Anda di halaman 1dari 11

ANALISA KEUANGAN PT LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk

PT. LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk. ANALISA LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2004, 2005,2006, 2007, 2008 & 2009 Tahun 2004 1. LIKUIDITAS a. Current Ratio b. Quick Ratio c. Cash Ratio 33.92 % 11.57 % 3.42% 205.94 % 90.23 % 9.64% 411.36 % 188.39 % 9.55% 290.02 % 114.57 % 7.61% 235.18 % 85.87 % 4.93% 260.54 % 111.48 % 4.38% 2005 2006 2007 2008 2009

Rasio

2. AKTIVITAS a. Rata-rata Umur Piutang b. Inventory Turnover c. Fixed Asset Turnover d. Total Asset Turnover 3. SOLVABILITAS (LEVERAGE RATIO) a. Total Debt to Asset Ratio b. Time Interest Earned Ratio 64.86 1.86 1.09 0.47 110.37 1.99 1.53 0.52 128.10 1.90 1.71 0.53 100.01 1.85 1.76 0.57 99.29 1.61 1.96 0.58 139.11 1.54 1.78 0.50

99.16 % 12.97 %

25.84 % 47.65 %

25.73 % 154.35 %

26.59 % 151.25 %

29.85 % 180.28 %

27.95 % 160.46 %

4. PROFITABILITAS a. Gross Profit Margin b. Operating Profit Margin c. Net Profit Margin 12.06 % 2.48% 21.40 % 15.20 % 2.83% 49.66 % 17.70 % 4.81% 16.58 % 4.61% 18.62 % 5.73% 17.03 % 5.21%

1.22%

4.09%

0.79%

1.30%

d. Return On Asset e. Return On Equity

9.97% 1183.97 %

25.80 % 34.79 %

0.65%

2.33%

0.46%

0.66%

0.88%

3.18%

0.65%

0.91%

ANALISA LAPORAN KEUANGAN SECARA KOMPREHENSIF 1. Likuiditas a. Current Ratio Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas, perusahaan mengalami keadaan yang tidak likuid pada tahun 2004 karena current ratio-nya hanya sebesar 33,92%, artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar hanya dijamin oleh Rp. 0,33 aktiva lancar/alat pembayar yang dimiliki. Pada tahun 2005 current ratio perusahaan meningkat menjadi 205,94% yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 2,05 alat pembayar yang dimiliki. Pada tahun 2006 perusahaan mengalami kenaikan current ratio yang sangat signifikan, current ratio-nya mencapai 411,36% yang artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 4,11 alat pembayar yang dimiliki. Namun pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 290,02%, artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 2,90 alat pembayar yang dimiliki. Pada tahun 2008 current ratio perusahaan kembali mengalami penurunan, hanya sebesar 235,18% berarti Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 2,35 alat pembayar. Current ratio perusahaan sedikit meningkat menjadi 260,54% pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa Rp. 1,- hutang lancar dapat dijamin oleh Rp. 2,60 alat pembayar. Walaupun pada tahun 2004 angaka rasio perusahaan sangat rendah, keadaan keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. sudah baik (likuid) pada 5 tahun berikutnya karena angka rasio bisa mencapai bahkan melebihi ketentuan yaitu 1 : 2 (setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh Rp. 2,- alat pembayar). b. Quick Ratio Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas, perusahaan mengalami keadaan yang tidak baik pada tahun 2004 karena

quick ratio-nya hanya sebesar 11,57%, artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar hanya dijamin oleh Rp. 0,11 aktiva lancar/alat pembayar yang sangat likuid (alat pembayar yang untuk berubah menjadi uang kas hanya memerlukan 1 kali perubahan saja). Pada tahun 2005 quick ratio perusahaan meningkat menjadi 90,23% yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 0,90 alat pembayar yang sangat likuid. Pada tahun 2006 perusahaan mengalami kenaikan quick ratio yang lumayan besar, quick rationya mencapai 188,39% yang artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 1,88 alat pembayar yang likuid. Namun pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 114,57%, artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 1,14 alat pembayar yang likuid. Pada tahun 2008 quick ratio perusahaan kembali mengalami penurunan, hanya sebesar 85,87% berarti Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 0,85 alat pembayar yang likuid. Quick ratio perusahaan sedikit meningkat menjadi 111,48% pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa Rp. 1,- hutang lancar dapat dijamin oleh Rp. 1,11 alat pembayar. Perusahaan mencapai tingkat likuiditas yang optimal (tingkat quick ratio 100% ke atas) hanya pada tahun 2006, 2007, dan 2009. Pada tahun 2004, 2005 dan 2008 angka ratio perusahaan rendah, sehingga aktiva lancar yang sangat likuid belum menjamin hutang lancar. c. Cash Ratio Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas, perusahaan mengalami keadaan yang tidak baik pada tahun 2004 karena cash ratio-nya hanya sebesar 3,42%, artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar hanya dijamin oleh Rp. 0,03 aktiva lancar berupa kas dan bank. Pada tahun 2005 cash ratio perusahaan meningkat menjadi 9,64% yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 0,09 aktiva lancar berupa kas dan bank. Pada tahun 2006 perusahaan mengalami sedikit penurunan angka rasio, cash ratio-nya sebesar 9,55% yang artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 0,09 aktiva lancar berupa kas dan bank. Pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 7,61%, artinya setiap Rp. 1,hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 0,07 aktiva lancar berupa kas dan bank. Pada tahun 2008 cash ratio perusahaan kembali mengalami penurunan, hanya sebesar 4,93% berarti Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 0,04 aktiva lancar berupa kas dan bank. Cash

ratio perusahaan terus menurun menjadi 4,38% pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa Rp. 1,- hutang lancar dapat dijamin oleh Rp. 0,04 aktiva lancar berupa kas. Pada tahun 2005 dan 2006 keadaan kas perusahaan baik karena dalam keadaan normal cash ratio perusahaan berkisar 10% (Guthman). Cash ratio yang terlalu kecil dikhawatirkan akan mengganggu pembayaran dan cash ratio yang besar dikhawatirkan terjadi kelebihan kas. 2. Aktivitas a. Rata-rata Umur Piutang Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas, perusahaan mengalami keadaan yang baik/efektif pada tahun 2004 karena rata-rata umur piutang-nya hanya 64,86, artinya setiap 64,86 hari piutang perusahaan akan berubah menjadi kas. Pada tahun 2005 rata-rata umur piutang perusahaan meningkat menjadi 110,37 yang dapat diartikan bahwa setiap 110,37 hari piutang perusahaan akan berubah menjadi kas. Pada tahun 2006 perusahaan mengalami kenaikan angka rasio kembali, rata-rata umur piutang-nya sebesar 128,10 yang artinya waktu 128,10 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk sekali perputaran piutang. Pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 100,01, artinya setiap 100,01 hari piutang perusahaan akan berubah menjadi kas. Pada tahun 2008 rata-rata umur piutang perusahaan kembali mengalami penurunan, sebesar 99,29 berarti diperlukan 99,29 hari untuk mengubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang perusahaan kembali naik menjadi 139,11 pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa dalam waktu 139,11 hari piutang perusahaan akan berubah menjadi kas. Kinerja perusahaan pada 5 tahun terakhir kurang baik karena kurang efektif menggunakan aktiva yang dimiliki. Hanya pada tahun 2004, lama rata-rata umur piutang perusahaan rendah. Semakin tinggi rata-rata umur piutang, semakin tidak baik (tidak efektif menggunakan aktiva). b. Inventory Turnover Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas, inventory turnover perusahaan menunjukkan angka 1,86 kali, artinya setiap

Rp. 1,- total persediaan akan menghasilkan Rp. 1,86 pendapatan. Pada tahun 2005 inventory turnover perusahaan meningkat menjadi 1,99 kali yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- total persediaan akan menghasilkan Rp. 1,99 pendapatan. Pada tahun 2006 perusahaan mengalami penurunan, inventory turnover-nya hanya sebesar 1,90 kali yang artinya setiap Rp. 1,- total persediaan akan menghasilkan Rp. 1,90 pendapatan. Pada tahun 2007 mengalami penurunan kembali menjadi 1,85 kali, artinya setiap Rp. 1,- total persediaan akan menghasilkan Rp. 1,85 pendapatan. Pada tahun 2008 inventory turnover perusahaan kembali mengalami penurunan, sebesar 1,61 kali berarti perusahaan akan menghasilkan Rp. 1,61 pendapatan dari setiap Rp 1,- total persediaan. Inventory turnover perusahaan kembali menurun menjadi 1,54 kali pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- total persediaan akan menghasilkan Rp. 1,54 pendapatan. Kemampuan perusahaan menggunakan assetnya yang berupa persediaan kurang efektif karena tingkat perputarannya kurang dari 2 kali. Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 tingkat perputaran asset semakin menurun angka rasionya, artinya perusahaan masih perlu meningkatkan perputaran persediaannya agar dana yang ada dalam persediaan tersebut dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar sehingga laba yang dihasilkan maksimal. c. Fixed Asset Turnover Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas, fixed asset turnover perusahaan menunjukkan angka 1,09 kali, artinya setiap Rp. 1,- total aktiva tetap akan menghasilkan Rp. 1,09 pendapatan. Pada tahun 2005 fixed asset turnover perusahaan meningkat menjadi 1,53 kali yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- total aktiva tetap akan menghasilkan Rp. 1,53 pendapatan. Pada tahun 2006 perusahaan mengalami kenaikan angka rasio kembali, fixed asset turnover-nya sebesar 1,71 kali yang artinya setiap Rp. 1,- total aktiva tetap akan menghasilkan Rp. 1,71 pendapatan. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan kembali menjadi 1,76 kali, artinya setiap Rp. 1,- total aktiva tetap akan menghasilkan Rp. 1,76 pendapatan. Pada tahun 2008 fixed asset turnover perusahaan kembali mengalami kenaikan, menjadi 1,96 kali berarti perusahaan akan menghasilkan Rp. 1,96 pendapatan dari setiap Rp 1,- total aktiva tetap. Fixed asset turnover perusahaan menurun menjadi 1,78 kali pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- total aktiva tetap akan menghasilkan Rp. 1,54 pendapatan.

Dilihat dari fixed asset turnover-nya, perusahaan kurang efektif menggunakan assetnya karena tingkat perputarannya kurang dari 2 kali. Rendahnya angka rasio perputarannya ini disebabkan oleh total penjualan yang kurang baik. Perusahaan harus meningkatkan penjualan dengan melakukan promosi-promosi dan cara lainnya. d. Total Asset Turnover Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas, total asset turnover perusahaan menunjukkan angka 0,47 kali, artinya setiap Rp. 1,- total aktiva akan menghasilkan Rp. 0,47 pendapatan. Pada tahun 2005 total asset turnover perusahaan meningkat menjadi 0,52 kali yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- total aktiva akan menghasilkan Rp. 0,52 pendapatan. Pada tahun 2006 perusahaan mengalami kenaikan angka rasio kembali, total asset turnover-nya sebesar 0,53 kali yang artinya setiap Rp. 1,- total aktiva akan menghasilkan Rp. 0,53 pendapatan. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan kembali menjadi 0,57 kali, artinya setiap Rp. 1,- total aktiva akan menghasilkan Rp. 0,57 pendapatan. Pada tahun 2008 total asset turnover perusahaan kembali mengalami kenaikan, menjadi 0,58 kali berarti perusahaan akan menghasilkan Rp. 0,58 pendapatan dari setiap Rp 1,- total aktiva. Total asset turnover perusahaan menurun menjadi 0,50 kali pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- total aktiva akan menghasilkan Rp. 0,50 pendapatan. Kemampuan perusahaan menggunakan seluruh assetnya tidak efektif karena tingkat perputarannya kurang dari 2 kali bahkan tidak mencapai 1 kali. Perusahaan harus meningkatkan angka rasionya dengan cara meningkatkan penjualan tanpa menambah total aktiva. 3. Solvabilitas (Leverage Ratio) a. Total Debt to Asset Ratio Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas, total debt to asset ratio perusahaan menunjukkan angka 99,16%, artinya jumlah kewajiban perusahaan 99,16% jika dibandingkan dengan aktiva. Pada tahun 2005 total debt to asset ratio perusahaan menurun menjadi 25,84% yang dapat diartikan bahwa jumlah kewajiban perusahaan 25,84% jika dibandingkan dengan aktiva. Pada tahun 2006

perusahaan mengalami sedikit penurunan, total debt to asset ratio-nya sebesar 25,73% yang artinya jumlah kewajiban perusahaan 25,73% jika dibandingkan dengan aktiva. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi 26,59%, artinya kewajiban perusahaan 26,59% jika dibandingkan dengan aktiva. Pada tahun 2008 total debt to asset ratio perusahaan kembali mengalami kenaikan, menjadi 29,85% berarti jumlah kewajiban perusahaan 29,85% dibandingkan dengan aktiva. Total debt to asset ratio perusahaan menurun menjadi 27,95% pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa jumlah kewajiban perusahaan 27,95% jika dibandingkan dengan aktiva. Kinerja perusahaan pada tahun 2004 kurang baik karena jumlah kewajiban dan aktiva perusahaan hampir sama. Namun pada tahun 2005 sampai 2009, kinerja perusahaan mulai membaik karena jumlah aktiva lebih besar daripada jumlah kewajiban perusahaan. b. Time Interest Earned Ratio Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas, time interest earned ratio perusahaan menunjukkan angka -12,97%, artinya setiap Rp. 1,- beban bunga dijamin oleh Rp. -0,12 laba sebelum bunga dan pajak. Pada tahun 2005 time interest earned ratio perusahaan mengalami kenaikan menjadi 47,65% yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- beban bunga dijamin oleh Rp. 0,47 laba sebelum bunga dan pajak. Pada tahun 2006 perusahaan mengalami kenaikan kembali, time interest earned ratio-nya sebesar 154,35% yang artinya setiap Rp. 1,- beban bunga dijamin oleh Rp. 1,54 laba sebelum bunga dan pajak. Pada tahun 2007 mengalami sedikit penurunan menjadi 151,25%, artinya setiap Rp. 1,- beban bunga dijamin oleh Rp. 1,51 laba sebelum bunga dan pajak. Pada tahun 2008 time interest earned ratio perusahaan kembali mengalami kenaikan, menjadi 180,28% berarti setiap Rp. 1,- beban bunga dijamin oleh Rp. 1,80 laba sebelum bunga dan pajak. Time interest earned ratio perusahaan menurun menjadi 160,46% pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- beban bunga dijamin oleh Rp. 1,60 laba sebelum bunga dan pajak. Kinerja perusahaan pada tahun 2004 kurang baik karena jumlah laba perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan beban bunga yang ditanggung perusahaan. Namun pada tahun 2005 sampai 2009, kinerja perusahaan mulai membaik karena jumlah laba perusahaan dapat memenuhi beban bunga perusahaan.

4. Profitabilitas a. Gross Profit Margin Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas, gross profit margin perusahaan mengalami keadaan yang tidak baik. Pada tahun 2004 gross profit margin perusahaan hanya menunjukkan angka 12,06%, artinya setiap Rp. 1,- penjualan menghasilkan Rp. 0,12 laba kotor. Pada tahun 2005 gross profit margin perusahaan mengalami sedikit kenaikan menjadi 15,20% yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- penjualan menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,15. Pada tahun 2006 angka rasio naik kembali, mencapai 17,70% yang artinya setiap Rp. 1,- penjualan bisa menghasilkan Rp. 0,17 laba kotor. Pada tahun 2007 angka rasio turun menjadi 16,58%, artinya setiap Rp. 1,- penjualan bisa menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,16. Pada tahun 2008 gross profit margin perusahaan kembali mengalami kenaikan, menjadi 18,62% berarti setiap Rp. 1,- penjualan dapat menghasilkan Rp. 0,18 laba kotor. Gross profit margin perusahaan menurun menjadi 17,03% pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- penjualan dapat menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,17. Kinerja perusahaan pada tahun 2004 sampai tahun 2009 kurang baik karena perusahaan tidak efektif dalam penjualan. Persentase laba terhadap jumlah penjualan sangat minim. b. Operating Profit Margin Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas, operating profit margin perusahaan mengalami keadaan yang tidak baik. Pada tahun 2004 operating profit margin perusahaan hanya sebesar -2,48%, artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebesar Rp. -0,02 dari setiap Rp. 1,penjualan yang dihasilkan. Pada tahun 2005 operating profit margin perusahaan mengalami kenaikan menjadi 2,83% yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- penjualan mampu menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 0,02. Pada tahun 2006 angka rasio naik kembali, mencapai 4,81% yang artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 0,04 dari setiap Rp. 1,- penjualan yang dihasilkan. Pada tahun 2007 angka rasio turun menjadi 4,61%, artinya setiap Rp. 1,- penjualan mampu menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 0,04. Pada tahun 2008 operating profit margin perusahaan

kembali mengalami kenaikan, menjadi 5,73% berarti setiap Rp. 1,- penjualan dapat menghasilkan Rp. 0,05 laba operasi. Operating profit margin perusahaan menurun menjadi 5,21% pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 0,05 dari setiap Rp. 1,- penjualan yang dihasilkan. Kinerja perusahaan pada tahun 2004 sampai tahun 2009 kurang baik karena perusahaan tidak efektif dalam alokasi biaya penjualan dan administrasi sehingga pada tahun 2004 mengalami kerugian. Perusahaan harus mengurangi biaya penjualan dan administrasi tanpa mengganggu kelancaran industri, agar laba yang dihasilkan lebih maksimal. c. Net Profit Margin Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas net profit margin perusahaan mengalami keadaan yang tidak baik. Pada tahun 2004 net profit margin perusahaan sangat rendah, hanya sebesar -21,40%, artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp. -0,21 dari setiap Rp. 1,penjualan yang dihasilkan. Pada tahun 2005 net profit margin perusahaan mengalami kenaikan menjadi 49,66% yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- penjualan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,49. Pada tahun 2006 angka rasio menurun drastis, mencapai 1,22% yang artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,01 dari setiap Rp. 1,- penjualan yang dihasilkan. Pada tahun 2007 angka rasio sedikit membaik menjadi 4,09%, artinya setiap Rp. 1,- penjualan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,04. Pada tahun 2008 net profit margin perusahaan mencapai titik yang sangat rendah, menjadi 0,79% berarti setiap Rp. 1,- penjualan dapat menghasilkan Rp. 0,007 laba bersih. Net profit margin perusahaan kembali naik menjadi 1,30% pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,01 dari setiap Rp. 1,- penjualan yang dihasilkan. Kinerja perusahaan pada tahun 2004 kurang baik karena perusahaan tidak efisien dalam biaya sehingga mengalami kerugian. Namun pada 5 tahun berikutnya keadaan perusahaan mulai membaik, meskipun laba yang dihasilkan sangat minim, setidaknya perusahaan tidak rugi seperti tahun 2004. Perusahaan harus meningkatkan penjualan tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan.

d. Return On Asset Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas return on asset perusahaan mengalami keadaan yang tidak baik. Pada tahun 2004 return on asset perusahaan sangat rendah, hanya sebesar -9,97%, artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp. -0,09 dari setiap Rp. 1,total aktiva yang dimiliki. Pada tahun 2005 return on asset perusahaan mengalami kenaikan menjadi 25,80% yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- total aktiva mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,25. Pada tahun 2006 angka rasio menurun drastis, mencapai 0,65% yang artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,006 dari setiap Rp. 1,- total aktiva yang dimiliki. Pada tahun 2007 angka rasio sedikit membaik menjadi 2,33%, artinya setiap Rp. 1,- total aktiva mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,02. Pada tahun 2008 return on asset perusahaan kembali turun menjadi 0,46% berarti setiap Rp. 1,- total aktiva dapat menghasilkan Rp. 0,004 laba bersih. Return on asset perusahaan kembali naik menjadi 0,66% pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,006 dari setiap Rp. 1,- total aktiva yang dimiliki. Kinerja perusahaan pada tahun 2004 kurang baik karena perusahaan tidak efisien menggunakan assetnya sehingga mengalami kerugian. Namun pada 5 tahun berikutnya keadaan perusahaan mulai membaik, meskipun laba yang dihasilkan sangat minim. e. Return On Equity Berdasarkan tabel Analisa Laporan Keuangan PT. Langgeng Makmur Industri Tbk. di atas return on equity perusahaan mengalami keadaan yang sangat tidak baik. Pada tahun 2004 return on equity perusahaan sangat rendah, hanya sebesar -1183,97%, artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp. -11,83 dari setiap Rp. 1,modal yang dimiliki. Pada tahun 2005 return on equity perusahaan mengalami kenaikan menjadi 34,79% yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,- modal sendiri mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,34. Pada tahun 2006 angka rasio menurun drastis, mencapai 0,88% yang artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,008 dari setiap Rp. 1,- modal yang dimiliki. Pada tahun 2007 angka rasio sedikit membaik menjadi 3,18%, artinya setiap Rp. 1,- modal sendiri mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,03. Pada tahun 2008 return on equity perusahaan kembali turun

menjadi 0,65% berarti setiap Rp. 1,- modal sendiri dapat menghasilkan Rp. 0,006 laba bersih. Return on equity perusahaan kembali naik menjadi 0,91% pada tahun 2009, dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,009 dari setiap Rp. 1,- modal yang dimiliki. Kinerja perusahaan pada tahun 2004 mengalami kerugian karena perusahaan tidak bisa memaksimalkan modal yang dimiliki. Pada tahun-tahun berikutnya, angka rasio perusahaan mulai sedikit membaik.

Anda mungkin juga menyukai