Anda di halaman 1dari 5

PPG Prajabatan Gel.

1 Tahun 2022 Universitas Negeri Manado


Nama : Sri Desiyana Nento
Asal : Kab. Pohuwato, Gorontalo
MK : Filosofi Pendidikan Indonesia
Dosen : Prof. Dr. Deitje A. Katuuk., M.Pd

Mahasiswa membuat sebuah tulisan reflektif dalam bentuk artikel atau jurnal untuk
menguatkan pemahaman tentang Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan
perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam
Pendidikan Abad ke-21 dengan mengacu pada panduan berikut:

1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila sebagai


Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada
Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.

Jawaban: Entitas adalah sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, yang
tidak harus dalam bentuk fisik. Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia memiliki ciri
khas tersendiri yaitu adanya keberagaman nilai yang terkandung di dalamnya. Sedangkan
Identitas adalah refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya,
etnis, dan proses sosialisasi. Pancasila berfungsi sebagai Identitas bangsa Indonesia,
maksudnya adalah pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia menunjukkan adanya ciri
khas yang berbeda dari bangsa lain karena seluruh masyarakat berpedoman pada nilai-nilai
yang terkandung didalam sila pancasila untuk menjalankan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hal tersebut, pancasila juga digunakan sebagai dasar filosofis pendidikan
pada umumnya dan pendidikan agama di Indonesia, yang berkontribusi bagi kesatuan
hidup berbangsa dalam kemajemukan Indonesia. Nilai-nilai pancasila menjadi dasar
pengembangan paradigma pendidikan untuk melestarikan kemajemukan budaya, agama,
ras dan suku di tengah tantangan dan ancaman keterpecahan hidup berbangsa. Penerapan
pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa dalam pendidikan dapat diwujudkan sebagai
pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 melalui profil
pelajar pancasila disekolah. Namun pada kenyataannya terdapat berbagai tantangan dalam
penghayatan pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia dan perwujudan
profil pelajar pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam
pendidikan abad ke-21, tantangan-tantangan tersebut diantaranya:
a. Kurang maksimal peran, dan perhatian orang tua dalam pendidikan anak
Tantangan pertama dalam penghayatan pancasila sebagai entitas dan identitas
bangsa Indonesia dan perwujudan profil pelajar pancasila pada pendidikan yang
berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 yang telah diajarkan di
sekolah adalah kurang maksimal peran, perhatian orang tua dalam pendidikan anak.
Gebrinna, Dahlan & Andriyanto, (2019) berpendapat bahwa orang tua adalah
pendidik pertama yang ditemui anak di rumah, karena sebelum anak mengenal
pendidikan di sekolah formal orang tualah yang memperkenalkan pendidikan pada
anak mereka. Dalam keluarga, ayah dan ibu (orang tua) merupakan pendidik
alamiahkarena pada masa awal kehidupan anak, orang tualah yang secara alamiah
dapat selalu dekat dengan anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tualah yang
seharusnya paling berkewajiban untuk mendidik anak mereka. Akan tetapi tugas orang
tua tersebut sebagai dilimpahkan kepada orang lain yang disebut guru, dosen, atau
dilimpahkan ke sekolah. Dalam mencapai keberhasilan pendidikan, peran guru sebagai
pendidik tidaklah cukup. Namun, harus ada peran serta orang tua dalam prosesnya.
Para orang tua hanya perduli pada kognitif saja, sehingga terkadang sikap peserta didik
saat ini kurang baik meskipun aspen kognitif baik. Hal ini berlaku untuk aksi nyata
dalam penerapan Profil Pelajar Pancasila bahwa tidak cukup hanya diterapkan di
sekolah saja, namun perlunya bantuan orang tua dalam membiasakan perilaku profil
pelajar pancasila di rumah.
b. Pengaruh lingkungan pergaulan peserta didik
Menurut Muhaimin (2022) lingkungan merupakan salah satu objek yang sangat
berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang manusia. Terlebih lagi terhadap
perkembangan karakter serta tingkah laku bagi manusia itu sendiri. Seseorang yang
tumbuh dan berkembanga di lingkungan yang baik maka baik pula karakter dan
tingkah laku yang terbentuk dalam dirinya. Lingkungan pergaulan tempat
berkembangnya perilaku terhadap kebiasaan yang ada di lingkungan. Oleh sebab itu,
lingkungan pergaulan anak atau peserta didik sangatlah mempengaruhi dalam
pembentukan karakter anak sehingga ini termasuk menjadi tantangan dalam
penghayatan pancasila dan perwujudan profil pelajar pancasila.
c. Akses teknologi dan informasi yang sangat mudah dan luas
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga ikut berkembang dengan begitu
pesatnya. Semua informasi yang ingin diketahui dapat diakses dengan sangat mudah
melalui internet oleh orang dari segala usia. Apabila disalah gunakan oleh anak-anak
maka hal tersebut dapat menyebabkan anak-anak kurang memiliki tata krama dan
sopan santun dalam berperilaku. Maka, dalam pendidikan perlu pembiasaan peserta
didik untuk bersikap sesuai dengan karakter profil pelajar pancasila, hendaknya guru
bekerja sama dengan orang tua dalam memberikan arahan dan batasan dalam
mengakses informasi khususnya dari dunia digital.

2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan Identitas
Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak
pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas).

Jawaban: perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada
Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas) tersebut dapat
dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi 6 Dimensi Profil Pelajar Pancasila
sebagai berikut.

a. Pola dimensi Beriman Dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa Dan Berakhlak
Mulia dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
1) Membiasakan peserta didik untuk beribadah sesuai dengan agama masing-masing.
Contoh: untuk yang beragama islam melaksanakan sholat dhuha dan sholat dzuhur
secara berjamaan, untuk yang beragama Kristen membaca kitab suci sebelum
memulai pembelajaran.
2) Berdoa sebelum dan sesudah belajar.
3) Membudayakan 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun ) kepada guru dan
kesesama teman.
4) Menanamkan nilai-nilai baik kepada peserta didik seperti menghormati teman atau
guru yang berbeda agama dan menunjukkan sikap toleransi kepada semua warga
sekolah.
b. Pola dimensi Berkebinekaan Global dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu
1) Measukkan unsur-unsur kearifan local dalam pembelajaran. Contoh: menganalisis
bahan-bahan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak dalam makanan
tinutuan khas manado.
2) Memperingati hari besar nasional seperti memakai pakaian adat di hari sumpah
pemuda.
c. Pola dimensi Bergotong Royong dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
1) Guru dan peserta didik melaksanakan pembelajaran dengan metode diskusi dan
kerja kelompok untuk melatih kerja sama dan semangat gotong royong dari peserta
didik.
2) Mengadakan kegiatan bersih-bersih lingkungan sekolah bersama-sama. Contoh:
pada hari jumat peserta didik diajak untuk bergotong royong dalam membersihkan
lingkungan sekolah.
d. Pola dimensi Mandiri dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
1) Guru memberikan tugas kepada peserta didik dan peserta didik mengerjakan secara
mandiri
2) Guru memberikan wadah untuk mangasah kemandirian peserta didik melalui
organisasi atau ekstrakulikuler.
e. Pola dimensi Bernalar Kritis dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
1) Guru memberikan tugas kepada peserta didik yang mampu mengasah kemampuan
berpikir kritis peserta didik. Contoh: meminta pendapat peserta didik terkait
kejadian nyata yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.
2) Guru dan peserta didik melaksanakan pembelajaran yang mampu mengasah
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Contoh: menggunakan model
pembelajaran project based learning, probblem based learning dan lain
sebagainya.
f. Pola dimensi Kreatif dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
1) Guru memberikan tugas kepada peserta didik yang mampu mengasah kemampuan
berfikir kreatif peserta didik. Contoh: meminta peserta didik untuk membuat mind
mapping, infografis terkait tugas mereka.
Daftar Pustaka

Gebrinna, A., Dahlan, S., & Andriyanto, R. E. 2019. Hubungan Status Ekonomi dan Tingkat
Pendidikan Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa. ALIBKIN (Jurnal Bimbingan
Konseling), 7(1).

MUHAIMIN, Andi Nurul. 2022. Pengaruh Lingkungan Pergaulan Terhadap Tingkah Laku
Pada Siswa Kelas X Jurusan Teknik Komputer Jaringan Smk Muhammadiyah 3
Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas Muhamadiyah Makassar.
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/33039-Full_Text.pdf. Diakses tanggal 30
Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai