Anda di halaman 1dari 13

FIKSASI TEORI

DAN PRAKTIK
Objek sediaan atau yang biasa kita sebut dengan preparat
merupakan suatu hal yang selalu kita dapati tiap harinya.
Pembuatan sediaan merupakan suatu hal yang dapat dikatakan
mudah hingga sangat sulit tergantung dari bagian tubuh yang akan
diamati secara mikroskopis. Sediaan yang baik adalah suatu sediaan
yang mampu menggambarkan kondisi sel atau jaringan layaknya
ketika sel atau jaringan itu masih di dalam tubuh. Untuk menghindari
atau memperkecil kerusakan sel dan jaringan ketika terlepas dari
tubuh maka perlu dilakukan suatu tindakan yang membuatnya tidak
berubah. Tindakan tersebut kita sebut dengan “fiksasi”
Fiksasi merupakan suatu hal yang menjadi salah satu factor
keberhasilan dalam suatu pembuatan sediaan. Ketika terjadi
kesalahan dalam proses fiksasi maka proses selanjutnya menjadi
sia-sia karena akan menghasilkan sediaan yang tidak baik, lebih
gawatnya lagi sel atau jaringan yang akan diamati manjadi rusak
keseluruhannya dan tidak dapat diambil kembali. Dikarenakan fiksasi
merupakan hal yang sangat penting dalam pembuatan sediaan
Tujuan umum dari fiksasi jaringan adalah menjaga komponen sel dan jaringan
seperti ketika sel itu masih dalam kondisi hidup. Dalam proses fiksasi dan
langkah-langkah selanjutnya dalam pembuatan sediaan jaringan tentu ada
perubahan substansial pada komposisi dan tampilan komponen sel dan
jaringan. Dan ini kadangkala proses ini menghasilkan sediaan yang cukup jauh
dari keadaan yang ideal. Namun jika dilakukan dengan hati-hati, kita
diharapkan dapat menghasilkan sediaan yang secara karakteristik kimia
maupun struktur yang baik sehingga memungkinkan pengamatan menghasilkan
nilai yang maksimal.

Secara teknis fiksasi bertujuan untuk mencegah atau menahan proses


degeneratif yang dimulai segera setelah jaringan lepas dari kontrol tubuh dan
kehilangan pasokan darahnya. Proses degeneratif ini kadangkala disebut
dengan proses penurunan metabolisme atau penghentian metabolisme yang
berujung terhadap kematian sel dan penghancuran sel.
Tahapan fiksasi secara umum dapat dituliskan beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Menjaga Stuktur dan Komponen Kimiawi.
Menjaga secara struktur dan komponen kimiawi dari sel atau jaringan seperti semula ketika bagian
tersebut masih dalam kondisi “hidup”, sehingga pemeriksaan struktur normal atau patologi dan
senyawa histokimia dapat dilanjutkan semaksimal mungkin.
2. Pencegahan Kerusakan dan Kematian.
Untuk mencegah perubahan postmortem seperti autolisis dan pembusukan. Autolisis merupakan
suatu aktivitas menghancurkan diri sendiri. Autolisis dilakukan pada mekanisme pencernaan
jaringan yang dilakukan oleh enzim intraselular yang dilepaskan saat membran organel lisosom
pecah. Pembusukan dapat juga terjadi akibat organisme mikro yang mungkin sudah ada dalam
spesimen. Ciri yang menunjukkan adanya keberadaan mikroorganisme adalah dengan ditunjukkannya
pembentukan gas pada wadah spesimen.
3. Mengeraskan Sel dan Jaringan.
Pengerasan pada dasarnya bukan tujuan utama dari fiksasi ini, namun pengerasan menjadi efek
fiksasi yang menguntukngkan dari proses ini, sehingga efek pengerasan memungkinkan adanya
pemotongan makroskopis yang lebih mudah khususnya jaringan yang lunak seperti otak, usus dan
lain sebagainya.
4. Pemadatan.
Dengan adanya rekasi kimiawi dari larutan fiksasi, maka komponen di dalam sel atau jaringan mengalami
pemadatan cairan dari konsistensi setengah cair (gel) menjadi konsistensi semipadat hingga padat.
5. Opticaldiferensiasi.
Proses fiksasi ternyata tidak hanya sebagai penjaga sel dari kerusakan namun dampak lain dari larutan
fiksasi itu dapat mengubah indeks bias dari berbagai komponen sel dan jaringan sehingga komponen yang
terfiksasi dengan baik lebih mudah divisualisasikan.
6. Efek pewarnaan.
Pada kasus-kasus tertentu, pemberian larutan fiksasi dapat meningkatkan intensitas dari warna pada
sel dan jaringan. Fiksatif tertentu seperti formalin dapat mengintensifkan karakter pewarnaan jaringan
terutama ketika diwarnai dengan hematoksilin, lain halnya ketika sediaan hendak diwarnai dengan masson
trichrome, maka fiksasi yang digunakan adalah larutan fiksasi Bouin yang dapat membuat warna menjadi
lebih kontras.
7. Menempelkan sel.
Pada kasus pembuatan sediaan sitologik, larutan fiksasi dapat juga digunakan sebagai factor
merekatkan sel dengan kaca objek. Sel yang difiksasi dapat merekat sempurna ketika difiksasi oleh
larutan fiksasi atau dengan fiksasi kering. Fungsi ini digunakan pada apusan sel atau apusan bakteri pada
kaca sediaan
Adapun sejumlah faktor yang akan mempengaruhi tingkat efektivitas dan kecepatan
fiksasi jaringan adalah sebagai berikut:
1. Suhu/Temperatur
Meningkatkan suhu atau memanaskan larutan fiksasi akan berbanding lurus terhadap
meningkatkan kecepatan penetrasi larutan fiksatif ke dalam jaringan. Peningkatan suhu
dapat juga mempercepat kecepatan reaksi kimia antara unsur fiksatif dengan sel atau
jaringan. Dampak peningkatan suhu pada larutan fiksatif berpotensi meningkatkan laju
degenerasi jaringan di area yang tidak sulit untuk dihentikan. Fiksasi yang menggunakan
teknik pemanasan disarankan dimulai
darisuhukamaryangditingkatkansecaraperlahanhinggasuhumencapai45°C.
2. Penetrasi Larutan.
a. Waktu penetrasi
Waktu penetrasi optimal untuk proses fiksasi bermacam-macam diantara jenis-jenis
larutan
fiksatif yang ada dan juga jenis sel yang ada di larutannya. Perhitungan waktu penetrasi
larutan fiksatif menjadi pertimbangan dalam “mengejar” waktu autolysis dari sel atau
jaringan yang terdapat di pusat terdalam suatu jaringan tersebut. Waktu penetrasi
diharuskan mencapai titik pusat terdalam sebelum proses autolysis berjalan.
b. Tingkat penetrasi
Tingkat penetrasi zat pengikat tergantung pada karakteristik difusi dan variasi dari
materi satu
ke materi lainnya.
3. Dimensi spesimen
Dimensi spesimen merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Hal ini berhubungan dengan waktu optimal jaringan
terfiksasi dari seluruh sisi dan juga proses difusi dari larutan yang digunakan dalam pematangan jaringan. Selain itu, kita
mengetahui bahwa ukuran ketebalan dari kaset jaringan adalah 5 mm.
4. Rasio volume terhadap spesimen:
Rasio antara volume larutan fiksasi terhadap spesimen menjadi hal yang harus diperhatikan. Hal ini berhubungan dengan
penurunan konsentrasi larutan fiksasi dan kecepatan penetrasi. Makin sedikit larutan fiksasi yang digunakan, maka
konsentrasi akhir ketika terjadi kondisi isotonic akan menurun dengan drastic, dan tentunya akan mengurangi kecepatan
penetrasi. Lain halnya ketika larutan fiksasi besar perbandingannya terdapat spesimen, maka konsentrasi akhir ketika
isotonic tidak bergitu bermakna dan kecepatan penetrasi terjaga. Perbandingan yang telah teruji adalah 1 : 20 untuk
spesimen : larutan fiksasi. Namun jika Anda ingin fiksasi menjadi lebih baik dilihat dari waktu dan kualitas, maka rasio
yang disarankan adalah 1:50.
5. Tingkat Keasaman (pH)
Tingkat keasaman suatu larutan (pH) dapat menjadi penting ketika larutan yang digunakan dalam fisasi mengandung
formaldehid. pH yang diberikan diharapkan sesuai dengna pH sel yaitu 6,8- 7,2. Ketika kondisi larutan fiksasi mengandung
Formaldehidakan membentuk asam format dan menghasilkan larutan asam yang akan bereaksi dengan hemoglobin dan
menghasilkan pigmen artefak (asam Hematin Formaldehid).Namun ketika larutan fiksasi memiliki pH basa, maka
kemungkinan yang terjadi adalah sel yang mengalami pembengkakan. Pada kasus tertentu asam kadang-kala diperlukan
seperti penggunaan asam asetat maupun asam pikrat (Bouin).
E. PROSEDUR PRAKTIS UNTUK MENGOPTIMALKAN KUALITAS
1. Kondisi Ketika Jaringan segar
a. Masukkan jaringan secepat mungkin.
Ingat bahwa degenerasi sel dimulai segera setelah sel kekurangan suplai darah dan koordinasi persyarafan tubuh.
b. Hentikan metabolisme dengan pendinginan.
Jika fiksasi tidak dapat segera mungkin untuk dilakukan, maka jaringan segera didinginkan namun jangan sampai jaringan membeku. Suhu yang
diperkenankan adalah 4OC. Pembekuan jaringan yang lambat akan menghasilkan kerusakan yang cukup besar akibat terbentuknya kristal es.
c. Jaringan segar dapat bersifat infeksius.
Pertimbangkan jaringan yang segar ketika Anda terima. Ketika jaringan segar atau tidak lengkap terfiksasi maka akan berpotensi menularkan
sumber infeksius kepada Anda dan pekerja lainnya.
d. Jangan biarkan spesimen mengering.
Pemotongan jaringan segar akan membuat permukaan spesimen dapat mengalami kerusakan permanen dan bisa menutupi perubahan sel akibat
faktor patologis sehingga menyebabkan negatif palsu. Spesimen endoskopik yang kecil sangat rentan terhadap kerusakan jenis ini.
e. Jangan mendistorsi jaringan.
Lakukan dengan lembut jaringan yang segar. Distorsi atau kerusakan mekanis lainnya akan menyebabkan perubahan morfologis permanen yang
dapat membuat interpretasi menjadi sulit.
f. Beri label secara lengkap dan akurat.
Identifikasi merupakan hal yang mutlak penting untuk bahan diagnostik dan penelitian.
Penentuan Larutan Fiksasi Yang Tepat
a. Fixative harus menembus dari semua sisi.
Selalu tempatkan spesimen ke dalam wadah yang sudah mengandung fiksatif.Hindari menempelnya
jaringan dengan wadah dikarenakan dapat mengurangi sisi penetrasi larutan. Masukkan terlebih
dahulu larutan fiksasi ke dalam wadah kemudian masukkan jaringannya.
b. Rongga harus terbuka.
Bila mungkin organ berongga atau spesimen dengan rongga alami harus dibuka untuk memungkinkan
akses fiksatif langsung. Jika tidak memungkinkan seperti organ paru-paru, maka bungkus dengan
kertas saring atau lakukan dengan aspirator untuk menarik udara keluar dan tergantikan dengan
cairan fiksasi.
c. Perfusi beberapa spesimen.
F iksasi oleh perfusi melalui sistem vaskular pada organ yang masih utuh atau pada
hewan percobaan kecil akan menghasilkan hasil yang sangat baik.
d. Ketebalan organ (maksimal 4mm).
Ketebalan spesimen atau potongan jaringan tidak boleh melebihi 4 mm jika menginginkan proses
fiksasi berjalan dengan optimal.
. Lakukan agitasi pada proses.
Jika memungkinkan lakukan agitasi dengan lembut pada jaringan yang akan difiksasi
dengan cara spesimen digoyang-goyang atau diputar-putar dengan perlahan selama
beberapa menit atau hingga larutan fiksasi terpenetrasi sempurna.
f. Rasio Volume : rasio jaringan.
Volume larutan fiksasi menjadi penting dikarenakan konsentrasi akan berkurang
seiring dengan jumlah jaringan yang dimasukkan ke dalam wadah fiksasi.
g. Berikan waktu yang cukup.
Waktu untuk proses fiksasi harus dapat dipastikan bahwa larutan fiksasi dapat menembus
bagian terpusat dari spesimen dan sempurnanya reaksi kimia oleh larutan fiksasi.
h. Penggunaan suhu.
Suhu fiksasi yang baik ketika awal pemberian akan baik jika dilakukan pada suhu kamar( 20 c°),
namun untuk kasus tertentu suhu dapat ditingkatkan hingga 45OC namun perlu diperhatikan
waktu fiksasinya agar tidak merusak jaringan.
3. Pilihan Yang Tepat Dari Larutan Fiksasi
a. Larutan fixatives harus dibuat dengan hati-hati dari reagen dengan kualitas yang sesuai dan
segar.
Reagen dengan kualitas buruk dapat menghasilkan kualitas fiksasi yang buruk pula.Beberapa
formulasi harus dibuat dari larutan stok sesaat sebelum digunakan, hal ini dikarenakan larutan fiksasi
itu tidak stabil ketika diberikan larutan pengencer yang (misalnya cairan Helly).
b. Pergantian Larutan Fiksasi
Spesimen yang diterima dan telah difiksatif harus diperiksa dan diganti larutan fiksatifnya jika
memang dianggap perlu, dan jika meragukan segera ganti dengan larutan fiksasi yang baru yang
sebelumnya jaringan dicuci pada air mengalir.
c. Frekuensi Penggunan Larutan Fixatives.
Larutan fiksasi yang telah digunakan disarankan tidak digunakan kembali meskipun rasio yang
digunakan pada jaringan sebelumnya sangatlah tinggi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kontaminasi
dengan jaringan sebelumnya.
d. Hindari tutup Wadah yang Bersifat logam.
Ketika menggunakan wadah untuk melakukan proses fiksasi, gunakan wadah yang bebas dari sifat
logam. Hal ini dikarenakan beberapa larutan fiksatif sangat korosif (misalnya garam merkuri).
e. Perlakuan Setelah Pemberian Larutan Fiksasi.
Beberapa larutan fiksasi mengharuskan spesimen dicuci di air sebelum masuk ke tahap pematangan
jaringan (misalnya Zenker atau Helly) atau beberapa persyaratan lainnya.
f. Semua fiksatif bersifat toksik dan korosif.
Perlakukan larutan fiksasi sebagai larutan yang beracun dan korosif, meskipun jumlahnya bervariasi.
Namun jika Anda kontak dengan larutan fiksatif maka harus waspada terhadap potensi bahaya
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai