Sonnia A (226010) - Amaliyyah J (226047)
Sonnia A (226010) - Amaliyyah J (226047)
1. Pendahuluan
Perubahan lingkungan yang terjadi dengan cepat menekankan dan memerlukan
keterampilan dan bakat yang berbeda-beda dari seseorang untuk dapat bertahan hidup,
terutama di era informasi saat ini. Öteleş (2020) menjelaskan bahwa perkembangan saat
ini menuntut setiap orang untuk terus beradaptasi terhadap perubahan. Literasi
merupakan salah satu keterampilan yang dibutuhkan setiap orang untuk beradaptasi
dengan zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini. UNESCO (2015)
juga menyatakan bahwa kompetensi yang dibutuhkan pada abad 21 adalah literasi dan
fokusnya pada literasi digital, literasi informasi dan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Literasi sendiri erat kaitannya dengan konsep belajar sepanjang
hayat, dimana seseorang yang terpelajar selalu dapat mengembangkan dirinya
(Nurohman, 2014). Dengan perbaikan diri ini, seseorang mampu beradaptasi dengan
segala perubahan yang ada. Literasi, khususnya di era ilmu pengetahuan dan teknologi,
sudah menjadi sebuah keterampilan.
“survival” yang tentunya harus dimiliki oleh setiap individu. Oleh karena itu,
literasi dihadirkan kepada seluruh masyarakat, termasuk lansia, melalui berbagai
jenjang pendidikan dan program khusus. Orang lanjut usia (lansia) merupakan objek
yang seringkali mendapat perhatian lebih. Simpati dan empati masyarakat terhadap
lansia terlihat dari berbagai layanan yang berpihak pada lansia, seperti angkutan umum
gratis, kursi khusus, dan lain-lain. Lansia biasanya merupakan orang yang telah
mencapai tahap akhir kehidupan (Ekasari et al., 2019). Lansia mengalami penurunan
banyak fungsi fisik dan mental, itulah sebabnya lansia menjadi fokus masyarakat saat
ini. Para lansia tetap harus mampu beradaptasi dengan perubahan drastis dalam
hidupnya. Seperti perubahan lingkungan, perubahan penurunan fungsi tubuh dan
perubahan lain dalam kehidupannya. Meskipun lansia mengalami banyak perubahan
dan kemunduran terutama pada fungsi tubuh dan indra, namun mereka dapat mengikuti
perkembangan zaman dengan menyempurnakan kemampuan membaca. Banyak
penelitian yang telah dilakukan mengenai keterampilan membaca dan menulis pada
lansia, serta penelitian dengan menggunakan metode bibliometrik. Di sisi lain,
penelitian terkait kemampuan membaca lansia dengan menggunakan analisis
bibliometrik belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini fokus pada
pengembangan penelitian terkait literasi pada lansia. Limilia dan Aristi (2019)
melakukan penelitian terkait tren penelitian literasi, dimana penelitian tersebut fokus
pada perbandingan istilah dan tren literasi digital dan literasi media. Limia dan Aristi
(2019) meneliti 15 artikel terkait literasi digital dan literasi media untuk memahami
evolusi kedua konsep literasi tersebut dan perbedaan fokus topiknya. Kajian tren topik
lainnya dilakukan oleh Soraya dkk (2023) yang mengulas 49 artikel terkait literasi
digital dan hasil pembelajaran yang dikumpulkan melalui database Scopus dan
dianalisis menggunakan VOSviewer. Dalam hal ini Soraya dkk menjelaskan
perkembangan topik tersebut, sehingga diketahui bahwa topik literasi digital dan
hubungannya dengan hasil pembelajaran cukup sering dibahas. Penelitian tentang
literasi pada lansia sering kali melihat pada bidang literasi yang berbeda, seperti literasi
informasi, digital, dan kesehatan. Salah satunya adalah topik literasi kesehatan yang
dipimpin oleh Weningsih (2018) yang mempelajari literasi kesehatan pada sekelompok
lansia di Yogyakarta. Ia menemukan bahwa sekelompok lansia di Yogyakarta memiliki
kemampuan dalam mencari dan mengevaluasi informasi kesehatan. dukungan sosial.
Topik literasi pada lansia sangat beragam, sehingga penelitian ini berfokus pada aspek
literasi yang sering diteliti oleh peneliti. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
penelitian ini memadukan analisis bibliometrik dengan keterampilan membaca lansia.
Penelitian mengenai analisis bibliometrik membaca masih jarang dilakukan, terutama
mengenai keterampilan membaca dan menulis pada lansia. Secara umum tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kemampuan membaca lansia
dengan mengkaji publikasi ilmiah mengenai hal tersebut pada periode 2012-2022.
Dalam hal ini penelitian akan menganalisis (1) kinerja penelitian literasi lansia, yaitu.
melihat tingkat publikasi literasi orang dewasa per tahun, topik yang sering dibahas
dalam publikasi literasi dewasa, dan publikasi yang paling banyak dikutip; dan (2)
pemetaan data yaitu topik literasi lansia, menggunakan VOSviewer untuk
memvisualisasikan struktur intelektual literasi lansia melalui visualisasi jaringan,
visualisasi overlay dan kepadatan. Analisis bibliometrik dapat memberikan wawasan
atau memvisualisasikan popularitas suatu topik. Peneliti seringkali menggunakan
bibliometrik untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi permasalahan dan dampak di
bidangnya (Chellappandi dan Vijayakumar, 2018). Analisis bibliometrik membantu
peneliti menentukan popularitas suatu topik penelitian sehingga dapat menjadi
pertimbangan dalam pemilihan topik penelitian atau topik untuk penelitian
selanjutnya..
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Literasi
Literasi merupakan keterampilan yang “wajib” dikuasai seluruh lapisan
masyarakat, termasuk lansia. Literasi secara tradisional diartikan sebagai
“literasi”, dimana literasi adalah kemampuan seseorang untuk “melek” dalam
menulis dan membaca, namun literasi kini mengambil peran baru (Coombe et
al., 2020). Literasi terus berkembang, oleh karena itu literasi saat ini mempunyai
arti dan jenis yang berbeda-beda dari berbagai bidang atau sudut pandang, oleh
karena itu manajemen literasi menjadi hal yang utama untuk meningkatkan
kualitas seseorang (Abidin et al., 2021; Naufal, 2021) Literasi. adalah bagian
dari keseluruhan proses yang menggabungkan keterampilan dan elemen
berbicara (Wyse et al., 2018). Pemahaman ini mengacu pada kemampuan
seseorang dalam memahami (metandakan) karya kebahasaan seperti gambar,
tulisan, buku, majalah, dan lain-lain. Ahmadi dan Ibda (2018) menjelaskan
bahwa literasi adalah kemampuan melek huruf yang meliputi kemampuan
menyimak, menyimak, berbicara, menerima informasi, menyaring informasi
dan aspek komputer. Oleh karena itu, Ginting (2020) menjelaskan bahwa literasi
mengacu pada seperangkat kompetensi individu dalam bidang berbicara,
menulis, membaca dan memecahkan masalah yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Secara umum dapat dikatakan bahwa literasi adalah kemampuan
seseorang dalam berkomunikasi melalui informasi, seperti membaca, menulis,
menerima dan menggunakannya.Literasi saat ini berkembang dalam berbagai
hal, oleh karena itu literasi sering digunakan dalam berbagai bidang.
Berkembangnya berbagai keterampilan membaca menjadikan membaca
sebagai kualifikasi wajib bagi setiap individu, dan diperkenalkan ke masyarakat
untuk meningkatkan kualitas hidup. UNESCO sendiri menekankan bahwa
keterampilan literasi yang harus diperoleh di abad 21 adalah literasi digital,
literasi informasi, dan literasi teknologi. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemedikbud) RI menekankan enam pilar Gerakan Literasi
Nasional literasi, yaitu literasi, numerasi, literasi sains, literasi keuangan, literasi
digital, dan literasi budaya dan kewarganegaraan. Di sisi lain, Ginting (2020)
menunjukkan bahwa sejauh ini ada sembilan jenis literasi, yaitu literasi
keuangan, literasi kesehatan, literasi data, literasi kritis, literasi teknologi dan
komunikasi informasi (TIK), literasi informasi, literasi statistik atau numerik.
dan literasi digital. Kemampuan membaca dapat membantu lansia beradaptasi
dengan perkembangan lingkungan dan membantu lansia dalam beraktivitas
sehari-hari. Misalnya saja penggunaan smartphone tentunya memudahkan para
lansia dalam berkomunikasi dengan orang tersayang dan temannya. Tentunya
dalam menggunakan smartphone, para lansia harus mengetahui cara
menggunakannya. Hal ini mendorong lansia untuk memperoleh dan
meningkatkan berbagai keterampilan membaca.
2.2 Lansia
Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang seiring
berjalannya waktu. Pertumbuhan dan perkembangan manusia tidak dapat
dihindari, sehingga manusia menjadi tua setelah masa mudanya. Secara umum
lansia adalah orang yang telah mencapai usia 65 tahun ke atas (Pany dan Boy,
2019). Terveyslaitos (2022) mendefinisikan enam kelompok umur, yaitu. (1)
bayi baru lahir, yaitu bayi baru lahir hingga satu bulan; 2) bayi yaitu usia satu
bulan sampai satu tahun; 3) anak yaitu anak usia 1-12 tahun; (4) generasi muda,
yang dapat juga disebut remaja, yaitu. anak-anak berusia 13–17 tahun; (5) orang
dewasa, yaitu orang yang berusia di atas 18 tahun; dan (6) lansia yaitu usia
diatas 65 tahun atau biasanya lanjut usia (lansia). Secara sederhana lansia
disebut sebagai kelompok umur orang yang telah mencapai tahap akhir siklus
kehidupan (Ifansyah dkk., 2015). Tahap pertama kehidupan adalah saat
seseorang dilahirkan dan tahap terakhir adalah penuaan. Lansia mengalami
proses perubahan dalam hidupnya yaitu proses menua. Penuaan pada lansia
tidak dapat dihindari, dimana penuaan melibatkan perubahan biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Wisnusakti dan Sriati, 2021) Secara biologis
lansia mengalami penuaan yang ditandai dengan menurunnya fungsi imunitas
tubuh sehingga rentan terhadap penyakit yang menyerang. dapat menyebabkan
kematian (Setiorini, 2021). Oleh karena itu, lansia sering disebut sebagai
tahapan terakhir dalam perjalanan hidup manusia (Handayani et al., 2020).
Beberapa perubahan yang terlihat pada lansia antara lain (1) penurunan fungsi
fisik; (2) rawan penyakit berat; (3) tidak bekerja dan terpisah dari anak atau
saudara sehingga memerlukan interaksi sosial (Komalasari dkk., 2019)
Perubahan pada lansia tidak hanya mencakup perubahan fisik dan psikis saja,
namun juga perubahan lain seperti perubahan pada lansia. kesehatan
masyarakat. lingkungan sosial ekonomi dan sebagainya (Andesty dan Syahrul,
2018). Selain itu, kemampuan berpikir, persepsi, dan kognitif juga menurun
seiring bertambahnya usia (Siregar, 2019). Kemampuan ini mengacu pada
kemampuan seseorang dalam memahami, mengidentifikasi, mengidentifikasi,
mengingat dan mencari sesuatu. Kemampuan tersebut berarti bahwa lansia
harus dapat menggunakan kemampuannya meskipun berada pada akhir
hayatnya..
2.4 Bibliometrik
Analisis bibliometrik merupakan metode yang sering digunakan untuk
melihat perkembangan suatu topik penelitian. Analisis bibliometrik merupakan
alat kuantitatif untuk penelitian dan evaluasi (Todeschini dan Baccini, 2016).
Zupic dan Čater (2015) menjelaskan bahwa bibliometrik memungkinkan
peneliti mendasarkan temuannya pada informasi bibliografi yang dihasilkan
dengan cara mengutip, berkolaborasi, mengutip dan menulis oleh akademisi
atau peneliti lain. Bibliometrik menunjukkan perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan ketika peneliti mempelajari suatu topik penelitian tertentu Tupan
dkk. (2018). Donthu dkk. (2021) menjelaskan bahwa metode ini merangkum
sejumlah besar informasi bibliografi tentang keadaan struktur intelektual dan
tren yang ada pada suatu subjek atau bidang penelitian. Dari penjelasan tersebut
terlihat bahwa bibliometrik merupakan suatu metode yang menggunakan
kumpulan database penelitian untuk melihat kecenderungan atau perkembangan
suatu topik penelitian tertentu. Ada dua teknik utama dalam analisis
bibliometrik, yaitu (1) analisis kinerja, yang berfokus pada penentuan penilaian
kuantitatif suatu publikasi, seperti pemeringkatan penelitian; dan (2) pemetaan
ilmiah, yang terdiri dari beberapa teknik lain, salah satunya adalah Co-Word
(Qiu et al., 2017). Analisis co-word mencantumkan kata kunci suatu publikasi
atau dokumen penelitian yang muncul secara bersamaan pada artikel yang
diteliti, dalam hal ini dapat berupa database topik penelitian (Tupan et al., 2018).
Jadi Co-Word menunjukkan kata-kata terkait dan frekuensi kata-kata tersebut.
3. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode
bibliometrik. Donthu et al. (2021) menjelaskan bahwa terdapat empat langkah utama
dalam analisis bibliometrik. Langkah ini digunakan untuk menjalankan bibliometrik
yang dimulai dari penentuan rencana penelitian. Apabila diuraikan dan
diimplementasikan kedalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
3. 3 Pengumpulan data
Proses pengumpulan data dilakukan dalam waktu seminggu dengan menggunakan
metode PRISMA. Metode pengumpulan PRISMA terdiri dari langkah-langkah
yang memandu proses pengumpulan data, yaitu identifikasi, penyaringan,
kualifikasi dan inklusi (Abidin et al., 2023). Langkah pertama, identifikasi,
pengumpulan data menggunakan software Harzing's Publish or Perish dan fokus
pada database Scopus. Scopus dipilih sebagai database yang akan digunakan karena
Scopus merupakan database literatur terbesar di dunia yang menyediakan abstrak
dan studi peer-review secara rinci, sehingga keandalannya dapat dipercaya (Tupan
et al., 2018). Scopus telah mempublikasikan dan mengindeks cukup banyak
penelitian terkait keterampilan membaca dan menulis pada lansia, sehingga
memberikan peluang untuk mengumpulkan informasi untuk penelitian ini.
Pengumpulan data tahap awal dilakukan dengan memasukkan kata kunci “literasi”
pada kolom judul dan kata kunci “lansia” pada periode 2012-2022. 200 karya
tertulis diselesaikan pada tahap identifikasi. Jika dianalisis dengan kata kunci
“literasi” dan “lansia”, topiknya menjadi terlalu luas. Oleh karena itu, penapisan
berikut ini akan dilakukan sedemikian rupa sehingga data yang dikumpulkan akan
fokus pada isu literasi pada lansia. Langkah penyaringan dilakukan dengan
mempersempit kombinasi dua kata kunci, yaitu. kolom judul “literasi lansia” dan
kata kunci Publish or Perish, agar hasil pencarian lebih sempit atau terfokus pada
literasi lansia. Tahap penyaringan menghasilkan 141 artikel. Pada tahap kualifikasi,
materi disaring sesuai dengan indikator utama yang diperlukan, yaitu berdasarkan
artikel berbahasa Inggris yang diterbitkan di jurnal dan publikasi periode 2012-
2022, dan fokusnya adalah lansia sebagai subjek penelitian. Pada tahap kualifikasi,
diterima 138 artikel, 126 artikel jurnal dan 12 artikel lanjutan. Pada langkah
terakhir, yaitu. inklusi, 138 artikel disaring menurut relevansinya. Oleh karena itu,
data tersebut merupakan data akhir yang kemudian dianalisis dengan metode
bibliometrik..
3. 4 Analisis bibliometric
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan kata kunci dengan menggunakan
Mendeley agar kata kunci lebih terstruktur pada tahap pembuatan bibliometrik.
Setelah kata kunci diolah, maka memasuki tahap akhir, yaitu menjalankan analisis
bibliometrik. Analisis bibliometrik pada penelitian ini akan dibantu dengan
perangkat lunak VOSviewer menggunakan fitur co-occurrence
4. Hasil Pembahasan
4.1 Analisis Kinerja
4.1 1 Perkembangan publikasi literasi lansia per tahun
Melalui database Scopus, hasil kumpulan materi publikasi ilmiah terkait
keterampilan membaca dan menulis lansia terdapat 138 artikel pada periode
2012-2022. Frekuensi dan perkembangan publikasi tahunan dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Gambar 2. Jumlah publikasi pada tahun 2012-2022 bervariasi,
menurun atau bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2012 terdapat 4 artikel
yang diterbitkan (2,9%), pada tahun 2013 jumlah publikasi meningkat menjadi
6 publikasi (4,4%) dan pada tahun 2014 menjadi 7 publikasi (5,01%). Pada
tahun 2015, jumlah publikasi mengalami penurunan menjadi 5 publikasi (3,6%)
dan kembali meningkat pada tahun 2016 yaitu. menjadi 9 publikasi (6,5%),
kembali menurun pada tahun 2017 yaitu menjadi 7 publikasi (5,1%), pada tahun
2018 muncul sejumlah publikasi. . jumlah publikasi bertambah lagi sebanyak
10 publikasi (7,2%) dan terus bertambah pada tahun 2019 yaitu 19 publikasi
(13,8%). Jumlah publikasi kembali turun pada tahun 2020 yaitu sebanyak 17
publikasi (12,1%), dan pada tahun 2021 terjadi peningkatan yang sangat tajam
menjadi 30 publikasi (21,7%). Meskipun pada tahun 2022 jumlah publikasi
kembali berkurang menjadi 24 publikasi (17,4%). Gambaran umum fluktuasi
penurunan dan peningkatan publikasi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2
menunjukkan jumlah publikasi terbanyak pada tahun 2021 yaitu. 30 publikasi.
Ini karena pada tahun 2021 akan terjadi perubahan gaya hidup atau cara
melakukan hal-hal seperti komunikasi, perawatan kesehatan, dll. yang telah
berpindah secara online atau online. Keterbatasan aktivitas ini menyebabkan
layanan kesehatan yang diperlukan oleh lansia dialihkan ke operasional online
atau berbasis web, dalam hal ini lansia memerlukan kemampuan menggunakan
perangkat elektronik untuk mengakses layanan kesehatan (Rojanasumapong et
al., 2021). Oleh karena itu, perubahan gaya hidup menjadi salah satu faktor yang
melatarbelakangi banyaknya publikasi terkait literasi lansia pada tahun 2021.
Perkembangan publikasi mengenai literasi lansia menunjukkan bahwa sivitas
akademika menaruh perhatian terhadap penelitian di bidang literasi lansia. .
Chesser dkk. (2016) juga menyatakan bahwa penelitian mengenai keterampilan
membaca pada lansia khususnya literasi kesehatan masih relatif sedikit
sehingga perlu diteliti lebih lanjut. Meskipun perkembangan publikasi lansia
tidak stabil dan seringkali mengalami fluktuasi yang signifikan, namun
penelitian mengenai literasi lansia semakin meningkat setiap tahunnya..
5. Kesimpulan
Setelah mengkaji 138 publikasi, 17 domain literasi menjadi fokus penelitian
literasi pada lansia. Dari 17 topik tersebut, ada tiga bidang atau topik literasi
yang paling banyak dibicarakan, yaitu literasi kesehatan sebanyak 73 artikel,
literasi digital sebanyak 27 artikel, dan literasi secara umum sebanyak 7 artikel.
Hasil visualisasi web menunjukkan bahwa literasi kesehatan memiliki banyak
keterkaitan dengan topik lain khususnya penyakit dan kualitas kesehatan lansia.
Melihat overlay tersebut menunjukkan bahwa literasi digital menjadi topik yang
banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Sedangkan topik penelitian yang
frekuensinya adalah literasi kesehatan, disusul literasi digital. Literasi kesehatan
merupakan literasi yang paling populer dalam kajian literasi pada lansia. Selain
itu, literasi kesehatan kini menjadi perhatian penting bagi lansia untuk
meningkatkan pemahaman terhadap kesehatannya. Begitu pula dengan literasi
digital, agar para lansia dapat memanfaatkan teknologi yang sudah menjadi
bagian dari kehidupan. Banyak studi literasi di kedua bidang ini menunjukkan
pentingnya literasi kesehatan dan literasi digital bagi lansia. Hal ini merupakan
peluang dan kebutuhan bagi para peneliti dan pekerja sosial atau pihak lain
untuk mendidik dan menyosialisasikan lansia tentang kesehatan dan literasi
digital. Agar lansia dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan
mendorong pembangunan jangka panjang. Analisis bibliometrik terhadap
literasi lansia menunjukkan popularitas subjek di bidang literasi. Dengan
demikian, analisis bibliometrik dapat membantu peneliti dalam menentukan
topik terkait literasi pada lansia dan mengembangkan penelitian yang relevan,
sehingga menambah dan mendiversifikasi topik penelitian literasi pada lansia.
Hal ini tentunya menjadi peluang untuk menyadarkan masyarakat umum
khususnya lansia untuk meningkatkan literasi. Penelitian di masa depan dapat
memanfaatkan hasil analisis bibliometrik ini untuk mengembangkan program
literasi khusus untuk lansia, terutama pada bidang literasi yang belum banyak
diteliti. Temukan hal-hal baru seperti karakteristik literasi lansia, hambatan, tren
lansia, dll.
DAFTAR PUSTAKA