Anda di halaman 1dari 186

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS INKOMPLET POST KURETASE

PADA NY.S DI BANGSAL ANGGREK RUMAH SAKIT

TENTARA DOKTER SOEDJONO MAGELANG

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata Kuliah Tugas Akhir

pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh:

Fadjar indriyanti

NIM: P17420512017

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

MEI, 2015

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang diberikan-

Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal laporan kasus

dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS INKOMPLET DI

RUMAH SAKIT TENTARA DOKTER SOEDJONO MAGELANG”. Proposal

laporan kasus ini disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Tugas Akhir pada

program studi D III Keperawatan Magelang 2014/2015 .

Dalam penyusunan proposal laporan kasus ini penulis menemui banyak

hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Proposal laporan kasus ini. Untuk itu

penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Sugiyanto, S.Pd, M.App, Sc, Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang

2. Budi Ekanto, S.Kep, M.Sc, Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Semarang

3. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes, Ketua Program Studi D III

Keperawatan Magelang.

4. Tulus Puji Hastuti. S.Kep, Ns, M.Kes, ketua pembimbing penyusunan

Proposal laporan kasus ini.

5. Wiwin Renny R, SST, S.Pd, M.Kes, anggota pembimbing penyusunan

Proposal laporan kasus ini

6. Sri Adiyati, S.Pd, S.Kep, anggota pembimbing penyusunan Proposal

laporan kasus ini

v
vi

7. Staf Perpustakaan Prodi Keperawatan Magelang, atas bantuan informasi

yang penulis dapatkan.

8. Seluruh Staf pendidikan Politeknik Kesehatan kemenkes Semarang Prodi

DIII Keperawatan Magelang, atas bimbingan dan pengarahannya dalam

pembuatan.

9. Seluruh karyawan Politeknik Kesehatan kemenkes Semarang Prodi DIII

Keperawatan Magelang, atas bantuan yang diberikan.

10. Bapak, ibu, kakak, adik, saudara yang selalu memberikan doa dan

dukungan tanpa kenal lelah

11. Kelas Arjuna I, yang telah membantu dalam perolehan informasi dan

kerjasamanya.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan proposal laporan kasus ini

masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Semoga penulisan proposal laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk

semua pihak, khususnya para pembaca.

Magelang, ………………… 2015

Penulis
Daftar isi
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ........ Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........ Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
Daftar isi ................................................................................................................ vii
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 4
C. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 5
BAB II ..................................................................................................................... 7
A. Konsep Abortus Inkomplet .......................................................................... 7
1. Pengertian ................................................................................................. 7
2. Etiologi Abortus ....................................................................................... 8
3. Patofisiologi............................................................................................ 16
4. Manifestasi Klinis dan penegakan diagnosis .......................................... 17
5. Komplikasi ............................................................................................. 18
6. Penatalaksanaan ...................................................................................... 20
B. Kuretase...................................................................................................... 22
1. Pengertian Kuretase ................................................................................ 22
2. Persiapan Kuretase ................................................................................. 22
3. Perawatan Post Kuretase ........................................................................ 25
C. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Abortus Inkomplet .................... 26
1. Pengkajian .............................................................................................. 26
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 32
3. Rencana Tindakan .................................................................................. 35
4. Evaluasi .................................................................................................. 42

vii
viii

BAB III .................................................................. Error! Bookmark not defined.


A. Biodata Klien (biographic information) ..... Error! Bookmark not defined.
B. Pengkajian (assessment).............................. Error! Bookmark not defined.
1. Riwayat Keperawatan (nursing history).. Error! Bookmark not defined.
2. Pemeriksaan Fisik.................................... Error! Bookmark not defined.
3. Pengkajian Fokus .................................... Error! Bookmark not defined.
4. Pemeriksaan Diagnostik .......................... Error! Bookmark not defined.
C. Perumusan Masalah (formulate problem(s))Error! Bookmark not
defined.
D. Perencanaan Keperawatan (plan)................ Error! Bookmark not defined.
E. Pelaksanaan ................................................. Error! Bookmark not defined.
F. Evaluasi ....................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV ................................................................................................................. 76
A. PEMBAHASAN ........................................................................................ 76
1. Diagnosa Yang Muncul Dalam Kasus ................................................... 76
2. Diagnosa keperawatan yang ada dalam tinjauan pustaka tidak muncul
dalam kasus .................................................................................................... 97
B. Simpulan .................................................................................................... 99
DAFTAR GAMBAR

1.1 Pathway Abortus Inkomplet ...................................................................... 16

ix
Daftar Lampiran

Lampiran 1 : Asuhan Keperawatan

Lampiran 2 : SAP Abortus Inkomplet

Lampiran 3 : Leaflet Abortus Inkomplet

Lampiran 4 : Daftar Menu Diet

Lampiran 5 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 6 : Lembar Bimbingan Proposal

Lampiran 7 : Lembar Bimbingan Hasil

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah selama dua tahun

terakhir mengalami peningkatan. AKI tahun 2012, 116,34/100.000 kelahiran

hidup dan tahun 2013, 118,62/100.000 kelahiran hidup (Asmarawati &

Dongoes, 2006)Dinkes Jateng, 2013). Angka Kematian Ibu (AKI)

mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan

yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai

komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan

fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri

(Dinkes Jateng, 2012).

Jumlah komplikasi kebidanan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013

sebanyak 126.806 (20% dari jumlah ibu hamil). Cakupan komplikasi

kebidanan yang ditangani tahun 2013 sebesar 90,81% (Dinkes Jateng, 2013).

Komplikasi kebidanan meliputi: komplikasi kehamilan, komplikasi

melahirkan dan komplikasi nifas. Komplikasi kehamilan yang dapat

mengancam jiwa ibu dan/atau bayi diantaranya: abortus, hiperemesis

gravidarum, perdarahan pervaginam, hipertensi dalam kehamilan

(preeklampsia, eklampsia), kehamilan lewat waktu, dan ketuban pecah dini

(Dinkes Jateng, 2013).

1
2

Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat

bertahan hidup di luar kandungan atau sebelum masa gestasi 20 minggu atau

berat janin kurang dari 500 gramyang disebut abortus menjadi masalah

penting dalam kesehatan masyarakat karena berpengaruh terhadap morbiditas

dan mortalitas maternal (Dessy Haryani,2012). Upaya pencegahan dan

penangananabortus sangat penting untuk mencapai tujuan kelimadari

Millennium Development Goal yaitumemperbaiki kondisi kesehatan ibu

danmenurunkan kematian maternal (Tina Asmarawati, 2010).

Abortus di Rumah Sakit Tentara (RST) dr. Soedjono, Magelang bulan

Januari - Desember 2014 sebanyak 126 kasus, diantaranya Abortus

Inkomplet76 kasus (60,31%), Missed Abortion 9 kasus (7,15 %) dan Blighted

Ovum 41 kasus (32,54%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa kejadian

Abortus Inkompletpaling tinggi jika dibandingkan dengan kejadian Abortus

jenis lain.

Abortus inkomplet merupakan keguguran yang sebagian konsepsi

masih tertahan di dalam rahim yang ditandai dengan perdarahan. Konsepsi

yang ada dalam kandungan tidak dapat dipertahankan dan perdarahan akan

terus berlanjut hingga hasil konsepsi keluar seluruhnya, walaupun rasa nyeri

tidak dirasakan lagi. Perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan syok dan

anemia (unbound medicine, 2012). Abortus inkomplet apabila tidak dikelola

secara menyeluruh meliputi biologis, psiokologis, sosial, spiritual dan kultural

maka berbagai masalah akan muncul baik komplikasi dari abortus-nya

maupun masalah lain seperti psikologis, sosial, dan kehamilan


3

selanjutnya.Adanya jaringan yang terbuka pada abortus inkomplet menjadi

tempat masuknya mikrobiologi patogen (bakteri) yang dapat menyebabkan

infeksi. Perdarahan dan infeksi dapat meningkatkan risiko kematian

ibu(unbound medicine, 2012). Masalah psikologis yang dialami ketika

terjadikeguguran yaitu rasa tertekan hilangnyaharga diri karena

ketidakmampuan atau kegagalanmenjaga janin yang dikandungnya, merasa

kosong atau hampa, gangguan tidur, rasa bersalah. Keadaan psikologis lain

yang lebih berat yaitu depresi, kecemasan, kesedihan, kemarahan. Masalah

sosial yang menjadi dampak dari keguguran yaitu penarikan sosial dan

gangguan perkawinan. Dampak abortus secara psikologis dan sosial tidak

hanya dirasakan oleh seorang ibu, tetapi seorang ayah juga ikut merasakan

(Neilson JP, dkk, 2010). Prognosis kehamilan selanjuntnya yaitu wanita yang

belum pernah melahirkan bayi hidup dan pernah mengalami paling sedikit

satu kali abortus spontan, risiko abortus selanjutnyaadalah 40% (Cunningham,

2006).

Perawat dan bidan sebagai tenaga pelayanan kesehatan yang

berhubungan dengan ibu hamil diharapkan mempunyai dasar ilmu

pengetahuan dan ketrampilan yang baik. Penatalaksanaan yang benar akan

memberikan kontribusi keberhasilan pemberian asuhan keperawatanpada

kasus abortus inkompletsehingga masalah-masalah yang terjadi dapat teratasi

dan komplikasi tidak terjadi (Sri Sadewo, 2012). Penanganan yang ditekankan

yaitu pencegahan infeksi dan mempertahankan vaskularisasi akibat

perdarahan, sehingga tidak menimbulkan sepsis dan syok dan risiko kematian
4

ibu tidak terjadi. Penekanan perawatan disini tanpa mengabaikan

permasalahan lain seperti psikologis, sosial dan masalah fisik lain (Hongwhei

Wan, 2012).

Latar belakang tersebut menjadi alasan penulis untuk melakukan studi

kasus asuhan keperawatan pada pasien abortus inkomplet di Rumah Sakit

Tentara Dokter Soedjono Kota Magelang.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulis adalah untuk mengetahui, memahami, dan dapat

memberikan asuhan keperawatan pada kasus abortus inkomplet dengan

pendekatan asuhan keperawatan menerapkan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus yang ingin penulis capai dalam penulisan asuhan

keperawatan ini adalah:

a. Melakukan pengkajian pada pasien abortus inkomplet

b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien abortus inkomplet

c. Merumuskan rencana keperawatan pada pasien abortus inkomplet

d. Melakukan implementasi pada pasien pada kasus abortus inkomplet

e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien abortus

inkomplet
5

C. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini adalah:

1. Secara teoritis

Hasil penulisan ini dapat menambah informasi dan pengetahuan

kesehatan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas

pada klien Abortus Inkomplet

2. Secara Praktis

a. Bagi Penulis

1) Dapat menerapkan teori yang telah dipelajari penulis selama kuliah

dalam memberikan asuhan keperawatan abortus inkomplet secara

memadai dan menyeluruh

b. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

1) Dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien abortus

inkomplet dengan baik sehingga angka kesakitan dan kematian

pada klien abortus inkomplet dapat menurun

2) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk upaya

peningkatan pelayanan kesehatan di lahan.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai gambaran yang nyata dari kasus abortus, sehingga dapat

dipakai sebagai bahan kajian ilmu keperawatan.

d. Bagi Pasien

Sebagai objek dalam pelayanan keperawatan, pasien diharapkan bisa

sehat kembali dan tidak terjadi komplikasi abortus inkomplet dan


6

menambah pengetahuan dan wawasan tentang abortus inkomplet dan

perawatannya.

e. Bagi Pasien

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang abortus inkomplet dan

perawatannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Abortus Inkomplet

1. Pengertian

a. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kurang dari

20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Abdul Bari, 2009).

b. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa

intervensi luar (buatan) yang dapat mengancam atau tidak dapat

dihindari untuk mengakhiri kehamilan (Wiknjosastro,2008 dan Maria

Wijayarni, 2012).

c. Errol dan Schorge (2007) mendefinisikan abortus spontan adalah

kehilangan kehamilan yang dikenali sebelum usia gestasi 20 minggu,

yang ditandai dengan perdarahan pervaginam dan seringkali disertai

nyeri perut.

d. Abortus inkomplet pengeluaran produk konsepsi parsial dari kavum

uteri melalui kanalis servikalis yang mengalami dilatasi yang ditandai

dengan perdarahan pada kehamilan muda (Errol dan Schorge, 2007).

e. Abortus inkomplet adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal di

dalam uterus (Abdul Bari, 2009).

7
8

Kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum

uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum

pada pemeriksaan vagina. Perdarahan pada abortus inkomplet tidak akan

berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan sehingga dapat

menyebabkan syok. Abortus inkomplet yang disertai syok karena

perdarahan, penanganannya segera berikan cairan NaCl fisiologik atau

Ringer laktat yang disusul dengan transfusi. Setelah syok diatasi,

dilakukan kerokan. Pasca tindakan disuntikan intramuskulus ergometrin

untuk mempertahankan kontraksi otot uterus (Wiknjosastro, 2008).

2. Etiologi Abortus

Mekanisme-mekanisme yang berperan dalam abortus tidak selalu

jelas, selama 3 bulan pertama kehamilan, ekspulsi spontan hampir selalu

didahului oleh kematian janin. Penemuan penyebab abortus dini perlu

dipastikan penyebab kamatian janin.Penyebab abortus menurutAbdul Bari

dan Wiknjosastro (2008) dan Cunningham (2013), adalah:

a. Penyebab Genetik

Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan

kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester

pertama merupakan kelainan sitogenik. Kelainan sitogenik embrio

biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadis,

misalnya nondisjunction meiosis atau poliploid dari fertilitas abnormal.

Separuh dari abortus karena kelainan sitogenik pada trimester pertama

berupa trisomi autosom. Trisomi timbul akibat dari nondisjunction


9

meiosis selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal

(Abdul Bari, 2009).

b. Faktor imunologik

Inkomtabilitas golongan darah A,B,O dengan reaksi antigen-antibody

dapat menyebabkan abortus, karena pelepasan histamine

mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler.

Inkomtabilitas karena Rh faktor dapat menyebabkan pula abortus

berulang, tetapi hal ini biasanya menyebabkan gangguan pada

kehamilan di astas 28 minggu (Abdul Bari, 2009).

c. Penyebab anatomik

Kelainan anatomik yang menyebabkan abortus diantaranya:

kelainan uterus, inkompetensi serviks, kelainan plasenta, dan sindrom

Asherman. Kelainan-kelainan uterus yang timbul pada wanita dewasa

terdapat laserasi serviks uterus yang luas dan tumor uterus khususnya

mioma. Pada laserasi yang cukup luas, bagian bawah uterus tidak

dapat memberi perlindungan pada janin dan dapat terjadi abortus,

biasanya pada kehamilan lewat semester pertama (Cunningham, 2006).

Serviks inkompeten ditandai oleh pembukaan serviks tanpa

nyeri pada trimester kedua, disertai prolaps dan menggembungnya

selaput ketuban kedalam vagina, diikuti oleh pecahnya selaput ketuban

dan ekspulsi janin immature. Apabila tidak diterapi secara efektif,

rangkaian ini dapat berulang pada setiap kehamilan (Cunningham,

2006).
10

Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis dapat terjadi

dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu,

sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.

Kejadian ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena

hipertensi menahun (Wiknjosastro, 2008).

Sindrom Asherman disebabkan oleh destruksi endometrium

luas akibat kuretase. Hal ini menyebabkan amenore dan abortus

rekuren yang dipercaya disebabkan oleh kurang memadainya

endometrium untuk menunjang implantasi. Diagnosis dapat ditegakkan

dengan histerosalpingogram yang memperlihatkan defek pengisian

multiple khas, tetapi diagnosis paling akurat dengan histeroskopi

(Abdul Bari, 2009).

d. Penyebab Autoimun

Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan

penyakit autoimun. Misalnya, sistematic lupus erythematosus (SLE)

dan antiphospholipidantibodies (aPA). Kejadian abortus spontan di

antara pasien SLE sekitar 10%, dibanding populasi umum. Bila

digabung dengan peluang terjadinya pengakhiran kehamilan trimester

2 dan 3, maka diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakhir

dengan terhentinya kehamilan. Paling sedikit ada 3 bentuk aPA yang

diketahui mempunyai arti klinis yang penting, yaitu: lupus

anticoagulant (LAC), APS (antiphospholipid syndrome), dan

biologically false-positive untuk syphilis (FP-STS).


11

Antiphospholipidantibodies (aPA) ditemukan kurang dari 2%

pada perempuan yang sehat, kurang dari 20% pada perempuan yang

mengalami abortus dan lebih dari 33% pada perempuan dengan SLE

(Cunningham,2013). Antiphospholipidantibodies dapat berupa isotop

IgG, IgA, atau IgM. Mekanisme kematian janin pada para wanita ini

diperkirakan melibatkan thrombosis dan infark plasenta. Kemungkinan

mekanisme thrombosis yang dipicu oleh antibody antofosfolipid yaitu:

1) Sel endotel secara normal mengubah asam arakidonat membran

plasma menjadi prostasiklin, yang dibebaskan kedalam sirkulasi

dan mencegah agregasi thrombosit. Antibody antifosfolipid

mempermudah terjadinya thrombosis dengan menghambat sel

endotel untuk menghasilkan prostasiklin

2) Thrombosit normalnya mengubah asam arakidonat membran

plasma menjadi tromboksan, yang kemudian dibebaskan dan

memicu agregasi trombosit. Antibody fosfolipid mungkin

meningkatkan trombosit dengan memperbanyak pembebasan

tromboksan.

3) Sel endotel dengan reseptornya, trombomodulin diaktifkan oleh

enzim dan dapat mengaktifkan protein C dalam sirkulasi. Protein C

yang telah aktif berikatan dengan protein S dipermukaan sel

endotel (dan trombosit). Kompleks protein C menguraikan

komponen-komponen jenjang pembekuan yang telah aktif dalam


12

darah. Apabila dibiarkan dalam sirkulasi, akan meningkatkan

aktivitas pembekuan darah.

Thrombosis plasenta pada APS diawali adanyapeningkatan

rasio thromboksan terhadap prostasiklin, selain itu juga akibat dari

peningkatan agregasi thrombosit, penurunan c-reaktif protein dan

peningkatan sintesis platelet-activatingfaktor. Secara klinis lepasnya

kehamilan pada pasien APS sering terjadi pada usia kehamila diatas 10

minggu.Lupus anticoagulant (LAC) adalah suatu imuoglobulin (IgG,

IgM, atau keduanya) berkaitan dengan peningkatan insidensi serangan

thromboemboli (Abdul Bari, 2009).

e. Penyebab Infeksi

Peran infeksi terhadap risiko abortus, antara lain sebagai

berikut:

1) Adanya metabolik toksik, endotoksik, atau sitokin yang berdampak

langsung pada janin atau unit fetoplasenta

2) Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat

sehingga janin sulit bertahan hidup

3) Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa

berlanjut kematian janin

4) Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia

bawah dapat mengganggu proses implantasi

5) Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, umumnya oleh

karena virus selama kehamilan awal (misalnya rubella, parvovirus


13

B19, sitomegalovirus, koksikae virus B, varisela zoster, kronik

sitomegalovirus CMV, HSV) (Abdul Bari, 2009).

f. Faktor Hormonal

Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada

koordinasi pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu

perhatian langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase

luteal, dan gambaranhormon setelah konsepsi terutama kadar

progesteron. Kadar progesteron punya peranan penting dalam

mempengaruhi reseptivitas endometrium terhadap implantasi embrio.

Support fase luteal punya peran kritis pada kehamilan sekitar 7

minggu, yaitu saat dimana trofoblas harus menghasilkan cukup steroid

untuk menunjang kehamilan. Pengangkatan corpus luteum sebelum

usia 7 minggu akan menyebabkan abortus. Kehamilan bisa

diselamatkan jika dalam keadaam ini progesteron diberikan.

Pengaruh hormonal terhadap imunitas desidua adalah pengaruh

endometrium, desidua mengubah semua sel pada mukosa uterus.

Perubahan morfologi dan fungsional ini mendukung proses implantasi

juga proses migrasi trofoblas dan mencegah invasi yang berlebihan

pada jaringan ibu. Interaksi antara trofoblas ekstravillous dan infiltrasi

leukosit pada mukosa uterus menjadi peran penting (Cunningham,

2006).
14

g. Faktor Hematologik

Beberapa kasus abortus ditandai dengan adanya defek plasenta

dan adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Berbagai

komponen koagulan dan fibrinolitik memegang peranan penting pada

implantasi embrio, invasi trofblas, dan plasentasi. Pada kehamilan

terjadi hiperkoagulasi karena: peningkatan kadar faktor prokoagulan,

penurunan faktor antikoagulan, dan penurunan aktivitas fibrinolitik.

Peningkatan produksi tromboksan yang berlebihan pada usia

kehamilan 4-6 minggu dan penurunan produksi prostasiklin saat usia

8-11 minggu sering terjadi pada kasus abortus berulang. Perubahan

rasio tromboksan dan prostasiklin memacu vasospasme serta agregasi

trombosit, yang akan menyebabkan mikrotrombi serta nekrosis

plasenta (Abdul Bari, 2009).

h. Radikal Bebas

Pada kehamilan normal, stadium awal perkembangan terjadi

pada lingkungan yang rendah oksigen. Hipoksia fisiologis dari kantung

gestasi akan melindungi fetus terhadap efek penghancur dan

teratogenik dari radikal bebas.Radikal bebas adalah molekul dimana

lapisan paling luar tidak memiliki pasangan. Dengan kondisi yang

tidak berpasangan membuat molekul itu semakin reaktif yang artinya

mampu bereaksi bebas dengan molekul yang berada di sekitarnya.

Molekul tersebut termasuk protein, lemak, karbohidrat dan Deoxyribo

Nuclei Acid (DNA).


15

Reaktif berarti mereka juga tidak bertahan lama dalam bentuk

aslinya karena untuk mempertahankan bentuk aslinya, molekul ini

akan mengambil satu molekul yang stabil dari yang lain yang berada di

dekatnya dan molekul yang diambil tersebut akan menjadi radikal

bebas dan seterusnya sampai terjadi kerusakan sel. Molekul yang

sangat reaktif ini sebagian besar berasal dari oksigen, maka secara

umum disebut Reactive Oxygen Species (ROS).

Stres oksidatif plasenta dapat menyebabkan timbulnya

preeklampsia dan abortus dimana tekanan oksigen akan meningkat

secara bertahap. Peningkatan ini bersamaan dengan perubahan

morfologi arteri uterus sehingga memungkinkan sirkulasi yang bebas

dari maternal ke dalam plasenta. Fluktuasi konsentrasi oksigen terlalu

cepat atau meningkat terlalu tajam menyebabkan sistem perlawanan

antioksidan menjadi berlebihan yang akhirnya timbul stres oksidatif.

Kerusakan pemecahan protein, lipid dan kerusakan DNA yang berat

dalam hal ini berpengaruh pada fungsi sel normal sehingga dapat

menyebabkan kematian sel (Wiknjosastro, 2008).


16

3. Patofisiologi

Sebagian besar abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin

yang kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu

terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi

sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan pervaginam. Hal

tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,

sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan

uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Kehamilan kurang dari 8

minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi

koriales belum menembus desidua secara mendalam. Usia kehamilan

antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam,

sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat

menyebabkan banyak perdarahan. Kehamilan 14 mingggu keatas

umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul

beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta

segera terlepas secara lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai

persalinan dalam bentuk immature.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai

bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya

benda kecil tanpa berbentuk yang jelas (blighted ovum) , mungkin pula

janin telah mati lama (missed abortion).Mudigah yang mati tidak

dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan

bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kurenta. Bentuk ini menjadi
17

mola karneosa apabila pigmen darah telah diserap dan sisanya terjadi

organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah

mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena

terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi

proses mumifikasi, janin yang mengering dan karena cairan amnion

menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus

kompressus). Dalam tingkat lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen

(fetus papiraseus).Kemungkinan lain pada janin-mati yang tidak segera

dikeluarkan ialah terjadinya maserasi; kulit terkelupas, tengkorak menjadi

lembek, perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna

kemerah-merahan (Wiknjosastro, 2009, Cunningham, 2006).

4. Manifestasi Klinis dan penegakan diagnosis

Menurut Mary Nolan (2004), Wiknjosastro (2008) dan Devi

Yulianti (2006) manifestasi klinis abortus inkomplet adalah :

1. Nyeri/kramperut bawah seperti menstruasi yang datang dan pergi

2. Nyeri punggung bagian bawah

3. Nyeri tekan uterus

4. Perdarahan hebat dari vagina

5. Ekspulsi sebagian hasil konsepsi

6. Uterus lebih kecil dari usia kehamilan

7. Pemeriksaan vagina kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan dalam

kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.


18

5. Komplikasi

Menurut Devi Yulianti (2006), Wiknjosastro (2008) komplikasi

abortus inkomplet adalah :

1. Infeksi/sepsis

Infeksi dapat terjadi hanya terbatas pada desidua dan dapat

berkembang kesepsis jika bakteri yang menyebabkan infeksi

mempunyai virulensi tinggi. Keadaan sepsis, infeksi dapat menyebar

ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum. Apabila infeksi

menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum dengan kemungkinan

diikuti oleh syok.

Komplikasi abortus yang mengalami infeksi dan sepsis ditandai

dengan adanya tanda dan gejala infeksi alat genital; seperti panas,

takikardia, perdarahan memanjang, perdarahan pervaginam yang

berbau, uterus membesar, lembek, nyeri abdomen bagian bawah, nyeri

tekan yang memantul, nyeri tekan uterus, malaise, demam, dan

leukositosis. Apabila terjadi sepsis, penderita tampak sakit berat,

kadang-kadang menggigil, demam tinggi, dan tekanan darah menurun.

2. Perdarahan

Placental site pada abortus inkomplet masih terbuka sehingga

perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia

atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.

Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan

umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi. Kematian


19

karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan

pada waktunya.

Pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual dianjurkan

segera apabila terjadi perdarahan hebat, agar jaringan yang mengganjal

segera dikeluarkan, sehingga kontraksi uterus dapat berlangsung baik

dan perdarahan bisa berhenti. Tindakan kuretase harus dilakukan

secara hati-hati sesuai keadaan ibu dan besarnya uterus. Tindakan ynag

dianjurkan adalah dengan kuret vakum menggunakan kanula dari

plastik. Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun

peroral dan antiiotika (Abdul Bari, 2009).

3. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada

uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Penderita perlu diamati secara

teliti jika terjadi peristiwa ini. Segera dilakukan laparotomi jika ada

tanda bahaya dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan

luka perforasi, atau perlu histerektomi.

4. Cedera uterus, vagina atau usus

Tanda dan gejala yang muncul apabila terjadi cedera uterus,

vagina, atau usus akibat komplikasi abortus adalah kram/nyeri

abdomen, nyeri tekan yang memantul, distensi abdomen, abdomen

kaku (tegang dank eras), nyeri bahu, mual/muntah dan demam.

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah lakukan laparotomi untuk


20

memperbaiki cedera dan lakukan aspirasi vakum manual secara

bersamaan.

6. Penatalaksanaan

Menurut Cunningham,, 2006 penatalaksanaan abortus inkomplet,

biasanya tidak perlu melakukan dilatasi serviks sebelum kuretase. Jaringan

plasenta yang tertinggal sekedar menempel di kanalis serviks dan dapat

dikeluarkan dari os. eksterna yang terpapar dengan forceps cincin atau ovum.

Kuretase isap, efektif untuk mengosongkan uterus. Wanita dengan kehamilan

lebih lanjut, atau yang mengalami perdarahan besar, harus dirawat inap dan

jaringan yang tertinggal segera dikeluarkan. Demam bukan merupakan

kontraindikasi kuretase setelah terapi antibiotic yang sesuai dimulai.

Menurut Catrina Bain, dkk (2011), Wiknjosastro (2008), Abdul Bari

(2002), dan Devi Yulianti (2006) penatalaksanaan abortus inkomplet meliputi:

1. Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap

komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis).

2. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan

hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum.

a. Jika perdarahan bersifat ringan sampai sedang dan kehamilan kurang

dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin (atau forsep spons)

untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang menonjol keluar dari serviks

b. Jika perdarahan bersifat berat dan kehamilan kurang dari 16 minggu,

evakuasi uterus
21

1) Evakuasi vakum manual merupakan metode evakuasi yang lebih

dipilih. Evakuasi dengan alat kuretase tajam hanya boleh dilakukan

jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

2) Jika evakuasi tidak mungkin dilakukan segera, berikan ergometrin

0,2 mg melalui IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau

misoprostol 400 ug per oral (diulangi sekali setelah empat jam jika

perlu).

c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu

a. Infuskan oksitosin 40 unit dalam 1 liter cairan IV (salin normal

atau Ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai

hasil konsepsi keluar

b. Berikan misoprostol 200 ug melaui vagina setiap empat jam

sampai hasil konsepsi keluar, tetapi jangan memberikan

misoprostol lebih dari 800 ug, jika perlu

c. Evakuasi sisa hasil konsepsi dari uterus

3. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis (ampisilin

500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)

4. Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap 8

jam

5. Bila pasien tampak anemik, berikan sulfat ferosus 600 mg per hari selama

2 minggu (anemia sedang) atau tranfusi darah (anemia berat).

6. Terapi tindak lanjut setelah penanganan awal


22

Yakinkan ibu bahwa ia memiliki kesempatan untuk berhasil dalam

kehamilan selanjutnya, kecuali jika terdapat sepsis atau penyebab aborsi

yang teridentifikasi berpengaruh buruk pada kehamilan berikutnya (jarang

terjadi). Ibu didorong untuk menunda kehamilan sampai pulih total.

Pemberian konseling keluarga berencana kemungkinan diperlukan apabila

tidak terdapat komplikasi berat yang memerlukan terapi lanjutan dan ibu

mendapatkan konseling yang adekuat dan dibantu dalam memilih metode

keluarga berencana yang paling tepat.

B. Kuretase

1. Pengertian Kuretase

Kuretase adalah serangkaian proses melepaskan jaringan yang

terlekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan

memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri, sendok

kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan secara

sistematik. Jaringan itu bisa berupa tumor, selaput rahim atau janin yang

dinyatakankan tidak berkembang (Catrina Bain, 2011).

2. Persiapan Kuretase

a. Persiapan pasien sebelum kuretase:

1) Konseling pra tindakan (inform consent)

2) Pemeriksaan sebelum kuretase

a) USG

b) Mengukur Tekanan darah dan HB

c) Memeriksa sistem pernafasan


23

d) Mengatasi perdarahan

e) Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit

f) Mengosongkan kandung kemih

g) Membersihkan genetalia eksterna

h) Membantu pasien naik ke meja ginekologi

i) Lakukanlah pemeriksaan umum : tekanan darah, keadaan jantung,

paru-paru

j) Pasanglah infus cairan sebagai profilaksis

k) Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi lokal atau umum

secara IV

l) Puasa: saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam

sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong

sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal

m) Cek adanya perdarahan

n) Mengukur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan yang akan

dilakukan, kemudian pasien dibius dengan anestesi narkose

o) Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas dan monitor

EKG

p) Bebaskan area yang akan dikuret

q) Persiapan psikologis

Persiapan secara psikologis, setiap ibu memiliki pengalaman dalam

menjalani kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia

trauma untuk mengalaminya, tetapi ada pula yang biasa-biasa saja.


24

Sebenarnya, halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat sangat

individual. Segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu

sudah ketakutan bahkan syok lebih dahulu sebelum kuret, maka

munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan

menambah kuat rasa sakit. Apabila ketakututannya begitu luar biasa, maka

obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa

takutnya sudah bekerja terlebih dahulu. Alhasil, dokter akan menambah

dosisnya. Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan

bisa mengatasi rasa takut, biasanya sakit bisa teratasi dengan baik. Untuk

itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya

terlebih dahulu supaya kuret dapat berjalan baik. Persiapan psikis bisa

dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami

bahwa kuret adalah jalan terbaik untuk mengatasi masalah yang ada.

Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami,

orangtua, sahabat dan lainnya. Bila diperlukan, gunakan jasa psikolog

apabila ibu tidak yakinn dapat mengatasai masalah ini sendirian.

b. Persiapan Petugas:

1) Mencuci tangan dengan sabun antiseptik

2) Baik dokter maupun perawat instrument melakukan cuci tangan steril

3) Memakai perlengkapan : baju operasi, msker, dan handscoen steril

4) Perawat instrument memstikan kembali kelengkapan alat-alat yang

akan digunakan dalam tindakan kuret


25

5) Alat disusun di atas meja mayo sesuai dengan urutan (Ita Fatimah

Ahmad, 2012).

3. Perawatan Post Kuretase

Perawatan pasca kuretase yang baik adalah dengan istirahat total

selama 3-7 hari, perawatan luka dengan menjaga kebersihan dan

kelembaban kewanitaan, dijaga agar tetap kering, dan usahakan agar

kewanitaan dibersihkan setelah membasuh dubur atau lubang kencing

setelah berkemih atau buang air besar, tidak melakukan aktivitas yang

terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu

sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur.

Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit.

Menjaga asupan nutrisi yang bergizi serta dapat dibantu dengan

multivitamin tentu saja cukup bermanfaat.

Waspadai apabila keluar darah yang berbau, serta tanda-tanda

peradangan lain seperti demam, kurang nafsu makan, badan lemas dan

cepat lelah, menggigil, meriang, juga mual dan muntah. Jika muncul

keluhan itu, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu

dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan

yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan

baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya. Pasca kuret karena

mengalami keguguran disarankan untuk menunda kehamilan sampai 6

bulan (Gunterus Evans, 2013).


26

C. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Abortus Inkomplet

1. Pengkajian

Menurut Musrifatul Uliyad dan Aziz Alimul, 2006 pengkajian riwayat

kesehatan pada klien dengan abortus inkomplet adalah:

a. Riwayat

1) HPHT dan keteraturan menstruasi, usia kehamilan yang

dikonfirmasi melalui pemeriksaan atau sonogram, hasil tes

kehamilan : urine atau darah positif.

2) Riwayat kehamilan sebelumnya: insiden abortus spontan atau

kehamilan ektopik

3) Riwayat kontrasepsi

4) Riwayat perdarahan: awitan, apakah terus menerus atau

intermitten, jumlah perdarahan, apakah merah hati atau merah

menyala, adanya jaringan, bekuan darah, atau cairan

5) Nyeri atau kram: awitan, lokasi (bagian depan bawah, sisi kiri atau

kanan, punggung, rectum, bahu, nyeri saat bernapas)

6) Sifat nyeri (ringan, hebat, tajam, tumpul)

7) Jika aktivitas di ubah, nyeri membaik atau memburuk?

8) Demam atau gejala di saluran kemih, ISK atau IMS yang dialami

baru-baru ini

9) Perubahan gejala kehamilan (mual semakin memburuk, mual tiba-

tiba mereda, nyeri tekan pada payudara berkurang


27

10) Senggama terakhir: kapan dan pengaruhnya terhadap nyeri pada

payudara

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan umum pada ibu hamil bertujuan untuk menilai

keadaan umum ibu, status gizi, tingkat kesadaran, serta ada tidaknya

kelainan bentuk badan. Selain itu pemeriksaan umum juga meliputi

pemeriksaan jantung dan paru, reflex, serta tanda-tanda vital seperti

tekanan darah, dennytu nadi, suhu dan frekuensi pernapasan

(Musrifatul Uliyad dan Aziz Alimul, 2006).

1) Pemeriksaan Muka

Dilakukan untuk menilai keadaan pucat atau sianosis

2) Pemeriksaan Leher

Pemeriksaan selanjutnya adalah leher untuk menilai ada tidaknya

pembesaran kelenjar gondok atau kelenjar limfe

3) Pemeriksaan Paru-Paru

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pernapasan (usia dan

keadaan lingkungan tempat tinggal, riwayat kesehatan sekarang

(nyeri dada, batuk, sputum, dan irama pernapasan), riwayat

kesehatan keluarga (anggota keluarga yang menderita penyakit

sistem pernapasan, merokok), gangguan selama masa kehamilan

dan pola pemeliharaan kesehatan (pekerjaan, obat yang tersedia di

rumah, pola istirahat tidur, dan stress).

4) Pemeriksaan Kardiovaskuler
28

Faktor risiko yang meningkatkan gangguan kardiovaskular

(keturunan, usia, hipertensi, kebiasaan merokok, hiperlipidemia

diabetes mellitus, stress, dan diet tidak sehat. Sianosis, nadi

(frekuensi, irama, dan kekuatan).

5) Pemeriksaan Abdomen

a) Riwayat kesehatan: keluhan mual dan muntah, nyeri perut

hingga punggung, nyeri tekan uterus

b) Tinggi fundus uteri dan perkiraan berat janin

6) Pemeriksaan Alat Reproduksi

a) Riwayat kesehatan sekarang: keluhan pasien, kapan terkahir

pasien menstruasi, penggunaan kontrasepsi, pasangan

menderita infeksi alat kelamin, dan aktivitas hubungan

seksnya.

b) Riwayat kesehatan dahulu: gangguan alat kelamin yang pernah

dialami, perdarahan, penyakit kelamin, pembedahan dan

kehamilan, riwayat menstruasi (menarche, frekuensi dan

lamanya menstruasi), riwayat keguguran dan kelahiran usia

muda (premature).

c) Pola pemeliharaan kesehatan: kebiasaan makan pasien dan

keteraturan dalam pemeriksaan kesehatan.

d) Lesi genetalia, eritema, fisura, pembengkakan, ulkus, rabas,

nodular, jumlah darah, warna darah, bau, sejak kapan

perdarahan,
29

e) Inspeksi warna, posisi, ukuran, karakteristik permukaan, cairan

dan kelunakan serviks.

f) Kaji setiap cairan terhadap warna, bau, kuantitas, dan

konsistensi

g) Pengeluaran jaringan konsepsi

c. Pola Pengkajian Fungsional

Menurut Doenges, 2001 pengkajian pada pasien abortus sebagai

berikut:

1) Sirkulasi

Riwayat hipertensi essensial, hipotensi, pucat, pusing, penyakit

vaskuler

2) Makanan/cairan

Mual/muntah berat, status gizi ibu buruk

3) Seksualitas

Multipara dan usia ibu telah lanjut atau terlalu muda, seksio sesaria

sebelumnya, aborsi berulang pada trimester kedua atau ketiga,

jaringan parut servikal karena laserasi, kondisi servikal, aborsi

elektif, atau dilatasi dan kuretase.

Pembesaran uterus diluar proporsi gestasi atau mungkin lebih kecil

daripada yang diantisipasi, denyut jantung janin (DJJ) tidak ada

atau bagian-bagian janin tidak teraba, tidak ada aktivitas janin,

perdarahan vagina, direntang dari bercak sampai perdarahan nyata,

pemeriksaan dapat menunjukan dilatasi serviks premature, tumor


30

fibroid uterus (leiomioma), atau abnormalitas lain dari organ

reproduktif ibu.

Catat perkiraan tanggal kelahiran (80% aborsi spontan terjadi pada

trimester pertama), multipara dan usia lebih lanut atau hamil muda,

4) Penyuluhan/pembelajaran

Riwayat keluarga tentang kondisi genetik (kelianan kromosom,

keturunan cacat lahir atau kelainan kehamilan).

5) Keamanan

Penyakit inflamasi pelvis, penyakit hubungan seksual, pemajanan

pada agen toksik/teratogenik,

6) Integritas ego

Cemas, ketakutan, gelisah, kehamilan sudah/belum direncanakan.

d. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan ginekologi pada pasien kuretase

a) Inspeksi vulva: pedarahan pervaginaan ada atau tidak jaringan

hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.

b) Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka

atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium,

ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium

c) Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba

atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau

lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio


31

digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas

tidak menonjol atau tidak nyeri

2) Pemeriksaan Laboratorium

a) Hitung sel darah lengkap dengan apusan darah

Hitung leukosit, biasanya dalam batas normal, kecuali ada

infeksi penyerta. Apusan darah, hemoglobin, nilai hematokrit

menunjukan perdarahan sebelumnya atau anemia terdahulu.

b) Kadar B-hCG serum

1) Pertama kali positif setelah implantasi embrio

2) Meningkat dua kali lipat dalam 48 jam pada kehamilan

intrauteri yang viable

3) Menurun pada kehamilan yang tidak viable (Jan M.Kries,

2010).

c) Kadar progesterone serum

1) Jika ≥25ng/ml kehamilan ektopik dapat disingkirkan dan

hampir 100 % mengindikasikan kehamilan intrauteri yang

viabel

2) Jika ≤ng/ml, kehamilan tidak viable (Jan M.Kries, 2010).

d) Ultrasonografi

Mengidentifikasi

1) Usia kehamilan (akurat dalam lima hari)

2) Jumlah janin
32

3) Kerja jantung (pada minggu keenam setelah HPHT,

kemungkinan abortus spontan menurun hingga 3%)

4) Abortus inkompletus dengan produk konsepsi tertahan (Jan

M.Kries, 2010).

e) Golongan darah dan Rh

Darah harus dikirim ke bank untuk pemeriksaan golongan

darah dan Rh. Bila penggantian darah diantisipasi, maka

pencocokan-silang dimintakan dari bank darah.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan aktif (perdarahan)

Definisi : keadaan di mana seseorang individu yang tidak menjalani

puasa mengalami atau berisiko mengalami dehidrasi

vaskular, interstisial, atau intravaskular (Wilkinson, 2012).

Batasan karakteristik

Subjektif: Haus

Objektif: penurunan status mental, penurunan turgor kulit, penurunan

haluaran urin, kulit dan membran mukosa kering, hematokrit

meningkat, suhu tubuh meningkat, peningkatan frekuensi

nadi, penurunan tekanan darah, konsistensi urin meningkat,

kelemahan (Wilkinson, 2012).

b. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri


33

Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan

akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti awitan

yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan

sampai berat dengan akhir yang diantisipasi atau dapat

diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan

(Wilkinson, 2012).

Batasan karakteristik

Subektif :mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri

dengan isyarat

Objektif : posisi untuk menghindari nyeri, perubahan tonus respon

autonomik (diaphoresis, perubahan tekanan darah, pernapasan,

nadi), perubahan selera makan, perilaku ekspresif (gelisah,

merintih, menangis, peka terhadap rangsang), berfokus pada diri

sendiri, gangguan tidur (Wilkinson, 2012).

c. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan yang trauma dan

pengeluaran isi uterus yang tidak lengkap

Definisi : keadaan dimana individu berisiko terserang oleh agens

patologikatau oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa,

atau parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-

sumber endogen dan eksogen (Wilkinson, 2012).

d. Kurangnya pengetahuan mengenai penyebab abortus, perawatan diri

kontrasepsi/kehamilan masa datang


34

Definisi : Tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topic

tertentu (Wilkinson, 2012).

Batasan karakteristik :

1) Mengungkapkan kurang pengetahuan

2) Mengungkapkan kurang keterampilan

3) Mengekspresikan ketidakadekuatan persepsi status kesehatan

4) Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat

e. Dukacita yang berhubungan dengan kehilangan kehamilan

Definisi : proses kompleks yang normal yang mencakup respons dan

perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika

individu, keluarga, an komunitas menghadapi kehilangan

aktual, kehilangan yang diantisipasi, atau persepsi

kehilangan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari

(Wilkinson, 2012).

Batasan karakteristik

Subjektif :marah, menyalahkan, merasa terpisah, putus asa, nyeri,

distress psikologis, kepedihan

Objektif :perubahan tingkat aktivitas, perubahan pola mimpi,

perubahan pola tidur, disorganisasi, mempertahankan

hubungan dengan almarhum, memberi makna terhadap

kehilangan, perilaku panic (Wilkinson, 2012).

f. Koping tidak efektif berhubungan dengan perasaan tidak terselesaikan

terhadap kehilangan bayi


35

Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap

stressor, pilihan yang tidak adekuat terhadap respons untuk

bertindak, dan ketidakmampuan untuk menggunakan

sumber yang tersedia (Wilkinson, 2012).

Batasan Karakteristik

Subjektif : perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya,

kelelahan, dan mengungkapkan ketidakmampuan untuk

mengatasi atau meminta bantuan secara verbal

Objektif : penurunan penggunaan dukungan sosial, ketidakmampuan

untuk memenuhi kebutuhan dasar, ketidakmampuan untuk

memenuhi harapan peran, ketidakadekuatan menyelesaikan

masalah, kurangnya perilaku yang mengarah pada tujuan

dan penyelesaian masalah, termasuk ketidakmampuan

untuk mengikuti dan mengalami kesulitan dalam

mengorganisasikan informasi, konsentrasi buruk, gangguan

tidur (Wilkinson, 2012).

3. Rencana Tindakan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan aktif (perdarahan)

Kriteria Hasil:

Kekurangan volume cairan akan teratasi, di buktikan oleh:

1) Keseimbangan elektrolit dan asam basa dibuktikan oleh: frekuensi

dan irama jantung normal (60-100x/menit, frekuensi dan irama


36

nafas normal (16-20x/menit), kewaspadaan mental dan orientasi

kognitif.

2) Keseimbangan cairan dalam ruang intrasel dan ekstrasel tubuh

dibuktikan oleh: konsentrasi urin normal, berat jenis urin dalam

batas normal, hemoglobin dan hematokrit normal.

3) Hidrasi yang adekuat di buktikan oleh: membran mukosa lembab,

tidak mengalami haus yang tidak normal

4) Status nutrisi: asupan makanan dan cairan adekuat.

Rencana Tindakan:

1) Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan dan urin

2) Pantau status hidrasi (kelembapan membran mukosa, keadekuatan

nadi, dan tekanan darah)

3) Pantau keakuratan catatan asupan dan haluaran

4) Pantau aktivitas uterus, status janin dan adanya nyeri tekan

abdomen

5) Lakukan tirah baring, instruksikan klien untuk menghindari

valsava manuver

6) Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul

ditinggikan. Hindari posisi trendelenberg.

7) Simpan jaringan atau hasil konsepsi yang keluar

8) Anjurkan untuk mengnformasikan perawat bila haus


37

9) Kolaborasi dalam pemberian larutan intravena, ekspander plasma,

darah lengkap, atau sel-sel kemasan sesuai indikasi (Wilkinson,

2012).

b. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri

Kriteria Hasil:

1) memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif

untuk mencapai kenyamanan

2) mempertahankan tingkat nyeri pada skala 2

3) mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk

memodifikasi faktor tersebut

4) tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, frekuensi

jantung, atau tekanan darah

5) mempertahankan selera makan baik

6) melaporkan pola tidur baik

Rencana Tindakan:

1) lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,

karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau

keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya

2) kaji stress psikologis klien/pasangan dan respons emosional

terhadap kejadian

3) Ajarkan tindakan teknik nonfarmakologis (misalnya: relaksasi,

imajinasi terbimbing, kompres hangat, dan masase).


38

4) Berikan informasi tentang sifat nyeri/ketidaknyamanan yang

diperkirakan, berapa lama akan berlangsung, dan aantisipasi

ketidaknyamanan akibat prosedur

5) Berikan informasi tentang penggunaan analgesic yang diresepkan

atau tidak diresepkan

6) Kolaborasi dalam pemberian analgesik narkotik/nonnarkotik,

sedative, antiemetic, sesuai indikasi

7) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons

pasien terhdap ketidaknyamanan (suhu ruangan dan kegaduhan)

(Wilkinson, 2012).

c. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan yang trauma dan

pengeluaran isi uterus yang tidak lengkap

Kriteria Hasil:

1) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor,

fungsio laesa)

2) Memperlihatkan kebersihan diri yang adekuat

3) Mengetahui tanda dan gejala infeksi

Rencana Tindakan:

1) Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, denyut jantung,

drainase, sekresi, penampilan urin, keletihan dan malaise)

2) Amati penampilan praktik kebersihan personal untuk perlindungan

terhadap infeksi
39

3) Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-

msing pasien

4) Anjurkan untuk menjaga kebersihan personal

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik spektrum

luas (Wilkinson, 2012).

d. Kurang pengetahuan mengenai penyebab aborsi, perawatan diri,

kontrasepsi/kehamilan masa datang berhubungan dengan kurangnya

pemajanan informasi

Kriteria Hasil:

1) Mengungkapkan implikasi kehilangan dari kehamilan masa datang

2) Menjelaskan penggunaan metoda kontrasepsi yang diinginkan

dengan tepat

3) Mendemonstrasikan melanjutkan dengan tindakan dan setelah

perawatan dengan tepat

Rencana Tindakan:

1) Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini

dan pemahaman terhadap aborsi

2) Berikan kesempatan bagi klien untuk mengajukan pertanyaan dan

mengungkapkan kesalahan konsep

3) Berikan penyuluhan tentang penyebab aborsi dan kemungkinan

untuk kehamilan selanjutnya

4) Diskusikan pilihan metode kontrasepsi, berikan informasi tertulis


40

5) Identifikasi kelompok pendukung lokal atau pasangan yang telah

mengalami kejadian yang sama

6) Periksa keakuratan umpan-balik untuk memastikan bahwa pasien

memahami materi yang disampaikan (Wilkinson, 2012).

e. Berduka yang berhubungan dengan kehilangan kehamilan

Kriteria Hasil:

1) Menunjukan kemampuan untuk membuat keputusan yang

bermanfaat tentang kehilangan yang dirasakan

2) Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kepercayaan spiritual

tentang kehilangan

3) Berpartisipasi dalam penyelesaian proses dukacita

4) Tidak menunjukan distress somatik

5) Mengungkapkan perasaan tentang kebergunaan dan optimism

Rencana Tindakan:

1) Kaji pengalaman masa lalu pasien/keluarga tentang kehilangan dan

penyelesaian dukacita saat ini

2) Tentukan penyebab dan lamanya waktu sejak diagmosis kematian

fetus/bayi

3) Identifikasi sumber-sumber dukungan dalam keluarga , saudara,

dan komunitas

4) Ajarkan karakteristik proses berduka yang normal dan tidak normal

5) Ajarkan fase-fase berduka

6) Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan


41

7) Beri informasi tentang harapan yang realistis yang berhubungan

dengan perilaku pasien

8) Libatkan orang terdekat dalam mendiskusikan dan memutuskan

keputusan (Wilkinson, 2012).

f. Koping tidak efektif berhubungan dengan perasaan yang tidak

terselesaikan (misalnya, rasa bersalah) tentang aborsi elektif, perasaan

tidak terselesaikan terhadap kehilangan bayi

Kriteria Hasil:

Menunjukan koping yang efektif, yang dibuktikan oleh indicator

sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi pola koping yang efektif dan yang tidak efektif

2) Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan

3) Menggunakan perilaku untuk menurunkan stress

4) Mengidentifikasi berbagai strategi koping

5) Mengidentifikasi kekuatan personal yang dapat meningkatkan

koping yang efektif

6) Menggunakan strategi koping yang paling efektif

7) Berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

8) Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan

9) Mengungkapkan secara verbal tentang rencana menerima atau

mengubah situasi

Rencana Tindakan:
42

1) Persiapkan pasien untuk mengantisipasi krisis perkembangan dan

atau situasional

2) Bantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,

perubahan, atau ancaman yang mengganggu pemenuhan tuntutan

dan peran hidup

3) Gunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada kebutuhan,

masalah, atau perasaan pasien dan orang terdekat untuk

meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian masalah, dan

hubungan interpersonal

4) Berikan informasi dan dukungan pasien yang mengalami

keputusan mengenai perawatan kesehatan

5) Kenali dampak situasi kehidupan klien terhadap peran dan

hubungan

6) Gali bersama klie metode yang digunakan pada masa sebelumnya

dalam menghadapi masalah hidup

7) Berikan informasi factual yang terkait dengan diagnosis, terpai,

dan prognosis

8) Anjurkan untuk menggunakan tekhnik relaksasi jika perlu

9) Dorong pasien untuk melakukan latihan fisik, sesuai kemampuan

klien (Wilkinson, 2012).

4. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai rencana tindakan

diatas diharapkan:
43

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan aktif (perdarahan) teratasi di buktikan dengan:

1) Keseimbangan elektrolit dan asam basa dibuktikan oleh: frekuensi

dan irama jantung normal (60-100x/menit, frekuensi dan irama

nafas normal (12-20x/menit), kewaspadaan mental dan orientasi

kognitif.

2) Keseimbangan cairan dalam ruang intrasel dan ekstrasel tubuh

dibuktikan oleh: konsentrasi urin normal, berat jenis urin dalam

batas norma, hemoglobin dan hematokrit normal.

3) Hidrasi yang adekuat di buktikan oleh: membran mukosa lembab,

tidak mengalami haus yang tidak normal

4) Status nutrisi: asupan makanan dan cairan adekuat.

b. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteriteratasi

di buktikan dengan:

1) memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif

untuk mencapai kenyamanan

2) mempertahankan tingkat nyeri pada skala 2

3) mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk

memodifikasi faktor tersebut

4) tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, frekuensi

jantung, atau tekanan darah

5) mempertahankan selera makan baik

6) melaporkan pola tidur baik


44

c. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan yang trauma dan

pengeluaran isi uterus yang tidak lengkap teratasi di buktikan dengan:

1) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor,

fungsio laesa)

2) Memperlihatkan kebersihan diri yang adekuat

3) Mengindikasikan status gastrointestinal dan genitourinary yang

adekuat

d. Kurangnya pengetahuan mengenai penyebab aborsi dan kehamilan

masa datang teratasi di buktikan dengan:

1) Mengungkapkan implikasi kehilangan dari kehamilan masa datang

2) Menjelaskan penggunaan metoda kontrasepsi yang diinginkan

dengan tepat

3) Mendemonstrasikan melanjutkan dengan tindakan dan setelah

perawatan dengan tepat

e. Berduka yang berhubungan dengan kehilangan kehamilan teratasi di

buktikan dengan:

1) Menunjukan kemampuan untuk membuat keputusan yang

bermanfaat tentang kehilangan yang dirasakan

2) Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kepercayaan spiritual

tentang kehilangan

3) Berpartisipasi dalam penyelesaian proses dukacita

4) Tidak menunjukan distress somatik

5) Mengungkapkan perasaan tentang kebergunaan dan optimism


45

f. Koping tidak efektif berhubungan dengan perasaan yang tidak

terselesaikan (misalnya, rasa bersalah) tentang aborsi elektif, perasaan

tidak terselesaikan terhadap kehilangan bayi teratasi di buktikan

dengan: Menunjukan koping yang efektif, yang dibuktikan oleh

indikator sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi pola koping yang efektif dan yang tidak efektif

2) Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan

3) Menggunakan perilaku untuk menurunkan stress

4) Mengidentifikasi berbagai strategi koping

5) Mengidentifikasi kekuatan personal yang dapat meningkatkan

koping yang efektif

6) Menggunakan strategi koping yang paling efektif

7) Berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

8) Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan

9) Mengungkapkan secara verbal tentang rencana menerima atau

mengubah situasi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Klien masuk rumah sakit tanggal 01 Maret 2015 pukul 09.00 WIB di

bangsal Anggrek RST Dr. Soedjono. Pengkajian dilakukan tanggal 02 Maret 2015

jam 08.30 WIB. Klien dirawat dengan diagnose medis abortus inkomplet. Data

diperoleh dari pengkajian dengan klien, keluarga, dan rekam medis/catatan

keperawatan.

A. Biodata Klien (biographic information)

Klien bernama Ny. S, berumur 33 tahun, agama islam, pendidikan

terakhir klien SMP (Sekolah Menengah Pertama), pekerjaan pedagang.

Alamat klien di Plandi, Pasuruan, Mertoyudan. Nomor rekam medis 104113,

diagnosa medis abortus inkomplet. Penanggung jawab Tn. E, umur 34 tahun,

pekerjaan buruh, agama islam, alamat Plandi, Pasuruan, Mertoyudan,

hubungan dengan klien sebagai suami.

B. Pengkajian (assessment)

1. Riwayat Keperawatan (nursing history)

Saat dilakukan pengkajian tanggal 02 Maret 2015 pukul 14.00, klien

mengatakan “yang saya rasakan sekarang lemes, pusing, nyeri, dan darah

masih keluar mbak”. Riwayat kesehatan saat ini, Klien mengatakan

“tanggal 27 Februari 2015 keluar lendir dari alat genital seperti putih telur,

tanggal 28 Februari 2015 keluar lendir merah sedikit. Tanggal 01 Maret

2015 keluar darah seperti menstruasi. Jam 08.00 dibawa ke klinik dokter

46
dan dirujuk ke RST. Jam 08.45 klien masuk UGD RST Magelang dengan

keluhan hamil 14 minggu, pusing, keluar darah seperti menstruasi. Jam

17.00 dilakukan USG, dan didapatkan hasil, janin sudah meninggal. Jam

19.00 klien diberikan misoprostol 200 mg. klien mengatakan semalam

tidak bisa tidur karena nyeri seperti ditonjok-tonjok dan perdarahan ±

1500 cc. dilakukan kuretase jam 13.00 WIB.

Riwayat penyakit dahulu, klien pernah mengalami keguguran

sebelumnya tanggal 07 Mei 2014 dan dilakukan kuretase di RST saat

kehamilan 2 bulan. Tidak ada riwayat penyakit paru-paru, kardiovaskuler

dan hati. Tidak ada penyakit keturunan seperti DM, dan hipertensi.

Riwayat pernikahan, klien menikah 1 kali sejak usia 22 tahun dan usia

suami saat menikah 24 tahun, lama menikah 11 tahun. Hubungan dalam

rumah tangganya baik. Kehamilan saat ini merupakan kesepakatan dan

sudah direncanakan. Dukungan suami terhadap kehamilan baik,

dibuktikan dengan klien mengatakan selama klien sakit 2 minggu ini tugas

rumah (membersihkan lantai, masak, mencuci) dibantu suami. Hubungan

seksual baik, tidak ada masalah. Selama hamil ini belum pernah

melakukan hubungan seksual.

Riwayat obstetri / kebidanan, klien menarche saat usia 12 tahun,

siklus haid 28 hari, teratur, lama haid 7 hari, HPHT 26 November 2014

dan HPL 02 September 2015. Riwayat KB (keluarga berencana), Sejak

tahun 2007 klien menggunakan KB suntik 3 bulan selama 4 tahun. Klien


berhenti menggunakan KB suntik sejak bulan juli 2011. Tidak ada keluhan

selama memakai KB suntik.

Riwayat kehamilan sekarang, G3P1A1. Kehamilan yang ke-3 ini

klien mengatakan, saat bulan pertama dan kedua banyak makan, tidak

mual, tidak muntah, tidak pusing. Memasuki bulan ketiga (12 minggu),

klien mengalami pusing, mual, nafsu makan menurun, kadang seharian

tidak makan, jika minum susu muntah. Usia kehamilan sekarang 14

minggu. Klien periksa ke bidan selama hamil ini sudah 3 kali, yang

terakhir tanggal 17 Februari 2015, karena mengalami pusing dan nafsu

makan menurun, diberi obat paracetamol, Pontymer B6, dan calcidin,

tidak ada perkembangan dan tanggal 27 Februari 2015 mengeluarkan

lendir seperti putih telur.

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya G3P1A1.

Kehamilan pertama tidak ada keluhan, periksa kehamilan dua kali,

imunisasi TT dua kali. Persalinan pertama di bantu oleh dukun bayi tahun

2006, berat badan bayi lahir 3,2 kg, panjang badan 51 cm, dalam masa

nifas tidak ada masalah, tidak ada perdarahan. Kehamilan kedua

mengalami keguguran diusia 2 bulan, pada bulan mei 2011, dilakukan

kuretase, dan tidak ada komplikasi. Kehamiln ketiga, kehamilan ini.

2. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umun lemah, kesadaran composmentis, tekanan darah:

80/60 mmHg, nadi: 128 kali permenit, suhu: 360C, pernapasan: 28 kali

permenit. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada


pembesaran kelenjar limfe. Paru-paru inspeksi (I) dada simetris, tidak

menggunakan otot bantu pernapasan, palpasi (P) ekspansi dada maksimal,

tidak ada nyeri dada, vocal vremitus kanan kiri sama, perkusi (P) resonan,

auskultasi (A) bronkovesikuler. Jantung (I) ictus cordis tidak terlihat, (P)

ictus cordis teraba pada intercostal ke 5, (P) redup, (A) tidak terdapat

bunyi tambahan (regular). Payudara, kanan kiri sama, putting normal,

payudara kencang. Abdomen (I) tidak terdapat linea nigra, tidak ada bekas

jahitan, (A) bising usus 16 kali per menit, tidak ada detak jantung janin,

(P) tidak teraba fundus uteri, terdapat nyeri tekan abdomen bagian bawah

(sympisis) (P) timpani. Genetalia, tidak ada infeksi, terdapat dilatasi

serviks, pengeluaran sebagian hasil konsepsi, terdapat perdarahan segar.

Ekstremitas (tangan kanan terpasang infus RL 25 tpm).

3. Pengkajian Fokus

Pengkajian pola sirkulasi diperoleh data klien mengeluh pusing,

jika duduk rasanya berputar semua, lemas. Klien terlihat pucat, tampak

lemas, konjungtiva anemis, akral dingin, diaphoresis, tidak ada bengkak,

turgor kulit kembali dalam 4 detik. Tekanan darah: 80/60 mmHg, nadi:

128 kali permenit, suhu: 360 C, pernapasan: 28 kali permenit. Capilarry

Refill Time: 3 detik, Input cairan: 1255 cc (infus 1000 cc, makan dan

minum 250 cc, injeksi 5 cc), output cairan: 1720 cc (feses:0, perdarahan

700 cc, urine 750 cc, IWL 270 cc) balance cairan: -465 cc.

Pengkajian pola makanan dan cairan diperoleh data, antropometri

( TB: 146 cm, BB tanggal 17 Februari 2015 42,5 Kg, tanggal 2 Maret
2015 38 Kg (turun 4,5 Kg dalam 2 minggu), IMT: 17,8 (18,5-24,9) Lila:

23,5 cm (≥23,5 bukan risiko KEK). Clinical ( Mukosa bibir kering,

konjungtiva anemis, klien mengatakan sudah 2 minggu tidak nafsu

makan). Diit (diit TKTP, makan 2x/hari habis ¼ porsi).

Pengkajian pola seksualitas diperoleh data (selama hamil klien

mengatakan tidak melakukan hubungan seks, tidak teraba fundus uteri,

denyut jantung janin tidak terdengar, terdapat dilatasi serviks, perdarahan

pervaginam merah segar). Penyuluhan/pembelajaran (tidak ada riwayat

anggota keluarga yang mengalami kelainan janin, cacat lahir dan kelainan

kehamilan. klien mengatakan “saya belum pernah diberi tahu tentang

perawatan dan makanan setelah kuret). Keamanan (tidak ada inflamasi

pelvis, tidak ada penyakit genetalia, klien bekerja sebagai pedagang,

setelah merasakan pusing sejak tanggal 17 februari 2015 klien berhenti

bekerja dan beraktivitas di rumah, tidak ada anggota keluarga yang

merokok, klien tidak mengkonsumsi alkohol dan jamu.

Pola Integritas Ego terdapat data klien mengatakan “jangan

menanyakan tentang kehamilan saya mbak, Tanya yang lain saja”klien

menolak ditanya tentang kehilangan kehamilannya, nada suara kadang

meninggi, kadang mengalihkan perhatian dan kontak mata. Klien tidak

cemas dengan kuretase saat ini, karena sebelumnya sudah pernah

melakukannya.

Pengkajian pola aktivitas dan istirahat: selama sakit klien istirahat

dirumah, tidak bekerja, mulai masuk rumah sakit klien tirah baring di
tempat tidur, ADL dibantu orang lain, semalam tidak bisa tidur. Pola

kenyamanan: klien mengeluh nyeri bertambah sewaktu duduk dan miring,

nyeri “perih” di bagian perut bagian bawah (sympisis) skala 5, nyeri terus-

menerus, klien tampak mengatupkan rahang menahan nyeri ketika akan

duduk dan miring.

4. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil pemeriksaan laboratorium darah pada tanggal 01 Maret 2015

sebagai berikut: hemoglobin 8,5 g/dl (rentang normal 11.00-17.00 g/dl),

hematokrit 24,8% (rentang normal 35.0-55.0 %). RBC 3,00 m/ul (rentang

normal 4,0-6,20), PLT 114 k/ul (rentang normal 150-400), dan PCT 0,09

% (rentang normal 0,20-0,50). Pemeriksaan ultrasonography, Janin

dinyatakan meninggal, tidak ada gerak janin. Terapi tanggal 02 Maret

2015 Infus RL 20 tpm dan injeksi ceftriaxone 2x1 gram. Tanggal 03 Maret

2015, Amoxicillin 3x 500 mg per oral, Sulfat Ferosus 2x300 mg per oral

dan asam mefenamat 3x 500 mg per oral.

C. Perumusan Masalah (formulate problem(s))

Hasil pengkajian pada tanggal 02 Maret 2015 pukul 08.30 WIB

didapatkan data sebagai berikut:

Data Subjektif : klien mengeluhkan “yang saya rasakan sekarang lemes

mbak, pusing”. Data objektif TD: 80/60 mmHg, Nadi: 128x/menit,

pernapasan: 28x/menit, mukosa bibir kering, warna urine kuning keruh, akral

dingin, diaphoresis, turgor kulit kembali dalam 4 detik, keluar darah segar 700
cc , dan balance cairan: -465 cc. pemeriksaan laboratorium tanggal 01 Maret

2015: HB: 8,5 g/dl, RBC: 3,00 m/ul, HCT: 24,8 %, Berdasarkan data tersebut

penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan

berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif akibat perdarahan.

Data subjektif: klien mengatakan “sudah dua minggu tidak nafsu

makan, makan 2 kali habis ¼ porsi, mual, dan lemes, saya belum pernah diberi

tahu tentang makanan setelah kuret. Data objektif: lingkar lengan atas: 23,5

cm, IMT: 17,8, HB:8,5 g/dl, RBC: 3,00 m/dl, konjungtiva anemis, tampak

pucat, berat badan turun 4,5 kg selama 2 minggu. Berdasarkan data di tersebut

penulis dapat menegakkan masalah keperawatan yaitu ketidakaseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan

untuk makan sekunder akibat anoreksia.

Data subjektif: klien mengeluh nyeri bertambah sewaktu duduk dan

miring, nyeri “slemet-slemet” di bagian perut bagian bawah (sympisis) skala

5, nyeri terus-menerus, berkurang dengan rileksasi (nafas dalam) dan distraksi

(berbicara dengan orang lain). Data Objektif: klien tampak mengatupkan

rahang menahan nyeri ketika akan duduk dan miring, terdapat nyeri tekan

abdomen bagian bawah (symphisis). Berdasarkan data tersebut penulis dapat

menegakkan diagnose nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan

intra uteri.

Data subjektif klien mengatakan jangan menanyakan tentang

kehamilan saya mbak, Tanya yang lain saja”. Data objektif: klien menolak

untuk diajak bicara tentang kehilangan kehamilannya, kadang suara meninggi,


kadang mengalihkan perhatian dan kontak mata. Berdasarkan data tersebut

penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan berduka berhubungan

dengan kehilangan kehamilan.

Data subjektif: klien mengatakan pusing, lemes, jika duduk rasanya

berputar semua. Data objektif: klien tampak lemas, ADL dibantu orang lain,

terlihat pucat, pernapasan: 28 kali/menit, TD: 80/60 mmHg, nadi: 128

kali/menit, KU: lemah pemeriksaan laboratorium darah tanggal 01 Maret

2015: HB: 8,5 g/dl. Berdasarkan data tersebut penulis dapat menegakkan

diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan

transport oksigen sekunder akibat hipovolemia.

Data subjektif: klien mengatakan “saya belum pernah dikasih tahu

tentang perawatan post kuretase”. Data objektif: dilatasi serviks, pengeluaran

sebagian hasil konsepsi, telah dilakukan kuretase tanggal 02 Maret 2015 jam

13.00WIB, tangan kanan terpasang infus. Berdasarkan data tersebut penulis

dapat menegakkan diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan

jaringan yang trauma.

D. Perencanaan Keperawatan (plan)

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan aktif akibat perdarahan

Rencana tindakan untuk mencapai keseimbangan cairan antara lain:

pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan dan pemeriksaan

laboratorium, pantau status hidrasi (membran mukosa, nadi dan tekanan


darah), pantau keakuratan catatan asupan dan haluaran, pantau aktivitas

uterus dan status janin, lakukan tirah baring, instruksikan klien untuk

menghindari valsava manuver, posisikan klien dengan tepat (terlentang

dengan panggul ditinggikan), anjurkan untuk menginformasikan ke

perawat jika mengalami haus berat, anjurkan untuk meningkatkan asupan

cairan lewat oral, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian larutan

intravena dan tranfusi darah sesuai indikasi.

Tujuan yang akan dicapai yaitu setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 1x24 jam dengan tindakan diatas diharapkan

keseimbangan cairan terpenuhi kriteria hasil sebagai berikut:

keseimbangan elektrolit dan asam basa (frekuensi dan irama nadi normal

(60-100x/menit), frekuensi dan irama napas normal (16-20x/menit), tidak

terjadi kekacauan mental, tidak terjadi disorienasi kognitif), keseimbangan

cairan dalam ruang intrasel dan ekstrasel (urine jernih, cairan seimbang

antara input dan output. Hidrasi adekuat (membran mukosa lembab, klien

tidak pusing, tidak lemas, akral hangat).

2. ketidakaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat

anoreksia.

Rencana tindakan untuk mencapai keseimbangan nutrisi sesuai

kebutuhan tubuh terpenuhi diantaranya: timbang berat badan setiap hari

dan pantau hasil laboratorium (HB dan RBC), tentukan kemampuan klien

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, berikan penyuluhan tentang nutrisi


post kuretase, ajarkan individu dan keluarganya untuk menghindari bau

masakan yang menyebabkan mual dan penurunan nafsu makan,

pertahankan kebersihan mulut, tawarkan/anjurkan makan sering dengan

porsi kecil, anjurkan individu untuk makan makanan kering ( roti

panggang, biscuit dll), hindarkan makanan yang terlalu manis dan

berminyak, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen

Tujuan yang akan dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan

keperwatan 5x24 jam dengan tindakan diatas diharapkan keseimbangan

nutrisi sesuai kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil adanya keinginan

makan selama sakit dan dalam proses penyembuhan, nafsu makan

meningkat, jumlah dan frekuensi makan meningkat (3 kali/hari, perporsi

2216,6 kalori), mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet, menjelaskan

komponen diit yang bergizi adekuat, melaporkan tingkat energi adekuat,

dan BB bertambah 1 kg.

3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri

Rencana tindakan untuk mengatasi masalah nyeri akut yaitu

lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,

awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan

faktor presipitasinya, kaji stress psikologis klien/pasangan dan respons

emosional terhadap kejadian, ajarkan tindakan teknik nonfarmakologis

(misalnya: relaksasi, imajinasi terbimbing, kompres hangat, dan masase),

berikan informasi tentang sifat nyeri/ketidaknyamanan yang diperkirakan,

berapa lama akan berlangsung, dan aantisipasi ketidaknyamanan akibat


prosedur, berikan informasi tentang penggunaan analgesic yang

diresepkan atau tidak diresepkan, kolaborasi dalam pemberian analgesik

narkotik/nonnarkotik, sedative, antiemetic, sesuai indikasi, dan kendalikan

faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons pasien terhdap

ketidaknyamanan (suhu ruangan dan kegaduhan).

Tujuan yang akan dicapai yaitu memperlihatkan teknik relaksasi

secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan,

mempertahankan tingkat nyeri pada skala 1, mengenali faktor penyebab

dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor tersebut, tidak

mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, frekuensi jantung, atau

tekanan darah, mempertahankan selera makan baik dan melaporkan pola

tidur baik.

4. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan.

Rencana tindakan untuk mengatasi masalah berduka, yaitu: kaji

kemampuan masa lalu pasien/keluarga tentang kehamilan dan

penyelesaiannya, tentukan penyebab dan lamanya waktu diagnosis

kematian fetus bayi, identifikasi sumber-sumber dukungan dalam keluarga

dan saudara, ajarkan karakteristik proses berduka yang normal dan tidak

normal, ajarkan fase-fase berduka, anjurkan untuk mengekspresikan

perasaan tentang kehilangan, beri informasi tentang harapan yang realistis

yang berhubungan dengan perilaku pasien.libatkan orang terdekat dalam

mendiskusikan dan membuat keputusan.


Tujuan yang akan dicapai yaitu berduka diharapkan teratasi setelah

dilakukan tindakan keperawatan diatas dengan klien mampu menunjukan

kemampuan untuk membuat keputusan yang bermanfaat tentang

kehilangan yang dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2x24 jam dengan kriteria hasil: mengungkapkan perasaan, pikiran, dan

kepercayaan spiritual tentang kehamilan, berpartisipasi dalam

menyelesaikan proses berduka, tidak menunjukan distress somatik,

mengungkapkan perasaan tentang kebergunaan/optimis.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transport

oksigen sekunder akibat hipovolemia

Rencana tindakan untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas,

yaitu: pantau TTV sebelum dan sesudah aktivitas, kurangi frekuensi dan

lamanya latihan jika TTV memburuk dan pusing, tingkatkan aktivitas

secara bertahap, ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas,

kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,

dan berjalan, kaji respon emosi,social dan spiritual terhadap aktivitas,

evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktivitas,

pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat,

pantau dan dokumentasikan pola tidur dan lamanya waktu tidur, ajarkan

kepada klien untuk mengenal tanda dan gejala intoleransi aktivitas,

termasuk kondisi yang perlu dilaporkan, dan rencanakan aktivitas bersama

klien dan keluarga untuk meningkatkan kemandirian dan ketahanan.


Tujuan yang akan dicapai yaitu klien mampu melakukan activity

daily live (ADL) mandiri setelah dilakukan tindakan keperawatan diatas

selama 4x24 jam dengan kriteria hasil klien mampu mengidentifikasi

faktor-faktor yang menurunkan aktivitas, mengidentifikasi metode untuk

menurunkan intoleransi aktivitas, TTV dalam batas normal selama dan

setelah aktivitas (TD: 110/70 mmHg, nadi: 60-100 kali/menit, pernapsan

16-24 kali.menit), mampu mendemonstrasikan penghematan energi

dengan: menyadari keterbatasan energi, menyeimbangkan aktivitas

dengan istirahat, mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energi dan

pada tanggal 05 Maret 2015 diharapkan klien mampu melakukan aktivitas

sehari-sehari (ADL) secara mandiri.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan yang trauma.

Rencana tindakan untuk mencegah Infeksi, antara lain: pantau

tanda dan gejala infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsio laesa,

pengeluaran darah pervaginam), kaji faktor-faktor yang dapat

meningkatkan kerentanan terhadapa infeksi, pantau hasil laboratorium,

amati penampilan praktik hygiene personal untuk perlindungan terhadap

infeksi, jelaskan kepada klien dan keluarga mengapa sakit dan tindakan

dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi, instruksikan untuk menjaga

hygiene personal untuk melindungi tubuh terhadap infeksi, ajarkan klien

untuk mencuci tangan dengan benar, dan kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotik.
Tujuan yang akan dicapai yaitu diharapkan infeksi tidak terjadi

setelah dilakukan tindakan keperawaran diatas selama 5x24 jam dengan

kriteria hasil: terbebes dari tanda dan gejala infeksi (rubor, dolor, kalor,

tumor, fungsio laesa), memperlihatkan kebersihan diri yang adekuat,

mengetahui tanda dan gejala infeksi, WBC dalam batas normal.

E. Pelaksanaan

Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah yang muncul

sesuai dengan rencana tindakan, yaitu :

1. Kekuranagn volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan akitf akibat perdarahan

Tindakan keperawatan tanggal 02 Maret 2015, meliputi: mengkaji

warna urin, jumlah urin dan jumlah darah, mengkaji status hidrasi,

menganjurkan pasien untuk posisi terlentang dengan panggul ditinggikan,

menganjurkan untuk meningkatkan asupan cairan melalui minum maupun

makanan.

Tindakan yang dilakukan tanggal 03 Maret 2015 yaitu mengkaji

output dan input cairan, memantau status hidrasi, menganjurkan untuk

minum minimal 6 gelas belimbing per hari (1500 cc/hari), memberikan

cairan intravena (infuse) RL 15 tpm dan memberikan tranfusi 2 kolf PRC.

Tindakan yang tanggal 04 Maret 2015 yaitu memantau output dan

input cairan, memantau status hidrasi dan memberikan cairan intravena

(infuse) RL 10 tpm.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat

anoreksia

Tindakan yang dilakukan tanggal 02 Maret 2015 yaitu menimbang

berat badan, mengkaji kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi, menganjurkan pentingnya nutrisi yang adekuat, menganjurkan

pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulut.

Tindakan yang dilakukan tanggal 03 Maret 2015 yaitu menimbang

berat badan dan melihat perkembangan hasil laboratorium, mengkaji

kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, mengkaji kesukaan

makanan klien, menganjurkan pentingnya nutrisi yang adekuat,

menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering dan menghindari

makanan yang terlalu manis dan berminyak, menganjurkan pasien untuk

tetap menjaga kebersihan mulut, dan memberikan suplemen tablet sulfat

ferosus 1 tablet.

Tindakan yang dilakukan tanggal 04 Maret 2015 yaitu menimbang

berat badan dan memantau hasil laboratorium, mengkaji kemampuan klien

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, mengkaji kebersihan mulut klien,

memantau asupan nutrisi, dan memantau ketaatan klien dalam

mengkonsumsi suplemen.

Tindakan yang dilakukan tanggal 05 Maret 2015 yaitu melakukan

penimbangan berat badan dan mengkaji asupan nutrisi klien,


menganjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi seimbang, dan

memantau klien mengkonsumsi suplemen.

Tindakan yang dilakukan tanggal 06 Maret 2015 adalah melakukan

penimbangan berat badan, memantau asupan nutrisi klien, mengkaji

kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.

3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri

Tindakan yang dilakukan tanggal 02 Maret 2015 jam 21.00 yaitu

melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,

karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau

keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya, mengkaji stress psikologis

klien/pasangan dan respons emosional terhadap kejadian, mengajarkan

tindakan teknik relaksasi, memberikan informasi tentang sifat nyeri dan

perkiraan berapa lama akan berlangsung, dan mengendalikan faktor

lingkungan yang dapat mempengaruhi respons pasien terhadap

ketidaknyamanan (suhu ruangan dan kegaduhan) dengan membuka

jendela dan membatasi pengunjung.

Tindakan yang dilakukan tanggal 03 Maret 2015 yaitu melakukan

pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan

dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor

presipitasinya, mengkaji stress psikologis klien/pasangan dan respons

emosional terhadap kejadian, mengajarkan tindakan teknik

nonfarmakologis (relaksasi, kompres hangat, dan masase), memberikan

informasi tentang sifat nyeri/ketidaknyamanan yang diperkirakan dan kira-


kira berapa lama akan berlangsung, memberikan asam mefenamat 500 mg.

dan mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons

pasien terhdap ketidaknyamanan (suhu ruangan dan kegaduhan).

Tindakan yang dilakukan tanggal 04 Maret 2015 melakukan

pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan

dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor

presipitasinya, mengkaji stress psikologis klien/pasangan dan respons

emosional terhadap kejadian, mengajarkan tindakan teknik

nonfarmakologis (relaksasi, kompres hangat, dan masase), memberikan

informasi tentang sifat nyeri/ketidaknyamanan yang diperkirakan dan kira-

kira berapa lama akan berlangsung, memberikan asam mefenamat 500 mg.

4. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan

Tindakan yang dilakukan tanggal 02 Maret 2015 yaitu mengkaji

pengalaman masa lalu pasien dan keluarga tentang kehilangan dan

penyelesaian berduka, mengkaji penyebab dan dan lamanya waktu

diagnosis kematian janin, mengidentifikasi sumber-sumber dukungan

dalam keluarga, menyakinkan pasien bahwa berduka yang dialami adalah

wajar, dan menganjurkan keluarga untuk selalu menemani pasien dalam

menjalani fase-fase berduka.

Tindakan yang dilakukan tanggal 03 Maret 2015 yaitu mengkaji

penerimaan klien terhadap kehilangan, mengkaji fase berduka klien,

mengkaji masa depan terkait kehilangan, dan mengkaji kemampuan klien

dalam berpartisipasi terhadap tindakan keperawatan dan medis.


Tindakan yang dilakukan tanggal 04 Maret 2015 yaitu mengkaji

penerimaan klien terhadap kehilangan, mengkaji fase berduka klien,

mengkaji masa depan terkait kehilangan, dan mengkaji kemampuan klien

dalam berpartisipasi terhadap tindakan keperawatan dan medis.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transport

oksigen sekunder akibat hipovolemia

Tindakan yang dilakukan pada tanggal 02 Maret 2015 yaitu

mengukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, mengkaji pola

tidur dan kualitas tidur, menganjurkan untuk meningkatkan aktivitas

sesuai kemampuan, mengkaji respon sosial, emosi dan spiritual terhadap

aktivitas, menganjurkan klien untuk melaporkan jika selama aktivitas

merasa sesak nafas dan jantung berdebar-debar, dan merencanakan

aktivitas bersama klien dan keluarga untuk meningkatkan kemandirian dan

ketahanan.

Tindakan yang dilakukan pada tanggal 03 Maret 2015 yaitu

mengukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, mengkaji pola

tidur dan kualitas tidur, menganjurkan untuk istirahat dan mengurangi

aktivitas ketika nafas sesak dan kecapekan, menganjurkan untuk

meningkatkan aktivitas sesuai kemampua, mengajarkan klien metode

penghematan energi untuk aktivitas, mengkaji respon social, emosi dan

spiritual terhadap aktivitas, menganjurkan klien untuk melaporkan jika

selama aktivitas merasa sesak nafas dan jantung berdebar-debar, dan


merencanakan aktivitas bersama klien dan keluarga untuk meningkatkan

kemandirian dan ketahanan.

Tindakan yang dilakukan tanggal 04 Maret 2015 yaitu memantau

TTV sebelum dan sesudah aktivitas, mengkaji kemampuan klien dalam

beraktivitas, memantau kualitas tidur, menganjurkan untuk mengurangi

aktivitas ketika sesak napas dan kecapekan, dan menganjurkan untuk

meningkatkan aktivitas secara bertahap.

Tindakan yang dilakukan tanggal 05 Maret 2015 yaitu

mengevaluasi kemandirian dan ketahanan klien dalam melakukan

aktivitas, mengevaluasi faktor-faktor yang meningkatkan intoleransi

aktivitas, mengevaluasi kemampuan klien dalam menerapkan metode

penghematan energy.

6. Risiko infeksi berhubungan dengan jaringan yang trauma

Tindakan yang dilakukan tanggal 02 Maret 2015 yaitu memantau

tanda dan gejala infeksi, mengkaji faktor yang dapat meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi, menganjurkan keluarga untuk membantu

kebersihan diri klien untuk mengurangi risiko infeksi, mengajarkan

tekhnik mencuci tangan yang benar, memberitahu klien dan keluarga

mengapa tindakan kuretase dan keguguran dapat meningkatkan risiko

infeksi, dan memberikan injeksi ceftriaxone 1 ampul.

Tindakan yang dilakukan tanggal 03 Maret 2015 yaitu memantau

tanda dan gejala infeksi, mengkaji faktor yang dapat meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi, menganjurkan keluarga untuk membantu


kebersihan diri klien untuk mengurangi risiko infeksi, mengajarkan

tekhnik mencuci tangan yang benar, memberitahu klien dan keluarga

mengapa tindakan kuretase dan keguguran dapat meningkatkan risiko

infeksi, dan memberikan injeksi ceftriaxone 1 ampul.

Tindakan yang dilakukan tanggal 04 Maret 2015 yaitu, memantau

tanda dan gejala infeksi, memantau kebersihan diri klien, dan meberikan

injeksi ceftriaxone 1 ampul.

Tindakan yang dilakukan tanggal 05 Maret 2015 yaitu, memantau

tanda dan gejala infeksi, memantau kebersihan diri klien, dan memantau

klien dalam minum amoxicillin 3x 500 mg.

Tindakan yang dilakukan tanggal 06 Maret 2015 yaitu, memantau

tanda dan gejala infeksi, memantau kebersihan diri klien, dan memantau

klien dalam minum amoxicillin 3x 500 mg.

F. Evaluasi

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan aktif akibat perdarahan

Evaluasi diagnosa kekurangan volume cairan tanggal 02 Maret

2015 yaitu, subjektif: klien mengatakan haus, pusing, lemes. Evaluasi

secara objektif, klien telah dilakukan kuret, balance cairan +915 cc (input:

infus 1440 cc, injeksi 10 cc, makan dan minum: 750 cc, Air metabolik

(AM) 190 cc, output: urine 600 cc, perdarahan 300 cc, IWL 570 cc),

warna urin kuning keruh, mukosa bibir kering, kekuatan nadi lemah, akral

dingin, diaphoresis, orientasi baik, tidak terjadi kekacauan mental, TD:


80/60 mmHg, N: 120x/menit, RR: 22x/menit, HCT: 24,8%, HB: 10,5 g/dl.

Berdasarkan evaluasi tersebut dapat dianalisa bahwa masalah kekurangan

volume cairan belum teratasi. Perencanaan selanjutnya yaitu pantau

balance cairan dan status hidrasi serta kolaborasi pemberian cairan

intravena dan tranfusi darah.

Evaluasi tanggal 03 Maret 2015: S: klien mengatakan merasa haus,

minum banyak, pusing bertambah jika jalan dan lemes. Evaluasi obyektif,

mukosa bibir kering, turgor kulit baik, akral hangat, warna urine jernih,

TD: 90/60 mmHg, nadi: 84x/menit, suhu: 36,50C, HCT: 18,2%, orientasi

baik, tidak terjadi kekacauan mental, balance cairan + 550 cc (infus 1080

cc, makan minum 800 cc, tranfusi 400 cc, AM 190 cc, output: urine 1100

cc, perdarahan 150 cc, IWL 570 cc). Berdasarkan evaluasi tersebut dapat

dianalisa masalah kekurangan volume cairan belum teratasi. Rencana

selanjutnya, pantau balance cairan dan status hidrasi serta kolaborasi

pemberian cairan intravena.

Evaluasi tanggal 04 Maret 2015, klien mengatakan tidak pusing,

lemes, tidak merasa haus. Evaluasi objektif, mukosa bibir lembab, turgor

kulit baik, akral hangat, warna urine jernih, orientasi waktu, tempat dan

orang baik, tidak terjadi kekacauan menta, TD 110/70 mmHg, Nadi:

80x/menit, suhu: 360C, RR: 20x/menit, HCT: 25,5%, dan balance cairan +

565 cc (input: infus 720 cc,makan minum: 1500 cc, air metabolik 190 cc,

output: urin 1200, perdarahan 74 cc, IWL 570 cc). Berdasarkan evaluasi
tersebut dapat dianalisa masalah kekurangan volume cairan sudah teratasi.

Rencana selanjutnya pertahankan kondisi.

2. Ketidakaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat

anoreksia

Evaluasi masalah ketidakseimbangan nutrisi tanggal 02 Maret 2015

adalah Subjektif: klien mengatakan “ saya males mbak makan, rasanya

lemes”. Evaluasi Objektif: klien makan 3 sendok, ditambah ngemil biscuit,

klien belum memahami pentingnya nutrisi yang adekuat, belum mampu

menyebutkan diet menu seimbang, BB: 38 kg. Berdasarkan data tersebut

dapat dianalisa bahwa masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi.

Rencana tindakan untuk selanjutnya yatiu monitor berat badan dan asupan

nutrisi klein, anjurkan untuk mempertahankan kebersihan mulut, kaji

kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan kolaborasi

dalam pemberian suplemen.

Evaluasi tanggal 03 Maret 2015 yaitu klien mengatakan “nafsu

makan meningkat daripada hari sebelumnya, saya akan berusaha makan

banyak mbak”. Evaluasi objektif: klien menghabiskan ½ porsi makan dari

RS, ditambah ngemil biscuit, klien memahami pentingnya nutrisi yang

adekuat, mampu menyebutkan diet menu seimbang, BB: 38 kg, HB: 6,5

g/dl, MCV: 83,4 fl, MCHC: 29,8 pg. Berdasarkan data tersebut dapat

dianalisa bahwa masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi.

Rencana tindakan untuk selanjutnya yatiu monitor berat badan dan asupan
nutrisi klein, dan anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrsi ketika

memungkinkan

Evaluasi tanggal 04 Maret 2015, klien mengatakan “ nafsu makan

sudah seperti sebelum sakit, tidak pusing dan tidak lemes. Evaluasi

objektif: klien menghabiskan satu porsi nasi dengan menu seimbang sesuai

anjuran, BB: 38,2 kg, HB: 9,2 g/dl Berdasarkan data tersebut dapat

dianalisa bahwa masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi.

Rencana tindakan selanjutnya: pantau berat badan dan asupan nutrisi, dan

anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrsi ketika memungkinkan.

Evaluasi tanggal 05 Maret 2015, S: klien mengatakan makan sudah

banyak, tidak ada rasa mual dan pusing, tidak lemas. Evaluasi objektif:

klien mampu mneghabiskan satu porsi (satu piring nasi, sayur dan lauk

telur), tidak tampak lemes, BB: 38, 3 kg. klien minum suplemen sulfat

ferosus, mampu memenuhi makan secara mandiri. Berdasarkan data

tersebut dapat dianalisa bahwa masalah ketidakseimbangan nutrisi belum

teratasi. Rencana tindakan selanjutnya: pertahankan selera makan klien,

kebersihan mulut dan pantau BB klien.

Evaluasi tanggal 06 Maret 2015, S: klien mengatakan “makannya

sudah seperti sebelum sakit mbak, udah banyak, kalau masalah makan

udah gak ada masalah, kyaknya ini nambah lagi mbak berat badannya,

makan 3 kali”. Evaluasi objektif: klien tidak tampak lemes, mampu makan

dengan gizi seimbang, menghabiskan satu porsi makan, BB: 38, 5 kg,

lingkar lengan 24 cm. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa


masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi. Rencana tindakan

selanjutnya: pertahankan selera makan klien dan pantau BB.

3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri

Evaluasi tanggal 02 Maret 2015 klien mengatakan nyeri berkurang

degan nafas dalam, nyeri skala 4, perih. Evaluasi Objektif: klien

memahami jika nyeri yang dirasakan adalah normal, karena tindakan

kuretase. TD 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu: 360C, RR: 20x/menit,

klien tidak bisa tidur, klien makan 3 sendok, ditambah ngemil biscuit.

Berdasarkan data tersebuit dapat dianalisa bahwa masalah nyeri akut

belum teratasi. Rencana tindakan selanjutnya yaitu: lakukan pengkajian

nyeri yang komprehensif, kaji stress psikologis klien/pasangan dan

respons emosional terhadap kejadian, ajarkan tindakan teknik

nonfarmakologis (imajinasi terbimbing, kompres hangat, dan masase),

kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi dan kendalikan

faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons pasien terhdap

ketidaknyamanan (suhu ruangan dan kegaduhan) (Nanda, 2013).

Evaluasi tanggal 03 Maret 2015 klien mengtakan nyeri berkurang

skala 2, memahami bahwa nyeri yang terjadi adalah normal karena

perlukaan sewaktu kuret, mengerti tujuan diberikannya obat pereda nyeri

(asam mefenamat 500 mg), tidur tidak pulas ±5 jam, menghabiskan ½

porsi makan dari RS, ditambah ngemil biscuit. Evaluasi objektif: TD:

90/60 mmHg, nadi: 84x/menit, suhu: 36,50C, mampu menerapkan tekhnik

nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri dengan kompres hangat, masase,


dan nafas dalam. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa masalah

nyeri akut belum teratasi. Rencan tindakan selanjutnya: lakukan

pengkajian nyeri yang komprehensif, ajarkan tindakan teknik

nonfarmakologis (imajinasi terbimbing), kolaborasi dalam pemberian

analgesik sesuai indikasi dan kendalikan faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi respons pasien terhdap ketidaknyamanan (suhu ruangan

dan kegaduhan) (Nanda, 2013).

Evaluasi tanggal 04 Maret 2015 klien mengatakan nyeri sudah

jarang sekali timbul, skala 1, tidur pulas 6 jam di malam hari dan 1 jam di

siang hari, nyeri tidak mempengaruhi nafsu makan klien.. Evaluasi

objektif: TD 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu: 360C, RR: 20x/menit,

klien menghabiskan satu porsi makan, mampu menerapkan tekhnik

relaksasi dan distraksi untuk menurunkan nyeri. Berdasarkan data tersebut

dapat dianalisa bahwa masalah nyeri teratasi. Rencana tindakan

selanjutnya pertahankan kondisi klein.

4. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan.

Evaluasi tanggal 02 Maret 2015, S: klien mengatakan” saya tahu

saya merasa kehilangan, mohon jangan tanyakan tentang itu dulu, nanti

kalau saya sudah siap akan cerita. Evaluasi objektif: klien menolak

menceritakan tentang kehilangannya, kontak mata kadang beralih, klien

tidak menolak dilakukan kuret, suami selalu menemani klien, belum bisa

merencanakan masa depan dan tidak menunjukan distress somatik.

Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa masalah berduka belum


teratasi. Rencana tindakan selanjutnya: bina hubungan saling percaya, kaji

penerimaan klien terhadap kehilangan, kaji tujuan masa depan terkait

kehilangan, yakinkan bahwa berduka yang dialami adalah wajar, kaji

kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kehilangan.

Evaluasi tanggal 03 Maret 2015, klien mnegatakan “ ya udahlah

mbak, kalau ini memang ini yang harus aku terima” klien juga mengatakan

“saya seperti ini mungkin sama dengan keguguran yang kemarin, ada

saudara saya yang iri sama saya, karena dia tidak punya anak, saya pernah

ke orang pintar menanyakan tentang kehamilan saya yang ini waktu saya

mulai gak enak itu, katanya ada orang yang iri”. Evaluasi objektif: klien

mampu mengungkapkan tentang kehilangan, masih dalam tahap

bargaining, tidak terjadi distress somatik, mampu berpartisipasi dalam

tindakan keperawatan. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa

masalah berduka belum teratasi. Rencana selanjutnya: kaji penerimaan

klien terhadap kehilangan, kaji masa depan terkait kehilangan, keji

kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kehilangan.

Evaluasi tanggal 04 Maret 2015, klien mengatakan “ikhlas

kehilangan janin. Jika ini memang terbaik untuk saya dan janin saya.

Alhamdulilah saya sudah dikaruniai satu anak daripada mereka yang

belum dikaruniai, saya bersyukur. Yang memberikan nyawa itu Alloh,

manusia hanya bisa berusaha dan berdoa. Tentang saudara saya, saya

biarkan aja mbak, yang penting saya tidak berbuat jahat sama orang, orang

mau jahat sama saya ya biarkan, itu sudah urusannya sendiri-sendiri, Alloh
Maha Tau kok mbak. Evaluasi objektif: klien mampu mengungkapkan

kehilangan, mampu menerima, tidak terjadi distress somatik, mampu

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait tindakan keperawatan

dan medis, ada rencana untuk KB. Berdasarkan data tersebut dapat

dianalisa bahwa masalah berduka teratasi. Rencana selanjutnya

pertahankan kondisi.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transport

oksigen sekunder akibat hipovolemia

Evaluasi tanggal 02 Maret 2015, klien mengatakan lemas, pusing

bertambah jika berdiri, tidak bisa tidur. Evaluasi objektif: ADL di bantu

orang lain, tidak sesak napas, tampak lemes, TTV setelah aktivitas; TD:

90/60 mmHg, nadi: 108x/menit, RR: 24x/menit, mampu ke kamar mandi

dengan bantuan orang lain, klien belum mampu menjawab pengaruh

aktivitas terhadap social dan spiritual. Berdasarkan data tersebut dapat

dianalisa bahwa masalah intoleransi aktivitas belum teratasi. Rencana

selanjutnya: kaji kemampuan aktivitas klien, pantau pola tidur, pantau

TTV sebelum dan sesudah aktivitas, ajarkan klien metode penghematan

energy untuk aktivitas, kaji respon social, emosi, dan spiritual terhadap

aktivitas dan tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai kemampuan.dan

anjurkan klien melaporkan jika sesak napas.

Evaluasi tanggal 03 Maret 2015, klien mengatakan lemas, pusing

bertambah jika berdiri, tidur tidak pulas ±5 jam. Evaluasi objektif: ADL di

bantu orang lain, tidak sesak napas, tampak lemes, TTV setelah aktivitas;
TD: 90/60 mmHg, nadi: 96x/menit, RR: 24x/menit, klien memahami

tentang metode penghematan energi, mampu ke kamar mandi dengan

bantuan orang lain. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa

masalah intoleransi aktivitas belum teratasi. Rencana selanjutnya: kaji

kemampuan aktivitas klien, pantau pola tidur, pantau TTV sebelum dan

sesudah aktivitas, dan tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai

kemampuan.

Evaluasi tanggal 04 Maret 2015, klien mengatakan tidak lemas,

kadang pusing, tidur pulas 6 jam di malam hari dan 1 jam di siang hari,

jika melakukan aktivitas rumah baru sebentar sudah kecapekan. Evaluasi

objektif: klien mampu melakukam ADL mandiri, tidak sesak, jantung

tidak berdebar-debar, TTV setelah aktivitas 110/70 mmHg, nadi:

86x/menit, RR: 20x/menit. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa

bahwa masalah intoleransi aktivitas belum teratasi. Rencana tindakan

selanjutnya: pertahankan kondisi dan pantau kekuatan dalam

melaksanakan aktivitas.

Evaluasi tanggal 05 Maret 2015, klien mengatakan sudah tidak

lemes, tidak pusing, cuman kalau kebanyakan aktivitas masih lelah mbak,

tapi sudah lenih baik daripada kemarin”, evaluasi objektif: TD 110/70 mm

Hg, nadi 83x/menit, RR 20x/menit, tidak tampak pucat, tidak tampak

lemes, mampu menyadari keterbatasan energi, mampu menghemat energi

dengan melakukan aktivitas sambil duduk daripada berdiri, mampu

mengenali tanda-tanda intoleransi aktivitas. Berdasarkan data tersebut


dapat dianalisa bahwa masalah intoleransi aktivitas teratasi. Rencana

selanjutnya pertahankan kondisi.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan yang trauma

Evaluasi tanggal 02 Maret 2015, klien mengatakan tidak ada nyeri

di daerah genita dan tidak merasakan pegal di tmepat pemasangan infuse.

Eva;luasi objektif: S: 36, 00C, nadi: 90x/menit, tidak ada tanda-tanda

infeksi (rubor, dolor kalor, tumor dan fungsio laesa), pengeluaran

pervaginam tidak bau, kebersihan vagina terjaga, tidak ada phlebitis.

Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa masalah resiko infeksi

tidak terjadi. Rencana tindakan selanjutnya: pertahankan kondisi, kaji

faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, pantau hasil

laboratorium dan kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

Evaluasi tanggal 03 Maret 2015, klien mengatakan tidak ada nyeri

di daerah genita dan tidak merasakan pegal di tmepat pemasangan infuse.

Evaluasi objektif: suhu: 36,50C, nadi: 84x/menit, tidak ada tanda-tanda

infeksi (rubor, dolor kalor, tumor dan fungsio laesa), pengeluaran

pervaginam tidak bau, kebersihan vagina terjaga, tidak ada phlebitis.

Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa masalah resiko infeksi

tidak terjadi. Rencana tindakan selanjutnya: pertahankan kondisi, kaji

faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, pantau hasil

laboratorium dan kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

Evaluasi tanggal 04 Maret 2015 klien mengatakan tidak nyeri dan

tidak ada rasa panas didaerah genital. Evaluasi objektif: suhu 36,70C, nadi:
86x/menit, RR: 20x/menit, pengeluaran pervaginam tidak bau, merah

seperti darah menstruasi.Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa

masalah resiko infeksi tidak terjadi. Rencana tindakan selanjutnya:

pertahankan kondisi, pantau tanda dan gejala infeksi dan pantau ketaatan

minum obat antibiotik.

Evaluasi tanggal 05 Maret 2015, klien mengatakan tidak ada nyeri

di daerah genital dan pengeluaran darah tinggla sedikit, ganti pembalut 2x

ketika mandi tidak penuh pembalutnya. Evaluasi objektif: suhu 36,50C,

nadi: 86x/menit, RR: 20x/menit TD: 110/70 mmHg, pengeluaran

pervaginam tidak bau, ±5 cc, kebersihan diri terjaga. Berdasarkan data

tersebut dapat dianalisa bahwa masalah resiko infeksi tidak terjadi.

Rencana selanjutnya: pertahankan kondisi, pantau tanda dan gejala infeksi

dan pantau ketaatan minum obat antibiotic.

Evaluasi tanggal 06 Maret 2015, klien mengatakan tidak ada nyeri

di daerah genital, perdarahan masih keluar sedikit. Evaluasi objektif: suhu:

36,80C, nadi: 90x/menit, RR: 20x/menit TD: 110/75 mmHg, pengeluaran

pervaginam tidak bau, kebersihan diri terjaga. Berdasarkan data tersebut

dapat dianalisa bahwa masalah resiko infeksi tidak terjadi. Rencana

selanjutnya: pertahankan kondisi, anjurkan tetap menjaga kebersihan diri.


BAB IV

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. PEMBAHASAN

Bab ini penulis akan membahas tentang pengelolaan asuhan

keperawatan abortus inkomplet pada Ny. S di bangsal Anggrek Rumah Sakit

Tentara Prof. Dr. Soedjono Magelang. Pembahasan difokuskan pada aspek

asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, intervensi,

implementasi dan evaluasi. Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang

kesenjangan yang ditemukan selama melaksanakan asuhan keperawatan dari

pengkajian hingga evaluasi. Dalam pengkajian, penulis memperoleh data dari

wawancara langsung dengan klien dan keluarga klien, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

1. Diagnosa Yang Muncul Dalam Kasus

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

volume cairan aktif akibat perdarahan

Kekurangan volume cairan adalah keadaan di mana seseorang

individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau berisiko

mengalami dehidrasi vaskular, interstisial, atau intravaskular

(Wilkinson, 2012). Batasan karakteristiknya meliputi subjektif: Haus

dan objektif: penurunan status mental, penurunan turgor kulit,

penurunan haluaran urin, kulit dan membran mukosa kering,

hematokrit meningkat, suhu tubuh meningkat, peningkatan frekuensi

76
nadi, penurunan tekanan darah, konsistensi urin meningkat, kelemahan

(Wilkinson, 2012).

Penulis mengangkat diagnosa ini karena saat pengkajian

didapatkan klien mengeluh “yang saya rasakan sekarang lemes mbak

dan pusing”, TD: 80/60 mmHg, Nadi: 128x/menit, pernapasan:

28x/menit, mukosa bibir kering, warna urine kuning keruh, akral

dingin, diaphoresis, keluar darah segar, turgor kulit kembali dalam 4

detik, dan balance cairan: - 465 cc, pemeriksaan laboratorium darah

tanggal 01 Maret 2015: HB: 8,5 g/dl, RBC: 3,00 m/ul, HCT: 24,8 %.

Data tersebut disesuaikan dengan batasan karakteristik terdapat 6

batasan karakteristik subjektif, maka dari itu penulis dapat

menegakkan diagnose kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan volume cairan aktif akibat perdarahan. Faktor-faktor risiko

yang berhubungan antara lain kehilangan cairan secara berlebihan,

berkeringat secara berlebihan, menurunnya intake oral, penggunaan

diuretik, dan perdarahan. Penulis menegakkan diagnosa kekurangan

volume cairan tersebut di sebabkan karena ada kehilangan volume

cairan aktif akibat perdarahan karena saat dilakukan pengkajian klien

mengalami perdarahan.

Diagnosa kekurangan volume cairan ini menjadi prioritas

pertama karena menurut Abraham Maslow, pemenuhan kebutuhan

dasar yang pertama adalah kebutuhan fisiologis yang salah satunya

adalah cairan. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar yang


harus dicapai sebelum mencapai kebutuhan dasar yang kedua, apabila

kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi, kebutuhan kedua dan selanjutnya

tidak akan tercapai (Paula J Christensen, 2009). Cairan dan elektrolit

sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia,

diantaranya: mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur

tubuh, transport nutrisi ke sel, transport hasil metabolisme, transport

hormon, pelumas antar organ dan mempertahankan tekanan hidrostatik

dalam sistem kardiovaskuler (Tarwoto Wartonah, 2006).

Keseimbangan cairan ditentukan oleh masukan cairan dan pengeluaran

cairan. Kekurangan volume cairan ekstraseluler dapat terjadi karena

kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, dan perdarahan.

Ketidakseimbangan cairan ini mengganggu sistem organ dan

metabolisme dalam sel dan menyebabkan syok hipovolemik yang

mengancam jiwa (Aziz Alimul & Musrifatul, 2005).

Tujuan yang ingin dicapai dalam mengatasi masalah kurang

volume cairan adalah diharapkan keseimbangan cairan tercapai dengan

kriteria hasil: keseimbangan elektrolit dan asam basa (frekuensi dan

irama nadi normal (60-100x/menit), frekuensi dan irama napas normal

(16-20x/menit), tidak terjadi kekacauan mental, tidak terjadi

disorienasi kognitif), keseimbangan cairan dalam ruang intrasel dan

ekstrasel (urine jernih, cairan seimbang antara input dan output.

Hidrasi adekuat (membran mukosa lembab, klien tidak pusing, tidak

lemas, akral hangat).


Tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk mencapai

tujuan keseimbangan cairan adalah memantau warna, jumlah dan

frekuensi kehilangan cairan, rasionalnya untuk mengetahui kehilangan

dan kebutuhan cairan. Memantau status hidrasi (membran mukosa,

nadi dan tekanan darah), keakuratan catatan asupan dan haluaran,

rasionalnya membantu menentukan beratnya kehilangan darah,

meskipun sianosis dan tekanan darah dan nadi adalah tanda-tanda

lanjut dari kehilangan sirkulasi dan/atau terjadinya syok. Memantau

aktivitas uterus dan status janin, rasionalnya perdarahan akan berlanjut

apabila janin belum keluar secara lengkap. Menganjurkan tirah baring

dan menginstruksikan klien untuk menghindari valsava manuver,

rasionalnya aktivitas dapat meningkatkan perdarahan dan peningkatan

tekanan abdomen dapat merangsang perdarahan. Memposisikan klien

dengan tepat (terlentang dengan panggul ditinggikan), rasionalnya

menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak dan peninggian

panggul menghindari kompresi vena kava. Menganjurkan untuk

menginformasikan ke perawat jika mengalami haus berat, rasionalnya

haus berat menandakan adanya dehidrasi, dengan pelaporan dini

diharapkan masalah dapat teratasi secara cepat dan tidak timbul

komplikasi. Menganjurkan untuk meningkatkan asupan cairan lewat

oral, rasionalnya untuk memenuhi kebutuhan cairan. Berkolaborasi

dengan dokter dalam pemberian larutan intravena dan tranfusi darah

sesuai indikasi, rasionalnya pemberian larutan intravena membantu


pengembalian kehialangan cairan dan tranfusi darah untuk mengganti

sel-sel darah yang hilang akibat perdarahan.

Hasil evaluasi yang diperoleh tanggal 04 Maret 2015 setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari yaitu klien mengatakan

tidak pusing, tidak lemes, tidak merasa haus. Mukosa bibir lembab,

turgor kulit baik kembali dalam 1 detik, akral hangat, warna urine

jernih, TD 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu: 360C, RR:

20x/menit, HCT: 25,5%, dan balance cairan + 565 cc (input: infus 720

cc,makan minum: 1500 cc, air metabolik 190 cc, output: urin 1200,

perdarahan 74 cc, IWL 570 cc). Disesuaikan dengan kriteria hasil yang

telah ditetapkan, maka masalah ketidakseimbangan cairan teratasi.

Rencana keperawatan selanjutnya yaitu pertahankan kondisi agar

keseimbangan cairan dapat dipertahankan.

Hambatan yang penulis alami dalam mengatasi masalah

kekurangan cairan ini adalah penulis tidak 24 jam bersama klien,

sehingga input dan cairan kadang tidak valid karena kadang klien lupa

dalam menampung urinenya. Hal yang mendukung penulis dalam

mengatasi masalah kekurangan cairan yaitu pasien kooperatif selama

dilakukan tindakan keperawatan.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat

anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan adalah suatu

keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko

mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan

yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Wilkinson, 2012).

Batasan karakteristik mayor: individu yang tidak puasa melaporkan

atau mengalami asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari yang

dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan atau kebutuhan

metabolik aktual atau potensial dengan asupan yang lebih. Batasan

karakteristik minor: berat badan 10% sampai 20 % atau lebih di

bawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh, lipatan kulit

trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot lengan tengah kurang

dari 60% standar pengukuran, kelemahan otot dan nyeri tekan, peka

rangsang mental atau kekacauan mental, penurunan albumin serum,

dan penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan besi.

Penulis mengangkat diagnosa ini karena saat pengkajian

didapatkan data, subjektif: klien mengatakan “klien mengatakan

“sudah dua minggu tidak nafsu makan, makan 2 kali habis ¼ porsi,

mual, dan lemes, saya belum pernah diberi tahu tentang makanan

setelah kuret. Data objektif: lingkar lengan atas: 23,5 cm, IMT: 17,8,

HB:8,5 g/dl, RBC: 3,00 m/dl, konjungtiva anemis, tampak pucat, berat

badan turun 4,5 kg selama 2 minggu. Dari data tersebut disesuaikan

dengan batasan karakteristik terdapat 1 batasan karakteristik mayor

yaitu individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami asupan


makanan yang tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan

penurunan berat badan dan 2 karakteristik minor yaitu lingkar lengan

tengah 23,5 kurang dari normal dan kelemahan otot. Faktor yang

berhubungan antara lain anoreksia, mual muntah, disfagia, dan

peningkatan kebutuhan kalori. Sehingga penulis menegakkan diagnosa

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

penurunan keinginan makan sekunder akibat anoreksia.

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar

manusia yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi

merupakan sumber energi dari segala aktivitas dalam sistem tubuh.

Kebutuhan nutrisi dalam piramida Maslow termasuk dalam kebutuhan

fisiologis, dimana kebutuhan fisiologis harus terpenuhi sebelum

kebutuhan lainya terpenuhi. Apabila kebutuhan fisiologis belum

terpenuhi, individu tidak akan mencapai kebutuhan selanjutnya

(Alimulayat & Musrifatul, 2005). Penghitungan kebutuhan kalori pada

orang dewasa adalah AMB Perempuan = (655 + (9.6 x BB) + (1.8 x

TB) – (4.7 x U) x 20). AMB (angka metabolism basal), BB (Berat

badan), TB (tinggi badan(cm)), U (umur (tahun).

Tujuan yang ingin dicapai yaitu adanya keinginan makan

selama sakit dan dalam proses penyembuhan, nafsu makan meningkat,

jumlah dan frekuensi makan meningkat (3 kali/hari, perporsi 2216,6

kalori). mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet, menjelaskan


komponen diit yang bergizi adekuat, melaporkan tingkat energi

adekuat, dan BB bertambah 1 kg.

Tindakan yang dilakukan selama 5 hari yaitu menimbang berat

badan setiap hari dan memantau hasil laboratorium (HB dan RBC),

rasionalnya untuk mengetahui status nutrisi pada ibu selama kehamilan

dan setelah post kuretase apakah menunjukan kurangnya nutrisi

(Doenges, 2001). Menentukan kemampuan klien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi, rasionalnya kemandirian klien menunjang dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang

adekuat, rasionalnya pemahaman klien tentang pentingnya nutrisi

meningkatkan kesadaran klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Mengajarkan individu dan keluarga untuk menghindari bau masakan

yang menyebabkan mual dan penurunan nafsu makan dan

menganjurkan untuk mempertahankan kebersihan mulut, rasionalnya

cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan dan mulut yang bersih

meningkatkan nafsu makan. Menganjurkan makan sering dengan porsi

kecil, rasional makan dengan porsi kecil lebih dapat ditolerir pada

klien dengan penurunan nafsu makan dan mual. Menganjurkan

individu untuk makan makanan kering ( roti panggang, biscuit dll) dan

menghindarkan makanan yang terlalu manis dan berminyak, rasional

makan cemilan dapat digunakan sebagai makan tambahan dan

makanan yang terlalu manis dan berlemak dapat merangsang mual.


Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen, rasional

suplemen membantu memenuhi kebutuhan nutrisi.

Evaluasi tanggal 06 Maret 2015 setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 5 hari yaitu: klien mengatakan “makannya sudah

seperti sebelum sakit mbak, udah banyak, makan 3 kali, kalau masalah

makan udah gak ada masalah, kyaknya ini nambah lagi mbak berat

badannya”. Klien tidak tampak lemes, mampu makan dengan gizi

seimbang, menghabiskan satu porsi makan, BB: 38, 5 kg. Berdasarkan

kriteria hasil yang ditetapkan masalah ketidakseimbangan nutrisi

teratasi. Rencana selanjutnya pertahankan kondisi.

Hambatan yang dialami selama melakukan implementasi yaitu

pertama dalam memantau hasil laboratorium tidak bisa setiap hari

karena setelah tanggal 04 Maret 2015 klien sudah pulang dari rumah

sakit dan tidak dilakukan pengukuran, yang kedua: dalam pengukuran

berat badan butuh kejelian karena perbedaannya tipis, ada

kemungkinan salah dalam penimbangan karena selisih 1 ons di

timbangan tidak begitu jelas. Hambatan ketiga yaitu dalam menindak

lanjuti implementasi mengkaji makanan kesukaan klien. Di rumah

sakit menu makanan sudah ditentukan dari rumah sakit, sehingga tidak

bisa disesuaikan dengan makanan kesukaan klien. Pilihan alternative

untuk mengatasi itu, penulis menyarankan untuk keluarga klien

membelikan makanan kesukaan klien atau membawakan dari rumah.

c. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan yang trauma


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak

menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti awitan yang tiba-

tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir

yang diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari

enam bulan (Wilkinson, 2012). Batasan karakteristiknya

yaitu,subjektif: mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri

dengan isyarat dan objektif: posisi untuk menghindari nyeri, perubahan

tonus respon autonomik (diaphoresis, perubahan tekanan darah,

pernapasan, nadi), perubahan selera makan, perilaku ekspresif (gelisah,

merintih, menangis, peka terhadap rangsang), berfokus pada diri

sendiri, gangguan tidur (Wilkinson, 2012).

Penulis mengangkai diagnosa ini karena dalam pengkajian

ditemukan data subjektif: klien mengeluh nyeri bertambah sewaktu

duduk dan miring, nyeri “slemet-slemet” di bagian perut bagian bawah

(sympisis) skala 5, nyeri terus-menerus, berkurang dengan rileksasi

(nafas dalam) dan distraksi (berbicara dengan orang lain). Data

Objektif: klien tampak mengatupkan rahang menahan nyeri ketika

akan duduk dan miring, terdapat nyeri tekan abdomen bagian bawah

(symphisis). Data tersebut terdapat 1 batasan karakteristik objektif dan

4 batasan karakteristik subjektif.

Nyeri merupakan salah satu bentuk reflex guna menghindari

rangsangan dari luar tubuh, atau melindungi tubuh dari segala bentuk
bahaya. Nyeri yang tidak diatasi dapat berakibat tidak baik bagi tubuh,

dan hal ini akan menyebabkan penderita menjadi tidak tenang dan

putus asa (Wahit Iqbal, 2008). Dalam hirarki maslow, nyeri termasuk

dalam kebutuhan kedua, kebutuhan aman nyaman yang harus

terpenuhi setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi.

Tindakan yang telah dilakukan selama 3 hari yaitu melakukan

pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,

awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri,

dan faktor presipitasinya, mengkaji stress psikologis klien/pasangan

dan respons emosional terhadap kejadian, rasionalnya: karena nyeri

merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda

pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua

faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis,

perilaku emosional dan sosiokultural. Mengajarkan tindakan teknik

nonfarmakologis (misalnya: relaksasi, imajinasi terbimbing, kompres

hangat, dan masase), rasionalnya: intervensi non farmakologis

memberi klien perasaan kontrol yang kian meningkat, membantunya

terlibat aktif dalam berbagai kegiatan, mengurangi stress dan

ansietas,memperbaiki mood, dan meningkatkan ambang nyeri (Wahit

Iqbal, 2008). memberikan informasi tentang sifat

nyeri/ketidaknyamanan yang diperkirakan, berapa lama akan

berlangsung dan memberikan informasi tentang penggunaan analgesic

yang diresepkan atau tidak diresepkan, rasionalnya: klien yang


mendapat penjelasan tentang sensasi sesungguhnya akan sedikit

mengalami stress dibandingkan klien yang tidak menerima penjelasan.

Berkolaborasi dalam pemberian analgesik narkotik/nonnarkotik,

sedative, antiemetik, sesuai indikasi, dan mengendalikan faktor

lingkungan yang dapat mempengaruhi respons pasien terhdap

ketidaknyamanan (suhu ruangan dan kegaduhan).

Evaluasi tanggal 04 Maret 2015 klien mengatakan nyeri sudah

jarang sekali timbul, skala 1, tidur pulas 6 jam di malam hari dan 1 jam

di siang hari, nyeri tidak mempengaruhi nafsu makan klien.. Evaluasi

objektif: TD 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu: 360C, RR:

20x/menit, klien menghabiskan satu porsi makan, mampu menerapkan

tekhnik relaksasi dan distraksi untuk menurunkan nyeri. Berdasarkan

data tersebut dapat dianalisa bahwa masalah nyeri teratasi. Rencana

tindakan selanjutnya pertahankan kondisi klein.

d. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan

Berduka adalah proses kompleks yang normal yang mencakup

respons dan perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual

ketika individu, keluarga, an komunitas menghadapi kehilangan aktual,

kehilangan yang diantisipasi, atau persepsi kehilangan ke dalam

kehidupan mereka sehari-hari (Wilkinson, 2012). Batasan karakteristik

nya yaitu, subjektif :marah, meny-alahkan, merasa terpisah,

putus asa, nyeri, distress psikologis, kepedihan, objektif :perubahan

tingkat aktivitas, perubahan pola mimpi, perubahan pola tidur,


disorganisasi, mempertahankan hubungan dengan almarhum, memberi

makna terhadap kehilangan, perilaku panik (Wilkinson, 2012).

Penulis mengangkat diagnosa ini karena saat pengkajian klien

mengatakan jangan menanyakan tentang kehamilan saya mbak, tanya

yang lain saja”. Klien menolak untuk diajak bicara tentang

kehamilannya, menangis ketika ditanya tentang kehamilannya, kadang

suara meninggi, kadang mengalihkan perhatian dan kontak mata.

Disesuaikan dengan batasan karakteristik berduka, dari hasil

pengkajian ditemukan 3 tanda yang memenuhi syarat.

Kehilangan dianggap sebagai kondisi krisis, baik krisis

situasional, ataupun krisis perkembangan (Wahit Iqbal & Nurul, 2008).

Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh bagaimana

persepsi individu terhadap kehilangan, tahap perkembangan,

kekuatan/koping mekanisme, dan support system (Tarwoto Wartonah,

2006). Apabila proses kehilangan tidak dibarengi dengan koping yang

positif atau penanganan yang baik, pada akhirnya akan berpengaruh

pada perkembangan individu atau port of being matur-nya. Peristiwa

kehilangan pada orang dewasa dapat mengakibatkan desintegrasi

dalam keluarga (Wahit Iqbal & Nurul, 2008).

Saat perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami berduka, maka harus memperhitungkan pandangan-

pandangan hidup, termasuk pengalaman hidup, sehingga sebagai

pemberi support, perawat dapat terlibat secara aktif dalam pandangan-


pandangan hidup seorang pasien, sesuai pengetahuan dan

kemampuannya. Selama pengkajian, kehati-hatian selalu diperhatikan

untuk menghindari memaksakan/memastikan akan adanya proses

berduka pada klien maupun keluarganya. Perawat tidak seharusnya

hanya berpedoman pada asumsi tentang informasi yang tidak adekuat

atau hasil evaluasi yang subjektif tentang suatu situasi (Tutu April,

2005).

Tujuan yang ingin dicapai dalam mengatasi masalah berduka

adalah klien mampu mengungkapkan perasaan, pikiran, dan

kepercayaan spiritual tentang kehamilan, berpartisipasi dalam

menyelesaikan proses berduka, tidak menunjukan distress somatik,

mengungkapkan perasaan tentang kebergunaan/optimis.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk mengatasi

berduka adalah: mengkaji kemampuan masa lalu pasien/keluarga

tentang kehamilan dan penyelesaiannya, rasionalnya dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam penyelesaian berduka saat ini.

Menentukan penyebab dan lamanya waktu diagnosis kematian fetus

bayi, rasional jangka waktu diagnosis bayi mempengaruhi respon

berduka. Mengidentifikasi sumber-sumber dukungan dalam keluarga

dan saudara, rasional dukungan keluarga terdekat dapat membantu

klien dalam menjalani fase berduka dan dapat memberikan rasa

ketenangan bagi klien. Mengajarkan karakteristik proses berduka yang

normal dan tidak normal dan mengajarkan fase-fase berduka, dan


memberi informasi tentang harapan yang realistis yang berhubungan

dengan perilaku pasien rasionalnya memberi informasi pada pasien

mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan dan membantu

mengembangkan kepatuhan dan kemandirian klien. Menganjurkan

untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan dan

mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien, rasionalnya

meredakan rasa bersalah dan rasa takut yang tidak rasional. Llibatkan

orang terdekat dalam mendiskusikan dan membuat keputusan,

rasionalnya klien dalam fase berduka mengalami hambatan dalam

membuat keputusan dan dukungan keluarga dapat menguatkan

perasaan saling membutuhkan.

Strategi penggunaan diri secara terapeutik sangat penting

dalam membina hubungan saling percaya terhadap klien yang sedang

berduka. Reaksi klien terhadap kehilangan sementara atau menetap

bergantung pada persepsi klien mengenai kehilangan. Perawat perlu

memfasilitasi ungkapan perasaan terkait kehilangan dengan membina

hubungan saling percaya dan empati. Perawat perlu berpartisipasi

dalam mendukung klien pada semua fase-fase berduka (Paula & Janet,

2009).

Evaluasi tanggal 04 Maret 2015 yang didapatkan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari yaitu klien mengatakan

“ikhlas kehilangan janin. Jika ini memang terbaik untuk saya dan janin

saya. Alhamdulilah saya sudah dikaruniai satu anak daripada mereka


yang belum dikaruniai, saya bersyukur. Yang memberikan nyawa itu

Alloh, manusia hanya bisa berusaha dan berdoa. Tentang saudara saya,

saya biarkan aja mbak, yang penting saya tidak berbuat jahat sama

orang, orang mau jahat sama saya ya biarkan, itu sudah urusannya

sendiri-sendiri, Alloh Maha Tau kok mbak. Klien mampu

mengungkapkan kehilangan, mampu menerima, tidak terjadi distress

somatic, mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait

tindakan keperawatan dan medis, ada rencana untuk KB. Berdasarkan

criteria hasil yang ditetapkan maka masalah berduka teratasi. Rencana

keperawatan selanjutnya yaitu pertahankan kondisi, agar klien tetap

mampu menerima kehilangannya.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transport

oksigen sekunder akibat hipovolemia

Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energy fisiologis

atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaiakn aktivitas sehari-

hari yang ingin atau harus dilakukan (Magnan dalam Carpenito, 2007).

Batasan karakteristik: selama aktivitas: kelemahan, pusing dispnea,

tiga menit setelah aktivitas: pusing, dispnea, keletihan akibat aktivitas,

RR > 24 kali/menit, frekuensi nadi >95 denyut/menit, pucat atau

sianosis, konfusi dan vertigo.

Penulis mengangkat diagnosa ini karena dalam pengkajian

ditemukan klien mengatakan pusing, lemes, jika duduk rasanya

berputar semua. Klien tampak lemas, ADL dibantu orang lain, HB: 8,5
g/dl, pernapasan: 28 kali/menit, TD: 80/60 mmHg, nadi: 128

kali/menit, KU: lemah. Dari data diatas dapat disesuaikan dengan

batasan karakteristik, bahwa data tersebut terdapat 3 karakteristik

yaitu pusing, keletihan akibat aktivitas, dan RR> 24 kali/menit.

Belandaskan dasar pengetahuan yang menyeluruh, perawat

perlu waspada terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan

fisik saat memberikan perawatan untuk membantu fungsi fisiologis

dan psikologis optimal. Upaya memulihkan, memelihara, atau

memperbaiki fungsi mencakup tindakan yang memenuhi kebutuhan

klien akan nutrisi, kenyamanan dan aktivitas (Kozier & Berman,

2011). Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar yang

mutlak diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi

berdiri, berjalan, bekerja, makan, minum, dan aktivitas lainnya.

Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan

sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh

dapat optimal. Kemampuan bergerak juga akan mempengaruhi harga

diri dan citra tubuh seseorang (Wahit Iqbal & Nurul, 2008).

Tujuan yang ingin dicapai yaitu klien mampu mengidentifikasi

faktor-faktor yang menurunkan aktivitas, mengidentifikasi metode

untuk menurunkan intoleransi aktivitas, TTV dalam batas normal

selama dan setelah aktivitas (TD: 110/70 mmHg, nadi: 60-100

kali/menit, pernapsan 16-24 kali.menit), mampu mendemonstrasikan

penghematan energi dengan: menyadari keterbatasan energi,


menyeimbangkan aktivitas dengan istirahat, mengatur jadwal aktivitas

untuk menghemat energi dan pada tanggal 05 Maret 2015 diharapkan

klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandiri.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah memantau

TTV sebelum dan sesudah aktivitas dan mengkaji tingkat kemampuan

pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, dan berjalan, rasional

sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan intervensi. Mengkaji

respon psikoneurologis terhadap aktivitas dan mengevaluasi motivasi

dan keinginan klien untuk meningkatkan aktivitas, rasionalnya latihan

dapat meningkatkan konsep diri dengan mengurangi depresi dan

meningkatkan citra tubuh. Memantau asupan nutrisi untuk memastikan

sumber energi yang adekuat, rasionalnya kurangnya nutrisi dapat

menyebabkan kelemahan otot. Memantau dan mendokumentasikan

pola tidur dan lamanya waktu tidur, rasionalnya periode kerja singkat

dengan periode istirahat menghemat konsumsi oksigen. Mengajarkan

kepada klien untuk mengenal tanda dan gejala intoleransi aktivitas,

termasuk kondisi yang perlu dilaporkan dan menganjurkan

mengurangi frekuensi dan lamanya latihan jika TTV memburuk dan

pusing, rasionalnya mengajarkan klien metoda penghematan energi

untuk aktivitas, bersama klien menjadwalkan peningkatan aktivitas

secara bertahap jika tidak pusing, dan merencanakan aktivitas bersama

klien dan keluarga untuk meningkatkan kemandirian dan ketahanan.


Evaluasi tanggal 05 Maret 2015 setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 4 hari yaitu klien mengatakan sudah tidak lemes,

tidak pusing, cuman kalau kebanyakan aktivitas masih lelah mbak,

tapi sudah lebih baik daripada kemarin”. Tanda-tanda vital setelah

aktivitas: TD 110/70 mm Hg, nadi 83x/menit, RR 20x/menit, tidak

tampak pucat, tidak tampak lemes, mampu menyadari keterbatasan

energi, mampu menghemat energi dengan melakukan aktivitas sambil

duduk daripada berdiri, mampu mengenali tanda-tanda intoleransi

aktivitas.

Hambatan yang dialami ketika melakukan implementasi yaitu

pengukuran tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas tidak

dilakukan setiap saat ketika klien akan beraktivitas karena penulis

tidak 24 jam bersama klien, pengukuran dilakukan hanya ketika

penulis berada di rumah sakit dan saat penulis melakukan kunjungan

rumah.

f. Risiko infeksi berhubungan dengan jaringan yang trauma

Risiko Infeksi yaitu keadaan dimana individu berisiko terserang

oleh agens patologikatau oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa,

atau parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber

endogen dan eksogen (Wilkinson, 2012). Diagnosa risiko tidak

memiliki batasan karakteristik (Paula J. Christensen & Janet, 2009).

Faktor yang berpengaruh terhadap risiko infeksi pada kasus abortus

yaitu jaringan yang trauma dan pengeluaran isi uterus yang tidak
lengkap, dalam hal ini penulis menggunakan jaringan yang trauma

karena klien telah melakukan kuretase.

Penulis mengangkat diagnosa risiko infeksi karena adanya

jaringan yang terbuka pada abortus inkomplet dan prosedur kuretase

yang dapat menjadi tempat masuknya mikrobiologi patogen (bakteri)

yang dapat menyebabkan infeksi. Faktor lain yang dapat meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi pada kasus ini yaitu status nutrisi dimana

pada Ny. S IMT: 17, 8 (18,5-24,9), hemoglobin: 8,5 g/dl (11.0-17.0),

Red blood cell: 3,00 m/dl (4.0-6.20). Kekebalan tubuh terhadap infeksi

bergantung pada status nutrisi, karena antibody merupakan protein,

maka status nutrisi yang buruk dapat mengganggu kemampuan tubuh

untuk menyintesis antibody (April & Tutu, 2005). Menurut kebutuhan

dasar Maslow resiko infeksi merupakan salah satu dari kebutuhan rasa

aman, dimana menurut piramida kebutuhan termasuk dalam tingkatan

kedua (Sunaryo, 2002).

Tujuan yang akan dicapai agar infeksi tidak terjadi yaitu

terbebes dari tanda dan gejala infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor,

fungsio laesa), memperlihatkan kebersihan diri yang adekuat,

mengetahui tanda dan gejala infeksi.

Tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi yaitu

memantau tanda dan gejala infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsio

laesa, pengeluaran darah pervaginam), mengkaji faktor-faktor yang

dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan memantau hasil


laboratorium, rasional pemantauan dilakukan sebagai dasar untuk

mengetahui keadaan normal dan keadaan patologi (Tarwoto Wartonah,

2006). Mengamati penampilan praktik hygiene personal dan

menginstruksikan untuk menjaga hygiene personal, rasional untuk

perlindungan terhadap infeksi karena lingkungan yang lembab

merupakan media paling baik untuk pertumbuhan bakteri, bakteri

dapat berpindah melalui pembalut ke oragan genital (Doenges, 2001).

Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengapa sakit dan tindakan

dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi, rasionalnya untuk

menurunkan kekhawatiran klien dan memberikan pengetahuan dasar

bagaimana cara memproteksi diri. Mengajarkan klien untuk mencuci

tangan dengan benar, rasionalnya mencegah infeksi silang.

Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik, rasional

mencegah komplikasi.

Evaluasi tanggal 06 Maret 2015 setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 5 hari yaitu, klien mengatakan “tidak ada nyeri di

daerah genital, perdarahan masih keluar sedikit. Suhu 36,80 C, nadi:

90x/menit, RR: 20x/menit TD: 110/75 mmHg, pengeluaran

pervaginam tidak bau, kebersihan diri terjaga. Berdasarkan kriteria

hasil yang ditetapkan maka masalah risiko infeksi teratasi karena

infeksi tidak terjadi. Rencana keperawatan selanjutnya yaitu

pertahankan kondisi dan anjurkan tetap menjaga kebersihan diri karena

kebersihan diri mempengaruhi terjadinya infeksi.


2. Diagnosa keperawatan yang ada dalam tinjauan pustaka tidak

muncul dalam kasus

Penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara diagnosa

yang dibahas di tinjauan pustaka dengan yang muncul di tinjauan kasus

yaitu:

a. Koping tidak efektif berhubungan dengan perasaan tidak

terselesaikan terhadap kehilangan bayi

Koping tidak efektif adalah ketidakmampuan membuat

penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan yang tidak adekuat

terhadap respons untuk bertindak, dan ketidakmampuan untuk

menggunakan sumber yang tersedia (Wilkinson, 2012).

Alasan penulis tidak mengangkat diagnosa ini karena dalam

pengkajian tidak didapatkan data tentang pengungkapan

ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan atau

penggunaan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai atau

ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan. Hal itu yang

mendasari penulis tidak merumuskan diagnosa ketidakefektifan pola

koping sebagaimana batasan karakteristiknya yaitu subjektif :

perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya, kelelahan, dan

mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta

bantuan secara verbal dan objektif : penurunan penggunaan dukungan

sosial, ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar,


ketidakmampuan untuk memenuhi harapan peran, ketidakadekuatan

menyelesaikan masalah, kurangnya perilaku yang mengarah pada

tujuan dan penyelesaian masalah, termasuk ketidakmampuan untuk

mengikuti dan mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan

informasi, konsentrasi buruk, gangguan tidur (Wilkinson, 2012).

b. Kurang pengetahuan mengenai penyebab aborsi, perawatan diri,

kontrasepsi/kehamilan masa datang berhubungan dengan

kurangnya pemajanan informasi

Kurang pengetahuan adalah tidak ada atau kurang informasi

kognitif tentang topik tertentu (Wilkinson, 2012). Batasan karakteristik

: mengungkapkan kurang pengetahuan, mengungkapkan kurang

keterampilan, mengekspresikan ketidakadekuatan persepsi status

kesehatan dan tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat.

Penulis tidak merumuskan diagnosa kurang pengetahuan

walaupun di pengkajian ditemukan ungkapan verbal tentang kurang

pengetahuan mengenai perawtaan post kuret dan makanan post kuret.

Data yang ditemukan dalam pengkajian tersebut sudah penulis

masukan ke diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan untuk data yang tidak tahu tentang makanan post kuret, dan

data ketidaktahuan perawatan post kuret penulis masukan dalam

diagnosa risiko infeksi. Hal ini penulis lakukan karena tindakan kurang

pengetahuan tentang makanan post kuretase sudah dilakukan di

implementasi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dan


kurang pengetahuan megenai perawatan post kuret sama dengan

tindakan risiko infeksi dan.

B. Simpulan

Kesimpulan yang penulis ambil dari pemaparan di atas adalah,

sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan melalui wawancara langsung dengan klien

dan keluarga klien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Hasil

pengkajian tersebut meliputi: klien mengeluh lemes, pusing, nyeri, dan

darah masih keluar mbak”. Klien masuk UGD tanggal 01 Maret 2015

dengan keluhan sejak tanggal 27 Februari 2015, telah diberikan

misoprostol dan terjadi perdarahan 1500 cc. Saat dilakukan pengkajian

tanggal 02 Maret 2015 pukul 14.00. Klien pernah mengalami keguguran

dan dilakukan kuretase tanggal 07 Mei 2014. Riwayat kehamilan,

persalinan dan nifas sebelumnya, kehamilan pertama: tidak ada keluhan,

kehamilan kedua mengalami keguguran diusia 2 bulan, kehamilan ketiga,

hamil ini. Riwayat kehamilan sekarang G3P1A1, trimester 1 tidak ada

keluhan, mulai trimester kedua: mengalami pusing mual, nafsu makan

menurun dan periksa kehamilan sudah 3 kali.

Pemeriksaan fisik meliputi KU:lemah, TD: 80/60 mmHg, N: 128

kali/menit, suhu: 360C, pernapasan: 28 kali permenit. Abdomen :tidak

teraba fundus uteri, terdapat nyeri tekan abdomen bagian bawah


(sympisis). Genetalia: tidak ada infeksi, terdapat dilatasi serviks, terdapat

perdarahan segar

Pengkajian pola sirkulasi: klien mengeluh pusing, jika duduk

rasanya berputar semua, lemas. Klien terlihat pucat, tampak lemas,akral

dingin, diaphoresis, turgor kulit kembali dalam 3 detik. Capilarry Refill

Time: 3 detik, balance cairan: -730 cc.

Pengkajian Fokus meliputi: pola aktivitas dan istirahatklien tirah

baring di tempat tidur, ADL dibantu orang lain, semalam tidak bisa tidur.

Pola makanan dan cairan turun 4,5 Kg dalam 2 minggu, IMT: 17,8, Lila:

23,5 cm, Hb: 8,5 g/dl, MCV: 82,6 fl, MCH: 28,3 ρg , RBC: 3,00 m/ul,

MCHC: 34,3 g/dl, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, sudah 2

minggu tidak nafsu makan, diit TKTP, makan 2x/hari habis ¼ porsi. Pola

kenyamanan: klien mengeluh nyeri bertambah sewaktu duduk dan miring,

nyeri “perih” di bagian perut bagian bawah (sympisis) skala 5, nyeri terus-

menerus, klien tampak mengatupkan rahang menahan nyeri ketika akan

duduk dan miring.Pola Integritas Ego, menolak ditanya tentang kehilangan

kehamilannya, nada suara kadang meninggi, kadang mengalihkan

perhatian dan kontak mata.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan aktif akibat perdarahan.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat anoreksia


c. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan yang trauma

d. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transport oksigen

sekunder akibat hipovolemia

f. Risiko infeksi berhubungan dengan jaringan yang trauma

3. Perencanaan

Rencana tindakan untuk mengatasi kekurangan volume cairan

meliputi: pantau keakuratan catatan asupan dan haluaran (warna, jumlah

dan frekuensi kehilangan cairan (perdarahan)) dan pemeriksaan

laboratorium, pantau status hidrasi (membran mukosa, nadi dan tekanan

darah), pantau aktivitas uterus, instruksikan klien untuk tirah baring

dengan terlentang, panggul ditinggikan, dan menghindari valsava

manuver, anjurkan untuk menginformasikan ke perawat jika mengalami

haus berat, anjurkan untuk meningkatkan asupan cairan lewat oral,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian larutan intravena dan tranfusi

darah sesuai indikasi.

Rencana tindakan untuk mengatasi ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhanmeliputi: timbang berat badan setiap hari dan pantau

hasil laboratorium (HB dan RBC), tentukan kemampuan klien untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi, berikan penyuluhan tentang nutrisi post

kuretase, anjurkan individu dan keluarganya untuk menghindari bau

masakan yang menyebabkan mual, penurunan nafsu makan dan makanan

yang terlalu manis dan berminyak, anjurkan makan sering dengan porsi
kecil dan makan makanan kering ( roti panggang, biscuit dll), anjurkan

untuk mempertahankan kebersihan mulut, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian suplemen.

Rencana tindakan untuk mengatasi nyeri akut meliputi: lakukan

pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan

dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor

presipitasinya, kaji stress psikologis klien/pasangan dan respons emosional

terhadap kejadian, berikan informasi tentang sifat nyeri/ketidaknyamanan

yang diperkirakan dan berapa lama akan berlangsung, ajarkan tindakan

teknik nonfarmakologis (misalnya: relaksasi, imajinasi terbimbing,

kompres dingin , dan masase), berikan informasi tentang penggunaan

analgesic yang diresepkan, kendalikan faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi respons pasien terhdap ketidaknyamanan (suhu ruangan

dan kegaduhan) dan kolaborasi dalam pemberian analgesik

narkotik/nonnarkotik, sedative, antiemetic, sesuai indikasi.

Rencana tindakan untuk mengatasi berduka meliputi: kaji

kemampuan masa lalu pasien/keluarga tentang kehilangan dan

penyelesaiannya, tentukan penyebab dan lamanya waktu diagnosis

kematian fetus bayi, kaji kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap

tindakan keperawatan, identifikasi sumber-sumber dukungan dalam

keluarga dan saudara, kaji masa depan klien terhadap kehilangan, ajarkan

karakteristik proses berduka yang normal dan tidak normal dan fase-fase

berduka, anjurkan untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan,


beri informasi tentang harapan yang realistis yang berhubungan dengan

perilaku pasien terkait kehilangan, libatkan orang terdekat dalam

mendiskusikan dan membuat keputusan.

Rencana tindakan untuk mengatasi intoleransi meliputi: : pantau

TTV sebelum dan sesudah aktivitas, kaji respon emosi,social dan spiritual

terhadap aktivitas, evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk

meningkatkan aktivitas, pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber

energi yang adekuat, pantau dan dokumentasikan pola tidur dan lamanya

waktu tidur, kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat

tidur, berdiri, dan berjalan, ajarkan kepada klien untuk mengenal tanda dan

gejala intoleransi aktivitas dan metoda penghematan energi untuk

aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan, tingkatkan aktivitas

secara bertahap, kurangi frekuensi dan lamanya latihan jika TTV

memburuk dan pusing, dan rencanakan aktivitas bersama klien dan

keluarga untuk meningkatkan kemandirian dan ketahanan.

Rencana tindakan untuk mengatasi risiko infeksi yaitu pantau tanda

dan gejala infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsio laesa), pengeluaran

darah pervaginam, faktor-faktor yang dapat meningkatkan kerentanan

terhadapa infeksi (nutrisi dan personal hygiene), hasil laboratorium,

lakukan dan ajarkan vulva hygiene, jelaskan kepada klien dan keluarga

mengapa sakit dan tindakan dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi,

ajarkan klien untuk mencuci tangan dengan benar, ajarkan cara perawatan

post kuretase, instruksikan untuk menjaga hygiene personal untuk


melindungi tubuh terhadap infeksi, dan kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotic.

4. Pelaksanaan

Asuhan keperawatan dilakukan selama 5 hari. Implementasi dari

tiap-tiap rencana tindakan menyesuaikan kondisi pasien baik mandiri

maupun kolaborasi. Masing-masing diagnosa keperawatan dalam

memberikan implementasi jangka waktunya berbeda-beda. Implementasi

yang diberikan untuk mengatasi masalah keperawatan kekurangan volume

cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif akibat

perdarahan selam 2 hari, untuk ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan

sekunder akibat anoreksia dilakukan implementas selama 5 hari. Nyeri

berhubungan dengan kerusakan jaringan yang trauma dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 hari. Masalah keperawatan berduka berhubungan

dengan kehilangan kehamilan dilakukan implementasi selama 3 hari.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transport oksigen

sekunder akibat hipovolemia dilakukan selama 4 hari. Risiko infeksi

berhubungan dengan jaringan yang trauma dilakukan implementasi selama

5 hari.

5. Evaluasi

Perkembangan klien selama mendapatkan asuhan keperawatan

antara lain: masalah keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan volume cairan aktif akibat perdarahan teratasi setelah


dilakukan tindakan selama 2 hari. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan

sekunder akibat anoreksia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 5 hari. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan yang trauma

teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari. Masalah

keperawatan berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan teratasi

setelah dilakukan implementasi selama 3 hari. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan penurunan transport oksigen sekunder akibat

hipovolemia teratasi setelah dilakukan tindakan selama 4 hari. Risiko

infeksi berhubungan dengan jaringan yang trauma dilakukan teratasi

setelah dilakukan tindakan selama 5 hari.


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz & Musrifatul. 2005. Buku Saku Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran,EGC
Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Asmarawati, Tina. 2010. Abortus dan Permasalahannya Di Indonesia. Jurnal
Pelita p.2-3

Bain, Catrina, dkk. 2011. Gynaecology Illustrated. China: Churcill Livingstone


Elsevier. www.elsevierhealth.com

Bari, Abdul. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Christensen, Paula & Janet. 2009. Proses Keperawatan Aplikasi Model
Konseptual. Jakarta : EGC penerbit buku kedokteran
Cunningham. 2006. Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1. Jakarta: EGC

Cunningham. 2013. Obstetri Williams Volume 1.EGC. Jakarta

Dinkes Jateng, 2013. Profil Kesehatan. www.dinkesjateng.go.id. Diakses tanggal


22 Januari 2015, jam 16.00

Dinkes Jateng. 2013. Buku Saku Kesehatan. 2013. www.dinkesjatengprov.go.id.


Diakses tanggal 23 Januari 2015, jam 13.00
Dongoes. 2001. Rencana Keperawatan Maternal. Jakarta: EGC
Error &Schorge. 2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga

Evans, Gunterus. 2013. Perawatan Pasca Kuretase dan Waktu Tepat untuk
Hamil. resswww.tanyadok.com/artikel-konsultasi/perawatan-pasca-
kuretase-dan-waktu-tepat-hamil-lagi. Di akses tanggal 26 Februari 2015,
jam 15.00
Gleaddle, jonathan. 2005. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Erlangga
Guttmacher.(2008). Aborsi Di Indonesia.Guttmacher Institute. DalamKesimpulan.
www.guttmacher.org. p. 1-3. Di akses tanggal 18 Januari 2015 jam
09.00
Hongwhei Wan. 2012. Safe Abortion and Nursing Care.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1604018/. Diakses
tanggal 27 Januari 2015, jam 20.00

Iqbal ,Wahit & Nurul, 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: Penertbit buku Kedokteran: EGC
J. Blum, dkk, 2007. Treatment of incomplete abortion and miscarriage with
misoprostol.http://www.ncbi.nlm.nih.gov :International journal of
gynecology and obstetrics. 20 Januari 2015, jam 21.00
Kozier, Erb, Berman. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Murphy, Sara. 2000. Keguguran: Apa yang Perlu Diketahui. Jakarta: Arcan

Nolan, Mary. 2004. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Arcan

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :EGC

Pranata, Setia, 2012 ,Kejadian Keguguran, Kehamilan Tidak DirencanakanDan


Pengguguran Di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan (.Jurnal -
Akademi Kebidanan Sentral). Akbid-Sentral.Ac.Id. P. 2-3. Di akses
tanggal 10 Januari 2015, jam 17.00
Sadewo, Sri. 2012. Kejadian Keguguran, Kehamilan Tidak Direncanakan Dan
Pengangguran Di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan(Jurnal -
Akademi Kebidanan Sentral). Akbid-Sentral.Ac.Id . P. 2-3. Di akses
tanggal 13 Januari 2015, jam 20.00
Sunaryo. 2002. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
unbound medicine. 2012. Abortion Spntaneous.
http://nursing.unboundmedicine.com/nursingcentral/view/Diseases-
and-Disorders/73503/all/Abortion__Spontaneous. Di akses tanggal 18
Januari 2015, jam 10.00
WHO. 2011. Managing Incomplete Abortion. www. Who. Ac. Id. Di akses
tanggal 19 Januari 2015, jam 15.00
Wijayarni, Maria. 2012. Modul Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Yulianti, Devi. 2006. Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan. Jakarta:
EGC
LAMPIRAN 2

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS INKOMPLET POST

KURETASE PADA NY. S DI BANGSAL ANGGREK

RST DR. SOEDJONO KOTA MAGELANG

FADJAR INDRIYANTI

P 17420512017

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

2015
Tanggal Masuk : 01 Maret 2015 / Jam 08. 15 WIB

Tanggal Pengkajian : 02 Maret 2015 / Jam 08.30 WIB

Ruang/Bangsal : Anggrek

Rumah Sakit : RST DR. Soedjono kota Magelang

Nomer Rekam Medis : 104113

Diagnosa Medis : Post Kuretase Abortus Inkomplet

A. Biodata Klien

1. Identitas klien

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 33 tahun

Agama : islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : pedagang

Alamat : Plandi 01/01, Pasuruhan, Mertoyudan

2. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. E

Usia : 34 tahun

Pekerjaan : buruh

Alamat : Plandi 01/01, Pasuruhan, Mertoyudan

Hub. Dg klien : Suami


B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Klien mengatakan “yang sya rasakan sekarang lemes, nyeri dan

pusing mbak”

2. Riwayat kesehatan

Klien mengatakan “tanggal 27 Februari 2015 keluar lendir dari alat

genital seperti putih telur, tanggal 28 Februari 2015 keluar lendir

merah sedikit. Tanggal 01 Maret 2015 keluar darah seperti

menstruasi. Jam 08.00 dibawa ke klinik dokter dan dirujuk ke RST.

Jam 08.45 klien masuk UGD RST Magelang dengan keluhan hamil

14 minggu, pusing, keluar darah seperti menstruasi. Jam 17.00

dilakukan USG, dan didapatkan hasil, janin sudah meninggal. Jam

19.00 klien diberikan misoprostol 200 mg. klien mengatakan

semalam tidak bisa tidur karena nyeri seperti ditonjok-tonjok dan

perdarahan ± 1500 cc. dilakukan kuretase jam 13.00 WIB.

3. Riwayat Kehamilan sekarang

G3P1A1. Kehamilan yang ke-3 ini klien mengatakan, saat bulan

pertama dan kedua banyak makan, tidak mual, tidak muntah, tidak

pusing. Memasuki bulan ketiga (12 minggu), klien mengalami

pusing, mual, nafsu makan menurun, kadang seharian tidak makan,

jika minum susu muntah. Usia kehamilan sekarang 14 minggu.

Klien periksa ke bidan selama hamil ini sudah 3 kali, yang terakhir
tanggal 17 Februari 2015, karena mengalami pusing dan nafsu

makan menurun, diberi obat paracetamol, Pontymer B6, dan

calcidin, tidak ada perkembangan dan tanggal 27 Februari 2015

mengeluarkan lendir seperti putih telur.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien pernah mengalami keguguran sebelumnya tanggal 07 Mei

2014 dan dilakukan kuretase di RST saat kehamilan 2 bulan.

5. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan dalam keluarganya dan keluarga suami tidak ada

riwayat penyakit paru-paru, kardiovaskuler dan hati.

6. Riwayat pernikahan

Klien menikah 1 kali sejak usia 22 tahun dan usia suami saat

menikah 24 tahun, lama menikah 11 tahun. Hubungan dalam rumah

tangganya baik. Kehamilan saat ini merupakan kesepakatan dan

sudah direncanakan. Dukungan suami terhadap kehamilan baik,

dibuktikan dengan klien mengatakan selama klien sakit 2 minggu ini

tugas rumah (membersihkan lantai, masak, mencuci) dibantu suami.

Hubungan seksual baik, tidak ada masalah. Selama hamil ini belum

pernah melakukan hubungan seksual.

7. Riwayat obstetrik / kebidanan

a. Riwayat haid
Menarche 12 tahun, siklus haid 28 hari, lama haid 7 hari, HPHT

26 November 2014 dan HPL 02 September 2015.

b. Riwayat KB

Klien menggunakan KB suntik 3 bulan selama 4 tahun dari

tahun 2007-Juli 2011. Setelah itu tidak memakai KB. Dalam

penggunaan KB suntik tidak ada keluhan

c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya

G3P1A1. Kehamilan pertama tidak ada keluhan, periksa

kehamilan dua kali, imunisasi TT dua kali. Persalinan pertama di

bantu oleh dukun bayi tahun 2006, berat badan bayi lahir 3,2 kg,

panjang badan 51 cm, dalam masa nifas tidak ada masalah, tidak

ada perdarahan. Kehamilan kedua mengalami keguguran diusia

2 bulan, pada bulan mei 2011, dilakukan kuretase, dan tidak ada

komplikasi. Kehamiln ketiga, kehamilan ini.

C. Pengkajian Fokus

1. Sirkulasi

klien mengeluh pusing, jika duduk rasanya berputar semua, lemas.

Klien terlihat pucat, tampak lemas, konjungtiva anemis, akral

dingin, diaphoresis, tidak ada bengkak, turgor kulit kembali dalam 4

detik. Tekanan darah: 80/60 mmHg, nadi: 128 kali permenit, suhu:

360 C, pernapasan: 28 kali permenit. Capilarry Refill Time: 3 detik,

Input cairan: 1255 cc (infus 1000 cc, makan dan minum 250 cc,
injeksi 5 cc), output cairan: 1720 cc (feses:0, perdarahan 700 cc,

urine 750 cc, IWL 270 cc) balance cairan: -465 cc. Pemeriksaan

laboratorium darah tanggal 01 Maret 2015: hematokrit: 24,8% (35.0-

55.0) hemoglobin: 8,5 g/dl (11.0-17.0), Red blood cell: 3,00 m/dl

(4.0-6.20).

2. Makanan dan Cairan

Antropometri ( TB: 146 cm, BB tanggal 17 Februari 2015 42,5 Kg,

tanggal 2 Maret 2015 38 Kg (turun 4,5 Kg dalam 2 minggu), IMT:

17,8 (18,5-24,9) Lila: 23,5 cm (≥23,5 bukan risiko KEK).

Biochemical (pemeriksaan laboratorium darah tanggal 01 Maret

2015: Hb: 6,5 g/dl (11.0-17.0), MCV: 82,6 fl (80.00-100.00), MCH:

28,3 ρg (26.0-34.0), RBC: 3,00 m/ul (4.0-6.20), MCHC: 34,3 g/dl

(31.0-35.5). Clinical ( Mukosa bibir kering, konjungtiva anemis,

klien mengatakan sudah 2 minggu tidak nafsu makan). Diit (diit

TKTP, makan 2x/hari habis ¼ porsi).

3. Seksualitas

Selama hamil klien mengatakan tidak melakukan hubungan seks,

tidak teraba fundus uteri, denyut jantung janin tidak terdengar,

terdapat dilatasi serviks, perdarahan pervaginam merah segar.

4. Penyuluhan / Pembelajaran

klien mengatakan “saya belum pernah diberi tahu tentang perawatan

dan makanan setelah kuret).


5. Keamanan

Tidak ada inflamasi pelvis, tidak ada penyakit genetalia, klien

bekerja sebagai pedagang, setelah merasakan pusing sejak tanggal

17 februari 2015 klien berhenti bekerja dan beraktivitas di rumah,

tidak ada anggota keluarga yang merokok, klien tidak

mengkonsumsi alkohol dan jamu.

6. Integritas Ego

Klien mengatakan “jangan menanyakan tentang kehamilan saya

mbak, Tanya yang lain saja”klien menolak ditanya tentang

kehilangan kehamilannya, nada suara kadang meninggi, kadang

mengalihkan perhatian dan kontak mata. Klien tidak cemas dengan

kuretase saat ini, karena sebelumnya sudah pernah melakukannya.

7. Aktivitas dan istirahat

Selama sakit klien istirahat dirumah, tidak bekerja, mulai masuk

rumah sakit klien tirah baring di tempat tidur, ADL dibantu orang

lain, semalam tidak bisa tidur.

8. Pola Kenyamanan

Klien mengeluh nyeri bertambah sewaktu duduk dan miring, nyeri

“perih” di bagian perut bagian bawah (sympisis) skala 5, nyeri terus-

menerus, klien tampak mengatupkan rahang menahan nyeri ketika

akan duduk dan miring.


D. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umun lemah, kesadaran composmentis

2. Tanda-tanda vital

Tekanan darah: 80/60 mmHg, nadi: 128 kali permenit, suhu: 360C.

3. Kepala

Simetris, tidak ada benjolan, rambut mudah rontok, rambut pendek,

hitam, bersih, tidak ada ketombe

4. Mata

Konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, tidak memakai alat bantu

penglihatan, penglihatan tidak kabur

5. Telinga

Bersih, bentuk normal, tidak ada gangguan pendengaran,

6. Mulut

Gigi ada yang berlubang 3, nafas tidak bau, tidak ada stomatitis,

mukosa mulut lembab, mukosa bibir kering

7. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

8. Paru-paru

I: pergerakan dada simetris, tidak menggunakan otot bantu

pernapasan, tidak ada lesi dada


P: tidak ada nyeri tekan costae, vocal vremitus kanan kiri sama,

exspansi dada maksimal dan simetris

P : resonan

A: vesikuler

9. Jantung

I : ictus cordis tidak tampak

P : ictus cordis teraba di mid clavicula ke 5

P : redup, tidak ada pembesaran jantung

A: S1 dan S2 reguler

10. Payudara

Kanan kiri sama, tidak ada benjolan, payudara lembek

11. Abdomen

I : perut supel, tidak ada linea nigra, tidak ada bekas jahitan

A: bising usus 16x/ menit

P: tidak teraba fundus uteri, nyeri tekan abdomen

P: thympani

12. Ekstremitas

Kekuatan otot 5/5/4/4, tidak tremor, terpasang infuse di tangan

kanan, tidak ada phlebitis, gerak sendi normal, tidak ada batasan

13. Genetalia

Tidak ada infeksi, terdapat dilatasi serviks, pengeluaran sebagian

hasil konsepsi, terdapat perdarahan segar


E. Pemeriksaan Penunjang

1. Hasil laboratorium darah tanggal 01 Maret 2015

Indicator Hasil Batas normal

WBC 4,7 k/ul 4.0 – 12.0

Lym # 0,8 k/ul 1.0- 5.0


Mid # 0,2 k/ul 0,0-1,0

Gra # 3,6 k/ul 2,0-8.0

Lym % 17,2 % 25.0-50.0

Min % 5,1 % 2.0-50.0

Gra % 77,7 % 2.0-10.0

RBC 3,00 m/ul 50.0-80.0

HGB 8,5 g/dl 4.0-6.20

HCT 24,8 % 11.0-17.0

MCV 82,6 fl 35.0-55.0

MCH 28,3 pg 80.0-100.0

MCHC 34,3 g/dl 26.0-34.0

RDW 12,5 % 31.0-35.5

PLT 114 k/ul 10.0-16.0

MPV 8,2 fl 15.0-40.0

PCT 0,09% 7.0-11.0

PDW 13,8 % 0,20-0,50

Golongan darah : O

2. Pemeriksaan ultrasonografi tanggal 01 Maret 2015

Bayi dinyatakan meninggal, tidak ada gerak bayi


3. Program therapy tanggal 02 Maret 2015

inj ceftriaxone 2 x 1 gram untuk antibiotic

tanggal 03 Maret 2015

per os Amoxicillin 3x1 untuk antibiotic

per os SF 2x1 untuk suplemen

per os Asmet 3x1 untuk analgetik


F. Analisa Data

Tanggal Data Etiologi Masalah Paraf

02/03/15 S: klien mengeluhkan “yang saya rasakan Kehilangan Kekurangan volume

sekarang lemes mbak, pusing”. volume cairan cairan

O:TD: 80/60 mmHg, Nadi: 128x/menit, aktif akibat

pernapasan: 28x/menit, mukosa bibir kering, perdarahan

warna urine kuning keruh, akral dingin,

diaphoresis, turgor kulit kembali dalam 4

detik, keluar darah segar 700 cc , dan balance

cairan: -465 cc. pemeriksaan laboratorium

tanggal 01 Maret 2015: HB: 8,5 g/dl, RBC:

3,00 m/ul, HCT: 24,8 %,


02/03/15 S: klien mengatakan “sudah dua minggu tidak Penurunan ketidakaseimbangan

nafsu makan, makan 2 kali habis ¼ porsi, keinginan untuk nutrisi kurang dari

mual, dan lemes, saya belum pernah diberi makan sekunder kebutuhan

tahu tentang makanan setelah kuret. akibat anoreksia.

O: lingkar lengan atas: 23,5 cm, IMT: 17,8,

HB:8,5 g/dl, RBC: 3,00 m/dl, konjungtiva

anemis, tampak pucat, berat badan turun 4,5

kg selama 2 minggu

02/03/15 S: klien mengeluh nyeri bertambah sewaktu kerusakan nyeri akut

duduk dan miring, nyeri “slemet-slemet” di jaringan intra

bagian perut bagian bawah (sympisis) skala 5, uteri.

nyeri terus-menerus, berkurang dengan

rileksasi (nafas dalam) dan distraksi


(berbicara dengan orang lain).

O: tampak mengatupkan rahang menahan nyeri

ketika akan duduk dan miring, terdapat nyeri

tekan abdomen bagian bawah (symphisis).

02/03/15 S: klien mengatakan jangan menanyakan tentang kehilangan berduka

kehamilan saya mbak, Tanya yang lain saja”. kehamilan.

O: klien menolak untuk diajak bicara tentang

kehilangan kehamilannya, kadang suara

meninggi, kadang mengalihkan perhatian dan

kontak mata

02/03/15 S: klien mengatakan pusing, lemes, jika duduk penurunan intoleransi aktivitas

rasanya berputar semua. transport

oksigen
O: klien tampak lemas, ADL dibantu orang lain, sekunder akibat

terlihat pucat, pernapasan: 28 kali/menit, TD: hipovolemia.

80/60 mmHg, nadi: 128 kali/menit, KU:

lemah pemeriksaan laboratorium darah

tanggal 01 Maret 2015: HB: 8,5 g/dl.

02/03/15 S: klien mengatakan “saya belum pernah dikasih berhubungan resiko infeksi

tahu tentang perawatan post kuretase”. dengan

O:serviks, pengeluaran sebagian hasil konsepsi, jaringan yang

telah dilakukan kuretase tanggal 02 Maret trauma.

2015 jam 13.00WIB, tangan kanan terpasang

infus
G. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif akibat perdarahan

2. Ketidakaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder

akibat anoreksia.

3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri.

4. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transport oksigen sekunder akibat hipovolemia

6. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan yang trauma.


H. Intervensi Keperawatan

No Tanggal Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Tindakan

1 02/03/15 Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan

selama 1x24 jam dengan tindakan diatas dan pemeriksaan laboratorium

diharapkan keseimbangan cairan terpenuhi 2. pantau status hidrasi (membran mukosa, nadi dan

kriteria hasil sebagai berikut: keseimbangan tekanan darah)

elektrolit dan asam basa (frekuensi dan 3. pantau keakuratan catatan asupan dan haluaran,

irama nadi normal (60-100x/menit), 4. pantau aktivitas uterus dan status janin

frekuensi dan irama napas normal (16- 5. lakukan tirah baring, instruksikan klien untuk

20x/menit), tidak terjadi kekacauan mental, menghindari valsava manuver

tidak terjadi disorienasi kognitif), 6. posisikan klien dengan tepat (terlentang dengan

keseimbangan cairan dalam ruang intrasel panggul ditinggikan)


dan ekstrasel (urine jernih, cairan seimbang 7. anjurkan untuk menginformasikan ke perawat jika

antara input dan output. Hidrasi adekuat mengalami haus berat

(membran mukosa lembab, klien tidak 8. anjurkan untuk meningkatkan asupan cairan lewat oral

pusing, tidak lemas, akral hangat). 9. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian larutan

intravena dan tranfusi darah sesuai indikasi.

2 02/03/15 setelah dilakukan tindakan keperwatan 5x24


1. timbang berat badan setiap hari dan pantau hasil

jam dengan tindakan diatas diharapkan laboratorium (HB dan RBC)

keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan


2. tentukan kemampuan klien untuk memenuhi

tubuh dengan kriteria hasil adanya kebutuhan nutrisi

keinginan makan selama sakit dan dalam


3. berikan penyuluhan tentang nutrisi post kuretase dan

proses penyembuhan, nafsu makan ajarkan individu dan keluarganya untuk menghindari

meningkat, jumlah dan frekuensi makan bau masakan yang menyebabkan mual dan penurunan

meningkat (3 kali/hari, perporsi 2216,6 nafsu makan


kalori), mengungkapkan tekad untuk
4. pertahankan kebersihan mulut, tawarkan/anjurkan

mematuhi diet, menjelaskan komponen diit makan sering dengan porsi kecil

yang bergizi adekuat, melaporkan tingkat


5. anjurkan individu untuk makan makanan kering ( roti

energi adekuat, dan BB bertambah 1 kg. panggang, biscuit dll)

6. hindarkan makanan yang terlalu manis dan berminyak

7. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen

3 02/03/15 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif

selama 2x24 jam diharapkan klien mampu meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,

memperlihatkan teknik relaksasi secara frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri,

individual yang efektif untuk mencapai dan faktor presipitasinya

kenyamanan, mempertahankan tingkat nyeri 2. kaji stress psikologis klien/pasangan dan respons

pada skala 1, mengenali faktor penyebab emosional terhadap kejadian

dan menggunakan tindakan untuk 3. ajarkan tindakan teknik nonfarmakologis


memodifikasi faktor tersebut, tidak (misalnya: relaksasi, imajinasi terbimbing,

mengalami gangguan dalam frekuensi kompres hangat, dan masase)

pernapasan, frekuensi jantung, atau tekanan 4. berikan informasi tentang sifat

darah, mempertahankan selera makan baik nyeri/ketidaknyamanan yang diperkirakan, berapa

dan melaporkan pola tidur baik. lama akan berlangsung, dan aantisipasi

ketidaknyamanan akibat prosedur

5. berikan informasi tentang penggunaan analgesic

yang diresepkan atau tidak diresepkan

6. kolaborasi dalam pemberian analgesik

narkotik/nonnarkotik, sedative, antiemetic, sesuai

indikasi

7. kendalikan faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi respons pasien terhdap


ketidaknyamanan (suhu ruangan dan kegaduhan).

4 02/03/15 Setelah dilakukan tindakan keperawatan


1. kaji kemampuan masa lalu pasien/keluarga tentang

diatas dengan klien mampu menunjukan kehamilan dan penyelesaiannya

kemampuan untuk membuat keputusan


2. tentukan penyebab dan lamanya waktu diagnosis

yang bermanfaat tentang kehilangan yang kematian fetus bayi

dirasakan setelah dilakukan tindakan


3. identifikasi sumber-sumber dukungan dalam keluarga

keperawatan selama 2x24 jam dengan dan saudara

kriteria hasil: mengungkapkan perasaan,


4. ajarkan karakteristik proses berduka yang normal dan

pikiran, dan kepercayaan spiritual tentang tidak normal

kehamilan, berpartisipasi dalam


5. ajarkan fase-fase berduka

menyelesaikan proses berduka, tidak


6. anjurkan untuk mengekspresikan perasaan tentang

menunjukan distress somatik, kehilangan

mengungkapkan perasaan tentang


7. beri informasi tentang harapan yang realistis yang
kebergunaan/optimis berhubungan dengan perilaku pasien

8. libatkan orang terdekat dalam mendiskusikan dan

membuat keputusan.

5 02/03/15 Klien mampu melakukan activity daily live


1. pantau TTV sebelum dan sesudah aktivitas, kurangi

(ADL) mandiri setelah dilakukan tindakan frekuensi dan lamanya latihan jika TTV memburuk

keperawatan diatas selama 4x24 jam dengan dan pusing

kriteria hasil klien mampu mengidentifikasi


2. tingkatkan aktivitas secara bertahap

faktor-faktor yang menurunkan aktivitas,


3. ajarkan klien metoda penghematan energi untuk

mengidentifikasi metode untuk menurunkan aktivitas

intoleransi aktivitas, TTV dalam batas


4. kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari

normal selama dan setelah aktivitas (TD: tempat tidur, berdiri, dan berjalan

110/70 mmHg, nadi: 60-100 kali/menit,


5. kaji respon emosi,social dan spiritual terhadap

pernapsan 16-24 kali.menit), mampu aktivitas, evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk
mendemonstrasikan penghematan energi meningkatkan aktivitas

dengan: menyadari keterbatasan energi,


6. pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber

menyeimbangkan aktivitas dengan istirahat, energi yang adekuat, pantau dan dokumentasikan pola

mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat tidur dan lamanya waktu tidur

energi dan pada tanggal 05 Maret 2015


7. ajarkan kepada klien untuk mengenal tanda dan gejala

diharapkan klien mampu melakukan intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang perlu

aktivitas sehari-sehari (ADL) secara mandiri dilaporkan, dan rencanakan aktivitas bersama klien

dan keluarga untuk meningkatkan kemandirian dan

ketahanan.

6 02/03/15 Diharapkan infeksi tidak terjadi setelah


1. pantau tanda dan gejala infeksi (rubor, dolor, kalor,

dilakukan tindakan keperawaran diatas tumor, fungsio laesa, pengeluaran darah pervaginam)
selama 5x24 jam dengan kriteria hasil:
2. kaji faktor-faktor yang dapat meningkatkan kerentanan

terbebes dari tanda dan gejala infeksi terhadapa infeksi

(rubor, dolor, kalor, tumor, fungsio laesa),


3. pantau hasil laboratorium, amati penampilan praktik

memperlihatkan kebersihan diri yang hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi

adekuat, mengetahui tanda dan gejala


4. jelaskan kepada klien dan keluarga mengapa sakit dan

infeksi, WBC dalam batas normal. tindakan dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi

5. instruksikan untuk menjaga hygiene personal untuk

melindungi tubuh terhadap infeksi

6. ajarkan klien untuk mencuci tangan dengan benar,

7. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.


I. Implementasi Keperawatan

Tanggal No Implementasi Paraf

02/03/15 1 1. mengkaji warna urin, jumlah urin dan jumlah darah

2. mengkaji status hidrasi

3. menganjurkan pasien untuk posisi terlentang

dengan panggul ditinggikan

4. menganjurkan untuk meningkatkan asupan cairan

melalui minum maupun makanan.

02/03/15 2 1. menimbang berat badan

2. mengkaji kemampuan klien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

3. menganjurkan pentingnya nutrisi yang adekuat

4. menganjurkan pasien untuk tetap menjaga

kebersihan mulut.

02/03/15 3 1. melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif

meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri,

dan faktor presipitasinya


2. mengkaji stress psikologis klien/pasangan dan

respons emosional terhadap kejadian

3. mengajarkan tindakan teknik relaksasi

4. memberikan informasi tentang sifat nyeri dan

perkiraan berapa lama akan berlangsung,

5. mengendalikan faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi respons pasien terhadap

ketidaknyamanan (suhu ruangan dan kegaduhan)

dengan membuka jendela dan membatasi

pengunjung

02/03/15 4 1. mengkaji pengalaman masa lalu pasien dan

keluarga tentang kehilangan dan penyelesaian

berduka

2. mengkaji penyebab dan dan lamanya waktu

diagnosis kematian janin

3. mengidentifikasi sumber-sumber dukungan dalam

keluarga

4. menyakinkan pasien bahwa berduka yang dialami

adalah wajar

5. menganjurkan keluarga untuk selalu menemani

pasien dalam menjalani fase-fase berduka.


02/03/15 5 1. mengukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah

aktivitas

2. mengkaji pola tidur dan kualitas tidur

3. menganjurkan untuk meningkatkan aktivitas sesuai

kemampuan

4. mengkaji respon sosial, emosi dan spiritual

terhadap aktivitas

5. menganjurkan klien untuk melaporkan jika selama

aktivitas merasa sesak nafas dan jantung berdebar-

debar

6. merencanakan aktivitas bersama klien dan keluarga

untuk meningkatkan kemandirian dan ketahanan.

02/03/15 6 1. memantau tanda dan gejala infeksi

2. mengkaji faktor yang dapat meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi

3. menganjurkan keluarga untuk membantu

kebersihan diri klien untuk mengurangi risiko

infeksi

4. mengajarkan tekhnik mencuci tangan yang benar,

5. memberitahu klien dan keluarga mengapa tindakan

kuretase dan keguguran dapat meningkatkan risiko


infeksi

6. memberikan injeksi ceftriaxone 1 ampul.

03/03/15 1 1. mengkaji output dan input cairan

2. memantau status hidrasi

3. menganjurkan untuk minum minimal 6 gelas

belimbing per hari (1500 cc/hari)

4. memberikan cairan intravena (infuse) RL 15 tpm

dan memberikan tranfusi 2 kolf PRC

03/03/15 21. menimbang berat badan dan melihat perkembangan

hasil laboratorium

2. mengkaji kemampuan klien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

3. mengkaji kesukaan makanan klien, menganjurkan

pentingnya nutrisi yang adekuat

4. menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering

dan menghindari makanan yang terlalu manis dan

berminyak

5. menganjurkan pasien untuk tetap menjaga

kebersihan mulut

6. memberikan suplemen tablet sulfat ferosus 1 tablet.


03/03/15 31. melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif

meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri,

dan faktor presipitasinya

2. mengkaji stress psikologis klien/pasangan dan

respons emosional terhadap kejadian

3. mengajarkan tindakan teknik nonfarmakologis

(relaksasi, kompres hangat, dan masase)

4. memberikan informasi tentang sifat

nyeri/ketidaknyamanan yang diperkirakan dan kira-

kira berapa lama akan berlangsung,

5. memberikan asam mefenamat 500 mg.

6. mengendalikan faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi respons pasien terhdap

ketidaknyamanan (suhu ruangan dan kegaduhan).

03/03/15 41. mengkaji penerimaan klien terhadap kehilangan

2. mengkaji fase berduka klien

3. mengkaji masa depan terkait kehilangan,

4. mengkaji kemampuan klien dalam berpartisipasi

terhadap tindakan keperawatan dan medis.


03/03/15 51. mengukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah

aktivitas

2. mengkaji pola tidur dan kualitas tidur

3. menganjurkan untuk istirahat dan mengurangi

aktivitas ketika nafas sesak dan kecapekan

4. menganjurkan untuk meningkatkan aktivitas sesuai

kemampuan

5. mengajarkan klien metode penghematan energi

untuk aktivitas

6. mengkaji respon social, emosi dan spiritual

terhadap aktivitas

7. menganjurkan klien untuk melaporkan jika selama

aktivitas merasa sesak nafas dan jantung berdebar-

debar

8. merencanakan aktivitas bersama klien dan keluarga

untuk meningkatkan kemandirian dan ketahanan

03/03/15 61. memantau tanda dan gejala infeksi

2. mengkaji faktor yang dapat meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi

3. menganjurkan keluarga untuk membantu

kebersihan diri klien untuk mengurangi risiko

infeksi
4. mengajarkan tekhnik mencuci tangan yang benar

5. memberitahu klien dan keluarga mengapa tindakan

kuretase dan keguguran dapat meningkatkan risiko

infeksi,

6. memberikan injeksi ceftriaxone 1 ampul.

04/03/15 11. memantau output dan input cairan

2. memantau status hidrasi

3. memberikan cairan intravena (infuse) RL 10 tpm.

04/03/15 21. menimbang berat badan dan memantau hasil

laboratorium

2. mengkaji kemampuan klien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

3. mengkaji kebersihan mulut klien

4. memantau asupan nutrisi

5. memantau ketaatan klien dalam mengkonsumsi

suplemen.

04/03/15 31. melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif

meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,


frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri,

dan faktor presipitasinya

2. mengkaji stress psikologis klien/pasangan dan

respons emosional terhadap kejadian

3. mengajarkan tindakan teknik nonfarmakologis

(relaksasi, kompres hangat, dan masase)

4. memberikan informasi tentang sifat

nyeri/ketidaknyamanan yang diperkirakan dan kira-

kira berapa lama akan berlangsung

5. memberikan asam mefenamat 500 mg.

04/03/15 41. mengkaji penerimaan klien terhadap kehilangan

2. mengkaji fase berduka klien

3. mengkaji masa depan terkait kehilangan

4. mengkaji kemampuan klien dalam berpartisipasi

terhadap tindakan keperawatan dan medis.

04/03/15 51. memantau TTV sebelum dan sesudah aktivitas

2. mengkaji kemampuan klien dalam beraktivitas,

memantau kualitas tidur

3. menganjurkan untuk mengurangi aktivitas ketika

sesak napas dan kecapekan


4. menganjurkan untuk meningkatkan aktivitas secara

bertahap.

04/03/15 61. memantau tanda dan gejala infeksi

2. memantau kebersihan diri klien

3. meberikan injeksi ceftriaxone 1 ampul

05/03/15 21. melakukan penimbangan berat badan

2. mengkaji asupan nutrisi klien

3. menganjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi

seimbang

4. memantau klien mengkonsumsi suplemen.

05/03/15 51. mengevaluasi kemandirian dan ketahanan klien

dalam melakukan aktivitas

2. mengevaluasi faktor-faktor yang meningkatkan

intoleransi aktivitas

3. mengevaluasi kemampuan klien dalam menerapkan

metode penghematan energy.

05/03/15 61. memantau tanda dan gejala infeksi

2. memantau kebersihan diri klien


3. memantau klien dalam minum amoxicillin 3x500

mg.

06/03/15 11. melakukan penimbangan berat badan

2. memantau asupan nutrisi klien

3. kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan

nutrisi.

06/03/15 61. memantau tanda dan gejala infeksi

2. memantau kebersihan diri klien

3. memantau klien dalam minum amoxicillin 3x 500

mg.
J. Evaluasi

Tanggal No Evaluasi (SOAP) Paraf

02/03/15 1 S: klien mengatakan haus, pusing, lemes.

O: klien telah dilakukan kuret, balance cairan

+915 cc (input: infus 1440 cc, injeksi 10

cc, makan dan minum: 750 cc, Air

metabolik (AM) 190 cc, output: urine 600

cc, perdarahan 300 cc, IWL 570 cc),

warna urin kuning keruh, mukosa bibir

kering, kekuatan nadi lemah, akral

dingin, diaphoresis, orientasi baik, tidak

terjadi kekacauan mental, TD: 80/60

mmHg, N: 120x/menit, RR: 22x/menit,

HCT: 24,8%.

A: kekurangan volume cairan belum teratasi.

P: pantau balance cairan dan status hidrasi

serta kolaborasi pemberian cairan

intravena dan tranfusi darah.

02/03/15 2 S: klien mengatakan “ saya males mbak


makan, rasanya lemes”.

O: makan 3 sendok, ditambah ngemil biscuit,

klien belum memahami pentingnya

nutrisi yang adekuat, belum mampu

menyebutkan diet menu seimbang, BB:

38 kg.

A: ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi.

P: monitor berat badan dan asupan nutrisi

klein, anjurkan untuk mempertahankan

kebersihan mulut, kaji kemampuan klien

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan

kolaborasi dalam pemberian suplemen.

02/03/15 3 S: klien mengatakan nyeri berkurang degan

nafas dalam, nyeri skala 4, perih.

O: memahami jika nyeri yang dirasakan

adalah normal, karena tindakan kuretase.

TD 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu:

360C, RR: 20x/menit, klien tidak bisa

tidur, klien makan 3 sendok, ditambah


ngemil biscuit.

A: nyeri akut belum teratasi.

P: lakukan pengkajian nyeri yang

komprehensif, kaji stress psikologis

klien/pasangan dan respons emosional

terhadap kejadian, ajarkan tindakan teknik

nonfarmakologis (imajinasi terbimbing,

kompres hangat, dan masase), kolaborasi

dalam pemberian analgesik sesuai indikasi

dan kendalikan faktor lingkungan yang

dapat mempengaruhi respons pasien

terhdap ketidaknyamanan (suhu ruangan

dan kegaduhan) (Nanda, 2013).

02/03/15 4 S: klien mengatakan” saya tahu saya merasa

kehilangan, mohon jangan tanyakan

tentang itu dulu, nanti kalau saya sudah

siap akan cerita.

O: klien menolak menceritakan tentang

kehilangannya, kontak mata kadang

beralih, klien tidak menolak dilakukan

kuret, suami selalu menemani klien, belum

bisa merencanakan masa depan dan tidak


menunjukan distress somatik.

A: berduka belum teratasi.

P: bina hubungan saling percaya, kaji

penerimaan klien terhadap kehilangan,

kaji tujuan masa depan terkait kehilangan,

yakinkan bahwa berduka yang dialami

adalah wajar, kaji kemampuan klien dalam

berpartisipasi terhadap kehilangan

02/03/15 5 S:klien mengatakan lemas, pusing bertambah

jika berdiri, tidak bisa tidur.

O: ADL di bantu orang lain, tidak sesak

napas, tampak lemes, TTV setelah

aktivitas; TD: 90/60 mmHg, nadi:

108x/menit, RR: 24x/menit, mampu ke

kamar mandi dengan bantuan orang lain,

klien belum mampu menjawab pengaruh

aktivitas terhadap social dan spiritual.

A: intoleransi aktivitas belum teratasi.

P: kaji kemampuan aktivitas klien, pantau

pola tidur, pantau TTV sebelum dan

sesudah aktivitas, ajarkan klien metode


penghematan energy untuk aktivitas, kaji

respon social, emosi, dan spiritual

terhadap aktivitas dan tingkatkan aktivitas

secara bertahap sesuai kemampuan.dan

anjurkan klien melaporkan jika sesak

napas.

02/03/15 6 S: klien mengatakan tidak ada nyeri di daerah

genita dan tidak merasakan pegal di

tmepat pemasangan infuse.

O: S: 36, 00C, nadi: 90x/menit, tidak ada

tanda-tanda infeksi (rubor, dolor kalor,

tumor dan fungsio laesa), pengeluaran

pervaginam tidak bau, kebersihan vagina

terjaga, tidak ada phlebitis.

A:resiko infeksi tidak terjadi.

P: pertahankan kondisi, kaji faktor yang

dapat meningkatkan kerentanan terhadap

infeksi, pantau hasil laboratorium dan

kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

03/03/15 1 S: klien mengatakan merasa haus, minum


banyak, pusing bertambah jika jalan dan

lemes.

O: mukosa bibir kering, turgor kulit baik,

akral hangat, warna urine jernih, TD:

90/60 mmHg, nadi: 84x/menit, suhu:

36,50C, HCT: 18,2%, orientasi baik, tidak

terjadi kekacauan mental, balance cairan +

550 cc (infus 1080 cc, makan minum 800

cc, tranfusi 400 cc, AM 190 cc, output:

urine 1100 cc, perdarahan 150 cc, IWL

570 cc).

A: masalah kekurangan volume cairan belum

teratasi.

P: pantau balance cairan dan status hidrasi

serta kolaborasi pemberian cairan

intravena.

03/03/15 2 S: klien mengatakan “nafsu makan

meningkat daripada hari sebelumnya, saya

akan berusaha makan banyak mbak”.

O: klien menghabiskan ½ porsi makan dari

RS, ditambah ngemil biscuit, klien


memahami pentingnya nutrisi yang

adekuat, mampu menyebutkan diet menu

seimbang, BB: 38 kg, HB: 6,5 g/dl, MCV:

83,4 fl, MCHC: 29,8 pg.

A: ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi.

P: monitor berat badan dan asupan nutrisi

klein, dan anjurkan untuk meningkatkan

asupan nutrsi ketika memungkinkan

03/03/15 3 S: klien mengtakan nyeri berkurang skala 2,

memahami bahwa nyeri yang terjadi

adalah normal karena perlukaan sewaktu

kuret, mengerti tujuan diberikannya obat

pereda nyeri (asam mefenamat 500 mg),

tidur tidak pulas ±5 jam, menghabiskan ½

porsi makan dari RS, ditambah ngemil

biscuit.

O: TD: 90/60 mmHg, nadi: 84x/menit, suhu:

36,50C, mampu menerapkan tekhnik

nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

dengan kompres hangat, masase, dan nafas


dalam.

A:nyeri akut belum teratasi.

P:lakukan pengkajian nyeri yang

komprehensif, ajarkan tindakan teknik

nonfarmakologis (imajinasi terbimbing),

kolaborasi dalam pemberian analgesik

sesuai indikasi dan kendalikan faktor

lingkungan yang dapat mempengaruhi

respons pasien terhdap ketidaknyamanan

(suhu ruangan dan kegaduhan)

03/03/15 4 S: klien mnegatakan “ ya udahlah mbak,

kalau ini memang ini yang harus aku

terima” klien juga mengatakan “saya

seperti ini mungkin sama dengan

keguguran yang kemarin, ada saudara saya

yang iri sama saya, karena dia tidak punya

anak, saya pernah ke orang pintar

menanyakan tentang kehamilan saya yang

ini waktu saya mulai gak enak itu, katanya

ada orang yang iri”.

O: klien mampu mengungkapkan tentang

kehilangan, masih dalam tahap bargaining,


tidak terjadi distress somatik, mampu

berpartisipasi dalam tindakan

keperawatan.

A:berduka belum teratasi.

P: kaji penerimaan klien terhadap kehilangan,

kaji masa depan terkait kehilangan, keji

kemampuan klien dalam berpartisipasi

terhadap kehilangan

03/03/15 5 S: klien mengatakan lemas, pusing

bertambah jika berdiri, tidur tidak pulas ±5

jam.

O: ADL di bantu orang lain, tidak sesak

napas, tampak lemes, TTV setelah

aktivitas; TD: 90/60 mmHg, nadi:

96x/menit, RR: 24x/menit, klien

memahami tentang metode penghematan

energi, mampu ke kamar mandi dengan

bantuan orang lain.

A: intoleransi aktivitas belum teratasi.

P: kaji kemampuan aktivitas klien, pantau

pola tidur, pantau TTV sebelum dan


sesudah aktivitas, dan tingkatkan aktivitas

secara bertahap sesuai kemampuan.

03/03/15 6 S: klien mengatakan tidak ada nyeri di daerah

genita dan tidak merasakan pegal di

tmepat pemasangan infuse.

O: suhu: 36,50C, nadi: 84x/menit, tidak ada

tanda-tanda infeksi (rubor, dolor kalor,

tumor dan fungsio laesa), pengeluaran

pervaginam tidak bau, kebersihan vagina

terjaga, tidak ada phlebitis.

A: resiko infeksi tidak terjadi.

P: pertahankan kondisi, kaji faktor yang

dapat meningkatkan kerentanan terhadap

infeksi, pantau hasil laboratorium dan

kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

04/03/15 1 S: klien mengatakan tidak pusing, lemes,

tidak merasa haus.

O: mukosa bibir lembab, turgor kulit baik,

akral hangat, warna urine jernih, orientasi


waktu, tempat dan orang baik, tidak

terjadi kekacauan menta, TD 110/70

mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu: 360C,

RR: 20x/menit, HCT: 25,5%, dan balance

cairan + 565 cc (input: infus 720

cc,makan minum: 1500 cc, air metabolik

190 cc, output: urin 1200, perdarahan 74

cc, IWL 570 cc).

A: kekurangan volume cairan sudah teratasi.

P: pertahankan kondisi.

04/03/15 2 S: klien mengatakan “ nafsu makan sudah

seperti sebelum sakit, tidak pusing dan

tidak lemes.

O: klien menghabiskan satu porsi nasi

dengan menu seimbang sesuai anjuran,

BB: 38,2 kg, HB: 9,2 g/dl

A: ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi.

P: pantau berat badan dan asupan nutrisi, dan

anjurkan untuk meningkatkan asupan

nutrsi ketika memungkinkan.


04/03/15 3 S: klien mengatakan nyeri sudah jarang

sekali timbul, skala 1, tidur pulas 6 jam di

malam hari dan 1 jam di siang hari, nyeri

tidak mempengaruhi nafsu makan klien..

O: TD 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu:

360C, RR: 20x/menit, klien menghabiskan

satu porsi makan, mampu menerapkan

tekhnik relaksasi dan distraksi untuk

menurunkan nyeri.

A: masalah nyeri teratasi.

P: pertahankan kondisi klein.

04/03/15 4 S: klien mengatakan “ikhlas kehilangan janin.

Jika ini memang terbaik untuk saya dan

janin saya. Alhamdulilah saya sudah

dikaruniai satu anak daripada mereka

yang belum dikaruniai, saya bersyukur.

Yang memberikan nyawa itu Alloh,

manusia hanya bisa berusaha dan berdoa.

Tentang saudara saya, saya biarkan aja


mbak, yang penting saya tidak berbuat

jahat sama orang, orang mau jahat sama

saya ya biarkan, itu sudah urusannya

sendiri-sendiri, Alloh Maha Tau kok

mbak.

O: klien mampu mengungkapkan kehilangan,

mampu menerima, tidak terjadi distress

somatik, mampu berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan terkait tindakan

keperawatan dan medis, ada rencana untuk

KB.

A: berduka teratasi.

P: pertahankan kondisi.

04/03/15 5 S: klien mengatakan tidak lemas, kadang

pusing, tidur pulas 6 jam di malam hari

dan 1 jam di siang hari, jika melakukan

aktivitas rumah baru sebentar sudah

kecapekan. Evaluasi objektif: klien

mampu melakukam ADL mandiri, tidak

sesak, jantung tidak berdebar-debar, TTV

setelah aktivitas 110/70 mmHg, nadi:

86x/menit, RR: 20x/menit. Berdasarkan


data tersebut dapat dianalisa bahwa

masalah intoleransi aktivitas belum

teratasi. Rencana tindakan selanjutnya:

pertahankan kondisi dan pantau kekuatan

dalam melaksanakan aktivitas.

04/03/15 6 S: klien mengatakan tidak nyeri dan tidak ada

rasa panas didaerah genital.

O:suhu 36,70C, nadi: 86x/menit, RR:

20x/menit, pengeluaran pervaginam tidak

bau, merah seperti darah menstruasi.

A:resiko infeksi tidak terjadi.

P:pertahankan kondisi, pantau tanda dan

gejala infeksi dan pantau ketaatan minum

obat antibiotik.

05/03/15 2 S: klien mengatakan makan sudah banyak,

tidak ada rasa mual dan pusing, tidak

lemas.

O: klien mampu mneghabiskan satu porsi


(satu piring nasi, sayur dan lauk telur),

tidak tampak lemes, BB: 38, 3 kg. klien

minum suplemen sulfat ferosus, mampu

memenuhi makan secara mandiri.

A: ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi.

P:pertahankan selera makan klien, kebersihan

mulut dan pantau BB klien.

05/03/15 5 S: klien mengatakan sudah tidak lemes, tidak

pusing, cuman kalau kebanyakan aktivitas

masih lelah mbak, tapi sudah lenih baik

daripada kemarin”.

O: TD 110/70 mm Hg, nadi 83x/menit, RR

20x/menit, tidak tampak pucat, tidak

tampak lemes, mampu menyadari

keterbatasan energi, mampu menghemat

energi dengan melakukan aktivitas sambil

duduk daripada berdiri, mampu mengenali

tanda-tanda intoleransi aktivitas.

A: intoleransi aktivitas teratasi.


P: Pertahankan kondisi.

05/03/15 6 S: klien mengatakan tidak ada nyeri di daerah

genital dan pengeluaran darah tinggla

sedikit, ganti pembalut 2x ketika mandi

tidak penuh pembalutnya.

O:suhu 36,50C, nadi: 86x/menit, RR:

20x/menit TD: 110/70 mmHg,

pengeluaran pervaginam tidak bau, ±5 cc,

kebersihan diri terjaga.

A: resiko infeksi tidak terjadi.

P: pertahankan kondisi, pantau tanda dan

gejala infeksi dan pantau ketaatan minum

obat antibiotic.

06/03/15 2 S: klien mengatakan “makannya sudah

seperti sebelum sakit mbak, udah banyak,

kalau masalah makan udah gak ada

masalah, kyaknya ini nambah lagi mbak

berat badannya, makan 3 kali”.


O: klien tidak tampak lemes, mampu makan

dengan gizi seimbang, menghabiskan satu

porsi makan, BB: 38, 5 kg, lingkar lengan

24 cm.

A: ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi.

P: pertahankan selera makan klien dan pantau

BB.

06/03/15 6 S: klien mengatakan tidak ada nyeri di daerah

genital, perdarahan masih keluar sedikit.

O: suhu: 36,80C, nadi: 90x/menit, RR:

20x/menit TD: 110/75 mmHg,

pengeluaran pervaginam tidak bau,

kebersihan diri terjaga.

A: resiko infeksi tidak terjadi.

P: pertahankan kondisi, anjurkan tetap

menjaga kebersihan diri.


LAMPIRAN 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

PokokBahasan : AbortusInkomplet

Sub Pokok : Pengertianabortusinkompletdanperawatan post

kuretase

Sasaran : Ny. S dankeluarga

Waktu : 15 menit

Penyuluh : FadjarIndriyanti

Hari /Tanggal : Selasa,3 Maret 2015 2015/ Jam 07.30

Tempat : Bangsal Anggrek, A2, RST dr. Soedjono

1. Tujuan Intruksional Umum ( TIU )

Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu memahami tentang

abortus inkomplet dan perawatan post kuretase

2. Tujuan Intruksional Khusus ( TIK )

Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit diharapkan sasaran

dapat/mampu :

1. Menyebutkan pengertian Abortusinkomplet

2. Menyebutkan penyebababortusinkomplet

3. Menyebutkan tanda dan gejala Abortus inkomplet

4. Menyebutkan carapencegahanAbortus inkomplet

5. Menyebutkanperawatan post kuretase


6. Menyebutkan tujuandancara personal hygiene

3. Materi Penyuluhan

1. Menjelaskan pengertian Abortus inkomplet

2. Menjelaskan penyebabAbortus inkomplet

3. Menjelaskan tanda dan gejala Abortus inkomplet

4. MenjelaskanpencegahanAbortus inkomplet

5. Menjelaskan perawatan post kuretase

6. Menjelaskan tentang personal hygiene

4. Metode : Ceramah

5. Media : Leaflet

6. Pelaksanaan

Wakt
Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audien
u

Pembukaan 2 a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam

menit b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan

Pelaksanaan 15 1. Menjelaskan pengertian 1. Mendengarkan

menit Abortus inkomplet 2. Memperhatikan

2. MenjelaskanpenyebabA

bortus inkomplet
3. Menjelaskan tanda dan

gejala Abortus

inkomplet

4. Menjelaskancarapenceg

ahanAbortus inkomplet

5. Menjelaskan perawatan

post kuretase

6. Menjelaskantentang

personal hygiene

Penutup 3 1. Menyimpulkan 1. Menjawab pertanyaan

menit 2. Mengevaluasi 2. Menjawab salam

3. Mengucapkan

salam penutup

Sumber :

Bari, Abdul. 2009. IlmuKebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Evans, Gunterus. 2013. Perawatan Pasca Kuretase dan Waktu Tepat untuk

Hamil.ress www.tanyadok.com/artikel-konsultasi/perawatan-

pasca-kuretase-dan-waktu-tepat-hamil-lagi. Di aksestanggal 26

Februari 2015, jam 15.00

Nolan, Mary. 2004. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Arcan

Cunningham. 2013. Obstetri Williams Volume 1.EGC. Jakarta


Yulianti, Devi. 2006. Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan.

Jakarta: EGC

Bain, Catrina, dkk. 2011. Gynaecology Illustrated. China: Churcill

Livingstone Elsevier. www.elsevierhealth.com

3. Evaluasi

1. Prosedur : Post tes

2. JenisTes : Pertanyaanlisan

3. soal :

1.Sebutkan pengertian Abortus inkomplet

2.Menyebutkan beberapa tanda dan gejala Abortus inkomplet

3.Menyebutkan cara penanganan penderita Abortus inkomplet

Kunci jawaban terlampir dalam materi

4. LAMPIRAN

1. Materi

2. Media

3. Presensi
4. MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Abortus Inkomplet

Abortus inkomplet adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal di

dalam uterus (Abdul Bari, 2009).

2. Penyebab Abortus Inkomplet

Penyebab abortus menurut Abdul Bari dan Wiknjosastro (2008) dan

Cunningham (2013), adalah: Penyebab Genetik, Faktor imunologik,

Penyebab anatomic, Penyebab Autoimun, Penyebab Infeksi, Faktor

Hormonal, Faktor Hematologik, Radikal Bebas

3. Tanda dan Gejala Abortus Inkomplet

Menurut Mary Nolan (2004), Wiknjosastro (2008) dan Devi Yulianti

(2006) manifestasi klinis abortus inkomplet adalah :

1. Nyeri/ kram perut bawah seperti menstruasi yang datang dan pergi

2. Nyeri punggung bagian bawah

3. Nyeri tekan uterus

4. Perdarahan hebat dari vagina

5. Ekspulsi sebagian hasil konsepsi

6. Uterus lebih kecil dari usia kehamilan

7. Pemeriksaan vagina kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan dalam

kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.


1. Komplikasi Abortus Inkomplet

Menurut Devi Yulianti (2006), Wiknjosastro (2008) komplikasi

abortus inkomplet adalah :Infeksi/sepsis, Perdarahan , Perforasi,

Cedera uterus, vagina atau usus

2. Pengertian Kuretase

Kuretase adalah serangkaian proses melepaskan jaringan yang

terlekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan

memanipulasi instrument (sendok kuret) kedalam kavum uteri,

sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan teknik

pengerokan secara sistematik. Jaringan itu bisa berupa tumor,

selaput rahim atau janin yang dinyatakan tidak berkembang (Catrina

Bain, 2011).

3. Perawatan Post Kuretase

Perawatan pasca kuretase yang baik adalah dengan istirahat total

selama 3-7 hari, perawatan luka dengan menjaga kebersihan dan

kelembaban kewanitaan, dijaga agar tetap kering, dan usahakan agar

kewanitaan dibersihkan setelah membasuh dubur atau lubang

kencing setelah berkemih atau buang air besar, tidak melakukan

aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk

jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan

meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya adalah

antibiotik dan penghilang rasa sakit.Menjaga asupan nutrisi yang


bergizi serta dapat dibantu dengan multivitamin tentu saja cukup

bermanfaat.

Waspadai apabila keluar darah yang berbau, serta tanda-tanda

peradangan lain seperti demam, kurang nafsu makan, badan lemas

dan cepat lelah, menggigil, meriang, juga mual dan muntah. Jika

muncul keluhan itu, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin

perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa

jaringan yang tertinggal.Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret

berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.

Pasca kuret karena mengalami keguguran disarankan untuk

menunda kehamilan sampai 6 bulan (Gunterus Evans, 2013)..


LAMPIRAN 4

Apa Penyebab Abortus??


Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Sebagai batasan ialah kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram Genetik, Imunologik, Anatomic,
Autoimun, Infeksi, Hormonal,
Radikal Bebas

Pencegahan
nya
bagaimana?
pengeluaran sebagian hasil ?
DISUSUN OLEH: konsepsi pada kehamilan sebelum 1. keguguran pastinya ditandai
dengan adanya pendarahan.
FADJAR INDRIYANTI 20 minggu dengan masih ada sisa Maka dari itu jika mengalami
tertinggal di dalam uterus pendarahan sedikit atau banyak
harus segera menghubungi
dokter agar segera bisa
Apa tanda –tanda Abortus?? ditangani.
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2. melakukan istirahat total (Bed
Rest),
PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG 1. Nyeri/kramperut bawah seperti 3. Agar lebih maksimal dokter akan
menstruasi yang datang dan pergi memberikan obat--obatan.
2015 2. Nyeri punggung bagian bawah 4. Pemeriksaan USG untuk
3. Nyeri tekan uterus mengetahui / memastikan apakah
4. Perdarahan hebat dari vagina
5. pengeluaran sebagian hasil
konsepsi
6. Uterus lebih kecil dari usia
kehamilan
janin masih ada atau sudah 2. Jika ibu masih mengeluarkan darah
gugur. selama 7-10 hari pasca kuretase, hal
tersebut masih dianggap wajar. Hal yang
APA ITU perlu diwaspadai adalah jika terjadi
APA ITU PERSONAL
pendarahan (darah keluar dalam jumlah
KURETASE?? banyak), disertai rasa nyeri pada perut
bagian bawah. Segera periksakan ke HYGIENE
dokter karena dikhawatirkan terjadi
infeksi pada bekas operasi Personal hygiene adalah suatu keadaan
3. Batasi seksualitas. untuk memelihara kebersihandan kesehatan
Pasca tindakan kuretase, rahim ibu seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
belum langsung sembuh total. Untuk itu
disarankan agar tidak melakukan Tujuannya
hubungan badan terlebih dahulu dengan
1. untuk meningkatkan derajat kesehatan
serangkaian proses melepaskan suami, minimal untuk 40 hari pertama.
sesorang,
Mengapa? Karena ternyata hal ini bisa
jaringan yang terlekat pada dinding 2. memelihara kebersihan diri
memicu kontraksi pada rahim yang bisa
3. mencegah infeksi dan penyakit
rahim dengan menggunakan sendok menyebabkan pendarahan.
bagian yang harus di personal hygiene yaitu
kuret 1. Obat-obatan mulai dari kaki sampai ujung kaki, khususnya
Obat anti perdarahan, suplemen, anti nyeri, daerah vagina untuk mencegah infeksi lebih
Yang Harus dan anti kontraksi rahim lanjut
Dilakukan
Setelah
2.
3.
Personal Hygiene yang baik
Diit menu seimbang
KAPAN BOLEH
1. Istirahat baring
Kuretase
Jika ibu termasukApa???
kondisi lemah, maka HAMIL LAGI??
ada baiknya melakukan bedrest atau
istirahat dalam waktu 5-7 hari setelah Sedangkan untuk hamil lagi, suami istri
tindakan kuretase dilakukan. harus menunggu minimal 6 bulan agar
Fungsi: merasa tenang, mengurangi rasa bentuk dan fungsi rahim bisa kembali
lelah, memenuhi kebutuhan oksigen normal dulu seperti semula
3. MAKANLAH MAKANAN SUMBER LAMPIRAN 5
KARBOHIDRAT SETENGAH DARI
KEBUTUHAN ENERGI 7. dapat menimbulkan penyakit anemia gizi
besi atau penyakit kurang darah.
Kebutuhan karbohidrat dalam makanan
sehari-hari setara dengan 3 – 4 piring nasi Makanlah makanan sumber zat besi
ditambah lauk pauk, sayuran dan buah- seperti daging, hati, ikan, tempe, tahu,
Merupakan petunjuk bagi setiap orang untuk sayuran hijau dan kacang kacangan.
buahan.
selalu makan makanan yang sehat, seimbang dan
aman untuk mempertahankan keadaan gizi dan 4. BATASI KONSUMSI LEMAK DAN MINYAK 8. BERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI SAMPAI
kesehatannya secara optimal SAMPAI SEPEREMPAT DARI KECUKUPAN BERUMUR 4 BULAN
ENERGI
1. MAKAN ANEKA RAGAM MAKANAN ASI saja mampu memenuhi kebutuhan
Lemak dalam makanan berguna untuk gizi bayi untuk tumbuh kembang dan
meningkatkan jumlah energi, membantu menjadi sehat sampai umur 4 bulan.
Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung penyerapan vitamin A, D, E, K serta Setelah bayi berumur 4 bulan selain ASI
menambah lezatnya hidangan perlu mendapat Makanan Pendamping Air
lengkap semua zat gizi, yamg membuat seseorang
Susu Ibu (MP-ASI).
hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Hindari mengkonsumsi lemak dan minyak
Untuk mendapatkan zat gizi yang lengkap setiap secara berlebihan karena akan 9. BIASAKAN MAKAN PAGI
hari orang perlu makan aneka ragam makanan mengurangi konsumsi makanan lain.
agar kekurangan zat gizi tertentu pada jenis Akibatnya kebutuhan zat gizi yang lain tak Makan pagi sangat bermanfaat bagi setiap
terpenuhi dan timbul penyakit jantung dan orang. Bagi setiap orang dewasa, makan
makanan tertentu akan dilengkapi oleh zat gizi
pembuluh darah. pagi dapat meningkatkan dan memelihara
yang sama dari makanan yang lainnya. ketahanan fisik dan meningkatkan
2. MAKANLAH MAKANN UNTUK 5. GUNAKAN GARAM BERYODIUM produktivitas kerja menyerap pelajaran,
MEMENUHI KECUKUPAN ENERGI sehingga prestasi belajar meningkat.
Garam beryodium yang dikonsumsi setiap
hari bermanfaat untuk mencegah 10. MINUMLAH AIR BERSIH AMAN DAN
timbulnya gangguan akibat kekurangan CUKUP JUMLAHNYA.
Setiap orang dianjurkan makan makaan yang yodium. Kekurangan yodium dapat
cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan menghambat perkembangan kecerdasan Air minum harus bersih dan bebas dari
melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik. dan pertumbuhan pada anak-anak, kuman oleh karena itu air minum harus
gangguan pendengaran serta pembesaran dimasak terlebih dahulu sampai
Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan makan kelenjar gondok. mendididh. Minumlah sekuran-kurannya
makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. delapan gelas perhari agar terhindar dari
6. MAKANLAH MAKANAN SUMBER ZAT BESI kekurangan cairan tubuh dan penyakit
Konsumsi energi seseorang harus sesuai dengan
batu ginjal.
kebutuhan (tidak boleh kurang atau berlebihan). Kekurangan sumber zat besi dalam
Kecukupan masukan energi seseorang ditandai makanan sehari-hari secara berkelanjutan
dengan berat badan yang normal.

169
Contoh makanan yang harus dikonsumsi: Beras 3
gelas (200gram), roti 4 potong (80 gram), biscuit 4
11. LAKUKAN KEGIATAN DAN OLAH RAGA buah (40 gram), daging 100 gram (2 potong BUDAYAKAN HIDUP
Kegiatan fisik dan olah olahraga secara sedang), telur 50 gram (1 butir), tempe 100 gram BERSIH DAN SEHAT
teratur dan cukup takarannya dapat (4 potong sedang), sayuran 150 gram (1,5 gelas),
meningkatkan kebugaran, mencegah buah 4 potong papaya sedang (400 gram), minya
kelebihan berat badan serta memperbaiki 10 gram (1 sendok makan), gula pasir 3 sdm ( 30
fungsi jantung, paru dan otot. gram) (Sunita Almatsier, 2006)
12. HINDARI MINUM MINUMAN
BERALKOHOL.

Minum minuman beralkohol dapat


meyebabkan ketagihan, mabuk dan tak
mampu mengendalikan diri. Hindari
minum minuman beralkohol karena dapat
mengakibatkan terhambatnya proses
penyerapan zat gizi, kurang gizi, kerusakan
syaraf otak dan jaringan serta penyakit
gangguan hati.

13. MAKANLAH MAKANAN YANG AMAN BY: FADJAR INDRIYANTI


BAGI KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Makanan yang aman adalah makanan
yang tidak tercemar, tidak mengandung PRODI D III KEPERAWATAN MAGELANG
bakteri dan bahan kimia yang berbahaya,
telah diolah dengan tatacara yang benar 2015
sehingga fisik dan gizinya tidak rusak serta
tidak bertentangan dengan keyakinan
masyarakat.
Modal Untuk Sehat, Cerdas dan
14. BACALAH LABEL PADA MAKANAN YANG
DIKEMAS
Pandai
Saat memilih dan menggunakan makanan
kemas, bacalah label mengenai susunan
zat gizi yang dikandung, tanggal
kadaluwarsa dan keterangan halal atau
tidaknya makanan tersebut.
LAMPIRAN 6

171
172
173
174
LAMPIRAN 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. DATA PRIBADI

1. Nama Lengkap : Fadjar Indriyanti

2. NIM : P 17420512017

3. Tanggal Lahir : 13 November 1994

4. Tempat Lahir : Magelang

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Alamat Tempat Tinggal

a. Dusun : Tonalan, RT/RW 07/XVII

b. Kelurahan : Beringin

c. Kecamatan : Srumbung

d. Kabupaten : Magelang

e. Propinsi : Jawa Tengah

1. Telepon HP : 085729402072

2. E-mail : fadjar.indriyanti@ymail.com

3. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pendidikan SD Negeri 1 Beringin, lulus tahun 2006

2. Pendidikan SMP Negeri 1 Srumbung, lulus tahun 2009

3. Pendidikan SMK Kesdam IV Diponegoro, lulus tahun 2012

4. Program Studi DIII Keperawatan Magelang, lulus tahun 2015

175
5. RIWAYAT ORGANISASI

1. Organisasi Siswa Intra Sekola (OSIS) SMK

2. UKM Formasi Prodi D III Keperawatan Magelang

3. Saka Bhakti Husada (SBH) Prodi D III Keperawatan Magelang

Magelang, 19 Mei 2015

FADJAR INDRIYANTI
NIM. P 17420512028

Anda mungkin juga menyukai