Anda di halaman 1dari 12

GANGGUAN PARANOID

Istilah gangguan paranoid dikenal pada Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi II tahun 1983. Sebelumnya, pada PPDGJ I tahun 1973 disebut dengan keadaan paranoid. Sekarang

setelah disusun PPDGJ III, istilah gangguan paranoid dikonversikan menjadi Gangguan Waham Menetap. Meskipun gangguan waham disebut gangguan paranoid pada beberapa nomenklatur, kata waham dipakai untuk

menunjukkan bahwa jenis wahamnya bisa bermacam-macam, tidak hanya paranoid saja, dan dipakainya kalimat gangguan waham menunjukkan bahwa waham atau sistem waham adalah gejala utama dari gangguan ini.(1)

Sejarah Konsep gangguan waham berasal dari konsep Yunani Klasik yaitu paranoia atau paranous yang berarti samping (para) dan pikiran (nous). Istilah paranoia telah digunakan untuk menjelaskan berbagai tingkatan fenomena yang diamati, beberapa diantaranya telah dikaitkan dengan golongan gangguan waham. Pada tahun 1818 Johan Cristian Heinroth memperkenalkan konsep dasar paranoia. Tahun 1838 ahli jiwa Perancis Jean Etienne Dominique Esquirol menyebut monomania untuk menjelaskan waham tanpa asosiasi longgar dalam berfikir logis dan tingkah laku umum.

Tahun 1863 Karl Ludwig Kahlbaum menggunakan kata paranoia dan menyebut penyakit ini sebagai sesuatu yang jarang namun jelas terjadi. Menurut Karl istilah ini menunjukkan suatu kecurigaan dan kebesaran yang berlebihan. Pada tahun 1921 Emil Kraeplin menggambarkan parafrenia sebagai suatu penyakit berbahaya yang tersembunyi secara kronis, namun berbeda dengan skizofrenia dari tidak adanya halusinasi dan gejala psikotik lainnya dan kurangnya kemunduran kepribadian.(2,3) Epidemiologi Pevalensi penyakit ini diperkirakan antara 0,025 % - 0,03 %. Gangguan waham diperkirakan 1-2 % dari pasien yang datang untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Insiden pertahun penyakit ini di Amerika Serikat sekitar 1 sampai 3 kasus dari 100.000 populasi. Jumlah ini mewakili sekitar 4 % dari semua kunjungan pertama ke rumah sakit jiwa karena psikosa non organik. Banyak kasus yang tidak tercatat karena penderita jarang mendatangi sendiri ke dokter jiwa kecuali bila dipaksa keluarga atau pengadilan.(1) Umur rata-rata penderita sekitar 40 tahun, dengan jangkauan umur bervariasi dari 25 sampai 90 tahun. Jumlah wanita yang menderita gangguan ini sedikit lebih banyak dari laki-laki yaitu 0,85:1. Munculnya gangguan ini dikaitkan dengan perkawinan dan pekerjaan, imigrasi, dan status ekonomi yang rendah. (1)

Etiologi

Penyebab gangguan ini tidak diketahui dengan pasti. Secara teoritis gangguan waham mewakili berbagai kelompok kondisi yang bersifat heterogen yang membedakan gangguan ini dengan skizofrenia.(1)
Faktor biologis Waham dapat menunjukkan berbagai gambaran dari berbagai kondisi biologis. Secara umum berbagai lesi neurologis yang berkaitan dengan lobus temporal, sistem limbik, dan ganglia basalis menunjukkan gejala yang mirip dengan gangguan waham.(1) Faktor Psikologis Faktor psikologis menjelaskan waham dalam 3 cara pandang: (1) Waham sebagai bentuk pertahanan Waham sebagai akibat dari gangguan kognitif Waham sebagai hasil dari persepsi pengalaman yang abnormal Faktor sosial Norman Cameron menjelaskan situasi sosial dan berbagai

karakteristik yang memberi sumbangan terbentuknya gangguan waham: prasangka dari sipenderita bahwa dirinya akan mendapatkan perlakuan yang sadistis, rasa tidak percaya dan curiga, isolasi sosial, kecemburuan,

kurangnya percaya diri, merasa orang lain hanya melihat kekurangan pada dirinya, dan kurangnya mendapat motivasi dan pengertian dari orang lain.(1) Gambaran klinis dan status mental Mood, Feeling, dan Afek Mood penderita sesuai dengan wahamnya. Pasien dengan waham besar tampak euforia, pasien dengan waham kejar tampak curiga. Apapun bentuk wahamnya, pemeriksa dapat mersakan penderita sedikit depresi.(1)

Gangguan persepsi Penderita tidak memiliki halusinasi yang menonjol atau terus menerus. Kalaupun ada, sangat jarang, dan biasanya halusinasi pendengaran. Pada beberapa kasus dapat ditemukan halusinasi penciuman dan rabaan.(1) Isi pikiran Kunci dari gangguan ini adalah gangguan waham, bisa berbentuk waham kejaran, cemburu, cinta, somatik, kebesaran, atau gangguan dari waham tersebut. Sistem wahamnya bisa kompleks atau simpleks. Penderita biasanya kurang menunjukkan gejala gangguan pikiran yang lain, walaupun beberapa penderita menggunakan banyak kata yang membingungkan, sirkumtansial, dan kacau ketika mereka berbicara mengenai wahamnya.(1) DSM III-R membagi atas 6 gangguan waham berdasarkan isi wahamnya, yaitu erotomania, waham kebesaran, waham cemburu, waham kejaran, waham somatik dan waham yang tidak terklasifikasi.(1)

Erotomania

: Isi wahamnya adalah penderita merasa dicintai oleh seseorang, dan berusaha menghubungi orang tersebut melalui telefon, surat, hadiah, kunjungan, dan lain-lain. Beberapa penderita khususnya laki-laki, berurusan dengan petugas hukum karaena perilakunya kepada objek

wahamnya.(1) Waham Kebesaran : Karakteristik untuk isi waham penderita yang merasa dirinya adalah seorang yang sangat penting, seperti penderita merasa dirinya adalah nabi atau raja.(1) Waham Cemburu : Ketika waham ini muncul, penderita tanpa sebab menyatakan bahwa pasangannya tidak setia. Untuk membuktikan hal itu ia membangun sendiri bukti-buktinya seperti noda pada

pakaian, biaya telepon yang membengkak, dan lain-lain.(1) Waham Kejaran : Penderita merasa yakin bahwa dirinya menderita penyakit serius atau merasa dirinya sekarat, merasa dalam dirinya ada parasit, atau merasa dirinya bau untuk penyebab tidak jelas. Penderita

dengan waham ini mendatangi psikiater untuk berobat.(1) Waham somatik : Pasien menunjukkan gambaran yang bervariasi, mulai dari sering berobat ke dokter dengan berbagai keluhan penyakit sampai kepada pasien yang mengeluhkan berbagai kondisi tubuhnya (misalnya, bau badan atau bentuk tubuhnya)(1) Waham campuran : berbagai kondisi tidak termasuk dalam kategori waham-waham-waham di atas.(1)

Pengendalian impuls Penting untuk mengetahui keinginan atau rencana penderita untuk bunuh diri, membunuh, atau melakukan kejahatan lain. Pemeriksa tidak perlu segan utnuk menanyakannya. Jika penderita tidak mampu untuk

mengendalikan impuls tersebut, maka harus di hospitalisasi.(1)

Orientasi Biasanya tidak ada gangguan orientasi pada penderita, kecuali bila wahamnya spesifik mengenai orang, tempat atau waktu.(1) Memori Memori dan fungsi kognitif lainnya tidak terganggu.(1)

Judgment dan Isight Judgment dapat dinilai dengan mengevaluasi tingkah laku penderita dahulu dan sekarang. Penderita sering tidak merasa sakit, dan hampir selalu dibawa ke rumah sakit oleh polisi, anggota keluarga, teman, atau sukarelawan.(1) Reliabilitas Penderita ini reliabilitasnya tidak terganggu kecuali bila mengganggu sistem wahamnya.(1) Kriteria diagnosa Kriteria diagnostik gangguan ini adalah sebagai berikut.(4) Waham-waham merupakan satu-satunya gambaran klinis atau gejala yang paling menonjol. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat. Gejala-gejala depresif atau bahkan sebuah episode depresif yang lengkap full-blown mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa waham-waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan efektif itu. Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.

Tidak boleh adanya halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat sementara. Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pikir, penumpulan afek, dan sebagainya) Diagnosa banding(1,5) 1. Gangguan kepribadian paranoid Pada gangguan kepribadian paranoid terdapat ketidak percayaan dan kecurigaan pervasive terhadap orang lain akan berniat jahat terhadap dirinya. Memisahkan kedua ini sulit; antara rasa curiga yang ekstrim dan waham yang jelas. Pada gangguan kepribadian paranoid tidak dijumpai waham. Umumnya, bila klinisi ragu apakah gejala itu waham atau tidak, diagnosa gangguan waham tidak ditegakkan. 2. Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham Gangguan ini dibedakan dari onsetnya yang akut, yaitu 2 minggu atau kurang dari keadaan non psikotik samapai jelas psikotiiknya. 3. Skizofrenia paranoid Pada skizofrenia didapati waham yang non sistematis, tersebar pada banyak hal, kadang-kadang aneh dan disertai adanya halusinasi. Selain itu RTA (Reality Testing Ability) jelas terganggu, afeknya inapropriate, dan tingkah lakunya bizzare. Pengobatan

1. Hospitalisasi Indikasi hospitalisasi dilakukan bila penderita terlihat keinginan untuk bunuh diri, membunuh, hendaya berat dalam pekerjaan dan fungsi sosial, dan penderita membutuhkan langkah diagnostik selanjutnya.(1,2,5) 2. Farmakoterapi Secara Umum tindakan farmakoterapi pada pasien gangguan waham sulit dilakukan karena pasien menolak untuk mengakui gangguan yang dialaminya. Untuk mengatasinya dapat dilakukan suatu metode suportif untuk menangani gejala-gejala gangguan tersebut. Penggunaan Pimozide dinilai cukup berhasil menangani gejala-gejala dari gangguan waham berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Risperidon dan Clozapin cukup memberi manfaat dalam mengatasi gejala-gejala yang muncul.Selain itu digunakan juga Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRIs) berdasarkan patofisiologis gangguan waham yang hampir sama dengan gangguan obsesif-kompulsif, gangguan body dysmorphic, dan gangguan mood. Obat-obat antikonfulsan dan mood stabilizer dilaporkan juga memberi manfaat, meskipun data yang mendukung masih terbatas. Tindakan ECT tidak disarankan untuk pasien gangguan waham. Hospitalisasi dilakukan bila terdapat kecenderungan untuk merusak dan melakukan kekerasan tetapi terapi rawat jalan dinilai lebih baik dibandingkan tindakan hospitalisasi.(1,4)

Penderita dengan agitasi berat hendaknya diberikan tranquilizer intramuskular. Untuk pengobatan jangka panjang dapat diberikan antipsikotik. Penderita gangguan waham sering menolak pengobatan, mereka dengan mudah menghubungkan pengobatan itu dengan wahamnya. Pemeriksa sebaiknya memilih untuk membina kerjasama yang baik dengan penderita daripada memaksa pasien untuk menerima pengobatan.(1) Pengobatan dengan antipsikotik sebaiknya dihentikan apabila tidak memberikan perubahan pada penderita. Farmakoterapi hendaknya ditunjang oleh psikoterapi.(5) 3. Psikoterapi Unsur yang penting dalam psikoterapi adalah membangun kepercayaan penderita terhadap pemeriksanya. Terapi individual lebih baik dari pada terapi kelompok. Pemeriksa boleh memutuskan untuk melibatkan keluarga pasien dalam rencana pengobatan dengan psikoterapi. Terapi suportif dapat digunakan untuk membantu pasien keluar dari isolasi tekanan akibat waham yang dipercayainya. Selain itu dapat juga digunakan teknik kognitif yaitu dengan melakukan pengujian realitas. Intervensi pendidikan dan sosial (termasuk di dalamnya melatih kemampuan sosialisasi) serta meminimal faktor resiko (termasuk d idalamnya gangguan sensorik, isolasi, stres, dan kecenderungan untuk melakukan kekerasan.(1)

10

Prognosis Prognosa baik pada tingkat sosial dan pekerjaan yang tinggi, jenis kelamin wanita, onset sebelum usia 30 tahun, kejadianya akut, perjalanan penyakit yang singkat, dan adanya faktor presipitasi. Tipe waham cemburu memiliki prognosis yang lebih baik.(1)

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grabb JA. Sinopsis Psikiatri, Edisi Tujuh, Jilid 2, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 : 247-9.

11

2. Kaplan HI, et al. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Cetakan Pertama, Penerbit Widya Medika, Jakarta, 1998 : 372-4. 3. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi I, Airlangga University Press, Surabaya, 1980 : 241-4. 4. Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayan Medis, Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indonesia III, Jakarta, 1993 : 52-3. 5. Kaplan HI, Sadock BJ. Buku Saku Psikiatri Klinik, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1994 : 105-9.

12

Anda mungkin juga menyukai