Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

I DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA WAHAM CURIGA DI RUANG KUNTI
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

OLEH:

1. Kadek Dewi Tirta Adriyani Bukian (22089142052)


2. Ketut Alus Paryastini (22089142056)
3. Kadek Idayani (22089142030)
4. Kadek Ayu Krisna Dewi (22089142040)
5. I Gusti Made Sujana (22089142032)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Ny. I Dengan Masalah Keperawatan Utama Waham Curiga Di Ruang Kunti
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali ” Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Stase
Keperawatan Jiwa.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan oleh penyusun demi sempurnanya laporan ini.

Semoga laporan ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat


untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
.

Bangli, 14 Januari 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................3
BAB III GAMBARAN KASUS ....................................................................23
BAB IV PELAKSANAAN TINDAKAN .....................................................46
4.1 API.................................................................................................50
4.2 SPTK..............................................................................................57
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................65
BAB VI PENUTUP.........................................................................................66
6.1 Kesimpulan ....................................................................................66
6.2 Saran...............................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa yang dapat terjadi pada


siapapun. Sizofrenia adalah gangguan pada pikiran dan persepsi, kadang-kadang
merasa dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham, autisme, dan
perubahan perasaan abnormal yang menyatu dengan situasi yang sebenarnya
(Furkana et al., 2021).

Skizofrenia merupakan salah satu dari jenis gangguan kejiwaan yang


tergolong tinggi yang dialami masyarakat di Indonesia. Penderita skizofrenia
merupakan individu yang mengalami keretakan kepribadian, alam pikir, perasaan
dan perbuatan (Talan, J. S, 2020). Timbulnya hal tersebut membuat seseorang
dengan penderita skizofrenia mengalami hilangnya kesadaran akan kontak
realistik pada kehidupan normal yang saling berkaitan satu sama lain.

Prevalensi gangguan Jiwa di Indonesia berdasarkan Kemenkes 2019 pada


urutan pertama yaitu Bali dengan 11,1 % kemudian disusul oleh Provinsi DI
Yogyakarta 10,4%, NTB 9,6%, Provinsi Sumatera Barat 9,1%, Provinsi Sulawesi
Selatan 8,8%, Provinsi Aceh 8,7%, Provinsi Jawa Tengah 8,7%, Provinsi
Sulawesi Tengah 8,2%, Provinsi Sumatera Selatan 8%, Provinsi Kalimantan
Barat 7,9%, dan Provinsi Sumatera Utara 6,3% (Kemenkes, 2019).

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas


proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang
dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh,
gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau
sebenarnya, dan autisme. Tanda dan gejala skizofrenia ada berbagai macam salah
satunya adalah waham. Waham atau delusi itu sendiri didefinisikan sebagai suatu
keyakinan palsu yang didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang realitas
eksternal yang tetap bertahan meskipun sudah terbukti sebaliknya dan keyakinan
ini biasanya tidak diterima oleh anggota lain dari budaya atau subkultur
seseorang (Ariawan et al., 2019).

Waham merupakan keyakinan akan sesuatu yang salah dan secara tetap
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal (Wijoyo & Mutikasari, 2020).

Hasil survey awal yang dilakukan di ruang Kunti Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali, terdapat 22 orang pasien yang mengalami skizofrenia dengan masalah

1
keperawatan waham curiga.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan penulisan dari laporan ini adalah untuk memberikan


Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. I Dengan Masalah Keperawatan
Utama Waham Curiga Di Ruang Kunti Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi, tanda dan gejala, faktor


penyebab, mekanisme koping, penatalaksanaan pada pasien dengan
Waham Curiga

2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Waham


Curiga

3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa atau masalah keperawatan


pada Ny. I dengan Waham Curiga

4. Mampu menetapkan intervensi keperawatan secara menyeluruh pada


Ny. I dengan Waham Curiga

5. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan yang nyata pada


Ny. I dengan Waham Curiga

6. Mahasiswa mampu mengevaluasi sebagai tolak ukur guna menerapkan


asuhan keperawatan pada Ny. I dengan Waham Curiga

7. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny.


I dengan Waham Curiga

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan
eksternal melalui proses iteraksi atau informasi secara akurat (Yosep, 2009).
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara
kukuh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 2010).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan
ekternal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (Keliat, 2009).

2. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir,
yaitu:
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di otak,
atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor genetic

3
3. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir:
waham, yaitu :
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
4. Mekanisme Koping
1. Klien : identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih dimiliki
klien.
2. Sumber daya dan duungan sosial : pengetahuan keluarga, finansial
keluarga, waktu dan tenaga keluarga yang tersedia, kemampuan keluarga
memberikan asuhan.
5. Proses terjadinya
Menurut Yosep (2009), adapun proses terjadinya waham, yaitu:
a. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.Biasanya
klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakuakn kompensasi yang
salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia
seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang
dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan
dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh
rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).
b. Fase lack of self esteem

4
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya.Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut.Padahal self reality-nya sangat jauh.Dari
aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system
semuanya sangat rendah.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Tetapi mengahadapi kenyataan bagi klien
adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi
sejak kecil secara optimal.Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adequate karena besarnya
toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
d. Fase environment support
Ada beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (Super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering diserati halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya.Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interkasi sosial (isolasi sosial).

5
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk menggung kayakinan
klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya kayakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta
konsekuensi sosial.
6. Klasifikasi, Jenis dan Sifat Masalah
Proses berpikir meliputi 3 aspek yaitu bentuk pikiran, isi pikiran dan arus pikiran.
Menurut Kaplan, berfikir merupakan aliran gagasan, symbol dan asosiasi yang
diarahkan oleh tujuan, dimulai oleh suatu masalah atau tugas dan mengarah
pada kesimpulan yang berorientasi pada kenyataan.
a. Gangguan Bentuk Pikir
Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional,
logic dan terarah pada tujuan.
1) Dereisme/ pikiran dereistik
Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental
individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya
tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau
pengalaman.
2) Pikiran otistik
Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari dalam
pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham, atau
halusinasi. Cara berfikir seperti ini hanya akan memuaskan
keinginannya yang tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan
seitarnya yang tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan
sekitarnya. Hidup dalam alam pikirannya sendiri.
3) Bentuk pikiran non realistic
Bentu pikiran yang sama sekali tidak berdasaran pada kenyataan,
mengambil sesuatu kesimpulan yang aneh dan tidak masuk akal.
b. Gangguan Arus Pikir
Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang timbul
dalam berbagai jenis :

6
1) Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu ide, pikiran atau
tema secara berlebihan.
2) Asosiasi longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya
satu sama lain, misalnya “saya mau makan semua orang dapat
berjalan-jalan”. Bila ekstrim, maka akan terjadi inkoherensi.
3) Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat
pun sudah sulit ditangap atau diikuti maksudnya.
4) Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat
sekali atau sangat cepat.
5) Benturan : piiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah
kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan mengapa ia berhenti.
6) Logorea : banyak bicara, kata-kata dikeluaran bertubi-tubi tanpa
kontrol, mungkin koherent atau incoherent.
7) Pikiran melayang (flight of ideas) :perubahan yang mendadak lagi
cepat dalam pembicaraan, sehingga satu ide yang belum selesai
diceritakan sudah disusul oleh ide yang lain.
8) Asosiasi bunyi : mengucapkan perkataan yang mempunyai
persamaan bunyi, misalnya pernah disengar “saya mau makan”
diutarakan seakan berontak.
9) Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tida dipahami oleh
umum, misalnya : saya radiitu, semua partinum.
10) Irelevansi : isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya
dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan.
11) Pikiran berputar-putar (circumstantiality) : menuju secara tidak
langsung kepada ide pkok dengan menambahan banyak hal yang
remeh-remeh yang majemuk dan tidak relevan.
12) Main-main dengan kata-kata : membuat sejak secara tidak wajar.
13) Afasi : mungkin sensori (tidak atau sukar mengerti biacara orang
lain) atau motorik (tidak dapat atau sukar bicara), sering kedua-
duanya sekaligus dan terjadi kerusakan otak.
c. Gangguan Isi Pikir
Dapat terjadi baik pada isi pikiran nonverbal maupun pada isi pikiran yang
diceritakan misalnya :
1) Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy) : dapat timbul secara
mengambang pada orang yang normal selama fase permulaan narkosa
(anastesi umum)

7
2) Fantasi : isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
diharapkan/ diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata.
3) Fobia : rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan
yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun
diketahui bahwa hal itu irasional adanya.
4) Obsesi : Isi pikiran yang kukuh (persisten) timbul, biarpun tidak
dikendalikannya dan diketahui bahwa hal itu tidak wajar atau tidak
mungkin.
5) Preokupasi : Pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja yang
biasanya berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional yang
kuat.
6) Pikiran yang tak memadai (Inadequate) : pikiran yang ekstrinsik, tidak
cocok dengan banyak hal, terutama dalam pergaulan dan pekerjaan
seseorang.
7) Pikiran bunuh diri (Suicide thoughts / ideation) : mulai dari kadang-
kadang memikirkan hal bunuh dari sampai terus menerus memikirkan
cara bagaimana ia dapat membunuh dirinya
8) Pikiran hubungan : pembicaraan orang lain, benda-benda, atau sesuatu
kejadian dihubungkan dengan dirinya.
9) Rasa terasing (aleanasi) : perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain,
berbeda asing, umpamanya heran, siapakah dia itu sebenarnya,
rasanya ia berbeda sekali dengan orang lain.
10) Pikiran isolasi sosial (social isolation) : rasa terisolasi, tersekat,
terkunci, terpencil dari masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai orang
lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain, lebih suka
menyendiri.
11) Pikiran rendah diri : Merendahkan, menghinakan dirinya sendiri,
menyalahkan dirinya tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah
dilakukannya.
12) Merasa dirugikan oleh orang lain : menghina atau menyangka ada
orang lain yang telah merugikannya, sedang mengambil keuntungan
dari dirinya, atau sedang mencelakakannya.
13) Merasa dirinya dalam bidang seksual : acuh tak acuh tentang hal
seksual, kegairahan seksual berkurang secara umum (hiposeksualitas).
14) Rasa salah : sering mengatakan ia telah bersalah; ini bukanlah waham
dosa.

8
15) Pesimisme : mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal
pada bidangnya.
16) Sering curiga : mengutarakan ketidakpercayaannya kepada orang lain;
buan waham curiga.
17) Waham : keyakinan tentang sesuatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaannya, biarpun dibutikan kemustahilan hal itu.
Menurut Direja (2011) dan Azizah (2011), adapun jenis-jenis
waham, yaitu :
a) Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan
khusus atau berlebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b) Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
c) Waham Curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan
atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
d) Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
e) Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
f) Waham Dosa
Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salah atau
berbuat dosa atau perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
g) Waham yang bizar terdiri dari:
1) Sisp pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang
lain disisipkan ke dalam pikiran dirinya.
2) Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide
dirinya dipakai oleh/disampaikan kepada orang lain
mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia tidak pernah
secara nyata mengatakan pada orang tersebut.

9
3) Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa
pikiran, emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi
oleh kekuatan di luar dirinya yang aneh.

7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan
medis pada gangguan proses pikir yang mengarah pada diagnosa medis
skizofrenia, khususnya dengan gangguan proses pikir: waham, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2009), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2
golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL
(Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol,
Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel),
dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan
apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri
sudah baik.Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa
terapi aktivitas kelompok (TAK).
c. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif
dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan
Purwanto, 2009).Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi

10
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan
khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan
dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari
sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana
terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih
(sosialisasi).
8. Rentang Respon Sosial
Menurut Stuart and Sundeen (2010) waham merupakan salah satu
respon persepsi paling maladaptif dalam rentang respon neurobiologi. Rentang
respon tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Respon Adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan proses


pikir / delusi / waham

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi


Emosi konsisten Reaksi emosi Sulit berespon emosi
dengan pengalaman berlebihan atau kurang
Perilaku sesuai Perilaku aneh atau Perilaku disorganisasi
tidak biasa
Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

Dari rentang respon neurobiologik diatas digambarkan bahwa


bila klien/individu mendapat suatu stressor maka individu akan
berespon menuju respon adaptif maupun respon maladaptif.Bila

11
individu berespon adaptif, cenderung dapat berpikir logis, persepsi
akurat, emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku sesuai dan dapat
berhubungan sosial. Bila individu berespon antara respon adaptif dan
maladaptif maka akan menimbulkan pemikiran kadang – kadang
menyimpang, ilusi, reaksi emosional berlebihan atau berkurang,
perilaku ganjil dan menarik diri. Namun bila individu berespon
maladaptif maka cenderung mengalami kelainan
pemikiran/delusi/waham, halusinasi, ketidakmampuan untuk
mengalami emosi, ketidakteraturan dan isolasi sosial.

2.2 Pohon Masalah


Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien
dengan waham adalah sebagai berikut:
Risiko Perilaku Kekerasan Effect

Gangguan proses Pikir: Waham Core Problem

Isolasi Sosial Causa

Harga Diri Rendah Kronik

2.3 Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
gangguan isi pikir: waham (Fitria, 2009), adalah:
a. Gangguan proses pikir: waham
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah kronik
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan isi
pikir: waham (Fitria, 2009 dan Yosep, 2009), adalah:
a. Data subyektif
1) Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat
2) Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus.
b. Data obyektif
1) Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya.
2) Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang
3) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

12
2.4 Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Proses Pikir: Waham
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah kronik

13
2.5 Intervensi Keperawatan

Tgl No. Dx. Perencanaan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Isi TUM :
1 Pikir : Waham. Klien dapat mengontrol 1. Setelah 2x interaksi klien : 1. Bina hubungan saling percaya dengan
wahamnya.  Mau menerima menggunakan prinsip komunikasi
kehadiran perawat di terapeutik :
sampingnya.  Beri salam.
TUK 1 :  Mengatakan mau  Perkenalkan diri, tanyakan nama
Klien dapat membina menerima bantuan serta nama panggilan yang disukai.
hubungan saling percaya perawat.  Jelaskan tujuan interaksi.
dengan perawat.  Tidak menunjukkan  Yakinkan klien dalam keadaan aman
tanda-tanda curiga. dan perawat siap menolong dan
 Mengijinkan duduk di mendampinginya.
samping.  Yakinkan bahwa kerahasiaan klien
akan tetap terjaga.
 Tunjukkan sikap terbuka dan jujur.
 Perhatikan kebutuhan dasar dan beri
bantuan untuk memenuhinya.

TUK 2 : 2. Setelah 2x interaksi klien : 2. Bantu klien untuk mengungkapkan


Klien dapat  Klien menceritakan perasaan dan pikirannya.
mengidentifikasi perasaan ide-ide dan perasaan  Diskusikan dengan klien
yang muncul secara yang muncul secara pengalaman yang dialami selama ini
berulang dalam pikiran berulang dalam termasuk hubungan dengan orang
klien. pikirannya. yang berarti, lingkungannya kerja,
sekolah,dsb.
 Dengarkan pernyataan klien dengan
empati tanpa dukungan atau
menentang pernyataan wahamnya.
 Katakan perawat dapat memahami
apa yang diceritakan klien.

TUK 3: 3. Setelah 2x interaksi klien : 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi


Klien dapat  Dapat menyebutkan kebutuhan yang tidak terpenuhi serta
mengidentifikasi stressor kejadian-kejadian kejadian yang menjadi faktor pencetus
atau pencetus wahamnya sesuai dengan urutan wahamnya.
( triggers factor ). waktu serta harapan / 3.1 Diskusikan dengan klien tentang
kebutuhan dasar yang kejadian-kejadian traumatik yang
tidak terpenuhi seperti menimbulkan rasa takut, ansietas,
: harga diri, rasa maupun perasaan tidak dihargai.
aman, dsb. 3.2 Diskusikan kebutuhan / harapan yang
 Dapat menyebutkan belum terpenuhi.
hubungan antara 3.3 Diskusikan dengan klien cara-cara
kejadian traumatis / mengatasi kebutuhan yang tidak
kebutuhan tidak terpenuhi dan kejadian yang traumatik.
terpenuhi dengan 3.4 Diskusikan dengan klien apakah ada
wahamnya. halusinasi yang meningkatkan pikiran /
perasaan yang terkait wahamnya.
3.5 Diskusikan dengan klien antara
kejadian-kejadian tersebut dengan
wahamnya.
TUK 4: 4. Setelah 2x interaksi klien : 4. Bantu klien mengidentifikasi
Klien dapat menyebutkan perbedaan keyakinanya yang salah tentang situasi
mengidentifikasi pengalaman nyata dengan yang nyata ( bila klien sudah siap ).
wahamnya. pengalaman wahamnya.  Diskusikan dengan klien
pengalaman wahamnya tanpa
berargumentasi.
 Katakan kepada klien akan
keraguan perawat terhadap
pernyataan klien.
 Diskusikan dengan klien respon
perasaan terhadap wahamnya.
 Diskusikan frekuensi, intensitas,
dan durasi terjadinya waham.
 Bantu klien membedakan situasi
nyata dengan situasi yang
dipersepsikan salah oleh klien.
TUK 5 : 5. Setelah 2x interaksi : klien 5.1 Diskusikan dengan klien pengalaman-
Klien dapat menjelaskan gangguan pengalaman yang tidak
mengidentifikasi fungsi hidup sehari-hari menguntungkan sebagai akibat dari
konsekuensi dari yang diakibatkan ide-ide / wahamnya seperti :
wahamnya. pikirannya yang tidak  Hambatan dalam berinteraksi dengan
sesuai dengan kenyataan keluarga.
seperti :  Hambatan dalam berinteraksi dengan
 Hubungan dengan orang lain.
keluarga.  Hambatan dalam melakukan
 Hubungan dengan orang aktivitas sehari- hari.
lain.  Perubahan dalam prestasi kerja /
 Aktivitas sehari-hari. sekolah.
 Pekerjaan. 5.2 Ajak klien melihat bahwa waham

 Sekolah. tersebut adalah masalah yang

 Prestasi, dsb. membutuhkan bantuan dari orang lain.


5.3 Diskusikan dengan klien orang /
tempat ia minta bantuan apabila
wahamnya timbul / sulit dikendalikan.
TUK 6 : 6. Setelah 2x interaksi klien : 6.1 Diskusikan hobi / aktivitas yang
Klien dapat melakukan klien melakukan aktivitas disukainya.
teknik distraksi sebagai yang konstruktif sesuai 6.2 Anjurkan klien memilih dan
cara menghentikan pikiran dengan minatnya yang melakukan aktivitas yang
yang terpusat pada dapat mengalihkan fokus membutuhkan perhatian dan
wahamnya. klien dari wahamnya. keterampilan fisik.
6.3 Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik
yang membutuhkan perhatian sebagai
pengisi waktu luang.
6.4 Libatkan klien dalam TAK orientasi
realita.
6.5 Bicara dengan klien topik-topik yang
nyata.
6.6 Anjurkan klien untuk bertanggung
jawab secara personal dalam
mempertahankan / meningkatkan
kesehatan dan pemulihannya.
6.7 Beri penghargaan bagi setiap upaya
klien yang positif.
TUK 7 : 7.1 Setelah 2x interaksi 7.1 Diskusikan pentingnya peran serta
Klien mendapat dukungan keluarga dapat keluarga sebagai pendukung untuk
keluarga. menjelaskan tentang : mengatasi waham.
 Pengertian waham. 7.2 Diskusikan potensi keluarga untuk
 Tanda dan gejala membantu klien mengatsi waham.
waham. 7.3 Jelaskan pada keluarga tentang :
 Penyebab dan akibat  Pengertian waham.
waham.  Tanda dan gejala waham.
 Cara merawat klien  Penyebab dan akibat waham.
waham.  Cara merawat klien waham.
7.2 Setelah ….x interaksi 7.4 Latih keluarga cara merawat klien
keluarga dapat waham.
mempraktekan cara 7.5 Tanyakan perasaan keluarga setelah
merawat klien waham. mencoba cara yang telah dilatihkan.
7.6 Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien di
rumah sakit.
TUK 8 : 8.1 Setelah 2 x interaksi klien 8.1 Diskusikan dengan klien tentang
Klien dapat memanfaatkan menyebutkan : manfaat dan kerugian tidak minum
obat dengan baik.  Manfaat minum obat. obat, nama, warna, dosis, cara, efek
 Kerugian tidak minum terapi dan efek samping penggunaan
obat. obat.
 Nama, warna, dosis, 8.2 Pantau klien saat penggunaan obat.
efek terapi dan efek  Beri pujian jika klien menggunakan
samping obat. obat dengan benar.
8.2 Setelah 1x interaksi klien 8.3 Diskusikan akibat berhenti minum obat
mendemonstrasikan tanpa konsultasi dengan dokter.
penggunaan obat dengan  Anjurkan klien untuk konsultasi
benar. kepada dokter / perawat jika terjadi
8.3 Setelah 1x interaksi klien hal-hal yang tidak diinginkan.
menyebutkan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter.
2.6 Implementasi Tindakan Keperawatan
Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
2.7 Evalusasi Keperawatan
1. Klien akan mampu membina hubungan saling percaya
2. Klien akan mampu memenuhi kebutuhan yang tidak tepenuhi
3. Klien mampu berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
4. Klien akan mengungkapkan tidak adanya waham
2.8 Intervensi Berdasarkan SP Pasien dan Keluarga
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengorientasikan realita 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengetahui kegiatan orientasi yang dirasakan keluarga
telah diberikan 2. Menjelaskan waham
3. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak 3. Menjelaskan cara merawat keluarga
terpenuhi dengan waham
4. Membantu memenuhi kebutuhan
yang tidak terpenuhi
5. Membuat ke dalam jadwal kegiatan
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan (SP 1) 1. Melatih keluarga cara merawat pasien
2. Identifikasi kemampuan yang dengan waham
dimiliki 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Berdiskusi tentang kemampuan yang merawat pasien dengan waham
dimiliki
4. Melatih tentang kemampuan yang
dimiliki
5. Membuat ke dalam jadwal kegiatan
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan (SP 1 1. Membantu keluarga membuat jadwal
dan SP 2) kegiatan harian termasuk minum obat
2. Memberikan pendidikan kesehatan 2. Menjelaskan follow up setelah pasien
tentang jenis obat pulang
3. Membuat ke dalam jadwal kegiatan
BAB III
GAMBARAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA KLIEN Ny. I


DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM CURIGA
DI RUANG KUNTI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI DI BANGLI
TANGGAL 3-6 JANUARI 2023

I. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2023 di ruang Kunti RSJ


Provinsi Bali, dengan sumber data yaitu dari klien, perawat ruangan, catatan
medik, pemeriksaan fisik dan observasi.

1. Identitas Pasien

Ruang rawat : Kunti

Initial : Ny. I

Umur : 40 Tahun

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Tanggal masuk : 22/12/2022

No R.M : 042916

Status : Menikah

Pendidikan : SMK

2. Alasan Masuk
a) Keluhan Utama Saat MRS

Jelaskan : Curiga

b) Keluhan Utama Saat Pengkajian

Jelaskan : Pasien mengatakan bahwa tetangga di depan rumahnya mengambil


surat-suratnya untuk bisa bekerja ke luar negeri, pasien juga
mengatakan tetangganya menuyuruh orang lain agar ia tidak bisa
bekerja di luar negeri. Ia juga curiga bahwa tetangganyalah yang
melaporkan ke Puskesmas sehingga ia dibawa ke RSJ,pasien
tampak sedikit malu-malu dan ragu-ragu untuk menceritakan
masalahnya.

c) Riwayat Penyakit

Jelaskan : Pasien diantar oleh petugas Puskesmas dan keluarga pasien di


wawancara dalam kondisi duduk. Pasien menyebutkan dirinya tidak
sakit, yang sakit adalah Ibu Pasien yang sudah lama sakit. Pasien
tampak memandang sekitar dengan tatapan curiga, pasien
mengatakan dirinya curiga bahwa tetangganya yang melaporkan
pasien.

3. Faktor Predisposisi
1) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
 Ya
 Tidak

Jelaskan : Pasien mengatakan dirinya tidak pernah di rawat di rumah sakit


sebelumnya.

2) Pengobatan sebelumnya?
 Berhasil
 Kurang berhasil
 Tidak berhasil

Jelaskan : Tidak berhasil, karena pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan


sebelumnya.

3) Penolakan Dari Lingkungan


 Ya
 Tidak

Jelaskan : Pasien mengatakan ia tidak mengalami penolakan dari


lingkungannya.

4) Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?


 Ya
 Tidak

Hubungan dengan : Ibu Kandung


keluarga
Gejala : Pasien mengatakan tidak tau mengenai gejala
gangguan jiwa yang dialami oleh Ibunya
Riwayat pengobatan : Ibu pasien sempat dirawat di RSJ
5) Adakah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?

Pasien mengatakan ia selalu dicurigai sebagai orang ketiga oleh tetangganya.

4. Faktor Presipitasi

Saat pengkajian pasien mengatakan ia baru pertama kali masuk di rumah sakit
jiwa, pasien juga mengatakan sempat bertengkar dan mengamuk.

5. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Vital
TD : 120/80mmHg
Nadi : 80x/mnt
Suhu : 36oC
Respirasi : 20x/mnt
2) Ukuran
Berat Badan : 50Kg
TB : 166 cm

3) Keluhan fisik

Pasien mengatakan tidak ada keluhan.

4) Pemeriksaan Kepala – Kaki


A. Kepala:
1. Rambut : Rambut tampak rapi dan rambut pasien tampak
sebahu
2. Mata : Tampak simetris, bersih dan konjungtiva merah muda
3. Mulut : Mukosa bibir tampak kering, warna bibir merah muda
4. Telinga : Tampak bersih, tidak ada lesi
B. Leher :Tampak bersih, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada distensi vena jugularis
C. Dada : Tidak tampak lesi, tampak simetris, tidak ada
krepitasi
D. Integumen : Tampak warna kulit sawo matang,
tidak ada lesi
E. Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada oedem, tidak
ada lesi
Kekuatan tonus otot : 555 555
555 555

6. Psikososial

a. Genogram

:
perempuan
: laki-laki
: meninggal
: orang
tinggal
serumah
: orang
terdekat
dengan
pasien
: klien
: cerai atau
putus
hubungan

Jelaskan :Pasien merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Semua saudara


pasien sudah menikah termasuk pasien. Ayah dan ibu pasien masih
hidup namun kakek dan nenek pasien telah meninggal. Pasien tingga
serumah dengan suami dan Ibu kandungnya.
b. Konsep Diri

1) Citra Diri

Jelaskan : Pasien mengatakan tidak ada masalah pada tubuhnya, pasien


mengatakan tubuhnya berfungsi dengan baik, pasien juga menerima
keadaan fisiknya karena semua pemberian Tuhan

2) Identitas Diri

Jelaskan : Pasien mengatakan sudah menikah, pasien mampu menybutkan


nama sendiri, dan mampu menyebutkan jumlah saudaranya.

3) Peran diri

Jelaskan : Pasien mengatakan ia anak ke-4 dari 5 bersaudara, pasien sudan


menikah namun belum memiliki anak.

4) Ideal diri

Jelaskan : Pasien mengatakan ingin pulang karena tidak suka berada di


Rumah Sakit Jiwa

5) Harga Diri

Jelaskan : Pasien mengatakan malu berkomunikasi tentang masalahnya


dengan temannya

c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti

Jelaskan : Pasien mengatakan orang yang paling berarti adalah orang tua dan
suaminya

2) Peran serta kegiatan masyarakat/kelompok

Jelaskan : Tidak terkaji

3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Jelaskan : Tidak terdapat hambatan karena pasiem mau berbicara dengan


perawat dan teman-teman di kamarnya
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan

Jelaskan : Pasien mengatakan dirinya beragama Hindu

2) Kegiatan ibadah

Jelaskan : Pasien mengatakan selama di RSJ pasien biasa sembahyang di


ruangan

7. Status Mental

a. Penampilan
 Tidak rapi
 Penggunaan pakaian yang tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan : Penampilan pasien kurang rapi, pasien tampak bersih dan


menggunakan sandal dan baju dari RSJ

b. Pembicaraan

 Cepat  Keras  Gagap  Inkoheren


 Apatis  Lambat  Membisu  Tidak mampu memulai
 Kecil pembicaraan

Jelaskan : Pada saat pengkajian suara pasien terdengar keras dan cepat dan
wajah pasien tampak tegang.

c. Aktivitas motorik

Penurunan

 Hipokinesia  Sub Stupor  Katalepsia  Flesibilitas


Katatonik serea
Peningkatan

 Hiperkinesia  Gaduh gelisah  Tremor  Konfulsif


katatonik
 TIK  Grimase

Jelaskan : Aktivitas motorik pasien normal

d. Alam perasaan

 Sedih  Khawatir  Ketakutan


 Putus asa  Gembira berlebihan

Jelaskan : Pasien mengatakn ia khawatir karena belum terbiasa dengan


temannya di RSJ, pasien juga mengatakan ia khawatir denga Ibu dan
suaminya

e. Afek dan emosi

 Adekuat  Inadekuat  Datar/dangkal  Tumpul


 Labil  Anhedonia  Kesepian  Euforia
 Ambivalensi  Apatis  Marah  Cemas

Jelaskan : Pada saat pengkajian pasien tampak kooperatif namun terkadang


emosi pasien berubah-ubah , pasien mengatakan pernah mengamuk
dan adu mulut.

f. Interaksi selama wawancara

 Bermusuhan  Kontak mata berkurang  Gagap


 Tidak kooperatif  Defensif  Membisu
Jelaskan : Pada saat wawancara pasien tampak kooperatif dan mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan, namun selama wawancara
tampak kontak mata kurang

g. Persepsi

 Pengecapan  Perabaan  Penghidu


 Pendengaran  Penglihatan

Jelaskan : Tidak ada gangguan pada sistem panca indra pasien

h. Arus pikir

 Koheren  Inkoheren  Sirkumtansial


 Tangensial  Asosiasi longgar  Flight of idea
 Blocking  Perseverasi  Logorea

Jelaskan : Pasien mampu menjawab semua pertanyaan dengn kalimat yang


jelas

i. Isi pikir

 Obsesi  Dipersonalisasi  Pikiran magis


 Fobia  Ide yang terkait  Hipokondria

 Waham

Jelaskan : Pasien selalu mengatakan bahwa tetangganya adalah penyebab ia


masuk RSJ, Pasien mengatakan bahwa tetangganya yang mencuri
surat-surat agar ia bisa bekerja di luar negeri pasien mengatakan
bahwa tetangganyalah yang menyuruh orang untuk tidak menerima
pasien bekerja dimanapun karena tetangganya tidak ingin melihatnya
sukses.

j. Bentuk Pikir

 Realistik  Non Realistik

Jelaskan : Saat pengkajian pasien pasien terus saja membicarakan tetangganya


dan mencurigainya

k. Tingkat kesadaran

 Bingung  Sedasi  Stupor


Disorientasi
 Waktu  Tempat  Orang

Jelaskan : Pasien tampak sadar, tidak ada gangguan atau disorientasi pada
waktu, tempat maupun orang

l. Memori

 Gangguan daya ingat jangka panjang  Gangguan daya ingat


saat ini
 Gangguan daya ingat jangka pendek  Konfabulasi

Jelaskan : Pasien tidak mampu mengingat semua hal dimasa lalunya

m. Tingkat konsentrasi dan berhitung

 Mudah beralih  Tidak mampu berkonsentrasi


 Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : Tidak terkaji


n. Kemampuan penilaian

 Gangguan ringan  Gangguan bermakna

Jelaskan :-

o. Daya tilik diri

 Mengingkari penyakit yang diderita


 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Pasien mengatakan dirinya normal dan tidak sakit, ia ingin segera
pulang

8. Kebutuhan Perencanaan Pulang


1) Makan dan minum

 Bantuan Minimal  Bantuan Total  Mandiri

Jelaskan :Pasien mampu makan dan minum sendiri tanpa bantuan orang lain

2) BAB dan BAK

 Bantuan Minimal  Bantuan Total  Mandiri

Jelaskan : Pasien mampu BAB dan BAK sendiri

3) Mandi

 Bantuan Minimal  Bantuan Total  Mandiri

Jelaskan : Pasien mampu mandi sendiri

4) Istirhat tidur
Jelaskan : Pasien mengatakan ia terkadang sulit untuk tidur karena ia
membayangkan tetangganya

5) Penggunaan obat

 Bantuan Minimal  Bantuan Total  Mandiri

Jelaskan : Pasien mampu minum obat sendiri namun dengan pengawasan


perawat

6) Pemeliharaan kesehatan

Jelaskan : Pasien tampak mampu dan diharapkan mampu menjaga kesehatan


serta minum obat secara teratur untuk mencegah kekambuhan

7) Aktifitas dirumah

Jelaskan : Sejak ia dirawat di RSJ ia tidak bisa melakukan aktivitas di rumah

8) Aktifitas diluar rumah

Jelaskan : Sejak ia dirawat di RSJ ia tidak bisa melakukan aktivitasnya di luar


rumah

9. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

 Bicara dengan orang lain  Minum alkohol


 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebihan
 Teknik relokasi  Bekerja berlebihan
 Aktivitas konstruktif  Menghindar
 Olahraga  Mencederai diri
 Lainnya ........................................  Lainnya..................................

Jelaskan : Pasien tampak mau berbicara oleh perawat dan temannya. Pasien
tampak aktif mengikuti kegiatan senam pagi di ruangan

10. Masalah Psikososial Dan Lingkungan

Masalah dengan dukungan kelompok

Jelaskan : Selama di RSJ pasien tidak mengalami masalah dengan kelompok

Masalah berhubungan dengan lingkungan

Jelaskan : Tidak terdapat masala dengan lingkungan

Masalah dengan pendidikan

Jelaskan : Tidak terdapat masalah dengan pendidikannya

Masalah dengan perumahan

Jelaskan : Tidak terkaji

Masalah dengan ekonomi

Jelaskan : Saat pengkajian pasien menjawab pertanyaan secara ngelantur

Masalah dengan pelayanan kesehatan

Jelaskan : Pasien mengatakan jika harus berobat ke RSJ jauh dari Badung

Masalah lainnya

Jelaskan : Pasien mengatakan tidak ada masalah lainnya

11. Pengetahuan

 Penyakit jiwa  Sistem pendukung


 Faktor presipitasi  Penyakit fisik
 Koping  Obat-obatan
 Lainnya Tidak terkaji
12. Aspek Medik

1) Diagnosa Medik : Skizofrenia tie manik

2) Terapi Medik : Risperidone 2x2 mg

13. Analisa Data

No Data subyektif Data Objektif Kesimpulan

1 - Pasien mengatakan - Wajah pasien Gangguan isi


bahwa tetangganya yang tampak tegang pikir: Waham
mencuri surat-surat agar ia - Pasien tampak Curiga
bisa bekerja di luar negeri curiga berlebihan
- Pasien mengatakan - Bicara berlebihan
bahwa tetangganyalah
yang menyuruh orang
untuk tidak menerima
pasien bekerja dimanapun
karena tetangganya tidak
ingin melihatnya sukses
- Pasien mengatakan
tetanggalah yang
2. melaporkannya ke RSJ
Resiko perilaku
kekerasan

Pasien mengatakan ia pernah


ngamuk dan adu mulut

- Wajah pasien
tampak tegang.
- Pasien tampak labil
- Pasien tampak
bersuara cepat dan
keras.
- Pasien

No Data subyektif Data Objektif Kesimpulan

3. Pasien mengatakan malu - Pasien tampak Harga Diri Rendah


berkomunikasi dengan sedikit malu dan Kronis
teman-temannya tentang ragu-ragu untuk
masalah yang dialaminya menceritakan
masalahnya
- Kontak mata
kurang

14. Rumusan masalah


Resiko Perilaku kekerasan (effect)

Gangguan Isi Pikir : Waham Curiga (Core Problem)


Harga Diri Rendah Kronis (Cause)

II. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)

2. Gangguan Isi Pikir : Waham Curiga

3. Harga Diri Rendah Kronik

III. Perencanaan

A. Prioritas Diagnosa
1. Gangguan Isi Pikir : Waham Curiga
B. Rencana Perawatan

Tgl No. Dx. Perencanaan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Isi TUM :
1 Pikir : Waham. Klien dapat mengontrol 2. Setelah 2x interaksi klien : 2. Bina hubungan saling percaya dengan
wahamnya.  Mau menerima menggunakan prinsip komunikasi
kehadiran perawat di terapeutik :
sampingnya.  Beri salam.
TUK 1 :  Mengatakan mau  Perkenalkan diri, tanyakan nama
Klien dapat membina menerima bantuan serta nama panggilan yang disukai.
hubungan saling percaya perawat.  Jelaskan tujuan interaksi.
dengan perawat.  Tidak menunjukkan  Yakinkan klien dalam keadaan aman
tanda-tanda curiga. dan perawat siap menolong dan
 Mengijinkan duduk di mendampinginya.
samping.  Yakinkan bahwa kerahasiaan klien
akan tetap terjaga.
 Tunjukkan sikap terbuka dan jujur.
 Perhatikan kebutuhan dasar dan beri
bantuan untuk memenuhinya.

TUK 2 : 2. Setelah 2x interaksi klien : 2. Bantu klien untuk mengungkapkan


Klien dapat  Klien menceritakan perasaan dan pikirannya.
mengidentifikasi perasaan ide-ide dan perasaan  Diskusikan dengan klien
yang muncul secara yang muncul secara pengalaman yang dialami selama ini
berulang dalam pikiran berulang dalam termasuk hubungan dengan orang
klien. pikirannya. yang berarti, lingkungannya kerja,
sekolah,dsb.
 Dengarkan pernyataan klien dengan
empati tanpa dukungan atau
menentang pernyataan wahamnya.
 Katakan perawat dapat memahami
apa yang diceritakan klien.

TUK 3: 3. Setelah 2x interaksi klien : 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi


Klien dapat  Dapat menyebutkan kebutuhan yang tidak terpenuhi serta
mengidentifikasi stressor kejadian-kejadian kejadian yang menjadi faktor pencetus
atau pencetus wahamnya sesuai dengan urutan wahamnya.
( triggers factor ). waktu serta harapan / 3.1 Diskusikan dengan klien tentang
kebutuhan dasar yang kejadian-kejadian traumatik yang
tidak terpenuhi seperti menimbulkan rasa takut, ansietas,
: harga diri, rasa maupun perasaan tidak dihargai.
aman, dsb. 3.2 Diskusikan kebutuhan / harapan yang
 Dapat menyebutkan belum terpenuhi.
hubungan antara 3.3 Diskusikan dengan klien cara-cara
kejadian traumatis / mengatasi kebutuhan yang tidak
kebutuhan tidak terpenuhi dan kejadian yang traumatik.
terpenuhi dengan 3.4 Diskusikan dengan klien apakah ada
wahamnya. halusinasi yang meningkatkan pikiran /
perasaan yang terkait wahamnya.
3.5 Diskusikan dengan klien antara
kejadian-kejadian tersebut dengan
wahamnya.
TUK 4: 4. Setelah 2x interaksi klien : 4. Bantu klien mengidentifikasi
Klien dapat menyebutkan perbedaan keyakinanya yang salah tentang situasi
mengidentifikasi pengalaman nyata dengan yang nyata ( bila klien sudah siap ).
wahamnya. pengalaman wahamnya.  Diskusikan dengan klien
pengalaman wahamnya tanpa
berargumentasi.
 Katakan kepada klien akan
keraguan perawat terhadap
pernyataan klien.
 Diskusikan dengan klien respon
perasaan terhadap wahamnya.
 Diskusikan frekuensi, intensitas,
dan durasi terjadinya waham.
 Bantu klien membedakan situasi
nyata dengan situasi yang
dipersepsikan salah oleh klien.
TUK 5 : 5. Setelah 2x interaksi : klien 5.1 Diskusikan dengan klien pengalaman-
Klien dapat menjelaskan gangguan pengalaman yang tidak
mengidentifikasi fungsi hidup sehari-hari menguntungkan sebagai akibat dari
konsekuensi dari yang diakibatkan ide-ide / wahamnya seperti :
wahamnya. pikirannya yang tidak  Hambatan dalam berinteraksi dengan
sesuai dengan kenyataan keluarga.
seperti :  Hambatan dalam berinteraksi dengan
 Hubungan dengan orang lain.
keluarga.  Hambatan dalam melakukan
 Hubungan dengan orang aktivitas sehari- hari.
lain.  Perubahan dalam prestasi kerja /
 Aktivitas sehari-hari. sekolah.
 Pekerjaan. 5.2 Ajak klien melihat bahwa waham

 Sekolah. tersebut adalah masalah yang

 Prestasi, dsb. membutuhkan bantuan dari orang lain.


5.3 Diskusikan dengan klien orang /
tempat ia minta bantuan apabila
wahamnya timbul / sulit dikendalikan.
TUK 6 : 6. Setelah 2x interaksi klien : 6.1 Diskusikan hobi / aktivitas yang
Klien dapat melakukan klien melakukan aktivitas disukainya.
teknik distraksi sebagai yang konstruktif sesuai 6.2 Anjurkan klien memilih dan
cara menghentikan pikiran dengan minatnya yang melakukan aktivitas yang
yang terpusat pada dapat mengalihkan fokus membutuhkan perhatian dan
wahamnya. klien dari wahamnya. keterampilan fisik.
6.3 Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik
yang membutuhkan perhatian sebagai
pengisi waktu luang.
6.4 Libatkan klien dalam TAK orientasi
realita.
6.5 Bicara dengan klien topik-topik yang
nyata.
6.6 Anjurkan klien untuk bertanggung
jawab secara personal dalam
mempertahankan / meningkatkan
kesehatan dan pemulihannya.
6.7 Beri penghargaan bagi setiap upaya
klien yang positif.
TUK 7 : 7.1 Setelah 2x interaksi 7.1 Diskusikan pentingnya peran serta
Klien mendapat dukungan keluarga dapat keluarga sebagai pendukung untuk
keluarga. menjelaskan tentang : mengatasi waham.
 Pengertian waham. 7.2 Diskusikan potensi keluarga untuk
 Tanda dan gejala membantu klien mengatsi waham.
waham. 7.3 Jelaskan pada keluarga tentang :
 Penyebab dan akibat  Pengertian waham.
waham.  Tanda dan gejala waham.
 Cara merawat klien  Penyebab dan akibat waham.
waham.  Cara merawat klien waham.
7.2 Setelah ….x interaksi 7.4 Latih keluarga cara merawat klien
keluarga dapat waham.
mempraktekan cara 7.5 Tanyakan perasaan keluarga setelah
merawat klien waham. mencoba cara yang telah dilatihkan.
7.6 Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien di
rumah sakit.
TUK 8 : 8.1 Setelah 2 x interaksi klien 8.1 Diskusikan dengan klien tentang
Klien dapat memanfaatkan menyebutkan : manfaat dan kerugian tidak minum
obat dengan baik.  Manfaat minum obat. obat, nama, warna, dosis, cara, efek
 Kerugian tidak minum terapi dan efek samping penggunaan
obat. obat.
 Nama, warna, dosis, 8.2 Pantau klien saat penggunaan obat.
efek terapi dan efek  Beri pujian jika klien menggunakan
samping obat. obat dengan benar.
8.2 Setelah 1x interaksi klien 8.3 Diskusikan akibat berhenti minum obat
mendemonstrasikan tanpa konsultasi dengan dokter.
penggunaan obat dengan  Anjurkan klien untuk konsultasi
benar. kepada dokter / perawat jika terjadi
8.3 Setelah 1x interaksi klien hal-hal yang tidak diinginkan.
menyebutkan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter.
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN

Tindakan Keperawatan Evaluasi

Tanggal/Hari : Selasa, 3 Januari 2023 S : Pasien menyebutkan namanya Ny. I, nama panggilannya Ny. I, pasien
Data mengatakan dirinya berasal dari Badung
DS: Pasien mengatakan bahwa tetangganya yang melaporkan dirinya ke
RSJ, pasien juga mengatakan tetangganya mencuri surat-surat agar tidak O : Pasien tampak ramah, kontak mata kurang, pasien tampak kooperatif,
bisa bekerja diluar negeri serta menyuruh orang untuk tidak menerima ia suara pasien terdengar keras
bekerja dimanapun
DO: Kontak mata kurang, tampak wajah pasien tegang, suara pasien A : BHSP tercapai
terdengar keras, pasien tampak curiga berlebih pada tetangganya

Diagnosa : Waham Curiga


Tindakan
1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanya nama lengkap dan nama panggilan yang disukai pasien
4. Jelaskan tujuan dari pertemuan
5. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien dengan baik
6. Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan pasien
Tindakan Keperawatan Evaluasi
…………………………………………………… P : Lanjutkan ke SP 1
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….

RENCANA TINDAK LANJUT : SP 1 TANDA TANGAN DAN NAMA TERANG


1. Mengorientasikan realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Membuat jadwal kegiatan harian
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Tanggal/Hari : Selasa, 3 Januari 2023 S : Pasien mengatakan jika di RSj dirinya biasa berdiam diri dan tidur di
Data kamar, pasien mengatakan ia mandi 2x sehari di pagi dan sore hari
DS: Pasien mengatakan bahwa tetangganya yang melaporkan dirinya ke
RSJ, pasien juga mengatakan tetangganya mencuri surat-surat agar tidak O : Kontak mata kurang, pasien tampak kooperatif, pasien tampak cukup
bisa bekerja diluar negeri serta menyuruh orang untuk tidak menerima ia rapi dan menggunakan pakaian yang sesuai, pasien tampak melakukan
bekerja dimanapun perawatan diri seperti mandi pada pagi dan sore hari
DO: Pasien tampak menceritakan yang dialaminya dengan ragu-ragu
namun suara keras, ekspresi pasien tampak tegang, kontak mata ada A : SP 1 tercapai
sesekali
P : Lanjutkan ke SP 2
Diagnosa : Waham Curiga
Tindakan
1. Berikan pujian pada penampilan dan kemampuan pasien yang realistis
2. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu
dan saat ini yang realistis
3. Tanyakan apa yang pasien bisa lakukan atau kaitkan dengan aktivitas
sehari-hari dan perawatan diri serta anjurkan untuk melakukan saat ini
4. Jika pasien terus membicarakan tentang wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waktu itu ada
TANDA TANGAN DAN NAMA TERANG
RENCANA TINDAK LANJUT : SP 2
1. Mengevaluasi SP 1
2. Berdiskusi mengenai kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
4. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Tanggal/Hari : Jumat 6 Januari 2023 S : Pasien mengatakan kebutuhan akan obat sudah terpenuhi, ia juga sudah
Data rutin minum obat agar bisa cepat sembuh. Pasien juga mengatakan ia selalu
DS: Pasien mengatakan ia baik-baik saja, ia hanya berfikir positif dan ingin diingatkan oleh perawat untuk minum obat sehingga ia tidak pernah putus
pulang karena rindu keluarga obat selama dirawat
DO: Pasien tampak tenang, kontak mata ada
O : Pasien tampak tenang, kontak mata pasien cukup, pasien tampak senang
Diagnosa : Waham Curiga dan tersenyum saat dipuji
Tindakan
1. Berikan salam terapeutik A : SP 3 Tercapai
2. Diskusikan dengan pasien tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat
3. Anjurkan pasien untuk meminta sendiri obat pada perawat dan P :Pertahankan SP 3
merasakan manfaatnya
4. Jelaskan cara penggunaan obat dengan prinsip 6 benar

RENCANA TINDAK LANJUT


Mengobservasi kegiatan pedidikan mengenai jenis, dosis, waktu dan efek
obat
TANDA TANGAN DAN NAMA TERANG
YAYASAN KESEJAHTERAAN WARGA KESEHATAN SINGARAJA-BALI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
INSTITUSI TERAKREDITASI B
Program Studi : D3 Kebidanan, S1 Kebidanan, S1 Keperawatan, S1 Farmasi, Profesi Ners, dan
Profesi Bidan Office : Kampus I Jln. Raya Air Sanih Km. 11 Bungkulan Singaraja – Bali
Kampus II Jln. Raya Air Sanih, Km 3, Kubutambahan, Singaraja – Bali
HP: 081939337102 (WA) Web : stikesbuleleng.ac.id email
:

FORMAT PEMBUATAN ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial Klien : Ny. I


Usia : 40 Tahun
Interaksi ke- :1
Lingkungan : Pasien tampak tenang dan bersih
Deskripsi : Pasien tinggi, bola mata tampak berwarna cokelat, badan tampak kurus dan
rambut tampak keriting
Tujuan Interaksi : Pasien mampu mengenal perawat dan mengungkapkan perasaannya
Waktu Interaksi : 3 Januari 2023 pukul 10.30 Wita
Komunikasi Verbal Komunikasi Nonverbal Analisa berpusat pada Analisa berpusat pada klien Rasional
perawat (P) (K)

P : selamat pagi Bu, P : Memandang klien dan P : Ingin membuka percakapan K : Agak canggung berhadapan Salam merupakan
boleh saya dduk di tersenyum dengan klien dan berharap dengan orang baru yang masuk kalimat mmebuka untuk
sebelah ibu? dengan sapaan dengan sapaan ke lingkungannya, mau namun memulai suatu
sederhana agar perawat dapat ragu terhadap orang baru percakapan sehingga
K : Pagi, silahkan diterima oleh klien dapat terjalin rasa
percaya
K : Klien menjawab P: Merasa senang atas tanggapan
sambil tersenyum yang diterima

P: Hari ini cuaca agak P: Melirik pasien


P: Ingin memulai percakapan K: Memberikan respon Topik ringan akan
mendung ya Bu?
dengan topik ringan sebelum memudahkan interaksi
masuk ke masalah klien lanjut

K: Iya… hari ini K : Melihat ke langit lalu


mendung kembali melihat tanaman
di depan pasien

P: Ibu, perkenalkan P : Mengulurkan tangan


nama saya Ida, saya ke klien P: Berkenalan dengan klien agar K: Pasien memberikan Memperkenalkan diri
mahasiswa dari dapat meningkatkan tanggapan yang baik dapat menciptakan rasa
STIKes Buleleng yang keberhasilan BHSP percaya pasien terhadap
sedang praktek di perawat
ruangan ini dan akan
merawat Ibu selama
saya praktek disini
P: Masih menjabat P: Ingin tau nama pasien K: Mampu membina BHSP Mengenal pasien untuk
P: Nama Ibu siapa? tangan dan mendekatkan memudahkn interaksi
diri pada klien

K: Nama saya Ny. I


K: Menoleh dan masih P: Mengajak untuk berkenalan K: Membina BHSP
berjabat tangan

P: Asal Ibu darimana


kalau boleh tau? P: Memandang Klien P: Masih membangun keakraban K: Membina BHSP Topik sederhana mampu
dengan topik yang sederhana menjalin keakrabakn
K: Saya dari Badung dengan klien
K: Kontak mata kurang P: Senang karena klien member K: Klien merespon dan
respon memperhatikan pertanyaan
P: Ibu sudah berapa perawat
lama dirawat disini P: Menunjukkan P: mengharapkan respon klien K: Klien merespon dan Memberi kesempatan
perhatian memperhatikan pertanyaan pada kklien untuk
K: Saya baru pertama
kali masuk RSJ K: sesekali menatap perawat mengungkapkan
perawat P: Mengharapkan respon klien K: Memperhatikan dan perasaannya
menjawab pertanyaan perawat

P: Ibu ingat tidak


kenapa Ibu bisa P: Menatap Klien P: Mengharapkan respon klien K: Memperhatikan dan Dengan komunikasi
dibawa kesini? menjawab pertanyaan perawat terapeutik pasien merasa
K: Awalnya saya didengar dan bercerita
dibawa ke RSJ untuk K: Sesekali ada kontak P: Mengharapkan respon klien K: Memperhatikan dan mengenai
mengobati Ibu saya mata menjawab pertanyaan yang pengalamannya
dan saya disuruh diberikan perawat
untuk Swab setelah itu
saya langsung di rawat
inap disini sambil
menunggu hasil Swab
sedangkan saya ahrus
bekerja dan
membutuhkan surat-
surat itu namun
tetangga saya
mencurinya dan
mensegel saya untuk
tidak bekerja di luar
negeri. Saya
sebenarnya mau
bekerja diluar negeri
sebagai pegawai spa
namun tetnagga saya
mengambil surat-surat
dan mensegel saya
dan menyuruh orang-
orang untuk tidak
menerima saya
bekerja dimanapun

P: Kalau boleh tau


kegiatan Ibu selama P: Menatap klien penuh P: Mengharapkan respon baik K: Klien merespon dan Memberikan kesempatan
disini apa saja Bu? perhatian dari Klien memperhatikan pertanyaan pada klien untuk
K: Bangun dari tempat perawat mengungkapkan
tidur, gosok gigi, K: Tampak antusias, P: Mengaharapkan respon baik K: Klien merespon dan perasaannya
mandi, bersih-bersih sesekali ada kontak mata dari klien memperhatikan pertanyaan
setalah makan lalu perawat
kembali ke tempat
tidur

P:Bagaimana perasaan P: Mengharakan Respon klien K: Klien merespon dan Memberi kesempatan
Ibu sekarang? P: Menatap Klien dan memperhatikan pertanyaan pada klien untuk
K: Kepala saya terasa tersenyum perawat megungkapkan
agak sakit mungkin : Tidak ada kontak mata P: Mengharapkan respon klien perasaannya
setelah ini saya akan
istirahat dan kembali
ke tempat tidur
P: Iya Bu.. sekarang
Ibu bisa istirahat, nah P: Mengharapkan respon klien K: Klien merespon dan Memberikan kesempatan
tadi kan kita sudah memperhatikan pertanyaan pada klien untuk
berkenalan, apakah perawat mengungkapkan
P: Memandang klien
Ibu masih ingat nama perasaannya
dengan penuh perhatian
saya?

K: Masih, Ibu Ida


P: Mengharapkan respon klien K: Klien merespon dan Memberikan kesempatan
memperhatikan pertanyaan pada klien untuk
K: Tampak tidak ada perawat mengungkapkan
P: Ibu, saya sangat kontak mata perasaannya
senang dapat P: Mengharapkan respon klien K: Klien merespon dan
mengobrol dengan Ibu memperhatikan pertanyaan
bagaimana kalau nanti P: Memandang klien dan perawat
mengobrol lagi, tersenyu
apakah Ibu bersedia?

K: Oh.. iya Bu Ida


P: Mengharapkan respon klien K: Klien merespon dan
memperhatikan pertanyaan
K: Kontak mata cukup perawat
P: Kalau Ibu setuju
nanti kita bercakap- P: Menutup topik dan K: Klien menyetujui kotrak Menetapkan kotrak
cakap lagi mengenai P: Memandang Klien melakukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya waktu yang akan datang
perasaan Ibu yaa.. dengan penuh perhatian pertemuan berikutnya untu pertemuan
dan tersenyum selanjutnya
K: Iya Bu Ida
P: Menutup topik dan K: Klien menyetujui kotrak
melakukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
P: Terimakasih Ibu : Ada kontak mata pertemuan berikutnya
atas kesediaan Ibu P: Menutup topik dan K: Klien menyetujui kotrak Salam penutup untuk
P: Menatap klien
untuk berbincang- melakukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya meningkatkan
bincang dengan saya.. pertemuan berikutnya kepercayaan pasien
sampai jumpa nanti..
K: Iya Bu,
Terimakasih P: Menutup topik dan K: Klien menyetujui kotrak
K: Tampak ada kontak melakukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
mata pertemuan berikutnya

Kesan Perawatan :

BHSP terlaksana dengan baik, pasien tampak kooperatif dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan serta pasien telah menyetujui
dilakukannya kontrak selanjutnya.
YAYASAN KESEJAHTERAAN WARGA KESEHATAN SINGARAJA-BALI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BULELENG
INSTITUSI TERAKREDITASI B
Program Studi : D3 Kebidanan, S1 Kebidanan, S1 Keperawatan, S1 Farmasi,
Profesi Ners, dan Profesi Bidan Office : Kampus I Jln. Raya Air Sanih Km.
11 Bungkulan Singaraja – Bali
Kampus II Jln. Raya Air Sanih, Km 3, Kubutambahan, Singaraja - Bali
HP: 081939337102 (WA) Web : stikesbuleleng.ac.id email :
stikesbuleleng@gmail.com

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari/ Tanggal : Selasa, 3 Januari 2023
Jam : 10.00 WITA
Pertemuan Ke :I
Topik : BHSP
No RM : 042961
Nama : Ny. I
Asal : Badung
Jenis Kelamin : Perempuan
A. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien

Ds : Pasien mengatakan bahwa tetangganyalah yang melaporkannya ke RSJ, pasien


juga mengatakan tetangganya yang mencuri surat-suratnya agar ia tidak bisa
bekerja diluar negeri dan menyuruh orang lain agar tidak menerima saya bekerja
dimanapun

Do : Kontak mata kurang, tampak wajah pasien tegang, suara pasien terdengar keras,
pasien tampak curiga berlebih pada tetangganya

2) Diagnosa Keperawatan
Waham Curiga

3) Tujuan Khusus
Pasien dapat membina hubungan saling percaya

4) Tindakan Keperawatan
1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanya nama lengkap dan nama panggilan yang disukai pasien
4. Jelaskan tujuan dari pertemuan
5. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien dengan baik
6. Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan pasien

B. Strategi Komunikasi dalam Proses Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Bu, Saya Kadek Idayani mahasiswa dari STIKes Buleleng,
saya biasa dipanggil Ida, Nama Ibu siapa?
b. Evaluasi dan validasi
- Bagaimana perasaan Ibu hari ini?
- Apakah Ibu masih ingat kenapa Ibu dibawa kesini?

c. Kontrak
 Topik
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang dengan hal-hal yang
menyenangkan, apakah Ibu mau untuk mengorol?
 Waktu
Baik Bu, agar Ibu tidak bosan bagaimana kalau bincang-bincang kali ini
cukup 15 menit saja?
 Tempat
Bagaimana kalau kita duduk di kursi di ruang TV Bu?

II. Fase Kerja


1. Apakah Ibu masih ingat dengan saya?
2. Ibu sudah menikah?
3. Siapa saja yang tinggal serumah dengan Ibu?
4. Ibu ada berapa saudara? Ibu anak keberapa?
5. Biasanya saat di rumah siapa yang paling sering Ibu ajak untu cerita?
6. Ibu dulu sekolah dimana?
7. Ibu hobinya apa?
8. Ibu masih ingat siapa yang mengantar Ibu kesini?
9. Apakah Ibu tau saat ini Ibu sedang berada dimana?
10. Pekerjaan Ibu dirumah apa?
11. Apakah Ibu punya teman dekat dirumah?
12. Kegiatan apa saja yang ibu lakukan selama dirumah?
13. Biasanya kalau ada masalah dirumah Ibu cerita ke siapa?

III. Fase Terminasi


1) Evaluasi
a) Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ibu setelah bercakap-cakap dengan saya?
b) Evaluasi Obyektif
- Apakah Ibu senang saya aja ngobrol?
- Apakah Ibu masih ingat dengan saya?
2) Rencana Tindak Lanjut
Baiklah Bu, untuk hari ini kita cukupkan dulu yaa.. tadi kita sudah
berkenalan dan kalau Ibu melihat saya, saya harap Ibu menyapa saya

3) Kontrak Yang Akan Datang


 Topik
Bu, kita bertemu lagi nanti untuk mengobrol lagi yaa mengenai masalah
yang belum sempat Ibu ceritakan sekarang
 Waktu
Bagaimana kalau nanti di jam 13.00 selama 10 menit saja Bu?
 Tempat
Bagaimana kalau kita mengobrol disini lagi Bu?
YAYASAN KESEJAHTERAAN WARGA KESEHATAN SINGARAJA-BALI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BULELENG
INSTITUSI TERAKREDITASI B
Program Studi : D3 Kebidanan, S1 Kebidanan, S1 Keperawatan, S1 Farmasi,
Profesi Ners, dan Profesi Bidan Office : Kampus I Jln. Raya Air Sanih Km.
11 Bungkulan Singaraja – Bali
Kampus II Jln. Raya Air Sanih, Km 3, Kubutambahan, Singaraja - Bali
HP: 081939337102 (WA) Web : stikesbuleleng.ac.id email :
stikesbuleleng@gmail.com

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari/ Tanggal : Selasa, 3 Januari 2023
Jam : 13.00 WITA
Pertemuan Ke :2
Topik : SP 1
No RM : 042961
Nama : Ny. I
Asal : Badung
Jenis Kelamin : Perempuan
C. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien

Ds : Pasien mengatakan bahwa tetangganya yang melaporkan dirinya ke RSJ, pasien


juga mengatakan tetangganya mencuri surat-surat agar tidak bisa bekerja diluar
negeri serta menyuruh orang untuk tidak menerima ia bekerja dimanapun

Do : Kontak mata kurang, tampak wajah pasien tegang, suara pasien terdengar keras,
pasien tampak curiga berlebih pada tetangganya

2) Diagnosa Keperawatan
Waham Curiga

3) Tujuan Khusus
1. Mengorientasikan realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

4) Tindakan Keperawatan
1. Berikan pujian pada penampilan dan kemampuan pasien yang realistis
2. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang
Realistis
3. Tanyakan apa yang pasien bisa lakukan atau kaitkan dengan aktivitas
sehari-hari dan perawatan diri serta anjurkan untuk melakukan saat ini
4. Jika pasien terus membicarakan tentang wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waktu itu ada
B. Strategi Komunikasi dalam Proses Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
I. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat sore Bu, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi dan validasi
Bagaimana perasaan Ibu hari ini?
c. Kontrak
 Topik
Baik, seperti apa yang saya katakana tadi pagi, sore ini kita akan
melanjutkan berbincang-bincang mengenai kebutuhan Ibu yang belum
terpenuhi dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan tersebut
 Waktu
Baik Bu, sore ini cukup 15 menit saja ya Bu..
 Tempat
Bagaimana kalau kita duduk di kursi di ruang TV lagi Bu?

II. Fase Kerja


1. Baiklah Bu, kemarin kita sudah berkenalan dan sudah melakukan kotrak
waktu sekarang langsung saja kita mulai yuk..
2. Apakah Ibu tau nama teman-teman disini?
3. Apakah Ibu tau sekarang pukul berapa?
4. Apakah Ibu tau saat ini Ibu sedang berada dimana?
5. Apakah Ibu sudah mandi dang anti baju hari ini?
6. Wahhh baju yang Ibu pakai rapi sekali Bu, rambut Ibu juga terlihat rapi
sudah diikat
7. Selama disini aktivitas apa yang sering Ibu lakukan?
8. Disini berapa kali Ibu mandi?
9. Apakah ada kebutuhan Ibu yang belum tercapai selama disini?
10. Baik Bu, hari ii kita akan belajar bagaimana cara memenuhi kebutuhan
yang belum tercapai
III. Fase Terminasi
4) Evaluasi
c) Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ibu setelah bercakap-cakap dengan saya hari ini?
d) Evaluasi Obyektif
Apakah Ibu bisa menyebutkan kembali nama, asal pukul berapa
sekarang dan menyebutkan kebutuhan Ibu yang belum terpenuhi?
5) Rencana Tindak Lanjut
Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi? Besok kita akan
membahas sedikit mengenai kemampuan yang Ibu miliki dan melatih
kemampuan yang Ibu miliki

6) Kontrak Yang Akan Datang


 Topik
Sampai jumpa besok ya Bu.. kita akan berbincang-bincang mengenai
kemampuan dan melatih kemampuan yang Ibu miliki
 Waktu
Bagaimana selama 10 menit saja Bu?
 Tempat
Bagaimana kalau kita mengobrol disini lagi Bu?
YAYASAN KESEJAHTERAAN WARGA KESEHATAN SINGARAJA-BALI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BULELENG
INSTITUSI TERAKREDITASI B
Program Studi : D3 Kebidanan, S1 Kebidanan, S1 Keperawatan, S1 Farmasi,
Profesi Ners, dan Profesi Bidan Office : Kampus I Jln. Raya Air Sanih Km.
11 Bungkulan Singaraja – Bali
Kampus II Jln. Raya Air Sanih, Km 3, Kubutambahan, Singaraja - Bali
HP: 081939337102 (WA) Web : stikesbuleleng.ac.id email :
stikesbuleleng@gmail.com

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari/ Tanggal : Kamis, 5 Januari 2023
Jam : 14.00 Wita
Pertemuan Ke :3
Topik : SP 2
No RM : 042551
Nama : Ny. S
Asal : Badung
Jenis Kelamin : Perempuan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien

Ds : Pasien mengatakan keadaannya baik-baik saja, ia juga mengatakan ingin pulang


karena merasa dirinya sudah sehat dan ingin bertemu dengan keluarganya,
kegiatan yang dilakukan selama dirawat di RS yaitu menyapu dan mencuci piring

Do : Pasien tampak bersih, kontak mata ada sesekali, ekspresi wajah tampak antusias

2. Diagnosa Keperawatan
Waham Curiga

3. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui kemampuan dan bagaimana cara melatih kemampuan yang
dimiliki pasien
4. Tindakan Keperawatan
a. Membantu menetapkan aktivitas sehari-hari
b. Membantu memilih kemampuan yang dapat dilakukan
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi dalam Proses Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
I. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat sore Bu, masih ingat dengan saya?

b. Evaluasi dan validasi


Bagaimana perasaan Ibu hari ini? apakah tidurnya nyenyak?
c. Kontrak
 Topik
Sesuai kesepakatan kita tadi, hari ini kita akan berbincng-bincang
mengenai kemampuan dan melatih kemampuan yang Ibu miliki
 Waktu
Boleh saya minta waktunya 15 menit saja Bu?
 Tempat
Seperti biasa untuk tempatnya ditempat kemarin lagi ya Bu

II. Fase Kerja


1. Apakah Ibu masih ingat dengan saya?
2. Baik kalau begitu langsung saja kita mulai yaa…
3. Saat dirumah hobi Ibu apa?
4. Kalau selama disini kegiatan apa yang sering Ibu lakukan?
5. Selama disini berapa kali Ibu mandi dalam sehari?
6. Apakah selama disini Ibu sering membantu menyapu, mencuci piring, dan
membagikan makanan pada teman-teman?
7. Apakah Ibu senang melakukan itu disini?
8. Jika di rumah apakah Ibu juga sering melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut?
III. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya Bu setelah kita berbincang-bincang tadi?
b. Evaluasi Obyektif
Apa saja yang sudah kita latih hari ini Bu?
Ya benar sekali Bu!
2. Rencana Tindak Lanjut
Baik Bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi? Besok kita
akan berdiskusi mengenai penggunaan obat yang baik dan benar

3. Kontrak Yang Akan Datang


 Topik
Kita bertemu besok lagi ya Bu…Besok kita akan berdiskusi mengenai
penggunaan obat yang baik dan benar
 Waktu
Untuk waktunya kurang lebih 15 menit saja Bu
 Tempat
Untuk tempatnya disini lagi ya Bu…
YAYASAN KESEJAHTERAAN WARGA KESEHATAN SINGARAJA-BALI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BULELENG
INSTITUSI TERAKREDITASI B
Program Studi : D3 Kebidanan, S1 Kebidanan, S1 Keperawatan, S1 Farmasi,
Profesi Ners, dan Profesi Bidan Office : Kampus I Jln. Raya Air Sanih Km.
11 Bungkulan Singaraja – Bali
Kampus II Jln. Raya Air Sanih, Km 3, Kubutambahan, Singaraja - Bali
HP: 081939337102 (WA) Web : stikesbuleleng.ac.id email :
stikesbuleleng@gmail.com

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari/ Tanggal : Jumat, 6 Januari 2023
Jam : 10.00 Wita
Pertemuan Ke :4
Topik : SP 3
No RM : 042551
Nama : Ny. S
Asal : Badung
Jenis Kelamin : Perempuan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien

Ds : Pasien mengatakan ia baik-baik saja, ia hanya berfikir positif dan ingin pulang
karena rindu keluarganya
Do Pasien tampak tenang, kontak mata ada

2. Diagnosa Keperawatan
Waham Curiga

3. Tujuan Khusus
Agar mengetahui penggunaan obat yang baik dan benar
4. Tindakan Keperawatan
a. Berikan salam terapeutik
b. Diskusikan dengan pasien tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat
c. Anjurkan pasien untuk meminta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya
d. Jelaskan cara penggunaan obat dengan prinsip 6 benar
B. Strategi Komunikasi dalam Proses Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
I. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Bu, masih ingat dengan saya? Ibu tidak tidur?

b. Evaluasi dan validasi


Bagaimana perasaan Ibu hari ini? apakah Ibu senang?
c. Kontrak
 Topik
Sesuai dengan janji kita, hari ini kita akan membahas mengenai
penggunaan obat
 Waktu
Boleh saya minta waktunya 15 menit saja Bu?
 Tempat
Seperti biasa untuk tempatnya ditempat kemarin lagi ya Bu, di ruang TV
II. Fase Kerja
1. Selamat pagu Bu
2. Apakah Ibu tau nama obat yang sering Ibu minum?
3. Apakah Ibu tau efek samping jika Ibu tidak teratur minum obat?
4. Apakah ibu tau manfaat obat yang selama ini Ibu minum?
5. Apakah Ibu tau kenapa Ibu harus minum obat?
III. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya Bu setelah kita berbincang-bincang tadi
dengan saya?
b. Evaluasi Obyektif
Bagaimana perasaannya Bu setelah kita latihan tadi?
2. Rencana Tindak Lanjut
Baik Bu setelah kita berbincang-bincang tadi dan waktu kita sudah habis
saya harap Ibu dapat mengingat dan mempraktekkan sendiri apa yang
kita latih dari hari selasa sampai hari ini agar Ibu bisa cepat pulang dan
bertemu keluarga Ibu

5. Kontrak Yang Akan Datang


 Topik
-
 Waktu
-
 Tempat
-
BAB V
PEMBAHASAN

Diagnosa keperawatan yang di proleh saat pengkajian adalah gangguan pikir:


waham curiga dari tanda dan gejala pasien, pasien mengatakan bahwa tetangga di
depan rumahnya mengambil surat-suratnya untuk bisa bekerja di luar nergri, pasien
juga mengatakan tetangganya menyuruh orang lain agar ia tidak bisa bekerja di luar
negri. Pasien juga curiga bawha tetanganya yang melaporkan ke puskesma sehingga
pasien di bawa ke RSJ. Pada saat pengkajian yang dilakuakn pada hari selasa tanngal
03 januarai 2023 pasien sehabis periksa vital sign dan senan, pada saat pengkajian
tersebut pasien tampak kooperatif pada saat dilakukan BHSP pasien mengatakan
belum mengetahui kenapa pasien bisa di bawa ke RSJ, pada saat pengkajian pasien
terus menyebutkan tetangganya yang melaporkan pasien ke Rsj karna pasien
mengatakan tetangganya tidak suka melihat bahwa saya bisa sukses dan sehingga di
tentukan diagnosa keperawatan waham curiga, sumber daya data pasien ,perawat
ruangan, dan dari rekam medis pasien. Keadaan pasien saat pengkajian yaitu pasien
tampa sedikit gelisah, tegang tetapi kooperatif saat di tannya, pasien mengatakan
bawaha dirinya sudah sehat dan ingin cepat pulang, pasien baru pertama kali masuk
rumah saki jiwa. Prioritas diagnosa adalah waham curiga tindakan pertama yang
dilakuakan adalah BHSP atau bina hubungan saling percaya tujuan BHSP adalah
untuk membina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien saat
melakukan pengkajian, pasien tampak menjawab dan merespon pertannyaan yang
diberikan oleh perawat. Lalu dilanjutkan dengan sp1 yaitu dengan mengetahui
kegiatan oreantasi yang telah dilakuakan, pasien tampak menceritakan wahamnya
dan pasien mau memasukan ke jadwal kegiatan harian, pasien mengatakan mengerti
dengan apa yang harus dilakukan setelah dilakukan validasi pasien mampu
melakukan intervensi yang direncanakan sehingga sp 1 berasil lanjut sp2 , sp2
mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki seperti menyapu dan cuci piring pasien
setelah dilakuakan validasi pasien mampu melakukan intervensi yang direncanakan
sehinga lanjut ke sp3, sp3 memberikan pendidikan kesehatan tentang jenis obat
prinsip 6 benar setelah pasien mengatkan sudah minum obat sesuai hari dan
pengawasan dari perawat dilakukan validasi pasien mampu melakkukan intervensi
yang direncanakan sehingga sp1,sp2,sp3 tercapai dan pertahankan sp3
Cara menanggulangi saat pertemuan pertamakali bertemu denga pasien
adalah melakukan BHSP pada pasien melakukan pengkajian lebih dalam jangan
sampai menyingung perasaan pasien dan membuat pasien marah. Melakuakan
pengkajian saat pasien sudah merasa tenang , santai dan pada saat watu luang
sehingga tidak menganggu aktivitas dan istrahat pasien melakukan pengkajian juga
bisa dilakuakan dengan cara mengajak bermain mengambar, menulis dan bermain
puzzle pada saat pengkajian hambatan yang didapatkan yaitu pasien tampak kontak
matanya kurang, gelisah dan terus membicarakan tetangganya tanpa henti.
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selarah dengan keadaan orang
lain.
Waham dalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara
kukuh di pertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita normal (Stuart dan sundeen, 2010).
Waham merupakan keyakiana seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan
tingkat interlektual dan latar belakang budaya, ketidak mampuan merespon
stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi dan informasi
secara aktual (Keliat,2009).
Dari hasil pengkajian dari tanggal 03-06 januari 2023 didapatkan
hasil bahwa pasien yang berada di ruangan kuntik mendapatkan perwatan
yang optimal sehingga pasien mampu koopratif dalam menjawab
pertannyaan perawat, sehingga pengkajian dilakuakan berjalan sesuai
dengan prosedur.

6.2 SARAN
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan terdapan beberapa saran
yang dapat dilakuan sebagai berikut;
a. Ppada pasien perawat
Dapat di buatkan suatu acuan atau panduan untuk melaksanakan
terapi pada pasien dengan waham curiga yang sesuai dengan
standar oprasional prosedur dan dapat diterapkan pada pasien.
b. Masyarakat
Diperlukan katelibatan keluarga dalam mengawasipenerapan
pelaksanaan terapi pada pasienwaham curiga agar pelaksanaan
dari terapi benar-benar bisa dilakuakan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2016). Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Direja, A.H.S. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medikal
Book.
Fitria, N. (2014). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, B.A. (2014). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Stuart & Sundden. (2015). Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5. St
Louis: Mosby Year Book.
Townsed, M. C. (2014). Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai