Laporan Praktikum Kimia Organik 2
Laporan Praktikum Kimia Organik 2
KIMIA ORGANIK II
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Farmasi 2.A
Kharunnisa 11194762210742
FAKULTAS KESEHATAN
2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Alat
3.2 Bahan
BAB IV HASIL
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Jawaban Pertanyaan
BAB I PENDAHULUAN
3.5 Bahan
BAB IV HASIL
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Jawaban Pertanyaan
BAB I PENDAHULUAN
3.7 Alat
3.8 Bahan
BAB IV HASIL
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Jawaban Pertanyaan
PERCOBAAN IV PEMBUATAN ASAM ASETIL SALISILAT
BAB I PENDAHULUAN
3.10 Alat
3.11 Bahan
BAB IV HASIL
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Jawaban Pertanyaan
BAB I PENDAHULUAN
3.13 Alat
3.14 Bahan
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Jawaban Pertanyaan
BAB I PENDAHULUAN
3.16 Alat
3.17 Bahan
BAB IV HASIL
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Jawaban Pertanyaan
PERCOBAAN I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Asam format murni merupakan suatu cairan jernih yang tak berwarna,
mudah menguap, memiliki bau khas dan tajam, apabila tetesan cairan ini
mengenai kulit dapat menyebabkan kerusakan kulit. Asam format/formiat
merupakan asam karboksilat paling sederhana dengan rumus kimia
HCOOH/CH2O2 yang sering digunakan untuk industri. Asam format dapat larut
dalam pelarut air, alkohol dan eter. Penggunaan asam format dalam industri
tekstil, pada penyamakan kulit dan sebagai "Coagulant" dari lateks (Ir.Hayat.S,
2011).
Asam format memiliki gugus karboksil dan gugus aldehida, hal ini pula
yang menjadikan sifat asam format berbeda dengan sifat asam-asam lemak
lainnya. Kemampuan asam format sebagai daya pereduksi disebabkan karena
asam format mudah untuk dioksidasikan menjadi karbondioksida dan air. Hal ini
menununjukkan sifat kimia asam format dimana merupakan asam kuat dari
asam-asam lemak yang lain, karena konstanta keseimbangan yang lebih besar.
Selain itu sifat-sifat kimia asam format dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Asam format bersifat sebagai desinfectant, berkat adanya gugusan aldehida
yang terdapat dalam senyawa tersebut.
2. Berat molekul rendah dan keasaman yang tinggi maka asam format sangat
baik digunakan sebagai "Acidifying agent."
3. Garam format semuanya dapat larut, perak format dan timbal format hanya
sedikit larut. Alkali format bila dipanaskan sampai 250°C lebih
menghasilkan alkali oksalat serta hidrogin oksalat yang dapat diperlihatkan
dengan larutan kalsium chlorida.
4. Dapat bereaksi baik dengan alkohol yang akan membentuk ester.
Asam format juga memiliki sifat fisika dan thermodinamika yang dinyatakan
sebagai berikut:
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
1. Pipet tetes
2. Satu set alat destilasi
3. Gelas Erlenmeyer
4. Tabung reaksi
3.2 Bahan
1. Pembuatan Destilat
a. Di dalam labu destilasi yang telah dihubungkan dengan pendingin, panaskan
campuran dari 2,5 g (BJ : 1,25 g/ml) Gliserol dan 2,5 g Kristal asam oksalat
yang mengandung air Kristal, akan terjadi pengeluaran gas, amati reaksi
yang terjadi.
b. Tambahkan ke dalam labu 1,25 g asam oksalat lagi dan teruskan pemanasan.
Tampunglah destilat yang terjadi dengan labu Erlenmeyer, ukur hasil yang
didapat(ml).
2. Reaksi Terhadap Formiat
1. Pembuatan Destilat
2,5 mL gliserin/gliseror
+
2,5 gr
Asam Oksalat
Pembuatan
Destilat
2,5 mL gliserin/gliseror
+
2,5 gr
Asam Oksalat
+
500 mg
Asam Oksalat
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Asam format atau asam formiat (nama sistematis: asam metanoat) adalah asam
karboksilat yang paling sederhana. Asam format secara alami antara lain terdapat
pada sengat lebah dan semut, sehingga dikenal pula sebagai asam semut. Asam
format merupakan senyawa antara yang penting dalam banyak sintesis bahan kimia.
Rumus kimia asam format dapat dituliskan sebagai HCOOH atau CH2O2. Di alam,
asam format dihasilkan banyak serangga dari bangsa Hymenoptera, misalnya lebah
dan semut sebagai alat serang atau alat bertahan. Asam format juga merupakan hasil
pembakaran yang signifikan dari bahan bakar alternatif, yaitu pembakaran metanol
dan etanol yang tercampur air, jika dicampurkan dengan bensin. Nama asam format
berasal dari kata Latin formica yang berarti “semut”. Hasil dari pengujian
pembuatan destilat dan reaksi terhadap forminat:
1. Pembuatan destilat
a. Mereaksikan Gliserol 2,5 ml dan Kristal Asam Oksalat 2,5 gr kemudian
ditambahkan lagi 500 mg Kristal Asam Oksalat
Gliserol 2,5 ml dan Kristal Asam Oksalat 2,5 gr yang dimasukan ke dalam
labu destilasi, lalu didesstilasikan dengan cara memanaskan campuran tersebut.
Hasil dari pemanasan tersebut menghasilkan uap dari zat yang bertitik didih
rendah. Setelah terjadi proses pemanasan kemudian ditambahkan 500 mg kristal
asam oksalat /y dan akan menghasilkan uap. Uap tersebut nantinya akan
diembunkan dengan bantuan kondensor. Cairan yang dihasilkan tersebut
nantinya akan menetes ke dalam labu elenmeyer dan didapatlah destilatnya.
Ir.Hayat.S. (2011). Asam Format. Ejournal Kemenperin Kimia Dan Kemasan, 1-5.
HAR. Fachry, Edy Santoso dan Harisena Febriadi. Pembuatan Bahan Konduktor
Melalui Proses Polimerisasi Anilin. Jurnal Teknik Kimia UNSRI. 1. 2005
Jawaban Pertanyaan
PEMBUATAN ANILIN
BAB I PENDAHULUAN
Anilin pertama kali diisolasi dari distilasi destruktif indigo pada tahun 1826 oleh
Otto Unverdorben, dan dinamai kristal. Beberapa tahun setelahnya tepatnya pada
tahun 1834, Friedrich Runge mengisolasi tar batubara yang kemudian zatnya
menghasilkan warna biru indah. Tahun 1841, CJ Fritzsche dengan pengobatan
menggunakan klorida kapur, yang bernama kyanol atau cyanol menunjukkan
bahwa, dengan mereaksikan indigo dengan potas api menghasilkan minyak yang
kemudian diberi nama anilina. Tahun 1856 William Hendery P menemukan warna
ungu muda adalah yang diperoleh dari serangkaian luas pengolahan bahan celup,
seperti fuchsine, safranine dan induline. Pada industri skala digunakan pertama kali
dalam pembuatan mauveine dan pada saat itu anilin merupakan senyawa
laboratorium mahal, tetapi segera disiapkan "oleh ton" menggunakan proses yang
sebelumnya ditemukan oleh Antoine Béchamp. Industri pewarna sintetis tumbuh
pesat sebagai pewarna anilin baru berbasis ditemukan pada tahun 1850-an dan
1860-an.
a. Aminasi Clorobenzen
Pada proses aminasi chlorobenzen menggunakan zat pereaksi amoniak cair,
dalam fasa cair dengan katalis Tembaga Oxide dipanaskan akan menghasilkan
85 - 90 % anilin.
b. Reduksi Nitrobenzena
Reduksi fasa gas Proses pembuatan anilin dari reduksi nitrobenzen dalam
fasa gas, sebagai pereduksi adalah gas hidrogen dan untuk mempercepat reaksi
dibantu dengan katalisator Nikel Oksid, reaksinya sebagai berikut :
C6H5NO2 + 3 H2 ===> C6H5NH2 + 2H2O
Pada proses reduksi fasa gas dengan suhu di dalam reaktor sekitar 275 -
350 °C dan tekanan 1,4 atm, reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis
karena mengeluarkan panas. Yield yang dihasilkan pada prosese ini adalah
98 % dan kemurnian dari hasil ( anilin ) yang tinggi ini ( 99 % )
mengakibatkan anilin dari segi komersial dapat digunakan (Faith and Keyes,
DB, 1957).
Anilin dapat digunakan sebagai obat-obatan, bahan bakar roket, pembuatan zat
warna diazo, bahan peledak. Anilin memiliki sifat kimia larut pada pelarut
organik dengan baik, larut pada air dengan tingkat kelarutan 3,5 % pada 25 C,
basa lemah (Kb = 3,8 x 10^ -10), halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam
larutan sangat encer menghasilkan endapan 2,4,6 tribromanilin; sedangkan
halogenasi dengan klorin menghasilkan trikloroanilin, anilin beraksi dengan
gliserol membentuk quinoline dengan adanya nitrobenzen dan asam sulfat, anilin
bereaksi dengan hidrogen peroksida dan arctonitril dalam larutan metanol
membentuk azoxybenzene, hidrogenasi anilin dengan menggunakan brom
menghasilkan 2,4,6 tribromoanilin.
2.4 Deskripsi Bahan Hasil Pembuatan
B. Nitrobenzena
Nitrobenzena (C6H5NO2) merupakan senyawa aromatik, berbentuk
minyak yang tak larut dalam air, berwarna kuning pucat.
C. Besi (Ferrum Pulveratum)
Besi tereduksi, pemeriannya serbuk abu-abu buram, khasiatnya sebagai
hematinik.
D. HCL (Pekat)
Bentuk larutan 38%, termasuk asam kuat, tidak bewarna, memiliki bau
seperti klorin pada konsentrasi yang lebih tinggi serta bersifat korosif. Asam
Klorida merupakan salah satu senyawa kimia yang secara alami dapat
dihasilkan oleh tubuh kita, asam ini dihasilkan secara alami oleh lambung
manusia yang mana zat asam ini nantinya digunakan untuk membunuh kuman
dan juga untuk mengasamkan makanan.
E. HCL Encer
Cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat, nama lain klorana,
termasuk asam kuat, tidak bewarna, memiliki bau seperti klorin pada
konsentrasi yang lebih tinggi serta bersifat korosif. Asam Klorida merupakan
salah satu senyawa kimia yang secara alami dapat dihasilkan oleh tubuh kita,
asam ini dihasilkan secara alami oleh lambung manusia yang mana zat asam
ini nantinya digunakan untuk membunuh kuman dan juga untuk mengasamkan
makanan.
F. NaOH
NaOH adalah singkatan dari natrium hidroksida atau sodium hidroksida
atau dikenal sebagai soda kaustik atau soda api di industri. NaOH dalam suhu
ruang berbentuk kristal putih tidak berbau dan bersifat sangat higroskopis
(menyerap kelembaban udara).
G. Eter
Eter merupakan senyawa karbon yang mempunyai gugus –O- atau gugus
alkoksi (-OR). Senyawa eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
senyawa lain yang mengandung gugus –OH, seperti air, alkohol, fenol, dan
senyawa dengan gugus amina.
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.4 Alat
1. Labu alas leher panjang
2. Penangas air
3. Gelas ukur
4. Set alat destilasi
5. Corong pisah
3.5 Bahan
1. Nitrobenzena
2. Besi (ferum pulveratum)
3. HCL (pekat)
4. HCL encer
5. Air
6. NaOH
7. Eter
3.6 Prosedur Kerja
1. kedalam labu alas leher panjang 21 dimasukkan 31 g nitrobenzena dan 35 g besi
(ferum pulveratum). Sebanyak 135 cc HCL 25% (pekat) dituangkan dalam labu
tadi melalui stigbuis (diameter 1 cm, panjang 60 cm). Penambahan asam jangan
sekaligus, tetapi sedikit demi sedikit (kurang dari 1/10-nya asam) dengan di
gojog-gojog.
2. Biasanya timbul panas, dinginkan labu dalam air agar reaksi berlangsung tidak
terlalu cepat.
3. Bila semua asam telah ditambahkan, panaskan diatas penangas air selama 1 jam.
4. Setelah reaksi sampel selesai (buktikan dengan mengambil sedikit demi sedikit
sampel dan encerkan dengan HCI encer, larutan ini harus tidak berbau nitro
benzena dan harus jernih) Tambahkan 50 cc air dan sedemikian banyak NaOH.
5. Isi labu distoom destilasi, dimana anilin ikut terdistilir dengan airnya. Bila
destilat telah jernih maka selesailah sudah stoomdestilasi tersebut.
6. Anilin yang memisah, dipisahkan terlebih dahulu, sisa anilin yang terlarut dalam
air di iutzouten (didesak keluar) dengan puder garam dapur sebanyak 20 g setiap
100 ml, cairan destilat yang ada (ukur dahulu) gojog kuat agar NaCl-nya larut.
7. Anilin yang terlarut (3%) dan yang kemudian terdesak keluar, diisolir dengan
mengocoknya 2 kali dengan eter dalam corong pisah, setiap kali dengan 40 ml
eter.
BAB IV HASIL
1,5 ml
Nitrobenzena
+
1,75 gr
Besi
(Ferum
Pulveratum)
+
7 ml
HCL 25%
Pembuatan (Pekat)
Destilat
Anilin Encerkan dengan
HCL encer
+
Air
+
NaOH
Cairan Destilat
+
NaCL 1 gr
BAB V PEMBAHASAN
Anilina fenilamin atau amino benzene dengan rumus C6H5NH2 Terdiri dari
kelompok fenil dilampirkan ke gugus amino. Anilin adalah amina aromatik prototipikal.
Menjadi pelopor untuk bahan kimia industri, penggunan utamanya adalah dalam
pembuatan perintis polyurethane. Anilina tidak berwarna, namun perlahan-lahan
mengoksidasi dan resinifies di udara, memberikan cokelat warna merah untuk sampel
berusia. Anilin merupakan senyawa yang bersifat basa, dengan titik didih 1800 C. Jika
kontak dengan cahaya matahari anilin akan mengalami reaksi oksidasi.
DAFTAR PUSTAKA
PEMBUATAN YODOFORM
BAB I PENDAHULUAN
B. Etanol 99% pa
Etanol 99% adalah jenis etanol yang konsentrasinya mencapai 99%. Etanol, juga
dikenal sebagai alkohol, adalah senyawa organik yang umum digunakan dalam
berbagai praktikum kimia, termasuk praktikum yodoform. Pada praktikum
yodoform, etanol 99% digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan yodium dan
senyawa organik yang mengandung gugus metil (CH3). Selain itu, etanol juga
berperan sebagai bahan dalam reaksi yodoform. Etanol bereaksi dengan yodium
melalui reaksi oksidasi, membentuk senyawa dari gugus karbonil yang stabil. Reaksi
ini menghasilkan padatan kuning yang disebut yodoform (CHI3). Proses reaksi ini
bergantung pada keberadaan gugus metil dalam senyawa organik yang direaksikan
dengan etanol dan yodium. Kehadiran etanol dalam praktikum yodoform penting
karena berperan sebagai pelarut yang efektif untuk melarutkan bahan-bahan yang
terlibat dalam reaksi yodoform. Selain itu, etanol juga membantu memastikan
bahwa reaksi berjalan dengan lancar dan menghasilkan hasil yang akurat.
C. NaOH 6N
Dalam praktikum yodoform, NaOH 6N (nolar) digunakan sebagai larutan basa
yang memainkan peran penting dalam beberapa tahapan reaksi. Nolar mengacu pada
normalitas, yang merupakan ukuran konsentrasi dalam kimia analitis.Berikut ini
adalah penggunaan NaOH 6N dalam praktikum yodoform:.
Digunakan sebagai penjernihan senyawa organik, Sebelum reaksi yodoform,
senyawa organik yang mengandung gugus metil (CH3) larut dalam etanol
95%-99% dan kemudian dicampur dengan natrium hidroksida (NaOH) 6N.
Larutan basa ini membantu memisahkan senyawa organik dari senyawa lain
yang tidak diinginkan.
Setelah pembentukan yodoform, reaksi menghasilkan yodium berlebih.
NaOH 6N digunakan untuk menghilangkan yodium berlebih ini dari larutan.
Natrium hidroksida bereaksi dengan yodium membentuk garam natrium
iodida (NaI) dan iodat (IO3-) yang larut dalam larutan basa.
Selain itu, NaOH 6N juga digunakan untuk menyesuaikan pH larutan selama
reaksi. Reaksi yodoform memerlukan suasana basa yang diatur oleh
penambahan larutan basa NaOH.
D. Kalium Iodida
E. Kaporit (CaOCl2)
Kaporit, juga dikenal sebagai klorin, adalah senyawa yang mengandung klor yang
digunakan dalam beberapa praktikum terkait yodoform. Kaporit biasanya digunakan
sebagai agen oksidasi dalam pembentukan yodoform.
F. Aquadest
Aquadest, atau air suling, adalah air murni yang telah melalui proses penyulingan
untuk menghilangkan semua kontaminan dan zat-zat lain yang ada dalam air biasa.
Dalam praktikum yodoform, aquadest biasanya digunakan dalam beberapa langkah
untuk mempersiapkan larutan dan mencuci produk yang dihasilkan.
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.8 Alat
1. labu alat bulat (LAB)
2. Pendingin balik
3. penangas air
4. gelas arloji
5. saringan penghisap
6. corong Buchner
7. kertas lakmus
8. pipet ukur
3.8 Bahan
Isolasi
Campuran didiamkan selama 10 menit, kmudian disaring dengan
saringan penghisap. Kristal dicuci 3 x dengan aquadest dingin hingga tidak
bereaksi alkalis (cek dengan kertas lakmus).
Pemurnian
Kristal dimasukkan dalam LAB yang telah dilengkapi pendingin balik.
Kemudian tambahkan alkohol hingga tepat larut sambil dipanaskan diatas
penangas air. Dalam keadaan panas, larutan disaring dengan penyaring panas
(corong buchner direndam dahulu dalam air panas). Filtrat didinginkan sambil
digoyang-goyang hingga terbentuk kristal kembali dengan sempurna. Saring
dengan corong buchner, keringkan. Hitung rendemennya.
Identifikasi
1. organoleptis (cek dengan teori)
2. Tes dengan larutan perak nitrat.
BAB IV HASIL
Pembuatan yodoform
Yodoform adalah senyawa kimia dengan rumus CHI3. Senyawa ini sering digunakan
dalam bidang medis sebagai antiseptik, khususnya dalam perawatan luka dan infeksi.
Yodoform dapat dibuat melalui reaksi antara etanol (alkohol), natrium hidroksida
(NaOH), dan yodium (12). Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan yodoform:
Masukkan 3 gram KL atau potasium iodide kedalam labu alas bulat dan tambah 100 ml
aquadest lalu tambah 1 ml aseton kemudian setetes demi setetes kaporit 5% sampai
warna merah pada kaporit hilang. Kemudian disaring dicorong penghisap ditetes dengan
lakmus lalu dicuci dengan aquadest, hasil yang disaring dilarutkan dengan etanol
sampai larut dan direfluks. Hasil refluks disaring kembali dan diambil larutannya
kemudian didinginkan dengan es batu sampai membentuk kristal lalu disaring lagi
dengan corong penghisap dan diambil lagi hasil saringannya, hasil disaring dan dioven
sampai kering lalu diamati hasilnya.
BAB VI KESIMPULAN
Reaksi substitusi a adalah reaksi pengganti atom H yang terletak pada Ch (atom
karbon yang terikat pada atom karbon karbonil) oleh suatu elektrofil. Reaksi ini
dikatalisis oleh basa atau pun asam. Senyawa karbonil akan berperan sebegai nukleofil
melalui pembentukkan anion enolat (dengan katalisis basa) ataupun senyawa enol
(dengan katalis asam). Dalam ini atom karbon a akan bertindak sebagai karbanion.
Salah satu reaksi substitusi a adalah pembentukkan yodoform.
DAFTAR PUSTAKA
Ebel, S.,1992, Obat Sintetik. Buku Ajar Dan Buku Pegangan, Gadjah Mada University
Press:Yogyakarta.
Fessenden & Fessenden, 1992, Kimia Organik. Edisi ketiga, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Jawaban Pertanyaan
PERCOBAAN IV
D. Alkohol 96%
E. Aquadest
2. Di replikasi
3. Proses Isolasi
Ditambah 75 ml air
4. Proses Isolasi
penyaringan
5. Proses pemurnian
Hasil saringan+15 ml
alkohol +40 ml aqudest
6. Hasil saringan+15ml Terbentuk filtrat
alkohol+ 40 ml
aquadest+Di panaskan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN
Asam asetil salisilat yang biasa disebut aspirin,dapat digunakan sebagai obat
analgesik, antipiretik, dan antirematik. Senyawa ini dapat disintesis dilaboratorium dari
asam salisilat dan asetat anhidrida yang melibatkan reaksi asetil asigugus fenolik asam
salisilat dan dikatalisis oleh asam.Reaksinya sebagai berikut: Asetat anhydride, asam
salisilat, aspirin, asam asetat. Produk dipurifikasi dengan cara rekristalisasi
menggunakan pelarut alcohol 96%. Kemurnian produk ditentukan dengan mudah
menggunakan "spottest" untuk asam salisilat yang tidak bereaksi. Karena asam salisilat
memiliki gugus fenolik, maka keberadaan asam ini menghasilkan uji yang sangat positif
karena bereaksi dengan larutan besi (III) klorida (FeCl3) encer menghasilkan larutan
berwarna ungu yang kuat. Sedangkan aspirin murni tidak memberikan warna ungu.
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J. 1994. Buku Ajaran Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi
Keempat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Horizon 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jambi: Universitas Jambi.
Jawaban Pertanyaan
Senyawa ester merupakan salah satu jenis senyawa organik yang berguna bagi
kehidupan. Senyawa ester merupakan salah satu turunan dari asam karboksilat. Ester
dapat diperoleh secara alami dari alam maupun dengan sintesis. Senyawa ester memiliki
aroma yang khas, biasa digunakan untuk parfum maupun essense untuk produk
makanan.
Ester dapat disintesis dengan beberapa metode, antara lain metode esterifikasi
Fischer. Dengan metode esterifikasi Fischer maka senyawa golongan ester disintesis
dengan mereaksikan senyawa alkohol dengan senyawa asam karboksilat. Salah satu
senyawa ester yang dihasilkan dengan metode esterifikasi Fischer adalah Metil Benzoat.
Oleh karena banyaknya kegunaan dari senyawa ester, maka mahasiswa perlu
mengetahui proses sintesis dari senyawa tersebut. Maka pada makalah ni akan dibahas
salah satu proses esterifikasi yaitu esterifikasi Fischer yang akan menghasilkan senyawa
ester, yaitu metil benzoat.
Metil benzoat (Benzoic acid, methyl ester, methyl benzenecarboxylate; Niobe
oil) adalah golongan ester yang memiliki rumus molekul C.H.O dengan berat molekul
136,14. Metil benzoat merupakan cairan tidak berwarna, dan berbau harum seperti
pisang. Metil benzoat dalam air akan terurai menjadi metanol dan asam benzoat. Titik
leleh metil benzoat -15°C, titik didihnya sebesar 198°C - 200°C, indeks bias pada suhu
15°C adalah 1,5205. Metil benzoat ini tidak larut dalam air, tapi dapat bercampur
dengan alkohol, eter, dan metanol.
A. Metil Benzoat
Metil benzoat adalah suatu senyawa organik kelas ester aromatik dengan rumus
kimia C6H5CO2CH3. Senyawa ini merupakan cairan bening yang sangat buruk
kelarutannya dalam air, namun larut dalam pelarut organik. Metil benzoat memiliki bau
yang menyenangkan, sangat mengingatkan pada buah pohon feijoa, dan digunakan
dalam wewangian. Senyawa ini juga digunakan sebagai pelarut dan sebagai pestisida
yang digunakan untuk menarik serangga seperti lebah anggrek.
Gambar 5. Senyawa Metil Benzoat
Metil benzoat dihasilkan melalui kondensasi metanol dan asam benzoat, dengan adanya
asam kuat. Metil benzoat bereaksi pada baik cincin benzena dan ester, tergantung pada
substrat yang digunakan. Elektrofil menyerang cincin benzena, diilustrasikan dengan
nitrasi yang dikatalisis asam dengan asam nitrat untuk menghasilkan metil 3-
nitrobenzoat. Nukleofil menyerang pusat karbonil, diilustrasikan oleh hidrolisis dengan
penambahan larutan NaOH untuk menghasilkan metanol dan natrium benzoate.
A. Asam benzoate
Asam benzoat adalah senyawa organik yang memiliki rumus kimia C7H6O2.
Senyawa ini sering digunakan sebagai bahan pengawet makanan karena memiliki sifat
antimikroba yang kuat. Ketika asam benzoat bereaksi dalam suasana asam, ia akan
terdeprotonasi dan membentuk ion benzoat (C6H5COO-). Reaksi asam benzoat dengan
logam alkali atau basa akan menghasilkan garam benzoat yang larut dalam air.
B. Metanol absolut
Metanol absolut sangat penting dalam uji ini karena bersifat polar dan mampu
melarutkan senyawa organik dan anorganik yang banyak digunakan dalam analisis
kimia. Selain itu, metanol absolut juga berperan sebagai reagen dalam reaksi esterifikasi
untuk menghasilkan metil benzoat.
C. Asam sulfat pekat
Penggunaan asam sulfat pekat dalam uji metil benzoat mempermudah pemisahan
senyawa organik yang mengandung gugus benzoat dari senyawa organik lainnya. Selain
itu, uji ini juga berguna untuk menentukan aktivitas enzim lipase dalam hidrolisis ester.
D. Natrium subkarbonat
Natrium subkarbonat digunakan, sebagai bahan penghilang bau, pengobatan
antasida, pengatur pH, Senyawa ini juga dapat menetralkan asam.
E. Natrium Sulfat anhidrat
Penggunaan natrium sulfat anhidrat pada uji benzoate juga dapat membantu dalam
meningkatkan ketelitian dan akurasi uji. Hal ini karena natrium sulfat anhidrat yang
efektif dalam menghilangkan kelebihan air dalam sampel, sehingga hasil uji lebih akurat
dan konsisten.
F. Eter
Senyawa eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa lain yang
mengandung gugus –OH, seperti air, alkohol, fenol, dan senyawa dengan gugus amina.
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.14 Alat
1. Labu alas bulat
2. Allihin condensor
3. 1 set alat destilasi
4. Corong pisah
5. Gelas ukur
6. Erlenmeyer
7. Beker glass
3.15 Bahan
1. Asam benzoat
2. Metanol absolut
3. Asam sulfat pekat
4. Natrium subkarbonat
5. Natrium sulfat anhidrat
6. Eter
7. Air
1. Di dalam labu 100 ml, larutkan 9,09 g asam benzoat ke dalam 30 ml metanol
kering.
2. Tambahkan 0,8 ml asam sulfat pekat dan beberapa buah batu (sebagai pemula
pendidih).
3. Hubungkan labu dengan allihn condensor dan refluks isinya dengan
menggunakan penangas air selama 1,5 jam. Ambil labu dan dinginkan didalam
baskom es beberapa saat (jangan langsung dipasang pada destilator pada
keadaan panas, metil benzoat yang sudah terbentuk akan terhidrolisa).
Isolasi
1. Gantilah allin condensor dengan pendingin liebig yang dipasang miring
(sebelumnya masukkan lagi batu didih yang masih segar ke dalam labu), Dan
teruskanlah destilasi untuk menghilangkan kelebihan metanolnya (jaga suhu
dalam labu pada titik didih metanol). Teruskan destilasi hingga tetesan
metanolnya (jaga suhu dalam labu pada titik didih metanol). Teruskan destilasi
hingga tetesan metanol tidak ada lagi pada penampung. Ambil LAB dari
destilator.
2. Pada saat ini, dalam LAB akan terlihat kekeruhan dapat dipisahkan menjadi 2
fase. Dinginkan campuran reaksi dan campuran reaksi dan tuangkan isinya ke
dalam corong pisah pertama yang telah berisi air (24 ml).
3. Cucilah metil benzoat dari lapisan air dengan penggojogan, diamkan hingga
kedua fase (air dan ester) terpisah dan tuangkan fase air (lapisan bawah) kepada
corong pisah kedua. Simpan fase ester (corong pisah pertama).
4. Tambahkan eter sebanyak dua kali @ 10 ml pada lapisan air (corong pisah
kedua) kemudian masukkan lapisan eter ke dalam corong pisah pertama.
5. Cucilah larutan eter pada corong pisah pertama dengan larutan NaHCO3 dalam
dua porsi yang terpisah dan kemudian satu kali dengan air, pindahkan cairan
(lapisan air). Tuangkan cairan eternya melalui mulut corong pisah pada labu
Erlenmeyer yang kering, dengan pertolongan eter 5 ml, untuk me corong pisah
itu.
Permunian
BAB IV HASIL
5 gr
Asam Benzoat
+
15 ml
Methanol
+
1 ml
H2SO4
Destilat
Pembuatan + Terbentuk 2
Destilat Matil 20ml endapan yaitu
Benzoat Air air dan ester
+
Air Hasil
Endapan
+
10ml
Ester
+
NaHCO
Keringkan
dengan Na2SO4
BAB V PEMBAHASAN
Destilat metil benzoat mengacu pada senyawa kimia yang diperoleh melalui proses
destilasi metil benzoat. Metil benzoat itu sendiri adalah senyawa organik yang memiliki
bau amis seperti bunga dan digunakan dalam industri parfum dan aroma. Proses
destilasi melibatkan pemanasan metil benzoat untuk memisahkan komponen-
komponennya berdasarkan perbedaan titik didih. Ketika metil benzoat dipanaskan, itu
akan menguap dan kemudian dikondensasikan kembali menjadi cairan destilat yang
dihasilkan dapat menguap senyawa metil benzoat yang lebih murni atau mungkin
mengandung campuran senyawa lain tergantung pada kondisi destilasi.
Metil benzoat merupakan senyawa organik. Ini adalah ester dengan rumus kimia
C6H5CO2CH3. Cairan tak berwarna yang kurang larut dalam air, tetapi larut dengan
pelarut organik. Methyl benzoate memiliki bau yang menyenangkan, digunakan sebagai
pelarut dan sebagai pestisida yang digunakan untuk menarik serangga. Methylbenzoate
dibentuk oleh kondensasi metanol dan asam benzoat, di hadapan asam kuat seperti asam
klorida. Ini reaksi baik di cincin dan ester. Ilustrasi dari kemampuannya untuk menjalani
substitusi elektrofilik, benzoat metil mengalami asam-katalis nitrasi dengan asam nitrat
untuk memberikan metil 3-nitrobenzoate. Hal ini juga mengalami hidrolisis dengan
penambahan NaOH berair untuk memberikan metanol dan natrium benzoat, yang dapat
diasamkan dengan HCI berair untuk membentuk asam benzoat.
DAFTAR PUSTAKA
Vogel, A., A Text Book of Practical Organic Chemistry, 5 Edition, English Language
Book Society and Longmans, Green & Co. Ltd., London, 1989. page 1077.
Jawaban Pertanyaan
PEMBUATAN PARA-NITROASETANILID
BAB I PENDAHULUAN
A. Para-Nitroasetanilid
p-nitroasetanilida merupakan turunan asam karboksilat yang tergolong
amidasekunder (RCONHR’). Senyawa p-nitroasetanilidaini juga dikenal
dengan beberapa nama,yaitu N-(4-nitrofenil) asetamida, p-
asetamidonitrobenzen dan N-Asetil-4-nitroanilin. Sifat fisikdari senyawa ini
antara lain berupa kristal prisma yang berwarna kuning pucat. Senyawap-
nitroasetanilidaini biasa digunakan dalam bidang industri sebagai
bahan baku sistesisp-nitroanilina (sebagai zat pewarna). Inti benzena pada
struktur molekul senyawa ini akanterikat pada atom N (R’) dengan
substituen berupa gugus –NO2 (gugus nitro) dan gugus-NHCOCH3 (gugus
asetilamina.
A. Asetanilid
Asetanilida atau disebut juga N-Phenylacetamide merupakan senyawa
berbentuk kristal padat berwarna putih yang merupakan senyawa hasil turunan
dari asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer. Asetanilida
sering diganakan sebagai bahan baku pembuatan obat – obatan dikarenakan sifat
anastesi, antiinflamasi dan antibakteri yang dimilikinya.
B. Natrium Klorida
Natrium klorida juga dikenal sebagai garam dapur, atau halit, adalah
senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Sebagai komponen utama pada
garam dapur.
C. Asam asetat glasial
Asam asetat pekat (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis
tak berwarna dan berasa asam dan berbau menyengat.
D. Asam sulfat pekat
Asam sulfat pekat memiliki konsentrasi lebih tinggi dan lebih pekat
daripada asam sulfat biasa. Karena itu, asam sulfat pekat dapat mempercepat
reaksi dengan para nitroasetonilida sehingga hasilnya lebih akurat dan reliabel.
E. Asam nitrat pekat
Asam nitrat pekat dapat digunakan dalam PNAS karena asam ini
mempercepat reaksi antara senyawa awal dan memastikan pembentukan
senyawa konjugat lebih cepat dan efisien.
F. Etanol
Dalam uji para nitraasetonilida, etanol digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan
sampel yang akan diuji. Sampel tersebut kemudian dicampurkan dengan larutan asam
sulfat pekat dan kemudian dihangatkan.
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.16 Alat
3.17 Bahan
3. Proses sintesis
Campuran
reaksi+masukan ke
dalam es batu+ asam
penetrasi
Pembuatan para-nitroasetanilid
1. Persiapan reagen
Pembuatan asam penetrasi:
Dibuat asam penetrasi sebanyak 9ml dengan cara
mencampurkan 5,5 ml asam sulfat pekat ditambah 3,5 ml
asam nitrat pekat kedalam beker gelas. Dari campuran
tersebut diambil 3ml larutan dimasukkan kedalam corong
pisah.
2. Sintesis
Masukkan aquadest 100ml kedalam beker gelas ditambah
5 gram asetanilida dan 5 gram asam asetat glasial, lalu
dipanaskan sampai larut setelah larut didinginkan lalu
tambahkan 8 ml asam sulfat pekat pindahkan ketempat
yang lebih kecil dinginkan dengan es batu sampai suhu 10
derajat celcius cek dengan thermometer setelah suhu 10
derajat celcius tambahkan tetesan demi tetesan reagen 3
ml dengan corong pisah diamkan selama 30 menit.
3. Isolasi
Didalam campuran tambahkan 30 gram es batu diamkan
selama 30 menit lalu disaring dengan vakum diambil
bagian atasnya lalu dioven dan dihitung rendamannya
4. Pemurnian
1 gram hasil oven ditambahkan etanol secukupnya dan 30
ml aquadest dingin lalu disaring dengan vakum diambil
bagian atasnya dan dihitung recovery.
BAB VI KESIMPULAN