Anda di halaman 1dari 4

Bahan Pendalaman Alkitab

Ibadah Sektor: Matius 5:9


Tema: Yesus Pemimpin Berkharisma, Membawa Damai Dengan Cara Damai

Pengantar
Manusia adalah satu-satunya ciptaan Allah yang menurut kesaksian Alkitab,
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Apa maksudnya? Pada diri ciptaan
yang namanya manusia, wujud ke-Allah-an itu ditampilkan. Ini tidak didapati pada
ciptaan lainnya. Pemahaman ini mengantarkan kita untuk memahami bahwa sifat-sifat
Allah haruslah ditemui dalam diri manusia. Allah yang berlimpah kasih, berbela rasa,
penuh cinta dan rahmat, suka akan damai dan seterusnya haruslah menjadi prioritas
dalam diri manusia. Tetapi, kenyataan yang ditemui seperti apa? Karena banyak
sebab, manusia yang adalah rupa dan wajah Allah sendiri, sering terlibat konflik.
Tidak segan-segan manusia saling membenci, membunuh dan membinasakan seorang
akan yang lain. Damai sering hanya slogan dan omongan belaka tapi sulit dirasakan
secara utuh. Mulai dari kelompok terkecil hingga terluas, damai kadang sulit
dinikmati. Rumah tangga dan keluarga hilang rasa damai; lingkungan sosial
masyarakat juga demikian. Bahkan hingga konteks berbangsa dan bernegara. Saat kita
bicarakan damai saat ini, di belahan dunia lain banyak manusia terancam rasa
damainya karena perang, misalnya Rusia vs Ukraina.
Pendalaman Teks
Ayat 9: Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut
anak-anak Allah. Dalam bahasa asli/Yunani, damai di sini memakai kata “eirene”
yang bisa berarti kesejahteraan, keselamatan, kesehatan, kemakmuran, kebaikan dan
seterusnya. Dalam bahasa Ibrani kita menyebutnya “Shalom”. Dalam bahasa Arab
“Salam”, yang sama pengertiannya. Damai bisa juga berarti tidak ada keributan,
persoalan atau masalah. Dengan menyebut eirene/damai, shalom, salam, maka berarti
membawa sukacita, keselamatan, kebaikan dan seterusnya. Kita tidak membawa
keributan, masalah dan persoalan bagi yang lain. Saat kita menyapa orang dengan
eirene/shalom, salam maka kita datang untuk membawa kebaikan bagi sesama, bukan
sebaliknya. Ayat 9 ini merupakan kalimat aktif, bukan pasif. Kata membawa
merupakan kata aktif/perintah. Damai/eirene bukan berarti kita diam dan tidak
melakukan apa-apa, sebaliknya kita bergerak dan melakukan sesuatu agar
keselamatan, kesejahteraan dan seterusnya itu bisa terwujud. Kebahagiaan yang Yesus
sampaikan di awal, bukan hanya terwujud saat manusia berdiam diri, tapi sebaliknya
saat manusia berusaha untuk mewujudnyatakannya. Kita dibilang berbahagia jika kita
aktif berbuat. Penggalan kalimat terakhir merupakan akibat dari kalimat sebelumnya.
Ada hukum sebab-akibat di sini. Hasil dari kita membawa damai inilah, maka kita
disebut sebagai anak-anak Allah. Sungguh menarik kalimat ini, karena label anak2
Allah bukan hanya soal pengakuan semata, melainkan soal membawa damai ini. Jika
kita hanya mengaku percaya kepada Allah tanpa berusaha membawa damai, maka
tidak cukup jabatan anak Allah itu kita sandang.
Aplikasi
Beberapa poin kesimpulan bisa kita kembangkan:
1. Meneladani Kristus dalam seluruh situasi hidup kita: bahagia, sukacita, bahkan
ketika kita ada dalam penderitaan: menyatakan damai dengan cara damai, di
tengah dunia yang semakin mengalami krisis damai.
2. Belajar dari Yesus: Yesus pemimpin berkharisma: membawa damai dengan cara
damai: sudahkah kita menjadi Pemimpin yang hadir menyatakan damai dengan
cara damai? Mulai dari dalam keluarga kita?
3. Damai di sini bukan hanya tentang hubungan kita dengan sesama, tapi didahului
dengan hubungan kita dengan Allah sendiri. Kita harus berdamai dengan Allah,
barulah damai itu bisa diteruskan pada orang lain.
4. Damai itu harus diupayakan. Tindakan aktif itu dibutuhkan. Saat ada konflik,
damai itu bukan karena kita terlibat di dalamnya, melainkan kita juga turut
berperan penting menjadi pendamai.
5. Status anak Allah bukan hanya omongan semata, tapi pada tindakan. Salah satu
jika menjadi pembawa damai. Jika mulut kita memuliakan Tuhan, tapi perilaku
kita sering menciptakan keonaran, teror dan kekacauan, maka tak ada artinya.
Anak Allah bagi mereka menjadi pembawa damai dan penyejuk bagi sesama.

Ibadah Usbu:
2 Korintus 5:18-20

Pengantar
Sejak kisah kejatuhan manusia dalam dosa, Alkitab berkisah bahwa Allah-lah yang
selalu berinisiatif menjumpai manusia (Allah sebagai Inisiator). Allah yang datang
mencari Adam dan Hawa. Allah yang selalu bertindak lebih dahulu. Ini berbeda
dengan banyak kepercayaan termasuk agama suku. Misalnya kepercayaan pada
dewa/i, manusia yang selalu mencari cara untuk menyenangkan hati para dewa/i,
dengan melakukan banyak hal termasuk korban penyembahan. Alkitab bercerita
secara berbeda. Manusia yang telah menyimpang dari Allah, tidak ingin Allah biarkan
ada dalam kebinasaan. Allah turun tangan untuk menjumpai dan membawa pulang.
“sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas
19:10). Kepada jemaat di Kota Korintus, Paulus jelaskan dengan panjang lebar. Kita
dalami bersama.
Pendalaman Teks
Ayat 18-20: Pendamaian menjadi tema sentral dan Sumber Penggerak adalah Allah
semata. Berbagai cara Allah gunakan untuk membangun hubungan kembali dengan
manusia, berujung pada Yesus Kristus sendiri. Jika dalam kepercayaan lain manusia
yang berkorban, maka di dalam Allah, Diri-Nya sendiri yang dikorbankan. Allah
memberi hingga diri-Nya sendiri. Pemberian secara total dan utuh. Kata pendamaian
yang dipakai di sini menerangkan cara kerja Allah untuk pemulihan relasi yakni bukan
cara kekerasan, tekanan atau paksaan; melainkan cara mulia tanpa kekerasan yakni
pengorbanan. Pada ketiga ayat ini Paulus tak lupa menjelaskan posisinya.
Jika Allah adalah Inisiator, maka dirinya (Paulus) adalah komunikator. Ini pun bukan
kemauan dan usahanya, tapi kepercayaan dari Allah sendiri. Jika di ayat 18
pendamaian ini dikhususkan pada manusia, maka di ayat 19 ruang lingkup diperluas
yakni untuk seluruh dunia. Allah mendamaikan diri-Nya bukan hanya dengan
manusia, tapi juga dunia seutuhnya. Inisiatif Allah ini apa adanya, yang didasarkan
pada kemauan Allah bukan pada hitungan untung rugi, salah atau benar. Pelangaran
manusia bukan ukuran, melainkan keinginan Allah. Ini gambaran totalitas kecintaan
Allah sendiri.
Pada ayat 20, di sini respon manusia dibutuhkan. Jika di ayat 18-19 Allah berperan
aktif, maka di ayat 20 jawaban manusia diperlukan. Inisiatif sudah dari Allah, Allah
juga yang bergerak jumpai manusia, maka permintaan disampaikan Paulus, berilah
dirimu...bukan manusia yang memulai, bukan manusia yang berusaha memulihkan
hubungan, manusia hanya diminta memberi diri.
Aplikasi
Kita temukan beberapa pokok refleksi, antara lain:
1. Allah adalah Pendamai. Allah yang selalu memulai memperbaiki hubungan yang
rusak dari manusia. Sebagai anak-anak Allah, ini juga salah satu sikap yang harus
kita miliki yakni berupaya untuk selalu menjadi pendamai.
2. Jika pendamaian yang Allah upayakan didasarkan pada perbuatan manusia, maka
itu tak mungkin terjadi karena manusia telah membelakangi Allah. Pelanggaran
kita bukan ukuran. Ini juga catatan bagi kita. Memulai berdamai dengan sesama,
kesalahan bukan ukuran. Menghitung-hitung kesalahan sesama, maka pendamaian
menjadi mustahil.
3. Pendamaian yang Allah lakukan bukan saja dengan manusia tapi juga dengan
dunia secara umum. Kita diminta hidup damai, bukan saja dengan Allah dan
sesama, tapi juga dengan ciptaan lain dan semesta ini. Di sini ada aspek tanggung
jawab untuk memelihara ciptaan lain dan lingkungan ini.

Ibadah Kategorial
Ibrani 12:14
Pengantar
Dua permintaan disampaikan di sini, yakni hidup damai dan kudus. Dua hal yang
diminta ini bukan saat jemaat dalam keadaan aman, damai, tentram. Sebaliknya saat
suasana tidak menentu karena berbagai ancaman. Kita bisa tahu itu kalau membaca
dari ayat 1. Ada tantangan, ada pergumulan, ada ganjaran dan seterusnya. Di saat sulit
dan terancam, kepada jemaat dibilang, berusahalah hidup damai dengan semua orang
dan kejarlah kekudusan...bukan hidup damai hanya dengan orang2 tertentu saja, tapi
dengan semua orang. Kekudusan di sini berarti harus tunjukan cara hidup yang lain,
yang berbeda. Maksudnya jaga diri supaya jangan tercemar oleh rupa2 kecemaran. Itu
artinya, hidup dalam perdamaian juga sebenarnya bagian dari cara hidup kudus.
Pendalaman Teks
Hidup damai itu bukan terjadi dengan sendirinya, bukan ada secara tiba-tiba,
melainkan harus diusahakan. Damai di sini berarti tidak kacau (tidak terapkan hidup
secara sembrono), hidup baik dengan semua orang, tanpa terkecuali. Semua orang
disampaikan di sini, bukan saja bagi mereka yang baik dengan kita tapi sebaliknya
bagi mereka yang menjahati kita. Mengasihi orang yang baik dengan kita itu biasa,
tapi tetap baik dan mengasihi orang yang menjahati kita, itu yang luar biasa. Konteks
kalimat ini termasuk pada mereka yang mungkin tidak ingin berdamai dengan kita.
Selanjutnya, kudus juga diterangkan di sini, bahkan dengan lanjutannya: sebab tanpa
kekudusan, tak seorang pun dapat melihat Tuhan. Kata melihat bukan berarti melihat
Tuhan secara langsung/kasat mata; melainkan dalam pengertian, karena Allah adalah
kudus, maka dengan cara hidup kudus kita menyatu dengan Allah sendiri. Bisa jadi
kita bersaksi bahwa kita hidup bersama Allah, tapi di saat yang sama kita jauh dari
cara hidup yang kudus, maka sebenarnya kita menipu diri kita sendiri. Dua tujuan ini,
damai dan kudus, dipakai kata aktif/bersifat perintah; satunya usahakan, satunya
kejarlah.

Aplikasi
1. Perintah hidup damai pertama-tama untuk diri sendiri. Untuk damai dengan
sesama, rasa damai itu harus dimulai dari diri sendiri. Sering orang katakan,
berdamailah dengan diri anda sendiri, sebelum anda upayakan berdamai dengan
orang lain.
2. Kebutuhan akan rasa damai, ibarat makanan, merupakan kebutuhan pokok
manusia bukan tambahan. Seindah apapun sebuah tempat/daerah, namun di situ
tidak menjamin kedamaian, orang akan sulit betah dan melakukan sesuatu. Dalam
hal apa saja, termasuk urusan ekonomi, faktor maju mundurnya juga ditentukan
oleh kedamaian dan keamanan tempat itu.
3. Kekudusan merupakan jaminan kita hidup di dalam dan bersama Allah. Untuk
hidup damai dan kudus, dibutuhkan komitmen dan itu dimulai dari diri kita
sendiri.

= Selamat Melayani,, Tuhan Yesus Memberkati =

Anda mungkin juga menyukai