Anda di halaman 1dari 26

BALAI KETENAGAKERJAAN PEYANDANG DISABILITAS DENGAN

PENERAPAN SMART PRODUK DI KOTA MAKASSAR

Disusun Oleh:
Andry H. Hamzah
Stb. 034 2020 0032

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MUSLIM INDOENSIA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Manusia dalam Kehidupannya tidak terlepas dan jauh dari proses yang
namanya interaksi sosial, proses ini terjadi antara individu satu dengan individu
lainnya atau bisa disimpulkan bahwa proses sosial terjadi jika ada hubungan timbal
balik antar manusia satudengan yang lainnya. Saat ini, persoalan sosial di Indonesia
antar sesama manusia menjadisalah satu masalah yang harus mendapatkan perhatian
khusus salah satunya terdapat masyarakat khusus Disabilitas Fisik atau peyandang
Disabilitas yang kurang mendapatkanperhatian dari masyrakat sekitar.
Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan
fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak. (Undang Undang Tentang Peyandang Disabilitas Pasal 1 N0 8 Tahun
2016).
Dampak disabilitas di berbagai sektor telah menjadikan sebuah permasalahan
yang sangat besar. Ketika kebutuhan hidup dengan keterbatasan fungsi tidak dapat
terakomodasi oleh lingkungan (hambatan), maka akses untuk mendapatkan pelayanan
publik pun akan terbatas dan akan menghambat partisispasi penyandang disabilitas
terutama dalam kegiatan sosial okonomi. Rendahnya tingkat partisispasi berimplikasi
terhadap tingginya angka kemiskinan yang selanjutnya akan meningakatkan resiko
penyandang disabilitas. Anak dengan disabilitas tidak memperoleh pendidikan layak
danorang dewasa dengan disabilitas tidak mendapatkan kesempatan kerja yang sama
dengan orang yang non disabilitas, merupakan contoh nyata yang dialami oleh
penyandang disabilitas selama ini.
Permasalahan terjadi dalam Merealisasikan fasilitas umum serta Gedung
publik yang aksesibel bagi kelompok masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus
(termasuk penyandang cacat), diantaranya adalah kurangnya pengetahuan dan
pemahaman dari pemilik atau pengelola gedung serta pemerintah daerah mengenai
acuan aksesibilitas dan kelompok masyarakat yang membutuhkan perlakuan khusus.
Keadaan ini terjadi akibat belum tergeraknya mereka untuk memberikan perhatian
khusus kepada penyandang cacat dan lansia sehingga kebutuhannya terabaikan.
Bangunan Pintar dan Penerapannya di Indonesia Smart Buildings and Its
Application in Indonesia
Seiring perkembangan zaman yang diikuti dengan kemajuan teknologi,
kebutuhan akan kemudahan pada sebuah bangunan dengan dukungan teknologi
otomatis semakin meningkat. Teknologi otomatis memberikan kemudahan bagi
penghuni atau pengguna bangunan dan dapat meminimalisir penggunaan energi
dengan baik.
Penggunaan Smart produk pada bangunan merupakan konsep teknologi
otomatis pada bangunan yang dapat memberikan kenyamanan dan efisiensi. Konsepn
ini lahir sebagai akibat dari meningkatnya kesejahteraan manusia dan perubahan pola
hidup modern yang menuntut tingkat pelayanan dan pengelolaan lingkungan
bangunan. Dimana sangat mempengaruhi pada kesejateraan dan pelayanaan di
tempakt kerja khusus nya kemudahan bagi para peyandang disabilitas, meningat
banyak peyandang disabilitas merasa sulit untuk sering bergerak, atau beraksi dengan
mudah dalam situasi darurat, keamanan rumah kemungkinan besar akan menjadi
perhatian besar. Dalam keadaan seperti ini kegunaan smart produk atau produk pintar
sangat berguna dan memudahkan dari segi mobilisasi bagi para peyandang disabilitas
maupun khalayak umum.
Berdasarkan penjelasan melalui latar belakang dan penulis merasa prihatin
karena di Indonesia Tepatnya kota Makassar penerapan Mobilisasi dan Penggunaan
Fasilitas Smart Produk pada suatu pelayanan umum masih kurang dalam
pengaplikasian dan aksebilitas dalam hal hak peyandanng disabilitas belum tertangani
dengan baik maka dengan urain permasalahan diatas penulis tertarik meneliti tentang
“Pusat Ketenagakerjaan peyandang disabilitas dengan penerapan Smart Produk di
kota Makassar.”

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan


beberapa masalah yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana Penerapan Aksebilitas mobilisasi terutama bagi peyandang Disabilitas


Fisik pada layanan Pusat Pelatihan Ketenagakerjaan peyandang Disabilitas kota
Makassar?

2. Bagaimana merancang sebuah Ruangan yang dapat memberikan Kebutuhan,


Kenyamanan,keamanan, bagi Pusat Pelatihan ketenagakerjaan bagi peyandang
disabilitas?

1.3.Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menciptakan fasilitas dan Aksebilitas mobilisasi bagi Peyandang fisik di


pusatketenagakerjaan peyandang disabilitas Kota Makasssar.
2. Untuk mengetahui rancangan yang mampu memberikan kebutuhan,
kenyamanan sebuah ruang bagi kebutuhan fasilitas peyandang disabilitas di
pelatihan ketenagakerajan peyandang disabilitas.

1.4.Sasaran Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan bagi


sasaran penulis. Dalam penyusunan landasan program Pusat Ketenagakerjaan
peyandang disabilitas dengan penerapan Smart Produk di kota Makassar, lingkup
pembahasan dititk beratkan pada disiplin ilmu Arsitektur yang membahas masalah-
masalah yang berkaitan dengan: Perancangan fisik, dan dipergunakan untuk
mencapai tujuan dari perancangan, karena bab ini akan membahas berkaitan dengan
landasan konseptual dan transformasi hasil akhir dalam perancangan yang
berhubungan dengan latar belakang baik pada tema maupun objek.

1.5.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan ini dibedakan
dengan pembagian bab- bab.

BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang masalah sehingga judul karya tulis ini di angkat,
rumusan masalah, tujuan masalah, sasara dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisikan studi Pustaka tentang pengertian judul, fungsi Pusat Kesehatan Stunting
dan Poli Gizi di Kota Makassar.

BAB III METODE PERANCANGAN


Menjelaskan Tentang Pusat Kesehatan Stunting dan Poli Gizi yang digunakan,
tahapan penilitian, pengumpulan data, analisis data, acuan desain, dan metode
pengumpulan.

.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Judul

Judul dari perancangan Tugas Akhir ini adalah Pusat Pelatihan Ketenagakerjaan
peyandang Disabilitas kota Makassar.

Pengertian Pusat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat


adalah Pokok pangal atau yang menjadi tumpunan berbagai hal, urusan, dan
sebagaianya

Menurut Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


menyebutkan bahwa “ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan 21
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja”. Menurut Undang-
Undang ini, tenaga kerja adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untukmasyarakt.”29 Ketenagakerjaan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan
dari pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Pelatihan berasal dari kata dasar ”latih” yang berarti belajar dan membiasakan
diri agar mampu (dapat) melakukan sesuatu ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ).
Selanjutnya disebutkan bahwa pelatihan adalah proses, cara, perbuatan melatih;
kegiatan atau pekerjaan melatih. Sementara itu pelatihan menurut Bernardin dan
Russell dalam M,Yani (2013:7) adalah sebagai berikut untuk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci,
rutin, dan yang dibutuhkan sekarang. Pelatihan tidak diprioritaskan untuk membina
kemampuan melaksanakan pekerjaan di masa yang akan datang saja, tetapi juga
meningkatkan motivasi kerja
Menurut (Tarsidi 2008) berjudul Aksesibilitas lingkungan fisik bagi
penyandang cacat, terdapat beberapa hambatan arsitektural yang seringkali
mengakibatkan keterbatasan pergerakan bagi penyandang disabilitas pada bangunan
publik. Hambatan tersebut terbagi menjadi 2 kategori umum yaitu :

1. Kecacatan fisik, mencakup pada mereka dengan keterbatasan pergerakan,yakni


tuna daksa yang menggunakan kursi roda dan yang menggunakan tongkat kruk.

2. Kecacatan sensorik, termasuk dalam kecacatan sensori adalah tuna rungu,


tuna netra dan tuna wicara.
Menurut (Black 1981), aksesibilitas dinyatakan sebagai suatu ukuran
kemudahandan kenyamanan mengenai suatu lokasi dalam berinteraksi satu sama lain.
Dimaksudkan adalah agar pergerakan alur sirkulasi perpindahan orang maupun
kendaraan dalam lingkungan atau suatu bangunan yang bersifat publik lebih
dimudahkan. Untuk itu dalam rangka mewujudkan antara kesetaraan hak
penyandang cacat dan lansia dengan masyarakat umum, seharusnya sudah menjadi
kewajiban pemerintah serta masyarakat untuk memenuhi fasilitas aksesibilitas
khusus agar tidak terjadi ketimpangan.
Smart produk adalah produk yang berhubung dengan teknologi digitial dan
kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan nilai tambah kepada pengguna. Konsep
smart produk dapat diterapkan dalam berbagai industry, termasuk manufaktur.
2.2.Tinjauan Arsitektrual
Disabilitas atau cacat adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental,
inteltketual atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana kita berhadapatn dengan
berbagai hambatan dalam hal aktivitiasnya.
Dengan penerapan bangunan pintar dan Smart produk pada fasilitas pelayanan
ketenagakerjaan peyandang disabilitas mampu mengurangi biaya operasional,
menjami kelangsungngan penggunaan bangunan, dan mencegah terlalu seringnya
penggantian peralatan bangunan. Penerapan bangunan pintar yaitu desain
berkelanjutan (sustainable design) harus memperhatikan unsur-unsur sosial,
teknologi dan lingkungan dengan mengintegrasikan beberapa sub sistm pada
bangunan secara sinergis.
2.2.1. Fasilitas dan Aksebilitas Pelayanan Pusat Ketenagakerjaan
Fasilitas adalah semua atau Sebagian dari kelengkapan prasarana dan saran
pada bangunan Gedung dan lingkungannya agar dapat diakses dan dimanfaatkan oleh
semua orang termasuk peyandang cacat dan lansia menurut Kementerian
Pembangunan Umum (2006),
Aksebilitas penting untuk mewujudkan kesamaan, kesetaraan, kedudukan dan
hak kewajiban serta peningkatan peran peyandang disabilitas dan lasnia. Maka
diperlukan sarana dan upaya yang memadai, terpadu/inklusif dan berkesinambunagn
untuk mencapai kemandirian dan kesejahteaan peyandang disabilitas dan lansia.
Penyediaan fasilitas dan aksebilitas menjadi tanggung jawab setiap orang atau
badan termasuk instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan
Gedung dan lingkungan. Penerapan teknologi pendukung (AT) pada bangunan pusat
pelatihan ketenagakerjaan peyandang disabilitas bertjuan untuk meningkatkan
fungsionalitas, meningkatkan kemampuan dan presestasi kerja peyandang disabilitas
lebih meningkat.
Alat teknologi bantu ini dapat membantu orang orang dengan karateristik
khusus untuk membantu berkomikasi dengan baik, belaajr, dan melakukan fungsi
dengan cara yang produktif. Alat -alat dapat berkisar dari solusi teknologi tinggi
seperti program perangkat lunak.
a. Asisten Suara

Gambar 2.1. Penerapan Asisten Suara


Sumber: Pictures Google

Melakukan sebuah training dan pelatihan ataupun aktivitas sehari -hari bagi
para penyandang merupakan tantangan dengan berbagai hambatan mobilitas dan
disabilitas. Dengan penerapan asisten suara bertujuan untuk memudahkan dengan
berbicara dengan asisten suara bawaan untuk memerintahkannya dalam mengirim
pesan dan memperbarui jadwal mereka dan membuat sebuah daftar tugas dan
mempermudahkan mereka dalam hal berkaitan dengan pencarian di internet.
b. Kursi Roda

Gambar 2.2. Penerapan Smart Wheelchair


Sumber: Pinterst
Smart Wheelchair atau kursi roda pintar dengan mekanisme pekerjaanha
dilengkapi dengan teknologi multi navigasi yang memiliki lima fitur input perintah
untuk mengoperasikan pergerakan kuris roda. Adapun fitur pertama adalah dengan
menggunakan input perintah melalui LCD yang terpasang di Smart Wheelchair.
Pengguna tinggal menyentuh arah panah kanan kiri atau atas bawah pada layer LCD
untuk menggerakkan kuris roda ke kanan kiri atau depan belakang. Selain itu respon
gerak kuris roda terhadap perintah penggunan bisa lebih cepat
c. Perangkat lunak pengenalan karakter terbuka (OCR)
OCR secara otomatis mengambil huruf memulai pemindai dan mengubahnya
menjadi teks, dengan penyesuaian yang mudah, mereka juga dapat mengubah ukuran
teks, warna dan latar belakang adalah alat ceras untuk membuat mencetak informasi
lebih mudah diakases. Dan membantu orang orang dengan gangguan penglihatan
d. Tongkat bertenaga Al

Gambar 2.3. Penerapan Tongkat Bertenaga Al


Sumber: Pinterst

Mekanisme pekerjaan pada tongkat ialah dengan asisten ucapan bawaan yang
mampu menerima perintah untuk beberapa fungsi berebda, misalnya. Teknolongi
tinggi menangani dan memasang sensor pintar yang mengindentifikasi hambatan,
penghalang dan rintangan di jalan, serta memperingatkan pengguna,. Tidak hanya itu,
pengguna juga dapat menghubungkan tongkat pintarnya dengan perangkat pintarnya
untuk menemukan berbagai lokasi.
e. Internet Segala (IoT)
Bangunan pintar dengan system internet of thing dengan mekanisme
menghubungkan beberapa perangkat melalui plafrom protocol internet yang umum
bertukar dan menganalisis informasi, mengoptimalkan kontorl setiap perangkat secara
otomatis. Dengan system perangkat terhubung dan diktonrol melalui sensor,
microchip, pengontrol, sakelar, perangkat ters
f. Layout Furniture
Perletakn atau penataan lay-out barang-barang perabot bangunan dan furniture
harus menyisakan atau memberikan ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi
peyandang disabilitas. Gedung harus dapat digunakan oleh peyandang cacat termasuk
dalam keadaan darurat.
Dengan cara menerapkan standar ukuran yang bisa dijangkau oleh
penyandang disabilitas pada furniture sehingga mereka bisamendapatkan pelayanan
yang sama. Seperti contoh diatas counter pelayanan terdapat dua jenis dengan
ketinggian yang berbeda, counter yang lebih rendah dapat diakses oleh pengguna
kursi roda.
g. Ram

Gambar 2.4. Penerapan Ram


Sumber: Pinterst
Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringantertentu,
sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.
1. Kemiringan suatu ram di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7°, dengan
perbandingan antara tinggi dankelandaian 1:8. Perhitungan kemiringan tersebut
tidak termasuk awalan atau akhiran ram (curb rams/landing) Sedangkan
kemiringan suatu ram yang ada di luar bangunan maksimum 6°, dengan
perbandingan antara tinggi dan kelandaian 1:10.
2. Panjang mendatar dari satu ram dengan perbandingan antaratinggi dan kelandaian
1:8 tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ram dengan kemiringan yang lebih
rendah dapat lebih panjang.
3. Muka datar/bordes pada awalan atau akhiran dari suatu ramharus bebas dan datar
sehingga memungkinkan sekurang- kurangnya untuk memutar kursi roda dengan
ukuran minimum 160 cm.
4. Ram harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin
kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai. Pegangan rambat harus mudah
dipegang dengan ketinggian65 - 80 cm.
2.2.2. Penerapan Smart Produk pada bangunan peyandang Disabilitas.
Bangunan pintar menerapkan integrasi teknologi berupa suatu perangkat
berteknologi otomatisasi yang hemat energi meluputi utilitas, keamanan dan
telekomunikasi bangunan yang memungkinkan dapat berupa program sesuai
kebutuhan dan daapt dikontrol secara terpusat dan dilakukan otomatis. Sebuah
bangunan pintar haurs memenuhi tiga persyaratan utama yaitu:
1. Bangunan harus memiliki system otomatis terkini untuk memantau berbagai
macam fasilitas yang diperlukan seperti pendingin udara, ventilasi, pencahayaan,
keamanan kebakaran dan sebagaianya, sehingga tercipta suasana lingkungan yang
nyaman dan aman bagi para pengguna
2. Bangunan haurs memiliki infrastruktur jaringan yang bai kantar lantai Gedung,
sehingga arsu data dapat dialirkan dengan lancer
3. Bangunan harus menyediakan fasilitas telekomunikasi yang memadai.
Berdasarkan persyaratan diatas muncul beberapa karakterisitik penerapan
konsep bangunan pintar pada bangunan yang akan diterapkan pada pusat
ketenagakerjaan peyandang disabilitas di Kota Makassar seperti berikut:
a. Sistem Pengendalian Akses
Sistem ini berperan penting dalam keamanan bangunan. Bentuk dasarnya
adalah penggunaan kartu identitas (ID CARD) untuk memasuki ruangan atau
bangunan yang dapat digunakan pada area dimana akses dibatasi. Penggunaan system
ini sangat diperlukan dan dapat memudahkan dalam sector keamanan
b. Sistem komunikasi
System komunikasi pada bangunan pintar yaitu penggunaan alarm yang
berdering pada keadaan darurat, informasi melalui speaker keseluruh Gedung dan
penggunaan jaringan internet nirkabel yang menghubungkan kepada setiap pengguna
dalam banguna serta sensor kebutuhan parker yang terhubung antara lahan parkrr
basemen dengan layer informasi parkrr di pintu masuk bangunan seperti system
parker yang sudah diterapkan di senayan city Mall.
c. Sistem alarm kebakaran

Gambar 2.5. Penerapan Sprinkler


Sumber: Pinterst

System keamanan dan kebakaran pada bangunan pintar antara lain sensor
panas dan asap yang ditimbulkan api untuk pemadaman kebakaran yang diantisipasi
penyebaran kebakaran dengan sprinkler di seluruh ruang dalam bangunan. Penerapan
system antisipasi kebakaran dengan sprinkler.
d. Sistem penerangan atau pencahayaan

Gambar 2.6. Penerapan Sistemn sensor Photocell


Sumber: Pinterst

Konsep perencanaan penghematan apartemen menggunakan 2 dua jenis


sensor yang dapat mengubah besaran sinar menjadi tegangn dan arus listirk yaitu
sensor cahaya yang digunakan pada system penerangan sensor photocell. Sensor ini
digunakan untuk mendeteksi besarnya tingkat kecerahan atau intesitas cahay yang
diberikan cahaya alami pada suatu ruang, dan sensor gerak yang menggunaka sensor
PIR (Passive InfraRed). Sensor ini dapat mendeteksi Gerakan melalui pancaran sinar
infra merah.
e. Heating, Ventilating and AC (air Conditioning) System

Gambar 2.7. Penerapan Sistem Heating Ventilating and AC


Sumber: Pinterst
pada system ini membuat bangunan nyaman, sehat untuk ditinggali
peghuningnya, dalam menjaga kualitas udara banguan HVAC harus dapat menanggapi
berbagai jenis kondisi yang terjadi baik cuaca, waktu dan jenis raung yang ada didalam
bangunan.
f. System Audio Visual

Gambar 2.8. Penerapan Sistem audio Visual


Sumber: Pinterst

Perlengkapan audio dan visual seperti peredam suara eloktronik agar mampu
mengatasi masalah gema dan gaung suara dalam ruang secara baik sehingga ruanagan
seperti ruang training atau rapat memiliki kenyamanan bagi pengunannya
BAB III
METODOLOGI PENELIITIAN

Metodologi perancangan dapat diartikan sebagai suatu cara melakukan


penyelidikan atau mencari suatu fakta dan data yang dilakukan secara sistematis dan
obyektif. Metode penelitian ini dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan dari
perancangan, karena bab ini menjelaskan sumber-sumber perancangan yang
berhubungan dengan latar belakang perancangan baik pada tema maupun objek. Oleh
karena itu tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan masalah- masalah yang
berkaitan dengan perancangan, maka langkah-langkah yang akan ditempuh harus
relevan dengan masalah yang telah dirumuskan.

Pada bab ini akan diuraikan beberapa aspek yang terkait dengan metode
perancangan yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dari Perencannaan
pembangunan Balai Ketenagakerjaan Peyandang disabilitas di Kota Makassar.
Dengan ekspresi Struktur sebagai Elemen Estetika. Beberapa aspek tersebut, meliputi
antara lain: ide perancangan, identifikasi masalah atau masalah-masalah yangberkaitan
dengan perancangan, tujuan perancangan, jenis dan sumber data, serta tehnik
pengumpulan data dan analisa data.

3.1. Ide Perancangan


Objek perancangan yang dipilih adalah sebuah Balaik Ketenagakerjaan
Peyandang disabilitas yang berlokasi di Jl. A.P Pettarani Pemilihan objek perancangan
ini didasari karena melihat potensi dan pemanfaatan lahan dan melihat dikawasan
sekitar banyak tempat Identifikasi Masalah

Merancang sebuah Pusat Training Ketenagakerjaan yang menjadi pusat yang


berfokus dan melakukan training ataupun Latihan sebelum memasuk dunia pekerjaan
di Kota makassar yang menerapkan Smart Building
3.2. Tujuan Perancangan
Perancangan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Dan pelayanan yang
berpusat untuk pelatihan ketenagakerjaan peyandang disabilitas di Kota Makassar,
sebelumnya terdapat beberapa balai kerja tetapi belum ada sebuah instansi ataupun
wadah bagi para penyandang dengan mudah melakukan sebuah pelatihan dengan
penerapan aksebilitas yang baik.

3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk


memperoleh data yang diperlukan, Pengumpulan data yang dimaksud disamping
melihat secara langsung keadaan lapangan ataupun objek serupa juga perlu dilakukan
mempelajari dokumentasi-dokumentasi atau catatan-catatan literatur yang dapat
menunjang penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dalam
perancangan ini adalah data primer dan data sekunder, di mana data-data tersebut
antara lain:

3.3.1. Data Primer


Data primer merupakan tahap pencarian data yang berhubungan dengan objek
dan tema perancangan, meliputi observasi (pengamatan), studi banding, wawancara
atau kuestioner pada pihak-pihak yang bersangkutan dengan obyek dan tema
perancangan, dan lain sebagainya.

3.3.2. Observasi (pengamatan)

Mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke obyek atau


lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti
dari segi fisik alamnya.

3.3.3. Studi Banding


Melakukan studi banding ke objek-objek yang berhubungan dengan objek
perancangan yaitu tempat balai pelatihan yang ada di Makassar. Dalam studi banding
ini yang dilakukan adalah mengamati dan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari
objek studi banding yang diperlukan dalam perancangan. Dari studi banding ini dapat
menghasilkan keperluan ruang dan standarisasi ukuran ruang yang diperlukan
perancangan ke depannya, kemudian hasil dari studi banding ini dijadikan bahan
referensi dan pertimbangan dalam perancangan, dengan tujuan hasil perancangannya
nanti bisamenghasilkan ranangan yang lebih baik dari objek yang di menjadi studi
banding.

1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal–hal terkait dengan objek
dan tema perencanaan, dari hasil studi literatur Balai Ketenagakerjaan Peyandang
disabilitas di kota Makassar.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tinjauan Lokasi Penelitian


4.1.1. Analisa Lokasi Penelitian

Gambar 4.1. Peta Kota Makassar dan Lokasi Penelitian (kec. Panakukang)
Sumber: sumber Pribadi

JL. Andi Pangeran Pettarani, Makassar, South Sulawesi, North Pisang, Ujung
Pandang, Makassar City, South Sulawesi 90156. Panakkukang adalah sebuah
kecamatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. di kecamatan ini terdapat
beberapa pusat aktivitas seperti perkantoran dan mall, salah satu mall yang terkenal di
daerah ini adalah Mal Panakkukang & Panakkukang Square.
Gambar 4.2. Perspektif Analisa Penelitian
Sumber: Sketchup Software

Keterangan: Warna Hijau adalah kantor Keselamatan Publik, warna biru


Masjid Polda, warna, warna kuning Morris Garages, dan warna pink adalah
pemukiman warga

Lokasi Penelitian merupakan Kawasan perkantoran atau Kawasan informal


menurut RTRW kota Makassar. Dan merupakan lokasi terpadat di salah wilayah di
Kota Makassar. Berada dekat dengan kantor keselamatan Pubblik dan wilayah
Perumahan warga. Dengan Luas tapak 5.320.58 m2,

4.1.2. Analisa Iklim

Gambar 4.3. Rata rata curah Hujan bulanan di Kota Makassar


Sumber: Weather Sprark

Curah hujan sepanjang tahun di kota Makassar, bulan dengan curah hujan
terbanyak di kota Makassar adalah januari. Dengan rata rata curah hujan 369 milimeter.
Bulan dengan curah hujan paling sedikit di kota Makassar. Adalah agusutus dengan
curha hujan rata-rata 8 milimeter.

4.1.3. Analisa Orientasi Matahari

Gambar 4.4. Perspektif Analisa Orientasi Matahari


Sumber: Sketchup Software

Durasi hari di kota Makassar tidak banyak berbeda sepanjang tahun, tetap
dalam 25 menit dari 12 jam sepanjang hari. Pada tahun 2023, hari terpendek adalah 12
juni, dengan 11 jam 49 menit siang hari. Hari terpanjang adalah 22 desember dengan
12 jam, 25 menit siang hari,

Gambar 4.5. Rata rata Orientasi Matahari di Kota Makassar


Sumber: Weather Sprark
Matahari terbit paling awal berada pada 05.36 hari 12 November dan matahari
terbit terakhir 37 menit lebih lambat pada pukul 06.12 pada 19 juli. Matahari terbenam
paling awal adalah pada pukul 17.54 tanggal 23 Oktober dan matahari terbenam paling
telat adalah 31 menit lebih lambat pada pukul 18.25 tanggal 2 februari.

4.1.4. Analisa Kebisingan (Noise)

Gambar 4.6. Perspektif Analisa Noise


Sumber: Sketchup Software

4.2. Hasil Penelitian


4.2.1. Penerapan Konsep Smart Produk
Penerapan Smart Produk dan Cerdas di beberapa ruangan yang berada di Balai
ketenagakerjaan peyandang disabilitas di Kota Makassar. Bertujuan memudahkan bagi
para peserta training khususnya bagi para peyandang disabilitas dalam melakukan
aktivitasnya dengan mudah tanpa harus kesulitan baik dari segi mobilisasi, mengerjak
segala kegiatan kegiatan berlangsung dengan cepat dan mudah. beberapa produk smart
dan cerdas yang diterapkan dalam ruangan balai ketenagakerjaan peyandang disabilitas
di Kota Makassar. Beberapa ruangan yang menerapkan konsep smart produk, yaitu:
a. Ruang Training Komputer

Gambar 4.7. Rendering Training Komputer


Sumber: Sketchup Software

Program training atau pelatihan Komputer mempelajari berbagai software


yang biasa digunakan dalam dunia perkantoran yang bertujuan dari mengikuti kursus
ini ialah mendukung pekerjaan yang biasa digunakan oleh staf admin di kantor. Kursus
ini akan mempelajari berbagai software seperti MS.word. Ms. Excel,Ms. Power Point.
Tujuan pelatihan lainnya ialah mengembangkan kemampuan dan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja.

Penerapan Smart Produk telah diterapkan pada ruangan Training Komputer


dengan menggunakan berbagai fitur pintar. Dengan menggunakan Perangkat lunak
pengenal karakter terbuka (OCR), system Komunikasi Parker.system Sprinkler,
system Audio Visual.
Gambar 4.8. Penerapan smart Produk di Training Komputer.
Sumber: Sketchup Software
b. Ruang Training Menjahit

Gambar 4.9. Rendering Training Menjahit


Sumber: Sketchup Software

Pelatihan menjahit adalah program merancang untuk memberikan


keterampilan pengetahuan tentang Teknik menjahit kepada peserta. Pelatihan ini
untuk orang-orang yang tertarik dalam bidang fashion.
Gambar 4.10. Penerapan smart Produk di Training Menjahit
Sumber: Sketchup Software

Penerapan Smart Produk telah diterapkan pada ruangan Training Menjahit


dengan menggunakan berbagai fitur pintar. Dengan menggunakan Perangkat lunak
pengenal karakter terbuka (OCR), system Komunikasi Parker. system Sprinkler,
system Audio Visual. Dan menggunakan PC untuk search beberapa referensi fashion.

c. Ruang Training Bordir.

Gambar 4.11. Rendering Training Bordir


Sumber: Sketchup Software
Membordir merupakan salah satu Teknik menghias kain yang dikerjakan
menggunakan mesin jahit atau mesin border.atau hiasan atau sulaman yang
dikerjakan pada medium tertentu dengan menggunakan mesin border.

Gambar 4.12. Penerapan smart Produk di Training Bordir


Sumber: Sketchup Software

Penerapan Smart Produk telah diterapkan pada ruangan Training Bordir


dengan menggunakan berbagai fitur pintar. Dengan menggunakan Perangkat lunak
pengenal karakter terbuka (OCR), system Komunikasi Parker. system Sprinkler,
system Audio Visual. Dan menggunakan PC untuk search beberapa referensi fashion.

Anda mungkin juga menyukai