PERIKANAN
PERIKANAN
OLEH
DOSEN PENGAMPU:
Puji dan syukur di panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat anugerah-nya proposal yang berjudul “ANALISIS KEPUASAN NELAYAN
SECARA EKONOMI TERHADAP HASIL TANGKAPAN TRAWL DI KUALA
TUNGKAL” dapat di susun tepat pada waktunya. Proposal ini berisi tentang uraian
penjabaran mengenai tingkat kepuasan nelayan di kuala tungkal terhadap alat tangkap
trawl.
Adapun tujuan disusunnya proposal ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Teknik Penulisan Ilmiah serta untuk mencari tahu bagimana penggunaan alat
tangkap trawal dan tingkat kepuasan masyarakat. Penyusunan Proposal ini di susun atas
bantuan dosen pengampu mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah, terima kasih yang
sebesar-besarnya karena telah mamberikan waktu, tenaga dan pengetahuan yang sangat
berharga, terima kasih untuk seluruh pihak yang turut serta dalam penyusunan.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang............................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.3 Hipotesis.......................................................................................................................3
1.4 Tujuan..........................................................................................................................3
1.5 Manfaat........................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................5
2.1 Krangka Teori............................................................................................................5
2.1.1 Trawl .....................................................................................................................5
2.1.2 Hasil Tangkapan...................................................................................................6
2.1.3 Nelayan..................................................................................................................7
2.1.4 Sosial Ekonomi......................................................................................................9
2.1.5 Penelitian Terdahulu............................................................................................10
2.2 Krangka Teori.............................................................................................................11
2.2.1 Tingkat Kepuasan................................................................................................11
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi................................................................................12
2.2.3 Dampak.................................................................................................................13
2.2.4 Solusi......................................................................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................................14
3.1 Tempat dan Waktu....................................................................................................14
3.2 Materi dan Peralatan.................................................................................................14
3.3 Metode.........................................................................................................................14
3.4 Rancangan Penleitian................................................................................................15
3.5 Perubahan yang Diamati...........................................................................................15
3.6 Analisis Data...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................17
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki lautan yang lebih luas dari
daratannya. Dimana garis pantainya sepanjang 91.181 km, serta memiliki pulau besar dan
pulau – pulau kecil sebanyak 17.504 pulau. Wilayah perairan laut Indonesia luasnya adalah
5,8 juta km2 yang meliputi perairan kepulauan seluas 2,8 juta km2, perairan teritorial 0,3
juta km2 dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km2 (Sudirman,
2013).
Provinsi Jambi yang memiliki panjang garis pantai ± 210 km, yang terdapat pada
dua kabupaten yaitu Kab.Tanjung Jabung Barat ± 19 km dan Kab. Tanjung Jabung Timur
± 191 km. Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan salah satu sentra usaha perikanan
yang memiliki luas wilayah 5.503 km² dan terdiri dari 28.763 Ha yang merupakan daerah
pasang surut. Memiliki potensi perikanan dan kelautan yang luasnya mencapai 9.250 km²
terdiri dari Perairan umum/laut yang dapat dieksploitasi secara optimal (Dinas Perikanan
dan Kelautan Provinsi Jambi, 2017).
Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di
Provinsi Jambi yang terkenal dengan usaha perikanan tangkapnya yang terpusat pada
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kuala Tungkal sebagai tempat pendaratan hasil
tangkapan. PPP Kuala Tungkal terletak di tepi Sungai Pengabuan, Kuala Tungkal, Desa
Tungkal I Kec. Tungkal Ilir. Nelayan di PPP Kuala Tungkal masih melakukan operasi
penangkapan ikan secara tradisional dengan alat tangkap utama yang digunakan adalah
gillnet, trawl mini, sondong dan togok (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jambi,
2017).
Alat tangkap trawl masuk dalam klasifikasi pukat hela menurut peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan No 6 tahun 2010 tentang klasifikasi alat penangkap ikan
di WPP RI. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 2 tahun 2015
tentang pelarangan penggunaan alat tangkap pukat hela dan pukat tarik di WPPRI alat
tangkap Trawl merupakan alat tangkap yang dilarang. Penggunaan alat tangkap ini dapat
mengancam kelestarian sumberdaya ikan. Alat tangkap mini trawl di Kuala Tungkal, ibu
kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat, merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan
iv
untuk menangkap udang sebagai hasil tangkapan utama. Hasil tangkapan sampingan
berupa ikan demersal, kerang dan cumi-cumi. Diestimasikan jumlah hasil tangkapan
sampingan mini trawl jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tangkapan utama
(Direktorat Jenderal Perikanan, 1995).
Usaha penangkapan ikan oleh nelayan di TPI, Tanjung Jabung Barat, merupakan
usaha yang bersifat komersial (profit oriented) yang lebih menekan pada besarnya benefit
atau keuntungan yang diperoleh dari operasional usaha tersebut. Pengelolaan wilayah
perairan TPI Tanjung Jabung Barat untuk unit usaha penangkapan dengan trawl memiliki
masalah yang timbul di dalam usaha penangkapan dengan Small Trawl yaitu bagaimana
alat tangkap Small Trawl dapat terus digunakan dalam usaha penangkapan ikan dengan
menghasilkan target penangkapan yang layak dalam memenuhi skala usaha secara
ekonomi dengan mengeluarkan biaya yang sedikit tanpa merusak ekosistem di perairan
dan minim menghasilkan by catch yang tertangkap.
Nelayan di Tungkal Ilir menurut jenis alat tangkapnya ada 6 yaitu nelayan togok, nelayan
sondong, nelayan gillnet, nelayan trawl, nelayan rawai dan nelayan bubu. Pada tahun 2011
nelayan trawl merupakan nelayan terbanyak yaitu 106 orang dan mengalami penyusutan
pada tahun 2015 menjadi 20 orang.
1.3 Hipotesis
1.4 Tujuan
1.1 Manfaat
Manfaat dari menulisan proposal ini untuk membantu pembaca untuk lebih memahami
v
bagaimana dari hasil analisis kepuasan penggunaan trawl dalam bidang pendapatan
nelayan yang ada di Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat serta sebagi pedoman untuk
cara meningkatkan hasil pendapatan nelayan.
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Krangka Teori
2.1.1 Trawl
Pengertian trawl adalah alat tangkap ikan yang terbut dari jaring, berbentuk kerucut
(cone shape net) dengan salah satu ujung terbuka lebar sebagai mulut dan semakin kecil
ujung yang lain sebagai kantong, yang dapat dibuka atau ditutup. Jaring berbentuk kerucut
ini ditarik di sepanjang dasar perairan dengan kecepatan dan jangka waktu tertentu, untuk
menangkap ikan ikan dasar (Nedelec & Prado 1990). Mulut jaring dapat terbuka lebar oleh
papan pembuka (otter board) yang diikatkan pada kedua sisi mulut, dan terbuka tegak oleh
pelampung pada tali pelampung di pinggir atas mulut dan pemberat pada tali pemberat di
pinggir bawah mulut jaring (Food and Agriculture Organization, 1995). Dengan mulut
jaring yang terbuka lebar selama ditarik, jaring akan menelan semua benda yang
dilewatinya, sehingga alat tangkap ini digolongkan sebagai alat tangkap yang tidak
selektif.
Pukat Hela (Trawl mini) merupakan alat tangkap yang berbentuk empat persegi
ataupun kerucut, dua lembar saya (wing), dihubungkan dengan tali penarik (warp). Jaring
ini ditarik horizontal di dalam air karena mendapat/menerima tahanan dari air mulut jaring
terbuka: keadaan ini diusahakan agar tetap terpelihara selama operasi dilakukan, Ayodhyoa
(1981).
Dalam proses pengoperasian, alat tangkap trawl memiliki efek penggiringan untuk
mengumpulkan ikan kearah bagian mulut jaring dengan menggunakan repulsi dari tarikan
otter board dan sapuan tali yang menimbulkan kekeruhan (sand clouds). Selama penarikan
jaring (towing), bagian depan jaring (mulut jaring, sayap, dan otter board) tidak senantiasa
menempel ke dasar. Adanya arus, gerakan tarikan, dan kontur dasar menjadikan adanya
ruangan antara dasar perairan dengan trawl. Meski demikian sampai saat ini trawl dasar
vii
merupakan alat tangkap yang paling efektif untuk menangkap kelompok ikan demersal
yang berada di dasar ataupun dekat dasar periran. (Surahman & Rahmat 2019).
Pukat hela adalah alat tangkap yang dilarang dioperasikan berdasarkan peraturan
menteri nomor 02/PERMEN-KP/2015 yang menyatakan bahwa alat tangkap yang sifatnya
ditarik dilarang untuk dioperasikan. Pukat hela merupakan salah satu alat tangkap yang
dioperasikan nelayan yang berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat khususnya daerah
Kuala Tungkal. Pada tahun 2016 berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan setempat
jumlah alat tangkap pukat hela (trawl mini) sebanyak 162 unit yang terdiri dari 79 alat
penggaruk berkapal (trawl) dan 83 pukat hela pertengahan.
Operasional Trawl dimauali dengan berikut:
Setting
Dalam proses setting posisi kapal bergerak maju dengan kecepatan ± 3 knot.
Kantong jaring menjadi bagian pertama diturunkan ke laut hingga ujung jaring, kemudian
diikuti otter board yang berfungsi sebagai pembuka bagian mulut jaring trawl. Panjang
wire yang diarea berkisaran antara 3 hingga 4 kali kedalaman perairan.
Touwing
Selama proses touwing memerlukan waktu ± 1jam. Kapal bergerak maju sampai
batas waktu yang sudah ditentukan.
Hauling
Kapal bergerak maju dengan kondisi winch menarik tali wire hingga otter board
dan jaring terangkat semuanya. Untuk membuka kantong jaring, kantong jaring di angkat
dengan winch hingga posisi kantong menggantung kemudiaan tali kantong ditarik hingga
semua isi kantong keluar di deck buritan kapal. Kegiatan aspek operasional trawl
dilaksanakan waktu penangkapan ikan siang dan malam hari.
Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi dengan Luas Wilayah
Laut 44,496 km² dengan panjang garis pantai ± 210 km, mengandung potensi Perikanan
Tangkap sebesar 114.036 ton/tahun, dengan potensi lestari sebesar 71.820 ton/tahun.
Kegiatan penangkapan ikan di Perairan Kuala Tungkal saat ini, 85% didominasi oleh
perikanan skala kecil (Wiyono, 2011). N
vii
i
Gambar 2 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama untuk alat tangkap trawl adalah ikan Bawal putih sedangkan
hasil tangkapan tak terduga dari alat tangkap trawl adalah Ikan Tenggiri. (lisna., et.,al
2018). Pukat Hela demersal merupakan alat tangkap yang umum digunakan pada
perikanan skala industri tetapi juga oleh nelayannelayan kecil. Jumlah bycatch dan discards
ditaksir sekitar 332.186 ton/tahun Purbayanto et al.(2004)
Penetapan hasil tangkapan utama (main catch), sampingan (by-catch) dan dibuang
(discard) berdasarkan wawancara terhadap nelayan. Hasil tangkapan utama merupakan
hasil tangkapan yang diinginkan oleh nelayan. Hasil tangkapan sampingan merupakan
hasil tangkapan yang tidak diinginkan oleh nelayan, tetapi ada sebagian hasil tangkapan
sampingan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan ada pula sebahagian hasil tangkapan
itu dibuang ( Farhan et.,al 2020).
Hasil tangkapan utama pukat hela adalah sebesar 45.383 ekor yaitu jenis
udangudangan antara lain: udang loreng (Parapenaeopsis sculptilis) 12.119 ekor, udang
merah (Parapenaeus longirostris) 19.711 ekor, udang peci (Penaeus merguiensis) 800 ekor,
udang kuning (Metapenaeus brevicornis) 12528 ekor, udang agogo (Penaeus indicus) 36
ekor, dan udang mantis (Squilla mantis) 189 ekor ( Farhan et.,al 2020).
2.1.1 Nelayan
ix
Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat Indonesia yang
hidup dengan mengelola potensi sumberdaya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang
tinggal dikawasan pesisir, masyarakat nelayan mempunyai karakteristik sosial
tersendiriyang berbeda dengan masyarakat yang tinggal diwilayah daratan. Dibeberapa
kawasan pesisir yang relatif berkembang pesat, struktur masyarakatnyabersifat
heterogen, memiliki etos kerja yang tinggi, solidaritas sosial yang kuat terbuka terhadap
perubahan dan memiliki karakteristik interaksi sosial yang mendalam. Sekalipun
demikian masalah kemiskinan masih mendera sebagian warga masyarakat pesisir,
sehingga fakta sosial ini terkesan ironi ditengah-tengah mereka memiliki hasil kekayaan
sumberdaya pesisir danlautan yang melimpah ruah. (Fargomeli, F. 2014)
Sebagai sebuah entitas sosial, masyarakat nelayan memiliki sistem budaya yang
tersendiri dan berbeda dengan masyarakat lain yang hidup didaerah pegunungan,
lembah atau dataran rendah maupun perkotaan (Kusnadi, 2004). Masyarakat nelayan
yaitu suatu masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama
adalah memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang terdapat di dalam lautan, baik
itu berupa ikan, udang, rumput laut, kerang-kerangan, terumbu karang dan hasil
kekayaan laut lainnya. Masyarakat nelayan memiliki karakteristik khusus yang
membedakan mereka dari masyarakat lainnya, yaitu karakteristik yang terbentuk dari
kehidupan di lautan yang sangat keras dan penuh dengan resiko, terutama resiko yang
berasal dari faktor alam. Wilayah pesisir diketahui memiliki karakteristik yang unik dan
memiliki keragaman potensi sumberdaya alam, baik hayati maupun non-hayati yang
sangat tinggi. Oleh sebab itu, laju pertambahan jumlah nelayan di Indonesia sangat
pesat. (Rosni, R. 2017).
10
Nelayan Tradisional adalah Nelayan yang melakukan Penangkapan Ikan di perairan
yang merupakan hak Perikanan tradisional yang telah dimanfaatkan secara turun-
temurun sesuai dengan budaya dan kearifan lokal.”
Sosial ekonomi merupakan suatu kedudukan atau posisi dalam masyarakat yang
ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan dan pendidikan. Sedangkan Sosial
ekonomi menurut Soerjono Soekanto adalah posisi seseorang dalam masyarakat yang
berkaitan dengan orang lain dalam artian lingkuangan pergaulan, prestasinya, hak-hak
dan kewajibannya yang berhubungan dengan sumber daya. Kondisi sosial ekonomi
masyarakat ditandai dengan adanya saling kenal mengenal antar satu dengan yang lain,
paguyuban, sifat gotong royong, dan kekeluargaan. (Basrowi 2010)
11
oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukkan oleh perubahan output nasional.
Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi untuk
mencapai penambahan output , yang diukur menggunakan Produk Domestik Bruto
(PDB) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah.
(Raharjo & Adismata 2013).
12
2.2 Krangka Teori
2.2.1Tingkat Kepuasan
13
Berdasarkan buku panduan survei kepuasan konsumen PT Sucofindo dalam
Fheruati (2004), tingkatkepuasan pelanggan (nelayan) secara keseluruhan dapat dilihat dari
kriteria tingkat kepuasan pelanggan atau konsumen, dengan kriteria sebagai berikut :
0,00 - 0,34 : Tidak
Berdasarkan hasil pemetaan pada diagram kartesius terdapat 8 atribut yang berada
pada, yaitu ketersediaan jumlah (solar, air bersih, dan es) , kesesuaian jumlah produk (solar
dan es) yang dikirim, ketepatan waktu pengiriman (solar) , kecepatan proses pengiriman
(solar) , sistem penerimaan keluhan (air bersih) , pengetahuan petugas dalam menangani
pembayaran (es) , kemudahan dalam pemesanan solar , harga solar yang ditawarkan,
alasan terhadap keterlambatan pengiriman (solar), kapasitas fasilitas produksi (solar) , letak
lokasi pemasaran (es). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak atribut-atribut yang
memiliki tingkat kepentingan yang tinggi belum dilaksanakan dengan baik atau belum
sesuai dengan keinginan nelayan oleh pihak penyedia pelayanan solar. Dengan demikian
pihak penyediaan pelayanan solar harus dapat berkonsentrasi pada atribut- atribut ini demi
tercapainya kepuasan nelayan, sehingga nelayan tidak beralih ke tempat lain dan tetap
melakukan kegiatan pengisian solar di sekitar pelabuhan.
A. Pertahanankan Prestasi
Kinerja atribut pelayanan memiliki tingkat kepentingan yang tinggi di atas rataan
tingkat kepentingan semua atribut dan memiliki kinerja yang tinggi di atas kinerja tingkat
rataan dari semua atribut. Atribut yang berada pada kuadrat ini diantaranya yaitu sistem
penerimaan keluhan (solar), kelancaran sistem distribusi (air bersih) , kemudahan dalam
pemesanan air bersih,, harga air bersih yang ditawarkan , kegiatan promosi air , alasan
terhadap keterlambatan pengiriman (air bersih) , kegiatan promosi es, alasan terhadap
keterlambatan pengiriman (es), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa atribut ini
harus dipertahankan dan ditingkatkan kinerjanya.
B. Prioritas Rendah
C. Berlebih
Atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang rendah, dianggap kurang penting
oleh nelayan tetapi dalam pelaksanaannya pihak PPN Prigi telah melaksanakan dengan
baik. Walaupun tingkat kepentingannya rendah dan tingkat kinerjanya tinggi, kinerja yang
ada di kuadrat ini tetap harus dipertahankan dan ditingkatkan kinerjanya. Adapun atribut
yang berada pada kuadrat ini yaitu pengetahuan petugas dalam menangani pembayaran
(solar), kelancaran sistem distribusi (es) , kemudahan dalam pemesanan es , pengaturan
waktu pembayaran dan penagihan (solar) , kondisi fasilitas produksi (air bersih), kapasitas
fasilitas produksi (air bersih, es) , letak lokasi pemasaran (air bersih, es) pengaruh
keberadaan agen (solar), letak lokasi pemasaran (solar).
2.2.3 Dampak
Kepuasan menjadi parameter penting sehingga bisnis dapat terus berkelanjutan. TPI
memegang peranan penting dalam suatu Pelabuhan Perikanan dan perlu untuk dikelola
sebaik-baiknya agar dapat tercapai manfaat yang optimal. Tetapi dalam TPI belum tentu
memenuhi persyaratan yang ada, sehingga berakibat pada efisiensi TPI tersebut. Pada
umumnya, dalam pengelolaan TPI di Jawa Tengah, rasio antara pemakaian input dan
output yang dihasilkan adalah belum layak secara ekonomis, Sugihartono dkk, 2003.
2.2.4 Solusi
Menurut Barusman (2017), pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan
yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara
fisik, dan menyediakan kepuasaan pelanggan.motivasi berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karena motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi
bawahan berkinerja secara produktif sehingga karyawan mendapatkan gaji sesuai
kinerjanya, yang diantaranya yaitu karyawan suka dengan adanya tantangan
pekerjaan, dan juga karyawan selalu bertanggung jawab atas pekerjaan, dan juga karyawan
dalam melaksanakan pekerjaaan selalu memperkirakan hasil yang dikerjakan bagus dan
biaya yang dikeluarkan sedikit, sehingga karyawan akan menghasilkan kinerja yang baik.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksakan di Kuala Tungkal, Jambi. Kuala Tungkal dipilih sebagai
lokasi penelitian karena merupakan salah satu daerah pesisir yang aktif dalam kegiatan
perikanan, khususnya penggunaan alat tangkap trawl. Selain itu, keberadaan pelabuhan dan
aksesibilitas yang baik membuat Kuala Tungkal menjadi lokasi yang ideal untuk
mengumpulkan data dari nelayan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan yang menggunakan alat
tangkap trawl di Kuala Tungkal, Jambi. Sampel penelitian akan dipilih secara acak dengan
menggunakan metode simple random sampling. Jumlah sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini akan ditentukan berdasarkan rumus sampel proporsi dengan tingkat
kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5%.
3.3 Metode
langkah-langkah dalam proses melakukan penelitian survei mengikuti proses secara umum
yaitu :
1. putuskan apakah Survei merupakan sesain terbaik untuk digunakan,
Mengidentifikasi Pertanyaan Penelitian atau Hipotesis,
2. Identifikasi Populasi, Kerangka Sampling, dan Sampel,
5. Pembagian kosioner
Para nelayan akan di bagikan kosioner. Kosioner yang di bagikan telah di susun
sedemikian rupa dan berisi beberapa pertanyaan sehingga didapatkan sejumlah
data dan informasi yang dibutuhkan
18
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, M., Alawiyah, T., Apriansyah, G., Sirodj, R. A., & Afgani, M. W. (2023).
Survey Design: Cross Sectional dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal
Pendidikan Sains Dan Komputer, 3(01), 31-39.
Basrowi dan Siti Juariyah "ANALISI KONDISI SOSOAL EKONOMI DAN
TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DESA SRIGADING
KECAMATANLABUHAN MARINGGAL, KANUPATEN LAMPUNG
TIMUR"., Jurnal Ekonomi & Pendidikan 7, No. 1(2010):58-81
Barusman , M.Yusuf S. 2017. Soft System Methodology (SSM) Solusi untuk
Kompleksitas Manajemen. Universitas Bandar Lampung
(UBL) Press. Lampung
Bayyinah AA, Solihin I, Wisudo SH. 2016. Kepuasan Nelayan terhadap
Pelayanan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan Cirebon.
Marine fisheries. 7(1) : 2087-4235.
Diniah, Sobari, M.P, eftian, D. 2012. Pelayanan Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) terhadap Kebutuhan Operasi Penangkapan Ikan. Jurnal
Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 2(1) : 41-49.
Eko Murdiyanto, Sosiologi Pedesaan: Pengantar Untuk Memahami Masyarakat Desa.
(Yogyakarta, 2018).
Ernita, Dewi. Amar, Syamsul. Syofan, Efrizal. Analisis Pertumbuhan Ekonomi,
Investasi, Dan Konsumsi Di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi. Vol.1 No
2, Agustus 2013.esaan: Pengantar Untuk Memahami Masyarakat Desa.
(Yogyakarta, 2018).
Fargomeli, F. (2014). Interaksi kelompok nelayan dalam meningkatkan taraf hidup Di
desa tewil kecamatan sangaji kabupaten maba Halmahera timur. Acta Diurna
Komunikasi, 3(3).
Friedman, A.I.(1986). Calculation for Fishing Gear Design. Translated from Russian By
PJG.Carothers. Food and Agriculture Organization.Rome. 153-189.
19
Guswanto B, Gumilar I, Hamdani H. 2012. Analisis Indeks Kinerja Pengelola dan
Indeks Kepuasan Pengguna di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman
Jakarta. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4): 151-163.
Kusnadi 2004, Mengatasi Kemiskinan nelayan Jawa Timur, pendekatan
terintegrasi, Yokyakarta
Lisna, L., Vincentia, A., Noferdiman, N., & Amelia, J. M. (2018). Inventory Of Fishing
Gear In Kecamatan Tungkal Ilir, Tanjung Jabung Barat, Jambi.
AQUASAINS, 6(2), 615- 620.
Murdiyanto, Sosiologi Pedesaan: Pengantar Untuk Memahami Masyarakat Desa.
Nasir H, Rosyid A, Wijayanto D. 2012. Analisis Pelayanan yang Diberikan
Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, Jawa
Tengah. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology. 1(1) : 32-45
Nedelec, C., & J. Prado. (1990). Definition and classification of fissing gear catagories.
FAO Fisheries Technical Paper No. 222. Rev.1. FAO. Rome25-29
Nurhayati OT, Mudzakir AK, Wibowo BA. 2016. Analisis Tingkat Kepuasan
Nelayan Terhadap Pelayanan Penyediaan Kebutuhan Melaut di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur. Journal of fisheries Resources Utilization Management and
Technology. 5(1) : 19-27.
Purbayanto, A., S. H., Wisudo, J., Santoso, M.,Wahyuni, R. I., Wahyu, Dinarwan,
Zulkarnain,Sarmintohadi, A. D., Nugraha, D. A., Soeboer, B.,Pramono, A.,
Marpaung & M. Riyanto. (2004).Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan dan
Pemanfaatan Hasil Tangkap Sampingan PukatUdang di Laut Arafura.
Diterbitkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua
bekerjasama dengan PT. Sucofindo. Jakarta
Rahardjo, Adisasmita. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi
dan Pertumbuhan wilayah, cetakan pertama.(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013).
Rahayu DL, Raharja S, Sa’id EG. 2009. Disain Peningkatan Daya Saing Industri
pengolahan Ikan Berbasis Perbaikan KinerjaMutu dalam Rantai Pasokan Ikan
LautTangkapan di Wilayah Utara Jawa Barat
20
Ramdhani, F., & Jhonnerie, R. (2020). NILai Finansial Dan Potensi Konflik Perikanan
Udang Mantis Di Kuala Tungkal, Jambi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis, 12(1), 25-36
Rosni, R. (2017). Analisis tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di desa dahari
selebar kecamatan talawi kabupaten batubara. Jurnal Geografi, 9(1), 53-66
Sudirman, Mengenal Alat dan Metode Penangkapan Ikan. Jakarta : Rieka Cipta,
2013.Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jambi, 2017.
Sugihartono, Joko. 2009. ―Analisis Pengaruh Citra, Kualitas Layanan Dan Kepuasan
Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pada Pt. Pupuk Kalimantan Timur,
Sales Representative Kabupaten Grobogan)‖, Tesis, Ilmu Manajemen, Hal 1-74.
Surahman, A., & Rahmat, E. (2019). Pengamatan Aspek Operasional Trawl dan Hasil
Tangkapan Pada Kapal Kr. Baruna Jaya IV di Selat Makassar. Buletin Teknik
Litkayasa Sumber Daya dan Penangkapan, 16(1), 20-25.
Sholikhah, A. (2016). Statistik deskriptif dalam penelitian kualitatif. KOMUNIKA:
Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 10(2), 342-362
21