Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
“MENOPOUSE”
DI RSUD RUPIT KAB. MUSI RAWAS UTARA

Disusun Oleh :
Nama :Nurul
Npm : 23.1490114.37

Dosen Pembimbing: Ns.Yunita Liana,S.kep M.Kes

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN MENOPAUSE

a. Pengertian
Menopause berasal dari bahasa yunani yang berarti ‘bulan’ dan ‘berhenti’
berkaitan dengan fase menstruasi pada wanita. Sebagian wanita mulai
menjalani fase premenopause pada usia 40 tahun dan puncaknya pada usia
50 tahun, setelah itu terjadi fase menopause (Siregar 2018). Menopause
merupakan keadaan dimana seorang perempuan tidak lagi mengalami
menstruasi yang terjadi pada rentang usia 50 sampai 58 tahun atau lebih.
Pada masa ini merupakan kondisi yang sangat kompleks bagi perempuan
karena akan mengalami perubahan kesehatan fisik yang akan
mempengaruhi kesehatan psikologisnya (Harlow 2012). Menurut WHO
menopause diartikan sebagai tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan
berturut-turut yang diakibatkan ovarium secara progresif telah gagal dalam
memproduksi hormon esterogen, hingga folikel dalam ovarium mengalami
penuruan aktivitas yang dapat menyebabkan menstruasi berhenti.
b. Penyebab
Menopause terjadi karena indung telur mengalami penuaan, penuaan
ovarium ini menyebabkan produksi hormon esterogen menurun sehingga
terjadi kenaikan hormon luteinizing hormone LH dan follicle stimulating
hormone FSH. Peningkatan hormon FSH ini menyebabkan fase folikular
dari siklus menstruasi memendek sampai menstruasi tidak terjadi lagi
(Hekmawati 2016). Menurut WHO berhentinya siklus mentruasi untuk
selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami mentruasi setiap
bulan, yang disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia (oosit
mati tanpa melalui ovulasi) terus meningkat sampai tidak tersedia lagi.
c. Patofisiologi
Siklus mentruasi pada wanita dikontrol oleh dua hormon yang diproduksi
di kelenjar hipofisis yang ada di otak (luteinizing hormone LH dan follicle
stimulating hormone FSH) dan dua hormon yang dihasilkan oleh ovarium
(esterogen dan progesterone). Saat menjelang menopause FSH dan LH
akan terus diproduksi oleh kelenjar hipofisis secara normal, namun karena
ovarium semakin tua tidak dapat merespon FSH dan LH sebagaimana yang
seharusnya, sehingga menyebabkan esterogen dan progesteron yang di
produksi semakin berkurang. Menopause terjadi ketika kedua ovarium
tidak dapat menghasilkan hormon esterogen dan progesteron dalam jumlah
yang cukup untuk bisa mempertahankan siklus mentruasi (Novianty 2017)
d. Jenis-jenis Menopause
1) Menopause Premature
Terjadi pada usia dibawah 40 tahun ditandai dengan terjadinya
perhentian masa menstruasi sebelum tepat pada waktunya, disertai
dengan tanda hot flushes (perasaan panas yang datang tiba-tiba,
berkeringat, wajah memerah, jantung berdebar, kesemutan) serta
peningkatan kadar hormon gonadotropin (hormon perangsang LH dan
FSH).
2) Menopause Normal
Terjadi secara alami dan umumnya terjadi pada usia diakhir 40 tahun
atau di awal 50 tahun.
3) Menopause Terlambat
Usia menopause pada umumnya adalah usia 52 tahun, seorang wanita
yang masih memiliki siklus mentruasi pada usia 52 tahun diakibatkan
karena adanya faktor konstitutional (obesitas,dll), faktor penyakit
fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan esterogen,
dapat mengakibatkan karsinoma pada seviks (Mulyani 2013).
e. Tanda & gejala
Menurut Brown, mengidentifikasi tanda dan gejala menopause terdapat 3
gejala yaitu, gejala fisik, psikologis, dan seksual.

1) Gejala Fisik
Gejala fisik dapat timbul pada wanita menopause, kejadian yang paling
sering terjadi yaitu hot flushes (rasa panas tiba-tiba, pada wajah leher,
dada yang berlangsung beberapa menit, merangsang pusing, lemah,
sakit), berkeringat di malam hari, berdebar-debar, susah tidur, keinginan
buang air kecil menjadi lebih sering, tidak nyaman ketika buang air
kecil kadang terjadi inkontensia.
2) Gejala Psikologis
Selain gejala fisik, dampak psikologis juga sering dialami oleh wanita
yang mengalami menopause, dapat terjadi seperti mudah tersinggung,
depresi, cemas yang berlebih, dan mood (suasana hati) yang tidak
menentu, menurun ingatan atau sering lupa, susah berkonsentrasi.
3) Gejala Seksual
Gejala seksual juga dapat mengalami perubahan pada wanita
menopause, dapat berupa kekeringan vagina, mengakibatkan rasa tidak
nyaman selama berhubungan seksual, dan menurunnya libido sehingga
gairah dengan pasangan akan menurun (Mulyani 2013).
f. Penatalaksanaan
Tidak terdapat penatalaksanaan khusus dalam menangani masalah
menopause pada wanita, karena merupakan proses yang alami pasti terjadi
pada wanita bergantung pada siklusnya, namun ada beberapa aspek yang
harus diperhatikan agar proses yang di alami berjalan dengan normal dan
tidak menimbulkan dampak yang merugikan. Penatanalaksanaan yang
dapat dilakukan yaitu:
1) Pendidikan kesehatan sesuai tahap perkembangan dengan cara
meningkatkan pengetahuan wanita akan kondisi yang di alami saat ini
serta yang akan di alami di masa mendatang, kurangnya pengetahuan
mengakibatkan stress meningkat pada wanita, kondisi stress sangat
berpengaruh terhadap perubahan fisik wanita menopause, dengan
mengertinya akan kondisi yang dialami pencegahan kejadian yang tidak
di inginkan akan dapat terhindari.
2) Menjaga kesehatan fisik merupakan aspek yang utama harus di
jalankan, karena berdampak pada perubahan fisik serta siklus normal
yang akan di alami seorang wanita bergantung pada kondisi sehat
wanita tersebut, serta respon dari berbagai penyakit akan sangat
berdampak dan saling mempengaruhi pada siklus menstruasi pada
wanita.
3) Pendidikan kesehatan keluarga terutama pada pasangan, memberikan
pemahaman terkait pemenuhan kebutuhan seksualitas, sebagai upaya
preventif dalam peningkatan life expectacy pada masa premenopause.
Dimana hubungan seksual bukan merupakan satu-satuya cara
ungkapkan seksualitas, kepuasan semata oleh pasangan, melainkan
komunikasi yang baik antara suami dan istri diperlukan sebagai salah
satu upaya peningkatan harmonisasi dan kulalitas hubungan dalam
keluarga (Koeryaman 2018).
g. Patway

Premenopause Penipisan folikel Fase folikuler pendek Ovulasi


saat menstruasi
Fertilisasi
FSH & LH Peningkatan
terus di kadar
Progesteron Esterogen Inhibitor produksi gonadotropin
Corpus Estradiol
luteum
Menoapuse

Tulang

Vasomotor Urogenital

Norepinephrine Serotin Sintesis Aliran darah Apoptosis Sekresi OPG


kolagen epitelium osteoclast oleh osteoblas
vagina
Hot flushes,
keringat dingin Maturasi
Vagina kering, osteoclast
malam hari,
iritrasi, resiko
gangguan tidur
infeksi, gangguan
perkemihan Resorpsi pembentukan
Stressor Gangguan tulang
meningkat rasa nyaman Gangguan Resiko
eliminasi Infeksi Dekalsifikasi
urine (pengapuran)
Koping tidak
efektif Disfungsi
Seksualitas Gangguan
seksual Osteoporosis
menurun (libido) mobilitas fisik
ASUHAN KEPERAWATAN MENOPAUSE

1. Data pengkajian
1) Identitas pasien
Meliputi : nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin, status
perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, rekam medis, dan lain-lain.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, usia, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
3) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan menggagu klien.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Proses keluhan muncul yang biasanya pasien rasakan ketika datang
klinik atau kerumah sakit. Pada klien menopause biasanya tidak
diperlukan penanganan medis lanjutan, dikaji menyuluruh keluhan
perubahan perubahan yang dirasakan klien, terutama keluhan yang
di alami pada masa pra menopause hingga menopause.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah memiliki riwayat penyakit yang pernah dialami klien,
biasanya seperti keputihan, hipertensi, diabetes mellitus,
HIV/AIDS.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang pernah di alami keluarga, biasanya berfokus
pada pengaruh genetika, seperti penyakit yang dapat menurun dari
orang tua.
e) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, usia klien saat
perkawinan, lama perkawinan, status perkawinan.
f) Riwayat menstruasi
1) Menarche (menstruasi pertama yang dialami klien), Perlu dikaji
untuk mengetahui usia terjadinya menopause, karena wanita
yang mengalami menarche lebih awal akan mengalami
menopause pada usia lebih muda, secara normal menstruasi
berlangsung pada usia 11-16 tahun.
2) HPMT (Hari Pertama Menstruasi Terakhir), Menentukan kapan
wanita mengalami masa menopause, biasanya terjadi antara usia
45-50 tahun.
3) Siklus menstruasi, dikaji untuk mengetahui lama kaitan siklus
yang akan di hadapi saat premenopause hingga menopause,
biasanya ketika premenopouse akan mengalami perubahan
siklus.
4) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi (makan dan minum)
Mengetahui kebiasaan makan dan minum, berapa banyak porsi
yang biasa di habiskan.
b) Personal hygiene
Mengetahui kebersihan tubuh, termasuk genitalia, mencegah resiko
infeksi, menjaga integritas kulit tetap baik, terutama daerah
genitalia.
c) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas sehari-hari, kebutuhan yang dibantu
atau dilakukan secara mandiri.
d) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat tidur klien, peningkatan dan
penurunan kebutuhan tidur yang berubah karena respon
menopause.
e) Seksualitas
Perubahan perilaku seksualitas dengan pasangan, pemenuhan
kebutuhan hubungan dengan pasangan, tidak harus dengan
berhubungan badan, berkaitan dengan rasa sayang dan gairah
terhadap pasangan.
5) Keadaan psikososial
Hal ini biasa ditunjukkan dengan penerimaan klien terhadap
penyakitnya dan harapan terhadap kondisi yang akan dijalani,
hubungan antara klien dengan suami atau anggota keluarga terkait
sumber keuangan. Hal yang perlu dikaji juga yaitu ekspresi klien
seperti ekspresi yang murung ataupun sedih, serta keluhan yang
menyatakan bahwa klien merasa tidak nyaman dengan kondisi yang
dialami.
6) Pengkajian fisik
a) Keadaan Umum klien
Diamati pada saat pertama kali bertemu, kondisi kesadaran dan
kelemahan klien.
b) Tanda-tanda vital
Berat badan & tinggi badan
Tekana darah
Suhu
Frekuensi pernafasan
Denyut nadi
c) Pemeriksaan fisik
Kepala (rambut, mata, mulut, hidung, telinga, leher)
Dada (adanya masa tambahan, perubahan bentuk)
Abdomen (seluruh kuadran, apakah ada keluhan)
Ekstremitas atas dan bawah (kana dan kiri, kekuatan otot, kekuan
sendi)
7) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah lengkap, termasuk cek gula darah
b) Kolnoskopi, mengetahui adanya kelainan, perlukaan genitalia.
c) Histereskopi, mengetahui kelainan pada ruang rahim
d) Ultrasonografi, mengetahui kelainan abdomen umum, ginjal, hati,
indung telur, rahim, serta payudara.
e) Mammografi, mengetahui kelainan husus payudara.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidak mampuan menilai dan merespon stressor yang
dialami akibat perubahan fisik dan kurangnya pengetahuan ditandai dengan mengungkapkan tidak
mampu menyelesaikan masalah, mekanisme koping tidak sesuai.
2) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan perasaan kurang senang dalam dimensi fisik psiko
sosial ditandaidengan mengeluh tidak nyaman, gelisah, gangguan tidur, mual, muntah.
3) Gangguan eliminasi urine berhubungan penurunan fungsi genitalia akibat menopouse ditandai
dengan distensi kandung kemih, inkontensia, nokturia.
4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan menopouse yang berdampak pada proses
penurunan fungsi tubuh, hingga terjadi osteoporosis ditandai dengan keterbatasan ekstremitas,
kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun.
5) Disfungsi seksual berhubungan denganperubahan fungsi seksual karena menopouse penurunan
libido, berupa hasrat dengan pasangan.
6) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi genitalia, vagina kering dan iritasi.
RENCANA KEPERAWATAN

NO. MASALAH RENCANA


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Koping tidak efektif Status Koping Dukungan pengambilan keputusan
berhubungan dengan ketidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 Observasi
mampuan menilai dan jam diharapkanStatus koping membaik dengan : 1. Identifikasi persepsi mengenai
merespon stressor yang Keterangan : masalah dan informasi yang memicu
dialami akibat perubahan Kriteria hasil Awal Akhir Tujuan konflik
fisik dan kurangnya kemampuan memenuhi 1 5 5 Terapeutik
pengetahuan ditandai dengan peran sesuai usia 1. Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan
mengungkapkan tidak meningkat harapan yang membantu membuat
mampu menyelesaikan Perilaku koping adaptif 1 5 5 pilihan
masalah, mekanisme koping meningkat 2. Diskusikan kelebihan dan kekurangan
tidak sesuai Verbalisasi kemampuan 1 5 5 dari setiap solusi
mengatasi masalah 3. Fasilitasi melihat situasi secara
meningkat realistic
Verabalisasi pengakuan 1 5 5 4. Motivasi mengungkapkan tujuan
masalah meningkat perawatan yang diharapkan
Verbalisasi kelemahan 1 5 5 5. Fasilitasi pengambilan keputusan
diri meningkat secara kolaboratif
Perilaku asertif 1 5 5 6. Hormati hak pasien untuk menerima
meningkat atau menolak informasi
Verbalisasi 1 5 5 7. Fasilitasi menjelaskan keputusan
menyalahkan orang lain kepada orang lain, jika perlu
menurun 8. Fasilitasi hubungan antara pasien,
Verbalisasi rasionalisasi 1 5 5 keluarga, dan tenaga Kesehatan
kegagalan menurun lainnya
Hipersensitif terhadap 1 5 5 Edukasi
kritik menurun 1. Jelaskan alternatif solusi secara jelas
Skala Indikator: 2. Berikan informasi yang diminta
1. Berat pasien
2. Cukup Berat Kolaborasi
3. Sedang 1. Kolaborasi dengan tenaga Kesehatan
4. Ringan lain dalam memfasilitasi pengambilan
5. Tidak ada keputusan
Dukungan penampilan peran
Observasi
1. Identifikasi berbagai peran dan
periode transisi sesuai tingkat
perkembangan
2. Identifikasi peran yang ada dalam
keluarga
3. Identifikasi adanya peran yang tidak
terpenuhi
Terapeutik
1. Fasilitasi adaptasi peran keluarga
terhadap perubahan peran yang tidak
diinginkan
2. Fasilitasi bermain peran dalam
mengantisipasi reaksi orang lain
terhadap perilaku
3. Fasilitasi diskusi perubahan peran
anak terhadap bayi baru lahir, jika
perlu
4. Fasilitasi diskusi tentang peran orang
tua, jika perlu
5. Fasilitasi diskusi tentang adaptasi
peran saat anak meninggalkan rumah,
jika perlu
6. Fasilitasi diskusi harapan dengan
keluarga dan peran timbal balik
Edukasi
1. Diskusikan perilaku yang dibutuhkan
untuk pengembangan peran
2. Diskusikan perubahan peran yang
diperlukan akibat penyakit atau
ketidakmampuan
3. Diskusikan perubahan peran dalam
menerima ketergantungan orang tua
4. Diskusikan strategi positif untuk
mengelola perubahan peran
5. Ajarkan perilaku baru yang
dibutuhkan oleh pasien/orang tua
untuk memenuhi peran
Kolaborasi
1. Rujuk dalam kelompok untuk
mempelajari peran baru
Promosi koping
Observasi
1. Identifikasi kegiatan jangka pendek
dan Panjang sesuai tujuan
2. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
3. Identifikasi sumber daya yang
tersedia untuk memenuhi tujuan
4. Identifikasi pemahaman proses
penyakit
5. Identifikasi dampak situasi terhadap
peran dan hubungan
6. Identifikasi metode penyelesaian
masalah
7. Identifikasi kebutuhan dan keinginan
terhadap dukungan sosial
Terapeutik
1. Diskusikan perubahan peran yang
dialami
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
3. Diskusikan alasan mengkritik diri
sendiri
4. Diskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan mengevaluasi
perilaku sendiri
5. Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
6. Diskusikan risiko yang menimbulkan
bahaya pada diri sendiri
7. Fasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan
8. Berikan pilihan realistis mengenai
aspek-aspek tertentu dalam perawatan
9. Motivasi untuk menentukan harapan
yang realisti
10. Tinjau Kembali kemampuan dalam
pengambilan keputusan
11. Hindari mengambil keputusan saat
pasien berada dibawah tekanan
12. Motivasi terlibat dalam kegiatan
sosial
13. Motivasi mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
14. Damping saat berduka (mis: penyakit
kronis, kecacatan)
15. Perkenalkan dengan orang atau
kelompok yang berhasil mengalami
pengalaman sama
16. Dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
17. Kurangi rangsangan lingkungan yang
mengancam
Edukasi
1. Anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan
sama
2. Anjurkan penggunaan sumber
spiritual, jika perlu
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
4. Anjurkan keluarga terlibat
5. Anjurkan membuat tujuan yang lebih
spesifik
6. Ajarkan cara memecahkan masalah
secara konstruktif
7. Latih penggunaan Teknik relaksasi
8. Latih keterampilan sosial, sesuai
kebutuhan
9. Latih mengembangkan penilaian
obyektif
NO. MASALAH RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Terapi Relaksasi
nyaman berhubungan diharapkan tingkatkenyamanan meningkat dengan : Observasi
dengan perasaan kurang Keterangan : 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
senang dalam dimensi Kriteria hasil Awal Akhir Tujuan ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
fisik psiko sosial Keluhan tidak nyaman 1 5 5 gejala lain yang mengganggu
ditandaidengan menurun kemampuan kognitif
mengeluh tidak nyaman, Gelisah menurun 1 5 5 2. Identifikasiteknik relaksai yang pernah
gelisah, gangguan tidur, Skala Indikator: efektif digunakan
mual, muntah. 6. Berat 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan,
7. Cukup Berat dan penggunaan teknik sebelumny
8. Sedang 4. Periksa ketegangan otot, frekuensi
9. Ringan nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
10. Tidak ada dan sesudah latiha
5. Monitor respon terhadap terapi relaksai
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan yang tenag dan
tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksas
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan nalgesik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
(mis. musik, meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan
sensai relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
NO. MASALAH RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
3. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Manajemen Eliminasi Urine
urine berhubungan diharapkan“kontinensia urin membaik dengan : Observasi
penurunan fungsi Keterangan : 1. Identifkasi tanda dan gejala
genitalia akibat Kriteria hasil Awal Akhir Tujuan retensi atau inkontinensia urine
menopouse ditandai Kemampuan mengontrol 1 5 5 2. Identifikasi faktor yang
dengan distensi kandung urin meningkat menyebabkan retensi atau
kemih, inkontensia, Nokturia menurun 1 5 5 inkontinensia urine
nokturia. Residu volume urine 1 5 5 3. Monitor eliminasi urine
setelah berkemih menurun (mis. frekuensi, konsistensi, aroma,
Dribbling menurun 1 5 5 quantity, dan warna)
Hesistancy menurun 1 5 5 Terapeutik
Enuresis menurun 1 5 5 1. Catat waktu-waktu dan
Kemampuan menunda 1 5 5 haluaran berkemih
pengeluaran urin membaik 2. Batasi asupan cairan, jika
Frekuensi berkemih 1 5 5 perlu
membaik 3. Ambil sampel urine
Sensasi berkemih membaik 1 5 5 tengah (midstream) atau kultur
Skala Indikator: Edukasi
11. Berat 1. Ajarkan tanda dan gejala
12. Cukup Berat infeksi saluran kemih
13. Sedang 2. Ajarkan mengukur asupan
14. Ringan cairan dan haluaran urine
15. Tidak ada 3. Anjurkan mengambil
specimen urine midstream
4. Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
6. Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada kontraindikasi
7. Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
suposituria uretra jika perlu
Daftar pustaka
Harlow, Sioban D, PhD. 2012. Executive Summary of The Stage of
Reproductive Aging. Menopause. The Journal of The North American
Menopause Society Vol 19, No.4. DOI:10.1097/gme.0b013e31824d8f40.
Hekmawati, Selvia. 2016. Gambaran Perubahan Fisik dan Psikologis pada
Wanita Menopause di Posyandu Desa Pabelan Surakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Koeryaman, Mira Trisyani. Ermiati. 2018. Adaptasi Gejala Perimenopause dan


Pemenuhan Kebutuhan Seksualitas Wanita. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan.
Universitas Padjajaran Jawa Barat.
Mulyani, N.S. 2013. Menopause Akhir Siklus Mentruasi pada Wanita di Usia
Pertengahan. Yogyakarta. Nuha Medika.
Novianty, Nadya Resiana. 2017. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tingkat
Stress pada Wanita Menopause di Desa Kedungrejo Kecamatan Pakis.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Siregar, Nurmaizar. 2018. Kualitas Hidup Wanita Menopause ditinjau dari
Dukungan Sosial di Kelurahan Sempakata Padang Bulan Medan. Fakultas
Psikologi Universitas Prima Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai