Handout Hpi Xi
Handout Hpi Xi
A. Pengertian
(2) F.A. Mann menyatakan bahwa: “When public international lawyers pose the problerm of
jurisdiction, they have in mind the State’s rights under international law to regulate
conduct in matters not exclusively of domestic concern”. (Apabila para ahli hukum
internasional berhadapan dengan masalah yurisdiksi, yang terbayang dalam pikiran
mereka adalah hak negara berdasarkan hukum internasional untuk mengatur perilaku
yang berkenaan dengan masalah-masalah yang secara eksklusif bukan merupakan
masalah dalam negeri).
1
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat ditarik unsur-unsur dari yurisdiksi negara
sebagai berikut:
(a) hak, kekuasaan atau kewenangan;
(b) mengatur (legislatif, eksekutif, dan yudikatif);
(c) objek (hal, peristiwa, perilaku, masalah, orang, benda);
(d) semata-mata bukan merupakan masalah dalam negeri (not exclusively of domestic
concern); dan
(e) hukum internasional (sebagai dasar atau landasannya).
2
suatu negara biasanya tidak dapat dituntut di pengadilan negara lain tanpa
persetujuannya. Negara menerima secara resmi atas tindakan-tindakan yang sah oleh
negara-negara lain jika tindakan itu terjadi di wilayah negara masing-masing.
(3) Prinsip tidak campur tangan dalam urusan domestik (non-interference in domestic
affairs).
Prinsip tidak turut campur negara terhadap urusan domestik negara lain tersirat dari
prinsip hukum par in parem non habet imperium. Menurut Hans Kelsen, prinsip hukum
par in parem non habet imperium memiliki beberapa pengertian. Pertama, suatu negara
tidak dapat melaksanakan yurisdiksi melalui pengadilannya terhadap tindakan-tindakan
negara lain, kecuali negara tersebut menyetujuinya. Kedua, suatu pengadilan yang
dibentuk berdasarkan perjanjian internasional tidak dapat mengadili tindakan suatu
negara yang bukan merupakan anggota atau peserta dari perjanjian internasional tersebut.
Ketiga, pengadilan suatu negara tidak berhak mempersoalkan keabsahan tindakan suatu
negara lain yang dilaksanakan di dalam wilayah negaranya.
C. Macam Yurisdiksi
(2) yurisdiksi eksekutif (executive jurisdiction), yaitu yurisdiksi suatu negara untuk
melaksanakan atau menerapkan hukum atau peraturan perundang-undangan
nasionalnya atas suatu objek hukum yang ada atau terjadi baik di dalam atau di luar
batas-batas wilayahnya.
(3) yurisdiksi yudikatif (judicative jurisdiction), yaitu yurisdiksi suatu negara untuk
mengadili (memaksakan penerapan hukum atau peraturan perundang-undangan
nasionalnya) terhadap pihak yang melakukan peristiwa hukum tersebut di atas yang
merupakan pelanggaran atas hukum atau peraturan perundang-undangan
nasionalnya.
(2) yurisdiksi kebendaan, yaitu yurisdiksi suatu negara atas benda bergerak maupun
tidak bergerak.
3
(3) yurisdiksi terhadap peristiwa hukum, terdiri dari:
(a) yurisdiksi sipil, yakni yurisdiksi negara terhadap peristiwa hukum sipil atau
keperdataan; dan
(b) yurisdiksi kriminal, yaitu yurisdiksi negara terhadap peristiwa pidana (berkaitan
dengan kejahatan itu sendiri).
(2) Yurisdiksi kriminal berdasarkan kewarganegaraan dari orang atau subyek hukum
yang melakukan kejahatan:
(a) Yurisdiksi kriminal berdasarkan prinsip kewarganegaraan aktif: berdasarkan atas
siapa dan dimana tempat kejahatan dilakukan dan adanya kepentingan negara
untuk membuat, melaksanakan dan memaksakan peraturan perundang-undangan
pidana nasionalnya. Titik berat pelaku adalah warga negara dari negara
bersangkutan, dan korbannya baik warga negaranya atau orang asing dan harta
bendanya yang berada di wilayah negara tersebut. Sedangkan tempat
dilakukannya kejahatan berada di wilayah negara lain.
(3) Yurisdiksi kriminal berdasarkan kepentingan negara yang harus dilindungi dari
peristiwa kejahatan atau tindak pidana tersebut, yang disebut yurisdiksi kriminal
berdasarkan prinsip perlindungan: titik berat terletak pada kepentingan yang harus
dilindungi, yakni kepentingan dari negara itu sendiri sebagai suatu pribadi atau
subyek hukum dari perbuatan kejahatan yang dilakukan oleh orang asing (bukan
warga negaranya). Misalnya, kejahatan dilakukan dari wilayah negara lain yang
ditujukan terhadap keamanan, ketertiban dan kedamaian dari negara itu, seperti
penggulingan pemerintah negara atau ditujukan terhjadap instalasi vital negara
tersebut.
4
(4) Yurisdiksi kriminal berdasarkan macam peristiwa pidana dan korban yang
ditimbulkannya yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan
universal, yang disebut sebagai yurisdiksi kriminal berdasarkan prinsip universal:
yurisdiksi terhadap kejahatan-kejahatan yang tidak hanya merupakan masalah bagi
negara-negara atau masyarakat yang secara langsung tersangkut, tetapi merupakan
masalah bagi umat manusia di seluruh dunia. Misalnya, kejahatan terhadap
kemanusiaan, kejahatan perang, kejahatan agresi, kejahatan genosida dan
sebagainya.