Makalah TBC Komunitas - Kel 1
Makalah TBC Komunitas - Kel 1
i
KATA PENGANTAR `
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Terimakasih penyusun ucapkan kepada Ibu Reni Tri Febrianti.SST.,M.Kes. Selaku dosen
penanggung jawab mata kuliah Konsep Keperawatan Komunitas, yang telah mengajarkan ilmu
serta membimbing penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah dengan Judul " PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN PEMUKIMAN TBC ” Ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah Konsep Keperawatan Komunitas.
Demikian pula, penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Namun, penyusun tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat
diharapkan sebagai masukan dalam perbaikan dan penyempurnaan pada makalah berikutnya.
Untuk itu penyusun ucapkan terimakasih.
Malang, 07 Mei
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................................................................2
1.4 Manfaat ............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................3
2.1 Pemberantasan Penyakit Menular TBC (Tuberulosis) ....................................................3
2.2 Cara-Cara Pemberantasan TBC (Tuberulosis) .................................................................5
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................10
3.2 Saran ...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................11
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi
penanggulangan tuberkulosis yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse chemotherapy). Strategi ini dikembangkan dari berbagai studi, uji
coba klinik, pengalaman-pengalaman terbaik dan hasil implementasi program
penanggulangan tuberkulosis selama lebih dari dua dekade. Fokus utama DOTS adalah
penemuan dan penyembuhan pasien, perioritas diberikan kepada pasien tuberculosis tipe
menular. Strategi ini akan memutuskan penularan tuberculosis dan dengan demikian
menurunkan insiden tuberculosis di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien
merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan (Dep.Kes RI. 2002;6).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Cara Pemberantasan Penyakit Menular TBC
2. Mengetahui Kesehatan Lingkungan Pemukiman
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini agar pembaca mengatahui tentang pemberantasan
penyakit menular dan kesehatan lingkungan pemukiman yang memuat beberapa informasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Gejala sistemik/umum
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul
• Penurunan nafsu makan dan berat badan.
• Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
• Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
3
2. Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai
sesak.
o Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
o Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang
o Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang
kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.
Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru
dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.
d. Kebijakan
4
2.2 Cara-Cara Pemberantasan TBC (Tuberculosis)
1. Pengertian
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi
mycobacterium tuberkuloisi dengan melakukan penkes adalah sebagai berikut:
▪ Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan
membuang dahak tidak di sembarang tempat (di dalam larutan disinfektan).
▪ Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi
▪ Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi
udara, dan penyinaran matahari di rumah.
▪ Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor
(polusi).
▪ Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.
2. Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat
tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin Asam Klavulanat,
derivat Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada
tabel berikut:
Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)
Obat Anti Tb Aksi Potensi Perhari Perminggu
Esensil 3x 2x
Isoniazid (H) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifampisin (R)) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirasinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45
5
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana
penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
4. Kebijakan Pelaksanaan
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran,
membangun komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan kesehatan
dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi
masyarakat rentan dan miskin hingga ke desa.
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui penatalaksanaan
kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan di perdesaan.
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan dan
memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan wilayah
setempat dan kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman penyebaran
penyakit antar daerah maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke
desa.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan sentra
rujukan penyakit, sentra pelatihan penanggulangan penyakit, sentra regional untuk
kesiapsiagaan penanggulangan KLB/wabah.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan jejaring
lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta
untuk percepatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
melalui pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan
pernanfaatan sumberdaya lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui
penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum penyelenggaraan
program pencegahan dan pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa.
6
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan
profesionalisme sumberdaya manusia di bidang pencegahan dan pemberantasan
penyakit sehingga mampu menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat
secara berjenjang hingga ke desa.
7
Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar
Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai
pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana
pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks,
kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu
berbagai lintas sektor ikut serta berperan baik kebijakan dan pembangunan fisik serta
Departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak
kesehatan.
Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam
per kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa kegiatan
yang dilaksanakan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan Pengawasan Institusi
Pendidikan
❖ Pengawasan Institusi Pendidikan
Kondisi kesehatan lingkungan pada sekolah dititik beratkan pada aspek
hygiene, sarana sanitasi di sekolah yang erat kaitannya dengan kondisi fisik
bangunan sekolah. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
lingkungan di sekolah adalah:
• Pengendalian faktor risiko lingkungan di sekolah.
• Pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah dan Pondok Pesantren
• Sosialisasi dan advokasi Kepmenkes 1429/2006 tentang pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah
• Penilaian lomba sekolah sehat
❖ Rumah Sehat
Pada tahun 2006, cakupan rumah sehat mencapai 69%. Kegiatan yang
dilakukan: menyusun persyaratan kualitas udara di dalam rumah serta
menyusun petunjuk pelaksanaan monitoring kualitas udara di dalam rumah.
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa
aspek yang sangat berpengaruh, antara lain:
• Sirkulasi udara yang baik.
• Penerangan yang cukup.
• Air bersih terpenuhi
• Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan
pencemaran
• Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak
terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara
kotor.
8
❖ Pengawasan tempat-tempat umum
Pengawasan tempat-tempat umum perlu dilakukan karena tempat
berkumpulnya manusia, yang bisa menjadi sumber penularan berbagai
penyakit. Aspek yang dinilai antara lain:
• Kondisi bangunan meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,
pencahayaan, dll
• Sarana sanitasi meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran,
sarana pembuagan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit menular
paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium tuberkuloisi dengan
melakukan penkes adalah sebagai berikut:
a. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang
dahak tidak di sembarang tempat (di dalam larutan disinfektan).
b. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi.
c. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara,
dan penyinaran matahari di rumah.
d. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor
(polusi).
e. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.
3.2 Saran
Di era moderen sekarang ini sudah banyak berkembang penyakit yang tidak ditemukan
obatnya termasuk diantaranya penyakit menular dan sekarang ini, masih banyak yang
belum memahami bagaimana cara menjaga lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, perlu
untuk memperlajari tentang pembarantasan penyakit menular dan bagaimana penyehatan
lingkungan tersebut.
10
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan R1. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Sudoyo AW, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
11