Arsitektur Cerdas. Revisi Ke 2
Arsitektur Cerdas. Revisi Ke 2
Disusun Oleh:
Andry H. Hamzah
Stb. 034 2020 0032
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MUSLIM INDOENSIA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Manusia dalam Kehidupannya tidak terlepas dan jauh dari proses yang
namanya interaksi sosial, proses ini terjadi antara individu satu dengan individu
lainnya atau bisa disimpulkan bahwa proses sosial terjadi jika ada hubungan timbal
balik antar manusia satudengan yang lainnya. Saat ini, persoalan sosial di Indonesia
antar sesama manusia menjadisalah satu masalah yang harus mendapatkan perhatian
khusus salah satunya terdapat masyarakat khusus Disabilitas Fisik atau peyandang
Disabilitas yang kurang mendapatkanperhatian dari masyrakat sekitar.
Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan
fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak. (Undang Undang Tentang Peyandang Disabilitas Pasal 1 N0 8 Tahun
2016).
Dampak disabilitas di berbagai sektor telah menjadikan sebuah permasalahan
yang sangat besar. Ketika kebutuhan hidup dengan keterbatasan fungsi tidak dapat
terakomodasi oleh lingkungan (hambatan), maka akses untuk mendapatkan pelayanan
publik pun akan terbatas dan akan menghambat partisispasi penyandang disabilitas
terutama dalam kegiatan sosial okonomi. Rendahnya tingkat partisispasi berimplikasi
terhadap tingginya angka kemiskinan yang selanjutnya akan meningakatkan resiko
penyandang disabilitas. Anak dengan disabilitas tidak memperoleh pendidikan layak
danorang dewasa dengan disabilitas tidak mendapatkan kesempatan kerja yang sama
dengan orang yang non disabilitas, merupakan contoh nyata yang dialami oleh
penyandang disabilitas selama ini.
Permasalahan terjadi dalam Merealisasikan fasilitas umum serta Gedung
publik yang aksesibel bagi kelompok masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus
(termasuk penyandang cacat), diantaranya adalah kurangnya pengetahuan dan
pemahaman dari pemilik atau pengelola gedung serta pemerintah daerah mengenai
acuan aksesibilitas dan kelompok masyarakat yang membutuhkan perlakuan khusus.
Keadaan ini terjadi akibat belum tergeraknya mereka untuk memberikan perhatian
khusus kepada penyandang cacat dan lansia sehingga kebutuhannya terabaikan.
Bangunan Pintar dan Penerapannya di Indonesia Smart Buildings and Its
Application in Indonesia
Seiring perkembangan zaman yang diikuti dengan kemajuan teknologi,
kebutuhan akan kemudahan pada sebuah bangunan dengan dukungan teknologi
otomatis semakin meningkat. Teknologi otomatis memberikan kemudahan bagi
penghuni atau pengguna bangunan dan dapat meminimalisir penggunaan energi
dengan baik.
Penggunaan Smart produk pada bangunan merupakan konsep teknologi
otomatis pada bangunan yang dapat memberikan kenyamanan dan efisiensi. Konsepn
ini lahir sebagai akibat dari meningkatnya kesejahteraan manusia dan perubahan pola
hidup modern yang menuntut tingkat pelayanan dan pengelolaan lingkungan
bangunan. Dimana sangat mempengaruhi pada kesejateraan dan pelayanaan di
tempakt kerja khusus nya kemudahan bagi para peyandang disabilitas, meningat
banyak peyandang disabilitas merasa sulit untuk sering bergerak, atau beraksi dengan
mudah dalam situasi darurat, keamanan rumah kemungkinan besar akan menjadi
perhatian besar. Dalam keadaan seperti ini kegunaan smart produk atau produk pintar
sangat berguna dan memudahkan dari segi mobilisasi bagi para peyandang disabilitas
maupun khalayak umum.
Berdasarkan penjelasan melalui latar belakang dan penulis merasa prihatin
karena di Indonesia Tepatnya kota Makassar penerapan Mobilisasi dan Penggunaan
Fasilitas Smart Produk pada suatu pelayanan umum masih kurang dalam
pengaplikasian dan aksebilitas dalam hal hak peyandanng disabilitas belum tertangani
dengan baik maka dengan urain permasalahan diatas penulis tertarik meneliti tentang
“Pusat Ketenagakerjaan peyandang disabilitas dengan penerapan Smart Produk di
kota Makassar.”
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penulisan
1.4.Sasaran Penulisan
1.5.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan ini dibedakan
dengan pembagian bab- bab.
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang masalah sehingga judul karya tulis ini di angkat,
rumusan masalah, tujuan masalah, sasara dan sistematika penulisan
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Judul
Judul dari perancangan Tugas Akhir ini adalah Pusat Pelatihan Ketenagakerjaan
peyandang Disabilitas kota Makassar.
Pelatihan berasal dari kata dasar ”latih” yang berarti belajar dan membiasakan
diri agar mampu (dapat) melakukan sesuatu ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ).
Selanjutnya disebutkan bahwa pelatihan adalah proses, cara, perbuatan melatih;
kegiatan atau pekerjaan melatih. Sementara itu pelatihan menurut Bernardin dan
Russell dalam M,Yani (2013:7) adalah sebagai berikut untuk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci,
rutin, dan yang dibutuhkan sekarang. Pelatihan tidak diprioritaskan untuk membina
kemampuan melaksanakan pekerjaan di masa yang akan datang saja, tetapi juga
meningkatkan motivasi kerja
Menurut (Tarsidi 2008) berjudul Aksesibilitas lingkungan fisik bagi
penyandang cacat, terdapat beberapa hambatan arsitektural yang seringkali
mengakibatkan keterbatasan pergerakan bagi penyandang disabilitas pada bangunan
publik. Hambatan tersebut terbagi menjadi 2 kategori umum yaitu :
Melakukan sebuah training dan pelatihan ataupun aktivitas sehari -hari bagi
para penyandang merupakan tantangan dengan berbagai hambatan mobilitas dan
disabilitas. Dengan penerapan asisten suara bertujuan untuk memudahkan dengan
berbicara dengan asisten suara bawaan untuk memerintahkannya dalam mengirim
pesan dan memperbarui jadwal mereka dan membuat sebuah daftar tugas dan
mempermudahkan mereka dalam hal berkaitan dengan pencarian di internet.
b. Kursi Roda
Mekanisme pekerjaan pada tongkat ialah dengan asisten ucapan bawaan yang
mampu menerima perintah untuk beberapa fungsi berebda, misalnya. Teknolongi
tinggi menangani dan memasang sensor pintar yang mengindentifikasi hambatan,
penghalang dan rintangan di jalan, serta memperingatkan pengguna,. Tidak hanya itu,
pengguna juga dapat menghubungkan tongkat pintarnya dengan perangkat pintarnya
untuk menemukan berbagai lokasi.
e. Internet Segala (IoT)
Bangunan pintar dengan system internet of thing dengan mekanisme
menghubungkan beberapa perangkat melalui plafrom protocol internet yang umum
bertukar dan menganalisis informasi, mengoptimalkan kontorl setiap perangkat secara
otomatis. Dengan system perangkat terhubung dan diktonrol melalui sensor,
microchip, pengontrol, sakelar, perangkat ters
f. Layout Furniture
Perletakn atau penataan lay-out barang-barang perabot bangunan dan furniture
harus menyisakan atau memberikan ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi
peyandang disabilitas. Gedung harus dapat digunakan oleh peyandang cacat termasuk
dalam keadaan darurat.
Dengan cara menerapkan standar ukuran yang bisa dijangkau oleh
penyandang disabilitas pada furniture sehingga mereka bisamendapatkan pelayanan
yang sama. Seperti contoh diatas counter pelayanan terdapat dua jenis dengan
ketinggian yang berbeda, counter yang lebih rendah dapat diakses oleh pengguna
kursi roda.
g. Ram
System keamanan dan kebakaran pada bangunan pintar antara lain sensor
panas dan asap yang ditimbulkan api untuk pemadaman kebakaran yang diantisipasi
penyebaran kebakaran dengan sprinkler di seluruh ruang dalam bangunan. Penerapan
system antisipasi kebakaran dengan sprinkler.
d. Sistem penerangan atau pencahayaan
Perlengkapan audio dan visual seperti peredam suara eloktronik agar mampu
mengatasi masalah gema dan gaung suara dalam ruang secara baik sehingga ruanagan
seperti ruang training atau rapat memiliki kenyamanan bagi pengunannya
BAB III
METODOLOGI PENELIITIAN
Pada bab ini akan diuraikan beberapa aspek yang terkait dengan metode
perancangan yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dari Perencannaan
pembangunan Balai Ketenagakerjaan Peyandang disabilitas di Kota Makassar.
Dengan ekspresi Struktur sebagai Elemen Estetika. Beberapa aspek tersebut, meliputi
antara lain: ide perancangan, identifikasi masalah atau masalah-masalah yangberkaitan
dengan perancangan, tujuan perancangan, jenis dan sumber data, serta tehnik
pengumpulan data dan analisa data.
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal–hal terkait dengan objek
dan tema perencanaan, dari hasil studi literatur Balai Ketenagakerjaan Peyandang
disabilitas di kota Makassar.
BAB IV
Gambar 4.1. Peta Kota Makassar dan Lokasi Penelitian (kec. Panakukang)
Sumber: sumber Pribadi
JL. Andi Pangeran Pettarani, Makassar, South Sulawesi, North Pisang, Ujung
Pandang, Makassar City, South Sulawesi 90156. Panakkukang adalah sebuah
kecamatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. di kecamatan ini terdapat
beberapa pusat aktivitas seperti perkantoran dan mall, salah satu mall yang terkenal di
daerah ini adalah Mal Panakkukang & Panakkukang Square.
Gambar 4.2. Perspektif Analisa Penelitian
Sumber: Sketchup Software
Curah hujan sepanjang tahun di kota Makassar, bulan dengan curah hujan
terbanyak di kota Makassar adalah januari. Dengan rata rata curah hujan 369 milimeter.
Bulan dengan curah hujan paling sedikit di kota Makassar. Adalah agusutus dengan
curha hujan rata-rata 8 milimeter.
Durasi hari di kota Makassar tidak banyak berbeda sepanjang tahun, tetap
dalam 25 menit dari 12 jam sepanjang hari. Pada tahun 2023, hari terpendek adalah 12
juni, dengan 11 jam 49 menit siang hari. Hari terpanjang adalah 22 desember dengan
12 jam, 25 menit siang hari,