Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN HASIL WAWANCARA

SOSIOLOGI GENDER

Oleh

Kelompok 2:

NIKI MARTIN (C1B121023)

OKTAVIAN (C1B121027)

RAHMAN (C1B121029)

INTAN SARI (C1B121019)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2024
Perempuan Tani dan Adaptasi Sosial

Bagaimana adaptasi sosial berhubungan dengan perempuan tani di sektor informal dalam
menghadap perubahan sosial dan ekonomi pada komunitas petani. Dapat diketahui adaptasi
sosial dapat diartikan sebagai proses penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial
terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun kondisi yang diciptakan. Adaptasi sosial juga
sangat berpengaruh dengan kehidupan pertanian, termasuk perempuan tani.
Perempuan tani juga dianggap sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan perut
anggota keluarganya dirumah. Salah satunya ibu Jumriani (50) yang merupakan seorang
perempuan tani serta ibu rumah tangga. Dimana ia seorang pedagang yang berjualan berbagai
buah pisang. Mengenai pergeseran peran gender mempengaruhi adaptasi sosial perempuan tani
dalam transformasi sosial dan ekonomi dikomunitas petani. Menurut ibu Jumriani tidak ada
perbedaan gender dalam komunitas tani karena ibu Jumriani merasa bahwa mereka memiliki
tujuan atau keinginan bersama dalam kelangsungan hidup bersama. Sehingga tidak ada hambatan
yang ia rasakan sebagai perempuan tani dalam mengubah peran sosial dan ekonomi mereka
dalam konteks perubahan yang sedang berlangsung.
Dalam mengatasi stereotipe gender yang membatasi peran dan kontribusi mereka dalam
tranformasi sosial dan ekonomi ibu Jumriani mengatakan bahwa walaupun ia seorang ibu rumah
tangga bukan berarti ia tidak bisa ikut serta berkontribusi dalam hal memenuhi kebutuhan
keluarga. Alasan ibu Jumriani mengatakan hal tersebut karena selagi suami mengizinkan istri
untuk membantu ekonomi keluarga maka ia tidak menganggap sebagai batasan. Selain itu, ibu
Jumriani juga memotivasi terhadap perempuan tani agar lebih semangat lagi dan ikut serta dalam
membantu suami agar menambah ekonomi keluarga. Tidak sampai disitu saja mengenai
perubahan peran gender dapat mempengaruhi akses perempuan tani terhadap sumber daya dan
peluang ekonomi dalam konteks transformasi sosial ekonomi. Menurut ibu Jumriani bahwa tidak
ada batasan bagi perempuan tani dalam ikut serta terhadap sumber daya dan peluang ekonomi
selagi tidak melebihi kodratnya. Mengenai peran keluarga dan masyarakat dalam mendukung
atau menghambat perubahan peran gender perempuan tani dalam tranformasi sosial dan ekonomi
ibu Jumriani juga mengatakan bahwasannya dilingkungannya masih saling mengandalkan baik
itu perempuan maupun laki-laki.
Menurut ibu Jumriani mengenai peran lembaga pemerintah dalam mendukung
tranformasi peran perempuan tani ia mengatakan bahwa belum ada campur tangan lembaga
pemerintah dalam mendukung tranformasi perempuan tani yang dimana seharusnya pemerintah
dapat memberikan pelatihan dan pendidikan terhadap perempuan tani untuk membangun
keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan dalam pertanian modern. Dimana dengan adanya
dukungan yang berupa pelatihan, pendampingan, dan bantuan modal untuk perempuan tani
dalam menjalankan usaha mereka sehingga mereka dapat memasarkan produk pertanian
perempuan tani dan memberikan akses kepasar yang lebih luas.
Mengenai adanya media dan komunikasi, menurut jumriani perempuan tani biasa
menggunakan fitur marketplace pada media sosial yang dimana lebih memudahkan untuk
memasarkan dagangan atau hasil panen mereka. Ketika kami menanyakan apakah perempuan
tani memainkan peran penting yang lebih aktif dalam adaptasi sosial dan ekonomi dalam konteks
perubahan lingkungan dan iklim, ibu Jumriani mengatakan bahwa kedua masalah ini sangat
berpengaruh dalam kehidupan mereka karena perubahan cuaca sangat menentukan hasil panen
mereka.
Jika ditanya strategi apa saja yang diterapkan membangun kapasitas perempuan tani
dalam menghadapi tantangan ekonomi dan sosial yang baru dalam transformasi peran mereka.
Ibu jumriani mengatakan bahwa perempuan tani harus lebih semangat. Terutama sekarang sudah
ada yang namanya media sosial yang dapat dipergunakan sebagai perantara. Ibu Jumriani juga
sangat merasakan adanya tingkat kemandirian semenjak menjadi perempuan tani
Banyaknya perempuan tani yang menjadi ekonomi mandiri, mereka jelas memiliki akses
yang lebih baik terhadap kesehatan terutama yang dijelaskan oleh ibu Jumriani bahwa kondisi
fisik perempuan tani lebih baik dari ibu rumah tangga biasanya atau pekerja pegawai yang
bekerja tidak terlalu berat, alasannya kerena otot-otot perempuan tani sudah sering terlatih akibat
dari pekerjaan kebun mereka.
Terakhir ibu Jumriani juga memberikan aspirasi kepada seluruh perempuan tani,
bahwasannya kita sebagai ibu rumah tangga bukan berarti harus dirumah terus. Harapannya kita
sebagai ibu rumah tangga bisa turut ikut serta berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga selagi tidak melebihi kodratnya sebagai perempuan.

Anda mungkin juga menyukai