I DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA WAHAM CURIGA DI RUANG KUNTI
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
OLEH:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Ny. I Dengan Masalah Keperawatan Utama Waham Curiga Di Ruang Kunti
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali ” Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Stase
Keperawatan Jiwa.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................3
BAB III GAMBARAN KASUS ....................................................................23
BAB IV PELAKSANAAN TINDAKAN .....................................................46
4.1 API.................................................................................................50
4.2 SPTK..............................................................................................57
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................65
BAB VI PENUTUP.........................................................................................66
6.1 Kesimpulan ....................................................................................66
6.2 Saran...............................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Waham merupakan keyakinan akan sesuatu yang salah dan secara tetap
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal (Wijoyo & Mutikasari, 2020).
Hasil survey awal yang dilakukan di ruang Kunti Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali, terdapat 22 orang pasien yang mengalami skizofrenia dengan masalah
1
keperawatan waham curiga.
1.2 Tujuan
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir,
yaitu:
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di otak,
atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor genetic
3
3. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir:
waham, yaitu :
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
4. Mekanisme Koping
1. Klien : identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih dimiliki
klien.
2. Sumber daya dan duungan sosial : pengetahuan keluarga, finansial
keluarga, waktu dan tenaga keluarga yang tersedia, kemampuan keluarga
memberikan asuhan.
5. Proses terjadinya
Menurut Yosep (2009), adapun proses terjadinya waham, yaitu:
a. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.Biasanya
klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakuakn kompensasi yang
salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia
seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang
dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan
dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh
rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).
b. Fase lack of self esteem
4
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya.Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut.Padahal self reality-nya sangat jauh.Dari
aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system
semuanya sangat rendah.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Tetapi mengahadapi kenyataan bagi klien
adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi
sejak kecil secara optimal.Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adequate karena besarnya
toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
d. Fase environment support
Ada beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (Super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering diserati halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya.Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interkasi sosial (isolasi sosial).
5
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk menggung kayakinan
klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya kayakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta
konsekuensi sosial.
6. Klasifikasi, Jenis dan Sifat Masalah
Proses berpikir meliputi 3 aspek yaitu bentuk pikiran, isi pikiran dan arus pikiran.
Menurut Kaplan, berfikir merupakan aliran gagasan, symbol dan asosiasi yang
diarahkan oleh tujuan, dimulai oleh suatu masalah atau tugas dan mengarah
pada kesimpulan yang berorientasi pada kenyataan.
a. Gangguan Bentuk Pikir
Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional,
logic dan terarah pada tujuan.
1) Dereisme/ pikiran dereistik
Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental
individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya
tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau
pengalaman.
2) Pikiran otistik
Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari dalam
pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham, atau
halusinasi. Cara berfikir seperti ini hanya akan memuaskan
keinginannya yang tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan
seitarnya yang tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan
sekitarnya. Hidup dalam alam pikirannya sendiri.
3) Bentuk pikiran non realistic
Bentu pikiran yang sama sekali tidak berdasaran pada kenyataan,
mengambil sesuatu kesimpulan yang aneh dan tidak masuk akal.
b. Gangguan Arus Pikir
Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang timbul
dalam berbagai jenis :
6
1) Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu ide, pikiran atau
tema secara berlebihan.
2) Asosiasi longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya
satu sama lain, misalnya “saya mau makan semua orang dapat
berjalan-jalan”. Bila ekstrim, maka akan terjadi inkoherensi.
3) Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat
pun sudah sulit ditangap atau diikuti maksudnya.
4) Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat
sekali atau sangat cepat.
5) Benturan : piiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah
kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan mengapa ia berhenti.
6) Logorea : banyak bicara, kata-kata dikeluaran bertubi-tubi tanpa
kontrol, mungkin koherent atau incoherent.
7) Pikiran melayang (flight of ideas) :perubahan yang mendadak lagi
cepat dalam pembicaraan, sehingga satu ide yang belum selesai
diceritakan sudah disusul oleh ide yang lain.
8) Asosiasi bunyi : mengucapkan perkataan yang mempunyai
persamaan bunyi, misalnya pernah disengar “saya mau makan”
diutarakan seakan berontak.
9) Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tida dipahami oleh
umum, misalnya : saya radiitu, semua partinum.
10) Irelevansi : isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya
dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan.
11) Pikiran berputar-putar (circumstantiality) : menuju secara tidak
langsung kepada ide pkok dengan menambahan banyak hal yang
remeh-remeh yang majemuk dan tidak relevan.
12) Main-main dengan kata-kata : membuat sejak secara tidak wajar.
13) Afasi : mungkin sensori (tidak atau sukar mengerti biacara orang
lain) atau motorik (tidak dapat atau sukar bicara), sering kedua-
duanya sekaligus dan terjadi kerusakan otak.
c. Gangguan Isi Pikir
Dapat terjadi baik pada isi pikiran nonverbal maupun pada isi pikiran yang
diceritakan misalnya :
1) Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy) : dapat timbul secara
mengambang pada orang yang normal selama fase permulaan narkosa
(anastesi umum)
7
2) Fantasi : isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
diharapkan/ diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata.
3) Fobia : rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan
yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun
diketahui bahwa hal itu irasional adanya.
4) Obsesi : Isi pikiran yang kukuh (persisten) timbul, biarpun tidak
dikendalikannya dan diketahui bahwa hal itu tidak wajar atau tidak
mungkin.
5) Preokupasi : Pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja yang
biasanya berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional yang
kuat.
6) Pikiran yang tak memadai (Inadequate) : pikiran yang ekstrinsik, tidak
cocok dengan banyak hal, terutama dalam pergaulan dan pekerjaan
seseorang.
7) Pikiran bunuh diri (Suicide thoughts / ideation) : mulai dari kadang-
kadang memikirkan hal bunuh dari sampai terus menerus memikirkan
cara bagaimana ia dapat membunuh dirinya
8) Pikiran hubungan : pembicaraan orang lain, benda-benda, atau sesuatu
kejadian dihubungkan dengan dirinya.
9) Rasa terasing (aleanasi) : perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain,
berbeda asing, umpamanya heran, siapakah dia itu sebenarnya,
rasanya ia berbeda sekali dengan orang lain.
10) Pikiran isolasi sosial (social isolation) : rasa terisolasi, tersekat,
terkunci, terpencil dari masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai orang
lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain, lebih suka
menyendiri.
11) Pikiran rendah diri : Merendahkan, menghinakan dirinya sendiri,
menyalahkan dirinya tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah
dilakukannya.
12) Merasa dirugikan oleh orang lain : menghina atau menyangka ada
orang lain yang telah merugikannya, sedang mengambil keuntungan
dari dirinya, atau sedang mencelakakannya.
13) Merasa dirinya dalam bidang seksual : acuh tak acuh tentang hal
seksual, kegairahan seksual berkurang secara umum (hiposeksualitas).
14) Rasa salah : sering mengatakan ia telah bersalah; ini bukanlah waham
dosa.
8
15) Pesimisme : mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal
pada bidangnya.
16) Sering curiga : mengutarakan ketidakpercayaannya kepada orang lain;
buan waham curiga.
17) Waham : keyakinan tentang sesuatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaannya, biarpun dibutikan kemustahilan hal itu.
Menurut Direja (2011) dan Azizah (2011), adapun jenis-jenis
waham, yaitu :
a) Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan
khusus atau berlebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b) Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
c) Waham Curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan
atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
d) Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
e) Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
f) Waham Dosa
Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salah atau
berbuat dosa atau perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
g) Waham yang bizar terdiri dari:
1) Sisp pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang
lain disisipkan ke dalam pikiran dirinya.
2) Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide
dirinya dipakai oleh/disampaikan kepada orang lain
mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia tidak pernah
secara nyata mengatakan pada orang tersebut.
9
3) Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa
pikiran, emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi
oleh kekuatan di luar dirinya yang aneh.
7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan
medis pada gangguan proses pikir yang mengarah pada diagnosa medis
skizofrenia, khususnya dengan gangguan proses pikir: waham, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2009), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2
golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL
(Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol,
Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel),
dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan
apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri
sudah baik.Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa
terapi aktivitas kelompok (TAK).
c. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif
dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan
Purwanto, 2009).Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
10
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan
khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan
dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari
sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana
terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih
(sosialisasi).
8. Rentang Respon Sosial
Menurut Stuart and Sundeen (2010) waham merupakan salah satu
respon persepsi paling maladaptif dalam rentang respon neurobiologi. Rentang
respon tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
11
individu berespon adaptif, cenderung dapat berpikir logis, persepsi
akurat, emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku sesuai dan dapat
berhubungan sosial. Bila individu berespon antara respon adaptif dan
maladaptif maka akan menimbulkan pemikiran kadang – kadang
menyimpang, ilusi, reaksi emosional berlebihan atau berkurang,
perilaku ganjil dan menarik diri. Namun bila individu berespon
maladaptif maka cenderung mengalami kelainan
pemikiran/delusi/waham, halusinasi, ketidakmampuan untuk
mengalami emosi, ketidakteraturan dan isolasi sosial.
12
2.4 Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Proses Pikir: Waham
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah kronik
13
2.5 Intervensi Keperawatan
I. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Initial : Ny. I
Umur : 40 Tahun
No R.M : 042916
Status : Menikah
Pendidikan : SMK
2. Alasan Masuk
a) Keluhan Utama Saat MRS
Jelaskan : Curiga
c) Riwayat Penyakit
3. Faktor Predisposisi
1) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Ya
Tidak
2) Pengobatan sebelumnya?
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil
4. Faktor Presipitasi
Saat pengkajian pasien mengatakan ia baru pertama kali masuk di rumah sakit
jiwa, pasien juga mengatakan sempat bertengkar dan mengamuk.
5. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Vital
TD : 120/80mmHg
Nadi : 80x/mnt
Suhu : 36oC
Respirasi : 20x/mnt
2) Ukuran
Berat Badan : 50Kg
TB : 166 cm
3) Keluhan fisik
6. Psikososial
a. Genogram
:
perempuan
: laki-laki
: meninggal
: orang
tinggal
serumah
: orang
terdekat
dengan
pasien
: klien
: cerai atau
putus
hubungan
1) Citra Diri
2) Identitas Diri
3) Peran diri
4) Ideal diri
5) Harga Diri
c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti
Jelaskan : Pasien mengatakan orang yang paling berarti adalah orang tua dan
suaminya
2) Kegiatan ibadah
7. Status Mental
a. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian yang tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
b. Pembicaraan
Jelaskan : Pada saat pengkajian suara pasien terdengar keras dan cepat dan
wajah pasien tampak tegang.
c. Aktivitas motorik
Penurunan
d. Alam perasaan
g. Persepsi
h. Arus pikir
i. Isi pikir
Waham
j. Bentuk Pikir
k. Tingkat kesadaran
Jelaskan : Pasien tampak sadar, tidak ada gangguan atau disorientasi pada
waktu, tempat maupun orang
l. Memori
Jelaskan :-
Jelaskan : Pasien mengatakan dirinya normal dan tidak sakit, ia ingin segera
pulang
Jelaskan :Pasien mampu makan dan minum sendiri tanpa bantuan orang lain
3) Mandi
4) Istirhat tidur
Jelaskan : Pasien mengatakan ia terkadang sulit untuk tidur karena ia
membayangkan tetangganya
5) Penggunaan obat
6) Pemeliharaan kesehatan
7) Aktifitas dirumah
9. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
Jelaskan : Pasien tampak mau berbicara oleh perawat dan temannya. Pasien
tampak aktif mengikuti kegiatan senam pagi di ruangan
Jelaskan : Pasien mengatakan jika harus berobat ke RSJ jauh dari Badung
Masalah lainnya
11. Pengetahuan
- Wajah pasien
tampak tegang.
- Pasien tampak labil
- Pasien tampak
bersuara cepat dan
keras.
- Pasien
III. Perencanaan
A. Prioritas Diagnosa
1. Gangguan Isi Pikir : Waham Curiga
B. Rencana Perawatan
Tanggal/Hari : Selasa, 3 Januari 2023 S : Pasien menyebutkan namanya Ny. I, nama panggilannya Ny. I, pasien
Data mengatakan dirinya berasal dari Badung
DS: Pasien mengatakan bahwa tetangganya yang melaporkan dirinya ke
RSJ, pasien juga mengatakan tetangganya mencuri surat-surat agar tidak O : Pasien tampak ramah, kontak mata kurang, pasien tampak kooperatif,
bisa bekerja diluar negeri serta menyuruh orang untuk tidak menerima ia suara pasien terdengar keras
bekerja dimanapun
DO: Kontak mata kurang, tampak wajah pasien tegang, suara pasien A : BHSP tercapai
terdengar keras, pasien tampak curiga berlebih pada tetangganya
P : selamat pagi Bu, P : Memandang klien dan P : Ingin membuka percakapan K : Agak canggung berhadapan Salam merupakan
boleh saya dduk di tersenyum dengan klien dan berharap dengan orang baru yang masuk kalimat mmebuka untuk
sebelah ibu? dengan sapaan dengan sapaan ke lingkungannya, mau namun memulai suatu
sederhana agar perawat dapat ragu terhadap orang baru percakapan sehingga
K : Pagi, silahkan diterima oleh klien dapat terjalin rasa
percaya
K : Klien menjawab P: Merasa senang atas tanggapan
sambil tersenyum yang diterima
P:Bagaimana perasaan P: Mengharakan Respon klien K: Klien merespon dan Memberi kesempatan
Ibu sekarang? P: Menatap Klien dan memperhatikan pertanyaan pada klien untuk
K: Kepala saya terasa tersenyum perawat megungkapkan
agak sakit mungkin : Tidak ada kontak mata P: Mengharapkan respon klien perasaannya
setelah ini saya akan
istirahat dan kembali
ke tempat tidur
P: Iya Bu.. sekarang
Ibu bisa istirahat, nah P: Mengharapkan respon klien K: Klien merespon dan Memberikan kesempatan
tadi kan kita sudah memperhatikan pertanyaan pada klien untuk
berkenalan, apakah perawat mengungkapkan
P: Memandang klien
Ibu masih ingat nama perasaannya
dengan penuh perhatian
saya?
Kesan Perawatan :
BHSP terlaksana dengan baik, pasien tampak kooperatif dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan serta pasien telah menyetujui
dilakukannya kontrak selanjutnya.
YAYASAN KESEJAHTERAAN WARGA KESEHATAN SINGARAJA-BALI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BULELENG
INSTITUSI TERAKREDITASI B
Program Studi : D3 Kebidanan, S1 Kebidanan, S1 Keperawatan, S1 Farmasi,
Profesi Ners, dan Profesi Bidan Office : Kampus I Jln. Raya Air Sanih Km.
11 Bungkulan Singaraja – Bali
Kampus II Jln. Raya Air Sanih, Km 3, Kubutambahan, Singaraja - Bali
HP: 081939337102 (WA) Web : stikesbuleleng.ac.id email :
stikesbuleleng@gmail.com
Do : Kontak mata kurang, tampak wajah pasien tegang, suara pasien terdengar keras,
pasien tampak curiga berlebih pada tetangganya
2) Diagnosa Keperawatan
Waham Curiga
3) Tujuan Khusus
Pasien dapat membina hubungan saling percaya
4) Tindakan Keperawatan
1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanya nama lengkap dan nama panggilan yang disukai pasien
4. Jelaskan tujuan dari pertemuan
5. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien dengan baik
6. Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan pasien
c. Kontrak
Topik
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang dengan hal-hal yang
menyenangkan, apakah Ibu mau untuk mengorol?
Waktu
Baik Bu, agar Ibu tidak bosan bagaimana kalau bincang-bincang kali ini
cukup 15 menit saja?
Tempat
Bagaimana kalau kita duduk di kursi di ruang TV Bu?
Do : Kontak mata kurang, tampak wajah pasien tegang, suara pasien terdengar keras,
pasien tampak curiga berlebih pada tetangganya
2) Diagnosa Keperawatan
Waham Curiga
3) Tujuan Khusus
1. Mengorientasikan realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
4) Tindakan Keperawatan
1. Berikan pujian pada penampilan dan kemampuan pasien yang realistis
2. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang
Realistis
3. Tanyakan apa yang pasien bisa lakukan atau kaitkan dengan aktivitas
sehari-hari dan perawatan diri serta anjurkan untuk melakukan saat ini
4. Jika pasien terus membicarakan tentang wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waktu itu ada
B. Strategi Komunikasi dalam Proses Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
I. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat sore Bu, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi dan validasi
Bagaimana perasaan Ibu hari ini?
c. Kontrak
Topik
Baik, seperti apa yang saya katakana tadi pagi, sore ini kita akan
melanjutkan berbincang-bincang mengenai kebutuhan Ibu yang belum
terpenuhi dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan tersebut
Waktu
Baik Bu, sore ini cukup 15 menit saja ya Bu..
Tempat
Bagaimana kalau kita duduk di kursi di ruang TV lagi Bu?
Do : Pasien tampak bersih, kontak mata ada sesekali, ekspresi wajah tampak antusias
2. Diagnosa Keperawatan
Waham Curiga
3. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui kemampuan dan bagaimana cara melatih kemampuan yang
dimiliki pasien
4. Tindakan Keperawatan
a. Membantu menetapkan aktivitas sehari-hari
b. Membantu memilih kemampuan yang dapat dilakukan
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi dalam Proses Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
I. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat sore Bu, masih ingat dengan saya?
Ds : Pasien mengatakan ia baik-baik saja, ia hanya berfikir positif dan ingin pulang
karena rindu keluarganya
Do Pasien tampak tenang, kontak mata ada
2. Diagnosa Keperawatan
Waham Curiga
3. Tujuan Khusus
Agar mengetahui penggunaan obat yang baik dan benar
4. Tindakan Keperawatan
a. Berikan salam terapeutik
b. Diskusikan dengan pasien tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat
c. Anjurkan pasien untuk meminta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya
d. Jelaskan cara penggunaan obat dengan prinsip 6 benar
B. Strategi Komunikasi dalam Proses Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
I. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Bu, masih ingat dengan saya? Ibu tidak tidur?
6.2 SARAN
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan terdapan beberapa saran
yang dapat dilakuan sebagai berikut;
a. Ppada pasien perawat
Dapat di buatkan suatu acuan atau panduan untuk melaksanakan
terapi pada pasien dengan waham curiga yang sesuai dengan
standar oprasional prosedur dan dapat diterapkan pada pasien.
b. Masyarakat
Diperlukan katelibatan keluarga dalam mengawasipenerapan
pelaksanaan terapi pada pasienwaham curiga agar pelaksanaan
dari terapi benar-benar bisa dilakuakan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA