Anda di halaman 1dari 17

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Delviani Damanik, Mhd Rasyid Al Anshari Lubis, M Ramanda Alif Syaufi Ginting, Fitra
Ardiansyah, Miranda Enilia, Sabina Saeca Gultom, Sahnan Rotamaro Habeahan

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Jl. William Iskandar Ps. V, Medan
Estate, Kec. Percut

anidelvi160@gmail.com, Sabinagultom2828@gmail.com,
sahnanrotamaro@gmail.com, mrasyidalan1902@gmail.com,
mirandaeinilia2004@gmail.com, fitraardiansyah181@gmail.com,
ramandaa758@gmail.com

Abstrak

Di samping Pajak Penghasilan (PPh) yang sudah pasti dikenakan pada setiap perusahaan

yang menjalankan kegiatan di Indonesia dalam keadaan tertentu, perusahaan, seba-gai Pengusaha

Kena Pajak, juga dapat dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPnBM). Undang-undang yang mengatur tentang PPN dan PPnBM ini adalah UU No.11

Tahun 1994 yang lebih dikenal dengan sebutan UU PPN 1995.Tulisan ini akan membahas tentang

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Lingkup

pembahasan tidak mencakup substansi PPN dan PPnBM secara lengkap, karena pembahasan lebih

ditekankan pada pencatatan transaksi-transaksi yang berhubungan dengan PPN dan PPnBM

tersebut, seperti pencatatan PPN Masukan, PPN Keluaran, Penjualan Retur, Pembelian Retur,

Penyetoran PPN dan PPnBM dalam masa pajak maupun pada akhir masa pajak, serta masalah

lainnya yang relevan.

Kata Kunci: barang/jasa kena pajak, PPN masukan, pajak penjualan atas barang mewah

Abstrak

In addition to Income Tax (PPh) which is definitely imposed on every company carrying out

activities in Indonesia under certain circumstances, companies, as Taxable Entrepreneurs, can also be

subject to Value Added Tax (VAT) and Sales Tax on Luxury Goods (PPnBM) . The law that
regulates VAT and PPnBM is Law No. 11 of 1994 which is better known as the 1995 VAT Law. This

article will discuss Value Added Tax (VAT) and Sales Tax on Luxury Goods (PPnBM). The scope of

the discussion does not cover the substance of VAT and PPnBM in full, because the discussion is

more focused on recording transactions related to VAT and PPnBM, such as recording Input VAT,

Output VAT, Sales Returns, Purchase Returns, VAT and PPnBM deposits in tax periods and at the

end of the tax period, as well as other relevant issues.

Keywords: taxable goods/services, input VAT, sales tax on luxury goods

PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya ekonomi di dunia khususnya pada negara Indonesia yang

membawa konsekuensi terhadap peningkatan kegiatan perdagangan. Timbulnya sifat

ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya dalam pemenuhan setiap

kebutuhan membuat kegiatan perdagangan semakin tidak dapat dipisahkan. Indonesia saat

ini berada dalam era perdagangan bebas, dimana kegiatan perdagangan terjadi bukan

hanya antar daerah tetapi juga dilakukan antar negara. Aspek ekonomi sangatlah penting

dalam kemajuan suatu negara, kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai sektor, salah

satunya dari penerimaan negara.

Sumber penerimaan di Indonesia diantaranya adalah penerimaan pajak dan non

pajak, pajak dalam negeri, pajak penghasilan, migas, nonmigas, pajak pertambahan nilai,

pajak bumi dan bangunan, BPHTB, cukai, pajak lainnya, pajak perdagangan internasional,

bea masuk, pajak/pungutan ekspor, penerimaan negara bukan pajak, penerimaan SDA,

bagian laba BUMN, BNBP lainnya. Tetapi yang menjadi sumber utama dalam penerimaan

atau penghasilan dari suatu negara adalah pajak, dalam penyetorannya bersifat wajib yang

dilakukan oleh wajib pajak pribadi (perseorangan) dan wajib pajak badan.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang menggantikan Pajak Penjualan (PPN) sejak 1

April 1985 yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983


sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Dalam Undang-Undang

tersebut dijelaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi barang dan

jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan

distribusi. Dasar pemikiran pengenaan pajak ini pada dasarnya adalah untuk mengenakan

pajak pada tingkat kemampuan masyarakat untuk berkonsumsi. Berbeda dengan Pajak

Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang memang hanya

dikenakan kepada wajib pajak yang membeli atau memiliki barang kena pajak yang

tergolong mewah yang rata-rata berpenghasilan menengah keatas.

Pajak Penjualan atau disebut Pajak Pertambahan Nilai serta pajak yang ditujukan

untuk penjualan barang mewat atau PPnBM adalah pajak yang termasuk tidak langsung di

Indonesia yang dikenakan atas konsumsi pada masing masing tingkat produksi atau

distribusi. Meskipun Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah

mengenai tingkatan produksi dan/atau distribusi barang atau jasa secara masing-masing,

konsumen akhir menanggung pajak ini secara tidak langsung. Selain penerimaan hasil

migas dan nonmigas, negara dapat menerima pendapatan dari pajak. Oleh karena itu, pajak

ialah sumber penerimaan strategis yang harusnya dikelola dengan tepat. Dalam struktur

keuangan negara, pemungutan pajak dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berada

di bawah pimpinan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Konteks penerapan pajak

penjualan barang mewah diharapkan dapat mencerminkan pemerataan horizontal dan

vertikal dalam setiap pemungutan pajak, termasuk pemungutan PPN. Supaya tercerminan

keadilan, maka pemungutan pajak atas penjualan barang mewah diberlakukan sebagai

tambahan.

Sistem pemungutan pajak pertambahan nilai (PPN) di indonesia adalah Self

Assessment System, yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan untuk

memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang terhutang


terhadap Negara merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan pemerintah untuk

memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan pungutan

dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka pemerintah tidak perlu

mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak. Dalam pemungutan pajak subjek

dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu harus dikelola dengan baik dan benar sehingga

data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif pajak harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang

berlaku saat itu. Dengan demikian para wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar pajak.

Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat

subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru

menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syaratsyarat obyektif. Objek pajak adalah apa

yang dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak karena menyangkut

apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya pajak atas objek dimaksud, sehingga dalam

UU perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap jenis

pajak.1

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan model penelitian kualitatif, dengan paradigma naturalistik

fenomenologi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bukan untuk mendapatkan

generalisasi, namun dapat ditransfer pada populasi lain yang memiliki ciri-ciri yang sama,

dengan diikuti upaya penyesuaian. Metode yang digunakan kualitatif, pengambilan sampel

secara purposive, analisis data secara induktif, grounded theory. Desain penelitian bersifat

sementara, hasil penelitian disepakati, modus laporan studi kasus. Selanjutnya penafsiran

secara idiografik, aplikasi tentatif, dan ikatan konteks terfokus. Sedangkan kriteria

kepercayaan adalah kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konformabilitas.

Penelitian naturalistik mengandalkan kekuatan pengamatan dan pengambilan data.

Beberapa metode lain bersifat melengkapi, sekaligus untuk menguji dan menguatkan

1
Mardiasmo, PERPAJAKAN (Yogyakarta: Andi, 2019), hlm 16
kebenaran data. Data yang telah diambil di lapangan, terutama melalui pengamatan, setelah

selesai segera dicatat. Catatan dibagi menjadi dua, yakni deskriptif dan reflektif. Catatan

deskriptif, lebih menyajikan rinci kejadian. Sedangkan catatan reflektif lebih

mengetengahkan kerangka pikir, ide dan perhatian dari peneliti.2

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pengertian Pajak

Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi

Peraturan Perpajakan, salah satunya mengatur tentang Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah, menjelaskan bahwa barang kebutuhan pokok, jasa

pendidikan, dan jasa kesehatan yang sebelumnya merupakan barang dan jasa tidak kena

Pajak Pertambahan Nilai, terhitung mulai diberlakukannya Undang-undang ini menjadi

barang dan jasa yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dengan

tujuan agar masyarakat berpenghasilan kecil dan menengah tetap terlindungi dari

kenaikan harga karena perubahan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

Selain itu, Pemberian fasilitas Pajak Pertambahan Nilai kepada masyarakat lebih

tepat sasaran dan mencerminkan keadilan. Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai dari

tarif 10% dinaikkan menjadi 11% yang mulai berlaku 1 April 2022, dan tarif akan berubah

menjadi 12% selambat-lambatnya pada tanggal 1 Januari 2025. Untuk kemudahan dan

kesederhanaan penerapan Pajak Pertambahan Nilai diterapkan tarif pajak bersifat final

untuk barang atau jasa kena pajak tertentu.3

Pajak adalah sumbangan pribadi kepada negara menurut undang-undang yang

berlaku, tetapi tidak mendapat balas jasa atau kompensasi secara langsung. Biaya pajak

dipungut berdasarkan norma-norma hukum yang untuk menutupi biaya produksi

2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2013), hlm 41
3
Direktorat /Jendral pajak. Undang-Undang Pajak Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah 2009. 1–477
(2009).
barang dan jasa untuk mencapai kepentingan umum. Menolak membayar atau

menghindari pajak pada umumnya bertentangan dengan hukum. Pajak dibedakan

menjadi dua, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak dapat dibayarkan

tunai atau bisa dalam pekerjaan dengan nilai yang sama atau setara. Lembaga instansi

pemerintah yang mengatur pemungutan negara di Indonesi adalah Direktorat Jenderal

Pajak (DJP) yang berada di bawah Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Menurut Prof. PJA Adriani, sebagaimana dilansir dalam artikel Kementerian

Keuangan: “Pajak ialah iuran untuk Negara yang dapat dipungut dan terutang bagi

mereka yang memiliki kewajiban untuk membayarnya berdasarkan undang-undang,

tidak ada pengembalian manfaat yang ditetapkan langsung, dan tujuannya guna

membiayai overhead yang berkaitan bersama tugas negara menyelenggarakan

pemerintahan". Menurut UndangUndang Nomor 28 pada Tahun 2007 mengenai

Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 mengenai Ketentuan

Umum serta Tata Cara Perpajakan, sebagaimana dalam laman Departemen Keuangan

disebutkan bahwa pajak ialah suatu iuran wajib yang harus dibayar oleh pembayar pajak

atau oleh penduduk ke negara yang didirikan oleh undang-undang, dan digunakan

untuk menjalankan pemerintahan negara serta demi kebaikan dan kesejahteraan

bersama.

Pajak memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,

terutama dalam pelaksanaan pembangunan. Pajak merupakan sumber pendapatan bagi

negara untuk menutupi semua biaya, termasuk biaya pembangunan. Silahkan

perhatikan berbagai fungsi pajak yang dijelaskan pada uraian di bawah ini.

a. Fungsi Anggaran (Budgetair) Sebagai sumber pendapatan negara, pajak

membantu membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Karena Negara

membutuhkan dana untuk menjalankan misi negara sehari-hari dan


melaksanakan pembangunan. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan

pajak.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend) Negara bagian dapat mengatur pertumbuhan

ekonomi melalui kebijakan pajak. Fitur regulasi ini memungkinkan pajak

untuk digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

c. Fungsi Stabilitas. Dengan adanya sistem perpajakan, pemerintah memiliki

sarana untuk menerapkan langkah-langkah stabilisasi harga untuk

mengekang inflasi.

Fungsi Redistribusi Pendapatan Pajak yang dikumpulkan oleh negara digunakan

untuk mendanai semua kepentingan umum, termasuk dana pembangunan, untuk

menciptakan lapangan kerja dan dengan demikian meningkatkan pendapatan

masyarakat.4

Di Indonesia Pajak merupakan sumber penerimaan Negara disamping penerimaan

dari sumber migas dan non migas. Seperti dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak digunakan oleh rakyat untuk

sebesar-besarnya kemakmuran negara tanpa imbalan langsung. Suka atau tidak suka,

jelas dari teks undang-undang bahwa Anda harus membayarnya. Selain itu, Anda juga

perlu mengetahui jenis pajak yang dibayarkan. Departemen Umum Pajak membagi pajak

menjadi dua bagian., yaitu:

1) Pajak pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat melalui Biro

Perpajakan Umum Kementerian Keuangan.

2) Pajak daerah adalah pajak yang dikelola menjadi tanggung jawab

pemerintah daerah, mulai dari pemerintah kabupaten/kota hingga

pemerintah negara bagian.

4
Soemarso SR, Akuntansi Suatu Pengantar, Buku Dua, Edisi 1, Cetakan 1, BP FEUI, (Jakarta,
1990), hlm 19
Sejalan dengan reformasi perpajakan secara berkesinambungan dan penyesuaian

pengaturan kebijakan perpajakan yang bersifat komprehensif dibentuk Undang-Undang

tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan

perekonomian yang berkelanjutan dan mendukung percepatan pemulihan

perekonomian; mengoptimalkan penerimaan Negara; mewujudkan sistem perpajakan

yang lebih berkeadilan dan berkepastian hukum; melaksanakan reformasi administrasi,

kebijakan perpajakan yang konsolidatif, dan perluasan basis perpajakan; dan

meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak. Kebijakan perpajakan yang bersifat

komprehensif dilakukan melalui pengaturan dan perubahan materi Pajak Pertambahan

Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah antara lain pengurangan pengecualian

objek Pajak Pertambahan Nilai, pengaturan kembali fasilitas Pajak Pertambahan Nilai,

perubahan tarif Pajak Pertambahan Nilai, dan pengenaan tarif pajak Pertambahan Nilai

final.

B. Pengertian Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah pajak yang dikenakan oleh pemerintah

ketika terjadi pembelian atas barang-barang yang tergolong sebagai barang mewah. Pajak

Penjualan atas Barang Mewah dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak saat membeli

barang mewah. Kriteria barang yang digolongkan sebagai barang mewah ialah bukan

merupakan barang kebutuhan pokok, dikonsumsi masyarakat tertentu, dan biasanya

barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat dengan tingkat penghasilan tinggi.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2020 tentang Penciptaan Lapangan Kerja di Bidang PPh, PPN, dan PPnBM,

serta Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan, ini ialah pajak yang mengenai suatu barng

jika barang tersebut termasuk mewah. Dimana pajak PPnBM ditanggung oleh pengusaha

terdaftar wajib pajak yang memproduksi atau memasukkan barang mewah. PPN

merupakan pajak yang membebankan kepada pihak lain.


Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, persen PPnBM minimal sepuluh

persen serta maksimal dua ratus persen. Serta jika pengusaha mengekspor barang yang

termasuk jenis barang mewah, dikenakan pajak dengan persen nol, pajak ini dikenakan

atas barang yang tergolong barang mewah yang diproduksi oleh produsen atau

pengusaha dengan tujuan untuk memproduksi atau mengimpor barang mewah tersebut

dalam kegiatan komersialnya.

Karakteristik Pajak Penjualan atas Barang Mewah, di antaranya adalah merupakan

pungutan tambahan, hanya dikenakan sebanyak satu kali, tidak dapat dikreditkan, dan

pajak yang dibayar pada saat perolehan dapat diminta kembali. Meskipun, Pajak

Penjualan atas Barang Mewah tidak dapat dikreditkan, tetapi jika Barang Kena Pajak

yang tergolong mewah diekspor, maka Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang

dibayarkan berkaitan dengan perolehan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dan

berhubungan langsung dengan barang kena pajak, dapat diajukan permintaan restitusi.

Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah ialah barang berwujud yang tergolong

mewah, bukan barang sederhana atau bukan barang kebutuhan pokok dan dikonsumsi

masyarakat tertentu, yang memiliki tingkat penghasilan tinggi, dan tujuan

mengkonsumsi barang untuk memperlihatkan kelas/status. Tarif Pajak Penjualan atas

Barang Mewah berbeda-beda sesuai dengan jenis barangnya dan bersifat progresif.

Besarnya persentase Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang wajib dibayarkan pun

mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dalam UU No. 18 Tahun 2000 tarif Pajak

Penjualan atas Barang Mewah berkisar antara 10% hingga 75%. Selanjutnya, dalam UU

No. 42 tahun 2009, tariff Pajak Penjualan atas Barang Mewah tertinggi dinaikkan

mencapai 200%.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, PPnBM

adalah pajak yang dikenakan atas barang-barang yang tergolong barang mewah yang
dilakukan oleh produsen untuk memproduksi atau mengimpor produk tersebut sebagai

bagian dari usaha atau operasinya. Menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai

Nomor 18 Tahun 2000 yang tergabung dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai

Nomor 42 Tahun 2009, “PPnBM digunakan untuk menyajikan BKP yang tergolong

barang mewah yang dilakukan oleh pengusaha di pabean. Pajak yang dipungut pada

kendaraan mewah regional BCP mewah untuk bisnis atau pekerjaan atau impor. PPnBM

dan PPN diatur dalam undang-undang yang sama, karena PPnBM tidak dikenakan

secara terpisah tanpa PPN. Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dipungut sebagai

pajak pertambahan nilai atas barang atau jasa kena pajak yang didistribusikan oleh

produsen kepada konsumen.

Hampir semua barang konsumsi dikenakan PPN, sehingga PPN ditetapkan dengan

tarif tetap 10% dari harga jual. PPnBM lebih spesifik, tetapi dipungut hanya pada saat

penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong barang mewah, dan tarifnya berbeda-

beda tergantung jenis barangnya.

Apabila kendaraan diatas dalam jangka waktu 5 th sejak impor/ perolehannya

dipindah tangankan, maka PPnBM yang terutang yang dibebaskan wajib dibayar ke kas

negara dalam jangka waktu 1 bulan sejak kendaraan tersebut dipindah tangankan.

Apabila dilanggar SKBKB + sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.5

Perbedaan antara PPN dan PPnBM adalah PPN dikenakan pada semua mata rantai

dalam jalur produksi dan distribusi barang atau jasa, sedangkan PPnBM adalah barang

yang tergolong barang mewah pada saat impor atau barang yang tergolong barang

mewah. dikumpulkan hanya sekali pada saat pengiriman. Pengusaha barang yang

membuat barang atau jasa di dalam daerah pabean, kegiatan usaha, atau tempat kerja

dicatat.

5
Sophar Lumbantoruan, Akuntansi Pajak, Edisi Revisi, Cetakan ke-2, (Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta, 1996), hlm 67
Pengelompokan Barang Kena Pajak yang dikenakan PPnBM berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) serta jenis dan harga Barang Kena Pajak yang dikenakan pemeriksaan

PPnBM ditetapkan oleh Menteri. Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Jika kendaraan

yang ditunjuk diserahkan dalam waktu 5 tahun sejak impor atau pembelian, atau jika

penunjukannya diubah sehingga penunjukannya tidak sesuai dengan penunjukannya,

PPnBM yang dibayarkan pada saat impor atau pembelian menjadi tidak berlaku mulai

tanggal ini. memperoleh. Dari transfer internal. Itu hanya dikenakan pajak selama satu

bulan. Pembayaran yang bersangkutan atau namanya diubah sesuai dengan ayat (2) PP

12/2006.6

Pajak Pertambahan Nilai yang penerapannya diatur dalam Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1983 mengenai Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan

Barang Mewah, perubahan terakhirnya yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009

tentang PPN dan PPnBM sebagai antisipasi kondisi perekonomian di masa mendatang,

perlu melakukan langkah untuk memperbaiki dan menyempurnakan sistem

penatausahaan PPN, serta perubahan peraturan perundang-undangan yang berlaku juga

menjaga unsur keadilan bagi semuanya, unsur kemudahan dalam menjalankan,

kepastian hokum bagi yang melanggar, dan asas yang sesuai. Namun Pajak Pertambahan

Nilai berbeda dengan pajak yang ditujukan pada barang mewah. 7

PPnBM adalah jenis pajak yang tidak terlalu dikenal di kalangan masyarakat umum.

Hal ini mungkin diakibatkan oleh sifat PPnBM itu sendiri yang adalah pungutan

tambahan yang dipungut sekali, yaitu ketika pemasukan serta penyerahan oleh

Pengusaha Kena Pajak dalam produksi. Selain itu, prosedur tidak ditetapkan untuk pajak

6
Menteri Keuangan Republik Indonesia. (2022). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 59/PMK.03/2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusah.
7
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
produksi maupun pajak penghasilan. PPnBM yang dibebankan kepada pemasok akan

dimasukkan dalam harga pokok barang kena pajak yang tergolong mewah. Oleh karena

itu, sebagian pelanggan yang mengonsumsi barang mewah kena pajak tidak

menyadarinya.8

C. Macam-Macam Pengecualian PPnBM Kendaraan Bermotor

1. Impor atau penyerahan kendaraan bermotor berupa: kendaraan (ambulan, jenazah,

pemadam kebakaran, tahanan, angkutan umum).

2. Impor atau penyerahan kendaraan yang Protokoler Kenegaraan; kendaraan dinas

atau kendaraan patroli TNI/Polri.

Apabila kendaraan diatas dalam jangka waktu 5 th sejak impor/ perolehannya

dipindah tangankan, maka PPnBM yang terutang yang dibebaskan wajib dibayar ke kas

negara dalam jangka waktu 1 bulan sejak kendaraan tersebut dipindahtangankan.

Apabila dilanggar SKBKB + sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.9

D. Pengaruh PPnBM Terhadap Daya Beli Konsumen Kendaraan Bermotor


Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah bagian dari PPN Barang Kena

Pajak Mewah (BKP) yang dilaksanakan oleh pengusaha yang memproduksi,

mengimpor, atau mengekspor Barang Kena Pajak Mewah di dalam Daerah Pabean di

sekitar perusahaan. Atau karyanya. Pajak penjualan atas barang mewah dapat

mempengaruhi kemampuan membeli konsumen terhadap nilai jual suatu barang,

dalam hal ini kendaraan bermotor.

Pengenaan pajak penjualan atas barang mewah mempengaruhi daya beli konsumen

kendaraan bermotor. Dengan kata lain, semakin tinggi harga jual suatu kendaraan

8
Regyna, T. F., Agustina, D., & Pramadista, F. N. (2022). Dampak Daya Beli Konsumen
Kendaraan Bermotor Terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (PPnBM). Jurnal PPN Dan PPnBM, 65 (2),
9
Pawenang, S, Modul Perkuliahan Ekonomi Bisnis. (Surakarta: Program Pascasarjana UNIBA,
2016), hlm 87
mewah yang dikenakan PPN, atau semakin tinggi harganya dibandingkan dengan

PPN, maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap daya beli konsumen kenraan

bermotor. Prestise dan daya beli yang menentukan pembelian mobil. Tidak semua

orang memahami PPnBM dengan benar, namun tidak mengurangi niat beli karena

membutuhkan ketenaran sebagai penegasan status sosial.

PPnBM merupakan pajak tambahan yang dipungut atas penjualan barang mewah

selain pungutan PPN. Tujuannya agar konsumen dengan daya beli tinggi yang membeli

barang mewah menanggung tambahan pajak yang lebih besar dibandingkan konsumen

lain dengan daya beli tergolong rendah. Karena tanpa tambahan ini, berarti tidak ada

prinsip keadilan dimana konsumen dengan daya beli tinggi membayar pajak dengan

persentase yang sama dengan konsumen dengan daya beli rendah. PPnBM hanya sekali

dikenakan, yaitu pada saat mengimpor barang yang tergolong mewah. Pengkreditan

PPnBM tidak dapat dilakukan seperti pada PPN karena target PPnBM adalah

konsumen. PPN dan PPnBM dapat memainkan peran yang penting dalam

menghasilkan pendapatan bagi keuangan publik melalui pemungutan pajak. Oleh

karena itu kami tertarik untuk meneliti berbagai variabel yang menyesuaikan

penerimaan PPN dan PPnBM.

Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dipungut pada wajib pajak dimana dia

membeli atau bahkan mempunyai BKP yang tergolong mewah dan penghasilannya

merata antara golongan menengah ke atas. PPnBM adalah pajak yang dikenakan satu

kali bersamaan dengan dikenakannya PPN, sehingga keberadaan PPnBM sering kali

kurang dikenal oleh masyarakat umum.10 Pemerintah saat ini sangat bergantung pada

populasi besar dan daya beli konsumen, karena ini adalah mesin pertumbuhan

ekonomi. Jika ditemukannya pengaruh positif antara PPnBM pada daya beli konsumen.

10
Fadilah, Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (Ppnbm) Terhadap Daya Beli Konsumen Pada Barang Elektronika (Studi Empiris Pada
Konsumen Barang Elektronika (Di Glodok Jakarta Kota, Repository UIN JKT 2012), hlm 54
PPnBM memiliki pengaruh positif signifikan, jika PPnBM tidak memiliki pengaruh

pada daya beli konsumen.

Konsumen yang menggunakan barang terkena pajak karena tergolong barang

mewah dan masuk dalam kategori PPnBM bahkan banyak yang tidak mengetahui

bahwa barang yang di konsumsinya tergolong barang yang terkena PPnBM. Pengenaan

PPN dan PPnBM tentu sangat mempengaruhi akan harga jual kendaraan bermotor.

Apabila masyarakat merasa bahwa terjadi peningkatan pada harga yang disebabkan

oleh pengenaan pajak, hal ini akan berpengaruh dengan harga jual barang tersebut.

Sehingga terjadi beban pajak yang meningkat yang timbul dari PPN dan PPnBM tentu

masyarakat akan berfikir dua kali untuk membelinya.

Karakteristik dari PPnBM adalah pungutan yang bersifat tambahan terhadap barang

kena pajak mewah yang bukan bagian dari PPN, PPnBM pengenaannya sekali pada

saat terjadi proses pemasukan barang atau saat diserahkan barang kena pajak mewah.

PPnBM memiliki sifat yang tidak bisa dikreditkan sehingga perlakuannya dianggap

biaya. PPnBM mempengaruhi kemampuan dari konsumen untuk membeli terhadap

nilai jual suatu barang.

PPNBM memiliki pengaruh positif terhadap daya beli konsumen, semakin tinggi

harga dari kendaraan tersebut, maka PPnBM nya akan makin tinggi juga. Prestise

merupakan kebutuhan dari seseorang yang didapat dari lingkungannya. Dengan

adanya kedudukan yang tinggi maka akan meningkatkan prestise dari orang tersebut.

Saat ini masyarakat belum mengerti dan memahami akan kehadiran PPnBM namun hal

ini tidak menurunkan rasa masyarakat untuk membeli kendaraan bermotor roda empat

yang mewah karena kebutuhan akan prestise menjadi faktor penentu dalam status

sosial pada masyarakat. Kaitannya dengan daya beli adalah walapun PPnBM
dikenakan pada kendaraan bermotor roda empat namun idak mengurangi minat daya

beli masyarakat dalam membeli kendaraan bermotor roda empat ini.11

KESIMPULAN
Pajak adalah sumbangan pribadi kepada negara menurut undang-undang yang

berlaku, tetapi tidak mendapat balas jasa atau kompensasi secara langsung. Biaya pajak

dipungut berdasarkan norma-norma hukum yang untuk menutupi biaya produksi barang

dan jasa untuk mencapai kepentingan umum.

Fungsi pajak yaitu Pajak memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bernegara, terutama dalam pelaksanaan pembangunan. Pajak merupakan sumber

pendapatan bagi negara untuk menutupi semua biaya, termasuk biaya pembangunan.

Pengelompokan Barang Kena Pajak yang dikenakan PPnBM berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) serta jenis dan harga Barang Kena Pajak yang dikenakan pemeriksaan

PPnBM ditetapkan oleh Menteri. Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Jika kendaraan yang

ditunjuk diserahkan dalam waktu 5 tahun sejak impor atau pembelian, atau jika

penunjukannya diubah sehingga penunjukannya tidak sesuai dengan penunjukannya,

PPnBM yang dibayarkan pada saat impor atau pembelian menjadi tidak berlaku mulai

tanggal ini. memperoleh.

Menurut penjelasan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, Barang

Kena Pajak yang tergolong barang mewah antara lain sebagai berikut:

a. Barang yang bukan untuk kebutuhan pokok.

b. Barang yang dikonsumsi hanya untuk menunjukkan status.

c. Barang yang dikonsumsi oleh orang tertentu.

d. Barang-barang yang umumnya dikonsumsi oleh mereka yang berpenghasilan tinggi.


11
Abdurrahman, R. (2014). Analsis Pengaruh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPNBM) Terhadap Daya Beli Konsumen Pada Kendaraan Bermotor
(Studi Empiris pada Konsumen Kendaraan Bermotor Roda Empat diwilayah Kota Tanjungpinang).
Jurnal Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah), 1–12.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, R. (2014). Analsis Pengaruh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah (PPNBM) Terhadap Daya Beli Konsumen Pada

Kendaraan Bermotor (Studi Empiris pada Konsumen Kendaraan Bermotor Roda Empat

diwilayah Kota Tanjungpinang). Jurnal Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

(Umrah), 1–12.

Direktorat /Jendral pajak. Undang-Undang Pajak Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

2009. 1–477 (2009).

Fadilah. (2012). Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Dan Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah (Ppnbm) Terhadap Daya Beli Konsumen Pada Barang

Elektronika (Studi Empiris Pada Konsumen Barang Elektronika Di Glodok Jakarta Kota),

Repository UIN JKT

Indonesia, M. K. R. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 18 /PMK.03/2021

Tentang Pelaksanaan UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja di Bidang Pajak

Penghasilan, PPN, Dan PPnBM Serta Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. (2021).

Menteri Keuangan Republik Indonesia. (2022). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 59/PMK.03/2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,

Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusah.

Pawenang, S. (2016). Modul Perkuliahan Ekonomi Bisnis. Surakarta: Program Pascasarjana

UNIBA.

Regyna, T. F., Agustina, D., & Pramadista, F. N. (2022). Dampak Daya Beli Konsumen

Kendaraan Bermotor Terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah (PPnBM). Jurnal PPN Dan PPnBM.


Soemarso SR, Akuntansi Suatu Pengantar, Buku Dua, Edisi 1, Cetakan 1, BP FEUI, Jakar-ta,

1990.

Sophar Lumbantoruan, Akuntansi Pajak, Edisi Revisi, Cetakan ke-2, Gramedia Widiasarana

Indonesia, Jakarta, 1996.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah.

Anda mungkin juga menyukai