Anda di halaman 1dari 3

DAMAI

I. Pengertian Damai
Dalam KBBI kata damai diartikan sebagai berikut “tidak ada perang, tidak ada kerusuhan,
aman, tentram, tenang. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, damai selalu dihubungkan
dengan susasana; suasanan hati yang tanpa masalah, suasanan sosial yang tanpa percekcokan.
Itulah damai yang dikanal banyak kalangan. Lalu apa sebenarnya damai itu? Apakah memang arti
damai seperti yang dikemukakan KBBI dan berhubungan dengan suasana?
Kata damai selalu didengungkan, baik dalam gereja dan juga di kehidupan berbangsa.
Beberapa bulan belakangan, kata damai menjadi menu utama mata dan telinga kita di Indonesia.
Beberapa tokoh tersohor menerikan kata damai. Maka muncullah tanggar ‘DAMAI INDONESIAKU”.
Namun, muncul pertanyaan kenapa kata damai semakin diserukan semakin krisis damai? Dalam
gereja hampir setaip saat berdoa dan memohon kedamaian, akan tetapi faktanya masih banyak
yang krisis damai. Dalam artikel ini, saya mencoba mengemukakan arti damai berdasarkan Alkitab.

II. Damai dalam Alkitab


Dalam Alkitab kata damai muncul dalam 301 ayat. Kata berdamai muncul dalam 8 ayat dan
kata mendamaikan muncul 5 ayat. Yang menarik Tuhan Yesus disebut Raja Damai. Yesaya 9:5
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang
pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang
Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.
Kristus disebut Raja Damai, apakah itu artinya Kristus Raja suasana yang damai? Raja
Kerukunan atau Raja suasana perasaan? Entahlah. Yang jelas damai selalu menjadi barang langka.
Setiap insan hampir krisis damai. Sehingga tidak jarang keluarga, gereja dan bangsa berantakan,
kacau dan amburadul.
Kemudian yang menjadi pertanyaan lagi adalah, ketika Alkitab menggunakan kata damai,
apa yang sebenarnya dimaksud oleh Alkitab? Apakah pengertian damai yang ditulis dalam Alkitab
sama dengan pengertian kita saat ini, sebagaimana yang telah saya kemukakan di atas? Atau
memiliki arti lain?

III. Kristus: Raja Damai


Untuk memahami arti damai yang dimaksud Alkitab, kita mengacu dan fokus melihat
Kristus. Sebab Kristus disebut Raja Damai. Maka Kristus menjadi fokus dalam memahami arti
damai.
Kristus dikenal dan dipercaya sebagai Allah yang menjadi manusia dengan proses kelahiran.
Dasar dan tujuan Kristus menjadi manusia adalah kasih Allah, untuk menyelamatkan manusia dari
hukuman dosa. Pengutusan Kristus ke dalam dunia dilatarbelakangi oleh kejatuhan manusia ke
dalam dosa ((Kejadian 3). Sehingga dosa memisahkan manusia dengan Allah. Manusia memusuhi
Allah, menjauh dari Allah dan melawan Allah. Artinya bahwa, manusia sejak jatuh ke dalam dosa
telah keluar dari jalur yang sesungguhnya, sehingga tidak bertanggunga jawab sebagamana yang
seharusnya. Akibatnya manusia kehilangan dama dengan Allah. Manusia dalam keberdosaanya,
tidak pada posisi yang seharunya.
Posisi yang seharusnya bagi manusia adalah menyembah Allah, mempercayai dan mentaati
Allah. Dalam Katekismus Singkat Westminster pertanyaan dan jawaban satu (1) mengemukakan
bahwa, tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selamanya. Artinya
manusia harus membawa kemuliaan bagi Allah dalam segala hal dan memiliki relasi yang erat
dengan Allah. Selanjuta pada pertanyaan dan jawaban dua (2) Katekismus Singkat Westminster
mengemukakan tentang kewajiban manusia yaitu ketaatan kepada kehendak Allah yang
dinyatakan.
Tujuan dan kewajiban manusia yang seharusnya ini telah rusak karena dosa. Kerusakan ini
ini dibandikangkan dengan kedamaian, yang nantinya kita melihat kepada Kristus. Maka dalam hal
ini, Alkitab menjelaskan arti damai secara implisit, yakni berada atau hidup berdasarkan tujuan dan
kewajiban sebagaimana yang seharusnya. Artinya ketika seseorang menjalani hidup berdasaran
tujuan dan kewajiban yang seharusnya maka itulah dama, sebaliknya jika seseorang tidak hidup
dengan tujuna dan kewajibannya maka itulah ketidakdamaian.
Alkitab menjelaskan bahwa Kristus datang ke dunia dan mati di kayu salib untuk
mendamaikan manusia dengan Allah. II Korintus 5:18-19 “Dan semuanya ini dari Allah, yang
dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah
mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan
diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah
mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami”. Ibrani 2:17 “Itulah sebabnya, maka dalam
segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang
menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.
Apa yang dilakukan Kristus sehingga Dia disebut Raja Damai atau Pendamai manusia
dengan Allah. Kristus mengembalikan Posisi manusia dihadapan Allah sebagai mana mestinya.
Dalam katekismus singkat Westminster, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Allah
menciptakan manusia untuk kemuliaaNya. Akan tetapi semuanya ini telah kacau, hancur dan rusak
saat manusia (Adam dan Hawa) jatuh ke dalam dosa. Kekacauan dan kehancuran ini
mengakibatkan kedamaian manusia dengan Allah rusak. Jadi dalam konteks ini, arti damai adalah
hubungan baik dan berada dalam posisi yang seharusnya. Manusia berada dalam posisi yang
seharusnya menyembah Allah, taat kepada Allah itulah damai yang sejati.
Kristus datang mengemalikan posisi manusia yang telah kacau dan hancur tersebut. Itu
sebabnya Dia disebut Raja Damai. Dia yang membuat manusia kembali pada posisi semula, yaitu
menyembah Allah dan mentaati kehendakNya.

IV. Damai: Kembali pada Posisi Semula/Posisi yang Seharusnya


Dari uraian di atas, maka arti damai bukan sekedar suasana tenang. Jika damai diartikan
sebatas suasana, maka jangan heran damai tak pernah terwujud. Karena tidak mempraktikan
damai sesuai arti yang sesungguhnya.

Keluarga Damai Jika Kembali pada Posisi yang seharunya


Jika suami menjalankan fungsi dan tanggung jawab sebagaimana seharusnya, maka secara
otomatis keluarga akan mengalami damai. Istri juga demikian dan anak-anak kembali pada posisi
yang seharusnya, yakni menjalankan fungsi dan tanggung jawab sebagaimana seharusnya maka
keluarga mengalami kedamaian.

Gereja Damai Jika Kembali pada Posisi yang seharunya


Hamba Tuhan (pendeta) majelis dan jemaat memahami fungsi dan tanggung jawab dan
menjalankan fungsi tanggung jawab tersebut sebagaimana yang seharusnya, maka gereja akan
hidup damai dan mengalami kedamaian.

Negara Damai Jika Kembali pada Posisi yang seharunya


Pemerintah, parleman, tokoh agama/organasisi dan masyarakat memahami fungsi dan
tanggung jawab dan menjalankannya sebagaimana yang seharusnya maka negara akan damai.
Khusus bangsa Indoensia, fungsi dan tanggung jawab semua elemen sesuai dengan amanat
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Pancasila Sila pertama mengamanatkan kepada seluruh
masyarakat Indonesia agak memercayai Ketuhanan Yang Maha Esa. Jika semua fokus pada
Ketuhanan Yang Maha Esa, maka tidak ada konflik Agama di Indoneesia. Tidak ada gesekan
mayoritas dan minorotas. Kemuadan UUD 45 mengamanatkan bahwa semua warga negara bebas
beragama. Jika semua elemen masyarakat Indoensi kembali pada posisi yang seharusnya
sebagaimana yang diamantkan UUD 45 maka Indonesia amak tanpa konflik.

Penutup
1. Krisis atau kehilangan damai disebabkan karena fungsi dan tanggung jawab masing-masing tidak
sesuai rel.
2. Damai artinya kembali pada posisi yang seharusnya/sebagaimana mestinya; hidup sesuai
dengan fungsi dan tanggung jawab sebagaimana seharusnya.
3. Damai hanyalah akibat dari fungsi dan tanggung jawab yang dijalankan sebagaiman seharusnya.

Jika kita ingin damai; di keluarga, di gereja, di asrama/kampus, dan di negera, maka satu-
satunya cara hanya dengan kembali pada posisi yang seharusnya, yakni menjalankan fungsi dan
tanggung jawab sebagaimana seharusnya.

Anda mungkin juga menyukai