Anda di halaman 1dari 17

PEMBIASAN CAHAYA

(Laporan Praktikum Fisika Dasar)

Oleh

Kelompok 8

LABORATORIUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pembiasan Cahaya


Tempat : Laboratorium Fisika Dasar
Hari, tanggal : Kamis, 09 Mei 2019
Nama : 1. Afrilia Anggraini 1854231008
2. Belia Zalista 1854231007
3. Dimas Ferdian Arisandi 1854231011
4. Liza Agisti Fazriani 1854231012
5. Nurul Hafsah Putranti 1854231013
Kelompok :8
Program Studi : Teknologi Industri Pertanian
Fakultas : Pertanian

Bandar Lampung, 16 Mei 2019


Mengetahui,
Asisten

Hendri Maulana
1514071005
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Cahaya merambat bidang batas dua medium, maka rambatan cahaya tersebut akan
mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya. Banyak
kegiatan sehari-hari yang dapat menjelaskan peristiwa pembiasan tersebut. Contoh
pembiasan di lingkungan sekitar kita yaitu pensil yang dicelupkan kedalam gelas
kemudian pensil tersebut terlihat bengkok, sebenarnya pensil tersebut tidak
bengkok. Hal inilah yang disebut pembiasan. Pada contoh tersebut belum kita
ketahui bagaimana pembiasan itu terjadi dan apa yang menyebabkannya. Untuk
mengetahui pembiasan yang terjadi pada kaca plan paralel dan juga pergeseran
sinar pada kaca plan paralel maka kami akan melakukan percobaan pembiasan
pada kaca plan paralel. Kaca plan parallel itu sendiri merupakan medium
masuknya cahaya. Prinsip kerjanya sama seperti pensil yang dicelupkan didalam
air, namun mediumnya saja yang berbeda.

Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita tidak asing dengan benda-benda seperti
sedotan, namun apabila kita mengamati sedotan yang tercelup dalam gelas berisi
air, sedotan tersebut akan terlihat seperti bengkok. Sebenarnya sedotan tersebut
tidak bengkok, sedotan tersebut mengalami pembiasan. Ketika cahaya merambat
bidang batas dua medium, maka rambatan cahaya tersebut akan mengalami
pembelokan. Pada contoh tersebut belum kita ketahui bagaimana pembiasan itu
terjadi dan apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi, untuk mengetahui
bagaimana pembiasan yang terjadi, maka digunakan kaca plan paralel yang
prinsip kerjanya sama seperti sedotan yang dicelupkan didalam air, namun
mediumnya saja yang berbeda untuk mengetahui besarnya pembiasan dan
pergeseran sehingga benda terlihat seperti bengkok.
Dengan adanya praktikum fisika dasar tentang Pembiasan Pada Kaca Plan
Paralel maka kami sebagai mahasiswa fisika diharapkan mengetahui sifat
pembiasan pada kaca plan paralel. Pembiasan pada kaca plan paralel mengunakan
kaca plan paralel yang mana kaca plan paralel itu merupakan keping kaca tiga
dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar. Berkas sinar masuk dari salah satu sisi
balok kaca dengan sudut datang i dan lalu mengalami pembiasan dua kali.
Pertama, saat melewati bidang batas antara udara dan balok kaca, berkas sinar
dibiaskan dengan sudut bias r. Kedua, saat melewati bidang batas antara balok
kaca dan udara, berkas sinar datang ke bidang batas dengan sudut datang i' dan
sudut bias r'. Berkas cahaya yang dihasilkan oleh lensa tersebut, akan di selidiki
sifat bias yang dimiliki oleh cahaya tersebut. Oleh sebab itu perlunya dilakukan
pratikum ini untuk menyelidiki sifat pembiasan yang dihasilkan oleh kaca plan
paralel dan menyelidiki sifat bias yang dimiliki oleh kaca tersebut.

I.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:


1. Mengetahui hukum snellius tentang pembiasan.
2. Mengetahui dan menentukan faktor-faktor pembiasan pada balok kaca.
3. Menentukan indeks bias pada satu bidanh batas(balok kaca).
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembiasan Cahaya

Disaat seberkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang


memisahkan dua medium berbeda ,seperti misalnya sebuah permukaan udara
kaca, energi cahaya tersebut di pantulkan dan memiliki medium kedua, perubahan
arah dari sinar di transmisikan tersebut disebut pembiasan. Gelombang yang di
transmisikan adalah hasil interferensi dari gelombang datang dan gelombang yang
dihasilkan dari penyerapan dan radiasi ulang energi cahaya oleh atom-atom dalam
medium tersebut. Cahaya yang memasuki kaca dari udara, ada sebuah
ketertinggalan fase (phase lag) antara gelombang yang diradiasikan kembali dan
gelombang datang. Demikian juga ada ketinggalan fase antara gelombang hasil
(resultan) dan gelombang datang dari gelombang yang dilewatkan diperlambat
relatif terhadap posisi puncak gelombang dari gelombang datang didalam medium
tersebut (Tipler,2001).

2.2 Hukum Snellius

Hukum Snellius adalah rumusan matematika yang memberikan hubungan antara


sudut datang dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui
batas antara dua medium isotopic berbeda, seperti udara dan gelas. Hukum ini
diambil dari matematika Belanda Willebrord Snellius yang merupakan
penemunya. Hukun ini juga dikenal sebagai hukum pembiasan. Hasil eksperimen
ini dikenal dengan hokum Snellius yang berbunyi “ Sinar datang, sinar bias dan
garis normal terletak pada satu bidang datar. Hasil bagi sinus sudut datang dengan
sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan disebut indeks bias.” (Tipler,2001).
2.3 Balok Kaca

Balok kaca atau kaca plan pararel adalah keeping kaca tiga dimensi yang dibatasi
oleh sisi yang sejajar. Cahaya dari udara memasuki sisi pembias balok kaca akan
dibiaskan mendekati garis normal. Demikian pula pada saat cahaya meninggalkan
sisi pembias lainnya ke udara akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pengamat
dari sisi pembias yang bersebrangan akan melihat sinar dari benda bergeser akibat
pembiasan. Sinar bias akhir mengalami pergeseran sinar terhadap arah semula
(Zemansky,1987).

2.4 Kaca Plan Paralel

Kaca plan paralel adalah benda yang terbuat dari kaca berbentuk kubus dengan
enam sisi yang rata dengan sisi yang berhadapan sejajar. Bentuknya lempeng tipis
seperti batu bata atau korek api. Ia memiliki ketebalan tertentu yang sering
dilambangkan d. Peristiwa yang terjadi ketika seberkas sinar melewati sebuah
kaca plan paralel adalah sinar tersebut akan mengalami pergesaran. Cahaya atau
berkas sinar akan mengalami dua kali pembiasan oleh dua medium yang berbeda
kerapatannya. Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam kaca akan
mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya , hal ini
disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang
berbeda (Kuswinarto,dkk,2015).

2.5 Aplikasi Pembiasan Cahaya

Pembiasan cahaya yang paling umum digunakan ketika membahas refraksi adalah
sedotan dalam air. Ketika sedotan ditempatkan dalam segelas air dan dilihat dari
samping, tampaknya akan patah atau bengkok. Hal ini disebabkan perbedaan
indeks bias udara dan air. Karena air lebih berat dari udara, sedotan muncul
menekuk karena mencerminkan cahaya yang diperlambat oleh densitas air.
Fenomena ini juga membuat benda terendam, seperti ikan, terlihat lebih dekat ke
permukaan daripada yang sebenarnya (Sujana, 2014).
II. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis, 09 Mei 2019 pukul 15.00-17.00, di


Laboratorium Fisika Dasar, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah kit optik, power supply, busur, dan hvs A4.

Bahan yang digunakan yaitu balok kaca.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari praktikum ini adalah:


1. dihubungkan kit optiknya dengan power supply.
2. Diatur cahaya yang akan digunakan.
3. Diletakkan kertas A4, kemudian balok kaca diletakkan diatasnya.
4. Digambar pola yang terbentuk berupa titik-titik cahaya yang masuk dan
pembiasaanya.
5. Dihubungkan titik-titik yang terbentuk.
6. Ditentukan cahaya datang dan pembiasannya.
7. Diukur besar sudutnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil praktikum pembiasan cahaya menggunakan balok kaca tersaji dalam bentuk
tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Pembiasan Cahaya Balok Kaca


No Sudut datang (i) Sudut bias (r) Indeks bias (n)
1 Garis 1 134° 134° 1
2 Garis 2 125° 125° 1
3 Garis 3 134° 134° 1

4.2 Pembahasan

Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut. Garis 1 sudut datang 134°, sudut
bias 134° dan indeks bias 1. Garis 2 sudut datang 125° , sudut bias 125° dan
indeks bias 1. Garis 3 sudut datang 134°, sudut bias 134° dan indeks bias 1. Kaca
plan-paralel adalah benda optik yang dibatasi oleh dua bidang yang rata dan
sejajar. Berkas sinar datang dari udara dengan indeks bias n1 menuju kaca
denganindeks bias n2 dan membentuk sudut i, kemudian berkas sinar dibelokkan
mendekatigaris normal dengan sudut r. Sinar lalu diteruskan menuju udara
kembali dengan membentuk sudut i’ dan dibiaskan menjauhi garis normal dengan
sudut r’. Telihat bahwa berkas sinar yang datang dan berkas sinar yang keluar dari
kaca plan-paralelsejajar. Sehingga dapat diperoleh: i = r’ dan r = i’
(Purnami,2015).
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya
karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan
cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu , mendekati garis normal, cahaya
dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik
kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara
ke dalam air. Menjauhi garis normal, cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika
cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat,
contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara. (Purnami,2015).

Syarat-syarat terjadinya pembiasan :


1) Cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
2) Cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil
dari 90o)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari diantaranya :
1. Dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
2. Kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas
pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya
pembiasan.
3. Terjadinya pelangi setelah turun hujan (Purnami,2015).

Hukum snell berbunyi “ sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada
satu bidang datar “. “ Hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias
merupakan bilangan tetap dan disebut indeks bias ”. Ketika cahaya melintas dari
suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang dipantulkan pada
perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang
membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut
dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini
disebut Pembiasan. Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada
sudut datang. Hubungan analitis antara q1 dan q2 ditemukan secara eksperimental
pada sekitar tahun 1621 oleh Willebrord Snell. Hubungan ini dikenal
sebagai Hukum Snell dan dituliskan:
n1 sin q1 = n2 sin q2
q1 adalah sudut datang, dan q2 adalah sudut bias (keduanya diukur
terhadap garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media). n1 dan n2 adalah
indeks-indeks bias materi tersebut. Berkas-berkas datang dan bias berada pada
bidang yang sama, yang juga termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan.
Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan (Purnami,2015).

Menurut Purnami (2015), jika n2 > n1, maka q2 > q1, artinya jika cahaya memasuki
medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya
dibelokkan menuju normal. Dan jika n2 > n1, maka q2 > q1, sehingga berkas
dibelokkan menjauhi normal .Sinar yang masuk bidang pembias I akan sejajar
dengan sinar yang keluar dari bidang pembias II dan mengalami pergeseran.
Pergeseran sinar tersebut dirumuskan:
t = d sin (i-r)/cos r

Kaca plan paralel adalah benda yang terbuat dari kaca berbentuk kubus dengan
enam sisi yang rata dengan sisi yang berhadapan sejajar. Bentuknya lempeng tipis
seperti batu bata atau korek api. Ia memiliki ketebalan tertentu yang sering
dilambangkan d. Peristiwa yang terjadi ketika seberkas sinar melewati sebuah
kaca plan paralel adalah sinar tersebut akan mengalami pergesaran. Cahaya atau
berkas sinar akan mengalami dua kali pembiasan oleh dua medium yang berbeda
kerapatannya. Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam kaca akan
mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya , hal ini
disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang
berbeda (Kuswinarto,dkk,2015).

Pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya melewati dua medium yang berbeda
kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati garis normal ketika sinar datang
dari medium kurang rapat atau udara ke medium lebih rapat atau kaca. Sinar bias
akan menjauhi garis normal ketika cahaya merambat dari medium lebih rapat atau
kaca ke medium kurang rapat atau udara.

Gambar 1. Pembaisan Cahaya Pada Kaca Plan Paralel


Terjadinya pembiasan tersebut telah dibuktikan oleh seorang ahli maematika dan
perbintangan Belanda pada tahun 1621 bernama Willebrord Snell bahwa hasil
percobaannya dirumuskan dan dikenal dengan Hukum Snellius.

Gambar 2. Pembiasan Cahaya Pada Kaca Plan Paralel

Terlihat bahwa berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang keluar dari
kaca plan paralel adalah sejajar. Menurut hukum Snellius, “dalam peristiwa
pembiasan cahaya, perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut bias adalah
konstan”

Keterangan :
n = indeks bias
i = sudut datang
r = sudut bias
Berkas cahaya hanya mengalami pergeseran sebesar t (besaran panjang). Jika
berkas datang dengan sudut i maka pergeserannya dapat dihitung sebagai berikut :

Keterangan :
t = pegeseran sinar
d = tebal kaca (Kuswinarto,dkk,2015).

Aplikasi pembiasan cahaya pada bidang THP yaitu , peristiwa pembentukan


cahaya pada periskop , pelangi, pensil atau sedotan jka dimasukkan ke dalam air
akan ampak patah, dasar kolam terlihat dangkal, dan kacamata minus (negatif)
atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi penderita rabun
jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan (Purnami,dkk,2015).
V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah:


1. Hukum Snellius berbunyi “sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak
pada satu bidang datar” serta “Hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut
bias merupakan bilangan tetap dan disebut indeks bias”.
2. Pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya melewati dua medium yang berbeda
kerapatan optiknya.
3. Pada percobaan 1,2, dan 3 sudut dating (i) sebesar 134o, 125o, dan 134o
kemudian sudut bias (r) sebesar 134o, 125o, dan 134o, maka di peroleh nilai
indeks bias (n) sebesar 1.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN

Percobaan 1 Percobaan 2
o o
sin ❑134 sin ❑125
n= o = 1
n= o = 1
sin ❑134 sin ❑125

Percobaan 3
o
sin ❑134
n= o = 1
sin ❑134
LAMPIRAN FOTO

Gambar 1. Percobaan 1 Gambar 2. Pembiasan Gambar 3. Pembiasan


Cahaya 1 cahaya 2

Gambar 4. Pembiasan Gambar 5. Penentuan Gambar 6. Penentuan


Cahaya 3 sudut masuk dan bias 1 sudut masuk dan bias 2
DAFTAR PUSTAKA

Kuswinarto, Y., dkk . 2015 . Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel . Universitas
Negeri Surabaya . Surabaya .

Purnami, D.E., dkk . 2015 . Pembiasan Pada Kaca Paralel . SMA Negeri 1
Genteng . Banyuwangi .

Sujana, A . 2014 . Dasar-Dasar IPA:Konsep dan Aolikasinya . UPI Press .


Bandung.

Tipler . 2001 . Fisika 2 untuk Sains dan Teknik . ITB . Bandung .

Zemansky, S. 1987. Fisika untuk Universitas . Binacitra. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai