimpahkan pengurusan ini kepada seorang atau lebih
dari keluarga sedarah atau semenda dari yang tak hadir yang ditunjuk oleh Pengadilan atau
kepada isteri atau suaminya, dengan kewajiban satu-satunya apabila yang tak hadir itu
pulang kembali, keluarga, isteri atau suami tadi harus mengembalikan kepadanya harta
kekayaan itu atau harganya setelah dikurangi dengan segala utang yang sementara itu telah
dilunasinya, dan tanpa hasil-hasil atau pendapatannya.
Balai Harta Peninggalan, jika perlu setelah melakukan penyegelan, berwajib untuk
segera membuat daftar lengkap dari pada segala harta kekayaan yang pengurusannya
dipercayakan kepadanya. Untuk selanjutnya Balai Harta Peninggalan harus mengindahkan
peraturan-peraturan mengenai pengurusan harta kekayaan anak-anak belum dewasa,
sekadar peraturan-peraturan itu dapat dianggap berlaku baginya, kecuali kiranya Pengadilan
tentang beberapa hal memerintahkan lain
2. Tahap kedua( Pernyataan barangkali meninggal dunia)
Apabila seseorang telah meninggalkan tempat kediamannya dan lama sekali tidak
muncul tanpa diterima kabar apa pun dari yang bersangkutan, ada alasan untuk menyangka
yang bersangkutan tidak akan kembali lagi karena meninggal dunia. Lama meninggalkan
tempat kediaman itu lima tahun, yang kemudian dengan Stb. Nomor 344 Tahun 1926 dapat
diperpendek sampai satu tahun. Sebelum meninggalkan tempat kediamannya, yang
bersangkutan tidak memberi kuasa kepada orang lain untuk mengurus harta kekayaan dan
kepentingannya (pasal 467 ayat (1) KUHPerdata)
Untuk mengeluarkan ketetapan pernyataan barangkali meninggal dunia, pengadilan
negeri memberi izin kepada pihak yang berkepentingan untuk memanggil orang yang tidak
hadir itu melalui surat kabar yang ditunjuk oleh pengadilan negeri sebanyak tiga kali
berturutturut. Pengeluaran pernyataan tersebut tidak perlu lebih dulu diadakan tindakan-
tindakansementara menurut pasal 463 KUHPerdata. Setelah dilakukan pemanggilan kepada
orang yang tidak hadir itu sesuai dengan prosedur, tetapi ternyata tidak juga muncul,
pengadilan negeri kemudian dapat mengeluarkan ketetapan pernyataan barangkali
meninggal dunia, dengan segala akibat hukumnya. Akibat hukum tersebut terutama
peralihan hak-hak kepada para ahli warisnya yang bersifat sementara dan dengan batasan-
batasan tertentu.
Sebelum mengambil keputusan Pengadilan harus mempelajari sebab musabab
ketidakhadiran itu, juga sebab musabab yang boleh jadi telah merintangi penyampaian
kabar dari yang bersangkutan dan akan segala hal ikhwal lain berkenaan dengan dugaan
kematian. Pengadilan boleh menangguhkan keputusannya sampai 5 tahun lebih dari waktu
yang disebut dalam Pasal 467 KUHPerdata, juga boleh memerintahkan pemanggilan-
pemanggilan lebih lanjut dan penempatan-penempatan dalam surat-surat kabar
sebagaimana guna kepentingan si tak hadir Pengadilan kiranya perlu
mempertimbangkannya.
3. Tahap ketiga( Pewarisan secara definitif)
Pada tahap ini, persangkaan barangkali meninggal dunia menjadi sedemikian kuat
sehingga terjadi keadaan yang lebih definitif. Keadaan ini mengakibatkan pewarisan menjadi
definitif. Keadaan definitif diperoleh apabila diterima kabar kepastian meninggal dunia orang
yang tidak hadir itu (Pasal 485 KUHPerdata). Apabila tidak ada kabar kepastian meninggal
dunia orang yang tidak hadir itu, keadaan definitif terjadi ketika lampau tenggang waktu 30
tahun sejak hari pernyataan barangkali meninggal dunia yang tercantum dalam putusan
pengadilan negeri. Atau apabila tenggang waktu 30 tahun belum lampau, tetapi sudah lewat
100 tahun sejak hari lahir orang yang tidak hadir itu (Pasal 484 KUHPerdata).
Akibat hukumnya adalah para ahli waris atau orang yang memperoleh hak berhak
menuntut pembagian warisan atas harta kekayaan orang yang tidak hadir itu. Suami atau
istri yang ditinggalkan oleh orang yang tidak hadir itu dapat kawin lagi dengan pihak lain
(pasal 493 KUHPerdata). Keadaan tidak hadir merupakan alasan untuk bercerai apabila
ketidakhadiran itu dua tahun berturut-turut (Pasal 19 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1975)
BEBERAPA PERTIMBANGAN
Keadaan tidak hadir perlu mendapat pengaturan dalam hukum perdata nasional
dengan memperhatikan pokok-pokok pikiran berikut:
a) Kepergian atau meninggalkan tempat kediaman dilakukan oleh orang yang
bersangkutan tanpa izin keluarga yang ditinggalkan, tanpa alas an yang sah, atau
karena hal lain diluar kemampuannya. Alasan-alasan ini sesuai dengan Undang-
undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
b) Keluarga yang ditinggalkan, yaitu istri untuk suami, suami untuk istri, atau orang tua
untuk anak. Apabila orang ini tidak ada juga, baru saudara kandung. Apabila orang
ini tidak ada juga, baru pemerintah melalui BHP yang mengurus untuk kepentingan
sosial dan ibadah.
c) Pihak yang meninggalkan tempat kediaman itu tidak memberi kuasa kepada
keluarga yang ditinggalkan untuk mengurus harta kekayaan dan kepentingannya,
sedangkan tempat dia berada tidak diketahui sama sekali.
d) Meninggalkan tempat kediaman itu dalam tenggang waktu dua tahun berturut-turut
dan jika ada kepastian peristiwa penyebab ketidakhadirannya, tenggang waktu
tersebut dapat diperpendek menjadi satu tahun.
e) Pengadilan negeri adalah lembaga yang berwenang menetapkan ketidakhadiran
yang bersangkutan dan menetapkan pihak yang berkepentingan mengurus segala
harta kekayaan orang yang tidak hadir itu atas permohonan keluarga yang
ditinggalkan.
f) Tahap-tahap dan prosedur penyelesaian keadaan tidak hadir seperti telah diuraikan
sebelumnya dapat diikuti dan dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai