Anda di halaman 1dari 6

NAMA : IMAM SYAFI’I

NIM : 053439529

PROGRAM STUDI : ILMU PEMERINTAHAN

MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU HUKUM

TUGAS 2

SOAL :

1. Pada hakikatnya, sumber hukum dibagi menjadi sumber hukum materiil dan
sumber hukum formil. Sumber hukum materiil merupakan faktor-faktor yang
dianggap dapat membantu pembentukan hukum. Coba jelaskan menurut analisis
saudara disertai contoh.

JAWABAN:

a. Sumber Hukum Materiil (Welbron)

Utrecht menyatakan bahwa sumber-sumber hukum materiil yaitu perasaan


hukum-hukum atau keyakinan hukum individu dan pendapat umum (public opinion),
yang menjadi faktor penentu dari isi hukum (determinant materiil). Sedangkan, menurut
Algra, dikutip oleh Sudikno Mertokusumo, mengemukakan bahwa sumber Hukum
Materiil adalah tempat dari mana materiil itu diambil. Sumber hukum materiilini
merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum. Sumber hukum materiil
adalah beberapa faktor yang dianggap dapat menentukan isi hukum. Faktor-faktor yang
dimaksud yaitu:
- Faktor idiil

Beberapa patokan yang tetap tentang keadilan yang harus ditaati oleh para
pembentuk undang-undang ataupun para pembentuk hukum lainnya dalam
melaksanakan tugasnya.

- Faktor riil

Hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan merupakan petunjuk hidup
bagi masyarakat yang bersangkutan. Yang termasuk faktor riil antara lain:

a. Struktur ekonomi dan kebutuhan masyarakat

b. Adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang dan menjadi


pola tingkah laku yang tetap

c. Keyakinan tentang agama dan kesusilaan

d. Berbagai gejala dalam masyarakat

Marhaenis mengemukakan bahwa sumber hukum materiil, ialah sumber hukum


yang dilihat dari segi isinya misalnya, KUHP segi materiilnya ialah mengatur tentang pidana
umum, kejahatan, dan pelanggaran. Sedangkan, KUH Perdata, dari segi materiilnya
mengatur tentang masalah orang sebagai subyek hukum, barang sebagai obyek hukum,
perikatan, perjanjian, pembuktian, dan kadaluwarsa.

Selain itu, sumber Hukum Materiil, yaitu sumber hukum yang menentukan isi hukum
atau sumber dari mana materi hukum itu diambil. Misalnya Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia. Pancasila menjadi sumber hukum materiil peraturan perundang-
undangan di Indonesia.Ketatapan MPRS Nomor XX/MPRS/1996 menyatakan bahwa,
yang menjadi Sumber Hukum Materiil Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia
adalah Pancasila. Pancasila sebagai sumber hukum dari segala sumber hukum yang
mengandung pengertian bahwa semua sumber hukum yang berlaku di Indonesia (baik formal
maupun materiil) seluruhnya bersumber pada Pancasila. Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum dalam arti materiil karena:
a. Pancasila merupakan isi dari sumber hukum

b. Pancasila merupakan pandangan hidup dan falsafah negara

c. Pancasila merupakan jiwa dari setiap peraturan yang dibuat, diberlakukan,segala


peraturan perundang-undangan atau hukum apapun yangbertentangan dengan jiwa
Pancasila harus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pancasila sebagai staats fundamentalnorm atau kaidah Negara yang fundamentil


pertama kali disampaikan oleh Notonegoro. Pancasila suatu kesusilaan positif, suatu etika
kenegaraan, yang menjadi dasar dari negara Indonesia.

a. Sumber Hukum Formil (Kenbron)

Sumber hukum formil adalah sumber hukum yang ditinjau dari segi pembentukannya.
Dalam sumber hukum formil terdapat rumusan berbagai aturan yang merupakan dasar
kekuatan mengikatnya peraturan agar ditaati masyarakat dan para penegak hukum.
Singkatnya, sumber hukum merupakan causa efficient dari hukum. Algra, diikuti oleh
Sudikno Mertokusumo, mengemukakan bahwa sumber hukum formil, ialah tempat atau
sumber darimana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan
bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum itu berlaku secara formal. Utrecht
menyatakan bahwa sumber-sumber hukum formal yaitu yang menjadi determinant formal
membentuk hukum (formele determinanten van de rechtsvorming) menentukan berlakunya
hukum.

Dalam sumber hukum formil, terdapat sumber hukum penting yang berada di bidang
hukum tata negara, yaitu proklamasi dan revolusi kemerdekaa, coupd’etat yang berhasil, dan
takluknya suatu negara kepada negara lain. Sanusi mengatakan bahwa sumber hukum yang
umum disebut sumber hukum yang normal, sedangkan proklamasi, revolusi, coup d’etat dan
takluknya suatu negara kepada negara lain disebut sebagai sumber hukum abnormal negara
lain disebut sebagai sumber hukum abnormal.Selain itu, Utrecht menambahkan agama
sebagai hukum firmal.
Sumber hukum firmal dibedakan menjadi:

a. Undang-Undang
b. Kebiasaan dan Adat
c. Traktat
d. Yurisprudensi
e. Pendapat ahli hukum terkenal

2. Hans Kelsen mendefinisikan hukum tidak lain merupakan suatu kaidah ketertiban
yang menghendaki orang menaatinya sebagaimana seharusnya. Berikan pendapat
saudara mengenai pernyataan di atas

JAWABAN:

Hans Kelsen mendefinisikan hukum tidak lain merupakan suatu kaidah ketertiban
yang menghendaki orang menaatinya sebagaimana seharusnya.

Menurut pendapat Saya, definisi hukum menurut Hans Kelsen tersebut sangat
baik. Tujuan hukum adalah menciptakan ketertiban dan ketentraman di masyarakat.
Maka dari itu setiap masyarakat harus berusaha menaati setiap hukum yang ada di
masyarakat sebagaimana seharusnya agar tercipta ketertiban dan ketentraman dalam
masyarakat. Jika ada masyarakat yang tidak menaati hukum yang berlaku, ketertiban dan
ketentraman masyarakat dapat terganggu. Hukum bersifat memaksa kepada setiap
individu di masyarakat untuk menaatinya. Namun dalam prakteknya diperlukan juga
penegak hukum yang kompeten dan berintegritas dalam penegakkan hukum. Yang tidak
pandang bulu dalam penegakkan hukum yang sesuai dengan tujuan hukum itu sendiri.

3. Saat ini mulai berkembang paradigma hukum progresif yang mendobrak


pemikiran formalistik dan legalistik dari penegak hukum terutama hakim. Berikan
opini saudara tentang paradigma hukum progresif tersebut
JAWABAN:

Pengadilan hukum progresif berarti bahwa penegakkan hukum yang dilakukan


tidak semata-mata hanya berdasarkan aturan tertulis seperti teks undang-undang saja,
melainkan juga berdasarkan trobosan cara berfikir. Sistem hukum Indonesia merupakan
sistem hukum yang berpaham legal positivistik. Sistem hukum ini berarti bahwa hakim
dalam penegakkan hukum hanya mengacu kepada konteks aturan tertulis seperti undang-
undang tanpa adanya pertimbangkan apakah peraturan tersebut jika diterapkan akan adil
atau tidak.

Namun, seiring berjalannya waktu banyak masyarakat yang mulai sadar hukum
dan memahami paham hukum Indonesia tidak sesuai sehingga muncullah paradigma.
Dalam sebagian masyarakat yang paham hukum mulai mengusulkan suatu perubahan
pola pikir parapakar hukum terutama pola pikir penegak hukum agar tidak hanya
berpegang pada teks tertulis undang-undang saja, melainkan harus memperhatkian
apakah putusan tersebut adil atau tidak dan pantas atau tidak sesuai dengan apa yang
dilakukan, dan dilihat dari beberapa sudut pandang saja tidak hanya sudut pandang
hukum. Paradigma ini merupakan suatu paradigma hukum progresif. Penggagas utama
tentang paradigma ini adalah Prof. Dr. Satjipto Rahardjo. Kelebihan dari paradigma
hukum progresif ini adalah lebih membantu para pencari keadilan terutama untuk kaum
yang dari segi ekonomi menengah kebawah untuk mendapatkan bantuan hukum.

Hukum progressif yang dikonstruk Satjipto Rahardjo mengandung makna bahwa


hukumpada hakikatnya dilahirkan untuk mengabdi kepada kepentingan manusia, bukan
sebaliknya, manusia yang harus menghambakan diri kepada hukum. Oleh karenanya,
hukum menurutnya tidak pernah mencapai batas akhir yang pasti, tetapi selalu gelisah
mencari kebenaran dari kebenaran yang satu ke kebenaran selanjutnya hingga para
penstudi hukum menjadi punah. Berdasarkan gagasan-gagasan hukum progresif tersebut,
Saya menawarkan alternatif pilihan dalam menimbang penegakan hukum progresif
Satjipto Rahardjo sebagai berikut; apabila dalam undang-undang telah terkandung
substansi keadilan sebagaimana diharapkan masyarakat dan bangsa, maka undang-
undang itulah yang harus didahulukan penegakannya. Bahwa apabila dalam undang-
undang tidak terkandung substansi keadilan sebagaimana diharapkan masyarakat dan
bangsa, maka segeralah beranjak lebih realistis mempertimbangkan keadilan yang hidup
di dalam jiwa masyarakat dan bangsa. Bahwa apabila keduanya samar-samar, maka
segeralah berupaya mengkonstruksi konsep pemikiran hukum yang lebih bermanfaat
kepada keadilan masyarakat dan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsah, Nandang. 2024. Pengantar Ilmu Hukum / PTHI. Tangerang Selatan :


Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai