Anda di halaman 1dari 86

Mata kuliah

MEKANIKA TANAH 1 & 2

BAGAN ALIR BAHASAN

GAYA ANGKAT DISTRIBUSI


DIBAWAH TEGANGAN
BANGUNAN AIR (8)
(6) PERENCANAAN
PONDASI
TEGANGAN PEMAMPATAN
EFEKTIF TANAH
(7) (9)

REMBESAN AIR
DALAM TANAH STABILITAS
DAN DAYA
(5) DUKUNG
KEKUATAN
TANAH TANAH
KLASIFIKASI
TANAH
(3)
TANAH PEMADATAN
(1) (4) PERENCANAAN
KOMPOSISI
BANGUNAN
TANAH
TANAH
(2)
 1. BATUAN BEKU (IGNEOUS ROCK) :
 Magma yang membeku sewaktu terdesak ke
permukaan bumi pada saat terjadi letusan
gunung api
 Terdiri dari batuan beku intrusive dan
ekstrusive.
 Batuan intrusive adalah batuan dari magma yang
membeku dalam bumi
 Batuan ekstrusive adalah batuan dari magma
yang membeku dipermukaan bumi
 Jenis batuan beku adalah granit, gabbro,
andesite, rhyolite dan basalt.
INTRUSIVE ROCK EKSTRUSIVE ROCK
INTUSIVE ROCK

GABRRO DIORITE
INTUSIVE ROCK

GRANITE
PEGMATITE
ANDESITE
BASALT.
OBSIDIAN PUMICE
SCORIA.
RHYOLITE
 Batuan Sedimen : Deposit hasil pelapukan menjadi
lebih padat dengan adanya tekanan lapisan di
atasnya dan adanya proses sementasi antar butiran
oleh unsur-2 sementasi (oksida besi, kalsit, dolomit
dan quartz).
 Unsur-2 sementasi terbawa dalam larutan air tanah
mengisi ruang antar butir dan membentuk batuan
sedimen (sedimen detrital), jenis batuan sedimen ;
Conglomerat, breccia, sandstone
 Sedimen akibat reaksi kimia (Sedimen kimia) jenisnya ;
batu kapur (limestone), gamping, dolomite, gipsum,
anhydrite dll. Batu kapur terbentuk oleh CaCO3 dari
senyawa kalsit yg mengendap karena kegiatan
organisma (di laut) dan juga proses anorganik.
Unsur-2 sementasi terbawa dalam larutan air
tanah mengisi ruang antar butir dan membentuk
batuan sedimen (sedimen detrital), jenis batuan
sedimen ; Conglomerat, breccia, sandstone,
mudstone shale.
Sedimen akibat reaksi kimia (Sedimen kimia)
jenisnya ; batu kapur (limestone), gamping,
dolomite, gipsum, anhydrite dll. Batu kapur
terbentuk oleh CaCO3 dari senyawa kalsit yg
mengendap karena kegiatan organisma (di laut)
dan juga proses anorganik.
BRECCIA (KLASTIK) CHERT (KLASTIK)
CONGLOMERATE
(CLASTIC)

SHALE (CLASTIC)
COAL (KIMIA)

LIMESTONE (CLASTIC)
ROCKSALT (KIMIA)
SANDSTONE (CLASTIC)
 Batuan metamorf :
 Peristiwa metamorf  perubahan
komposisi/tekstur akibat panas, tekanan
dan kimia tekanan tanpa menjadi cair.
Batuan beku jenis gabbro, granite akan
menjadi batuan gneiss akibat peristiwa
metamorf demikian juga batuan shales dan
mudstone menjadi batuan jenis slates dan
phyllites.
Calcite dan Dolomite akan menjadi batuan
metamorf jenis marbel akibat rekristalisasi.
AMPHIBOLITE (NON
FOLIATED)

GNEISS (FOLIATED)
HORNFELS (NON FOLIATED)

MARBLE (NONFLIATED,
FROM LIMESTONE)
PHYILLTE (FOLIATED)

QUARTZITE (NONFOLIATED,
SANDSTONE)
SLATE (FOLIATED, SHALE) SCHIST (FOLIATED, MICA))
SCHIST (FOLIATED, MICA)

SCHIST (FOLIATED,
CHLORITE)
 Pelapukan : peristiwa terurainya batuan
menjadi partikel-2 yg lebih kecil (secara
mekanis maupun kimia).
 Pelapukan mekanis (fisika); terjadi karena susut
muai akibat perubahan panas-dingin terus
menerus (cuaca dll). Bisa juga akibat es gletser,
angin, aliran air, gelombang. Hujan dapat
membuat rekahan-rekahan yang ada di batuan
menjadi lebih besar sehingga membuat batuan
pecah menjadi bagian yang lebih kecil
 Pelapukan kimia : mineral batuan induk diubah
menjadi mineral baru melalui reaksi kimia.
 Pelapukan kimia : mineral batuan induk
diubah menjadi mineral baru melalui reaksi
kimia.
 Air dan CO2 dari udara membentuk asam
karbon, dan bereaksi dengan mineral
batuan membentuk mineral baru + garam
terlarut. Contoh pelapukan orthoclase :
 H2O+CO2  H2CO3  H+ + (HCO3)-
Asam karbonat
 2K(AlSi3O8) + 2H+ + H2O  2K+ + 4SiO2 +
Al2Si2O5(OH)4
 Orthoclase silika kaolinite
 Mineral lempung yg merupakan produk
pelapukan kimia dari feldspar, ferromagnesium
dan macam-2 mika adalah mineral yg membentuk
sifat plastis dari tanah. Ada 3 tipe utama mineral
lempung :
(1) kaolinite; (2) illite ; (3) montmorillonite.
 Pelapukan secara biologi: Salah satu contohnya
adalah pelapukan yang disebabkan oleh
gangguan dari akar tanaman yang cukup besar.
Akar-akar ini mampu membuat rekahan-rekahan
di batuan dan akhirnya dapat memecah batuan
menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
 PELAPUKAN KIMIA
 Biological · Carbonation · Hydrolysis ·
Mineral hydration · Oxidation
 PELAPUKAN MEKANIK/FISIK
 Abrasion · Corrasion · Frost weathering ·
Haloclasty · Thermal fatigue · Thermal
shock
ABBRASI (MEKANIK)

HYDROLOSYS GRANITE
BLOCK (MEKANIK) GRUS (MEKANIK)

CAVERNOUS
OLLUVIUM (MEKANIK)
CAVERNOUS (KIMIA)
STALAGMITE (KIMIA)
STALACTITES (KIMIA)
 Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-
batuan tersebut akan pecah menjadi bagian
yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk
berpindah tempat. Berpindahnya tempat dari
partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses
erosi ini dapat terjadi melalui beberapa cara:
 Akibat grafitasi: adanya grafitasi bumi maka
pecahan batuan bisa langsung jatuh ke
permukaan tanah atau menggelinding melalui
tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan
tanah.
 mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan
yang ada.
 Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan
kecil batuan yang ada dapat mengangkut pecahan
tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain.
Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas
adalah peranan sungai dalam mengangkut
pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
 Akibat angin: angin pun dapat mengangkut
pecahan-pecahan batuan yang kecil ukurannya
seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah
gurun.
 Akibat glasier: sungai es atau yang sering
disebut glasier seperti yang ada di Alaska
sekarang juga mampu memindahkan pecahan-
pecahan batuan yang ada.
 Tanah yang terangkut dikelompokkan
menurut jenis pembawa/cara
pengendapan:
 Tanah glacial  akibat sungai es (gletser)
 Tanah alluvial  aliran air (terdeposisi
sepanjang aliran Sungai.
 Tanah lacustrine  terdeposisi di danau-2
yg tenang
 Tanah marine  terdeposisi di laut
 Tanah aeolian  terangkut/terdeposisi oleh
angin
 Tanah coolluvial  gerakan tanah akibat
gravitasi.
Tanah : Material yg terdiri dari agregat (butiran) mineral
padat yg tidak tersementasi , bahan lapukan organik (berpartikel
padat) berikut zat cair / gas yg mengisi pori-2 (ruang kosong
diantara partikel padat).
tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu
atau seluruh jenis berikut :
• Berangkal (boulders) : potongan batuan yang besar berukuran lebih
besar dari 250 – 300 mm
• Kerakal (cobbles) : potongan batuan dengan ukuran berkisar 150 –
250 mm
• Kerikil (gravel) : partikel batuan yang berukuran 5 – 150 mm
• Pasir (sand) : partikel batuan yang berukuran 0,074 – 5 mm
• Lanau (silt) : partikel batuan yang berukuran 0,002 – 0,074 mm
• Lempung (clay) : partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari
0,002 mm
• Koloid (colloids) : partikel mineral yang “diam” berukuran lebih kecil
dari 0,001 mm.
Adapun sifat-sifat tanah yang penting adalah gradasi butiran, kekuatan
geser tanah, daya rembes, daya dukung tanah, konsolidasi, dan lain-lain.
Fase Tanah
1. Sistem 2 fase : yang terdiri dari tanah dan udara (derajat kejenuhan,
S = 0%) atau tanah dan air (S = 100%).
2. Sistem 3 fase : yang terdiri dari tanah, air dan udara (0 < S < 100%).

Keadaan tanah dapat dinyatakan sebagai berikut :


1. Kering, jika rongga-rongganya terisi penuh dengan udara.
2. Jenuh, jika rongga-rongganya terisi penuh dengan air.
3. Jenuh sebagian, jika rongga-rongganya terisi oleh air dan udara.

1.2. PENENTUAN DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN


Sifat-sifat suatu macam tanah tertentu banyak tergantung kepada ukuran
butirnya. Karena itu pengukuran besarnya butir tanah merupakan suatu
percobaan yang sangat sering dilakukan dalam bidang mekanika tanah.
Besarnya butir juga merupakan dasar untuk klasifikasi atau pemberian
nama kepada bermacam-macam tanah tertentu.
Untuk menerangkan tentang tanah berdasarkan ukuran partikel, beberapa
organisasi telah mengembangkan batasan-batasan ukuran golongan jenis
tanah seperti pada tabel berikut :

Nama Ukuran butiran (mm)


golongan kerikil pasir Lanau Lempung
MIT >2 2-0,06 0,06-0,002 <0,002
USDA >2 2-0,05 0,05-0,002 <0,002
AASHTO 76,2-2 2-0,075 0,075-0,002 <0,002
USCS 76,2-4,75 4,75-0,075 Butiran halus (lanau &
lempung) <0,075

MIT : Massachusetts Institute of Technology


USDA : U.S. Department of Agriculture
AASHTO : American Association of State Highway and Transportation Officials
USCS : Unified Soil Classification System (telah diterima diseluruh dunia,
dipakai oleh ASTM)
Penentuan ukuran butir tanah dilakukan dengan memakai 2 cara yaitu :
 Analisa saringan (ayakan) : untuk gradasi butiran kasar (kerikil–pasir).
Kumul.
Paling kasar No. Diameter Tertahan % %
tertahan
ayakan mm gram tertahan lolos
Gram
10 2 0 0 0 100
Paling halus 16 1,18 9,90 9,90 2,20 97,80
penadah 40 0,425 42,26 52,16 11,59 88,41
100 0,15 59,00 111,16 24,70 75,30
200 0,075 59,85 171,01 38,00 62,00
Pan --- 278,99 450,00 100 0

 Analisa hidrometer :
• Untuk tanah berbutir halus (lanau-lempung).
• Didasarkan pada prinsip pengendapan (sedimentasi) butir.
• Contoh dilarutkan dalam air lalu dibiarkan mengendap.
• Kecepatan mengendap tergantung ukuran butir, semakin besar
semakin cepat. Menurut hukum Stokes, kecepatan mengendap :
Ukuran Aggregat
Kasar

Saringan Aggregat
3/4 “ No.8 Halus

(19,1) (2,38) Filler

1½“ 1/2 “ No.30


(38,4) (12,7) (4,76)
3/8 No.50 PAN
1“
(9,52) (0,279)
(2,54)
No.4 No.100
(4,76) (0,149

No.8 No.200
(2,38) (0,074)
Coarse Fine
aggregate Aggregate

3/4 “ No.8
(19,1) (2,38) UNITED
KINGDOM
1/2 “ No.30
(4,76) Clay 0 - 0,002
1½“ (12,7)
Filler Silt 0,002-0,060
(38,4)
3/8 “ No.50 0,060 - 2
Sand
(9,52) (0,279)
1“ 2 - 60
PAN Gravel
(2,54)
No.4 No.100 Cobbles 60 - 200
(4,76) (0,149 Boulders 200-600

No.8 No.200
(2,38) (0,074)
are not same
Dep. Pek. Umum, 1987
 Analisa hidrometer :

• Untuk tanah berbutir halus (lanau-lempung).


• Didasarkan pada prinsip pengendapan (sedimentasi) butir.
• Contoh dilarutkan dalam air lalu dibiarkan mengendap.
• Kecepatan mengendap tergantung ukuran butir, semakin besar
semakin cepat. Menurut hukum Stokes, kecepatan mengendap :
v = kecepatan mengendap
 S  w 2 s = berat isi partikel tanah
v D
18 w = berat isi air
 = kekentalan air
D = diameter partikel tanah

Jadi : D  18.v 18 L dengan: v 


jarak L


 S  w  S  w t waktu t
S = GS. w

18 L
sehingga : D 
(GS  1) w t

Kalau hidrometer mengukur berat jenis larutan Rh maka:


1000  GS  dimana :
P  Rh  1x100 P = persen dengan ukuran <D
W  GS  1  W = berat total contoh tanah yg dites
Gs = berat jenis butir
HIDROMETER

Alat Hidrometer Jenis ASTM 152 H


Kurva Distribusi Ukuran Butiran
Pasir Lanau dan Lempung

Ayakan Analisa Ayakan


No. 16 30 40 60 100 200 Analisa Hidrometer
100
Analisa Ayakan
80 Analisa Hidrometer
Persentase yang Lolos

60

40

20

0
5 2 1 0,5 0,2 0,1 0,05 0,02 0,01 0,005 0,002 0,001

Diameter Butiran (mm)


1.3. UKURAN EFEKTIF, KOEFISIEN KESERAGAMAN,
KOEFISIEN GRADASI

D10 = diameter butiran yg bersesuaian dengan 10% lebih halus (lolos


ayakan) disebut ukuran efektif (effective size). koefisien keseragama
D30 = diameter butiran yg bersesuaian dengan 30% lebih halus
(lolos ayakan).
D60 = diameter butiran yg bersesuaian dengan 60% lebih halus (lolos ayaka

Koefisien keseragaman (uniformly coefficient) :


D60
Cu 
D10

Koefisien gradasi (coefficient of gradation) :


D302
Cc 
D60 xD10
CONTOH SOAL :
Contoh tanah akan ditentukan distribusi ukuran butir tanahnya. Diketahui,
berat contoh tanah, W = 119,33 gram dan berat jenisnya, Gs = 2,57. Hasil
analisis saringan dan hidrometer ditunjukkan dalam tabel berikut.
Saringa Diameter Berat Berat Persen Persen
n No. saringan butiran kumulatif Kumulatif butiran
(mm) tertahan tertahan tertahan lolos (%)
(gram) (%)
4 4,750 0,00 0 0 100,00
10 2,000 18,11 18,11 15.18 84,82
20 0,850 24,30 42,41 35,54 64,46
40 0,425 21,44 63,85 53,50 46,49
60 0,250 14,15 78,00 65.36 34,64
140 0,106 17,11 95,11 79.70 20,30
200 0,074 3,54 98,65 82.67 17,33
PAN 20,68 119,33 100 0

Sisa butiran yang lolos saringan 0,075 mm, kemudian dianalisis dengan
cara sedimentasi (hydrometer analysisis), yang hasilnya ditunjukkan
dalam tabel berikut.
Waktu Diameter Persen butiran
Pengendapan butiran mengendap (%)
(detik) (mm)
2 0,06 13,02
5 0,04 10,42
30 0,017 6,08
60 0,013 4,34
250 0,006 1,74
1440 - -

Hitungan dilakukan sebagai berikut :


berat tertahan kumulatif saringan no. 40,
= berat tertahan pada saringan ( No 4 + N0 10 + No 20 + No 40)

Kumulatif tertahan = 0 + 18,11 + 24,30 +21,44


= 63,85 gram

% tertahan = 63,85 : 119,35 x 100%


=
Grafik Gradasi Butir (analisa saringan + hidrometer)

100

90

80

70

60
% Lolos

50

40

30

20

10

0
0.00 0.01 0.10 1.00 10.00 100.00

Ukuran Butir (mm)

D10 = 0,04 mm D30 = 0,19 mm D60 = 0,75 mm


D30 2
D60 0,75 Cc 
Cu   D60.D10
D10 0,04 0,19 2
Cc   1,203
Cu  18,75 0,75 x0,04

Kriteria tanah bergradasi baik : Kerikil bila Cu > 4 dan Cc antara 1 – 3


Pasir bila Cu > 6 dan Cc antara 1 – 3
Kriteria tanah bergradasi buruk : tidak memenuhi syarat tersebut diatas
Baik salah satu atau kedua nilai (Cc dan Cu)
58
Mineral Lempung (Clay) susunannya terdiri dari
silika tetrahedra dan aluminium oktahedra.
hydroxyl or
oxygen oxygen

aluminium or
silika magnesium

0.26 nm
0.29 nm

Silika tetrahedra Aluminium Octahedra

59
Lembaran silica tetrahedral :

Si

Dan lembaran alumina octahedral :

Al

60
Perbedaan kombinasi dari lembaran
tetrahedral dan octahedral akan membentuk
mineral lempung yang berbeda pula.
1:1 Clay Mineral (e.g., kaolinite, halloysite):

61
2:1 Clay Mineral (e.g., montmorillonite, illite)

62
Al
Si
Typically 70-
100 layers Al
0.72 nm
Si

Al
joined by strong H-bond
no easy separation Si
joined by oxygen
Al
sharing
Si
 digunakan untuk bahan pengecatan, kertas
dan patry serta intrustri obat
 (OH)8Al4Si4O10

Halloysite
 sejenis kaolinite; hydrated and tubular
structure
 (OH)8Al4Si4O10.4H2O

64
 juga
disebut smectite; sangat mudah
mengembang bila berhubungan dengan air
Si

Al
Si

Si

Al swells0.96
on contact
nm with wa
easily separated Si
by water

joined by weak Si
high affinity to water
van der Waal’s bond Al

Si
65
 lempung dengan pengembangan
yang tinggi
 (OH)4Al4Si8O20.nH2O

Bentonite
 montmorillonite family
 used as drilling mud, in slurry trench
walls, stopping leaks

66
Si

Al

Si
joined by K+ ions

Si
fit into the hexagonal 0.96 nm
Al
holes in Si-sheet
Si

Si

Al

Si

67
Chlorite
A 2:1:1 (???) mineral.
Si Al Al or Mg

Vermiculite
 montmorillonite family; 2 interlayers of water

Attapulgite
 chainstructure (no sheets); needle-like
appearance 68
edge-to-face contact
face-to-face contact

Flocculated Dispersed
69
70
 umumnya teknik untuk mengetahui partikel
lempung

plate-like
structure

71
X-Ray Diffraction (XRD)
 untuk identifikasi stuktur molekul dan adanya
mineral
Differential Thermal Analysis
(DTA)
 untuk identifikasi mineral

72
60
U-line
50
montmorillonite illite A-line
Plasticity Index

40

30
kaolinite
20
halloysite
10

0
chlorite
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Liquid Limit

73
 Struktur tanah kohesif ditinjau  Tanah non kohesif dapat
membentuk hubungan sarang
terhadap komposisi mineral, lebah (honeycomb) dan
sifat-sifat elektrik dari mempunyai angka pori yang
tinggi. Lengkungan butiran
partikelnya. Susunan partikel dapat menahan beban statis,
dapat dibagi menjadi 2 tapi susunan ini sangat
sensitive terhadap longsoran,
macam (Rosenqvist, 1959), getaran, atau beban dinamis.
yaitu susunan terflokulasi dapat merubah sifat-sifat
teknisnya.
(fluculated, yaitu hubungan  Tanah jenis ini sangat sensitif
tepi yang satu dengan terhadap getaran , sehingga
sangat sulit untuk mengambil
permukaan partikel yang lain) contoh sampel (tanah pasir
dan susunan terdispersi, yaitu yang sangat longgar, dan juga
menyamakan kondisinya sama
hubungan permukaan partikel seperti kondisi di lapangan.
yang satu dengan dengan Karena itu dalam praktek
digunakan beberapa macam
permukaan yang lain). alat penetrasi untuk
mengetahui sifat-sifat tanah
granular/non kohesif .
1.4. KOMPOSISI TANAH
udara
Va air
udara
Ww air Vw Vv
W V BUTIR BUTIR BUTIR
Ws PADAT Vs PADAT PADAT

Elemen asli 3 fase 2 fase 2 fase


(a,w,s) (w,s) (a, s)

1.5. HUBUNGAN VOLUME – BERAT


Vs = vol. butiran padat
Vv = volume pori
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va Vw = volume air
Va = volume udara
V = volume total

W = Ws + Ww = berat total Ws = berat butir padat


Ww = berat air

Indeks “w” = water Indeks “s” = soil (butiran padat)


Indeks “v” = void (pori) Indeks “a” = air (udara)
 Hubungan Volume : angka pori “ e “ (void ratio), porositas “n” dan
derajat kejenuhan “S” (degree of saturation) %.

e = Vv/Vs  perbandingan antara vol. pori dgn vol. butiran padat


n = Vv/V  perbandingan antara vol. pori dgn volume total
S = Vw/Vv x 100 %  derajat kejenuhan

 Hubungan “e” dengan “n”


Vv
e
e
Vv

Vv
 V 
n
atau n
Vs V  Vv V  Vv 1  n 1 e
V V

 Kadar air “w” (water content) dan berat volume “”


( = berat isi = unit weight)
w = Ww/Ws x 100%
 Ww 
Ws 1 
W Ws  Ww  Ws  Ws 1  w
Berat isi basah :    
V V V V
Ws 
Berat isi kering :  d  
V 1 w

Kerapatan (density,  )  = m/V  d = ms/V

dimana : m = massa total tanah


ms = massa butiran padat
Indeks “d” = menyatakan kondisi kering (dry)

 = .g d = d.g sat = sat.g

g = percepatan gravitasi = 9,81 m/detik2 =32,185 ft/detik2


indeks sat menyatakan keadaan jenuh air (saturated).
w = 62,4 lb/ft3 = 9,81 kN/m3
w = 1000 kg/m3
1.6. HUBUNGAN BERAT VOLUME (KEPADATAN), ANGKA PORI, KADAR AIR,
BERAT SPESIFIK (BERAT JENIS)

udara Va
W Ww=w.Gs.w air Vw=w.Gs Vv=e V=1+e
BUTIR V
Ws=Gs.w PADAT Vs=1

Pada gambar di atas misalkan volume butiran padat Vs = 1


Maka didapat volume pori Vv = e

Berat jenis “Gs” didefinisikan sebagai


perbandingan berat isi butiran padat dengan
berat isi air pada temperatur tertentu.

Jadi : G s = Ws /  w atau Ws=Gs. w

karena Vs = 1,
maka Ww = w.Ws = w.Gs. w
Dimana : Gs = berat jenis butiran padat
w = berat volume air
w = kadar air.
w = 9,81 kN/m3 = 62,4 lb/ft3

W Ws  Ww GS . w  w.GS . w 1  wGS . w
Berat isi basah :     
V V 1 e 1 e
WS GS . w
Berat isi kering : d  
V 1 e

Ww w.Gs. w
Volume air : Vw    w.Gs
w w

Vw w.Gs
Derajat kejenuhan : S   S.e = w.Gs
Vv e
Untuk tanah jenuh air (saturated) ,S = 100% ;

W Ws  Ww GS . w  e. w GS  e . w


Berat isi jenuh :  sat    
V V 1 e 1 e
1.7. HUBUNGAN BERAT VOLUME, POROSITAS DAN KADAR AIR

n
Karena e
1 n

atau n 1
1 e  1 
1 n 1 n

WS GS . w GS . w
maka : d     GS . w (1  n)
V 1 e 1
1 n


1  wGS . w
 GS . w (1  n)(1  w)
1 e
 n 
 S
G  . w
 sat 
GS  e. w 
1 n 
 GS (1  n)  n. w
1 e 1
1 n
1.8. KERAPATAN RELATIF DR (UNTUK PASIR DAN KERIKIL)

emaks.  e   d   d .(min)   d (maks) 


Dr    
emaks.  emin  d (maks)   d (min)    d 
 
Nilai Dr bervariasi dari 0 sampai 1
emaks = angka pori tanah dalam keadaan paling gembur
emin = angka pori tanah dalam keadaan paling padat
e = angka pori tanah di lapangan

1.9. KONSISTENSI TANAH BERBUTIR HALUS (LEMPUNG DAN LANAU)


Lembab  dapat diremas tanpa retak
sifat konsistensi untuk kadar air yang bervariasi, digambarkan oleh
Atterberg (Swedia) sbb. :
• w sangat tinggi  sangat lembek seperti cairan
• w cukup tinggi  plastis
• w rendah  semi padat
• w sangat rendah/kering  padat
keadaan peralihan (transisi) dari :
• padat ke semi padat  batas susut SL (shrinkage limit)
• semi padat ke plastis  batas plastis PL (plastic limit)
• plastis ke cair  batas cair LL (liquid limit)

dinyatakan dalam % kadar air (w), = batas-batas Atterberg

padat semi padat plastis cair


w bertambah

SL PL LL

 Batas cair LL : (ditentukan dengan mangkok Casagrande):

8mm
Celah 2mm

• Tinggi jatuh mangkok = 10 mm.


• Lakukan minimal 4 variasi kadar air w
• Hitung jumlah ketukan untuk membuat celah bersinggungan sepanjang 12,7mm.
• Buat diagram w VS log N
40

Kadar air w (%)


35
LL = wL = 31%
30

25 Flow line

20
10 20 25 30 40 50
jumlah ketukan N (skala log)

Kemiringan garis aliran (flow line) disebut indeks aliran IF

LL = kadar air pada saat 25 ketukan, massa tanah


bersinggungan sepanjang 0,5 in (12,7 mm).
w1  w2
IF 
N 
log  2 
 N1 
Persamaan garis aliran : w = -IF log N + C
tan  N = jumlah ketukan yg dibutuhkan
Rumus empiris : LL  wN  
N
untuk menutup celah 0,5 in
 25  ( antara 20–30 ).
tan  = 0,121 WN = kadar air yg perlu untuk N
ketukan diatas
 Batas plastis PL :
kadar air pada saat tanah dapat digulung sampai mencapai diameter 1/8 in
(3,2 mm) baru retak-retak.

 Indeks plastisitas PI :
PI = LL – PL

 Batas susut SL :
Tanah basah susut bila kadar air berkurang perlahan-2. Batas keseimbangan
dimana tanah tak bisa susut lagi walaupun kadar air terur berkurang, disebut
batas susut. Air raksa

Volume tanah basah =Vi Volume kering =Vf


Massa tanah basah = m1 Massa kering = m2

SL = wi(%) – w(%)

SL   
 
 m1  m2 Vi  V f  w 
100% w = kerapatan air (gr/cm3)
 m2 m2 
 Aktivitas “A” (activity ) :
Skempton: PI bertambah linier terhadap pertambahan fraksi ukuran lempung
(< 2). Kemiringan kurva PI vs % clay :
PI
A 
% berat fraksi berukuran lempung

Anda mungkin juga menyukai