Asuhan Keperawatan Klien Waham
Asuhan Keperawatan Klien Waham
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME. Karena atas berkat rahmat
dan hidayahnyalah, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Klien Waham”. Dimana mengingat dalam pembuatan makalah ini
tidaklah mudah dan perlu adanya dukungan maupun motivasi dari berbagai pihak.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca serta mendapat ridha
disisi allah, dan dapat menjadi salah satu referensi dalam ilmu kesehatan.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................................
BAB II TEORI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN WAHAM...............3
2.1 Pengertian......................................................................................................................
2.2 Proses terjadinya Waham..............................................................................................
2.3 Etiologi..........................................................................................................................
2.4 Faktor penyebab Waham...............................................................................................
2.5 Jenis-jenis Waham.........................................................................................................
2.6 Tanda dan Gejala Waham.............................................................................................
2.7 Penatalaksaan Medis Waham......................................................................................
2.8 Strategi Pelaksanaan Waham......................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN WAHAM........................24
a. Pengkajian Keperawatan............................................................................................
b. Diagnosis Keperawatan...........................................................................................
c. Intervensi Keperawatan..........................................................................................
d. Imlementasi Keperawatan......................................................................................
e. Evaluasi Keperawatan...................................................................................................
BAB IV PENUTUP....................................................................................................31
4.1 KESIMPULAN...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah
termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti
apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan
1
jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia.
Waham meruapakan salah satu gejala positif dari gangguan jiwa atau yang
biasa disebut dengan skinzofrenia (Videbeck,2018). Seseorang dengan waham
sering kali mondar mandir, prasangka curiga, bercerita dengan nada suara
tinggi, menganggap bahwa dirinya mempunyai jabatan tinggi, dan individu
menyakini memiliki kebesaran atau kekuasaan yang tinggi.
Waham sering ditemukan pada gangguan jiwa berat, dan beberapa bentuk
waham tertentu sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut
psikosisnya, semakin sering kita mengalami delusi disorganisasi dan delusi
yang tidak sismetis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan WAHAM.
8. Untuk mengetehaui bagaimana strategi pelaksanaan pada WAHAM.
BAB II
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN WAHAM
2.1 Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terusmenerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada
di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan
beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita
skizofrenia.
3
1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia
yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan,
dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi
pasien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya,
sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.
Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang
dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat
karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang lain.
4
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien
dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan
pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan
tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
2.3 Etiologi
5
2.4 Faktor penyebab Waham
6
menyakini bahwa individu paranoid memiliki orang tua yang dingin,
perfeksionis, sering menimbulkan kemarahan, perasaan mementingkan
diri sendiri yang berlebihan dan tidak percaya pada individu. Klien
menjadi orang dewasa yang rentan karena pengalaman awal ini.
3. Interpersonal.
Dikemukakan oleh Pawirowiyono (2015) di mana orang yang mengalami
psikosis akan menghasilkan suatu hubungan orang tua-anak yang penuh
dengan ansietas tinggi (Keliat, B.A., & Pawirowiyono, 2015). Hal ini jika
di pertahankan maka konsep diri anak akan mengalami ambivalen.
4. Psikodinamika.
Perkembangan emosi terhambat karena kurangnya rangsangan atau
perhatian ibu, dengan ini seorang bayi mengalami penyimpangan rasa
aman dan gagal untuk membangun rasa percayanya sehingga
menyebabkan munculnya ego yang rapuh karena kerusakan harga diri
yang parah, perasaan kehilangan kendali, takut dan ansietas berat. Sikap
curiga kepada seseorang di manifestasikan dan dapat berlanjut di
sepanjang kehidupan.
b. Faktor presipitas.
1. Biologi
Stress bilogi yang berhubungan dengan respon neurologic yang maladaptif
termasuk :
7
1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi.
2) Abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan secara selektif menanggapi
rangsangan.
2. Stress lingkungan Stress biologis menetapkan ambang toleransi terhadap
stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukn
terjadinya gangguan perilaku (Keliat B, dkk).
3. Pemicu Gejala
Pemicu merupakan precursor dan stimulus yang sering menunjukan
episode respon neurobiologik yng maladatif berhubungan dengan kesehtan.
Sikap dan berprilaku individu (Direja, 2011).
1. Waham kebesaran
2. Waham curiga
3. Waham agama
8
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya
mau masuk surga saya harus membagikan uang kepada semua orang.”
4. Waham somatic
5. Waham nihilistic
Menurut Kaplan dan Sadock (1997) beberapa hal yang harus dikaji antara
lain sebagai berikut.
1. Status mental
9
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang
terkenal.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
f. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap
kecuali pada pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
1. Kognitif
10
c. Sulit berpikir realita.
d. Tidak mampu mengambil keputusan.
2. Afektif
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur
Mekanisme koping
Lazarus dan Folkam dalam (Apriliani, 2020) mengatakan bahwa koping dapat
memiliki dua fungsi yaitu dapat berupa berfokus pada suatu titik permasalahan serta
melakukan regulasi emosi dalam merespons masalah, yaitu sebagai berikut :
11
1. Mekanisme koping berpusat pada masalah (Problem Focus Coping)
Mekanisme koping yang berpusat pada masalah ini diarahkan untuk mengurangi
tuntutan situasi yang mengurangi stress atau mengembangkan sumber daya untuk
mengatasinya. Mekanisme koping ini bertujuan untuk menghadapi tuntutan
secara sadar,
realistik, subjektif, objektif, dan rasional. Aspek-aspek yang berhubungan dengan
mekanisme koping yang berpusat pada masalah sebagai berikut :
12
d. Positive reaprisial : Usaha mencari makna positif dari permasalahan
dengan berfokus pada pengembangan diri, biasanya bersifat religius.
e. Escape/ avoidance : Usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari
dari situasi tersebut dan menghindari dengan beralih pada hal lain seperti
makan, minum, dan merokok.
f. Accepting responsibility : Yaitu menerima dan menjalankan masalah yang
dihadapinya seiring berjalan waktu memikirkan solusi dari masalah
tersebut.
a. Litium Karbonat
b. Haloperidol
13
seperti: Impulsif, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil
dan tidak tahan frustasi.
c. Karbamazepi
14
pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu
meredakan episode katatonik.
6) Psikoterapi Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham,
namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk
semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses
terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam
psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi
supportif.
Strategi pelaksanaan 1.
Pertemuan 1
Ds:
Do:
Tujuan:
Tindakan:
15
1. Identifikasi tanda dan gejala waham.
2. Bantu orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang lain, dan
tempat/lingkungan.
3. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi.
4. Bantu klien memenuhi kebutuhan realitanya.
5. Masukan pada jadwal kegiatan hariannya.
A. ORIENTASI:
1. Salam terapeutik
2. Validai perasaan
3. Kontrak
B. KERJA:
"Saya mengerti bapak merasa bahwa bapak adalah seorang Nabi, tapi sulit
bagi saya untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak
hidup didunia ini"
"Tampaknya bapak gelisah sekali, bisa bapak ceritakan kepada saya apa
yang bapak rasakan?"
"baik bapak, jadi bapak merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan
tidak punya hak untuk mengatur diri pak sendiri?"
16
"Bagus bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri."
"Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar
rumah sakit karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?"
C. TERMINASI:
1. Evaluasi subjektif
2. Evaluasi objektif
"kita masukan kedalam. jadwal harian bapak ya. Jika bapa melakukan
secara mandiri bapak tulis M. jika dibantu bapak tulis B, jika tidak
melakukan tulis T, apakah bapak mengerti?"
Strategi Pelaksanaan 2
Pertemuan ke 2
Ds:
Do:
17
5. Bicara tidak realitas.
6. Klien tampak ketakutan.
7. Merusak (dirinya, oranglain, dan lingkungan)
Tujuan:
Tindakan:
A. ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
2. Evaluasi validasi
3. Kontrak
"sesuai dengan kontrak kita yang kemarin, hari ini kita akan
belajar kemapuan positif yang dimiliki bapak" "bapak maunya dimana
dan berapa menit?"
B. Fase KERJA
"Apa saja hobi bapak? Saya catat ya pak, terus apa lagi?"
"Wah, rupanya bapak pandai main suling ya.”
“Bisa bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling,
siapa yang dulu mengajarkannya kepada bapak dimana?"
" Bisa bapak peragakan kepada
18
saya bagaiman bermain suling yang baik itu."
"Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk
kemampuan bapak. Berapa kali sehari/seminggu bapak mau bermain
suling?"
"Ada tidak hobi atau kemampuan bapak yang lain selain bermain suling?"
C. TERMINASI:
1. Evaluasi subjektif
"Bagimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?"
2. Evaluasi objektif
"Apa saja tadi yang telah kita bicarakan dan lakukan? Bagus,
3. Rencana Tindak Lanjut
"baik bapak, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
mimun obat utuk bapak?"
"bapak maunya kita berbincang dimana dan jam berapa?"
"kita masukan kedalam jadwal harian bapak ya. Jika bapa melakukan
secara mandiri bapak tulis M, jika dibantu bapak tulis B, jika tidak
melakukan tulis T, apakah bapak mengerti?"
Strategi Pelaksanaan 3
Pertemuan ke 3
Ds:
1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
Do:
1. Klien tampak tidak mempunyai teman.
2. Klien selalu mencurigai oranglain.
3. Ekspresi wajah klien tegang.
4. Mudah tersinggung.
5. Bicara tidak realitas.
6. Klien tampak ketakutan.
7. Merusak (dirinya, oranglain, dan lingkungan)
19
Diagnose Keperawatan: Waham
Tujuan:
1. Klien dapat mengetahui cara minum obat sesuai anjuran dokter
Tindakan:
1. Mengevaluasi kegiatan SP2.
2. Jelaskan tentang obat yang diminum.
3. Masukan pada jadwal kegiatan hariannya
A. ORIENTASI:
1. Salam Terapeutik
"Assalamualaikum pak, selamat pagi"
2. Evaluasi validasi
“Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus sekali.”
3. Kontrak
“Sesuai dengan kontrak kita yang kemarin, kita akan membicarakan
tentang obat yang harus bapak minum, Bagaimana kalau kita mulai
sekarang pak?" 'Berapa lama bapak mau kita membicarakannya?
Bagaimana kalau 20 atau 30 menit saja?"
B . KERJA
“bapak berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang
diminum?”
“bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurya juga
tenang.
“Obatnya ada tiga macam pak. yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks,
dan yang merah jambuini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
20
Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1siang, dan jam 7
malam."
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu."
Sebelum minum obat ini bapak mengecek dulu label dikotak obat apakah
benar nama bapa tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar!"
"Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya
bapak idak nenghentikan sendiri bat yan harus liminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter.
C TERMINASI
1. Evaluasi subjektif
“Bagimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?”
2. Evaluasi objektif
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
3. Rencana Tindak Lanjut
“baik bapak, bagaiman kalau besok kita berbincang-bincang lagi
kebutuhan lain yang bapak perlukan”
“bapak maunya kita berbincang dimana dan jam berapa?”
“kita masukan kedalam jadwal harian bapak ya. Jika bapa melakukan
secara mandiri bapak tulis M, jika dibantu bapak tulis B, jika tidak
melakukan tulis T, apakah bapak mengerti?"
Strategi Pelaksanaan 4
Pertemuan ke 4
Ds:
21
1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
Do:
1. Klien tampak tidak mempunyai teman.
2. Klien selalu mencurigai oranglain.
3. Ekspresi wajah klien tegang.
4. Mudah tersinggung.
5. Bicara tidak realitas.
6. Klien tampak ketakutan.
7. Merusak (dirinya, oranglain, dan lingkungan)
Diagnose Keperawatan: Waham
Tujuan:
1. Klien dapat mengetahui kebutuhan yang lainnya
Tindakan:
1. Mengevaluasi kegiatan SP3.
2. Diskusikan kebutuhan lain dan cara memenuhinya.
3. Diskusikan kemapuan yang dimiliki dan memilih cara yang akan dilatih.
4. Masukan pada jadwal kegiatan hariannya
A ORIENTASI:
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum pak, selamat pagi”
2. Evaluasi validasi
“Bagaimana pak, sudah minum obat hari ini? Bagus sekali.”
3. Kontrak
“Sesuai dengan kontrak kita yang kemarin, kita akan membicarakan
tentang kebutuhan lain yang mungkin masih belum terpenuhi,
Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?”
“Berapa lama bapak mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20
atau 30 menit saja?”
22
B KERJA
“baik bapak, bapak ada hal lain yang bapak inginkan? Misalnya seperti
bermain ditaman atau semacamnya”
“wah bapak mau bermain ditaman ya' "baik bapak sekarang kita ketaman
ya, sekaligus bapak belajar bersosialisasi dengan orang orang disekitar,
bagaimana bapak?"
C TERMINASI
1. Evaluasi subjektif
“Bagimana perasaan bapak setelah kita berjalan ditaman dan
bersosialisai dengan orang lain?”
2. Evaluasi objektif`
“Apa saja tadi yang telah kita lakukan pak? Bagus.”
3. Rencana Tindak Lanjut
“baik bapak, bapak sudah melakukan semua kegiatan sesuai jadwal
kegiatan harian bapak. Untuk selanjutnya bapak harus tetap
melakukannya secara mandiri ya pak. Jangan lupa obatnya diminum
juga. Saya permisi ya pak"
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN WAHAM
a. Pengkajian Keperawatan
24
2) Keluhan utama/alasan masuk. Ditanyakn pada keluarga/klien yang
menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit, yang telah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang
dicapai.
3) Riwayat penyakit sekarang. Tanyakan pada keluarga/klien, apakah klien
pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan,
mengalami penganiayaan fisik, sesual, penolakan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan criminal.
4) Aspek fiik/biologis mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital:
tekana darah, nadi, suhu, pernafasan.
5) Aspek psikologis
a) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi
yang dapat menggambarkan hubungan dengan klien dan
keluarga.
b) Konsep diri
Citra tubuh
Identias diri
Peran
Ideal diri (harapan terhadap posisi di lingkungan dan
penyakitnya)
Harga diri
c) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
d) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6) Status Mental
Penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motoric klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), efek klien,
interaksi selama wawancara persepsi klien, proses piker, isi piker tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.
25
7) Kebutuhan persiapan pulang
a) Kemampuan makan klien
b) Klien mampu BAB dan BAK, membersihkan WC dan
merapikan pakaian
c) Mandi klien dengan cara berpakaian
d) Istirahat dan tidur klien
e) Pantau pengguanaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan
setelah meminum obat.
8) Maslah Psikologi dan lingkungan data dari keluarga atau klien mengenai
masalah yang dimiliki klien
9) Pengetahuan data ditetapkan melalui wawancara dengan klien kemudian
tiap bagaian yang dimiliki klien disimpulan dengan masalah
10) Aspek medis terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain
seperti psikomotor, terapi tingakah laku, terapi kelyarga, terapi spiritual,
terapi okpasi, dan terapi lingkungan.
b. Diagnosis Keperawatan
Tanda-tanda gejala sekunder pada data subjektif adalah perasaan sulit konsentrasi,
perasaaan cemas, sedangkan pada data obyektif berupa rasa curiga yang berlebihan,
kewwaspadan yang berlebihan, berbicara berlebihan, sikap menentang atau
bermusuhan.
Diagnosa keperawatan:
26
c. Intervensi Keperawatan
27
lingkungan aman dan nyaman
Edukasi
6. Ajurkan mengungkapakan dan
memvalidasi waham ( uji
realitas) dengan orang yang
dipercaya
7. Jelaskan tentang waham serta
penyakit terkait kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat
1. Observasi
2. Monitoring
3. Monitoring perubahn kognitif
dan perilaku
4. Perkenalan nama sebelum
memulai interaksi
5. Orientasi orang, tempat,
waktu
6. Hadirkan realita
7. Libatkan dalam terapi
kelompok realita
Edukasi
8. Anjurkan perawatan diri secara
mandiri
d. Imlementasi Keperawatan
28
Dalam mengimplementasikan keperawatan rencana asuhan, perawat
kesehatan jiwa menggunakan kisaran tindakan yang dirancang untuk menjegah
penyakit fisik dan jiwa meningkatkan, mempertahankan, serta mengembaliakn
kesehatan jiwa dan fisik. Tindakan harus berfokus pada berbagai tritmen psikososial
dan biologis serta melibatkan klien, Keluarga dan pelaku rawat jika memungkinkan
(Stuart, 2016).
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.
2. Tindakan
29
1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien.
2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
4) Berdiskusi tentang obat yang diminum.
5) Melatih minum obat yang benar. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga.
1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optimal.
2. Tindakan
a. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut.
1) Cara merawat pasien waham di rumah.
2) Follow up dan keteraturan pengobatan.
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
d. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi,
efek samping, akibat penghentian obat).
e. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi
segera.
e. Evaluasi Keperawatan
30
1. Pasien mampu melakukan hal berikut.
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
2. Keluarga mampu melakukan hal berikut.
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan.
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan pasien.
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham termasuk
gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada
di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan
beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita
skizofrenia. Secara medis ada banyak kemungkinan penyebab waham, termasuk
gangguan neurodegenratif, gangguan sistem saraf, penyakit pembuluh darah,
penyakit menular, penyakit metabolism gangguan endrokin, defesiensi vitamin,
pengaruh obat-Obatan, racun dan Zat psikoaktif. Dengan tanda dan gejala waham
meliputi perubahan isi pikir waham, yaitu pasien menyatakan dirinya sebagai
seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan, atau kekayaan luar biasa, serta
pasien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok
orang. Selain itu, pasien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada
dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal
31
dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit
tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau
menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah. Maka dari
itu membina hubungan saling percaya antar perawat dan klien sangat berperan
penting agar klien merasa aman dan terbuka sehingga dapat mendiskusikan
perasaan klien dan keyakinan klien yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Gosyen Publishing.
Fauziah, J., Kesumawati, F., Bina, A. K., & Jakarta, I. (2021). Terapi Kognitif
Perilaku Dapat Menurunkan Kecemasan Sosial Pada Pasien Waham:
Literature Review. In Jurnal Borneo Cendekia (Vol. 5, Issue 1).
Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Jilid I. Edisi 7. Jakarta: Binarupa Aksara.
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC.
Lab/UPF Kedokteran Jiwa. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya. Stuart dan Laraia. 2005. Principles dan Pratice of Psychiatric
Nursing. 8th Edition. St.Louis: Mosby.
Sadock, B., S. V., R. P. (2015). Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry (11th ed.). Lippincott Wolters Kluwer.
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Dewan Pengurus PPNI.
32
Stuart, G. W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC.
Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta:
EGC. Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: EGC. Varcarolis. 2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi
5. St. Louis: Elsevier.
Sutejo (2018). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Gangguan
Jiwa dan Psikososial. In pustaka baru.
Videbeck, S. L. (2018). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC.
Yosep, H. Iyus., T. S. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama.
33