Jurnal PPNBM
Jurnal PPNBM
Delviani Damanik, Mhd Rasyid Al Anshari Lubis, M Ramanda Alif Syaufi Ginting, Fitra
Ardiansyah, Miranda Enilia, Sabina Saeca Gultom, Sahnan Rotamaro Habeahan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Jl. William Iskandar Ps. V, Medan
Estate, Kec. Percut
anidelvi160@gmail.com, Sabinagultom2828@gmail.com,
sahnanrotamaro@gmail.com, mrasyidalan1902@gmail.com,
mirandaeinilia2004@gmail.com, fitraardiansyah181@gmail.com,
ramandaa758@gmail.com
Abstrak
Di samping Pajak Penghasilan (PPh) yang sudah pasti dikenakan pada setiap perusahaan
yang menjalankan kegiatan di Indonesia dalam keadaan tertentu, perusahaan, seba-gai Pengusaha
Kena Pajak, juga dapat dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM). Undang-undang yang mengatur tentang PPN dan PPnBM ini adalah UU No.11
Tahun 1994 yang lebih dikenal dengan sebutan UU PPN 1995.Tulisan ini akan membahas tentang
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Lingkup
pembahasan tidak mencakup substansi PPN dan PPnBM secara lengkap, karena pembahasan lebih
ditekankan pada pencatatan transaksi-transaksi yang berhubungan dengan PPN dan PPnBM
tersebut, seperti pencatatan PPN Masukan, PPN Keluaran, Penjualan Retur, Pembelian Retur,
Penyetoran PPN dan PPnBM dalam masa pajak maupun pada akhir masa pajak, serta masalah
Kata Kunci: barang/jasa kena pajak, PPN masukan, pajak penjualan atas barang mewah
Abstrak
In addition to Income Tax (PPh) which is definitely imposed on every company carrying out
activities in Indonesia under certain circumstances, companies, as Taxable Entrepreneurs, can also be
subject to Value Added Tax (VAT) and Sales Tax on Luxury Goods (PPnBM) . The law that
regulates VAT and PPnBM is Law No. 11 of 1994 which is better known as the 1995 VAT Law. This
article will discuss Value Added Tax (VAT) and Sales Tax on Luxury Goods (PPnBM). The scope of
the discussion does not cover the substance of VAT and PPnBM in full, because the discussion is
more focused on recording transactions related to VAT and PPnBM, such as recording Input VAT,
Output VAT, Sales Returns, Purchase Returns, VAT and PPnBM deposits in tax periods and at the
PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya ekonomi di dunia khususnya pada negara Indonesia yang
ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya dalam pemenuhan setiap
kebutuhan membuat kegiatan perdagangan semakin tidak dapat dipisahkan. Indonesia saat
ini berada dalam era perdagangan bebas, dimana kegiatan perdagangan terjadi bukan
hanya antar daerah tetapi juga dilakukan antar negara. Aspek ekonomi sangatlah penting
dalam kemajuan suatu negara, kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai sektor, salah
pajak, pajak dalam negeri, pajak penghasilan, migas, nonmigas, pajak pertambahan nilai,
pajak bumi dan bangunan, BPHTB, cukai, pajak lainnya, pajak perdagangan internasional,
bea masuk, pajak/pungutan ekspor, penerimaan negara bukan pajak, penerimaan SDA,
bagian laba BUMN, BNBP lainnya. Tetapi yang menjadi sumber utama dalam penerimaan
atau penghasilan dari suatu negara adalah pajak, dalam penyetorannya bersifat wajib yang
dilakukan oleh wajib pajak pribadi (perseorangan) dan wajib pajak badan.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang menggantikan Pajak Penjualan (PPN) sejak 1
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Dalam Undang-Undang
tersebut dijelaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi barang dan
jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan
distribusi. Dasar pemikiran pengenaan pajak ini pada dasarnya adalah untuk mengenakan
pajak pada tingkat kemampuan masyarakat untuk berkonsumsi. Berbeda dengan Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang memang hanya
dikenakan kepada wajib pajak yang membeli atau memiliki barang kena pajak yang
Pajak Penjualan atau disebut Pajak Pertambahan Nilai serta pajak yang ditujukan
untuk penjualan barang mewat atau PPnBM adalah pajak yang termasuk tidak langsung di
Indonesia yang dikenakan atas konsumsi pada masing masing tingkat produksi atau
distribusi. Meskipun Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah
mengenai tingkatan produksi dan/atau distribusi barang atau jasa secara masing-masing,
konsumen akhir menanggung pajak ini secara tidak langsung. Selain penerimaan hasil
migas dan nonmigas, negara dapat menerima pendapatan dari pajak. Oleh karena itu, pajak
ialah sumber penerimaan strategis yang harusnya dikelola dengan tepat. Dalam struktur
keuangan negara, pemungutan pajak dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berada
vertikal dalam setiap pemungutan pajak, termasuk pemungutan PPN. Supaya tercerminan
keadilan, maka pemungutan pajak atas penjualan barang mewah diberlakukan sebagai
tambahan.
memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan pungutan
dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka pemerintah tidak perlu
mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak. Dalam pemungutan pajak subjek
dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu harus dikelola dengan baik dan benar sehingga
data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif pajak harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang
berlaku saat itu. Dengan demikian para wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar pajak.
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat
subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru
menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syaratsyarat obyektif. Objek pajak adalah apa
yang dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak karena menyangkut
apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya pajak atas objek dimaksud, sehingga dalam
UU perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap jenis
pajak.1
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan model penelitian kualitatif, dengan paradigma naturalistik
fenomenologi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bukan untuk mendapatkan
generalisasi, namun dapat ditransfer pada populasi lain yang memiliki ciri-ciri yang sama,
dengan diikuti upaya penyesuaian. Metode yang digunakan kualitatif, pengambilan sampel
secara purposive, analisis data secara induktif, grounded theory. Desain penelitian bersifat
sementara, hasil penelitian disepakati, modus laporan studi kasus. Selanjutnya penafsiran
secara idiografik, aplikasi tentatif, dan ikatan konteks terfokus. Sedangkan kriteria
Beberapa metode lain bersifat melengkapi, sekaligus untuk menguji dan menguatkan
1
Mardiasmo, PERPAJAKAN (Yogyakarta: Andi, 2019), hlm 16
kebenaran data. Data yang telah diambil di lapangan, terutama melalui pengamatan, setelah
selesai segera dicatat. Catatan dibagi menjadi dua, yakni deskriptif dan reflektif. Catatan
Peraturan Perpajakan, salah satunya mengatur tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, menjelaskan bahwa barang kebutuhan pokok, jasa
pendidikan, dan jasa kesehatan yang sebelumnya merupakan barang dan jasa tidak kena
barang dan jasa yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dengan
tujuan agar masyarakat berpenghasilan kecil dan menengah tetap terlindungi dari
Selain itu, Pemberian fasilitas Pajak Pertambahan Nilai kepada masyarakat lebih
tepat sasaran dan mencerminkan keadilan. Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai dari
tarif 10% dinaikkan menjadi 11% yang mulai berlaku 1 April 2022, dan tarif akan berubah
menjadi 12% selambat-lambatnya pada tanggal 1 Januari 2025. Untuk kemudahan dan
kesederhanaan penerapan Pajak Pertambahan Nilai diterapkan tarif pajak bersifat final
berlaku, tetapi tidak mendapat balas jasa atau kompensasi secara langsung. Biaya pajak
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2013), hlm 41
3
Direktorat /Jendral pajak. Undang-Undang Pajak Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah 2009. 1–477
(2009).
barang dan jasa untuk mencapai kepentingan umum. Menolak membayar atau
menjadi dua, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak dapat dibayarkan
tunai atau bisa dalam pekerjaan dengan nilai yang sama atau setara. Lembaga instansi
Keuangan: “Pajak ialah iuran untuk Negara yang dapat dipungut dan terutang bagi
tidak ada pengembalian manfaat yang ditetapkan langsung, dan tujuannya guna
Umum serta Tata Cara Perpajakan, sebagaimana dalam laman Departemen Keuangan
disebutkan bahwa pajak ialah suatu iuran wajib yang harus dibayar oleh pembayar pajak
atau oleh penduduk ke negara yang didirikan oleh undang-undang, dan digunakan
bersama.
perhatikan berbagai fungsi pajak yang dijelaskan pada uraian di bawah ini.
pajak.
mengekang inflasi.
masyarakat.4
dari sumber migas dan non migas. Seperti dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak digunakan oleh rakyat untuk
sebesar-besarnya kemakmuran negara tanpa imbalan langsung. Suka atau tidak suka,
jelas dari teks undang-undang bahwa Anda harus membayarnya. Selain itu, Anda juga
perlu mengetahui jenis pajak yang dibayarkan. Departemen Umum Pajak membagi pajak
1) Pajak pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat melalui Biro
4
Soemarso SR, Akuntansi Suatu Pengantar, Buku Dua, Edisi 1, Cetakan 1, BP FEUI, (Jakarta,
1990), hlm 19
Sejalan dengan reformasi perpajakan secara berkesinambungan dan penyesuaian
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah antara lain pengurangan pengecualian
objek Pajak Pertambahan Nilai, pengaturan kembali fasilitas Pajak Pertambahan Nilai,
perubahan tarif Pajak Pertambahan Nilai, dan pengenaan tarif pajak Pertambahan Nilai
final.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah pajak yang dikenakan oleh pemerintah
ketika terjadi pembelian atas barang-barang yang tergolong sebagai barang mewah. Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak saat membeli
barang mewah. Kriteria barang yang digolongkan sebagai barang mewah ialah bukan
11 Tahun 2020 tentang Penciptaan Lapangan Kerja di Bidang PPh, PPN, dan PPnBM,
serta Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan, ini ialah pajak yang mengenai suatu barng
jika barang tersebut termasuk mewah. Dimana pajak PPnBM ditanggung oleh pengusaha
terdaftar wajib pajak yang memproduksi atau memasukkan barang mewah. PPN
persen serta maksimal dua ratus persen. Serta jika pengusaha mengekspor barang yang
termasuk jenis barang mewah, dikenakan pajak dengan persen nol, pajak ini dikenakan
atas barang yang tergolong barang mewah yang diproduksi oleh produsen atau
pengusaha dengan tujuan untuk memproduksi atau mengimpor barang mewah tersebut
pungutan tambahan, hanya dikenakan sebanyak satu kali, tidak dapat dikreditkan, dan
pajak yang dibayar pada saat perolehan dapat diminta kembali. Meskipun, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah tidak dapat dikreditkan, tetapi jika Barang Kena Pajak
yang tergolong mewah diekspor, maka Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
dibayarkan berkaitan dengan perolehan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dan
berhubungan langsung dengan barang kena pajak, dapat diajukan permintaan restitusi.
Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah ialah barang berwujud yang tergolong
mewah, bukan barang sederhana atau bukan barang kebutuhan pokok dan dikonsumsi
Barang Mewah berbeda-beda sesuai dengan jenis barangnya dan bersifat progresif.
Besarnya persentase Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang wajib dibayarkan pun
mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dalam UU No. 18 Tahun 2000 tarif Pajak
Penjualan atas Barang Mewah berkisar antara 10% hingga 75%. Selanjutnya, dalam UU
No. 42 tahun 2009, tariff Pajak Penjualan atas Barang Mewah tertinggi dinaikkan
mencapai 200%.
adalah pajak yang dikenakan atas barang-barang yang tergolong barang mewah yang
dilakukan oleh produsen untuk memproduksi atau mengimpor produk tersebut sebagai
bagian dari usaha atau operasinya. Menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
Nomor 18 Tahun 2000 yang tergabung dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
Nomor 42 Tahun 2009, “PPnBM digunakan untuk menyajikan BKP yang tergolong
barang mewah yang dilakukan oleh pengusaha di pabean. Pajak yang dipungut pada
kendaraan mewah regional BCP mewah untuk bisnis atau pekerjaan atau impor. PPnBM
dan PPN diatur dalam undang-undang yang sama, karena PPnBM tidak dikenakan
secara terpisah tanpa PPN. Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dipungut sebagai
pajak pertambahan nilai atas barang atau jasa kena pajak yang didistribusikan oleh
Hampir semua barang konsumsi dikenakan PPN, sehingga PPN ditetapkan dengan
tarif tetap 10% dari harga jual. PPnBM lebih spesifik, tetapi dipungut hanya pada saat
penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong barang mewah, dan tarifnya berbeda-
dipindah tangankan, maka PPnBM yang terutang yang dibebaskan wajib dibayar ke kas
negara dalam jangka waktu 1 bulan sejak kendaraan tersebut dipindah tangankan.
Perbedaan antara PPN dan PPnBM adalah PPN dikenakan pada semua mata rantai
dalam jalur produksi dan distribusi barang atau jasa, sedangkan PPnBM adalah barang
yang tergolong barang mewah pada saat impor atau barang yang tergolong barang
mewah. dikumpulkan hanya sekali pada saat pengiriman. Pengusaha barang yang
membuat barang atau jasa di dalam daerah pabean, kegiatan usaha, atau tempat kerja
dicatat.
5
Sophar Lumbantoruan, Akuntansi Pajak, Edisi Revisi, Cetakan ke-2, (Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta, 1996), hlm 67
Pengelompokan Barang Kena Pajak yang dikenakan PPnBM berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) serta jenis dan harga Barang Kena Pajak yang dikenakan pemeriksaan
PPnBM ditetapkan oleh Menteri. Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Jika kendaraan
yang ditunjuk diserahkan dalam waktu 5 tahun sejak impor atau pembelian, atau jika
PPnBM yang dibayarkan pada saat impor atau pembelian menjadi tidak berlaku mulai
tanggal ini. memperoleh. Dari transfer internal. Itu hanya dikenakan pajak selama satu
bulan. Pembayaran yang bersangkutan atau namanya diubah sesuai dengan ayat (2) PP
12/2006.6
8 Tahun 1983 mengenai Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
tentang PPN dan PPnBM sebagai antisipasi kondisi perekonomian di masa mendatang,
kepastian hokum bagi yang melanggar, dan asas yang sesuai. Namun Pajak Pertambahan
PPnBM adalah jenis pajak yang tidak terlalu dikenal di kalangan masyarakat umum.
Hal ini mungkin diakibatkan oleh sifat PPnBM itu sendiri yang adalah pungutan
tambahan yang dipungut sekali, yaitu ketika pemasukan serta penyerahan oleh
Pengusaha Kena Pajak dalam produksi. Selain itu, prosedur tidak ditetapkan untuk pajak
6
Menteri Keuangan Republik Indonesia. (2022). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 59/PMK.03/2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusah.
7
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
produksi maupun pajak penghasilan. PPnBM yang dibebankan kepada pemasok akan
dimasukkan dalam harga pokok barang kena pajak yang tergolong mewah. Oleh karena
itu, sebagian pelanggan yang mengonsumsi barang mewah kena pajak tidak
menyadarinya.8
dipindah tangankan, maka PPnBM yang terutang yang dibebaskan wajib dibayar ke kas
mengimpor, atau mengekspor Barang Kena Pajak Mewah di dalam Daerah Pabean di
sekitar perusahaan. Atau karyanya. Pajak penjualan atas barang mewah dapat
Pengenaan pajak penjualan atas barang mewah mempengaruhi daya beli konsumen
kendaraan bermotor. Dengan kata lain, semakin tinggi harga jual suatu kendaraan
8
Regyna, T. F., Agustina, D., & Pramadista, F. N. (2022). Dampak Daya Beli Konsumen
Kendaraan Bermotor Terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (PPnBM). Jurnal PPN Dan PPnBM, 65 (2),
9
Pawenang, S, Modul Perkuliahan Ekonomi Bisnis. (Surakarta: Program Pascasarjana UNIBA,
2016), hlm 87
mewah yang dikenakan PPN, atau semakin tinggi harganya dibandingkan dengan
PPN, maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap daya beli konsumen kenraan
bermotor. Prestise dan daya beli yang menentukan pembelian mobil. Tidak semua
orang memahami PPnBM dengan benar, namun tidak mengurangi niat beli karena
PPnBM merupakan pajak tambahan yang dipungut atas penjualan barang mewah
selain pungutan PPN. Tujuannya agar konsumen dengan daya beli tinggi yang membeli
barang mewah menanggung tambahan pajak yang lebih besar dibandingkan konsumen
lain dengan daya beli tergolong rendah. Karena tanpa tambahan ini, berarti tidak ada
prinsip keadilan dimana konsumen dengan daya beli tinggi membayar pajak dengan
persentase yang sama dengan konsumen dengan daya beli rendah. PPnBM hanya sekali
dikenakan, yaitu pada saat mengimpor barang yang tergolong mewah. Pengkreditan
PPnBM tidak dapat dilakukan seperti pada PPN karena target PPnBM adalah
konsumen. PPN dan PPnBM dapat memainkan peran yang penting dalam
karena itu kami tertarik untuk meneliti berbagai variabel yang menyesuaikan
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dipungut pada wajib pajak dimana dia
membeli atau bahkan mempunyai BKP yang tergolong mewah dan penghasilannya
merata antara golongan menengah ke atas. PPnBM adalah pajak yang dikenakan satu
kali bersamaan dengan dikenakannya PPN, sehingga keberadaan PPnBM sering kali
kurang dikenal oleh masyarakat umum.10 Pemerintah saat ini sangat bergantung pada
populasi besar dan daya beli konsumen, karena ini adalah mesin pertumbuhan
ekonomi. Jika ditemukannya pengaruh positif antara PPnBM pada daya beli konsumen.
10
Fadilah, Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (Ppnbm) Terhadap Daya Beli Konsumen Pada Barang Elektronika (Studi Empiris Pada
Konsumen Barang Elektronika (Di Glodok Jakarta Kota, Repository UIN JKT 2012), hlm 54
PPnBM memiliki pengaruh positif signifikan, jika PPnBM tidak memiliki pengaruh
mewah dan masuk dalam kategori PPnBM bahkan banyak yang tidak mengetahui
bahwa barang yang di konsumsinya tergolong barang yang terkena PPnBM. Pengenaan
PPN dan PPnBM tentu sangat mempengaruhi akan harga jual kendaraan bermotor.
Apabila masyarakat merasa bahwa terjadi peningkatan pada harga yang disebabkan
oleh pengenaan pajak, hal ini akan berpengaruh dengan harga jual barang tersebut.
Sehingga terjadi beban pajak yang meningkat yang timbul dari PPN dan PPnBM tentu
Karakteristik dari PPnBM adalah pungutan yang bersifat tambahan terhadap barang
kena pajak mewah yang bukan bagian dari PPN, PPnBM pengenaannya sekali pada
saat terjadi proses pemasukan barang atau saat diserahkan barang kena pajak mewah.
PPnBM memiliki sifat yang tidak bisa dikreditkan sehingga perlakuannya dianggap
PPNBM memiliki pengaruh positif terhadap daya beli konsumen, semakin tinggi
harga dari kendaraan tersebut, maka PPnBM nya akan makin tinggi juga. Prestise
adanya kedudukan yang tinggi maka akan meningkatkan prestise dari orang tersebut.
Saat ini masyarakat belum mengerti dan memahami akan kehadiran PPnBM namun hal
ini tidak menurunkan rasa masyarakat untuk membeli kendaraan bermotor roda empat
yang mewah karena kebutuhan akan prestise menjadi faktor penentu dalam status
sosial pada masyarakat. Kaitannya dengan daya beli adalah walapun PPnBM
dikenakan pada kendaraan bermotor roda empat namun idak mengurangi minat daya
KESIMPULAN
Pajak adalah sumbangan pribadi kepada negara menurut undang-undang yang
berlaku, tetapi tidak mendapat balas jasa atau kompensasi secara langsung. Biaya pajak
dipungut berdasarkan norma-norma hukum yang untuk menutupi biaya produksi barang
Fungsi pajak yaitu Pajak memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
pendapatan bagi negara untuk menutupi semua biaya, termasuk biaya pembangunan.
Pemerintah (PP) serta jenis dan harga Barang Kena Pajak yang dikenakan pemeriksaan
PPnBM ditetapkan oleh Menteri. Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Jika kendaraan yang
ditunjuk diserahkan dalam waktu 5 tahun sejak impor atau pembelian, atau jika
PPnBM yang dibayarkan pada saat impor atau pembelian menjadi tidak berlaku mulai
Menurut penjelasan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, Barang
Kena Pajak yang tergolong barang mewah antara lain sebagai berikut:
Abdurrahman, R. (2014). Analsis Pengaruh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPNBM) Terhadap Daya Beli Konsumen Pada
Kendaraan Bermotor (Studi Empiris pada Konsumen Kendaraan Bermotor Roda Empat
diwilayah Kota Tanjungpinang). Jurnal Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
(Umrah), 1–12.
Direktorat /Jendral pajak. Undang-Undang Pajak Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Fadilah. (2012). Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (Ppnbm) Terhadap Daya Beli Konsumen Pada Barang
Elektronika (Studi Empiris Pada Konsumen Barang Elektronika Di Glodok Jakarta Kota),
Tentang Pelaksanaan UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja di Bidang Pajak
Penghasilan, PPN, Dan PPnBM Serta Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. (2021).
Menteri Keuangan Republik Indonesia. (2022). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,
UNIBA.
Regyna, T. F., Agustina, D., & Pramadista, F. N. (2022). Dampak Daya Beli Konsumen
Kendaraan Bermotor Terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas
1990.
Sophar Lumbantoruan, Akuntansi Pajak, Edisi Revisi, Cetakan ke-2, Gramedia Widiasarana
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.