Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN


PEMUKIMAN TBC
Dosen Pengampu: Reni Tri Febrianti.SST.,M.Kes.

Di Susun Oleh: Kelompok 1


Alfiqih Widya Putri (2214314201224)
Anjarwati (2214314201150)
Dwi Putri Maulidyah Putri (2214314201212)
Kristina Ayu Elinda (214314201056)
Nikmatul Maula (2214314201224)
Rani Sri Wahyuni (2214314201092)
Rindi Antika (2214314201095)
Salsabila Revina Eka P E (2214314201099)
Umi Saifatur Rohimah (2214314201224)
Yuyun Rosiyawati (2214314201127)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2024

i
KATA PENGANTAR `

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Terimakasih penyusun ucapkan kepada Ibu Reni Tri Febrianti.SST.,M.Kes. Selaku dosen
penanggung jawab mata kuliah Konsep Keperawatan Komunitas, yang telah mengajarkan ilmu
serta membimbing penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah dengan Judul " PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN PEMUKIMAN TBC ” Ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah Konsep Keperawatan Komunitas.
Demikian pula, penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Namun, penyusun tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat
diharapkan sebagai masukan dalam perbaikan dan penyempurnaan pada makalah berikutnya.
Untuk itu penyusun ucapkan terimakasih.

Malang, 07 Mei

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................................................................2
1.4 Manfaat ............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................3
2.1 Pemberantasan Penyakit Menular TBC (Tuberulosis) ....................................................3
2.2 Cara-Cara Pemberantasan TBC (Tuberulosis) .................................................................5
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................10
3.2 Saran ...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejadian penyakit menular maupun gangguan kesehatan pada manusia, tidak


terlepas dari peran faktor lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta
perilakunya dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit, juga
dikenal sebagai proses kejadian penyakit. Sedangkan proses kejadian penyakit satu dengan
yang lain masing- masing mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam hal ini faktor
lingkungan memegang peranan sangat penting.
Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara kuman
dengan manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal di tubuh host kemudian berpindah ke
manusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini tercermin
dari tingginya kejadian penyakit menular berbasis lingkungan yang masih merupakan
masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia.
Pemberantasan penyakit menular dapat dilakukan dengan menghilangkan sumber
infeksi melalui pemutusan rantai penularan penyakit. Meski disadari bahwa upaya tersebut
tidak semudah mengatakannya. Rencana dan pelaksanaannya harus dibuat seefektif
mungkin dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas, maupun setiap petugas
kesehatan. Jika hanya dilaksanakan secara perorangan, maka upaya pemberantasan
penyakit menular tidak akan dapat berhasil dengan baik. Pemahaman tentang keadaan
kesehatan masyarakat adalah syarat mutlak bagi suatu perencanaan dan pelaksanaan
program kesehatan yang baik. Pendekatan epidemologi surveillance adalah cara terbaik
untuk mendapatkan pemahaman tersebut. Penatalaksanaan program kesehatan, pendekatan
epidemiologis berguna untuk pemantauan dan pengambilan keputusan-keputusan tindak
lanjut. Upaya pemberantasan penyakit menular disamping aspek pendekatan epidemologi
surveillance juga aspek perencanaan merupakan hal penting dalam menentukan ukuran
keberhasilan suatu program pemberantasan penyakit menular.
Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan masalah
kesehatan masyarakat di seluruh dunia terutama pada negara berkembang. Penyakit
Tuberkulosis (TB) paru sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Perhitungan Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi kuman TB dengan sekitar 9 juta kasus baru Tuberkulosis setiap tahun. Artinya
ada satu orang yang terinfeksi kuman Mycobacterium Tuberkulosis setiap detik Menurut
World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 dua miliar penduduk dunia menderita
infeksi mycobacterium tuberculosis, dimana terdapat 9 juta kasus baru tuberkulosis per
tahun dengan 2 juta kasus kematian tuberkulosis yang meninggal dalam setiap tahunnya.
Kurang lebih 38% dari seluruh kasus TB paru dunia terdapat di Asia Tenggara dan lebih
dari 95% kasus TB paru di Asia Tenggara terdapat di negara berkembang seperti India,
Indonesia, Banglades, Thailand dan Myanmar (Yasa, 2010;2).

1
Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi
penanggulangan tuberkulosis yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse chemotherapy). Strategi ini dikembangkan dari berbagai studi, uji
coba klinik, pengalaman-pengalaman terbaik dan hasil implementasi program
penanggulangan tuberkulosis selama lebih dari dua dekade. Fokus utama DOTS adalah
penemuan dan penyembuhan pasien, perioritas diberikan kepada pasien tuberculosis tipe
menular. Strategi ini akan memutuskan penularan tuberculosis dan dengan demikian
menurunkan insiden tuberculosis di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien
merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan (Dep.Kes RI. 2002;6).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Cara Pemberantasan Penyakit Menular TBC?
2. Bagaimana Kesehatan Lingkungan Pemukiman?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Cara Pemberantasan Penyakit Menular TBC
2. Mengetahui Kesehatan Lingkungan Pemukiman

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini agar pembaca mengatahui tentang pemberantasan
penyakit menular dan kesehatan lingkungan pemukiman yang memuat beberapa informasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemberantasan Penyakit Menular TBC (Tuberculosis)


a. Pengertian
Penyakit TBC adalah penyakit yang menular yang menyerang paru-paru, penyakit
ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Walaupun tidak mudah diwarnai,
jika telah diwarnai bakteri ini tahan terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam atau
alcohol, oleh karena ini dinamakan bakteri tahan asam atau hasil tahan asam
(BTA).Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit
menular paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Kompleks
ini termasuk M. tuberculosis dan M. africanum terutama berasal dari manusia dan M
bovis yang berasal dari sapi. Mycobacteria lain biasanya menimbulkan gejala klinis
yang sulit dibedakan dengan tuberkulosis. Etiologi penyakit dapat di identifikasi
dengan kultur.

b. Cara Penularan TBC


Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB dalam percikan ludah
yang dikeluarkan oleh penderita TB paru atau TB laring pada waktu mereka batuk,
bersin atau pada waktu bernyanyi. Kontak jangka panjang dengan penderita TB
menyebabkan risiko tertulari, infeksi melalui selaput lendir atau kulit yang lecet bisa
terjadi namun sangat jarang TB bovinum penularannya dapat tejadi jika orang terpajan
dengan sapi yang menderita TB, bisanya karena minum susu yang tidak dipasteurisasi
atau karena mengkonsumsi produk susu yang tidak diolah dengan sempurna. Penularan
lewat udara juga terjadi kepada petani dan perternakan.

c. Gejala Penyakit TBC


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik

1. Gejala sistemik/umum
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul
• Penurunan nafsu makan dan berat badan.
• Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
• Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

3
2. Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai
sesak.
o Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
o Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang
o Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang
kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.
Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru
dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.

d. Kebijakan

1. Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai azas desentralisasi dengan kabupaten/kota


sebagai titk berat manejemen program dalam kerangka otonomi.
2. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan strategi DOTS.
3. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap program
penanggulangan TB.
4. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya.
5. Penemuan dan pengobatan dilaksanakan oleh seluruh UPK (Unit Pelayanan
Kesehatan) baik swasta maupun pemerintah.
6. Dilaksanakan melalui Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB (Gerdanus
TB) g. Peningkatan kemapuan laboratorium.
7. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
8. Ketersedian SDM.
9. Diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan TB.
10. Penanggulangan TB berkolaborasi dengan penanggulangan HIV.
11. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya,
Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDG.

4
2.2 Cara-Cara Pemberantasan TBC (Tuberculosis)
1. Pengertian
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi
mycobacterium tuberkuloisi dengan melakukan penkes adalah sebagai berikut:

▪ Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan
membuang dahak tidak di sembarang tempat (di dalam larutan disinfektan).
▪ Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi
▪ Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi
udara, dan penyinaran matahari di rumah.
▪ Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor
(polusi).
▪ Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.

2. Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat
tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin Asam Klavulanat,
derivat Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada
tabel berikut:
Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)
Obat Anti Tb Aksi Potensi Perhari Perminggu
Esensil 3x 2x
Isoniazid (H) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifampisin (R)) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirasinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu


berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu
perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly
Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang
terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB

5
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana
penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

3. Program Pemberantasan Penyakit Menular


Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular.
Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam
berdarah dengue, tuberkulosis. paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria, kusta,
pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, termasuk
penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan. masyarakat yang memperoleh
perhatian dunia internasional (public health risk of international concern).

4. Kebijakan Pelaksanaan
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran,
membangun komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan kesehatan
dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi
masyarakat rentan dan miskin hingga ke desa.
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui penatalaksanaan
kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan di perdesaan.
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan dan
memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan wilayah
setempat dan kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman penyebaran
penyakit antar daerah maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke
desa.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan sentra
rujukan penyakit, sentra pelatihan penanggulangan penyakit, sentra regional untuk
kesiapsiagaan penanggulangan KLB/wabah.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan jejaring
lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta
untuk percepatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
melalui pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan
pernanfaatan sumberdaya lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui
penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum penyelenggaraan
program pencegahan dan pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa.

6
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan
profesionalisme sumberdaya manusia di bidang pencegahan dan pemberantasan
penyakit sehingga mampu menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat
secara berjenjang hingga ke desa.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan cakupan,


jangkauan, dan pemerataan pelayanan penatalaksanaan kasus penyakit secara
berkualitas hingga ke desa.

5. Langkah-langkah pemberantasan penyakit menular


o Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit.
o Melaporkan penyakit menular.
o Menyelidiki di lapangan untuk mengetahui benar atau tidaknya laporan yang masuk
untuk menemukan kasus-kasus lagi dan untuk mengetahui sumber penularan.
o Menyembuhkan penderita hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi.
o Pemberantasan vektor (pembawa penyakit)
o Pendidikan kesehatan

6. Cara-cara pencegahan penyakit menular secara umum


a. Mempertinggi nilai kesehatan.
Ditempuh dengan cara usaha kesehatan (hygiene) perorangan dan usaha kesehatan
lingkungan (sanitasi).
b. Memberi vaksinasi/imunisasi
Merupakan usaha untuk pengebalan tubuh. Ada dua macam.yaitu:
Pengebalan aktif, yaitu dengan cara memasukkan vaksin (bibit penyakit yang
telah dilemahkan), sehingga tubuh akan dipaksa membuat antibodi. Contohnya
pemberian vaksin. BCG, DPT, campak, dan hepatitis.
Pengebalan pasif, yaitu memasukkan serum yang mengandung antibodi.
Contohnya. pemberian ATS (Anti Tetanus Serum)
c. Pemeriksaan kesehatan berkala
Merupakan upaya mencegah munculnya atau menyebarnya suatu penyakit,
sehingga munculnya wabah dapat dideteksi sedini mungkin. Dengan cara ini juga,
masyarakat bisa mendapatkan pengarahan rutin tentang perawatan kesehatan,
penanganan suatu pernyakit, usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapat
vaksinasi.

7. Kesehatan Lingkungan Pemukiman


Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup
yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk
menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan
pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:

7
Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar
Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai
pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana
pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks,
kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu
berbagai lintas sektor ikut serta berperan baik kebijakan dan pembangunan fisik serta
Departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak
kesehatan.
Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam
per kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa kegiatan
yang dilaksanakan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan Pengawasan Institusi
Pendidikan
❖ Pengawasan Institusi Pendidikan
Kondisi kesehatan lingkungan pada sekolah dititik beratkan pada aspek
hygiene, sarana sanitasi di sekolah yang erat kaitannya dengan kondisi fisik
bangunan sekolah. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
lingkungan di sekolah adalah:
• Pengendalian faktor risiko lingkungan di sekolah.
• Pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah dan Pondok Pesantren
• Sosialisasi dan advokasi Kepmenkes 1429/2006 tentang pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah
• Penilaian lomba sekolah sehat

❖ Rumah Sehat
Pada tahun 2006, cakupan rumah sehat mencapai 69%. Kegiatan yang
dilakukan: menyusun persyaratan kualitas udara di dalam rumah serta
menyusun petunjuk pelaksanaan monitoring kualitas udara di dalam rumah.
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa
aspek yang sangat berpengaruh, antara lain:
• Sirkulasi udara yang baik.
• Penerangan yang cukup.
• Air bersih terpenuhi
• Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan
pencemaran
• Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak
terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara
kotor.

8
❖ Pengawasan tempat-tempat umum
Pengawasan tempat-tempat umum perlu dilakukan karena tempat
berkumpulnya manusia, yang bisa menjadi sumber penularan berbagai
penyakit. Aspek yang dinilai antara lain:
• Kondisi bangunan meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,
pencahayaan, dll
• Sarana sanitasi meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran,
sarana pembuagan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit menular
paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium tuberkuloisi dengan
melakukan penkes adalah sebagai berikut:
a. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang
dahak tidak di sembarang tempat (di dalam larutan disinfektan).
b. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi.
c. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara,
dan penyinaran matahari di rumah.
d. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor
(polusi).
e. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.

3.2 Saran
Di era moderen sekarang ini sudah banyak berkembang penyakit yang tidak ditemukan
obatnya termasuk diantaranya penyakit menular dan sekarang ini, masih banyak yang
belum memahami bagaimana cara menjaga lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, perlu
untuk memperlajari tentang pembarantasan penyakit menular dan bagaimana penyehatan
lingkungan tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Juita, S. (2020). Pemberantasan Penyakit Menular dan Kesehatan Lingkungan Pemukiman


Tuberkolosis. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Andini Persada Mamuju.
Azwar. A. 2002. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Mutiara.

Departemen Kesehatan R1. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Sudoyo AW, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai