Keterkaitan antara Design Thinking, Social-Emotional Learning (SEL) serta
Pemahaman Murid dan Pembelajarannya.
Design Thinking dalam proses pembelajaran merupakan pola pikir dan
pendekatan untuk pembelajaran, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Dalam praktiknya, proses desain adalah kerangka kerja terstruktur untuk mengidentifikasi tantangan, mengumpulkan informasi, menghasilkan solusi potensial, menyempurnakan ide, dan menguji solusi. Design Thinking dapat diterapkan secara fleksibel kepada peserta didik dan semua mata pelajaran melalui pembuatan sebuah proyek pembelajaran yang dapat didesain oleh guru sehingga akan melahirkan proses pembelajaran yang inovatif. Pendidik memiliki tantangan unik untuk mengajar dan membimbing generasi pengganti dimasa yang akan datang, dimana mereka akan menjalani profesi-profesi baru yang saat ini belum ada, namun proses design thinking akan membantu pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan profesi dimasa mereka. lOMoARcPSD|20809013
Pembelajaran emosional adalah bagian penting dalam pendidikan dan
dalam relasi sosial manusia. Casel.org menjelaskan bahwa pembelajaran sosial- emosional adalah proses untuk membantu individu (anak dan dewasa) mengembangkan kemampuan dasar untuk hidup dengan baik. Dalam hal ini individu tidak hanya fokus pada diri sendiri ataupun hanya pada keterampilan, kompetensi, tetapi juga pada relasi yang baik dengan orang lain dan lingkungan.
Elias, dkk (1997, 2006) mendefinisikan bahwa proses belajar sosial-
emosional (Social-emotional Learning) adalah proses belajar mengenali dan mengelola emosi, menyelesaikan masalah, mengembangkan relasi sosial yang baik, dapat berempati, membuat keputusan yang tepat, dan bertanggung jawab.
Pemahaman peserta didik dan pembelajarannya merupakan pembelajaran
yang menunjukkan teori perkembangan belajar (kognitif, psikosisial, emosional, sosial-konteks), kesiapan belajar, tingkat capaian belajar, minat, dan profil belajar peserta didik melalui pola pikir bertumbuh sehingga mampu merancang RPP, asesmen, evaluasi, dan refleksi pembelajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik. Pendidik perlu memahami karakteristik peserta didik baik dari segi kebutuhan belajar, tingkat capaian, dan tahap perkembangan peserta didik, sehingga proses pembelajaran dapat menghantarkan peserta didik belajar sepanjang hayat dan mengembangkan potensi dirinya serta mewujudkan cita-citanya di masa depan. Pemahaman peserta didik dan pembelajarannya membantu pendidik dalam membentuk karakteristik dan pola pikir bertumbuh pada peserta didik sehingga mereka memiliki kecakapan sosial emosional yang baik.
Dalam bidang pendidikan, menurut Loescher (2019) merangkum fitur-fitur
khas tersebut dalam lima karakteristik Design Thinking, yaitu: (1) Fokus mendefinisikan kebutuhan pengguna sebelum mencari solusi (2) Terbuka terhadap hasil akhir yang tidak terduga (3) Menerima ambiguitas atau ketidakpastian (4) Berpusat pada manusia (humanis) lOMoARcPSD|20809013
(5) Proses reflektif untuk meningkatkan pemahaman kontekstual, dengan empati
sebagai dasar pemahaman
Design thinking dapat membantu pendidik merencanakan strategi model
pembelajaran inovatif melalui tahapan empathize, define, ideate, prototype, and test. Strategi pembelajaran berorientasi pada peserta didik tersebut yang diperoleh melalui proses empati dengan menggali informasi terkait kebutuhan belajar peserta.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional