Anda di halaman 1dari 38

Persepsi Remaja Desa Terhadap Kesadaran Melanjutkan Pendidikan di

Perguruan Tinggi (Studi Kasus Desa Kadur Kecamatan Kadur

Kabupaten Pamekasan)

Proposal Skripsi

Oleh: Anas Ansori


NIM 19381081059

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

TAHUN 2023
A. Judul Penelitian
Persepsi Remaja Desa Terhadap Kesadaran Melanjutkan
Pendidikan di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Desa Kadur Kecamatan
Kadur Kabupaten Pamekasan)
B. Konteks penelitian
Melanjutkan studi hingga ke Perguruan Tinggi merupakan hal yang
terpenting bagi masyarakat khususnya generasi muda, dan ini adalah bentuk
dari kebutuhan zaman. Pendidikan adalah suatu bagian yang intern dengan
kehidupan. Dalam teorinya Edward Humrey mengatakan bahwa pendidikan
adalah suatu peningkatan keterampilan atau penerapan ilmu pengetahuan dan
apresiasi sebagai hasil edukasi studi atau pengalaman 1 . Dimana melalui
pendidikan masyarakat dapat memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam
menjalankan aktivitasnya. Pendidikan umumnya adalah sebuah usaha sadar
serta terarah untuk menolong seseorang dalam mendukung derajat serta
martabatnya dengan mengoptimalkan serta memajukan kemampuan diri
dalam melakukan segala hal yang baik.
Namun, pada situasi sekarang dapat dilihat bahwa, tingkat pendidikan
di Madura sangatlah rendah serta masyarakat Madura sangat sempit
pandangannya terhadap orientasi pendidikan. Pendidikan dipandang oleh
masyarakat Madura hanya sebatas ilmu yang besicnya tentang keagamaan,
jika ada seseorang yang menempuh pendidikan sampai diperguruan tinggi,
mereka mengatakan hal yang sedemikian hanya mengejar sesuatu yang
bersifat duniawi, bahkan ada pula yang memandang berpendidikan samapi
perguruan tinggi hanya menghabiskan banyak pengeluaran uang saja, karna

1
Rasyid Yunus,” Sisialisasi Pentingnya Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Di Desa
Padengo Kecamatan Popayato Barat Kabupaten Pohuwato”, Universitas Pahlawan : Jurnal Abidas, 2
(2021) 431-434.

2
mereka melihat para sarjana pengangguran disana, sehingga mereka
menyimpulkan seperti itu, tak heran jika banyak remaja yang seharusnya
masih meneruskan pendidikan namun orang tuanya memutuskan untuk
menerjunkan mereka ke dunia kerja.
Tingkat pendidikan di Madura khususnya masyarakat desa pada
umumnya cukup rendah. Padahal untuk saat ini sudah banyak sekali
perguruan tinggi yang ada di Madura begitu juga di kecamatan pamekasan
sudah ada beberapa perguruan tinggi yang juga menyediakan berbagai macam
jurusan, akan tetetapi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melanjutkan
pendidikan diperguruan tinggin sangatlah minim sehingga mereka tidak
memikirkan pengetahuan serta wawasan yang mereka dapatkan diperguruan
tinggi itu akan lebih luas,Sama halnya di desa Kadur ini yang sebagian besar
pendidikannya masyarakat disana sampai tingkat sekolah menengah atas saja,
sehingga pengetahuan yang mereka ketahui juga terbatas, Karena pendidikan
terakhir masyarakat dulu di desa tersebut mayoritas adalah tingkat SMA
bahkan ada yang hanya berakhir di tingkat SD.Sedangkan yang melanjutkan
ke perguruan tinggi sangatlah sedikit, sehingga setelah selesai dari SMA
mereka lebih memilih membantu orang tua disawah sebagai petani, ada yang
bekerja di pabrik -pabrik bahkan merantau ke luar negeri, Pola pikir
masyarakat tentang pendidikan yang bisa dibilang cukup rendah itulah yang
sampai sekarang masih diterapkan, sehingga mempengaruhi pola pikir remaja
di Desa kadur, sebab itulah mereka tidak faham tentang pentingnya
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguan tinggi.
Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ainun Najib
dengan judul “Dilema Remaja Berpendidika Rendah Di Tenga Masyarakat
Transisi Madura Desa Badur” yang membahas tentang rendahnya pendidikan
di Madura khususnya di desa badur sehingga mengakibatkan terjadinya
ketidak seimbangan antara remaja di masyarakat,hasil penenlitian ini

3
membahas tentang pandangan masyarakat tehadap pentingnya melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi,serta dampak dari rendahnya pendidikan
remaja. 2 Persamaan anatara penelitian yang dilakukan oleh Ainun Najib
dengan penelitian kali ini yaitu sama-sama fokus terhadap persepsi tentang
pentingnya perguruan tinggi, yang menjadi pembeda yaitu terletak pada objek
npenelitiannya yang mana penelitian Ainun Najib yang jadi objek yaitu
masyarakat sedangkan penelirian kali ini yang menjadi objek aadalah remaja
desa.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti bahwasanya di
desa kadur terdapat 3 lembaga yang mana disetiap satu lembaga itu memiliki
dua tingkatan yaitu tingkat SMA dan MA yang ada di desa kadur, di setiap
lembaga ada sekitar 35-40 siswa yang duduk di kelas tiga yang kemudian
dari 35-40 siswa tersebut dibagi menjadi dua kelas, baik tingkat SMA
maupaun MA karna sekolah yang ada di Desa kadur ini termasuk lembaga
pesantren jadi untuk pembagian kelasnya itu sudah biasa dibagi menjadi dua
kelas. jumlah remaja yang sedang menduduki kelas 3 tingkat SMA dan MA
itu ada sekitar 231 siswa, setelah peneliti melakukan observasi awal di
lembaga yang ada di desa kadur dari 3 lembaga dengan jumlah keseluruhan
siswa yang duduk di kelas hanya ada 25% siswa yang mempunyai keinginan
untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi., sedangkan remaja yang
lain lebih memlilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya dengan beberapa
alasan yang diantaranya ingin bekerja keluar negeri untuk mencari uang atau
bahkan ada yang memilih untuk membantu orang tuanya dengan alasan tidak
punya biaya untuk melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi.
Padahal di desa kadur ini tidak semua warga desanya memiliki tingkat
pendapatan yang rendah, banyak juga warga yang memiliki pendapatan yang

2
Ainun Najib, Dilema Remaja Berpendidika Rendah Di Tenga Masyarakat Transisi Madura Desa
Badur”,( Skripsi :Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,Yogyakarta,2019),vii.

4
tinggi tapi anaknya juga hanya tamatan SMA dan tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi. Ini karena beberapa remaja yang lebih memilih untuk
bekerja dan mendapatkan uang sendiri. karna yang ada dalam pikiran mereka
siapa yang akan membiayai jika orang tua mereka tidak mendukung untuk
melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi sehingga lebih banyak para
pemuda desa yang memilih untuk bekerja setelah menyelesaikan
pendidikannya di tingkat SMA. Padahal mereka tau bahwa dengan
pendidikan yang lebih tinggi Otomatis ilmu serta oengalam yang mereka
dapatkan akan semakin luas, bahkan hal itu bisa menjadi sebuah perantara
untuk memudahkan para remaja ini mendapatkan peluang pekerjaan, hanya
saja sebagian dari para remaja ini lebih mengutamakan pandannya untuk
memilih bekerja karna menurut sebagian dari mereka jalan itu dianggap lebih
mudah untuk mendapatkan uang.
Jumlah lembaga serta jumlah siswa yang ada di desa kadur dapat di
jelaskan pada tabel berikut:
Jumlah siswa yang ingin
Jumlah
No. Nama Sekolah melanjutkan pendidikan ke
Siswa
perguruan tinggi
1 SMA Al-Falah 40
2 SMA Al-Falah 40
3 MA Darul Jihad 38
4 MA Darul Jihad 40
5 MA Hidayatul Mubtadiin 35
6 MA Hidayatul Mubtadiin 38
Nama-nama sekolah yang ada di desa kadur.

Berdasarkan hasil observasi awal ini dapat dilihat adanya kesenjangan


antara tingkat ekonomi dengan tingkat pendidikan masyarakat di desa kadur,
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang persepsi remaja
desa terhadap pentingnya melanjutkan pendidikan diperguruan tinngi agar
peneliti dapat mengetahu bagaimana persepsi remaja yang ada di desa kadur
serta mencari tau faktor pendorong dan pemnghambat bagi mereka untuk
5
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,sehingga peneliti tertarik untuk
mengangkat judul "persepsi remaja desa terhadap pentingnya melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi (studi kasus desa Kadur kecamatan Kadur
kabupaten Pamekasan)”.
C. Fokus penelitian
Berdasarkan konteks penelitian yang telah dipaparkan maka fokus
penelitian ini ada dua yaitu:
1. Bagaimana persepsi remaja desa kadur terhadap pentingnya melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi?
2. Apa saja faktor pendorong dan penghambat remaja desa Kadur untuk
menempuh perguruan tinggi?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas dapat disimpulkan terdapat dua
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi para pemuda desa Kadur terhadap
pentingnya perguruan tinggi.
2. Untuk mengetahui terhadap faktor-faktor yang menjadi pendukung dan
penghambat para remaja desa Kadur untuk menempuh pendidikan di
perguruan tinggi.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Dari hasil penelitian ini peneliti mengharapkan dapat bermanfaat
bagi peneliti lain dan secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan gagasan dalam peningkatan moral masyarakat
khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi di IAIN Madura.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi peneliti

6
Untuk menambah kepekaan, kreativitas, wawasan dan
menambah pengetahuan tentang persepsi Remaja terhadap pentingnya
perguruan tinggi.
b. Bagi Masyarakat
diharapkan hasil penelitian inidapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi remaja untuk meningkatkan minat dalam mrlanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi.
c. Bagi IAIN MADURA
Penelitiannya ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan dan
bacaan untuk diskusi ilmiyah sehingga bisa bermanfaat bagi mahasiswa
untuk mengetahui tentang persepsi remaja terhadap pentingnya
perguruan tinggi.

c. Bagi penliti lain

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi atau referensi


pelengkap terutama bagi peneliti yang melakukan penelitian yang
sejenis.
F. Definisi istilah
1. Persepsi
Merupakan sebuah tanggapan terhadap suatu objek yang didapatkan
melalui panca indra atau proses pemahaman terhadap suatu informasi.
2. Remaja
Remaja dsini yaitu remaja yang usianya berlangsung sekitar 18-19
tahun dimana pada usia itu masih menempuh pendidikan di kelas 3 SMA
(Sekolah Menengah Akhir) ataupun tingkat MA (Madrasah Aliyah).
3. perguruan tinggi
Pendidikan-tinggi adalah pendidikan pada tingkat atau jenjang yang
lebih tinggi dari pada-pendidikan menengah di jalur-pendidikan sekolah
tujuan pendidikan tinggi adalah mempersiapkan siswa-siswi menjadi aggota-
7
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat
mempraktikkan atau menerapkan,-mengembangkan dan menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian, mengembangkan dan menyebar luarkan
ilmu pengetahuan,-teknologi dan kesenian serta mengoptimalkan
penggunaannya untuk meningkat taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan.
G. Kajian penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan
selanjutnya untuk mendapatkan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya
disamping itu kajian terdahu juga dapat membantu penelitian dapat
memposisikann penelitian serta menunjukkan orsinalitas dari penelitian. Pada
bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu terkait
dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membantu ringkasannya,
baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan.Berikut
merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penulis kaji:
Penelitian pertama dilakukan oleh Rosyida Aulia Putri (2022) dengan judul
Persepsi Masyarakat Desa Terhadap Pendidikan Tinggi ( Studi Kasus Di Desa
Panjulrejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban ) yang didalamnya membahas
tentang bagaimana persepsi masyarakat terhadapnya adanya pendidikan tinggi,
serta membahas tentang motivasi yang mendorong serta menjadi penghambat
penduduk disana melanjutkan pendidikan dipergiuruan tinggi. 3
Persamaan yang tetdapat antara penelitian yang dilakukan Rosyida Aulia
Putri (2022) dengan penelitian kali ini yaitu sama sama membahas pentingnya
pendidikan tinggi dengan menggunkan motode kualitatif deskriptif. Sedangkan
perbedaanya yaitu pada penelitian kali ini pembahas tentang persepsi remaja desa

3
Rosyida Aulia Putri, “Persepsi Masyarakat Desa Terhadap Pendidikan Tinggi ( Studi Kasus Di Desa
Panjulrejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban ):,(Skripsi: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang,2020),xiii.
8
terhadap pentingnya perguruan tinggi sedangkan pada penelitian Rosyida Aulia
Putri (2022) lebih fokus pada persepsi masyarakat tentng perguruan tinggi.
Penelitian kedua dilakukan oleh Ekron Tapinose (2019) dengan judul
Persepsi Masyarakat Tentang Pendidikan Anak Melanjutkan Perguruan Tinggi
Agama Islam Di Desa Air Teras Kecamatan Talo Kabupaten Seluma. Yang
didalamnya membahas tentang persepsi masyarakat terhadap pendidikan anak
dalam melanjutkan ke prguruan tinggi. Masyarakat mengatakan bahwa perguruan
tinggi itu baik jika dapat mendukung kesejahteraan di masa depan, tetapi tidak
semua masyarakat berkiprah dan berupaya untuk menyekolahkan anaknya ke
pendidikan tinggi. 4
Persamaan yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Ekron
Tapinose (2019) dengan penelitian kali ini yaitu sama-sama membahas tentang
faktor yang menjadi penghambat untuk melanjutkan penmdidikan keperguruan
tinggi denga menggunakan metode kualitatif deskriptif, sedangkan perbedaannya
yaitu pada objek penelitian yang mamsna penelitian yang dilakukan oleh Ekron
Tapinose (2019) objeknya adalah nmasayarakat Di Desa Air Teras Kecamatan
Talo Kabupaten Seluma, sedangkan objek pada penelitian kali ini yaitu remaja
desa kadur kecamatan kadur kabupaten pmekasan.
penelitian ke tiga dilakukan oleh Ainun Najib (2019) dengan judul “Dilema
Remaja Berpendidika Rendah Di Tenga Masyarakat Transisi Madura Desa Badur”
yang membahas tentang rendahnya pendidikan di Madura khususnya di desa badur
sehingga mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan antara remaja di
masyarakat,hasil penenlitian ini membahas tentang pandangan masyarakat tehadap
pentingnya melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi,serta dampak dari

4
Ekron Tapinose, “Persepsi Masyarakat Tentang Pendidikan Anak Melanjutkan Perguruan Tinggi
Agama Islam Di Desa Air Teras Kecamatan Talo Kabupaten Seluma.” ( Skripsi: Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu,2019) XII.
9
rendahnya pendidikan remaja.5 Persamaan anatara penelitian yang dilakukan oleh
Ainun Najib (2019) dengan penelitian kali ini yaitu sama-sama fokus terhadap
persepsi tentang pentingnya perguruan tinggi, yang menjadi pembeda yaitu
terletak pada objek npenelitiannya yang mana penelitian Ainun Najib yang jadi
objek yaitu masyarakat sedangkan penelirian kali ini yang menjadi objek aadalah
remaja desa.

H. Kajian teori
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
“Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya”.6
“Persepsi menurut Abdurrahman Saleh adalah proses yang
menggabungkan dan mengorganisasi data-data indera kita (penginderaan)
untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di
sekelilin. 7
Menurut M.Alisuf Sabri bahwa persepsi atau tanggapan adalah sesuatu
yang pernah kita amati/alami selalu tertinggal jejaknya atau kesannya di
dalam jiwa kita. Hal itu dimungkinkan oleh kesanggupan chemis dari jiwa
kita. Bekas jejak/kesan yang tertinggal pada kita itu dapat kita timbulkan
kembali (reproduksi) sebagai tanggapan.8

5
Ainun Najib, Dilema Remaja Berpendidika Rendah Di Tenga Masyarakat Transisi Madura Desa
Badur”,( Skripsi :Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,Yogyakarta,2019),vii.

6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
7
Abdul Rahman Shaleh,PsikologiSuatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004),
hal.110.
8
Alisuf Sabri, pengantar psikologi umum dan perkembangan,(jakarta, pedoman ilmu jaya 2010)
cet.5,hal 60.
10
Persepsi berlangsung pada saat seseorang menerima stimulus dari
dunia luar kemudian diterima oleh individu, yang ditangkap oleh organ-organ
bantunya dan selanjutnya masuk ke otak melalui indera. Didalamnya terjadi
proses berpikir yag pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman. 9
Berdasarkan beberapa pengertian persepsi menurut para ahli dapat
diambil kesimpulan bahwa persepsi adalah proses penafsiran seseorang
terhadap sesuatu hal yang dipengaruhi oleh pengetahuan, keinginan dan
pengalaman yang relevan terhadap suatu hal yang dipengaruhi oleh perilaku
manusia dalam menentukan pilihan hidupnya.Persepsi merupakan proses
penyampaian informasi berdasarkan apa yang di fahami dan ditangkap oleh
inderanya berasal dari apa yang dilihat didengar dan dirasakan kemudian di
teruskan dan diolah dalam pikiran sehingga menghasilkan sebuah gambaran
dan penjelasan tentang suatu hal.
Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal penting yangharus
diperhatikan :
1) Setiap peserta didik melihat dunia berbeda satu sama lainnya karena
setiap peserta didik memiliki lingkungan yang berbeda. Semua peserta
didik tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang
sama.
2) Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan,
pengalaman, kesehatan, perasaan dan kemampuannya.
3) Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap
perilakunya. Dalam suatu situasi, seorang peserta didik cenderung
bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri.
4) Peserta didik dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan melalui
dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik

9
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Ofset, 2004) hal. 99.

11
terbentuk bergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai
suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu peserta didik
menilai persepsinya.
5) Persepsi dapat berlanjut dengan memberikan kepada peserta didik
pandangan tentang bagaimana suatu hal itu dapat dikonkretkan.
6) Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat
dijadikan sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
7) Tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik akan
mempengaruhi pandangan terhadap dirinya .
b. Indikator Persepsi
Menurut Robbin indikator-indikator persepsi ada dua macam, yaitu:
1) Penerimaan.
Proses penerimaan merupakan indikator terjadinya persepsi dalam
tahap fisiologis, yaitu berfungsinya indera untuk menangkap rangsang
dari luar.
2). Evaluasi

Rangsang-rangsang dari luar yang telah ditangkap


indera,kemudian dievaluasi oleh individu. Evaluasi ini sangat
subjektif.Individu yang satu menilai suatu rangsang sebagai sesuatu
yang sulit dan membosankan, tetapi individu yang lain menilai
rangsang yang sama tersebut sebagai sesuatu yang bagus dan
menyenangkan.
Menurut Hamka indikator persepsi ada dua macam, yaitu:
1) Menyerap
Stimulus yang berada di luar individu diserap melalui
indera,masuk ke dalam otak, mendapat tempat, sehingga disitu
terjadi proses analisis, diklasifikasi dan diorganisir dengan
pengalaman-pengalaman individu yang telah dimiliki

12
sebelumnya, karena itu penyerapan itu bersifat individual
berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang diserap sama.
2) Mengerti atau memahami

Indikator adanya persepsi sebagai hasil proses klasifikasi dan


organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis
berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian atau
pemahaman tersebut
juga bersifat subjektif, berbeda-beda bagi setiap individu.10
Menurut Bimo Walgito persepsi memiliki indikator-indikator sebagai
berikut:

1) Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu.


Rangsang atau objek tersebut diserap atau diterima oleh
panca indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium,
dan pencecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Dari hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera
tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di
dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak,
tergantung objek persepsi yang diamati.
Didalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-
kesan, baik
yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya
gambaran
tersebut tergantung dari jelas tidaknya rangsang, normalitas
alat indera dan waktu, baru saja atau sudah lama.
2) Pengertian atau pemahaman
Setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan
didalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong-

10
Hamka, Pembelajaran Kontekstual dan Aplikasi (Bandung: Rafika Aditama, 2002),h.101-106.
13
golongkan(diklasifikasikan), dibandingkan dan diinterprestasi
sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses
terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan
cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada
gambaran-gambaran lama yang telah dimiliki individu
sebelumnya (disebut apersepsi).
3) Penilaian atau evaluasi
Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman,
terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan
pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut
dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara
subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya
sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual11

c. Aspek Persepsi
Dalam persepsi terdapat aspek-aspek yang bisa dipengaruhi oleh
proses persepsi tersebut, aspek persepsi menurut McDowwell & Newel
yaitu:
1) Kognisi
Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan cara berpikir,
mengenali, memaknai suatu stimulus yang diterima oleh panca indera,
pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari-hari.
Hurlock menambahkan bahwa aspek kognitif didasarkan atas konsep
suatu informasi, aspek kognitif ini juga didasarkan pada pengalaman
pribadi dan apa yang dipelajari.
2) Afeksi

11
Bimo Walgito, Op.Cit., h. 54-55.
14
Aspek afeksi merupakan aspek yang membangun aspek kognitif.
Aspek afektif ini mencakup cara individu dalam merasakan,
mengekspresikan emosi terhadap stimulus berdasarkan nilai-nilai dalam
dirinya yang kemudian mempengaruhi persepsinya.12.
d. Proses Terjadinya Persepsi
Terjadinya perseepsi tidak berlangsung begitu saja tetapi melalui
suatu tahapan atau proses. Menurut Walgito terbentuknya persepsi melalui
suatu proses, menurut tahapannya proses persepsi dapat dijelaskan sebagai
berikut, dimulai dari objek yang menimbulkan rangsangan dan kemudian
rangsangan itu sampai kepada alat indra atau reseptor. Proses ini
dinamakan proses kealaman (fisik). Kemudian rangsangan yang diterima
oleh indra diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini dinamakan
proses fisiologi. Kemudian terjadilah sebuah proses di otak, kemudian
individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai
sebah rangsangan yang telah diterima. Proses yang terjadi pada otak itulah
yang disebut dengan proses psikologis. Dengan demikian tahap terakhir
dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang diterima
melalui indra. 13
Persepsi adalah bagian dari semua proses yang menghasilkan respon
atau tanggapan setelah manusia mendapatkan rangsangan. Sub prosesnya
ialah pengenalan, perasaan, dan penalaran. Rasa dan nalar bukan bagian
dari yang diperlukan dari setiap situasi rangsangan-rangsangan, sekalipun
kebanyakan tanggapan individu yang sadar danbebas terhadap satu
rangsangan, dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi bahkan bisa juga
keduanya.

12
Bagus takwin, “persepsi sosial mengenali dan mengerti orang lain”, dalam sarlito W. Sarwono dan
eko A.meinarno (ed.), PSIKOLOGI SOSIAL,, (salemba humanika), hal.26.
13
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Bina Ilmu, 1989), hlm. 54.
15
Ada tiga bagian utama dalam proses persepsi yaitu:
1) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari
luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2) Interprestasi yakni proses mengorganisasikan informasi sehingga
mepunyaiart bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi olehberbagai
faktor, seperti pengalaman di masa lalu, sistem nilai yang dianut,
motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi juga bergantung
pada kemampuan seseorang untukmengadakan pengkategorian infor
asi yang kompleks menjadi sarjana.
3) Interprestasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk
tingkah laku sebagai rekasi. Jadi proses persepsi adalah melakukan
seleksi, interprestasi dan pembulatan terhadap informasi yang
sampai. 14
e. Faktor-Faktor Persepsi
Persepsi dalam prosesnya itu dipengaruhi dengan beberapa faktor-
faktor yang membuat proses persepsi itu tumbuh. Menurut Sarlito
W.Sarwono bahwa perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal di
bawah ini:
1) Perhatian
Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di
sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada
perhatian kita pada suatu objek atau dua objek saja. Perbedaan fokus
antara satu orang dengenan orang lainnya, menyebabakan perbedaan
persepsi antara mereka.
2) Set
Set adalah harapan seseoranag akan rangsangan yang akan
timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis star terdapat
14
Ibid,hal.54

16
set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai
berlari, perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi.
3) Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri
seseorang, orang tersebut akan mempengaruhi persepsi. Dengan
demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan pula
perbedaan persepsi.
4) Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh
pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika serikat ( Bruner
dan Godman, 1947, Carter dan Schooler, 1949 ) menunjukan bahwa
anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata
uang logam lebih besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala ini
ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.
5) Ciri kepribadian
Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi seperti dua
orang yang bekerja di kantor yang sama berada di bawah pengawas
satu orang atasan, orang yang pemalu dan orang yang tinggi
kepercayaaan dirinya akan berbeda dalam mempersepsikan
atasannya. 15
2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Istilah Adolescen (Remaja) berasal dari bahas latin adalascare yang
berarti “bertumbuh”sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah
fisik, sosial dan psikologis bergabung untuk menciptakan karasteristik,
perilaku dan kebutuhan yang unik.Masa remaja menurut Mappiare,
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita

15
Sarlito W.Sarwono ,pengantar umum psikologi,(jakarta,bulan bintang,2003), cet 9, hal 45-46.
17
dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahunsampai
dengan 17 atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18
sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah masa remaja akhir. 16
Dari beberapa definisi diatas adapat ditarik kesimpulan bahwa
Remaja adalah waktu peralihan manusia berumur belasan tahun. Remaja
merupakan suatu tahap yang bersifat peralihan dan menuju perkembangan
kedewasaan yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak dengan
sungguh-sungguh agar remaja mencapai kedewasaan secara wajar.
b. Tahapan-tahapan Perkembangan Ramaja
Banyak sekali definisi-definisi tahapan dari perkembangan remaja
dari para ahli, seperti yng dikutip Sarlito W. Sarwono dalam bukunya
yang berjudul Psikologi Remaja Petro Blos yang menganut aliran
psikoanalisis berpendapat bahwa perkembangan pada hakikatnya adalah
usaha penyesuaian diri yaitu untuk secara aktif mengatasi setres dan
mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. 17
Dalam proses penyesuaian menuju kedewasaan ada tiga tahap
perkembangan remaja:
1) Remaja awal (early adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-
dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu, mereka
mengembangan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan
mudah terangsang secar erotik. Dengan bahunya saja dengan lawan
jenis,ia sudah berfungsi erotik. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah

16
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, (Bandung: Eks Aksara, 2010), hal. 9.
17
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal.29
18
dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja
awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
2) Remaja madya (middle adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan ia senang
kalu banyak teman yang menyukainya, ada kecenderungan “narcistic”,
yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada
dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tau harus memilih yang mana:
peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis,
idealis atau materialis, dan sebagainya.
3) Remaja akhir (late adolescence)
Tahapan ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapain lima hal, yaitu:
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk besatu dengan orng-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
c) Terbentuknya indetitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian dengan diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antar kepentingan diri sendiri dan
orang lain.
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public). 18
c. Klasifikasi Umur Remaja
Seperti yang dikutip oleh Sarlito W. Sarwono, Rousseau
menganalogiska perkembangan dengan evalusi makhluk (species)

18
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.30.

19
manusia. Ia menyatakan bahwa perkembangan individu (ontogenty)
merupakan ringkasan (recapitulates) perkembangan makhluk
(phylogeny).Empat tahapan perkembangan yang dimaksud Rousseau
adalah sebagai berikut:
1) Usia 0-4 atau 5 tahun: Masa anak-anak (infancy). Tahapan ini
didominan oleh perasaan senang (plesure) dan tidak senang (pain) dan
menggambarkan tahapan evolusi dimana manusia masih sama dengan
binatang.
2) Usia 5-12 tahun: Masa bandel (savege stage). Tahapan ini
mencerminkan era manusia liar, manusia pengembara dalam evolusi
manusia. Perasaan- perasaan yang dominan dalam periode ini adalah
ingin main-main, lari-lari, loncat-loncat dan sebagianya, yang pada
pokoknya untuk melatih ketajaman indra dan ketajaman anggota-
anggota tubuh. Kemampuan akan masih sangat kurang sehingga
dikatakan oleh Rousseau bahwa anak pada kurun usia ini jangan dulu
diberi pendidikan formal seperti berhitung, membaca dan menulis. c.
Usia 12-15 tahun: Bangkitnya akal (ratio), nalar (reason), dan
kesadaran diri (self consciousness). Dalam hal ini terdapat energi dan
kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh keinginan coba-coba.
Anak dianjurkan alam dan kesenian, tetapi yang penting adalah proses
belajarnya, bukan hasilnya. Anak akan belajar sendiri, karena peiode
ini mencerminkan era perkembangan ilmu pengetahuan dalam evolusi
manusia.
3) Usia15-20 tahun. Dinamakan masa kesempurnaan remaja (adolescence
proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini
terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri
kepada mementingan orang lain dan cenderung mementngkan harga
diri. Gejala ini yang timbul dalam tahapan ini adalah bangkitnya

20
dorongan seks.
Sedangkan dari beberapa pengamatan yang dilakukan oleh Gessel
melalui cermin-searah (one-way mirror) yang dikutip oleh Sarlito
W.Sarwono dalam bukunya yang berjudul Psikologi Remaja, Gessel
menyimpulkan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor
biologis dan berlaku umum. Artinya, pada usia-usia tertentu, anak pada
umumnya akan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.19
Teorinya ini disebut dengan teori “normatif” dan menurut teori ini masa
remaja bukanlah masa topan dan badai (strumund and drang). Remaja tidak
lain adalah bagian dari perkembangan biologis biasa yang akan terlampaui
dengan sendirinya. Tingkah laku yang tampak di berbagai tingkatan usia
remaja menurut Gassel antara lain sebagai berikut:
a. Usia 10 tahun: santai, tenang, sibuk dengan diri sendiri, ingin langsung
memenuhi keinginannya.
b. Usia 11 tahun: lebih tegang, ingin bertanya selalu dan melihat segala
sesuatu dari sudut pandangnya sendiri saja.
c. Usia 16 tahun: kembali lebih merasa tenang dan lebih bebas berteman
dengan kawan-kawan sebaya maupun orang dewasa.20
3. Perguruan tinggi
Perguruan Tinggi (PT) adalah suatu pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan setelah jenjang pendidikan sekolah menengah.
Dalam penyelenggaraan PT, UU-SPN NO 2 tahun 1989 (Pasal 16 ayat 2) dan
undang-undang SISDIKNAS NO. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa PT
dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.
Perguruan Tinggi mempunyai tugas yang khas, yaitu menemukan dan
mengajarkan kebenaran secara metodologik tentang hal-hal yang serius dan

19
32SarlitoW. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal.34.
20
Ibid,hal.34.
21
penting. Sebagian dari tugas itu adalah meningkatkan pengetahuan mahasiswa,
melatih mereka dalam hal sikap dan metoda untuk mengkaji dan menguji
secara kritis kepercayaan mereka, sehingga apa yang dipercayai tersebut
sedapat mungkin terbebas dari kekeliruan.21
Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
dari pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah (PP 30 Tahun
1990, pasal 1 Ayat 1) Tujuan pendidikan tinggi adalah Mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, Mengembangkan dan
menyebar luaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta
mengoptimalkan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
dan memperkaya kebudayaan nasional ( UU 2 tahun 1989, Pasal 16, Ayat (1) ;
PP 30 Tahun 1990, Pasal 2, Ayat (1) ).Pendidikan tinggi terbagi menjadi
pendidikan tinggi agama dan pendidikan tinggi umum, dalam realita historis
tentang pendidikan tinggi salah satunya pendidikan tinggi agama Islam atau
perguruan tinggi agama Islam (PTAI) pada mulanya didorong oleh beberapa
tujuan, yaitu: (1) untuk melaksanakan pengkajian dan pengembangan ilmu-
ilmu agama Islam pada tingkat yang lebih tinggi secara lebih sistematis dan
terarah; (2) untuk melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah
islam; dan (3) untuk melakukan reproduksi dan kaderisasi ulama dan
fungsionaris keagamaan, baik pada kalangan birokrasi negara maupun swasta,
serta lembaga-lembaga sosial, dakwah, pendidikan dan sebagainya.Pada

21
Eddy Soeryatno Soegoto, Menciptakan Strategi Keunggulan Bersaing Perguruan Tinggi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hal.20.

22
perkembangan selanjutnya terdapat kecenderungan-kecenderungan baru untuk
merespon berbagai tuntutan dan tantangan yang berkembang di masyarakat.
Maka dari itu pemahaman akan tujuan yang pertama tersebut
berimplikasi pada tujuan kedua dan ketiga tersebut. Tujuan kedua adalah
untuk melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam. Makna
dakwah Islam bukan kagi tereduksi menjadi dakwah dalam arti
mengomunikasikan al-„ ulum al-naqliyah (perenial knowledge) saja, yang
mencakup: studi al-qur‟an, studi sunnah (hadits), sirah nabawiyah, tauhid,
ushul fiqh dan fiqh, bahasa arab al-Qur‟an, serta bidang-bidang studi
tambahan meliputi: metafisika Islam, perbandingan agama, dan kebudayaan
Islam. Tetapi juga bagaimana al-„ulum al- naqliyah (perenial knowledge)
memberi spirit dan landasan, serta ancangan bagi pengembangan al-ulum al-
aqliyah (acquired knowledge), yang mencakup: (1) Arts (ilmu-ilmu imajinatif),
seperti: kesenian dan arsitektur Islam, bahasa-bahasa, kesusasteraan; (2) ilmu-
ilmu intelektual, yang meliputi ilmu-ilmu sosial (teoritis), filsafat, pendidikan,
ekonomi, ilmu politik, sejarah, peradaban Islam, geografi, sosiologi, linguistik,
psikologi, antropologi; (3) ilmu-ilmu kealaman, yang meliputi: filsafat ilmu
pengetahuan, matematika, statistika, fisika, kimia, biologi, astronomi, ilmu-
ilmu angkasa luar dan sebagainya; (4) ilmu-ilmu terapan, yang meliputi teknik
dan teknologi, kedokteran, pertanian dan kehutanan; (5) ilmu-ilmu praktis,
meliputi: perdagangan, ilmu-ilmu administrasi, ilmu-ilmu perpustakaan, ilmu-
ilmu kerumahtanggaan, ilmu komunikasi dan sebagainya.Sedangkan tujuan
ketiga adalah untuk melakukan reproduksi dan kaderisasi ulama.
Pemahaman tentang ulama bukan lagi terbatas pada mereka yang
hanya menguasai al‟ulum al-naqliyah (perenial knowledge), tetapi juga
mereka yang menguasai al-„ulum al-„aqliyah (acquired knowledge), serta
menjadikan al‟ulum al-naqliyah (perenial knowledge)sebagai landasan, spirit

23
serta ancangan bagi dan mewarnai pengembangan al-ulum al‟aqliyah
(acquired knowledge) tersebut.22
Kajian yang dikembangkan pada perguruan tinggi agama Islam akhir-
akhir ini tidak sekedar menekankan pada pengembangan ilmu pengetahuan
agama Islam dalam pengertian al-„ulum al-naqliyah atau ilmu-ilmu tanziliyah
(bersumber wahyu), tetapi sekaligus menyangkut kajian al‟ulum al‟aqliyah
atau ilmuilmu kauniyah (bersumber alam semesta ciptaan Tuhan) yang
bersifat empiris. Pengembangan al-ulum al-naqliyah atau tanziliyah semata
telah mendapat kritik, yaitu bahwa paradigma yang mendasarinya di anggap
kurang relevan lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
pembangunan nasional, karena bersifat sangat sektoral, hanya memenuihi satu
sektor tertentu dalam kehidupan Islam di Indonesia, yaitu memenuhi
kebutuhan akan sarjana-sarjana yang mendapatkan pengetahuan tinggi
mengenai agama Islam. Dengan demikian lebih mengabadikan faham
dualisme atau dikotomi, dan melahirkan over specialization, bahkan terjadi
isolasi akademik. Disamping itu, dengan paradigmanya tersebut dipandang
tidak memungkinkan untuk melahirkan manusia-manusi yang kompetitif
dalam era globalisasi, padahal lulusan PTAI yang diharapkan adalah mereka
yang menguasai ipteks dan sekaligus hidup dalam nilai-nilai agama (Islam).
Perguruan Tinggi menyelenggarakan pendidikan tinggi dan penelitian
serta pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan tinggi mrupakan kegiatan
dalam upaya menghasilkan manusia terdidik seperti kriteria yang sudah
disebutkan diatas. Penelitian merupakan kegiatan telaah taat kaidah dalam
upaya untuk menemukan kebenaran dan menyelesaikan masalah dalam ilmu
pengetahuan, teknologim dan kesenian. Pengabdian kepada masyarakat

22
Muhaimin. Dkk, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Perguruan Tinggi Agama Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 12.

24
merupakan kegiatan yang memanfaaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya
memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat. Perguruan tinggi dapat
berupa akademik, politeknik, sekolah tinggi, institusi atau universias. 23
Akademik menyelenggarakan pendidikan keahlian dalam satu sabang
atau sebagian cabang ilmu pengetahuan,teknologi, atau seni tertentu yang
pada umumnya memiliki sifat terapan. Bentuk perguruan tinggi ini
menyelenggarakan pendidikan Diploma I, Diploma II, Diploma III dalam
salah satu bidang ilmu, misalnya: Akademik Pariwisata, Akademik
Manajemen, dll.
Politeknik menyelenggarakan pendidikan keahlian dalam sejumlah
bidang pengetahuan khusus. Pada awalnya, Politeknik didirikan di Universitas
atau institut negeri, misalnya Politeknik Negeri Jakartda di Universitas
Indonesia. Seiring berkembangnya waktu politeknik berkembang secara
mandiri.
Sekolah tinggi menyelenggarakan pendidikan akademik dan keahlian
dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi. Misalnya: Sekolah Tinggi Bahasa
Asing, Sekolah Tinggi Ilmu Komputer.
Institut menyelenggarakan pendidikan akademik dan pendidikan
keahlian dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni
dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
Mislnya: Institut Pertanian Bogor terdiridari fakultas Pertanian, Kedokteran
Hewan, Kehutanan dll. Fakultas-fakultas tersebut bernaung dan bergabung
dalam institut karena semuanya merupakan bidang ilmu sejenis, yaitu ilmu-
ilmu pertanian.Kelima bentuk perguruan tinggi tersebut memiliki kesamaan,

23
Richardus Eko Indrajit, Manajemen Perguruan Tinggi Moder.( Jakarta:2004) hal. 13.
25
yakni kewenangan menerima lulusan sekolah menengan atas dan
menyelengarakan pendidikan tinggi. 24
I. Metode Penelitian
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan kali ini yaitu penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Menurut Moloeng penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan statistik atau kuantifikasi. Lebih jelasnya penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti halnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain sebagainya secara holistik, serta dengan cara
deskripsi dalam suatu bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks
khusus yang alamiah serta memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 25
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang di mana
dalam penggunaannya memberikan penekanan pada spesifik dari unit-unit
kata kasus-kasus yang diteliti dengan kata lain pendekatan ini lebih
berorientasi pada sifat-sifat unik dari unit-unit yang sedang diteliti
berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus
penelitian. Patton melihat bahwa studi kasus merupakan sebuah pendekatan
yang mengupayakan untuk mengumpulkan dan kemudian
mengorganisasikan serta menganalisis sebuah data mengenai kasus-kasus
tertentu yang berkenaan dengan permasalahan-permasalahan yang menjadi
perhatian peneliti guna dibandingkan satu dengan yang lainnya dengan
tahap berpegang dalam prinsip holistik dan kontekstual. 26

24
M.Enoch Mrkum, Pendidikan Tinggi dalam Perspektif Sejarah dan Perkembangannya di
Indonesia,(Jakarta: UI-PRESS,2007)hal.22.
25
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, Cet.
38, 2018). 6.
26
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metode Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas, Dan Studi
Kasus, (Sukabumi: CV Jejak, 2017) . 208.
26
Penggunaan pendekatan studi kasus dalam penelitian ini guna
mengupayakan serta menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan
analisis persepsi remaja terhadap pentingnya perguruan tinggi yang
umumnya masih terdapat hal yang perlu dianalisi lebih dalam untuk
mengetahu bagaimana persepsi para remaja terhadap pentingnya pergurua
tinggi. Permasalahan merupakan suatu hal yang perlu dianalisi di Desa
melihat banyaknya remaja disana yang tidak melanjutkan pendidikan
keperguruan tinggi.

2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dilapangan dibutuhkan guna menggali serta
mendapatkan data dan informasi yang relevan mengenai permasalahan
yang akan diteliti. Dalam penelitian kali ini yaitu "Analisi Persepsi Remaja
Desa terhadap Pentingnya Perguruan Tinggi di Desa Kadur Kecamtan
Kadur Kabupaten Pamekasan" dimana peneliti perlu terjun langsung untuk
menggali data yang relevan serta faktual mengenai apa yang ada di
masyarakat. Hal ini berkaitan dengan apa yang dikatakan Moleong
bahwasanya dalam penelitian kualitatif seorang peneliti merupakan alat
dalam penelitiannya terutama dalam mengumpulkan data-data penelitian. 27
Berkaitan dengan kehadiran peneliti, dalam hal ini peneliti terjun
langsung ke lapangan guna menggali informasi untuk mendapatkan data
yang relevan dari informan dengan mendatangi langsung ke sekolah.
Peneliti kemudian melakukan observasi terhadap lingkungan dan
masyarakat sekitar dan wawancara kepada beberapa informan dalam hal ini
remaja yang hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, remaja
yang tidak mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, guru dan juga

27
Moleong, Metodologi., 126.
27
masyarakat, dan dokumentasi berupa data-data desa serta informasi-
informasi yang diperlukan sebagai bahan dalam penelitian kali ini.
3. Lokasi Peneliti
Sebelum melakukan penelitian, langkah awal yang harus ditempuh
oleh peneliti adalah memilih dan menentukan lokasi yang akan dijadikan
tempat untuk dijadikan objek penelitian. Dan lokasi yang dipilih oleh
peneliti yaitu Desa Kadur Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan.
4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan informan yang akan digunakan untuk
menggali data yang dibutuhkan saat penelitian. Subjek yang akan
digunakan yaitu remaja Desa Kadur Kecamatan Kadur Kabupaten
Pamekasan.

a. Populasi
Menurut Gulo (2000), populasi adalah keseluruhan satuan analisis
yang merupakan sasaran penelitian. Populasi adalah keseluruhan obyek
atau individu yang akan diteliti, memiliki karakter tertentu, jelas dan
lengkap. Populasi pada penelitian kali ini adalah remaja yang sedang
menempuh pendidikan di kelas 3 MA,SMA dan SMK, serta orang tua dari
remaja tersebut, juga pihak sekolah.
b. Sampel
Teknik purposive sampling digunakan pada penelitian ini karena
pengambilan sampel yang didasarkan atas pertimbangan bahwa informasi
yang diinginkan sesuai tujuan hanya didapat dari sumber tertentu.
Purposive sampling artinya sampel yang bertujuan. Penyampelan
dilakukan dengan menyesuaikan gagasan, asumsi, sasaran, tujuan,
manfaaat yang hendak dicapai peneliti. Sesuai dengan tujuan penelitian,

28
terdapat 3 jenis partisipan yaitu remaja, orang tua, masyarakat dan
beberapa pihak sekolah.
Kriteria partisipan dari remaja adalah :
1. Remaja yang sedang menempuh pendidikan di kelas 3 SMA,MA
dan SMK
2. Merupakan remaja yang mau melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi
3. Merupakan remaja yang tidak mempunyai keinginan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Kriteria partisipan orang tua :
1. Merupakan kedua orang tua dari remaja kelas 3 MA, SMA dan
SMK.
2. Orang tua dari remaja yang ingin melanjutkan pendidikan ke
jenjang perguruan tinggi
3. Orang tua dari remaja yang tidak mau melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi.
Kriteria Partisipan pihak sekolah adalah:
1. Kepala sekolah di lembaga tempat remaja yang menjadi partisipan
menempuh pendidikan.
2. Petugas TU
3. Guru BK
5. Sumber Data
Sumber data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga
menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif
yang menunjukkan fakta atau juga dapat didefinisikan data merupakan

29
kumpulan fakta atau segala sesuatu yang dapat dipercaya kebenarannya
sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menarik suatu kesimpulan. 28
Dalam penelitian ini, sumber datanya adalah data secara tertulis dan
kata-kata, yang ternbagi menjadi data primer dan sekunder yaitu:
a. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan sumber utama dalam penelitian
kualitatif berupa kata-kata dan tindakan yang diperoleh secara langsung
dari beberapa sumber,” bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-
kata dan tindakan”. Menurut Barowi dan Suwandi data primer
merupakan data utama yang harus dilakukan secara tindakan atau kata-
kata terhadap orang-orang yang diamati atau diwawancarai. Pencatatan
sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta
merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan mengamati, mendengar
dan bertanya.
Adapaun dalam penelitian ini, yang menjadi data primer adalah
hasil wawancara dengan salah satu remaja desa kadur.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data non manusia sebagai
data tambahan atau pendukung seperti “sumber data tertulis, foto,
statistic”. Sebagai dokumen atau literatur yang berisi hal-hal yang
berhubungan dengan tujuan penelitian sehingga peneliti hanya tinggal
mengambil dan mengumpulkan. Sumber data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan proposal
peneliti yang tentang persepsi remaja terhadap perguruan tinggi
6. Prosedur Pengumpulan Data

28
Sofia Siregar, metode penelitian kuantitatif dilengkapi dengan perbandingan perhitungan manual
dan SPSS (Jakarta prina media group,2015),16.

30
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang
diteliti. Salah satunya peneliti mampu menentukan teknik pengumpulan
data yang tepat dalam proses penelitian yang akan berlangsung sebagai
berikut:
a. wawancara (interview)
Wawancara (interview) adalah percakapan dengan maksud tertentu,
yang melibatkan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan pertanyaan jawaban atas pertanyaan itu. Sebagai sebuah
teknik yang penting dalam pengumpulan data, wawancara dibagi
menjadi tiga, yakni:
1) Wawancara Terstruktur, adalah mengacu pada situasi ketika seorang
peneliti melontarkan sederet pertanyaan temporal pada tiap-tiap
responden berdasarkan kategori-kategori jawaban tertentu dan
terbatas.
2) Wawancara Semi-Terstruktur, adalah wawancara dimana peneliti
hanya menyiapkan beberapa pertanyaan kunci untuk memandu
jalannya proses Tanya jawab wawancara. Pertanyaan yang disiapkan
juga memiliki kemungkinan untuk dikembangkan dalam proses
wawancara dilakukan.
3) Wawancara Tak-Terstruktur, merupakan wawancara bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data. Pedoman
yang digunakan wawancara ini hanyalah berupa garis- garis besar
permasalahan yang akan dinyatakan. Wawancara tak-terstruktur
digunakan peneliti yang memulai aktivitas pengumpulan data sebagai

31
orang yang hendak belajar, sebab peneliti belum mengetahui secara
pasti data apa yang akan diperoleh.29
Penelitian kali ini menggunakan wawancara semi struktur
karena peneliti sudah mempersiapkan beberapa daftar pertanyaan
kepada interview. Dimana pertanyaan yang disiapkan bisa
dikembangkan pada saat terjadinya wawancara serta bersifat terbuka
sehungga responden mempunyai keleluasaan dan tidak kaku uuntuk
mengekspresikan jawabannya.
b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data, di mana peneliti
melakukan pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti dengan tidak
hanya menggunakan penglihatan melainkan juga dapat menggunakan
pendengaran, penciuman, rasa dan rabaan untuk memperoleh data yang
harus dikumpulkan dalam penelitian.30
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari prosedur untuk pengumpulan
data. Metode dokumentasi ini merupakan kegiatan untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya. 31
7. Tahap-tahap Penelitian
a. Analisis
Tahap analisis merupakan tahap dimana peneliti mulai
mengumpulkan informasi atau data yang relevan dan diperlukan
mengenai persepsi remaja desa terhadap pentingnya perguruan tinggi
serta yang melatar belakangi permasalahan tersebut untuk kemudian
digunakan sebagai sumber belajar.

29
Ibid,hal.233
30
Yulus Slamet, Pendekatan Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2019), 87
31
Buna’I, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Pamekasan: STAIN Press, 2006), 107
32
Tahap analisis merupakan tahap dimana peneliti mulai
mengumpulkan informasi atau data yang didapat melalui wawancara
dan observasi mengenai persepsi remaja desa terhadap pentingnya
perguruan tinggi tersebut. Data yang diperoleh pertama mengenai
jumlah remaja yang sedang duduk di kelas tiga SMA ataupun MA
yang mana mereka nantinya akan mempunyai pilihan anatra
melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi atau tidak.
Remaja yang saat ini sedangkan duduk di kelas 3 itu ternyata
lebih banyak yang memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke
perguruan tinggi denhgan berbagai macam alasan yang mereka miliki,
mulai dari faktor ekonomi maupun tidak mendapatkan dukungan dari
pihak keluarganya.
Namun, ada sebagian juga yang mau melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi dengan alasan ingin menambah ilmu serta
wawasan yang dimiliki.
b. Sintesis
Dalam tahap ini peneliti mulai menggabungkan, merangkum,
menghubungkan setiap data yang diperoleh pada tahap sebelumnya
untuk kemudian diperoleh sebuah permasalahan tentang persepsi
remaja terhadap perguruan tinggi.
c. Diagnosis
Pada tahap diagnosis ini peneliti akan menetapkan akar atau
sumber penyebab permasalahan sehingga ditemukan pemahaman
mengenai masalah yang ditemukan. Pada tahap ini, peneliti
memerlukan studi mendalam untuk menentukan masalah yang
sebenarnya.
d. Prognosis

33
Pada tahap ini peneliti mulai memprediksi penyebab awal dari
permasalahan yang ada mengenai persepsi remaja terhadap perguruan
tinggi serta faktor pendukung dan yang menjadi penghambat
berdasarkan data-data yang sudah diperoleh.

e. Treatment
Pada tahap ini peneliti memberikan masukan kepada remaja
untuk mampu menghadapi serta mengatasi masalah yang dihadapinya.
Dalam hal ini remaja mampu mengatasi permasalahan yang menjadi
penghambat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

f. Follow Up
Tahap terakhir peneliti melakukan upaya tindak lanjut dalam
membantu dengan memeberi saran serta masukan pada remaja yang
kemudian untuk mengetahui bagaimana perkembangan dalam remaja
setelah mendapatkan masukan dan arahan tersebut.

34
J. Daftar Rujukan
Ali Mohammad dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, Bandung: Eks
Aksara, 2010.
Aini,Wardatul.” Persepsi Masyarakat Petani Tambak Di Desa Gumeno
Kecamatan Manyar Kabupaten Gersik.”,Skripsi: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,2016.
Aulia Putri, Rosyida, “Persepsi Masyarakat Desa Terhadap Pendidikan
Tinggi ( Studi Kasus Di Desa Panjulrejo Kecamatan Rengel
Kabupaten Tuban ):,Skripsi: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang,2020.
Buna’I, Metodologi Penelitian Pendidikan, Pamekasan: STAIN Press, 2006.
Eko Indrajit, Richardus. Manajemen Perguruan Tinggi Moder. Jakarta:2004
Hamka, Pembelajaran Kontekstual dan Aplikasi ,Bandung: Rafika Aditama,
2002.
Ihsan Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan cet. I: Jakarta; Runeka Cipta, 1997.
Kadir,Abdul, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012.
Latif,Abdul, Pendidikan Berbasis Nilai Masyarakat,Bandung: PT Refika
Aditama, 2009.
Monks, F. J. Psikologi Perkembangan “pengantar dan dalam berbagai
bagiannya” Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1991.
Moleong,Lexy J.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA, Cet. 38, 2018.
Muhaimin. Dkk, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di
Perguruan Tinggi Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Mrkum,Enoch.Pendidikan Tinggi dalam Perspektif Sejarah dan
Perkembangannya di Indonesia,Jakarta: UI-PRESS,2007.

35
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
Papali,Diana E,dkk, HumanDevelopment (Psikologi Perkembangan) bagian V
s/d bagian IX,Jakarta: KENCANA,2008.
Shaleh,Abdul Rahman,PsikologiSuatu Pengantar dalam Perspektif
Islam,Jakarta: Kencana, 2004.
Sabri,Alisuf, pengantar psikologi umum dan perkembangan,jakarta, pedoman
ilmu jaya. 2010.
Said,Muh. dan Junimar Affan, psikologi dari zaman ke zaman, bandung:
jemmars bandung 1990.
Sugihen,Bahrein Sosiologi Pedesaan, Jakarta: Grafindo Persada, 1996.
Soegoto,Eddy Soeryatno.Menciptakan Strategi Keunggulan Bersaing
Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
Sabri,Alisuf.pengantar psikologi umum dan perkembangan,jakarta, pedoman
ilmu jaya 2010.
Sarwono, Sarlito W.,pengantar umum psikologi,jakarta,bulan bintang,2003.
Siregar,Sofia. metode penelitian kuantitatif dilengkapi dengan perbandingan
perhitungan manual dan SPSS, Jakarta prina media group,2015.
Slamet,Yulus. Pendekatan Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2019.
takwin Bagus, “persepsi sosial mengenali dan mengerti orang lain”, dalam
sarlito W. Sarwono dan eko A.meinarno (ed.), PSIKOLOGI SOSIAL,,
(salemba humanika).
Tapinose, Ekron “Persepsi Masyarakat Tentang Pendidikan Anak
Melanjutkan Perguruan Tinggi Agama Islam Di Desa Air Teras
Kecamatan Talo Kabupaten Seluma.” Skripsi: Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu,2019.
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum ,Yogyakarta: Andi Ofset, 2004.

36
Walgito,BimO. Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Bina Ilmu, 1989.

Lampiran
Instrumen Penelitian
kepada guru:

1. Berapa jumlah siswa yang duduk di kelas 3 SMA/MA?


2. Apakah semua siswa yang ada di kelas 3 itu nantinya akan melanjutkan
pendidikannya ke perguruan tinggi atau tidak ?
kepada remaja:
1. Apakah kalian tau perguruan tinggi itu apa
2. Bagaimana persepsi kalian tentang pentingnya perguruan tinggi
3. Apakah kalian setelah lulus SMA/MA akan melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi
4. Mengapa kalian berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi
5. Apa yang menjadi faktor penghambat kalian untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi
6. Apa yang menjadi fajtor pendukung kalian untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi
37
kepada masyarakat:
1. Bagiaman pemahaman bapak/ibu terkait pentingnya perguruan tinggi
2. Mengapa bapak/ ibu mendukung anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi
3. Apa alasan bapak/ibu sehinggatidak mau anaknya melanjutkan pendidikan ke
peerguruan tunggi.

38

Anda mungkin juga menyukai