Anda di halaman 1dari 21

JURNAL KAJIAN BISNIS

VOL. 26, NO. 1, 2018, 48 - 68

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG)


DAN BUDAYA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT TERHADAP
MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

Muda Setia
Prodi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta
email: mudasetia@stieww.ac.id

Zulkifli
Prodi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta
email: zulkifli@stieww.ac.id

Abstract
Zakat is a worship that has two dimensions of the vertical and horizontal, which is
worship as a form of obedience to God (vertical) and as a duty to fellow human
(horizontal). One of the large potential of zakat is zakat income. But so far zakat
income has not been well managed including aspects of collection. This study
was conducted to determine the effect of the application of the principles of good
corporate governance and organizational culture on the motivation to pay zakat
income in Yogyakarta Special Region. The result of t test on the variable of good
corporate governance has an effect on the motivation of zakat payment of income,
it is shown with tcount 3,063 with significance value 0,003. While the organizational
culture variable is 2,800 with significance value 0,006. This test shows that the
significance value <0.025. F test results on the concurrent effects of good
corporate governance and organizational culture shows F count is 6.673 with a
significance value of 0.002. This test shows that the significance value <0.05.
This test shows that there is a positive influence of Good Corporate Governance
and organizational culture on the Motivation of Zakat Payment “. R square value
of 0.126 shows that about 12.6% of zakat payment motivation is directly influenced
by good corporate governance and organizational culture.
Keywords: good corporate governance, organizational culture, zakat income

PENDAHULUAN
Tujuan Pembangunan Nasional Indone- untuk meningkatkan peran serta umat
sia adalah untuk mewujudkan masyarakat beragama dalam pembangunan melalui
yang adil dan makmur berdasarkan penggalian dana pembangunan dan
Pancasila dan UUD 1945. Meningkatkan pemanfaatan dana zakat, infaq, dan
kesejahteraan umum merupakan salah satu sedekah.
tujuannya. Untuk mewujudkan hal tersebut, Tanggung jawab pengelolaan zakat
Bangsa Indonesia melaksanakan pem- dilakukan oleh masyarakat bersama
bangunan di segala bidang yang bersifat fisik pemerintah. Dalam kaitannya dengan
material dan mental spiritual, antara lain pengelolaan zakat tersebut, pemerintah
melalui pembangunan dibidang agama. berkewajiban memberikan pembinaan,
Pembangunan di bidang agama antara lain pelayanan dan perlindungan kepada

48 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018


MUDA SETIA & ZULKIFLI

pembayar/pemberi zakat (muzakki), provinsi, sedangkan BAZDA tingkat


penerima zakat (mustahiq) dan kepada kabupaten/kota sudah dibentuk sekitar 75%
pengeloa zakat. Untuk maksud tersebut dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
maka dikeluarkanlah Undang-Undang RI Namun dari sejumlah OPZ tersebut masih
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan sedikit yang telah diaudit dan itupun belum
Zakat dan Keputusan Menteri Agama RI semua mempublikasikan laporan keuangan
Nomor 373 Tahun 2003 sebagai petunjuk auditan melalui media massa. Peran OPZ
pelaksanaannya. tidak hanya sebatas sosialisasi dan
Pengelola zakat harus melibatkan peran penghitungan dana. OPZ punya tanggung
Negara. BASNAZ dan LAZ Indonesia untuk jawab yang lebih besar dari itu. Alih-alih
terus membuat inovasi-inovasi baru agar untuk sosialisasi tapi setelah dana
lembaga ini ke depan dapat menjadi masyarakat berhasil dihimpun, masyarakat
lembaga profesional, serta dapat tdak pernah dapat mengakses bagimana
memberikan kontribusi signifikan bagi zakat dan kemana dana yang telah mereka
dari umat Islam jika dikelola dengan benar, salurkan. Merupakan keniscayaan jika
maka permasalahan sosial akan teratasi akuntabilitas dan transparasi menjadi
(Mutawali Asy Sya’rawi :2000). tuntutan OPZ sekarang ini (Hamidi, 2005).

Salah satu potensi zakat yang cukup Good Corporate Governance secara
besar adalah zakat penghasilan. Selama ini umum dikenal sebagai suatu sistem dan
zakat penghasilan belum dikelola secara struktur yang baik untuk mengelola
baik termasuk aspek pemungutannya. Tidak perusahaan dengan tujuan meningkatkan
seperti pajak penghasilan yang telah nilai pemegang saham serta meng-
memiliki ketentuan dan sistem pemungutan akomodasi berbagai pihak yang
sendiri, zakat penghasilan masih berkutat berkepentingan dengan perusahaan (stake-
pada motivasi muzakki orang membayar holders), seperti kreditur, pemasok,
zakat. asosiasi bisnis, konsumen, pekerja,
pemerintah, dan masyarakat luas. Prinsip
Menurut Undang-Undang RI Nomor 23
good corporate governance ini dapat
Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat,
digunakan untuk melindungi pihak-pihak
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) terdiri
minoritas dari pengambil alih yang dilakukan
dari Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga
oleh para manajer dan pemegang saham
Amil Zakat (LAZ). Kedua lembaga ini
dengan mekanisme legal. Terdapat empat
berorientasi pada pemecahan problem
komponen utama yang diperlukan dalam
masyarakat terutama masalah-masalah
konsep Good Corporate Governance, yaitu
kebutuhan dasar masyarakat seperti
fairness, transparancy, accountability, dan
pangan, perumahan, kesehatan dan
responsibility. Keempat komponen tersebut
pendidikan. Asosiasi Organisasi Pengelola
penting karena penerapan prinsip Good
Zakat yang dalam forum Zakat (FOZ)
Corporate Governance secara konsisten
menjelaskan laporan keuangan OPZ baik
terbukti dapat meningkatkan kualitas
BAZ maupun LAZ belum banyak yang
laporan keuangan dan juga dapat menjadi
diperiksa auditor eksternal (akuntan publik).
penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang
Data Departemen Agama RI menun- mengakibatkan laporan keuangan tidak
jukkan bahwa di semua provinsi sudah menggambarkan nilai f undamental
terbentuk Badan Amil Zakat (BAZDA) perusahaan. Mulyono (2005) menyatakan

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018 49


-JU
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

bahwa budaya perusahaan menjadi inti dari yang ingin memaksimumkan dirinya, tetapi
empat konteks, yaitu good corporate gover- ia tetap selalu berusaha memenuhi kontak-
nance, manajemen, corporate social re- kontraknya (Suwardjono, 2006).
sponsibilities, dan etika bisnis. Zakat merupakan ibadah yang sangat
Penelitian ini pada dasarnya adalah penting strategis dan menentukan, baik dari
untuk menelaah implementasi Good Corpo- sisi ajaran maupun pembangunan ekonomi
rate Governance (GCG) dan budaya umat. Tidak ada perbedaan pendapat di
organisasi lembaga pengelola zakat dan kalangan umat islam tentang wajib zakat.
motivasi muzakki dalam membayar zakat Zakat juga memiliki otoritas yang sangat kuat
BAZ dan OPZ. Permasalahaan dalam dalam lingkup syariat islam. Qardhawi
penelitian ini dibatasi pada pengaruh (1993) mengatakan bahwa salah satu ciri
penerapan prinsip-prinsip good corporate khas zakat adalah adanya unsur paksaan,
governance dan budaya organisasi baik dari segi moral mapun segi agama
terhadap motivasi membayar zakat karena zakat adalah bagian dari pilar Islam
penghasilan di Indonesia baik secara yang besar setelah syahadat dan sholat.
simultan maupun secara parsial. Karena itu Al Qur’an menyatakan bahwa
kesedian mengeluarkan zakat, dipandang
TINJAUAN PUSTAKA sebagai indikator utama kepatuhan dan
Teori utama yang mendasari penelitian ketundukan seorang terhadap ajaran
ini adalah teori organisasi. Secara agama Islam (QS At Taubah: 5 dan 11)
sederhana organisasi adalah sekelompok sekaligus ciri orang yang akan
manusia yang bekerja bersama-sama mendapatkan kebahagiaan dan akan
dalam rangka mencapai tujuan bersama mendapatkan rahmat dan pertolongan-Nya.
(common goals) (Sobirin, 2007). Dengan Institusi pengelola zakat, dalam situasi
kata lain esensi dari organisai adalah apapun digulirkan, keotonoman zakat harus
sekelompok manusia dan tujuan bersama tetap terpelihara. Dalam kurun waktu
yang hendak dicapai. Karakteristik khilafah islamiah dimana zakat disosialisasi-
organiasai secara lebih komplek terdiri dari kan secara baik, perbendaharaan (kas)
lima karakteristik utama, yaitu eintitas sosial, zakat tidak digabungkan dengan kas lainnya.
beranggotakan minimal dua orang, berpola
Dalam undang-Undang no. 23 tahun
kerja yang terstruktur, mempunyai tujuan
2011 tentang pengelolaan zakat, dikemukakan
dan mempunyai identitas diri. Teori
bahwa perlunya kelembagaan yang
Organisasi memiliki dua Dimensi, yaitu
mengelola zakat dengan baik, benar dan
dimens struktural dan dimensi kontekstual.
tepat, dengan tujuan:
Dimensi struktural adalah karakter yang
bersumber pada sisi internal organiasi a. Meningkatkan pelayanan bagi
(Sobirin, 2007). masyarakat dalam menunaikan zakat
sesuai dengan tuntunan agama.
Menurut Triyuwono dan Roekhuddin
b. Meningkatkan fungsi dan peranan
(2000). Hasil penelitian menunjukan bahwa
pihak prisipal dalam konteks manajemen pranata keagamaan dalam upaya
OPZ lebih luas dibanding organisasi lain mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dan keadilan sosial.
karena melibatkan Tuhan dalam bentuk
formalnya. Agency Theory menyatakan c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna
bahwa agen biasanya dinilai sebagai pihak zakat.

50 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018


MUDA SETIA & ZULKIFLI

Good Corporate Governance menyelesaikan berbagai persoalan


Good Corporate governance berkembang ornaisasi. Pola asumsi dasar tersebut
dengan bertumpu pada agency theory, selanjutnya diajarkan kepada anggota-
dimana pengelolaan perusahaan harus anggota baru sebagai cara yang benar
diawasi dan dikendalikan untuk memastikan untuk berpikir dalam kaitannya dengan
bahwa pengelolaan tersebut dilakukan permasalahan organisasi. Budaya organisasi
dengan penuh kepatuhan kepada peraturan merupakan bentuk keyakinan nilai, cara
dan ketentuan yang berlaku. Nilai yang bisa dipelajari untuk mengatasi dan
perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan hidup dalam organisasi. (Pabundu, 2006).
kemakmuran pemegang saham, sehingga Budaya organisasi tidak selalu ber-
pemegang saham akan menginvestasikan dampak positif bagi organisasi. Dalam
modalnya ke perusahaan tersebut. Dalam praktik, budaya organisasi bisa saja menjadi
proses memaksimalkan nilai perusahaan hambatan dalam penerapan aspek-aspek
akan muncul konflik kepentingan antara manajerial organisasi. Oleh karena itu, agar
manajer dan pemegang saham (pemilik budaya organisai mencapai fungsinya yaitu
perusahaan) yang sering disebut agency membentuk budaya organisasi yang
problem. berdampak positif bagi organisasi maka
Menurut Monks (2003) dalam Kaihatu perlu adanya tindakan untuk mencegah
(2006) good corporate governance (GCG) terjadinya disfungsi budaya terhadap
merupakan sistem yang mengatur dan organisasi.
mengendalikan perusahaan yang mencipta- Robbins (2003) mengungkapkan,
kan nilai tambah (value added) untuk semua budaya organisasi merupakan suatu sistem
stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan nilai bersama yang dipegang oleh anggota
dalam konsep ini. Pertama, pentingnya hak organisasi sehingga bisa membedakan
pemegang saham untuk memperoleh suatu organisai dengan organisasi lainnya.
informasi dengan benar dan tepat pada Budaya organisai merupakan konsep
waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan diskriptif dan bukan evaluatif sehingga
untuk melakukan pengungkapan (disclosure) mengukur budaya organisasi adalah
secara akurat, tepat waktu, transparan mengukur bagaimana staf/personil
terhadap semua informasi kinerja perusahaan, memandang organisasi mereka. Dari
kepemilikan dan stakeholder. Penerapan berbagai penelitian, Robbins (2003)
Good Corporate Governance bertujuan kemudian merinci dimensi-dimensi yang
untuk mengoptimumkan tingkat profitabilitas membangun budaya organisasi Dimensi-
dan nilai perusahaan dalam jangka panjang dimensi yang menjadi intisari (essence)
tanpa mengabaikan kepentingan stake- budaya organisasi tersebut adalah:
holder lainnya. a. Inovasi dan penambilan resiko (innovation
and risk), yaitu tingkatan bagaimana para
Budaya Organisasi
karyawan terdorong untuk berinovasi
Terdapat banyak definisi tetang budaya dan berani mengambil resiko.
organisasi, salah satunya yang dikemukan
b. Perhatian dan rincian (attention to detail),
oleh Schein (1992) yang mendefinisikan
yaitu tingkatan bagaimana para
budaya organisasi sebagai pola asumsi
karyawan diharapkan memperhatikan
dasar yang dibagi oleh sekelompok orang
kecermatan (precision), analisis dan
setelah sebelumnya mereka menyakini
perhatian kepada rincian.
kebenaran pola tersebut sebagai cara untuk

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018 51


-JU
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

c. Orientasi pada hasil (outcome orienta- Pernyataan ini bisa diartikan orang tua
tion), yaitu tingkatan bagaimana tersebut menginginkan anaknya memiliki
manajemen memusatkan perhatian semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu
pada hasil dan pada teknis atau proses dipahami bahwa ada perbedaan
yang dignakan untuk mencapai hasil. penggunaan istilah motivasi di masyarakat.
d. Orientasi pada orang (people orientation), Ada yang mengartikan motivasi sebagai
yaitu tingkatan bagaimana keputusan sebuah alasan, dan ada juga yang
manajemen memperhitungkan efek mengartikan motivasi sama dengan
hasil pada orang yag menjadi anggota semangat.
organisasi itu. Salah satu elemen penting dalam
e. Orientasi pada tim (team orientation) perspektif sumber daya manusia adalah
yaitu tingkatan bagaimana kegiatan kerja elemen “motivasi” kerja karyawan, dimana
diorganisir di sekitar tim dan bukan pada dalam motivasi kerja karyawan inilah
individu, tercermin sikap dan kinerja karyawan dalam
f. Keagresifan (aggressiveness) yaitu memberikan kontribusinya kepada
tingkatan bagaimana personil anggota perusahaan. Istilah motivasi (motivation)
organisasi memiliki sifat agresif dan sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu movere,
kompetitif serta bukan sifat santai-satai. berarti “menggerakkan” (to move) (Winardi,
2007). Pemimpin perusahaan atau manajer
g. Stabilitas (stability), yaitu tingkatan
harus mampu bertindak sebagai motivator.
bagaimana kegiatan organisasi
Pemimpin perusahaa harus selalu
menekankan dipertahankannya kondisi
menimbulkan dorongan atau motivasi kerja
Status Quo dari pada pertumbuhan.
yang tinggi terhadap karyawannya,
Motivasi Pembayaran Zakat sehingga karyawan memberikan kontribusi
optimalnya pada perusahaan, serta komitmen
Motivasi adalah proses yang menjelas- untuk mengembangkan perusahaan secara
kan intensitas, arah, dan ketekunan bersama-sama.
seorang individu untuk mencapai
tujuannya. Tiga elemen utama dalam Dalam perkembangannya, disiplin ilmu
definisi ini adalah intensitas, arah, dan Sumber Daya Manusia telah banyak
ketekunan. Berdasarkan teori hierarki menghasilkan berbagai pedekatan teori
kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y motivasi. Salah satu pendekatan teori
Douglas McGregor maupun teori motivasi tersebut adalah teori ekspektasi yang
kontemporer, arti motivasi adalah alasan dikemukan oleh Victor Vroom sebagai or-
yang mendasari sebuah perbuatan yang ang pertama yang mengaplikasikan teori
dilakukan oleh seorang individu. Seseorang ekspektasi untuk memotivasi karyawan di
dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat dalam lingkungan pekerjaan. Teori
diartikan orang tersebut memiliki alasan Ekspektansi tersebut sangat menarik,
yang sangat kuat untuk mencapai apa yang karena di dalam teori ekpektasi tersebut
diinginkannya dengan mengerjakan terkandung prinsip hedonisme yang
pekerjaannya yang sekarang. Berbeda cenderung berupaya untuk memaksimalisasi
dengan motivasi dalam pengertian yang kesenangan dan meminimalisasi perasaan
berkembang di masyarakat yang seringkali sakit. Pada umumnya, teori ekspektasi
disamakan dengan semangat, seperti dapat dimanfaatkan untuk memprediksi
contoh dalam percakapan “saya ingin anak perilaku pada setiap situasi, dimana terdapat
saya memiliki motivasi yang tinggi”. suatu pilihan antara dua buah alternatif.

52 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018


MUDA SETIA & ZULKIFLI

Motivasi merupakan kondisi yang Tabel 1.


memberikan dorongan dalam diri Opini Responden tentang Kecukupan
seseorang yang digambarkan sebagai Sistem Corporate Governance
keinginan, kemauan, dan dorongan. Teori- Skor rata-
No Variabel
teori motivasi dapat dikerlompokkan atau rata
diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu : Fuds sevices the
1. 2,0
desired purpose
(Hasibuan, 2007)
Compony is adequate
a. Teori Kepuasan (Content Theory) 2. 1,5
ly staffed
Teori ini memusatkan apa adanya 3.
Internal control is
1,5
motivasi. Mendasarkan pada faktor- effective
faktor kebutuhan dan kepuasan individu Director play an
4. 1,0
yang mengakibatkan bertindak serta effective role
berperilaku dengan cara tertentu. Accountans report an
5. 2,5
evaluated property
b. Teori Motivasi Proses (Process Theory)
Penelitian Pratolo (2006) atas 147
Teori ini memusatkan pada bagaimana- BUMN di Indonesia menjelaskan bahwa
nya motivasi. Teori ini pada dasarnya terdapat pengaruh langsung audit
menjawab pertanyaan bagaiman
manajemen, pengendalian intern dan
menguatkan, mengarahkan, memelihara, penerapan prinsip-prinsip GCG terhadap
dan menghentikan perilaku individu agar kinerja perusahaan. Prasetyono dan
setiap individu bekerja sesuai dengan
Kompyurini (2008) mengungkapkan bahwa
keinginan manajer. Teori ekspektasi budaya organisasi, komitmen organiasi dan
yang dikemukakan oleh Victor Vroom akuntabilitas publik secara simultan
termasuk dalam teori ini.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja rumah saktir derah. (RSD) dalam
Tinjauan Penelitian Terdahulu
katagori kuat. Secara parsial budaya
Riset yang dilakukan Soelaeman, organisasi dan komitmen organisasi
Shamsuddoha, Raihan (2006) dalam berpengaruh positif dalam katagori rendah
Hamidi (2009), terhadap 10 tipe organisasi signifikan terhadap kinerja RSD, namun
bisnis tentang penerapan GCG di akuntabilitas publik berpengaruh positif
Bangladesh merinci faktor-faktor yang dalam katagori rendah dan tidak signifikan
mempengaruhi praktik menajemen GCG. terhadap kinerja RSD.
Dalam penelitian yang sama, responden
Penelitian Triyuwano dan Roekhuddin
menempatkan pengendalian internal yang
(2000) menyimpulkan, sumber daya
efektif sebagai variabel yang menentukan
manusia manajemen lazis lemah
dalam tercapainya kecukupan sistem cor-
menerjemahkan akuntabilitas dan praktik
porate governance, walaupun dalam skor
sistem pengendalian intern yang nyata.
yang moderat (tabel 2.2). Secara konseptual,
Manajemen lazis tidak memandang profesi
pengendalian intern yang memadai
pengelola zakat perlu memiliki orientasi
merupakan sarana untuk mendapatkan
ekonomi. Ketidakmampuan untuk memilik
keterandalan informasi yang tinggi. Dalam
orientasi ekonomi menyebabkan mandeknya
penyusunan laporan keuangan, pengendalian
pemikiran kreatif dalam perencanaan,
intern adalah bentuk bukti yang mendukung
sosialisasi zakat, dan mobilisasi potensi
keterandalan, objektivitas dan keterberikasian
dana zakat yang sejatinya menjadi salah
angka-angka akuntansi (Suwardjono, 2006).
satu indikator kinerja lazis. Pengendalian

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018 53


-JU
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

intern hanya bersifat ‘di atas kertas’’dan dikendalikan maka perlu dikembangkan
belum diwujudkan secara nyata untuk social control system. Sistem ini tidak terlalu
meningkatkan kinerja lazis. melibatkan campur tangan orang lain dalam
memonitor aktivitas individu. Pengendalian
Kerangka Berpikir
lebih dilakukan oleh individu yang
Pada tahun 2001, dunia dikejutkan oleh bersangkutan melalui komitmen pribadinya.
kejatuhan Enron, sebuah raksasa bisnis Ketika akuntabilitas dimaknai sebagai
energi yang menghebohkan. Meskipun pertanggungjawaban kepada Tuhan, maka
bangkrutnya Enron tidak semata-mata social control system adalah berupa
dilihat sebagai sebuah kegagalan bisnis, konsep ihsan dalam terminology agama
melainkan sebuah skandal yang multidimensi, Islam. Sobirin (2007) menegaskan, pada
namun masalah sisi internal organisasi posisi inilah budaya organisasi memainkan
korporasi Enron tetap patut dicermati. Pada peranannya dalam ikut menciptakan social
tahun-tahun akhir menjelang kejatuhannya, control system. Budaya organisasi
sistem pengendalian Enron secara merupakan social control system yang
sistematis diabaikan oleh kalangan manajer efektif tidak hanya untuk aktivitas yang tidak
dan eksekutif. Penelitian Macintosh dan free rutin namun juga untuk aktivitas rutin yang
tersebut mendukung penelitian Simons sebenarnya bisa dikendalikan melalui
pada tahun 1990dan 1995 yang menjelas- sistem pengendalian formal.
kan hubungan kultur korporasi dengan
sistem pengendalian dan penelitian Schein Sunder (2002) menyebutkan bahwa
(1003, 1996, 2004) yang menjelaskan teori pengendalian organisasi dibangun oleh
hubungan kepemimpinan dengan kultur empat pondasi konsep, yaitu organiasasi
organisasi. Pabuntu (2006) menyebutkan sebagai satu set kontrak, harapan-harapan
salah satu unsur dalam budaya organisasi. common knowledge dan budaya. Membentuk
lingkungan pengendalian identik dengan
Penelitian Triyuwano dan Roekhuddin
membangun budaya organisasi karena
(2000) melalui studi kasus pada suatu
budaya organisasi dimaknai sebagai
lembag Amil Zakat dan Sedekah (Lazis)
sekumpulan nilai,kepercayaan, norma dan
menyebutkan terdapat keunikan mengenai
pola perilaku anggota organisasi (Herath,
konsep pertanggungjawaban yang dipahami
2006). Dari pengertian tersebut dapat
oleh manajemen lazis. Manajemen lazis
dikatakan bahwa setiap OPZ memiliki
harus bertanggungjawab kepada tiga pihak,
budaya organisasi. Budaya tumbuh melalui
yaitu (1) muzakki, munfiq dan mushaddiq,
pertukaran informasi tentang sejarah,
(2) dewan penasehat/dewan pengawas
pengalaman, tradisi, bahasa dan nilai-nilai
dan (3) Tuhan. Jadi lingkup akuntabilitas
diantara para anggota. Lebih lanjut, Herath
pada lazis menjadi lebih luas daripada
(2006) menyebutkan bahwa nilai dan
akuntabilitas pada lembaga atau orgaisasi
kepercayaan pada budaya organisasi
lain. Fungsi pengendalian intern memain-
kan peran penting sebagai preventif control berperan vital dalam pelaksanaan sistem
dan administratif control. Preventif control pengendalian. Dia menggambarkan sistem
dijamin untuk menjaga aset dan keakuratan pengendalian direpresentasikan melalui
data, sedangkan administrative control interaksi tiga konsep yaitu struktur dan
didesain untuk meningkatkan efisiensi dan strategi korporasi, budaya korporasi, dan
mendorong ditaatinya kebijakan manajemen. sistem informasi manajemen.
Pada kondisi sistem pengendalian seperti Budaya organisasi disebutkan oleh
ini, dimana setiap aktivitas organisasi harus Herath (2006) sebagai komponen pengen-

54 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018


MUDA SETIA & ZULKIFLI

dalian manajemen. Budaya organisasi (Hartono, 2007). Penelitian ini bersifat


merupakan komponen penting dalam grounded, yaitu penelitian yang mendasar-
menyusun kerangka penelitian tentang kan pada teori-teori yang sudah ada
pengendalian manajemen. Sebagai elemen kemudian dikembangkan menjadi sebuah
sistem pengendalian manajemen, budaya model penelitian. Data pada penelitian ini
organisasi merepresentasikan hubungan bersifat cross sectional karena hanya
dan interaksi antar anggota organisasi yang dikumpulkan satu waktu periode penelitian
didasarkan dari nilai- nilai, keyakinan, moral untuk menjawab pertanyaan penelitian.
dan pengetahuan. Kerangka berpikir
penelitian disajikan pada gambar 1. Populasi dan Sampel
Jumlah populasi pada penelitian ini
cukup banyak, maka untuk efesiensi waktu,
Good biaya dan tenaga akan dilakukan sampling
Corporate
Governance terhadap populasi. Sampel tersebut
( dianggap mewakili populasi secara
Motivasi keseluruhan dalam penelitian. Dengan
Berzakat mempertimbangkan banyaknya jumlah
Budaya populasi, maka untuk menentukan jumlah
Organisasi (X2) sampelnya dengan menggunakan rumus
yang dikemukakan Paul Leedy berikut
(Arikunto, 2010: 179).
Gambar 1. Kerangka Berpikir

Pengembangan Hipotesis
Keterangan:
Berdasarkan telaah pemikiran dan
penelitian sebelumnya, hipotesis yang N : Ukuran sampel
diajukan adalah: Z : Standard Score untuk kesalahan yang
H1 : Terdapat pengaruh positif good corpo- dipilih
rate governanace terhadap motivasi e : sampling error
Pembayaran zakat P : Proporsi harus dalam populasi
H2 : Terdapat pengaruh positif budaya
Berhubung jumlah populasi pada
organisasi terhadap motivasi
penelitian ini tidak dapat diketahui dengan
pembayaran zakat
pasti, maka harga P (1-P) maksimal adalah
H3 : Terdapat pengaruh positif good corpo- 0,25. Besarnya sampel apabila mengguna-
rate governance dan budaya kan confident level 95% dengan tingkat
organisasi Motivasi Pembayaran zakat kesalahan tidak lebih dari 10%, maka
dengan rumus tersebut diperoleh
METODE PENELITIAN
perhitungan sebagai berikut.
Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis
yang dilakukan melalui metode survey.
Metode survey adalah metode pengumpulan N = 96,04, dibulatkan menjadi 96
data primer dengan memberikan pertanyaan-
Berdasarkan hasil perhitungan di atas
pertanyaan kepada responden individu
maka jumlah sampel yang akan digunakan

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018 55


-JU
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

dalam penelitian ini adalah 96 responden. Dalam skala likert umumnya berisi lima
Dalam hal ini, jumlah tersebut dianggap bagian skala terhadap pernyataan-
sudah cukup mewakili populasi yang akan pernyataan (statements) yang diajukan oleh
diteliti. peneliti dalam kuesioner, antara lain: (1)
Selalu, (2) Sering, (3) Kadang-kadang, (4)
Operasionalisasi Variabel Jarang, (5) Tidak pernah.
Mendasarkan pada penelitian terdahulu Data yang diperoleh pada saat
dan kajian pustaka yang dilakukan, peneliti pengumpulan data penelitian akan diuji
memilih variabel good corporate gover- terlebih dulu sebelum dianalisis lebih lanjut.
nance, budaya organisasi, sebagai variabel Pengujian instrumen tersebut diuraikan
yang mempengaruhi motivasi pembayaran sebagai berikut.
zakat penghasilan. Berdasarkan hipotesis
yang diajukan dan kerangka pemikiran yang 1. Uji Validitas
telah dipaparkan sebelumnya. Operasional Validasi terhadap kuesioner penelitian
masing-masing variabel beserta dimensi- dilakukan melalui validitas eksternal dan
nya disajikan pada tabel 2. validitas internal. Validitas eskternal
dilakukan melalui expert judgments dengan
Metode Pengumpulan Data dan meminta pendapat kepada ahli mengenai
Instrumen Penelitian butir-butir pertanyaan dalam kuesioner
Pengumpulan data merupakan langkah penelitian. Uji validitas internal dilakukan
yang sangat diperlukan dalam penelitian. cara menghitung koefisien korelasi
Hal ini disebabkan karena analisis data menggunakan teknik Pearson’s Product
hanya dapat dilakukan setelah peneliti Moment Correlation.
memperoleh data penelitian, sehingga
dapat memenuhi tujuan penelitian. Adapun 2. Uji Reliabilitas
metode-metode pengumpulan data yang Pengujian reabilitas merupakan
digunakan dalam penelitian adalah melali pengujian yang dilakukan terhadap
kuesioner. Kuesioner merupakan salah satu perangkat pertanyaan dari instrumen guna
teknik pengumpulan data pada metode sur- mengukur keandalan atau konsistensi dari
vey. Kuesioner atau kuesioner merupakan instrumen penelitian. Uji reliabilitas dilakukan
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan dengan koef isien alpha (Cronbach)
untuk memperoleh informasi dari responden menggunakan rumus Alpha Cronbach.
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010: 194). Metode Analisis Data
Penggunaan kuesioner dilakukan dengan Teknik analisis dan penelitian ini adalah
tujuan untuk mengukur variabel-variabel dengan metode analisis jalur. Analisis jalur
penelitian. merupakan pengembangan langsung dari
Berdasarkan metode pengumpulan bentuk regresi berganda dengan tujuan
data, maka instrumen yang digunakan pada untuk memberikan estimasi tingkat
penelitian ini adalah kuesioner yang kepentingan dan signifikansi hubungan
digunakan dalam pengumpulan data. sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat
Desain pengukuran yang digunakan dalam variabel. Teknik analisis jalur digunakan
instrumen penelitian adalah skala likert untuk menganalisis hubungan sebab akibat
untuk pengukuran variabel GCG, budaya yang terjadi pada regresi berganda jika
organisasi dan motivasi pembayaran zakat, variabel bebas (exogenous) mempengaruhi

56 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018


MUDA SETIA & ZULKIFLI

Tabel 2.
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala
Prinsip- Keterbukaan informasi Laporan-laporan tersedia dan mudah Interval
prinsip (Transparency) diakses
Good Kebijakan manajemen
Corporate Kesetaraan & Tingkat kualitas informasi dan Interval
Governance kewajaran (Fairness) komunikasi.
Penyebaran luasan informasi
Pertanggungjawaban Tingkat pemisahan tugas Interval
(Responsibility) Kualitas otorisasi transaksi
Tingkat penggunaan dukumen dan
catatan. Tingkat pengendalian fisik
atas catatan dan aktiva
Akuntabilitas Akuntabilitas administrasi interval
(Accountability) (pemenuhan etika dan nilai)
Ketepatan waktu
Kejelasan sasaran kebijakan
Penyajian laporan keuangan
Pengendalian keuangan

Budaya Inovasi &pengambilan Inovasi dlm pekerjaan Interval


resiko Penyesuaian dgn kemajuan
teknologi
Perhatian pada rincian Penilaian pekerjaan Interval
Ketelitian pekerjaan
Orientasi pada hasil Tujuan yang ditetapkan Interval
Hasil yang dicapai
Orientasi pada orang Penilaian terhadap pada prestasi Interval
kerja
Orientasi pada tim Pelayanan kepada tim Interval
Perhatian pada tim
Keagresifan Dorongan untuk meningkatkan Interval
kinerja
Stabilitas Pertimbangan kemajuan organisasi Interval
Motivasi Religiusitas pengetahuan, keyakinan, Interval
pelaksanaan dan penghayatan atas
agama
Pendapatan Jumlah pendapatan Interval
Kemampuan pndapatan memenuhi
kebutuhan
Ekspektasi akan pendapatan
Pengetahuan zakat Pengetahuan Interval
Pemahaman
Sumber informasi
Media efektif distribusi Cara distribusi Interval
pendapatan

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018 57


-JU
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

variabel terikat (endogenous) baik secara β2 = Koefisien regresi parsial, mengukur


langsung mapun tidak langsung. nilai rata-rata Yi untuk tiap unit
Analisis regresi dilakukan untuk perubahan dalam X 2 dengan
mengetahui bagaimana bentuk hubungan menganggap X1 konstan
atau model yang dianggap sesuai untuk ei = variabel pengganggu
kumpulan data tersebut, pengujian terhadap
hipotesis baik secara parsial maupun Pengujian Hipotesis
simultan dilakukan setelah model regresi Pengujian hipotesis tentang pengaruh
yang digunakan bebas dari pelanggaran Good Corporate Governance (X1), budaya
beberapa asumsi. Tujuannya adalah agar organisaasi (X 2 ) terhadap Motivasi
hasil penelitian ini dapat diiterpretasikan Pembayaran Zakat (Y) mendasarkan pada
secara tepat. Interprestasi hasil penelitian, model yang mengidentifikasi pengaruh vari-
baik secara parsial melalui uji-t maupun able X1, X2, terhadap Y. Uji hipotesis tentang
secara simultan dengan uji F, hanya pengaruh variable X1 dan X2 terhadap Y,
dilakukan terhadap varibel-variabel bebas dilakukan dengan menguji nilai koefisien
yang secara statistik mempunyai pengaruh jalur yang ditaksir bedasarkan data hasil
signifikan terhadap variabel terikat. pengamatan. Uji hipotesis yang dilaksana-
kan dalam penelitian ini meliputi:
Model Regresi
Uji t. Uji t dilakukan untuk mengetahui
Model analisis yang digunakan dalam pengaruh Good Corporate Governance
penelitin ini untuk menganalisis pengaruh (X1), budaya organisaasi (X 2) terhadap
variabel bebas terhadap variabel terikat Motivasi Pembayaran Zakat (Y) secara
adalah regresi linier berganda. Model parsial. Sedang Uji F. Untuk menguji
analisis statistik ini dipilih karena penelitian pengaruh Good Corporate Governance
ini dirancang untuk meneliti variabel-variabel (X1), budaya organisaasi (X 2) terhadap
bebas yang berpengaruh terhadap variabel Motivasi Pembayaran Zakat (Y) secara
terikat yang dirumuskan dengan model simultan dilakukan uji F. Rumus uji F adalah
sebagai berikut (Gujarati,1995). sebagai berikut (Sudjana, 2011: 385).
Yi = β0 + β1X1 + β2X2 + ei
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini variabel bebas (X)
dana variabel terikat (Y) ditentukan sebagai Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
berikut. Uji Validitas
Keterangan: Uji validitas dilakukan untuk mengukur
Yi = Motivasi Pembayaran zakat keakuratan data yang diteliti melalui
X1 = Good Corparate Gonernance kuesioner yang diajukan kepada responden.
X2 = Budaya Organisasi Pengujian validitas ini dilakukan melalui
analisis butir, yaitu dengan mengkorelasikan
β0 = Intersep. Konstanta yang merupakan
skor masing-masing butir instrumen
rata-rata nilai Yi pada saat X1 dan X2 dengan skor total. Pengujian tingkat validitas
sama dengan nol dilakukan terhadap data dari ketiga variabel,
β1 = Koefisien regresi parsial, mengukur yaitu Good Corporate Governance, budaya
nilai rata-rata Yi untuk tiap unit organisasi, dan motivasi pembayaran
perubahan dalam X 1 dengan zakat.
menganggap X2 konstan

58 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018


MUDA SETIA & ZULKIFLI

Pengujian korelasi antara skor butir Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa nilai
dengan skor total dilakukan dengan teknik Koefisien Cronbach Alpha semua variabel
Pearson’s Product Moment. Dalam pengujian bernilai lebih besar dari 60% (0,6). Oleh
ini, koefisien korelasi kritis yang diperoleh karena itu, dapat diartikan bahwa semua
dari tabel distribusi r dengan menggunakan perangkat instrumen penelitian adalah
df (n-2) = 96 – 2 = 94. Dengan taraf reliabel dan tidak ada yang gugur sehingga
signifikansi sebesar 5%, maka diperoleh dapat diikutsertakan pada analisis
tabel r sebesar 0,201. Hasil penggujian selanjutnya.
terhadap data dari ketiga variabel yang
dikorelasikan menunjukan konstruksi yang Deskripsi Variabel Penelitian
kuat apabila tingkat signifikansi ada dibawah Good Corporate Governance
nilai 0,05 atau mempunyai koefisien korelasi
Secara keseluruhan, Good Corporate
diatas 0,201.
Governance diteliti melalui kuesioner
Uji Reliabilitas dengan 20 butir pertanyaan yang valid dan
reliabel. Pengkategorian tanggapan
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji responden terhadap Good Corporate
keandalan atau tingkat konsistensi dari Governance diketahui dari nilai rata-rata
instrumen penelitian. Suatu instrumen jawaban responden yang merupakan
penelitian dikatakan reliabel jika pengukuran Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang
tersebut menunjukkan hasil-hasil yang terdiri dari BAZ dan LAZ. Penilaian
konsisten dari waktu ke waktu. Pada responden terhadap Good Corporate Gover-
penelitian ini, analisis reliabilitas dilakukan nance secara keseluruhan dapat dilihat
terhadap ketiga instrumen penelitian, yaitu pada tabel 4.
Good Corporate Governance, budaya
organisasi, dan motivasi pembayaran Tabel 4 dan gambar di atas menunjukkan
zakat. Uji reliabilitas ini diukur melalui bahwa mayoritas responden berpendapat
koefisien alpha (Cronbach) yang diperoleh bahwa Good Corporate Governance
dengan teknik reliability analysis. Suatu tergolong baik, dengan jumlah responden
faktor dapat dinyatakan reliabel jika memiliki pada kategori tersebut sebanyak 68 orang
nilai koefisien alpha (cronbach) positif dan (70,8%). Kelompok kedua adalah responden
lebih besar dari 0,6. Hasil pengujian yang berpendapat bahwa Good Corporate
realiabilitas terhadap instrumen pada Governance tergolong sangat baik, yaitu
penelitian ini disajikan pada tabel 3. sebanyak 28 orang (29,2%). Tabel di atas

Tabel 3.
Hasil Uji Reliabilitas
Alpha
Variabel Nilai Kritis Keterangan
Cronbach
Good Corporate 0,885 0,6 Reliabel
Governance
Budaya Organisasi 0,989 0,6 Reliabel
Motivasi Pembayaran 0,956 0,6 Reliabel
Zakat
Sumber: data primer diolah (2015)

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018 59


-JU
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

Tabel 4
.Deskripsi Good Corporate Governance
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 68 70.8 70.8 70.8
Sangat Baik 28 29.2 29.2 100.0
Total 96 100.0 100.0

Sumber: data diolah (2015)

juga menunjukkan bahwa tidak ada budaya organisasi sangat baik adalah
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang sebanyak 13 orang (13,5%). Jumlah
menilai bahwa Good Corporate Gover- responden yang menyatakan budaya
nance berkategori cukup, kurang baik, dan organisasi cukup baik adalah sebanyak 12
tidak baik. orang (12,5%). Tabel dan gambar di atas
menunjukkan bahwa masih terdapat
Budaya Organisasi responden yang menyatakan bahwa
Secara keseluruhan, budaya organisasi budaya organisasi tergolong kurang baik
diteliti melalui kuesioner dengan 20 butir dan tidak baik. Jumlah responden yang
pertanyaan yang valid dan reliabel. menyatakan budaya organisasi kurang baik
Pengkategorian terhadap budaya organisasi adalah sebanyak 4 orang (4,2%). Jumlah
diketahui dari nilai rata-rata jawaban responden yang menyatakan budaya
responden yang merupakan Organisasi organisasi tidak baik adalah sebanyak 7
Pengelola Zakat (OPZ) yang terdiri dari BAZ orang (7,3%).
dan LAZ. Budaya organisasi secara
keseluruhan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5
Deskripsi Budaya Organisasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Baik 7 7.3 7.3 7.3
Kurang Baik 4 4.2 4.2 11.5
Cukup Baik 12 12.5 12.5 24.0
Baik 60 62.5 62.5 86.5
Sangat Baik 13 13.5 13.5 100.0
Total 96 100.0 100.0

Sumber: data diolah (2015)

Tabel 5 dan gambar di atas menunjukkan Motivasi Pembayaran Zakat


bahwa mayoritas responden menyatakan
Secara keseluruhan, Motivasi
budaya organisasi tergolong dalam kategori
Pembayaran Zakat dinilai melalui jawaban
baik, dengan jumlah responden pada
responden terhadap 20 butir pertanyaan
kategori tersebut sebanyak 60 orang
pada kuesioner yang valid dan reliabel.
(62,5%). Jumlah responden yang menyatakan
Sebagaimana deskripsi Good Corporate

60 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018


MUDA SETIA & ZULKIFLI

Governance dan budaya organisasi, Analisa Data Hasil Penelitian


Motivasi Pembayaran Zakat juga Analisis Regresi Berganda
dideskripsikan melalui interval kategori.
Penilaian responden Organisasi Pengelola Pengukuran pengaruh Good Corporate
Zakat (OPZ) yang terdiri dari BAZ dan LAZ Governance dan budaya organisasi
terhadap indikator-indikator pengukuran terhadap motivasi pembayaran zakat
motivasi pembayaran zakat dapat dilihat dilakukan melalui analisis regresi. Analisis
pada tabel 6. ini merupakan analisis statistik yang

Tabel 6
Deskripsi Motivasi Pembayaran Zakat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 52 54.2 54.2 54.2
Sangat Tinggi 44 45.8 45.8 100.0
Total 96 100.0 100.0

Sumber: data diolah (2015)


Tabel 6 dan gambar di atas menunjukkan digunakan untuk menjawab permasalahan
bahwa motivasi pembayaran zakat mayoritas penelitian. Analisis regresi yang dilakukan
berada pada kategori baik. Hal ini dikatehui dari adalah analisis regresi berganda. Hasil
jawaban mayoritas responden terhadap analisis regresi pada pengujian ini dapat
indikator-indikator pengukuran motivasi dilihat pada tabel 7.
pembayaran zakat. Jumlah responden dengan

Tabel 7
Hasil Analisis Regresi
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 40.560 12.791 3.171 .002
Good Corporate
.428 .140 .311 3.063 .003 .914 1.094
Governance (X1)
Budaya Organisasi (X2 .118 .042 .284 2.800 .006 .914 1.094

Sumber: data diolah (2015)


motivasi pembayaran zakat tinggi adalah
sebanyak 52 orang (54,2%). Responden yang Dari tabel 7 di atas dapat disusun
memiliki motivasi pembayaran zakat dalam persamaan regresi berikut.
kategori sangat tinggi adalah sebanyak 44 or- Y = 40,560 + 0,428X1 + 0,118X2
ang (45,8%). Tabel di atas menunjukkan bahwa
tidak ada responden yang memiliki motivasi Tabel dan persamaan di atas menun-
pembayaran zakat sedang, rendah, dan jukkan bahwa Good Corporate Governance
sangat rendah. dan budaya organisasi sama-sama

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018 61


-JU
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

memiliki pengaruh yang positif terhadap Uji Asumsi Klasik


motivasi pembayaran zakat. Pengaruh Uji Normalitas
positif atau pengaruh yang searah tersebut
dapat diartikan bahwa semakin baik Good Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
Corporate Governance dan budaya normalitas dari distribusi residual statistik.
organisasi, motivasi pembayaran zakat Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan
akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin dengan teknik Chi Square dengan ketentuan
buruk Good Corporate Governance dan data yang dikatakan normal jika signifikansi
budaya organisasi maka motivasi pem- p (Asymp. Sig.) > 0,05, atau nilai Xhitung2 <
X tabel 2 . Hasil dari uji normalitas data
bayaran zakat akan semakin rendah.
disajikan pada tabel 8.

Tabel 8
Hasil Uji Normalitas
Asymp.
Data df χ2hitung χ2tabel Keterangan
Sig.
Unstandardized
34 46,917 0,069 48,60 Normal
Residual
Sumber: data diolah (2015)

Konstanta a yang bernilai postif sebesar Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa


40,560 menunjukkan bahwa motivasi hasil uji normalitas data dengan Chi Square
pembayaran zakat sudah bernilai positif menunjukkan nilai signifikansi p (Asymp.
atau cukup baik meskipun tidak ada Good Sig.) yang lebih besar dari 0,05, yaitu
Corporate Governance dan budaya sebesar 0,069. Selain itu, dapat dilihat pula
organisasi. Dengan demikian, apabila Good bahwa nilai X2hitung < X2tabel, yaitu 46,917 <
Corporate Governance bernilai dan budaya 48,60. Dengan nilai signifikansi p (Asymp.
organisasi bernilai 0 maka motivasi Sig.) > 0,05 dan nilai Xhitung2 < Xtabel2, maka
pembayaran zakat masih bernilai positif. diketahui bahwa residual dari estimasi
regresi bersifat normal. Dengan demikian,
Koefisien regresi b1 sebesar 0,428
dapat dikatakan bahwa residual menyebar
menunjukkan bahwa motivasi pembayaran
normal dan hasil analisis regresi dapat
zakat akan meningkat sebanyak 0,428
memenuhi asumsi normalitas.
apabila Good Corporate Governance
mengalami peningkatan sebanyak 1
Uji Heteroskedastisitas
satuan. Begitu pula halnya dengan koefisien
regresi b2 yang bernilai sebesar 0,118. Heteroskedastisitas adalah salah satu
Artinya, apabila skor budaya organisasi penyimpangan dalam asumsi klasik dimana
meningkat sebanyak 1 satuan maka dalam kondisi tertentu tiap unsur distur-
motivasi pembayaran zakat akan meningkat bance atau pengganggu (μi) memiliki varian
sebanyak 0,129. Berdasarkan nilai koefisien (ó2) yang tidak konstan. Untuk mendeteksi
b1 dan b2 dapat dipahami bahwa variabel ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan
yang lebih dominan mempengaruhi motivasi dengan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan
pembayaran zakat adalah Good Corporate dengan meregresikan variabel bebas
Governance. dengan nilai absolut residual. Hasil uji
heteroskedastisitas disajikan pada tabel 9.

62 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018


MUDA SETIA & ZULKIFLI

Tabel 9
Uji Heteroskedastisitas
Variabel t hitung P-value Keterangan
Good Corporate
-0,929 0,355 Non Heteroskedastisitas
Governance
Budaya organisasi -2,257 0,026 Non Heteroskedastisitas
Sumber: data diolah (2015)

Tabel di atas menunjukkan bahwa Pengujian Hipotesis


semua nilai probabilitas > 0,025. Hal ini
Uji t
menunjukkan bahwa tidak ada variabel
bebas dari pengujian yang memiliki Nilai signifikansi uji t dapat dilihat pada
pengaruh signifikan terhadap nilai absolut Tabel 7 sebelumnya. Tabel 7 menunjukkan
residual. Dengan demikian, dapat disim- nilai thitung dan nilai signifikansi hasil pengujian
pulkan bahwa tidak terdapat gejala untuk masing-masing variabel bebas. Hasil
heteroskedastisitas pada model regresi. uji t untuk masing-masing variabel penelitian
diuraikan sebagaimana berikut.
Uji Multikolinearitas
Pengaruh Good Corporate Governance
Untuk mendeteksi apakah model regresi
terhadap Motivasi Pembayaran Zakat (Uji t)
linier mengalami Multikolinearitas dapat
diperiksa menggunakan nilai toleransi dan Tabel 7 menunjukkan nilai thitung untuk
nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk variabel Good Corporate Governance
masing-masing veriabel independen. sebesar 3,063, sedangkan nilai t tabel
Berdasarkan hasil olah data diperoleh hasil sebesar 1,98552. Dengan demikian,
yang disajikan dalam tabel 10. diketahui bahwa thitung > ttabel, yaitu 3,063 >

Tabel 10
Uji Multikolinearitas
Variabel Toleransi VIF Keterangan
Good Corporate
0,914 1,094 Non Multikolinearitas
Governance
Budaya organisasi 0,914 1,094 Non Multikolinearitas

Sumber: data diolah (2015)

1,98552. Hal ini dapat diartikan bahwa Good


Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa di
Corporate Governance memiliki pengaruh
antara variabel bebas tersebut tidak ada
yang positif dan signifikan terhadap motivasi
korelasi atau tidak terjadi multikolinearitas pembayaran zakat. Pengujian ini menunjuk-
pada model regresi linier. Hal ini dapat
kan bahwa hipotesis 1 penelitian dapat
diketahui dari nilai toleransi lebih dari 0,1
diterima, yaitu: “ Terdapat pengaruh positif
atau nilai VIF kurang dari 10. Dengan good corporate governanace terhadap
demikian, penelitian ini bebas dari gejala
motivasi pembayaran zakat”.
multikolinearitas.

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018 63


-JU
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

Pengaruh Budaya organisasi terhadap sedangkan nilai Ftabel adalah 3,09. Hasil
Motivasi Pembayaran Zakat (Uji F) pengujian menunjukkan bahwa nilai Fhitung
Tabel 7 menunjukkan nilai thitung untuk > Ftabel, yaitu 7,436 > 3,09. Dari pengujian
variabel budaya organisasi adalah sebesar ini diperoleh kesimpulan bahwa Ho ditolak
2,800 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,98552. dan Ha diterima, atau variabel bebas
Dengan demikian, diketahui bahwa thitung > berpengaruh signifikan secara bersama-
ttabel, yaitu 2,800 > 1,98552. Hal ini dapat sama terhadap variabel terikat. Dengan kata
diartikan bahwa budaya organisasi memiliki lain, hipotesis 3 penelitian dapat diterima,
pengaruh yang positif namun tidak signifikan yaitu “terdapat pengaruh positif Good Cor-
terhadap motivasi pembayaran zakat. porate Governance dan budaya organisasi
Pengujian ini menunjukkan bahwa hipotesis Motivasi Pembayaran zakat “.
2 penelitian dapat diterima, yaitu: “terdapat
Uji R2 (Uji Koefisien Determinasi)
pengaruh positif budaya organisasi terhadap
motivasi pembayaran zakat”. Koefisien determinasi atau Coefficient
of Determination (R2) mengukur jumlah
Pengaruh Good Corporate Governance proporsi (bagian) atau persentase total
dan Budaya Organisasi terhadap variasi dalam Y yang dapat dijelaskan oleh
Motivasi Pembayaran Zakat (Uji F) model regresi. Dengan kata lain bahwa uji
Uji nilai ini digunakan untuk melihat ini dilakukan untuk mengetahui besarnya
adanya pengaruh dari Good Corporate variansi atau determinasi dari variabel Good
Governance dan budaya organisasi secara Corporate Governance dan budaya
bersama-sama terhadap motivasi pem- organisasi yang mampu mempengaruhi
bayaran zakat. Hasil uji F disajikan pada motivasi pembayaran zakat. Hasil pengujian
tabel 11. R2 dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 11
Hasil Uji F
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 679.571 2 339.786 6.673 .002
Residual 4735.169 93 50.916
Total 5414.740 95

Sumber: data primer diolah (2015)

Berdasarkan tabel 11 di atas diketahui Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai R


bahwa nilai Fhitung adalah sebesar 6,673, square adalah sebesar 0,126. Hal ini berarti

Tabel 12.
Hasil Uji Determinasi
Adjusted Std. Error of Durbin-
Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .354 .126 .107 7.136 1.531

Sumber: data primer diolah (2015)

64 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018


MUDA SETIA & ZULKIFLI

bahwa sekitar 12,6% motivasi pembayaran dan tidak baik, namun motivasi pembayaran
zakat secara langsung dipengaruhi oleh zakat sudah tergolong baik untuk mayoritas
good corporate governance dan budaya Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).
organisasi. Dari jumlah tersebut terdapat Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
sisa sebesar 86,4% (100%-12,6%) yang telah dikemukakan pada bagian
dipengaruhi oleh faktor lainnya. Adapun yang landasan teori sebelumnya. Sobirin (2007)
dimaksud dengan faktor lainnya tersebut menegaskan, pada posisi inilah budaya
merupakan faktor-faktor yang tidak ikut organisasi memainkan peranannya dalam
diestimasi atau tidak diperhitungkan dalam ikut menciptakan social control system.
penelitian ini. Budaya organisasi merupakan social con-
trol system yang efektif tidak hanya untuk
Pembahasan
aktivitas yang tidak rutin namun juga untuk
Hasil analisis regresi menunjukkan aktivitas rutin yang sebenarnya bisa
bahwa good corporate governance dan dikendalikan melalui sistem pengendalian
budaya organisasi berpengaruh positif formal. Setiap OPZ memiliki budaya
terhadap motivasi pembayaran zakat organisasi.
secara simultan. Begitu pula halnya dengan
Organisasi yang mampu menerapkan
pengujian secara parsial. Pengujian secara
good corporate governance dengan baik
parsial juga menunjukkan bahwa good cor-
akan memperoleh kepercayaan lebih dari
porate governance dan budaya organisasi
masyarakat, sehingga mningkatkan
berpengaruh positif terhadap motivasi
motivasi membayar zakat. Hal ini terbukti
pembayaran zakat. Namun demikian,
melalui penelitian ini dengan hasil yang
variabel yang lebih besar pengaruhnya atau
menunjukkan bahwa good corporate gov-
lebih dominan mempengaruhi adalah
ernance berpengaruh terhadap motivasi
variabel good corporate governance.
pembayaran zakat.
Hasil pengujian hipotesis membuktikan
bahwa good corporate governance memiliki SIMPULAN DAN SARAN
pengaruh yang signifikan secara parsial
Simpulan
terhadap Motivasi Pembayaran Zakat.
Demikian pula halnya dengan budaya Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
organisasi. Secara individual, budaya penelitian ini adalah sebagai berikut.
organisasi juga memiliki pengaruh yang 1. Hasil uji t pada variabel good corporate
signifikan terhadap Motivasi Pembayaran governance menunjukkan nilai t hitung
Zakat. Good corporate governance dan 3,063 dengan nilai signifikansi 0,003.
budaya organisasi juga berpengaruh Pengujian ini memiliki nilai signifikansi
secara signifikan apabila diuji secara < 0,025. Pengujian ini menunjukkan
bersamaan atau simultan dengan motivasi bahwa hipotesis 1 penelitian dapat
pembayaran zakat. Pegaruh dari budaya diterima, yaitu: “terdapat pengaruh
organisasi lebih kecil dibandingkan positif good corporate governanace
pengaruh good corporate governance. terhadap motivasi pembayaran zakat”.
Tidak adanya pengaruh yang signifikan dari 2. Hasil uji t pada variabel budaya
budaya organisasi dapat disebabkan karena organisasi menunjukkan t hitung untuk
masih ada Organisasi Pengelola Zakat variabel budaya organisasi adalah
(OPZ) yang merasa bahwa budaya sebesar 2,800 dengan nilai signifikansi
organisasi yang terjadi di tergolong kurang 0,006. Pengujian ini menunjukkan

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018 65


-JU
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

bahwa nilai signifikansi < 0,025. diterapkannya sebagai salah satu


Pengujian ini menunjukkan bahwa bentuk pengeolaan organsiasi. Hal ini
hipotesis 2 penelitian dapat diterima, dilakukan dengan meningkatkan
yaitu: “terdapat pengaruh positif budaya keterbukaan informasi mengenai
organisasi terhadap motivasi pem- pegelolaan zakat kepada masyarakat,
bayaran zakat”. meningkatkan prinsip kesetaraan dan
3. Hasil uji F pada pengaruh bersamaan kewajaran, menigkatkan tanggung
dari good corporate governance dan jawab, serta akuntabilitas dalam
budaya organisasi menunjukkan Fhitung pengelolaan dana zakat.
adalah sebesar 6,673 dengan nilai 2. Pihak manajemen Organisasi
signifikansi 0,002. Pengujian ini Pengelola Zakat (OPZ) diharapkan
menunjukkan bahwa nilai signifikansi < dapat melakukan upaya untuk
0,05. Pengujian ini menunjukkan bahwa memperbaiki budaya organisasi. Hal ini
hipotesis 3 penelitian dapat diterima, dapat dilakukan dengan cara mening-
yaitu: “ terdapat pengaruh positif Good katkan koordinasi dan pertemuan
Corporate Governance dan budaya dengan karyawan untuk membicarakan
organisasi Motivasi Pembayaran zakat”. masalah yang dihadapi organisasi,
Nilai R square sebesar 0,126 menjalin hubungan yang baik pada
menunjukkan bahwa sekitar 12,6% internal maupun eksternal organisasi,
motivasi pembayaran zakat secara saling berkomunikasi antar sesama
langsung dipengaruhi oleh good corpo- Organisasi Pengelola Zakat (OPZ),
rate governance dan budaya organisasi. serta menjaga hubungan yang
harmonis dalam internal organisasi.
Saran
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
Saran yang dapat diberikan peneliti menambah jumlah sampel dengan
terkait dengan hasil yang diperoleh pada melibatkan seluruh populasi penelitian,
penelitian ini adalah sebagai berikut. ataupun menambah variabel lainnya
1. Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang diduga dapat berpengaruh
diharapkan dapat meningkatkan upaya terhadap motivasi pembayaran zakat.
good corporate governance yang

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, N dan Abdul Majid, S (2002), “The Al-Qur ’an (2005), Mushaf Al-Qur ’an
influence of Religiosity, income and Terjemah, Penerbit Al Huda Kelompok
Consumption on saving Behavior. The Gema Insani, Edisi Tahun 2002,
case of International Islamic University Jakarta
Malaysia Proceedings Simposium Anshori Fuad dan Diana Rachmi
Nasional I Sistem ekonomi Islam, Mucharam (2002), Kreativitas dalam
Yogyakarta P3EI UII Perspektif Psikologi Islam, Penerbit
Admin (2012), Pengertian Zakat, Pusat menara Kudus, Yogyakarta.
Pengembangan Zakat Produktif, http Arafat Welson (2008), How To Implemen
Management Control Practice and Good Corporate Governance, Effec-
Culture at Enron://www.zakatcenter.org tively, Cet 1, Skyrocking Publisher.
Jakarta.

66 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018


MUDA SETIA & ZULKIFLI

Departemen Agama RI. (2003), Peraturan versity Kebangsaan Malaysia. Pusat


Perundang-undangan Pengelola Pengkajian Ekonomi, Universitas
Zakat, Jakarta: Direktorat Jendral Kebangsaan Malaysia. Pusat
Bimbingan Masyarakat Islam dan Pengkajian Ekonomi, Universitas
Urusan Haji. Kebangsaan Malaysia, Bangi Selangor.
Free, Clinton and Macintosh, Q. (2006), The Nur Brizah Abu Bakar, Hafiz Majdi Abdul
United Story. W W W.ssm.com. 9 Rashid (2010), Motivations of Paying
Agustus 2006. on Income: Evidence from Malaysia,
Gujarati, Damodar (1995), Basic Econo- Internanational Jornal of Economics
metrics, Mc Graw-Hill and Finance. www.ccsenent.org/ijec

Hamidi, Nurhasan (2009), “Analisis Pabundu. Tika (2006), Budaya Organisasi


akuntabilitas Publik dan Kinerja dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.
Organisasi Pengelola Zakat Berdasar- Jakarta: Bumi Aksara.
kan Aspek Pengenalian Intern dan Poister, Theodore H. (2003), Meusuring
Budaya Organiasasi Survey pada performance in Public and non profit
Organiasasi Pengelola Zakat. Thesis, organization, 1 stEd, San Francisco:
UGM. Joss-Bass Publishers.
Hasibuan, SP. Malayu (2007), Organisasi Prasetyono (2007), Analisis kinerja Rumah
dan Motivasi: Dasar Peningkatan sakit Pendekatan Balance Score Card
Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara. berdasarkan komitmen organisasi,
Herath, Siriyama Kanthi (2007), A Framework pengendalian Intern dan penerapan
for Management Control Research, prinsip-prinsip Good Corporate Gover-
Journal of Management Development nance. (Servey pada RS. Daerah Jawa
Vol. 25 No. 9, 2007. Timur). Paper di presentasikan pada
Simposium Nasional 10. Makasar.
Kaihatu.Thomas S. Good Corporate Universiats Hasanuddin, 26 -18 Juli
Governance dan Penerapannya di 2007.
Indonesia. http://ww petra.ac.id /-puslit/
journals/dir.php?department/D=MAN. _______ dan Kopyuni (2008), Analisis Kinerja
Rumah Sakit Daerah Berdasarkan
Monks, Robert A.G, dan Minow, N. (2003),
Budaya Organisasi, Komitmen
Corporate Governance, 3rd Edition,
Organisasi dan Akuntabilitas Publik (sur-
Blackwell Shaw, John. C, Corporate.
vey pada Rumah sakit Daerah di jawa
Muljono, D. (2005),Good corporate culture Timur). Paper dipresentasikan pada
sebagai inti dari good corporate Simposium Nasional Akuntansi I. Univer-
governance, Jakarta: Penerbit Elex sitas Tanjungpura Pontianak.
Kumpatindo.
Qardhawi, Yusuf (1993), Hukum Zakat (terj.
Mutawalii, Asy Syakrawi (2000), Dosa-dosa Salman Harun et.al.), Jakarta: PT
Besar (terj. Abdul Hanyyie Al Kattani). Pustaka Litera Antar Nusa.
Jakarta: Gama Insani.
Ridho, Taufiq (2000), Zakat dari aspek Syar’I
Noor Mohd Ali, Hairunnizam Wahid dan Nor dan Aplikasinya Melalui Undang-
Ghani Md. Nor (2003), “Kesadaran undang Pengelolaan Zakat . Artikel
membayar Zakat Pendapatan di disampaikan pada seminar Nasional
Kalangan kaki Tangan Profesional Uni- Pengelolaan Zakat dan Wakaf. Artikel

JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018 67


-JU
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT TERHADAP MOTIVASI PEMBAYARAN ZAKAT PENGHASILAN DI DIY

dismapaikan pada seminar Nasional Sutisno (2008), Budaya Organisasi sebagai


Pengelolaan Zakat dan Wakaf 7 sistem Pengendalian Intern,
Desember 2000, IMZ Jakarta. Tidak Paraikatte, Buletin Perwakilan BPKP
dipublikasikan. Sulawesi Selatan, Volume 1. No.4. 24
Robbins, Stephen. P. (2003), Organizational Okt. 2008.
Behavior Concept, Controversies, Suwardjono (2000), Teori Akuntansi
Applications, Tenth Edition, Singapore: Perekayasaan Pelaporan Keuangan,
Printice Hall International. Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE.
Roekhuddin dan Triyuwono (2000), Wahid, Hairunnizam, Sonep Ahmad, &
Konsistensi Praktik Sistem Mohd Ali Mohd Noor. Kesadaran
Pengendalian Intern dan Akuntabilitas membayar Zakat Pendapatan di Ma-
pada Laziz (Studi Kasus di Laziz X laysia—, Kumpulan kajian Ekonomi &
Jakarta), Jurnal Riset Akuntansi Indo- Kewangan Islam, Pusat Pengkajian
nesia. Ekonomi. Fakulti Ekonomi &
Schein, E.H. (1992), Organzational Culture Perniagaan University Kebangsaan
and Leadership, 2nd Ed., San Fran- Malaysia. Bangi Selangor.
cisco: Jossey-Bass Publishers. Widuri, R. dan Paramita, A. (2008), Analisis
Sobirin, Achmad (2007), Budaya Organisasi: hubungan Peranan Budaya Perusahan
Pengertian, Makna dan Aplikasinya terhadap Penerapan Good Corporate
dalam Kehidupan Organisasi. Governance pada PT Aneka Tambang,
Yogyakarta:UPP STIM YKPN. Tbk. Makalah dipresentasikan pada 2nd
National Comference, Surabaya:
Sunder, Shym (2002), Management Con- UKWS. Surabaya, 6 Sept 2008.
trol , Expectitions, Common Knowl-
edge, and Culture, Journal of Manage-
ment Accounting Research, No.14,
2002.

68 JURNAL KAJIAN BISNIS Vol. 26, No. 1, JANUARI 2018

Anda mungkin juga menyukai