Anda di halaman 1dari 9

Tugas Capita Selekta Akuntansi

“Pengelolaan Akuntansi Dan Anggaran: Studi Kasus


Pada PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (Asabri)”

Dosen Pengampu:
1. Dr. Andi Asti Handayani, S.E., M.Ak.
2. Yulia Yunita Yusuf, S.ST., M.Ak.

Disusun Oleh Kelompok 2, Kelas C :

Kurniawati 210901500016 Indika Nurul Aulia 220901500021


Rifdah Dewiyanti 210901502061 Andi Riska Amelia s 220901502034
Nursyifa Salsabila 210901502063 Syabilla Afiya Azahra 220901502040
Nurul Ashilah Dzikra HS 210901502070 Asdiana Syamsuddin 220901502046
Nurfita rachmadani 210901502073 Nabila Tryana Putri H 220901502049

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat PT Asabri


Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2015 tentang Jaminan Sosial Bagi Prajurit
Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Pegawai
Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Republik
Indonesia, diundangkan pada tanggal 28 Desember 2015, dan berlaku surut terhitung sejak
tanggal 1 Juli 2015. PT ASABRI (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang
ditunjuk oleh pemerintah sebagai pengelola program jaminan sosial bagi Prajurit TNI,
anggota Polri, dan pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN), terdiri dari Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kementerian
Pertahanan dan Polri. Program Jaminan Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Kematian (JKM), dan Pensiun merupakan program-program yang dikelola.
Persoalan disparitas karakteristik militer Prajurit TNI, Aparat Kepolisian, dan PNS
Kementerian Pertahanan/Polri (belum ada PPPK) inilah yang melatarbelakangi terbentuknya
ASABRI. Semula Taspen (Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Sipil) didirikan
pada tanggal 17 April 1963, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1963.
Cabang Khusus Urusan Militer yang dikenal dengan Taspenmil didirikan pada tanggal 1
Januari 1964 dan berpusat di Kantor Staf Keuangan Angkatan Darat di Jl. Merdeka Selatan
No.7 Jakarta Pusat. Hal ini dilakukan dalam rangka mengefektifkan pengelolaan asuransi
bagi peserta TNI, berdasarkan gagasan Tentara Nasional Indonesia (APRI), dalam hal ini
TNI Angkatan Darat, dan atas persetujuan Menteri Pendapatan, Pembiayaan, dan
Pengawasan serta Badan Pimpinan Umum. PN Taspen. Berikutnya adalah Taspenmil yang
akhirnya menjadi cikal bakal PT ASABRI (Persero).

B. Kronologi Permasalahan Kasus Fraud PT Asabri


PT ASABRI menjadi perhatian karena Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan, Mahfud MD, mencurigai adanya praktik korupsi yang diduga merugikan negara
lebih dari Rp10 triliun. Menurut situs resmi ASABRI, laporan keuangan terbaru yang
diunggah adalah laporan keuangan tahun 2017. Namun, laporan untuk tahun 2018 dan 2019
belum tersedia untuk publik. Dalam laporan tahun 2017, perusahaan mencatat laba bersih
sebesar Rp943,81 miliar, dengan pendapatan terbesar berasal dari hasil investasi sekitar
Rp3,08 triliun dan pendapatan premi sekitar Rp1,39 triliun. Rasio solvabilitasnya hanya
mencapai 62,35 persen, belum memenuhi ketentuan kementerian keuangan sebesar 120
persen, yang menggambarkan kemampuan perusahaan membayar klaim dan utang jangka

1
panjang. PT ASABRI juga menanggung utang sekitar Rp43,6 triliun, meningkat hampir 20
persen dari tahun sebelumnya yang sekitar Rp36,34 triliun. Dalam laporan yang sama, laba
tahun 2016 direvisi dari Rp537,63 miliar menjadi Rp116,46 miliar.
Laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan yang dirilis pada 3 Februari 2017 menarik
perhatian terhadap PT Asabri (Persero) yang sejak 2013 telah mengubah strategi investasinya
dari deposito ke saham dan reksa dana, dengan dugaan kerugian hingga Rp 16 triliun.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, mengkonfirmasi adanya
masalah di Asabri. Audit BPK menemukan bahwa Asabri telah membeli saham tidak bernilai
sebesar Rp 802 miliar dan menjual dua belas saham non-premium dengan kerugian Rp 1,062
triliun, yang sebelumnya dibeli seharga Rp 987 miliar, kepada reksa dana afiliasi. BPK juga
menyoroti pembelian tanah tanpa sertifikat senilai Rp 732 miliar.
Pada tahun 2017, Asabri memiliki investasi sebesar Rp 5,34 triliun di saham dan Rp 3,35
triliun di reksa dana, dengan hanya Rp 2,02 triliun tersisa di deposito. Tidak ada laporan
keuangan yang dipublikasikan setelah 2018, sehingga informasi terkini tentang portofolio
investasi Asabri tidak tersedia. Benny Tjokrosaputro dari Hanson International menawarkan
18% saham PT Harvest Time kepada Asabri pada 2015, tetapi terungkap bahwa PT Wiracipta
Senasatria hanya memiliki 13% saham. Manajemen Asabri menyadari hal ini setelah audit
BPK dan mengakui bahwa pembelian saham dilakukan tanpa due diligence yang memadai.
Setelah BPK memberikan peringatan, Asabri, di bawah kepemimpinan Direktur Utama
baru, Letnan Jenderal Purnawirawan Sonny Widjaja, meminta PT Wiracipta Senasatria untuk
mengembalikan dana sebesar Rp 802 miliar pada 3 Juni 2016. Asabri telah memberlakukan
bunga tahunan sebesar 7% sejak 14 Januari 2016, yang lebih rendah dari bunga pinjaman
bank. Termasuk bunga, jumlah yang harus dibayar Wiracipta adalah Rp 832 miliar. Benny
Tjokrosaputro setuju untuk membayar, tetapi hanya ingin mengembalikan Rp 100 miliar
secara tunai. Wiracipta membayar Rp 100 miliar antara 23 dan 29 Juni 2016, tetapi masih
memiliki utang Rp 732 miliar. Proposal Benny akhirnya diterima dengan beberapa
perubahan pada 13 Juli 2016, di mana dia harus membeli kembali dan menjual tanah sebagai
pengganti saham, dan keuntungan akan diberikan kepada Asabri setahun kemudian.
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, mengakui bahwa investasi saham Asabri
mengalami kerugian, namun belum dapat menetapkan jumlah kerugian tersebut karena
sedang berlangsungnya penyelidikan oleh BPK. Sekitar dua per tiga dari saham Asabri telah
dijual dengan harga di bawah nilai IPO. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia per 13
Januari 2020, dari 13 saham yang dimiliki Asabri dengan kepemilikan lebih dari lima persen,
delapan dijual dengan harga di bawah harga IPO, di mana empat di antaranya masuk dalam
kategori harga terendah di bursa.

2
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memberikan opini audit yang tidak sesuai standar
atau kode etik dalam pemeriksaan PT Asabri (Persero) akan dihadapi sanksi oleh P2PK
Kementerian Keuangan. Sekretaris Jenderal Kemkeu, Hadiyanto, menyatakan bahwa KAP
yang terdaftar biasa melakukan audit Asabri, dan jenis sanksi yang diberikan akan tergantung
pada kesalahan yang dilakukan, yang dapat berupa teguran atau suspensi sementara. Laporan
keuangan Asabri menunjukkan laba sebesar Rp 245 miliar pada tahun 2014 dan Rp 347
miliar pada tahun 2015, dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk kedua tahun
tersebut. Pada tahun 2016, laba turun menjadi Rp 116 miliar dengan opini WTP, namun pada
tahun 2017, laba meningkat drastis menjadi Rp 943 miliar, juga dengan opini WTP. PwC
adalah auditor pada tahun tersebut. Arya Sinulingga dari Kementerian BUMN berharap
pihak berhutang seperti Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro akan membayar hutang
mereka untuk membantu memperbaiki kondisi Asabri.

C. Konsekuensi yang Diterima PT Asabri dalam Kasus Fraud yang Dilakukan


Kerugian besar dialami PT Asabri akibat kasus korupsi dana investasi dan pengelolaan
keuangan. Menurut Badan Pemeriksa Keuangan RI, kerugian tersebut mencapai Rp 22,78
triliun (BPK). Hal ini tidak hanya berdampak pada keuntungan PT Asabri tetapi juga
masyarakat luas, termasuk investor dan penerima asuransi dari PT Asabri.
Para tersangka dijerat dengan berbagai pasal hukum, termasuk Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal
18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta pasal-pasal
lainnya yang menetapkan ancaman hukuman yang bervariasi atas tindakan mereka. Pasal-
pasal tersebut mengatur pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat satu
tahun dan paling lama 20 tahun, denda mulai dari Rp50 juta hingga Rp1 miliar, serta pidana
penjara paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp10 miliar.

D. Implementasi Pengelolaan Anggaran PT Asabri


Pengelolaan anggaran bersama PT Asabri (Persero) dilaksanakan dengan memastikan
bahwa pengelolaan perusahaan selalu berpegang pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku. PT Asabri (Persero) selalu bercita-cita untuk bertanggung jawab atas administrasi
dan pelaksanaan inisiatif CSR serta proyek keberlanjutan lainnya dengan dukungan Divisi
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Direktorat Sumber Daya Manusia. Direksi
senantiasa menaati dan menaati Anggaran Dasar, kebijakan internal, serta peraturan
perundang-undangan terkait dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Melalui
RUPS, Direksi bertanggung jawab melaksanakan kewajibannya kepada pemegang saham.
Salah satu contoh akuntabilitas perusahaan adalah pelaporan Direksi kepada RUPS.

3
Direksi PT Asabri (Persero) juga mengawasi dan memberikan nasihat kepada Direksi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kelestarian ekonomi, sosial, dan lingkungan
perusahaan. Pengawasan langsung dilakukan, termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan
rekomendasi Direksi, serta pengawasan tidak langsung melalui Komite Audit dan Komite
Risiko Bisnis dan Asuransi. Perusahaan juga membentuk Komite Audit dan Komite Risiko
Bisnis dan Asuransi untuk membantu pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi.
Sekretaris Komisaris juga membantu Direksi dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Perlu digaris bawahi, meskipun PT Asabri telah melakukan rencana
pengimplementasian yang cukup baik, tetapi dari kasus fraud yang terjadi nampaknya perlu
adanya perbaikan yang signifikan dalam pengelolaan anggaran, seperti yang terlihat pada
kasus di PT Asabri. Kerugian sebesar Rp 22,78 triliun menandakan sistem investasi dan
pengelolaan keuangan perseroan kurang baik. Terdapat beberapa hal yang membuat PT
ASABRI teledor dalam hal pengelolaan anggarannya, yaitu:
1. Pelaporan Keuangan yang Tidak Akurat: Terdapat dugaan bahwa ASABRI
melakukan manipulasi laporan keuangan, seperti penggelembungan nilai investasi atau
penyembunyian kerugian yang mencerminkan kelemahan dalam sistem pengelolaan
akuntansi perusahaan.
2. Kebijakan Investasi yang Tidak Sehat: Pengelolaan anggaran dan kebijakan investasi
yang tidak sehat menjadi salah satu faktor utama dalam terjadinya masalah keuangan
ASABRI.
3. Kontrol Internal yang Lemah: Kasus ini juga menunjukkan adanya kelemahan dalam
kontrol internal perusahaan terkait dengan pengelolaan akuntansi dan anggaran.
4. Ketidakpatuhan terhadap Standar Akuntansi dan Regulasi: Perusahaan yang tidak
mematuhi standar akuntansi yang berlaku atau regulasi yang ditetapkan oleh otoritas
pengawas keuangan juga rentan terhadap risiko keuangan. Kasus ASABRI
mencerminkan pentingnya kepatuhan terhadap standar akuntansi dan regulasi dalam
menjaga integritas dan kesehatan keuangan perusahaan.
Oleh karena itu, berikut adalah beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pengelolaan anggaran:
1. Transparansi dan Akuntabilitas: Penting untuk memastikan bahwa semua transaksi
keuangan dan investasi dilakukan dengan transparan dan terdokumentasi dengan baik.
Setiap keputusan investasi harus dapat dipertanggungjawabkan dan direview secara
berkala.
2. Pengawasan yang Ketat: Perlunya sistem pengawasan yang ketat untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan dana dan korupsi. Audit internal dan eksternal secara rutin

4
perlu dilakukan untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan dan prosedur yang
berlaku.
3. Pendidikan dan Pelatihan: Pegawai perlu diberikan pendidikan dan pelatihan tentang
etika bisnis, tata kelola keuangan yang baik, serta risiko korupsi. Meningkatkan
kesadaran akan konsekuensi dari tindakan korupsi dapat membantu mencegah
terulangnya kejadian serupa di masa depan.
4. Kepatuhan Terhadap Regulasi: Penting untuk memastikan bahwa PT Asabri
mematuhi semua regulasi yang berlaku dalam pengelolaan keuangan dan investasinya.
Ini termasuk mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh otoritas pengawas keuangan dan
badan pemerintah terkait lainnya.
5. Teknologi dan Sistem Informasi: Pemanfaatan teknologi dan sistem informasi yang
canggih dapat membantu meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pengelolaan
anggaran. Sistem pelaporan keuangan yang terintegrasi dan otomatis dapat membantu
mengurangi risiko kesalahan dan manipulasi data.

5
DAFTAR PUSTAKA

BPK RI. (2021, November 26). BPK: Kerugian Negara dari Kasus Korupsi Asabri Rp 22,78
Triliun. Retrieved from BPK.go.id: https://papua.bpk.go.id/bpk-kerugian-negara-dari-
kasus-korupsi-asabri-rp-2278-triliun/
Elmi, I. (2020). Laporan Kinerja Tahun 2019 "Deputi Bidang Investigasi". Jakarta: BPKP.
I.N. Fitri, D. K. (2022). Kasus Korupsi PT ASABRI. 5-27.
Kosasih, D. T. (2021, Februari 4). Tersandung Kasus Dugaan Korupsi, Bagaimana Dampak
terhadap Portofolio Saham Asabri? Retrieved from Liputan6:
https://www.liputan6.com/saham/read/4475277/tersandung-kasus-dugaan-korupsi-
bagaimana-dampak-terhadap-portofolio-saham-asabri
Kusuma, F. (2019). Kewenangan Kepolisian Dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi (Studi
Kasus PT.Asabri). E-journal Uajy, 7-8.
M. Mie, N. N. (2020). Kasus PT.Asabri. 1-10.
Natalis Christian, J. F. (2023). Analisis Kasus PT. Asabri (Persero) Dengan Teori Kasus Fraud.
Journal of Universal Studies, 318-321.
Saputra, R. R. (2016). Persepsi Pegawai PT. Asabri (Persero) Jakarta Terhadap Fraud dan
Whistleblowing Sebagai Upaya Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Sejak Dini. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB, 10-15.

6
HASIL TURNITIN

7
8

Anda mungkin juga menyukai