Anda di halaman 1dari 41

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL GAKKUM LANTAS


04
10 JP ( 450 menit)

Pengantar
Modul ini membahas tentang Gakkum Lantas yang meliputi materi
4
penyidikan Laka Lantas, olah TKP Lantas dan penindakan
pelanggaran Lalu Lintas;
Tujuan diberikan materi ini agar peserta pelatihan terampil
melaksanakan penegakan hukum Lalu Lintas.

(Jarak antara angka/huruf urut dengan tulisan 0.8)

Kompetensi Dasar (Copper plate 14)

1. Diskresi penegakan hukum lalu lintas.


Indikator hasil belajar:
Menjelaskan diskresi penegakan hukum lalu lintas.
2. Memahami Konsepsi penindakan pelanggaran Lantas
Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan dasar hukum penindakan pelanggaran yang
terkait Lalu lintas.
b. Menjelaskan pengertian penindakan pelanggaran Lantas.
c. Menjelaskan persiapan penindakan pelanggaran Lantas.
d. Menjelaskan kelengkapan tugas penindakan pelanggaran
Lantas.
e. Menjelaskan pelaksanaan penindakan pelanggaran Lantas.
3. Menerapkan prosedur penilangan
Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan bentuk dan administrasi tilang.
b. Menjelaskan pelaksanaan tilang.
c. Menjelaskan mekanisme elektronik tilang.
d. Menjelaskan mekanisme dan prosedur tilang.
4. Memahami konsepsi penyidikan Laka Lantas
Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan dasar-dasar penyidikan laka Lantas.
b. Menjelaskan pengertian penyidikan Laka Lantas.
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 43
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Menjelaskan prosedur penyidikan Laka Lantas.


d. Menjelaskan persiapan mendatangi TKP laka lantas.
e. Menjelaskan Penanganan terhadap korban kecelakaan Lalu
Lintas.
f. Menjelaskan prosedur mendatangi TKP laka lantas.
g. Menjelaskan pengakhiran penanganan TKP laka lantas.
h. Menjelaskan prosedur penyitaan barang bukti laka lantas.
i. Menjelaskan Taktik dan teknik pemeriksaan laka lantas
j. Menjelaskan Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas menyangkut
WargaNegara Asing (CD atau CC).
k. Menjelaskan Penyidikan Kecelakaan Menyangkut Anggota
TNI.
l. Menjelaskan Kecelakaan Lalu Lintas yang melibatkan
anggota VVIP/VIP.
m. Menjelaskan prosedur Penyelidikan Kasus Tabrak Lari (Hit
and Run).

Materi Pelajaran
1. Pokok bahasan:
Diskresi lalu lintas
Sub pokok bahasan:
diskresi penegakan hukum lalu lintas
2. Pokok bahasan:
penindakan pelanggaran Lantas
Sub pokok bahasan:
a. Dasar hukum penindakan pelanggaran yang terkait Lalu
lintas
b. Pengertian penindakan pelanggaran Lantas
c. Persiapan penindakan pelanggaran Lantas
d. Kelengkapan tugas penindakan pelanggaran Lantas
e. Pelaksanaan penindakan pelanggaran Lantas
3. pokok bahasan:
prosedur penilangan
sub pokok bahasan:
a. Bentuk dan administrasi tilang.
b. Pelaksanaan tilang.
c. Mekanisme elektronik tilang
d. Mekanisme dan prosedur tilang
4. Pokok bahasan:

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 44


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Penyidikan laka lantas


Sub pokok bahasan:
a. Menjelaskan dasar-dasar penyidikan laka Lantas.
b. Menjelaskan pengertian penyidikan Laka Lantas.
c. Menjelaskan prosedur penyidikan Laka Lantas.
d. Menjelaskan persiapan mendatangi TKP laka lantas.
e. Menjelaskan Penanganan terhadap korban kecelakaan Lalu
Lintas.
f. Menjelaskan prosedur mendatangi TKP laka lantas.
g. Menjelaskan pengakhiran penanganan TKP laka lantas.
h. Menjelaskan prosedur penyitaan barang bukti laka lantas.
i. Menjelaskan Taktik dan teknik pemeriksaan laka lantas
j. Menjelaskan Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas menyangkut
Warga Negara Asing (CD atau CC)
k. Menjelaskan Penyidikan Kecelakaan Menyangkut Anggota
TNI.
l. Menjelaskan Kecelakaan Lalu Lintas yang melibatkan
anggota VVIP/VIP
m. Menjelaskan prosedur Penyelidikan Kasus Tabrak Lari (Hit
and Run)

metode pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan pendidik untuk menjelaskan materi tentang
penegakan hukum lalu lintas.

2. Metode Tanya jawab


Metode ini digunakan pendidik untuk bertanya dan menjawab
kepada peserta didik dalam rangka mengetahui sejauh mana
pemahaman peserta didik tentang materi yang disampaikan.

3. Metode Diskusi
Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan pesrta didik agar
mendiskusikan tentang materi yang telah diberikan.

4. Metode Praktek
Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik
mempraktekan penerapan penegakan hukum lalu lintas.

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 45


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Alat/media, bahan, dan sumber belajar

1. Alat/media:
a. white board;
b. flipchart;
c. laptop;
d. printer;
e. LCD;
f. laser point.
g. Rambu2 Lantas
h. APIL;
i. Ranmor R2 dan R4
2. Bahan:
a. Kertas A4;
b. Spidol;
c. Blanko tilang.
3. Sumber belajar:
a. UU no 2 tahun 2002 tentang Polri pasal 1 5 ayat 1dan 2
b. UU no 22 tahun 2009 tentang LLAJ pasal 273 s/d 309;
c. PP no 80 tahun 2012 tentang tatacara pemeriksaan
kendaraan bermotor dijalan dan penindakan pelanggaran
lalulintas dan angkutan jalan.
d. Perkap no.15 tahun 2013 tentang tatacara penanganan Laka
Lantas ;
e. Keputusan Kakorlantas Polri No. 10/V/2012 tentang SOP
Penyidikan Laka Lantas;
f. Keputusan Kakorlantas Polri No 16/V/2012 tentang SOP gelar
perkara;
g. Keputusan Kakorlantas Polri No.7/III/2012 tanggal 14 Maret
2012 tentang SOP penindakan pelanggaran Lalu Lintas dan
angkutan jalan dengan sistem tilang.
h. DVD Film gakkum lantas.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit.


a. Pendidik memperkenalkan diri;
b. Pendidik melakukan pencairan;
c. Pendidik menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
belajar

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 46


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Tahap inti :425 menit.


Tahap inti I : 135menit
a. Pelatih menyampaikan materi pelajaran yang mencakup
pengertian, aturan hukum dan prosedur olah TKP
b. Pelatih membari kesempatan kepada serlat untuk bertanya
atau berkomentar
c. Pelatih menugaskan serlat untuk mempraktekkan olah TKP
Laka Lantas
Tahap inti II :135 menit
a. Pelatih menyampaikan materi pelajaran yang mencangkup
pengertian, aturan hukum dan prosedur penyidikan Laka
Lantas
b. Pelatih membari kesempatan kepada serlat untuk bertanya
atau berkomentar.

c. Pelatih menayangkan DVD penyidikan Laka Lantas;

d. Pelatih menugaskan serlat untuk mempraktekkan penyidikan


Laka Lantas
e. Pelatih membahas tayangan DVD dan hasil praktek penyidikan
Laka Lantas
Tahap inti III :135 menit
a. Pelatih menyampaikan materi pelajaran yang mencangkup
pengertian, aturan hukum dan prosedur Dakgar Lantas
b. Pelatih membari kesempatan kepada serlat untk bertanya atau
berkomentar.
c. Pelatih menayangkan DVD Dakgar Lantas;

d. Pelatih menugaskan serlat untuk mempraktekkan Dakgar


Lantas
e. Pelatih membahas tayangan DVD dan hasil praktek Dakgar
Lantas
3. Tahap Akhir: 30 menit.
a. Penguatan materi.
pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum.
b. Cek penguasaan materi.
pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya
secara lisan dan acak kepada peserta didik.
c. Learning point.
pendidik merumuskan learning point/koreksi dan kesimpulan
dari materi yang disampaikan kepada peserta didik.

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 47


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan Tugas

Peserta didik mengumpulkan laporan hasil praktek penegakan hukum


lalu lintas pada Pendidik.

Lembar Kegiatan plate 14)

Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk membuat laporan


hasil praktek penegakan hukum lalu lintas.

Bahan Bacaan

PENEGAKAN HUKUM LALU LINTAS

Kegiatan ini dapat dibagi menjadi 3 meliputi : penindakan


pelanggaran secara Non yustitie , Penindakan pelanggaran
dengan blangko tilang atau sumir, dan penyidikan laka lantas /
tindak pidana tertentu yang diatur oleh UU No 22/2009.

1. Diskresi penegakan hukum lalu lintas

Diskresi Polri adalah disisi lain, Polri mempunyai diskresi


sebagaimana terdapat dalam Pasal 18 ayat (1) UU 2/2002 : Untuk
kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak
menurut penilaiannya sendiri.”
“Pengaturan Lalu Lintas Dalam Keadaan Tertentu adalah tindakan
petugas dalam hal mengatur lalu lintas di jalan dengan
menggunakan gerakan tangan, isyarat bunyi, isyarat cahaya dan
alat bantu lainnya dalam keadaan tertentu.”Namun, menurut Pasal
4 ayat (1) huruf g Perkap 10/2012 tentang pengaturan lalu lintas
dalam keadaan tertentu dilakukan pada saat sistem lalu lintas
tidak berfungsi untuk Kelancaran Lalu Lintas yang disebabkan
antara lain oleh karena terjadi keadaan darurat seperti:
a. Perubahan lalu lintas secara tiba-tiba atau situasional;
b. Adanya pengguna jalan yang diprioritaskan;
c. Adanya pekerjaan jalan;

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 48


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Adanya kecelakaan lalu lintas;


e. Adanya aktivitas perayaan hari-hari nasional antar lain
peringatan hari ulang tahun kemerdekaan republik
indonesia,hari ulang tahun suatu kota, dan hari hari nasional
lainnya;
f. Adanya kegiatan olahraga, konferensi berskala nasional
maupun internasional;
g. Terjadi keadaan darurat antara lain kerusuhan massa,
demonstrasi, bencana alam, dan kebakaran; dan
h. Adanya penggunaan jalan selain untuk kegiatan LaluLintas.
Dalam keadaan-keadaan darurat tersebut, sebagaimana
dijelaskan Pasal 4 ayat [2] Perkap no. 10 tahun 2012 : maka
tindakan diskresi kepolisian dibidang pengaturan lalu lintas yang
meliputi :
a. Memberhentikan arus lalu lintas dan/atau pengguna jalan;
b. Mengatur pengguna jalan untuk terus jalan;
c. Mempercepat arus lalu lintas;
d. Memperlambat arus lalu lintas;
e. Mengalihkan arus lalu lintas; dan/atau
f. Menutup dan membuka arus lalu lintas.

2. Penindakan Pelanggaran lalu lintas

a. Penegakan hukum yang dilakukan oleh Polantas dengan


prinsip:
1) Menyelesaikan konflik dengan cara yang beradab
2) Untuk pencegahan
3) Perlindungan, pengayoman dan pelayanan
4) Kepastian hukum
5) Edukasi
b. Dasar Hukum
1) Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
2) Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
3) Undang-Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pelaksanaannya.
4) Undang - Undang No 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 49


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 15 Tahun


2005 tentang Jalan Tol
6) PP No. 50 tahun 2010 tentang jenis dan tarif
penerimaan bukan pajak yang berlaku pada Kepolisian
Negara Republik Indonesia
7) Surat Kapolri No. Pol. : B/2098/VIII/2009 tanggal 27
agustus 2009 tentang penggunaan blanko tilang lama
dalam perkara pelanggaran lalu lintas dan angkutan
jalan tertentu berdasrakan UU No. 22 tahun 2009
kepada Ketua Mahkamah Agung.
c. Pengertian
1) Pelanggaran adalah penyimpangan terhadap ketentuan
undang- undang yang berlaku.
2) Penindakan pelanggaran lalu lintas adalah tindakan
hukum yang ditujukan kepada pelanggar peraturan
perundang-undangan lalu lintas, yang dilakukan oleh
petugas Kepolisian Republik Indonesia baik secara non
yuridis maupun secara Yuridis.
3) Tindakan non yuridis adalah bentuk tindakan yang
diberikan oleh petugas Kepolisian Republik Indonesia
kepada pelanggar secara simpatik dalam bentuk
teguran/peringatan. Tindakan ini hanya ditujukan
terhadap pelanggaran lalu lintas yang sifatnya ringan
dan terhadap pelanggar yang masih-masing dengan
suatu wilayah (pendatang baru).
4) Tindakan Yuridis adalah bentuk tindakan yang
diberikan oleh petugas Kepolisian Republik Indonesia
kepada pelanggar secara Yuridis (Acara Pemeriksaan
Cepat / Tilang, Acara Pemeriksaan Singkat /
Sumir).Tindakan ini ditujukan kepada para pelanggar
peraturan perundang-undangan lalu lintas.
5) Tilang adalah bukti pelanggaran lalu lintas yang
hanyaditujukan kepada 51 jenis pelanggaran lalu
lintas.
Adapun kriteria jenis pelanggaran tertentu yaitu :
a) Pelanggaran secara kasat mata (tertangkap
tangan).
b) Tidak perlu alat untuk membuktikan.
c) Tidak perlu keterangan ahli.
d. Persiapan
1) Langkah Persiapan

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 50


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Untuk penindakan pelanggaran lalu lintas administrasi


pendukung yang perlu disiapkan antara lain :
a) Blangko Tilang / Blangko BAP Singkat.
b) Surat Perintah Tugas
c) Papan Petunjuk adanya Pemeriksaan
d) Label Barang Bukti.
e) Alat tulis
2) Cara bertindak.
(1) Pelaksanaan penindakan pelanggaran lalu lintas
digolongkan menjadi 2 yaitu :
(1) Penindakanbergerak (Hunting) yaitu cara
menindak pelanggar sambil melaksanakan
patroli dan bersifat insidentil. Dimana dalam
penindakan ini dilakukan terhadap pelanggar
yang kasat mata (tertangkap tangan) sesuai
pasal 111 KUHAP bagi petugas tidak perlu
dilengkapi Surat Perintah Tugas.
(2) Pasal 264 UU No. 22 Tahun 2009
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
dilakukan oleh:
(a) Petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia; dan
(b) Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
3) Pasal 265 UU No. 22 tahun 2009
a) Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 264 meliputi
pemeriksaan:
(1) Surat Izin Mengemudi, Surat Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba
Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor, atau Tanda Coba
Kendaraan Bermotor;
(2) tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji;
(3) fisik Kendaraan Bermotor;
(4) daya angkut dan/atau cara pengangkutan
barang; dan/atau
(5) izin penyelenggaraan angkutan.
b) Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 51
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dilakukan secara berkala atau insidental sesuai


dengan kebutuhan.
c) Untuk melaksanakan pemeriksaan Kendaraan
Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia
berwenang untuk:
(1) menghentikan Kendaraan Bermotor;
(2) meminta keterangan kepada Pengemudi;
dan/atau melakukan tindakan lain menurut
hukum secara bertanggung jawab.
4) Pasal 266 UU No. 22 tahun 2009
a) Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 265 ayat (1)
dapat dilakukan secara insidental oleh petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b) Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 265 ayat (1)
huruf b sampai dengan huruf e dapat dilakukan
secara insidental oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil.
c) Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan secara
berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 265
ayat (2) dalam keadaan tertentu dilakukan secara
gabungan oleh petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri
Sipil.
d) Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam
melaksanakan pemeriksaan Kendaraan Bermotor
di Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib didampingi oleh petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
(1) Dalam pelaksanaannya harus dilengkapi
dengan Surat Perintah Tugas dan dipimpin
oleh Perwira. Pada setiap lokasi
pelaksanaan pemeriksaan kendaraan
bermotor petugas dibagi dalam kelompok-
kelompok :
(a) Petugas yang beri isyarat mengurangi
kecepatan.
(b) Petugas yang menghentikan.
(c) Petugas yang memeriksa.
(d) Petugas yang melaksanakan
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 52
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penilangan.
(e) Petugas yang mengamankan barang
bukti.
(f) Petugas yang siap sedia melakukan
tindakan lain (pengejaran, mengatisipasi
kalau ada perlawanan Fisik).
(2) Pelanggaran dapat ditindak dengan Tilang
Altenatif I atau alternatif III.
(3) Proses Acara Pemeriksaan.
(4) Didalam acara penyelesaian perkara
pelanggaran lalu lintas selain telah diatur
dalam KUHAP maka telah diatur dalam UU
no 22/2009.
e. Kelengkapan Petugas.
1) Pakaian petugas menggunakan PD Sus Lantas
dilengkapi sabuk silang dan manshet.
2) Alkomlek yang bisa digelar ke Mako dan induk / pos-pos.
3) Kendaraan bermotor secukupnya.
f. Pelaksanaan.
1) Penindakan bergerak dilaksanakan pada saat petugas
sedang melakukan :Patroli lalu lintas, Pengaturan dan
penjagaan pada PH Lantas (persimpangan,ruas jalan
dll).
2) Penindakan ditempat, pelaksanaannya :
a) Direncanakan terlebih dahulu
b) Dilengkapi dengan surat perintah tugas
c) Harus dipimpin oleh Perwira
d) Lokasinya ditetapkan ditempat-tempat yang tidak
terlarang.
e) Sasaran diprioritaskan
f) Dapat dilaksanakan secara gabungan
denganinstansi terkait (Pemda, DLLAJ, Jasa
Raharja dll).

3. Prosedur penilangan (TILANG)


a. Bentuk dan Administrasi Tilang.
1) Tilang bentuk dan formatnya merupakan Berita
Acara yang disederhanakan sehingga dalam
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 53
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tilang tercantum catatan Polisi tentang


a) Identitas pelanggar
b) Jenis pelanggaran
c) Lokasi pelanggarannya
d) Barang bukti yang diminta
e) Waktu pelaksanaan sidang
f) Dan pada sebaliknya catatan untuk Pengadilan dan
Kejaksaan.
g) Data penindak lengkap dengan tanda tangan.
2) Tilang terdiri dari 5 lembar dan masing-masing
berlainan warna :
a) Merah dan atau Biru untuk Pelanggar
b) Hijau untuk Pengadilan
c) Putih untuk Kejaksaan
d) Kuning untuk Polri
3) Fungsi Tilang :
a) Sebagai surat panggilan ke Pengadilan Negeri.
b) Sebagai pengantar untuk pembayaran denda ke
Bank / Panitera.
c) Sebagai tanda penyitaan atas barang bukti yang
disita (SIM, STNK, Kendaraan Bermotor).
d) Sebagai pengambilan barang titipan dll
b. Pelaksanaan Tilang
Sistem penindakan dalam pelaksanaan dalam menggunakan
alternative sebagai berikut :
1) Alternatif secara elektronik (e-tilang)
Dalam mewujudkan pelayanan yang prima kepada
publik bidang kamseltibcar lantas yang dapat dirasakan
oleh masyarakat melalui pelayanan yang cepat, tepat,
akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah
diakses maka, digunakan pembayaran denda tilang
elektronik dengan sistem fasilitas “e-banking” baik
melalui “SMS Banking dan ATM Bangking”,
keduanya sama, yakni Pelanggar dalam
menyelesaikan/ menebus bukti tilang mempunyai dua
pilihan yaitu : Menggunakan slip tilang warna biru
ataupun warna merah
2) Alternatif penindakan secara manual
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 54
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pelaksanaan penindakan dengan Tilang ada 2 (dua )


alternatif yaitu :
a) Alternatif I diperuntukkan :
(1) Terhadap pelanggar yang mengakui
kesalahannya.
(2) Pelanggar bersedia membayar atau setor
uang titipan (denda) ke Bank dan bersedia
diwakili oleh petugas yang ditunjuk Polri guna
menghadiri sidang di Pengadilan.
(3) Pelanggar bersedia menitipkan barang titipan
sebagai Barang bukti sementara seperti SIM,
STNK, KTP.
(4) Formulir Tilang yang disampaikan warna Biru.
b) Alternatif II diperuntukkan :
(1) Terhadap pelanggar yang tidak mengakui
kesalahannya atau melawan petugas.
(2) Pelanggar tidak bersedia membayar atau
setor uang titipan (denda) ke Bank .
(3) Tidak bersedia diwakili oleh petugas yang
ditunjuk Polri guna menghadiri sidang di
Pengadilan.
(4) Pelanggar tidak bersedia menitipkan barang
titipan sebagai Barang bukti sementara
seperti SIM, STNK, KTP.
(5) Formulir Tilang yang disampaikan warna
merah.
3) Prosedur dan Mekanisme Tilang.
Polri selaku penyidik bertugas :
a) Menindak pelanggar baik dengan alternatif
elektronik maupun alternatif manual meliputi
alternatif I maupun alternatif II.
b) Pelaksanaan tilang elektronik terurai sebagai
berikut :
(1) Polisi melakukan penindakan.
(2) Polisi memasukkan data tilang pada aplikasi
e-tilang.
(3) Pelanggar mendapatkan notifikasi nomor
pembayaran tilang.
(4) Pembayaran denda tilang dilakukan melalui

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 55


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

jaringan perbankan e-banking (Bank BRI).


(5) Pelanggar dapat mengambil barang bukti
yang disita dititipkan dengan
menunjukan bukti pembayaran.
(6) Pelanggar tidak perlu hadir di persidangan
atau diwakilkan kepada petugas.
(7) Hakim dalam persidangan tilang
memutuskan (vonis) nominal denda
tilang atau amar putusan.
(8) Kejaksaan selaku eksekutor mengeksekusi
amar atau putusan tilang menggunakan
aplikasi e-tilang.
(9) Pelanggar mendapat notifikasi SMS banking,
berisi informasi amar atau putusan dan
sisa dana titipan denda tilang.
(10) Sisa atau kelebihan dana titipan denda tilang
dapat diambil di unit kerja Bank BRI seluruh
Indonesia.
c) Pelaksanaan Tilang alternatif I Polri menindak
dengan menggunakan Formulir warna biru.
(1) Menyarankan pelanggar dalam kesempatan
pertama bayar denda ke Bank (maksimal
dalam batas waktu 5 hari).
(2) Setelah pelanggar bayar denda ke Bank dan
Bank telah memberikan validasi berupa Cap
Registrasi, segera Polri mengembalikan
Barang Bukti yang disita.
(3) Berkas Tilang akan diajukan secara kumu-latif
oleh petugas Ba Tilang ke PN sedangkan
sidang dihadiri oleh wakil yang ditunjuk.
d) Pelaksanaan Tilang alternatif II.
(1) Polri menindak dengan menggunakan
Formulir warna merah.
(2) Dalam penetapan hari sidang harus
memperhatikan ketetapan yang telah
ditentukan oleh Pengadilan.
(3) Jelaskan kapan dimana pelanggar harus
menghadiri sidang.
(4) Bilamana pelanggar tidak hadir, penyidik
berkewajiban sampai dengan 2 kali
memanggil dan untuk ke 3 kalinya langsung
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 56
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

melakukan penangkapan (Pasal 20 (2)


KUHAP).
(5) Pengembalian Barang Bukti menunggu
selesainya sidang dan dengan bukti setelah
pelanggar membayar denda ke Panitera
Pengadilan.
e) Tabel Denda
Tabel denda adalah kesepakatan perkiraan
denda bagi jenis-jenis pelanggaran yang
ditetapkan oleh Surat Keputusan Ketua Pengadilan
Negeri setempat.Selanjutnya tabel ini
dipergunakan oleh penyidik untuk
mencantumkan besarnya denda yang harus
dibayar ke Bank BRI atau kantor pos setempat.
Besaran Tabel secara berkala dapat ditinjau
oleh Pokja Tilang (DILJAKPOL).
f) Klasifikasi pelanggaran berdasarkan bobot
ancaman ada 51 jenis pelanggaran terdiri :
1) Pelanggaran ringan ( denda Rp. 100.000 s/d
Rp. 250.000) 27 jenis pelanggaran
2) Pelanggaran sedang ( Rp. 500.000 s/d
Rp.750.000) sebanyak 20 jenis pelanggaran
3) Pelanggaran berat (Rp. 1.000.000 s/d Rp.
4.000.000) sebanyak 4 jenis pelanggaran.

4. Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas


a. Dasar
1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
2) UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.
3) UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
4) UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.
5) UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan.
6) PP No. 15 tahun 2005 tentang jalan Tol.
7) UU No’ 33 dan 34 tahun 1964 tentang Dana asuransi
kecelakaan lalu lintas.
8) Perkap No.15 tahun 2013 tentang penyidikan laka
lantas.
b. Pengertian
1) Tempat kejadian perkara (TKP) kecelakaan lalu lintas,
adalah tempat dimana suatu kecelakaan lalu lintas
terjadi dengan segala akibat yang ditimbulkan serta
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 57
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tempat-tempat lain dimana korban & atau barang


bukti sehubungan dgn kecelakaan lalu lintas
diketemukan.
2) Penanganan Tempat Kejadian Perkara
(TKP)kecelakaan lalu lintas adalah kegiatan dan
tindakan Kepolisian di TKP kecelakaan lalu lintas yang
dilakukan oleh penyelidik atau penyidik yang meliputi :
a) Tindakan pertama di TKP kecelakaan lalu lintas.
Adalah tindakan Kepolisian yang diharuskan
dilakukan segera setelah terjadinya suatu
kecelakaan lalu lintas, dalam bentuk penutupan
dan pengamanan TKP untuk kepentingan
penyidikan selanjutnya dan mencegah terjadinya
kemacetan ataupun kecelakaan lalu lintas lain di
TKP tersebut serta terciptanya keamanan bagi
petugas, korban dan barang bukti serta pemakai
jalan lainnya.
b) Pengolahan TKP lalu lintas berupa tindakan atau
kegiatan setelah tindakan pertama di TKP
dilakukan dengan maksud untuk
mencari,mengumpulkan, menganalisa,
mengevaluasi bukti petunjuk,keadaan,
keterangan serta identitas tersangka menurut
teori "bukti segi tiga", guna memberi arah bagi
penyidikan selanjutnya.
c. Persiapan mendatangi TKP kecelakaan lalulintas
1) Personil
Terdiri dari anggota Polantas minimal 2 (dua) orang
dan anggota Sabhara minimal 2(dua) orang serta unsur
bantuan teknis (laboratorium kriminal dan identifikasi
untuk melakukan pemotretan, pengambilan sidik jari
dan tindakan lain yang diperlukan). Apabila kecelakaan
lalu lintas berakibat kemacetan lalu lintas yang panjang
perlu menyertai anggota Bimmas untuk memberikan
informasi kepada pengemudi agar pengemudi sabar
untuk antri karena telah terjadi kecelakaan lalu lintas.
2) Kendaraan
Persiapkan kendaraan dan alat komunikasi untuk
kecepatan bertindak dan memelihara hubungan
petugas dengan markas kesatuan, selanjutnya adakan
pengecekan kembali terhadap peralatan kendaraan
seperti Rem, lampu rotator,ban, lampu-lampu, sirene
serta peralatan lainnya yang dianggap penting.
3) Peralatan lain yang diperlukan dalam menanganiTKP
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 58
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kecelakaan lalu lintas yang terdiri dari :


a) Alat pengaman TKP
(1) 10 buah kerucut Lalu lintas.
(2) 2 buah lampu peringatan.
(3) 2 buah senter.
(4) Rambu-rambu lalu lintas seperti petunjuk
arah, batas kecepatan dan sebagainya.
(5) 2 buah segitiga pengaman.
b) Kelengkapan petugas seperti:
(1) Jas/rompi lalu lintas.
(2) Sarung tangan.
(3) Peluit/sempritan.
(4) Tongkat Polri.
(5) Senjata api, borgol.
(6) Kotak P2GD.
c) Alat tulis dan klip board utk membuat sketsa
gambar TKP.
d) Alat pengukur jarak (meteran) dan alat-alat untuk
pembuatan tanda-tanda di permukaan jalan.
e) Alat pemecah kaca, alat pemotong sabuk
pengaman,alat pemotong kerangka kendaraan
bermotor, alat pengungkit/dongkrak kendaraan
bermotor dan alat penarik kendaraan bermotor.
f) Alat pemadam kebakaran.
g) Alat pemotret.
h) Kaca pembesar.
i) Garis Polisi (Police line).
j) Kompas.
k) Dan Iain-Iain yang diangap perlu disesuaikan
dengan situasi TKP dan jenis kecelakaan
lalulintas yang terjadi.
l) Segera hubungi instansi terkait bilamana
diperlukan seperti: Ambulans, pemadam
kebakaran, mobil derekdan Iain-Iain.
m) Setelah persiapan selesai maka langkah
selanjutnya adalah memberikan APP kepada
petugas yang akan ke TKP mengenai peristiwa

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 59


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kecelakaan lalulintas itusendiri, pembagian tugas


dan Iain-Iain.
d. Mendatangi TKP kecelakaan lalu lintas
1) Tentukan rute yang terpendek dengan memperhatikan
situasi lalu lintas.
2) Bergerak dengan cepat tetapi tetap memperhatikan
keselamatan.
3) Apabila situasi lalulintas padat dan melewati
persimpangan agar menggunakan sirene dan rotator.
4) Upayakan seminimal mungkin melakukan pelanggaran
lalu lintas.
5) Perhatikan arus lalu lintas selama diperjalanan
menujuTKP, bilamana ada kendaraan yang dicurigai
melarikan diri.
6) Tiba di TKP
a) Parkir kendaraan ditempat yang aman dan
diketahui oleh pengguna jalan lainnya serta
dapat berfungsi untuk mengamankan TKP dan
memberikan petunjuk agar pengguna
jalanPosisi kendaraan menghadap keluar
serong kanan dan berada dekat TKP apabila
jalan lurus sedangkan untuk TKP yang dekat
dengan tikungan berada sebelum tikungan.
b) Rotator kendaraan tetap dihidupkan sampai
selesai kegiatan penanganan TKP.
e. Tindakan pertama Di TKP kecelakaan lalu lintas
Mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas.
1) Tujuan pengamanan TKP kecelakaan lalu lintas
a) Menjaga agar TKP tetap utuh/tidak Berubah
sebagaimana pada saat dilihat dan
diketemukan petugas yang melakukan
tindakan pertama di TKP.
b) Mencegah timbulnya permasalahan ban seperti
terjadinya kecelakaan lalu lintas dan
kemacetan lalu lintas.
c) Untuk memberikan pertolongan kepada korban
dan mengamankan bagi petugas yang sedang
melaksanakan tugas di TKP serta pemakai
jalan lainnya.
d) Untuk melindungi agar barang bukti yang ada

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 60


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tidak hilang atau rusak.


e) Untuk memperoleh keterangan dan fakta
sebagai bahan penyidikkan lebih lanjut.
2) Alat-alat yang digunakan untuk mengamankan TKP
meliputi :
a) Kendaraan petugas.
b) Kerucut lalu lintas.
c) Lampu peringatan.
d) Lampu senter.
e) Rambu-rambu lalu lintas (petunjuk arah, batas
kecepatan, prioritas dan Iain-lain).
f) Segitiga pengaman.
3) Tata Cara mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas
Untuk menentukan jarak dalam rangka menutup dan
membatasi TKP kecelakaan lalu lintas harus terlebih
dahulu menentukan jarak berhenti suatu kendaraan .
Contoh :
Pada suatu jalur jalan dengan kecepatan yang diijinkan
adalah 72 km/jam maka jarak berhenti suatu kendaraan
dapat dihitung sebagai berikut :

2
( ) V
S= v .t +
(2. a)
S = Jarak berhenti kendaraan
V = Kecepatan kendaraan (72 km/jam = 20 M/det)
t = Waktu reaksi dari pengemudi rata0rata 1 detik
a= Perlambatan rata-rata 5 m/det

Maka jarak berhenti kendaraan tersebut adalah :


2
( ) 20
S= 20.1 +
( 2.5 )
= 20+40 m
= 60 meter

Dengan demikian maka jarak yang diperlukan untuk


menutup/ membatasi TKP kecelakaan lalu lintas dijalur jalan

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 61


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tersebut adalah 60 meter, dari kendaraan petugas sampai


kerucut terdepan.
f. Cara penempatan alat-alat pengamanan TKP
kecelakaan lalu lintas
1) Pada Jalur satu arah
Parkir kendaraan petugas menyudut/serong dengan
badan jalan (membentuk sudut kira-kira 30 derajat
dengan tepi jalan) didepan TKP kecelakaan lalu lintas,
dengan jarak 10 meter dari kendaraan/ korban yang
terlibat kecelakaan lalu lintas, dengan bagian belakang
dari kendaraan petugas tersebut menghadap arah
datangnya arus lalu lintas.
Lampu rotator dan lampu Hazard kendaraan petugas
dihidupkan. Letakkan kerucut no. 1 disamping kanan
bagian belakang kendaraan petugas dan segaris
dengan sudut kanan depan kendaraan petugas,
kemudian letakkan kerucut no. 9 paling depan dari arah
datangnya arus lalu lintas dengan jarak minimal 60
meter dari jarak berhenti kendaraan pada jalur jalan
tersebut.
Kemudian diantara kerucut no. 1 dan no. 9 diletakkan 7
(tujuh) buah kerucut lainnya, sedangkan kerucut no. 10
diletakkan diantara kendaraan petugas dan kendaraan
yang terlibat kecelakaan lalu lintas.
Kerucut No. 9 diletakkan ditepi jalan/pada garis tepi
jalan dan didepan kerucut tersebut ditempatkan lampu
peringatan pada kedua sisi jalan dengan jarak antara
25 s/d 50 meter dari kerucut No. 9 tersebut, namun
apabila tidak memiliki lampu peringatan agar
menggunakan segi tiga pengaman.
2) Pada jalur 2 (dua) arah
Posisi kendaraan petugas dengan cara penempatan
pada jalur satu arah.
Penempatan kerucut pada prinsifnya sama dengan
cara penempatan pada jalur satu arah, hanya pada
jalur jalan yang ditutup ditempatkan 7 (tujuh) buah
kerucut sepanjang jarak berhenti kendaraan.
Tiga buah kerucut lainnya ditempatkan pada arah yang
berlawanan, sebagai batas lajur yang ditutup,
Kemudian ditepi seberang jalan sejajar dengan kerucut
No. 3 dan ditepi seberang jalan lainnya ditempatkan
lampu peringatan atau segi tiga pengaman.
Ditempat kerucut No. 7 pada jarak antara 25 s/d 50
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 62
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

meter ditempatkan lampu peringatan /segi tiga


pengaman, kemudian disamping kerucut No. 7 yang
diletakkan ditepi jalan ditempatkan rambu lalu lintas
(memberi kesempatan terlebih dahulu pada kendaraan
yang datang dari depan)
3) Ketentuan penempatan alat-alat TKP laka lantas
tersebut diatas hanya dapat dilaksanakan pada TKP
kecelakaan lalu lintas dijalur lalu lintas yang sepi, ruas
jalannya lebar & kecepatan tinggi seperti jalan Tol
Arteri.
a) Melarang setiap orang yang tidak
berkepentingan masuk ke TKP yang telah
diberi batas (Police line).
b) Mengamankan tersangka dan saksi serta
mengumpulkannya pada tempat diluar batas
yang telah ditentukan.
c) Memisahkan saksi dan tersangka dengan
maksud untuk tidak saling mempengaruhi.
d) Membuat tanda di TKP kecelakaan lalu lintas :
(1) Terhadap kendaraan yang terlibat
kecelakaan lalu lintas.
(2) Kedudukan kendaraan yang terlibat
kecelakaan lalu lintas diberi tanda " Garis
siku-siku" diatas permukaan jalan pada
batas masing-masing bumper depan dan
belakang dari kendaraan tersebut ( titik
terluar dari keempat sudutnya), sedangkan
kedudukan dari keempat as roda kendaraan
tersebut diberi tanda X diatas permukaan
jalan.
(3) Terhadap korban kecelakaan lalu lintas.
(4) Letak dari pada korban diberi tanda dengan
menggambar bagian luar dari tubuh korban
diatas permukaan tempat dimana korban
tergeletak.
(5) Terhadap alat bukti lainnya
(6) Untuk alat bukti lainnya seperti ceceran
darah, pecehan kaca, alat-alat kendaraan
yang terlepas, lobang dipermukaan jalan
dan sebagainya ditandai dengan melingkari
bagian luarnya diatas permukaan tempat/
jalan dimana alat-alat bukti tersebut
ditemukan.
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 63
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(7) Terhadap titik tabrak


(8) Titik tabrak ditandai dengan tanda X didalam
lingkaran.
(9) Terhadap bekas rem.
(10) Bekas rem kendaraan ditandai dengan
tanda XX pada kedua ujung bekas rem
tersebut.
(11) Setelah alat bukti diberi tanda dan di foto
segera dipindah kan ketepi jalan sehingga
arus lalu lintas dapat lancar kembali.
e) Penanganan terhadap korban kecelakaan Lalu
Lintas
(1) Tujuan dilaksanakannya pertolongan
terhadap korban kecelakaan lalulintas
adalah untuk membantu agar kondisi korban
tersebut tidak menjadi lebih buruk.
(2) Peralatan yang diperlukan dalam menolong
korban kecelakaan lalu lintas adalah
sebagai berikut : Pembalut cepat , Kasa
steril, Pembalut biasa, Obat merah
(yodium), Pembalut segi tiga, Plester,
Kapas, Gunting.
(3) Tata cara memberikan pertolongan pada
korban kecelakaan lalu lintas
(a) Apabila tidak ada petugas medis
usahakan memberikan pertolongan
sesuai petunjuk P2GD.
(b) Terhadap korban patah tulang, agar
dijaga korban tetap pada posisi semula
dan jangan sekali-kali merobah posisi
korban dan pada saat akan dikirim
kerumah sakit, diusahakan agar posisi
korban tetap seperti saat ditemukan di
TKP.
(c) Terhadap korban yang terhimpit
anggota badannya oleh kendaraan /
alat-alat kendaraan, apabila akan
dilakukan pertolongan terhadap korban,
usahakan terlebih dahulu kehadiran
seorang dokter atau petugas medis
untuk menghentikan pendarahan atau
memberikan pertolongan lebih lanjut
setelah korban dilepaskan dari
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 64
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

himpitan/ jepitan tersebut.


(d) Apabila korban dapat menganggu
kelancaran arus lalu lintas, maka korban
dapat dipindahkan ketempat yang aman
dengan memberikan tanda terlebih
dahulu pada letak korban semula.
Usahakan secepatnya dapat mengeta
hui dan mencatat indentitas korban dan
dalam kasus tabrak lari diupayakan
untuk mendapat informasi dari korban
mengenai identitas kendaraan yang
menabrak korban.
(e) Dalam mengirim korban dengan tidak
menggunakan kendaraan ambulance
atau kendaraan petugas maka yang
perlu dilakukan adalah menentukan
terlebih dahulu Rumah sakit atau
dokter yang akan dituju kemudian
mencatat indentitas kendaraan yang
akan membawa korban ke Rumah
Sakit.
(f) Amankan dan catat semua barang
berharga milik korban, untuk kemudian
diserahkan kembali kepada korban/
keluarga/ ahli waris yang berhak.
g. Pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas
Tujuan dilaksanakannya pengolahan TKP kecelakaan lalu
lintas adalah untuk mencari dan mengumpulkan alat bukti
sebanyak-banyaknya untuk dianalisa dan dievaluasi menurut
teori " Bukti Segi Tiga" guna memberi arah terhadap
penyidikkan selanjutnya.Alat-alat bukti yang dapat
dikumpulkan di TKP kecelakaan lalu lintas yaitu : alat bukti
petunjuk, alat bukti keterangan saksi dan alat bukti
keterangan tersangka.Untuk memperoleh alat-alat bukti
tersebut diatas, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1) Pengamatan umum
Keadaan jalan, sempit/ lebar/ tanjakan/ turunan/
tikungan/ simpangan/ lurus dll.Keadaan lingkungan,
ramai/ sepi/ bebas pandangan dll.
Keadaan cuaca pada waktu terjadi kecelakaan lalu
lintas
a) Kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas.

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 65


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Kerusakan pada kendaraan.


c) Kerusakan pada jalan dan kelengkapannya.
d) Letak kendaraan dan korban.
e) Bekas-bekas tabrakan yang tertinggal di jalan
seperti; bekas rem, pecehan kaca, tetesan
darah, bekas cat/ dempul, bekas oli, suku
cadang yang terlepas/ jatuh dll.
f) Arah datangnya kendaraan yang terlibat
kecelakaan.
2) Pemeriksaan terhadap kendaraan yangterlibat
kecelakaan lalu lintas.
a) Surat-surat kendaraan (STNK,STCK, Buku Kir).
b) Keadaan lampu-lampu kendaraan (apakah
semua menyala dengan baik dan bagaimana
penyetelan tinggi rendahnya sorot lampu).
c) Keadaan klakson.
d) Keadaan alat penghapus kaca.
e) Kedudukan persneling pada gigi berapa.
f) Keadaan kemudi.
g) Penyetelan dari pada kaca spion.
h) Kondisi rem.
i) Kondisi ban kendaraan.
j) Kedudukan spido meter/ukuran kecepatan
kendaraan.
k) Kondisi Per.
l) Muatan kendaraan.
3) Pemeriksaan terhadap jalan dan kelengkapanya Kondisi
jalan (HotMix/Sirtu/ berlobang/ bergelombang dll)
(1) Rambu-rambu yang ada disekitar TKP.
(2) Kondisi bahu jalan.
(3) Marka jalan.
4) Pemeriksaan terhadap tersangka
a) Amankan tersangka termasuk memberikan
perlindungan apabila ada masyarakat yang main
hakim sendiri.
b) Lakukan interview dengan mengajukan
pertanyaan singkat kepada tersangka untuk

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 66


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

memperoleh keterangan sementara tentang


bagaimana terjadinya peristiwa kecelakaan
tersebut.
c) Kondisi pengemudi sebelum terjadi kecelakaan
lalu lintas.
d) Catat indentitas tersangka (SIM,KTP dll).
e) Photografi (pemotretan) di TKP.
f) Foto situasi TKP secara keseluruhan, sebanyak 4
(empat) kali dari 4 (empat) penjuru.
g) Foto posisi dari kendaraan yang terlibat
kecelakaan, sebanyak 4 (empat) kali dari 4
(empat) penjuru.
h) Foto korban sebelum dipindakan dari TKP.
i) Foto kerusakan yang ada pada kendaraan yang
terlibat kecelakaan lalu lintas.
j) Foto bekas-bekas yang tertinggal di TKP seperti
bekas rem, pecahan kaca, pecahan cat/dempul
dll.
k) Setelah melakukan pemotretan, semua data-data
dicatat dengan lengkap meliputi:
(1) Jarak pengambilan gambar.
(2) Cuaca pada waktu pengambilan foto.
(3) Cahaya/penyinaran yang digunakan.
(4) Kamera yang digunakan.
(5) Diafragma dan kecepatan yang digunakan
(6) Arah pemotretan.
(7) Setelah seluruh kegiatan pemotretan
selesai, segera dituangkan dalam bentuk
Berita Acara Pemotretan.
5) Pembuatan gambar/sketsa TKP, langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Cari arah mata angin (arah utara).
b) Tentukan Skala ( 1 : 100 yang artinya 1 Cm di
gambar sama dengan 100Cm di TKP) atau (1
: 200 yang artinya 1Cm di Gambar sama
dengan 200 Cm diTKP).
c) Unsur-unsur yang harus dituangkan dalam
gambar TKP kecelakaan lalu lintas adalah :

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 67


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) Lebar jalan,lebar got,lebar trotoar dll.


(2) Bentuk jalan ; jalan lurus, tikungan,
persimpangan.
(3) Posisi korban.
(4) Posisi kendaraan.
(5) Posisi titik tabrak.
(6) Posisi titik pokok pengkuran.
(7) Posisi barang bukti.
(8) Bayangan arah/tujuan dari masing-masing
kendaraan yang terlibat.
(9) Untuk menguatkan gambar sketsa di TKP
perlu di tanda tangani oleh tersangka,saksi
dan diketahui oleh penyidik yang
membuat sketsa TKP.
6) Pengukuran gambar/ sketsa TKP
Tujuan dari kegiatan pengukuran TKP
kecelakaan lalu lintas adalah untuk mengetahui
jarak/ukuran yang sebenarnya dari situasi TKP.
Dengan ukuran yang benar maka akan memudahkan
pada waktu diadakan rekonstruksi.
a) Posisi/titik yang perlu dilakukan pengkuran.
(1) Titik pokok pengukuran (titik P)
(2) Key point/ titik tabrak (titik X)
(3) Posisi kendaraan yang terlibat (titik
pengukuran dari bemper depan dan
belakang)
(4) Posisi korban
(5) Posisi barang bukti
(6) Panjang bekas rem
(7) Lebar jalan
b) Metode/cara pengukuran di TKP kecelakaan lalu
lintas.
(1) Metode garis alas.
(2) Tentukan titik pokok pengukuran (tiang
listrik, pal Km, tiang telepon/bangunan-2
lainnya yang tidak dilakukan pemindahan
dalam waktu dekat)atau titik P.
(3) Tarik garis lurus melalui titik P dan sejajar
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 68
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dengan jalan dimana terjadi kecelakaan


tersebut.
(4) Tarik garis tegak lurus dari semua titik
yangperlu diukur ke garis alas.
(5) Adakan pengukuran terhadap garis-garis
tegak lurus tersebut.
(6) Ukur jarak antara titik P (garis alas) ke
semua titik yang ada di garis alas, (contoh
terlampir) Metode in lebih cocok untuk
jalan lurus.
c) Metode Segitiga
(1) Tentukan 2 (dua) buah titik pokok
pengukuran (titik A dan titik B).
(2) Tarik garis lurus dari A ke B.
(3) Tarik garis lurus dari semua titik yang
harus diukur ke titik A dan B. Metode ini
lebih cocok untuk jalan tikungan tajam atau
persimpangan
h. Pengakhiran penanganan TKP Kecelakaan Lalu Lintas
1) Konsolidasi
Setelah pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas selesai
dilaksana kan maka dilakukan pengecekan terhadap
personil,perlengkapan dan segala hal yang diketahui,
diketemukan dan dilakukan di TKP.
2) Pembukaan TKP
Setelah TKP dibuka hal yang perlu diperhatikan bahwa
arus lalu lintas harus normal kembali baru
anggota(anggota disini bukan termasuk dalam tim
penyidik kecelakaan lalu lintas) dpt meninggalkan
TKP.
3) Permintaan Visum et Repertum
a) Setelah kembali dari TKP, segera ajukan
permintaan Visum et Repertum ke R.S. dimana
korban di rawat.
b) Isilah Blangko Visum sesuai kebutuhan (Visum
luar untuk korban luka & Visum dlm untuk korban
meninggal dunia).
c) Pengiriman mayat ke Rumah Sakit untuk
dimintakan Visum harus diperhatikan :
(1) Diberi label dan disegel pada ibu jarinya

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 69


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(guna menghindari kekeliruan).


(2) Pada label harus jelas disebutkan identitas
korban (nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, tempat tinggal, No.LP,
tanda tangan petugas yang mengirim).
d) Apabila keluarga korban keberatan diadakan
bedah mayat maka kewajiban penyidik untuk
secara persuasif memberikan penjelasan
tentang pentingnya bedah mayat tersebut
(sebagai pedoman gunakan pasal 222 KUHP).
e) Pada dasarnya pencabutan Visum tidak
dibenarkan, bilamana Visum harus dicabut
maka yang berwenang mencabut Visum adalah
serendah-rendahnya Kapolres.
f) Permohonan pencabutan Visum diajukan oleh
keluarga korban (ayah/ibu, suami/istri, dan
anak) yang disahkan oleh Lurah/ kepala desa
setempat berdasarkan alasan yang dapat
diterima misalnya: alasan agama, kepercayaan
atau adat istiadat.
4) Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan diTKP
a) Berita Acara Pemeriksaan di TKP dibuat oleh
Penyidik/ Penyidik Pembantu yang melakukan
pengolahan TKP, dengan materi sebagai berikut :
(1) Hasil yang diketemukan di TKP baik TKP itu
sendiri, korban, saksi-saksi, tersangka
maupun barang bukti.
(2) Tindakan yang dilakukan oleh petugas (TP
TKP dan pengolahan TKP) tehadap hasil
yang ditemukan di TKP.
b) Disamping Berita Acara Pemeriksaan di TKP
dibuat juga Berita Acara Pemotretan di TKP dan
Berita Acara Iain-Iain sesuai tindakan yang
dilakukan.
5) Adakan koordinasi dengan pihak Jasa Raharja dalam
rangka mempercepat klaim asuransi bagi korban luka
maupun meninggal dunia, laksanakan proses penyidikan
sesuai KUHAP.
6) Penyidikan
a) Pemanggilan tersangka dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
(1) Pedomani ketentuan yang diatur dalam
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 70
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pasal 112, 113 dan 116 KUHAP.


(2) Surat panggilan harus ditanda tangani oleh
pejabat yang berwenang (Kapolres/Kasat
Lantas selaku penyidik) serta yang
dipanggil.
(3) Nama, pekerjaan dan alamat yang dipanggil
harus ditulis dengan jelas.
(4) Waktu pemanggilan (tanggal hari dan jam)
dan tempat untuk menghadap harus ditulis
dengan jelas serta harus ada cukup
tenggang waktu bagi yang dipanggil
(penerima surat panggilan) untuk
menghadap.
(5) Sebutkan dengan jelas maksud / keperluan
pemanggilan.
b) Penahanan Terhadap Tersangka. Bagi tersangka
yang terlibat kecelakaan lalu lintas dan korban
meninggal dunia atau luka berat, untuk
kepentingan penyidikan dapat dilakukan
penahanan (pasal 20 KUHAP).
Oleh karena penahanan merupakan tindakan
pengekangan terhadap kebebasan seseorang,
maka dalam pelaksanaannya harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
(1) Pedomani ketentuan yang diatur dalam
pasal 20, 21, 24, 25, 29 dan 31 KUHAP.
(2) Surat Perintah Penahanan harus
ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang (Kapolres/ Kasat Lantas selaku
penyidik).
(3) Atas permintaan tersangka, penyidik dapat
menangguhkan penahanan (pasal 31
KUHAP yo pasal 35,36 PP 27 tahun 1982).
Kewenangan menangguhkan penahanan
sementara berada pada Kepala Kesatuan
(Kapolres).
(4) Surat Perintah Pengeluaran Tahanan
ditandatangani oleh Kepala Kesatuan
(Kapolres).
c) Penyidik atau penyidik pembantu (pemeriksa)
yang mempunyai kewenangan sesuai yang diatur
dalam pasal 6, 7, 9, 10 dan 11 KUHP
melakukan pemeriksaan terhadap
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 71
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

saksi/tersangka dalam hal sebagai berikut :


(1) Dalam hal dimulainya penyidikan terhadap
peristiwa kecelakaan lalu lintas yang terjadi,
maka penyidik berkewajiban untuk
memberitahukan hal itu kepada Penuntut
Umum (pasal 109 (1) KUHAP).
(2) Dalam hal dimulainya pemeriksaan terhadap
tersangka, maka pemeriksa wajib untuk
memberitahukan tentang hak-hak tersangka
(pasal 50 s/d 65 KUHAP).
(3) Dalam melakukan pemeriksaan, pemeriksa
dilarang menggunakan kekerasan/tekanan
dalam bentuk apapun (pasal 117 (1)
KUHAP).
(4) Pemeriksaan terhadap saksi atau tersangka
dapat dilakukan ditempat kediamannya,
bilamanatelah duakali dipanggil secara
berturut-turut dengan surat panggilan yang
sah, tetapi yang bersangkutan tidak dapat
hadir karena alasan yang patut dan wajar
(pasal 113 KUHAP).
(5) Penyidik/penyidik pembantu dapat meminta
pendapat ahli / orang yang memiliki keahlian
khusus (pasal 120 (1) KUHAP). Terutama
berkaitan dengan persyaratan teknis dan laik
jalan kepada petugas DLLAJ yang
mempunyai keahlian sebagai pemeriksa dan
atau ATPM (sebagai ahli spesifikasi tehnis
kendaraan) di daerah.
(6) Saksi diperiksa dengan tidak disumpah
kecuali ada cukup alasan untuk dapat diduga
bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam
pemeriksaan di Pengadilan (pasal 116 (1)
KUHAP).
(7) Tersangka berhak meminta turunan Berita
Acara Pemeriksaan atas dirinya.
(8) Dalam hal tersangka ditahan sementara,
maka waktu 1 x 24 jam.(1hari) setelah
perintah penahanan di jalankan harus segera
dilakukan pemeriksaan (PS 122 KUHAP).
d) Tersangka yang ditahan harus segera
dibuatkan Surat Perintah Penahanan Tersangka
(SPPT) dan tembusan disampaikan kepada

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 72


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

keluarga.
Perhatikan:
(1) Penyidik selalu mengikuti perkembangan
korban bila luka berat astau kemungkinan
meninggal dunia.
(2) Penyidik yang melakukan pemeriksaan tidak
boleh ganti-ganti.
(3) Beritahukan hak-hak tersangka secara jelas.
e) Berita Acara Pemeriksaan yang digunakan adalah:
(1) Terhadap kecelakaan lalu lintas yang
korbannya meninggal atau luka berat proses
penyidikannya dilaksanakan sebagaimana
prosedur pemeriksaan biasa.
(2) Terhadap kecelakaan lalu lintas yang
korbannya atau akibat yang ditimbulakn
sangat ringan, proses penyidikannya dapat
dilakukan secara Acara Pemeriksaan
Singkat (Sumir /Tipiring).
i. Penyitaan Barang Bukti
Pada prinsipnya setiap kendaraan yang
digunakanuntukmelakukan tindak pidana dapat diamankan
sementara termasuk surat-suratnya yang semata-mata untuk
kepentingan penyidikan ke Pengadilan. Kecelakaan lalu
lintas adalah perbuatan tertangkap tangan (pasal 111
KUHAP). Setelah dari TKP penyidik segera menetapkan
berdasarkan bukti-bukti di TKP apakah perbuatan
pelanggaran mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dapat
dilakukan penyidikan atau tidak. Untuk melengkapi berkas
perkara pemeriksaan maka penyidik segera minta
persetujuan Ketua Pengadilan atas kendaraan atau surat-
surat yang disita (pasal 38 ayat (2) KUHAP).

Atas pertimbangan kepentingan masyarakat kendaraan


dapat tidak dilakukan penyitaan dengan catatan :

1) Penyidik tidak membutuhkan lagi sebagai bahan


pembuktian.
2) Kendaraan tersebut sangat dibutuhkan oleh pemilik
untuk mengurangi beban ekonomi keluarga terutama
kendaraan dari kredit.
3) Penyidik tidak menambah beban administrasi
penyidikan terutama penyediaan lahan
arkir/penyimpanan dan pengawasan.
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 73
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Kendaraan harus difoto dari 4 dimensi (pada titik


benturan, depan/ belakang, kanan / kiri).
5) Tidak boleh dirubah bentuk.
j. Taktik dan teknik pemeriksaan
1) Persiapan pemeriksaan
(1) Pemeriksa (penyidik/penyidik pembantu) harus
berusaha menarik dan mengumpulkan semua
keterangan yang mengarah pada unsur-unsur
pidana yang dituduhkan semaksimal mungkin.
(2) Menyeleksi bukti-bukti dari TKP yang penting
untuk bahanpemeriksaan yang dituangkan dalam
BAP.
(3) Hindari pemikiran subyektif terhadap pelaku
sebelum mendapatkan keterangan-keterangan
dari saksi (korban), pelaku disertai dengan
bukti-bukti di TKP.
2) Hasil pemeriksaan dibuat dalam berita acara
(1) Kecelakaan lalulintas korban meninggal dunia
dan atau luka berat dibuat dalam acara
pemeriksaan biasa (pasal 152- 202 KUHAP).
(2) Kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan
dan atau rugi material dibuat dalam acara
pemeriksaan singkat (pasal 203-204 KUHAP)
Contoh terlampir.
3) Berita Acara harus memenuhi persyaratan :
(1) Syarat formal
Sesuai dengan pasal 121 KUHAP yaitu Penyidik
atas kekuatan sumpah jabatan membuat BA
yang diberi tanggal dan memuat tindak pidana
yang dipersangkakan, dengan menyebut waktu
tindak pidana dilakukan, nama dan tempat
tinggal dari tersangka dan atau saksi,
keterangan mereka, catatan mengenai akta dan
atau benda serta segala sesuatu yang dianggap
perlu untuk kepentingan penyelesaian perkara.
(2) Syarat matriel
Yaitu Berita Acara yang dibuat harus memenuhi
syarat-syarat pembuktian yaitu antara bukti-bukti
yang diketemukan di TKP dengan unsur-unsur
kesalahan (kelalaian dan atau kesengajaan) yang
disangkakan.

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 74


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

k. Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas menyangkut


WargaNegara Asing (CD atau CC)
1) Anggota CD/CC yang menggunakan kendaraan CD/CC
bertabrakan dengan pejalan kaki :
a) Tindakan pertama di TKP
(1) Laksanakan TPTKP sesuai prosedur.
(2) Catat identitas korban / pejalan kaki dan
pengemudi (anggota CD/CC) serta
kendaraannya.
b) Tindakan lanjutan (di kantor).
(1) Periksa saksi dan korban (kalau
memungkinkan).
(2) Pengemudi dan kendaraan anggota CD/CC
tidak ditahan/disita cukup di foto.
(3) Berkas perkara diteruskan ke DEPLU melalui
Direktur Intelpampol Mabes Polri.
2) A n g g o t a CD/CCmenggunakan kendaraan
CD/CC bertabrakan dengankendaraan sipil yang
dikemudikan oleh orang sipil.
a) Tindakan pertama di TKP.
(1) Laksanakan TPKTP sesuai prosedur.
(2) Catat identitas kendaraan dan kedua
pengemudi yang terlibat tabrakan.
(3) Kendaraan CD/CC tidak disita cukup di foto.
(4) Kendaraan sipil disita.
b) Tindakan lanjutan (di kantor)
(1) Melaksanakan pemeriksaan terhadap saksi-
saksi dan pengemudi Sipil lebih lanjut.
(2) Teruskan perkara kepengadilan apabila
terbukti pengemudi Sipil sebagai tersangka,
dengan tembusan DEPLU melalui Direktur
Intel pampol Mabes Polri /Ditlantas Polri.
(3) Teruskan berkas perkarake DEPLU melalui
Direktur Intelpampol Mabes Polri, apabila
terbukti anggota CD/CC sebagai tersangka.
3) W N I / W N A (bukan anggota CD/CC) yang
menggunakan kendaraan CD/CC bertabrakan dengan
kendaraan Sipil yang dikemudikan oleh orang Sipil.

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 75


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Tindakan pertama di TKP.


(1) Lakukan TPTKP sesuai prosedur.
(2) Catat identitas kedua pengemudi dan
kendaraan yang terlibat.
(3) Kendaraan yang dikemudikan CD/CC tidak
disita cukup di foto.
(4) Kendaraan Sipil disita.
b) Tindakan Lanjutan (di kantor)
(1) Kedua pengemudi dan saksi diperiksa lebih
lanjut.
(2) Berkas perkara diajukan ke Pengadilan.
4) Anggota CD/CC menggunakan kendaraan CD/CC
bertabrakan dengan anggota ABRI sebagai (pejalan
kaki / pengemudi kendaraan) :
(1) Amankan TKP.
(2) Segera hubungi POM TNI (penanganan oleh
POM) bila diminta bantuan, berikan bantuan
dalam hal pengukuran dan penggambaran Sket
TKP.
l. Penyidikan Kecelakaan Menyangkut Anggota TNI.
1) A n g g o t a T N I y a n g m e n g g u n a k a n kendaraan
Sipil / Kendaraan Dinas milik TNI, bertabrakan dengan
kendaraan sipil yang dikemudikan oleh orang sipil :
a) Tindakan di TKP.
(1) Lakukan TPTKP sesuai prosedur.
(2) Segera hubungi POM TNI.
b) Tindakan lanjutan ( di kantor).
(1) Pengemudi Sipil diperiksa anjut dan buatkan
BAP-nya.
(2) Pemeriksaan saksi (pengemudi TNI)
pemeriksaan dilakukan oleh POM TNI dan
atau penyidik Polri.
Apabila terbukti bahwa pengemudi anggota TNI
sebagai tersangka, maka BAP di TKP, BAP saksi dan
barang-barang bukti yang disita oleh petugas POLRI,
diserahkan kepada POM TNI untuk diselesaikan melalui
Mahmil.
Apabila terbukti bahwa pengemudi Sipil sebagai
tersangka, maka perkara diselesaikan melalui proses
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 76
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pengadilan Negeri dan anggota TNI sebagai saksi.


2) Anggota TNI bertabrakan dengan anggota TNI.
a) Amankan TKP.
b) Segera hubungi POM TNI (penanganan di TKP
oleh POM TNI dibantu oleh anggota Polri/
Polantas).
c) Apabila diminta bantuan oleh POM TNI, berikan
bantuan dalam hal pengukuran dan
penggambaran sketsa TKP.
m. Kecelakaan LaluLintas yang melibatkan anggota
VVIP/VIP Yang dimaksud dengan VVIP adalah:
1) Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.
2) Tamu negara setingkat Presiden.
Yang dimaksud VVIP adalah :
1) Pejabat-pejabat Negara (Para Menteri Kabinet,Pejabat
Tinggi Non Departemen, para anggota MPR/DPR
RI).
2) Tamu Negara setingkat Pejabat Negara (Menteri) dan
atau pejabat asing yang diperlakukan sebagai tamu
Negara.
3) Pejabat Perwakilan Negara Asing (CD/CC).
4) Kas Angkatan/Kapolri.
5) Pejabat Muspida TKI
Proses penyidikan kecelakaan lalu lintas yang melibatkan
anggota VVIP/VIP seperti tersebut diatas adalah sebagai
berikut :
1) Anggota VVIP
a) Pengemudi dan kendaraan tidak ditahan/disita
cukup di foto.
b) Kendaraan Non WIP diproses sesuai prosedur
c) Hasil Penyidikan (berkas perkara) dikirimkan ke
Sekretariat Negara melalui Dirlantas Polri dengan
tembusan kepada Kapolri.
2) Anggota VIP
a) Proses penyidikannya sama dengan anggota
VVIP dalam rangka acara Dinas / Protokoler.
b) Proses penyidikannya sesuai prosedur untuk
umum dan khusus untuk Pejabat Tinggi Negara
(Menteri anggota, MPR /DPR RI dalam hal
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 77
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tertentu dimintakan ijin melalui Presiden).


c) Adakan Koordinasi sebaik-baiknya dengan
instansi terkait.
d) Laporkan segera hasilnya kepada pimpinan
secara berjenjang.
n. Penyelidikan Kasus Tabrak Lari (Hit and Run).
1) Tindakan pertama di TKP.
a) Mencari dan mengumpulkan informasi/keterangan
dari korban/saksi dan masyarakat setempat.
Kemungkinan ada yang mengetahui / mengenal
pengemudi yang melarikan diri, nomor Polisi,
warna, jenis, merek kendaraan dan sebagainya.
b) Meneliti bukti-bukti yang tertinggal / barang bukti
yang didapat di TKP untuk dijadikan bahan
penyelidikan lebih lanjut, antara lain: Bekas Rem,
pecahan kaca, bekas ban, darah/cat yang ada
pada baju korban dan sebagainya.
c) Mencari lebih lanjut tentang kemugkinan-
kemungkinan arah larinya kendaraan tersebut,
dari tipe tabrakan dan arah datangnya kendaraan
tersebut dan Iain-Iain.
d) Mengadakan pemotretan terhadap TKP dan bukti-
bukti yang tertinggal di TKP serta korban /
kendaraan yang terlibat.
2) Tindakan lanjut
a) Segera menginformasikan kepada unit-unit
operasional yang bergerak (bila telah diketahui
identitas kendaraan yang melarikan diri) untuk
diadakan pencarian dan penangkapan.
b) Segera melakukan pemeriksaan ditempat-
tempat yang diperkirakan digunakan untuk
merubah identitas kendaraan dan atau
menyembunyikan kendaraan. (bengkel, show
room).
c) Segera melakukan pemblokiran STNK melalui
Samsat (bila identitas kendaraan tersebut sudah
diketahui).
d) Mengirimkan bukti-bukti yang ditemukan di TKP
ke laboratorium forensik Kapolri untuk dilakukan
pemeriksaan. (bekas cat, darah dll).

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 78


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5. Pasal 262 UU No. 22 tahun 2009 Kewenangan penyidik


Pegawai Negeri Sipil

a. Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 259 ayat (1) huruf b berwenang untuk:
1) Melakukan pemeriksaan atas pelanggaran persyaratan
teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor yang
pembuktiannya memerlukan keahlian dan peralatan
khusus;
2) melakukan pemeriksaan atas pelanggaran perizinan
angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan
Bermotor Umum;
3) melakukan pemeriksaan atas pelanggaran muatan
dan/atau dimensi Kendaraan Bermotor di tempat
penimbangan yang dipasang secara tetap;
4) melarang atau menunda pengoperasian Kendaraan
Bermotor yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan
laik jalan;
5) meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik
Kendaraan Bermotor, atau Perusahaan Angkutan Umum
atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan,
pengujian Kendaraan Bermotor, dan perizinan; dan/atau
6) melakukan penyitaan surat tanda lulus uji dan/atau surat
izin penyelenggaraan angkutan umum atas pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf
c dengan membuat dan menandatangani berita acara
pemeriksaan.
b. Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di Terminal dan/atau
tempat alat penimbangan yang dipasang secara tetap.
c. Dalam hal kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan di Jalan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil wajib
berkoordinasi dengan dan harus didampingi oleh Petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia.

6. Koordinasi dan pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil


Pasal 263 UU No. 22 tahun 2009

a. Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, selaku


koordinator dan pengawas, melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
b. Dalam melaksanakan kewenangannya Penyidik Pegawai
FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 79
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Negeri Sipil wajib berkoordinasi dengan Penyidik Kepolisian


Negara Republik Indonesia.
c. Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan
pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan beserta barang
bukti kepada pengadilan melalui Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
d. Ketentuan mengenai pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
o. Dana Kecelakaan Lalu-Lintas Jalan
Prosedur Mengurus Santunan Dana Penumpang
Undang-undang No. 33 dan 34 tahun 1964 memuat
peraturan-peraturan mengenai iuran wajib tiap penumpang
yang sah dari kendaraan bermotor umum, kereta api,
pesawat terbang perusahaan penerbangan nasional dan
kapal perusahaan perkapalan/pelayaran nasional, yang
harus dipenuhi melalui pengusaha/pemilik yang
bersangkutan guna menutup akibat keuangan disebabkan
oleh kecelakaan penumpang dalam perjalanan.
Dalam hal ini dibebaskan para penumpang dan kendaraan
bermotor umum di dalam kota. Adapun iuran wajib digunakan
untuk mengganti kerugian berhubung dengan kematian
dan/atau cacat seseorang penumpang akibat kecelakaan
pelaksanaan undang-undang No. 33 dan 34 tahun 1964
telah dimuat dalam peraturan pemerintah nomor 17 tahun
1965.
Jika undang-undang No. 33 dan 34 tahun 1964 memberikan
ketentuan-ketentuan mengenai iuran wajib kepada setiap
penumpang (kendaraan umum, kereta api, pesawat terbang
dan kapal) undang-undang no. 33 dan 34 tahun 1964
memuat peraturan-peraturan yang harus ditujukan kepada
kecelakaan yang disebabkan oleh sesuatu alat angkutan
lalu-lintas jalan (termasuk kereta api) akan diberikan
kerugian.
Kerugian diberikan dari sesuatu dana iuran wajib yang
dibayar oleh setiap pengusaha/pemilik alat angkutan lalu-
lintas jalan, sebagaimana dijelaskan dalam peraturan
pemerintah nomor 18 tahun 1965 dengan pengecualian.
pengusaha/pemilik sepeda motor kumbang dengan isi
silinder 50 cc atau kurang, kendaraan ambulance, pemadam
kebakaran, jenazah dan kereta api. Dan guna
mengamankan ditaatinya peraturan ini, maka surat
kendaraan bermotor hanya boleh diberikan, diperpanjang

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 80


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

masa berlakunya, diperbaharui atau dibalik nama jika dapat


dibuktikan bahwa pemegang/pemiliknya telah memenuhi
sumbangan wajibnya.
Penjelasan mengenai dana, jaminan ahli waris korban
kecelakaan lalu-lintas, penuntut pembayaran denda dan lain-
lain diuraikan dalam peraturan pemerintah nomor 18 tahun
1965.
1) Yang mendapatkan santunan asuransi kecelakaan,
adalah :
a) Setiap penumpang yang sah, yang menjadi
korban sebagai akibat kendaraan bermotor umum
atau alat angkutan penumpang umum yang
ditumpanginya mengalami musibah kecelakaan
selama dalam perjalanan (Undang-undang No.
33/1964 jo. PP Nomor 17/1965).
b) Para korban kecelakaan lalu-lintas jalan, yaitu
para korban yang berada di luar kendaraan
bermotor yang menyebabkan kecelakaan,
pengertiannya adalah manusia yang menjadi
korban seperti pejalan kaki, penyeberang jalan,
orang yang berada dalam suatu kendaraan yang
di luar kesalahannya ditabrak oleh kendaraan lain
(undang-undang No. 34/1964 jo. PP nomor
18/1965).
2) Cara mendapatkan santunan asuransi kecelakaan :
Untuk memudahkan masyarakat dalam mengajukan
permintaan atas haknya memperoleh santunan
Asuransi, maka PT. Asuransi kerugian Jasa Raharja
telah disediakan pormulir isian yang disebut " Daftar
Isian untuk mendapatkan Santunan Dana" dan
merupakan dokumen dasar dalam penyelesaian
permintaan asuransi.
Formulir adalah dapat diperoleh dengan cuma-cuma
(tanpa dipungut biaya) pada instansi-instansi yang
berwenang dalam perlalulintasan dan atau pada kantor-
kantor cabang dan perwakilan PT (Persero) Asuransi
kerugian Jasa Raharja, dengan cara sebagai berikut :
a) Keterangan tentang kecelakaan yang terjadi dan
korban kecelakaan yang diakibatkan.
b) Keterangan pemeriksaan dokter/Rumah sakit
tentang korban.
c) Keterangan keabsahan tentang ahli waris bagi
korban yang meninggal dunia.

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 81


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. Penegakan hukum yang dilakukan oleh polantas dengan prinsip :
a. Menyelesaikan konflik dengan cara yang beradab.
b. Untuk pencegahan.
c. Perlindungan, pengayoman dan pelayanan.
d. Kepastian hukum.
e. Edukasi.

2. Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas


Pengertian
a. Tempat kejadian perkara (TKP) kecelakaan lalu lintas,
adalah tempat dimana suatu kecelakaan lalu lintas
terjadi dengan segala akibat yang ditimbulkan serta
tempat-tempat lain dimana korban & atau barang bukti
sehubungan dgn kecelakaan lalu lintas diketemukan.
b. Penanganan Tempat Kejadian Perkara (TKP)kecelakaan
lalu lintas adalah kegiatan dan tindakan Kepolisian di TKP
kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh penyelidik atau
penyidik.

3. Pasal 262 UU No. 22 tahun 2009 Kewenangan penyidik


Pegawai Negeri Sipil.

4. Dana Kecelakaan Lalu-Lintas Jalan


Undang-undang No. 33 dan 34 tahun 1964 memuat peraturan-
peraturan mengenai iuran wajib tiap penumpang yang sah dari
kendaraan bermotor umum, kereta api, pesawat terbang
perusahaan penerbangan nasional dan kapal perusahaan
perkapalan/pelayaran nasional, yang harus dipenuhi melalui
pengusaha/pemilik yang bersangkutan guna menutup akibat
keuangan disebabkan oleh kecelakaan penumpang dalam
perjalanan.

Latihan
1. Jelaskan perinsip penindakkan pelanggaran Lalu Lintas !
2. Sebutkan langkah-langkah Olah TKP Laka Lantas !
3. Sebutkan Kewenangan penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai
Pasal 262 UU No. 22 tahun 2009 !
4. Jelaskan prosedur pengurusan dana kecelakaan lalu lintas !

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 82


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

FUNGSI TENKNIS DAN MANAJEMEN OPERASIONAL LALU LINTAS 83


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Anda mungkin juga menyukai