Anda di halaman 1dari 37

1.

Bagaimana rata-rata tingkat pertumbuhan majemuk untuk penjualan Quickfix

dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan labanya selama lima tahun terakhir?

Jawab:

Penjualan Bersih Quickfix Autoparts Tahun 2000-2004


2000 2001 2002 2003 2004
$ 600.000 $ 655.000 $ 780.000 $ 873.600 $ 1.013.376
Laba Bersih Quickfix Autoparts Tahun 2000-2004
2000 2001 2002 2003 2004
$ 16.634 $ 22.859 $ 2.126 ($ 16.435) ($ 102)

Dari gambar table diatas, dapat diketahui bahwa data penjualan bersih

Quickfix berbanding terbalik dengan laba bersihnya selama lima tahun

kebelakang yaitu dari tahun 2000-2004. Dalam laporan laba rugi Quickfix dari

tahun 2000-2004, tingkat penjualan selalu mengalami kenaikan. Sedangkan untuk

labanya, Quickfix mengalami penurunan yang cukup drastis di tahun 2002 dan

menyebabkan kerugian pada tahun 2003 dan 2004. Jika dilihat dari laporan laba

rugi, dapat dianalisis bahwa penyebab dari penurunan tersebut adalah dari

sejumlah beban-beban dan juga bunga peminjaman yang menyebabkan turunnya

laba.

Untuk mengetahui rata-rata tingkat pertumbuhan majemuk untuk

penjualan Quickfix dengan tingkat pertumbuhan labanya selama lima tahun

terakhir dapat dihitung menggunakan konsep CAGR. Konsep sederhana CAGR

adalah mengubah pandangan pertumbuhan tahun demi tahun yang berubah-ubah

dibuat lebih halus, sehingga volatilitas atau perubahan pertumbuhan terabaikan.

Rumus CAGR adalah

1
Dengan rumus tersebut dapat dihitung :

 Tingkat pertumbuhan majemuk penjualan


1
penjualan bersih akhir tahun(jumlah tahun)
CAGR = -1
penjualan bersih awal tahun

1
1,013,376(5)
CAGR = -1
600,000

CAGR = 0.1105

CAGR
Rata-rata pertumbuhan majemuk =
jumlah tahun

0.1105
Rata-rata pertumbuhan majemuk = = 0.0221 atau 2.21%
5

 Tingkat pertumbuhan majemuk laba

Dengan rumus tersebut dapat dihitung :

1
penjualan bersih akhir tahun(jumlah tahun)
CAGR = -1
penjualan bersih awal tahun

1
102 (5)
CAGR = -1
16634

CAGR = -0,64

CAGR
Rata-rata pertumbuhan majemuk =
jumlah tahun

2
-0.64
Rata-rata pertumbuhan majemuk = = -0.128 atau -12.8%
5

Dalam menganalisis pertumbuhan perusahaan, kita harus memastikan

bahwa pertumbuhan penjualan dan pendapatan meningkat. Tapi lebih baik kalau

pendapatannya tumbuh lebih cepat dari pada penjualan. Namun dalam kasus ini

perusahaan Quickfix memiliki pertumbuhan penjualan dan pendapatan yang

berbanding terbalik. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa rata-rata

pertumbuhan majemuk penjulan Quickfix sebesar 2.21%, sedangkan rata-rata

pertumbuhan laba Quickfix sebesar -12.8. Perbandingan tersebut menunjukan

bahwa kondisi keuangan perusahaan tidak sehat. Keinginan Juan untuk

mengembangkan usahanya tidak menjadikan perusahaan menjadi lebih baik.

Sehingga perusahaan harus memotong atau mengurangi biaya untuk memberi

penghasilan lebih dengan tidak menambah hutang dan memperbaiki kinerja

perusahaan.

2. Laporan mana yang menjadi acuan Juan dan yang harus disusun untuk

melakukan penilaian yang wajar atas kondisi keuangan perusahaan? Jelaskan

mengapa!

Jawab:

Laporan yang menjadi acuan Juan dan harus disusun untuk melakukan

penilaian yang wajar atas kondisi keuangan adalah laporan keuangan Laba Rugi

3
dan Neraca. Laporan keuangan tersebut perlu dijadikan acuan untuk dapat menilai

kondisi keuangan perusahaan dengan mengalisis rasio keuangan. Rasio keuangan

adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja

perusahaan (Van home, 2012:190). Rasio keuangan dapat dibagi: likuiditas,

leverage, aktivitas, dan profitabilitas.

Input dasar untuk analisa rasio keuangan adalah laporan rugi laba dan

neraca pada suatu periode tertentu yang akan dievaluasi. Perlu diingat bahwa rasio

merupakan alat untuk menyatakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari,

dalam hal ini adalah kondisi financial perusahaan. Rasio merupakan titik awal,

bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasikan

area yang memerlukan investigasi lebih lanjut.

3. Perhitungan apa yang seharusnya dilakukan Juan untuk mendapatkan

gambaran yang bagus tentang apa yang terjadi terhadap kinerja Quickfix?

Jawab:

Perhitungan yang harus dilakukan Juan untuk mendapatkan gambaran

yang bagus tentang apa yang terjadi terhadap kinerja Quickfix adalah perhitungan

Rasio Manajemen Aset. Perhitungan ini mengukur seberapa efektif perusahaan

dalam mengelola asetnya dan akan menjadi penilaian mengapa kondisi

keuangannya mengalami penurunan. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak

aset, maka biaya modalnya terlalu tinggi dan labanya akan tertekan. Di lain pihak,

jika aset terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan akan hilang.

4
Adapun rasio anajemen asset yang dapat dilakukan oleh Juan adalah

sebagai berikut:

1) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)

Perputaran persediaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menggunakan (memutar) persediannya untuk diubah menjadi produk. Persediaan

yang terlalu besar akan meningkatkan risiko kerusakan barang persediaan.

Sedangkan jika persediaan yang terlalu rendah menunjukkan bahwa perusahaan

kekurangan bahan baku dan bahan lainnya, sehingga perusahaan akan kesulitan

untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual.

HPP
ITO =
Persediaan

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004


HPP 480.000 537.100 655.200 742.560 861.370
PERSEDIAAN 250.000 270.000 500.000 520.000 560.000
ITO 1,92 1,99 1,31 1,43 1,54

Pada rasio perputaran persediaan Quickfix diatas selama 5 tahun

didapatkan hasil bahwa persediaan Quickfix dalam setahun berputar sebanyak

1.92 kali (2000), 1.99 kali (2001), 1.31 kali (2002), 1.43 kali (2003) dan 1.54 kali

(2004).

Dari rasio perputaran persediaan, tampak bahwa selama 5 tahun berturut-

turut perputaran persediaan Quickfix bersifat fluktuatif, namun penurunan dan

kenaikannya masih cukup stabil karena tidak terlalu signifikan. Penurunan

tersebut menandakan bahwa terjadi perlambatan dalam perputaran persediaan. Hal

5
ini bisa menunjukkan bahwa perusahaan memiliki barang persediaan yang

semakin besar yang belum diubah untuk menjadi produk.

2) Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover Ratio)

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada

harta tetap seperti pabrik & peralatan, dalam rangka menghasilkan

penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap

rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Jika perputarannya lambat

kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar namun kurang bermanfaat.

Semakin tinggi nilai FATO semakin efektif penggunaan aset tetap, dan jika

FATO menurun maka penggunaan aktiva tetap kurang efektif atau banyak

menganggur.

Penjualan Bersih
FATO =
Aset Tetap Bersih

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004


Penjualan $600,000 $655,000 $780,000 $873,600 $1,013,376
Bersih
Aset Tetap $225,000 $200,000 $400,000 $350,000 $300,000
Bersih
FATO 2.67x 3.28x 1.95x 2.50x 3.38x

Pada perputaran aktiva tetap diatas, tampak bahwa pada tahun 2000

Quickfix mampu menghasilkan penjualan sebesar 2.67 kali dari total nilai

aktiva tetapnya, pada tahun 2001 mampu menghasilkan penjualan sebesar

3.27 kali dari total nilai aktiva tetapnya, pada tahun 2002 mampu

menghasilkan 1.95 kalidari total nilai aktiva tetapnya, pada tahun 2003

6
mampu menghasilkan 2.5 kali dari total aktiva tetapnya dan pada tahun

2004 mampu menghasilkan 3.38 kali dari total nilai aktiva tetapnya.

Dari perhitungan rasio tersebut, tampak bahwa rasio perputaran

aktiva tetap Quickfix bersifat fluktuatif dan terjadi penurunan yang

signifikan pada tahun 2002 sehingga dapat dikatakan tidak stabil. Hal ini

bisa menandakan bahwa terdapat penururan kemampuan Quickfix dalam

menghasilkan penjualan dari aktiva tetapnya.

3) Rasio Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover Ratio)

Rasio perputaran total aset (Total Assets Turnover) adalah mengukur

perputaran semua aset perusahaan. Perputaran total aset ini mencerminkan

efisiensi manajemen investasi dalam setiap pos aset atau pemanfaatan seluruh aset

yang dimiliki perusahaan. Semakin besar angka TATO yang dihasilkan, maka

semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih

laba serta menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam

menghasilkan penjualan.

Penjualan Bersih
TATO =
Total Aset

2000 2001 2002 2003 2004


Penjualan $ 600,000 $655,000 $780,000 $873,600 $1,013,376
Bersih
Total $ 640,000 $791,099 $995,948 $976,480 $968,503
Aset
TATO 0.94x 0.83x 0.78x 0.89x 1.05x

Pada perhitungan rasio perputaran total aktiva diatas, didapatkan hasil

bahwa Quickfix pada tahun 2000 mampu menghasilkan penjualan sebesar 0.94

7
kali dari aktiva totalnya, pada tahun 2001 mampu menghasilkan penjualan sebesar

0.83 kali dari aktiva totalnya, pada tahun 2002 mampu menghasilkan penjualan

sebesar 0.78 kali dari aktiva totalnya, pada tahun 2003 mampu menghasilkan

penjualan sebesar 0.89 kali dari aktiva totalnya dan pada tahun 2004 mampu

menghasilkan 1.05 kali dari aktiva totalnya.

Rasio TATO Quickfix bersifat fluktuatif dan mengalami penurunan pada

tahun 2001 dan 2002. Penurunan tersebut mengartikan penurunan kemampuan

Quickfix untuk mencetak penjualan yang lebih tinggi dari asset-asetnya. Hal

tersebut terlihat dari kenaikan penjualan bersih pada tahun 2001 sebesar 0.55%,

tetapi kenaikan asset totalnya lebih tinggi sebesar 1.51%. Seharusnya, dengan

kenaikan asset total sebesar 1.51% perusahaan bisa menghasilkan penjualan yang

lebih tinggi, sehingga dapat menaikkan perputaran asetnya.

4. Juan sadar bahwa ia harus membandingkan kondisi Quickfix dengan suatu

benchmark yang tepat. Bagaimana Juan memperoleh data pembanding yang

diperlukan?

Jawab :

Menurut Andersen dan Pettersen (1996) yang dikutip oleh Paulus & Devie

(2013) yaitu pertama, Juan bisa melakukan penilaian performa periode yang telah

berjalan, dan menetapkan kinerja perusahaan yang akan dibandingkan dengan

perusahaan yang dipilih menjadi acuan kinerja perusahaan. Penilaian performa

periode yang telah berjalan, berguna sebagai dasar untuk menentukan kinerja

perusahaan yang akan di benchmark dengan perusahaan yang dipilih menjadi

8
acuan kinerja perusahaan. Juan dapat melakukan analisis tersebut dengan

menggunakan teknik time trend analysis yaitu membandingkan data tahun-tahun

terakhir untuk mengetahui perubahannya, yaitu tren yang diikuti perusahaan.

Kedua, Juan bisa mencari perusahaan yang potensial sebagai partner untuk

melakukan benchmark. Setelah itu, dilakukan pembandingan antara kandidat-

kandidat tersebut, manakah perusahaan yang paling potensial sebagai mitra untuk

melakukan benchmark. Dan kemudian, dilakukan kontak terhadap perusahaan

yang paling potensial sebagai mitra benchmark untuk memastikan bahwa

perusahaan tersebut menerima untuk dilakukan benchmark.

Ketiga, Juan bisa mulai mengumpulkan berbagai informasi mengenai

faktor-faktor kunci sukses dari perusahaan yang mempunyai kinerja superior

sebagai acuan kinerja perusahaan. Pengumpulan informasi ini dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu melakukan observasi langsung ke perusahan mitra

benchmark, mecari informasi melalui internet, dan melakukan wawancara

langsung dengan manajer perusahaan mitra benchmark tersebut.

Keempat, Juan bisa melakukan analisa informasi yang telah dikumpulkan

dari perusahaan yang dipilih sebagai acuan kinerja perusahaan untuk melihat

perbedaan kinerja dengan perusahaan tersebut. Dan juga Juan bisa melakukan

analisa informasi mengenai faktor-faktor kunci sukses yang membuat perusahaan

yang dipilih sebagai acuan kinerja perusahaan mempunyai kinerja superior,

sebagai dasar untuk menyusun program perbaikan kinerja perusahaan.

9
Kelima, Juan bisa menyusun dan mengimplementasikan program

perbaikan kinerja perusahaan, agar memiliki kinerja superior seperti perusahaan

yang dipilih sebagai acuan kinerja perusahaan. Dan juga dilakukan, evaluasi

terhadap program perbaikan kinerja perusahaan yang telah diimplementasikan.

5. Disamping membandingkan dengan benchmark tersebut di atas, analisis

apalagi yang harus dilakukan Juan untuk mendapatkan analisis menyeluruh

tentang kondisi perusahaan? Lakukanlah analisis yang anda sarankan tersebut

dan berikan komentar.

Jawab:

Untuk mengetahui kondisi perusahaan selain melakukan benchmark Juan

juga bisa melakukan analisis pada laporan keuangannya dengan menggunakan

metode analisis common size.

Teknik analisis Common Size adalah analisis yang disusun dengan

menghitung tiap-tiap rekening dalam Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi

menjadi proporsi dari total aktiva untuk Lapotan Neraca atau dari total penjualan

untuk Laporan Laba Rugi (Sutrisno, 2013).

Menurut Hani (2015) Analisis Common Size merupakan Teknik yang

dilakukan dengan mengalisis akun atau komponen yang ada dalam laporan

keuangan perusahaan. Teknik yang dilakukan yaitu dengan cara menelaah

Laporan Neraca dan Laporan Laba yang berurutan pada suatu periode tertentu dan

dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap total pos tertentu, dimana untuk

10
Laporan Laba Rugi persentase penjualan dinyatakan 100%, untuk Neraca total

aktiva dinyatakan 100%.

Manfaat Analisis Common Size Menurut Hani (2015) adalah untuk

memahami pembentuk internal laporan keuangan seperti sumber pendanaan dan

komposisi aktiva pada neraca, pengaruh penjualan terhadap beban dan

memudahkan untuk membaca data keuangan dalam periode tertentu. Analisis ini

dapat melihat kekuatan pada setiap akun yang dianalisis, bagaimana

kemampuannya mempengaruhi akun utama yang menjadi dasar perbandingan

seperti angka penjualan pada laba rugi dan pembentukan aktiva pada laporan

neraca.

Tujuan analisis Common Size adalah untuk memperoleh gambaran tentang

berikut ini :

1) Komposisi dan proporsi investasi pada setiap jenis aktiva.

2) Struktur modal dan pendanaan.

3) Distribusi hasil penjualan pada biaya dan laba.

Sedangkan evaluasi terhadap Analisis Common Size menurut Munawir

(2014) menyatakan bahwa : evaluasi terhadap Analisis Common Size yaitu:

1) Dengan mempelajari laporan dalam persentase ini dan membandingkan dengan

rata-rata industri sebagai keseluruhan dari perusahaan yang sejenis, akan dapat

diketahui apakah investasi kita dalam suatu aktiva telah melebihi batas-batas yang

umum berlaku atau justru masih terlalu kecil, dengan demikian untuk periode

11
berikutnya kita dapay mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu agar investasi kita dalam suatu aktiva tidak terlalu kecil

ataupun terlalu besar.

2) Laporan dengan cara ini juga menunjukkan distribusi daripada hutang dan modal, jadi menunjukkan sumber-sumber dari mana

dana yang diinvetasikan dalam aktiva tersebut. Studi tentang ini akan menunjukkan sumber mana yang merupakan sumber pokok

pembelanjaan perusahaan, juga akan menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan menggunakan kemampuannya untuk

memperoleh kredit dari pihak luar, karena dari itu juga dapat diduga/diketahui berapa besarnya margin of safety yang dimiliki oleh

para kreditor.

3) Presentase per komponen yang terdapat dalam neraca merupakan persentase per komponen terhadap total aktiva , sehingga

perbandingan secara horizontal dari tahun ke tahun hanya akan menunjukkan tren dari pada hubungan (trend of relationship), dan

tidak menunjukkan ada atau tidaknya perubahan secara absolut. Perubahan ini dapat dilihat kalau dikembalikan pada data absolutnya.

Berikut ini hasil perhitungan common size pada perusahaan quickfix autoparts :

12
Common Size Neraca

Quickfix Autoparts
Neraca

Aktiva 2000 2000 2001 2001 2002 2002 2003 2003 2004 2004
Kas dan Sekuritas
yang dapat di $155.000 24,22% $309.099 39,07% $75.948 7,63% $28.826 2,95% $18.425 1,90%
perdagangkan
Piutang Usaha $10.000 1,56% $12.000 1,52% $20.000 2,01% $77.653 7,95% $90.078 9,30%

Persediaan $250.000 39,06% $270.000 34,13% $500.000 50,20% $520.000 53,25% $560.000 57,82%

Aktiva Lancar $415.000 64,84% $591.099 74,72% $595.948 59,84% $626.480 64,16% $668.503 69,02%
Tanah, Bangunan,
Pabrik, dan $250.000 39,06% $250.000 31,60% $500.000 50,20% $500.000 51,20% $500.000 51,63%
Peralatan
Akumulasi
($25.000) (3,91%) ($50.000) (6,32%) ($100.000) (10,04%) ($150.000) (15,36%) ($200.000) (20,65%)
Depresiasi
Aktiva Tetap
$225.000 35,16% $200.000 25,28% $400.000 40,16% $350.000 35,84% $300.000 30,98%
Bersih
Total Aktiva $640.000 100% $791.099 100% $995.948 100% $976.480 100% $968.503 100%

13
Kewajiban dan
Ekuitas
Pinjaman Bank
$50.000 7,81% $145.000 18,33% $140.000 14,06% $148.000 15,16% $148.000 15,28%
Jangka Pendek
Utang Usaha $10.000 1,56% $10.506 1,33% $19.998 2,01% $15.995 1,64% $16.795 1,73%

Akrual $5.000 0,78% $100 0,64% $7.331 0,74% $9.301 0,95% $11.626 1,20%
Kewajiban
$65.000 10,16% $160.606 20,30% $167.329 16,80% $173.296 17,75% $176.421 18,22%
Lancar
Pinjaman Bank
$63.366 9,90% $98.000 12,39% $196.000 19,68% $190.000 19,46% $183.000 18,90%
Jangka Panjang
Hipotek $175.000 27,34% $173.000 21,87% $271.000 27,21% $268.000 27,45% $264.000 27,26%
Utang Jangka
$238.366 37,24% $271.000 34,26% $467.000 46,89% $458.000 46,90% $447.000 46,15%
Panjang
Total Kewajiban $303.366 47,40% $431.606 54,56% $634.329 63,69% $631.296 64,65% $623.421 64,37%
Saham Biasa
$320.000 50% $320.000 40,45% $320.000 32,13% $320.000 32,77% $320.000 33,04%
(100.000 lembar)
Laba Ditahan $16.634 2,60% $39.493 4,99% $41.619 4,18% $25.184 2,58% $25.082 2,59%

Total Ekuitas $336.634 52,60% $359.493 45,44% $361.619 36,31% $345.184 35,35% $345.082 35,63%
Total Kewajiban
$640.000 100% $791.099 100% $995.948 100% $976.480 100% $968.503 100%
dan Ekuitas

14
Dari analisis diatas terlihat bahwa aktiva lancar perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva

tetap dari total aktiva keseluruhan. Rata-rata persentase selama lima tahun pengamatan adalah 66,52 persen. Aktiva lancar

menunjukkan penurunan pada tahun 2002, dan aktiva tetap menunjukkan proporsi yang menurun dimulai dari tahun 2003 yang

diakibatkan oleh tingginya nilai akumulasi penyusutan dari aktiva tetap tersebut.

Lalu terlihat bahwa selama lima tahun (2000-2004), sumber dana untuk membiayai usaha perusahaan berasal dari hutang

jangka pendek atau hutang lancar dan modal sendiri (ekuitas). Proporsi hutang lancar secara rata-rata sebesar 16,65 persen,

sedangkan proporsi rata-rata modal sendiri sebesar 41,07 persen, jauh lebih besar dari proporsi rata-rata hutang lancarnya. Hutang

lancar dan modal sendiri menunjukkan proporsi yang berfluktuasi setiap tahunnya.

Common Size Laba Rugi

Quickfix Autoparts
Laporan Laba Rugi
2000 2000 2001 2001 2002 2002 2003 2003 2004 2004
Penjualan Bersih $600.000 100% $655.000 100% $780.000 100% $873.600 100% $1.013.376 100%
Harga Pokok
$480.000 80% $537.100 82% $655.200 84% $742.560 85% $861.370 85%
Penjualan
Laba Kotor $120.000 20% $117.900 18% $124.800 16% $131.040 15% $152.006 15%

15
Beban Administrasi
$30.000 5% $15.345 2,34% $16.881 2,16% $43.680 5% $40.535 4%
& Penjualan
Depresiasi $25.000 4,17% $25.000 3,82% $50.000 6,41% $50.000 5,72% $50.000 4,93%
Beban Rupa-Rupa $2.027 0,34% $3.557 0,54% $5.725 0,73% $17.472 2% $15.201 1,50%
Total Beban Operasi $57.027 9,51% $43.902 6,7% $72.606 9,3% $111.152 12,72% $105.736 10,43%
EBIT $62.973 10,49% $73.998 11,3% $52.194 6,7% $19.888 2,28% $46.271 4,57%

Bunga Pinjaman
$15.000 2,5% $15.950 2,44% $14.000 1,79% $13.320 1,52% $13.320 1,31%
Jangka Pendek
Bunga Pinjaman
$8.000 1,33% $7.840 1,20% $15.680 2,01% $15.200 1,74% $14.640 1,44%
Jangka Panjang
Bunga Atas Hipotek $12.250 2,04% $12.110 1,85% $18.970 2,43% $18.760 2,15% $18.480 1,82%
Total Bunga $35.250 5,87% $35.900 5,49% $48.650 6,23 $47.280 5,41% $46.440 4,58%

Laba Sebelum Pajak $27.723 4,62% $38.098 5,81% $3.544 0,47% ($27.392) (3,13%) ($169) (0,02%)

Pajak $11.089 1,85% $15.239 2,33% $1.418 0,18% ($10.957) (1,25%) ($68) (0,01%)
Laba Bersih $16.634 2,77% $22.859 3,48% $2.126 0,29% ($16.435) (1,88%) ($102) (0,01%)

16
Dari analisis diatas dapat dilihat bahwa komponen harga pokok penjualan

merupakan komponen dengan proporsi pengurang terbesar terhadap total

pendapatan usaha. Rata-rata proporsi harga pokok penjualan terhadap nilai

pendapatan selama lima tahun adalah 83,20 persen. Hal ini menunjukkan besarnya

proporsi nilai pendapatan yang terserap ke dalam komponen harga pokok

penjualan. Proporsi harga pokok penjualan menunjukkan proporsi yang

meningkat.

Pada pos beban operasi menunjukkan proporsi yang fluktuatif. Penurunan

proporsi beban operasi ternyata belum dapat meningkatkan laba bersih karena

diikuti dengan kenaikan harga pokok penjualan yang cukup tinggi. Dari analisis

diatas juga terlihat, proporsi laba bersih terhadap pendapatan terus mengalami

penurunan.

6. Berikan komentar atas likuiditas, penggunaan aktiva, solvabilitas (solvency)

jangka panjang, dan rasio profitabilitas Quickfix. Argumen apa yang harus

dibuat untuk meyakinkan pihak bank agar emberikan pnjaman kepada

Quickfix?

Jawab:

a. Rasio Likuiditas

Menurut Sutrisno (2009:215), “Likuiditas adalah kemampuan perusahaan

untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera dipenuhi.”

17
Perusahaan dikatakan likuid apabila memiliki kemampuan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan jika tidak mampu disebut likuid.

Rasio likuiditas digunakan untukmengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendekyang segera harus dipenuhi.

 Current Ratio

Menurut Sutrisno (2009:216), “Current Ratio adalah rasio yang

membandingkanantara aktiva lancar yang memiliki perusahaan dengan hutang

jangka pendek.

Aktiva Lancar
Current Ratio = x 100%
Hutang Lancar

$ 415.000
Current Ratio = x 100% = 638,46 % (Tahun 2000)
$ 65.000

$ 591.099
Current Ratio = x 100% = 368,04 % (Tahun 2001)
$ 160.606

$ 595.548
Current Ratio = x 100% = 355,91 % (Tahun 2002)
$ 167.329

$ 626.480
Current Ratio = x 100% = 361,51 % (Tahun 2003)
$ 173.296

$ 668.503
Current Ratio = x 100% = 378,93 % (Tahun 2004)
$ 176.421

Kesimpulan :

Dari perhitungan tersebut dapat disimpulan bahwa setiap 1% hutang lancar

dijamin dengan seperti pada Tahun 2000 638,46 %, Tahun 2001 368,04 %, Tahun

2002 355,91 %, Tahun 2003 361,51 %, Tahun 2004 378,93 % aktiva lancar.

18
Dari perhitungan tersebut juga current ratio yang dihasilkan cukup tinggi

sehingga perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk melunasi hutang-

hutangnya.

 Quick Ratio atau Acid Test Ratio

Quick ratio menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa

digunakan untuk melunasi hutang lancar.

Aktiva Lancar - Persediaan


Quick Ratio = x 100%
Hutang Lancar

$ 415.000−$ 250.000
Quick Ratio = x 100% = 253,85% (Tahun 2000)
$ 65.000

$ 591.099−$ 270.000
Quick Ratio = x 100% = 199,93% (Tahun 2001)
$ 160.606

$ 595.948−$ 500.000
Quick Ratio = x 100% = 57,34% (Tahun 2002)
$ 167.329

$ 626.480−$ 520.000
Quick Ratio = x 100% = 61,44% (Tahun 2003)
$ 173.296

$ 668.503−$ 560.000
Quick Ratio = x 100% = 61,50% (Tahun 2004)
$ 176.421

Kesimpulan :

Jadi setiap Rp 1,- hutang lancar pada tahun 2000 dijamin dengan $2,53

atau 253,85% , pada tahun 2001 dijamin oleh $1,99 atau 199,93% , pada tahun

2002 dijamin oleh $0,57 atau 57,34% , pada tahun 2003 dijamin oleh $0,61 atau

61,44% , dan pada tahun 2004 dijamin oleh $0,61 atau 61,50% aktiva lancar

perusahaan.

 Cash Ratio

19
Menurut Sutrisno (2009 : 216), “Cash Ratio merupakan rasio yang

membandingan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas

dengan hutang lancar. Aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas adalah

efek atau surat berharga”.

Kas+Efek
Cash Ratio = x 100%
Hutang Lancar

$ 155.000+$ 320.000
Cash Ratio = x 100% = 720,77% (Tahun 2000)
$ 65.0000

$ 309.099+$ 320.000
Cash Ratio = x 100% = 391,70% (Tahun 2001)
$ 160.606

$ 75.948−$ 320.000
Cash Ratio = x 100% = 236,63% (Tahun 2002)
$ 167.329

$ 28.826−$ 320.000
Cash Ratio = x 100% = 201,29% (Tahun 2003)
$ 173.296

$ 18.425−$ 320.000
Cash Ratio = x 100% = 191,83% (Tahun 2004)
$ 176.421

Kesimpulan :

Jadi setiap Rp 1,- hutang lancer pada tahun 2000 dijamin dengan $7,21

atau 720,77% , pada tahun 2001 dijamin oleh $3,92 atau 391,70% , pada tahun

2002 dijamin oleh $2,37 atau 236,63% , pada tahun 2003 dijamin oleh $2,02 atau

201,29%, dan pada tahun 2004 dijamin oleh $1,92 atau 191,83% uang kas dan

yang segera menjadi kas dari perusahaan.

b. Rasio Solvabilitas

Menurut Sutrisno (2009:15), “Rasio Solvabilitas adalah rasio-rasio untuk

mengukurkemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya apabila

perusahaan dilikuidasi.”

20
Menurut Djarwanto (2004:162), “Rasio Solvabilitas adalah rasio yang

menunjukkan kapasitas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-

kewajiban jangka panjangnya. Besarnya ukuran umum yang dipakai adalah 200%

atau 2:1 yang berarti dua kalidari total hutang perusahaan dikatakan solvable bila

rasionya kurang dari 200%.

 Total Debt to Assets Ratio

(Rasio hutang terhadap aktiva)Rasio ini digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menjaminhutang-hutangnya dengan sejumlah

aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi total debtsemakin besar jumlah modal

pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

(Syamsudin, 2007:54).

Total Hutang
Debt Ratio = x 100%
Total Aktiva

$ 303.366
Debt Ratio = x 100% = 47,40 % (Tahun 2000)
$ 640.000

$ 431.606
Debt Ratio = x 100% = 54,56 % (Tahun 2001)
$ 791.099

$ 634.329
Debt Ratio = x 100% = 63,69 % (Tahun 2002)
$ 995.948

$ 631.296
Debt Ratio = x 100% = 64,65 % (Tahun 2003)
$ 976.480

$ 623.421
Debt Ratio = x 100% = 64,37 % (Tahun 2004)
$ 968.503

Kesimpulan :

Artinya aktiva perusahaan pada Tahun 2000 sebesar 47,40%, Tahun 2001

sebesar 54,56%, Tahun 2002 sebesar 63,69%, Tahun 2003 sebesar 64,65%, Tahun

2004 sebesar 64,37% dibelanjai dengan hutang.

21
Jadi semakin tinggi debt ratio ini menunjukkan perusahaan semakin

beresiko. Semakin beresiko, kreditor meminta imbalan semakin tinggi.

 Debt to Equity Ratio

Rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan dibelanjai oleh piha

kreditur. Semakin besar rasio ini berarti semakin besar dana yang di ambil dari

luar.

Total Hutang
Debt to Equity Ratio = x 100%
Equity

$ 303.366
Debt to Equity Ratio = x 100% = 90,12% (Tahun 2000)
$ 336.634

$ 431.606
Debt to Equity Ratio = x 100% = 120,06% (Tahun 2001)
$ 359.493

$ 634.329
Debt to Equity Ratio = x 100% = 175,41% (Tahun 2002)
$ 361.619

$ 631.296
Debt to Equity Ratio = x 100% = 182,89% (Tahun 2003)
$ 345.184

$ 623.421
Debt to Equity Ratio = x 100% = 180,66% (Tahun 2004)
$ 345.082

Kesimpulan :

Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing tahun

memiliki debt to equity yang tidak sebanding antara hutang dengan modal sendiri

seperti debt to equity yang diperoleh pada Tahun 2000 sebesar 90,12%, Tahun

2001 sebesar 120,06%, Tahun 2002 sebesar 175,41%, Tahun 2003 sebesar

182,89%, Tahun 2004 sebesar 180,66%. Namun jika dilihat secara keseluruhan,

perusahaan menghasilkan kenaikan total debt to equity ratio. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dinilai kurang baik karena perusahaan

22
menanggung resiko finansial yang semakin besar dari bertambahnya hutang/

kewajiban setiap tahunnya.

 Time Interest Earned Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya

berupa bunga dengan laba yang diperolehnya atau mengukur berapa kali besarnya

laba bisa menutup beban bunganya.

Laba Sebelum Bunga & Pajak


Time Interest Earned Ratio =
Beban Bunga

$ 62.973
Time Interest Earned Ratio = = 1,8 kali (Tahun 2000)
$ 35.250

$ 73.998
Time Interest Earned Ratio = = 2,1 kali (Tahun 2001)
$ 35.900

$ 52.194
Time Interest Earned Ratio = = 1,1 kali (Tahun 2002)
$ 48.650

$ 19.888
Time Interest Earned Ratio = = 0,4 kali (Tahun 2003)
$ 47.280

$ 46.271
Time Interest Earned Ratio = = 1 kali (Tahun 2004)
$ 46.440

Kesimpulan:

Jadi, dengan time interest earned ratio pada tahun 2000 keuntungan

perusahaan hanya mampu menutup beban bunga 1,8 kalinya, pada tahun 2001

keuntungan perusahaan hanya mampu menutup beban bunga 2,1 kalinya, pada

tahun 2002 keuntungan perusahaan hanya mampu menutup beban bunga 1,1

kalinya, pada tahun 2003 keuntungan perusahaan hanya mampu menutup beban

bunga 0,4 kalinya, pada tahun 2004 keuntungan perusahaan hanya mampu

menutup beban bunga 1 kalinya. Oleh karena itu kondisi perusahaan kurang baik.

 Long Term Debt to Equity Ratio

23
Rasio ini merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal

sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal

sendiri yang dijadikan jaminanutang jangka panjang dengan cara membandingkan

antara utang jangka panjang dengan modalsendiri yang disediakan oleh

perusahaan.

Long Term Debt


Long Term Debt to Equity Ratio = x 100%
Equity

$ 238.366
Long Term Debt to Equity Ratio = $ 366.634 x 100% = 70,81% (Tahun 2000)

$ 271.000
Long Term Debt to Equity Ratio = $ 359.493 x 100% = 75,38% (Tahun 2001)

$ 467.000
Long Term Debt to Equity Ratio = $ 361.619 x 100% = 129,14% (Tahun 2002)

$ 458.000
Long Term Debt to Equity Ratio = $ 345.184 x 100% = 132,68% (Tahun 2004)

$ 447.000
Long Term Debt to Equity Ratio = $ 345.082 x 100% = 129,53% (Tahun 2004)

Kesimpulan :

Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1,- modal sendiri menjamin

untang jangka panjang pada tahun 2000 sebesar 70,81%, pada tahun 2001 sebesar

75,38%, pada tahun 2002 sebesar 129,14%, pada tahun 2003 sebesar 132,68%,

dan pada tahun 2004 sebesar 129,53%.

c. Rasio Profitabilitas

Menurut Sutrisno (2009:222), “Profitabilitas adalah hasil dari

kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio keuntungan untuk mengukur

seberapa besar tingkatkeuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam

mengelola perusahaan.”

24
Rasio profitabilitas merupakan pencerminan kemampuan modal

perusahaan untuk mendapatkan keuntungan.

 Profit Margin

Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.

Laba Kotor
 Gross Profit Margin = x 100%
Penjualan

$ 120.000
 Gross Profit Margin = x 100% = 20% (Tahun 2000)
$ 600.000

$ 117.900
 Gross Profit Margin = x 100% = 18% (Tahun 2001)
$ 655.000

$ 124.800
 Gross Profit Margin = x 100% = 16% (Tahun 2002)
$ 780.000

$ 131.040
 Gross Profit Margin = x 100% = 15% (Tahun 2003)
$ 873.600

$ 152.006
 Gross Profit Margin = x 100% = 15% (Tahun 2004)
$ 1.013.376

Kesimpulan :

Jadi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba kotor selama tahun 2000

yakni sebesar 20%, pada tahun 2001 sebesar 18%, pada tahun 2002 sebesar 16%,

pada tahun 2003 sebesar 15%, pada tahun 2004 sebesar 15%.

EBIT
 Profit Margin = x 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

$ 62.973
 Profit Margin = x 100% = 10,5% (Tahun 2000)
$ 600.000

$ 73.998
 Profit Margin = x 100% = 11,30% (Tahun 2001)
$ 655.000

25
$ 52.194
 Profit Margin = x 100% = 6,7% (Tahun 2002)
$ 780.000

$ 19.888
 Profit Margin = x 100% = 2,28% (Tahun 2003)
$ 873.600

$ 46.271
 Profit Margin = x 100% = 4,57% (Tahun 2004)
$ 1.013.376

Kesimpulan :

Jadi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba untuk tahun 2000

yakni sebesar 10,5%, untuk tahun 2001 sebesar 11,30%, untuk tahun 2002 sebesar

6,7%, untuk tahun 2003 sebesar 2,28%, dan untuk tahun 2004 sebesar 4,57%.

EAT
 Net Profit Margin = x 100%
Penjualan

$ 16.634
 Net Profit Margin = x 100% = 2,77% (Tahun 2000)
$ 600.000

$ 22.859
 Net Profit Margin = x 100% = 3,49% (Tahun 2001)
$ 655.000

$ 2.126
 Net Profit Margin = x 100% = 0,27% (Tahun 2002)
$ 780.000

−$ 16.435
 Net Profit Margin = x 100% = -1,88% (Tahun 2003)
$ 873.600

−$ 102
 Net Profit Margin = x 100% = -0,01% (Tahun 2004)
$ 1.013.376

Kesimpulan :

Jadi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih untuk tahun

2000 yakni sebesar 2,77%, untuk tahun 2001 sebesar 3,49%, untuk tahun 2002

sebesar 0,27%, untuk tahum 2003 sebesar 1,88%, dan untuk tahun 2004 sebesar -

0,01%.

26
 Return On Assets

Menurut Sutrisno (2009:222), “Return on assets juga disebut sebagai

rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dengan

menghasilkan laba dengansemua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal

ini laba yang dihasilkan adalah labasebelum bunga dan pajak. Rasio ini digunakan

untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh

keuntungan (laba) secara keseluruhan.

EBIT
Return on Assets = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

$ 62.973
Return on Assets = x 100% = 9,84% (Tahun 2000)
$ 640.000

$ 73.998
Return on Assets = x 100% = 9,35% (Tahun 2001)
$ 791.099

$ 52.194
Return on Assets = x 100% = 5,24% (Tahun 2002)
$ 995.948

$ 19.888
Return on Assets = x 100% = 2,04% (Tahun 2003)
$ 976.480

$ 46.271
Return on Assets = x 100% = 4,78% (Tahun 2004)
$ 968.503

Kesimpulan :

Dari perhitungan diatas, berarti perusahaan mampu menghasilkan tingkat

keuntungan pada tahun 2000 sebesar 9,84%, pada tahun 2001 sebesar 9,35%, pada

tahun 2002 sebesar 5,24%, pada tahun 2003 sebesar 2,04%, dan pada tahun 2004

sebesar 4,78% dari aktiva yang digunakan.

 Return On Equity

27
Menurut Sutrisno (2009:223), “Return on equity ini sering disebut dengan

rate ofreturn on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan denganmodal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang

menyebut sebagai profitabilitasmodal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan

modal pemilik yang ditanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan

laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini semakin

tinggi keuntungan investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya.

Dengan demikian, rasio ini sangat mendapat perhatian para investor.Rasio ini

digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan

keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham

preferen.”

EAT
Return on Equity = x 100%
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

$ 16.634
Return on Equity = x 100% = 4,94% (Tahun 2000)
$ 336.634

$ 22.859
Return on Equity = x 100% = 6,36% (Tahun 2001)
$ 359.493

$ 2.126
Return on Equity = x 100% = 0,59% (Tahun 2002)
$ 361.619

−$ 16.435
Return on Equity = x 100% = -4,76% (Tahun 2003)
$ 345.184

−$ 102
Return on Equity = x 100% = -0,03% (Tahun 2004)
$ 345.082

Kesimpulan :

Berdasarkan perhitungan diatas, maka kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal perusahaan selama tahun

2000 sebesar 4,94%, selama tahun 2001 sebesar 6,36%, selama tahun 2002

28
sebesar 0,59%, selama tahun 2003 sebesar -4,76%, selama tahun 2004 sebesar -

0,03%.

 Return On Investment

Return on investment merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang

dikeluarkan

 Earning Per Share

Earning per share atau laba per lembar saham merupakan ukuran

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham

pemilik.

EAT
EPS =
Jumlah Lembar Saham

$ 16.634
EPS = = $ 0,16634 (Tahun 2000)
100.000

$ 22.859
EPS = = $ 0,22859 (Tahun 2001)
100.000

$ 2.126
EPS = = $ 0,02126 (Tahun 2002)
100.000

−$ 16.435
EPS = = -$ 0,16435 (Tahun 2003)
100.000

−$ 102
EPS = = -$ 0,00102 (Tahun 2004)
100.000

7. Jika menjadi pejabat kredit komersial dan didekati oleh Andre untuk

memberikan pinjaman jangka pendek sebesar $25.000, apa keputusan Anda?

Mengapa?

29
Jawab:

Akan memberikan pinjaman tersebut, karena jika dilihat dari perhitungan

rasio likuiditas menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan untuk

membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Hal itu, dapat dibuktikan

dengan perhitungan rasio yang menujukkan bahwa hasil rasio dari tahun ke tahun

mengalami kenaikan. Meskipun, jika dilihat dari laporan laba rugi perusahaan

Andre mengalami penurunan laba dari tahun ke tahun. Penurunan tersebut

disebabkan oleh adanya penumpukan persediaan berlebih yang mengakibatkan

perusahaan harus membayar supplier yang memasok persediaan tersebut. Namun,

hal tersebut masih dapat diatasi dengan menjual sejumlah aset-aset perusahaan

yang sudah tidak layak pakai sehingga dengan menjual aset-aset tersebut

perusahaan mendapatkan dana untuk membantu dalam kegiatan operasional

perusahaan. Selain itu, perusahaan Andre dapat meyakinkan pihak bank dengan

memperlihatkan adanya bukti surat kepemilikan bangunan. Dengan begitu

perusahaan Andre memungkinkan untuk diberi pinjaman jangka pendek sebesar

$25.000 yang diharapkan dengan memberi pinjaman tersebut perusahaan dapat

mempergunakan pinjamannya dengan baik untuk kebutuhan operasional

perusahaan hingga perusahaan membaik dan berkembang.

8. Jika ada, apa rekomendasi yang seharusnya dibuat Juan untuk melakukan

perbaikan?

Jawab:

30
Berdasarkan uraian dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas, maka

langkah atau rekomendasi yang dapat dilakukan oleh Juan, diantaranya yakni:

1) Pengoptimalisasi penjualan Quickfix Auto Parts dengan cara :

a. Promosi penjualan ditingkatkan

b. Optimalisasi sumber daya yang tersedia terutama untuk pemasaran produk

2) Pengurangan biaya (baik biaya operasi maupun biaya produk)

Biaya atau beban operasi maupun beban biaya produk dari tahun ke tahun

semankin meningkat, sehingga Juan perlu meminimalisasi beban maupun biaya

overhead tersebut agar pendapatan Quickfix Auto Parts lebih optimal.

3) Melakukan inovasi atas produk Quickfix Auto Parts.

8. Masalah-masalah apa yang harus diatasi Juan ketika melakukan analisis

menyeluruh atas laporan keuangan Quickfix Auto Parts? Secara umum, apa

saja keterbatasan dari analisis laporan keuangan tersebut?

Jawab:

Masalah yang harus diatasi Juan ketika melakukan analisis secara

menyeluruh antara lain:

1) Biaya operasi yang terlalu tinggi, agar laba lebih optimal maka perlu

diadakannya minimalisasi biaya operasi

2) Biaya produksi yang tinggi membuat laba yang didapat menjadi berkurang,

maka perlu minimalisasi biaya produksi barang tersebut

31
3) Meningkatnya pinjaman jangka pendek, seharusnya pinjaman yang perlu

ditingkatkan adalah pinjaman jangka pendek, dan pinjaman jangka panjang

perlu dikurangi guna menurunkan beban bunga pinjaman.

Secara umum, keterbatasan dari analisis laporan keuangan dapat diuraikan

seperti yang disampaikan oleh para ahli antara lain:

1) Data yang digunakan untuk analisa laporan keuangan adalah data historis

perusahaan yang menggambarkan masa lalu dimana kondisi ini bias dan tidak

sama dengan kondisi atau keadaan di masa depan. Selain itu analisa didasarkan

pada laporan keuangan sehingga perlu diingat dan dicermati apa saja yang

menjadi kekurangan atau kelemahan dari penyusunan laporan keuangan

Quickfix Auto Parts agar kesimpulan dari hasil analisis tepat dan tidak salah

(Kariyoto, 2017:170).

2) Objek laporan keuangan hanya didasarkan pada laporan keuangannya,

sehingga perlu melihat aspek-aspek lainnya seperti situasi ekonomi, gaya

manajemen, lingkungan sekitar, dan lain-lain (Arief Sugiono dan Edy Untung,

2008:12).

32
DAFTAR PUSTAKA

Lewis, Michael R. 2019. Artikel: “Cara Menghitung Tingkat Pertumbuhan

Tahunan Majemuk (CAGR)”. Tersedia Online:

id.wikihow.com/Menghitung-Tingkat-Pertumbuhan-Tahunan-Majemuk-

(CAGR) (Dikutip pada 15 September 2019)

Sutrisno. 2013. “Manajemen Keuangan : Teori, Konsep & Aplikasi”. Jakarta:

Ekonisia.

Hani, Syafrida. 2015. “Teknik Analisa Laporan Keuangan”. Medan: UMSU

PRESS.

S. Munawir. 2014. “Analisis Laporan Keuangan”. Yogyakarta : Liberty.

Paulus, M., & Devie. (2013). “Analisa Pengaruh Penggunaan Benchmarking

Terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan”. Jurnal Business

Accounting Review, Vol. 1, No.2, 2013

Kariyoto. 2017. Buku: “Analisis Laporan Keuangan”. Malang: Universitas

Brawijaya Media. Tersedia Online:

/books.google.co.id/books?id=DjBODwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl

=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false (Dikutip

pada 19 September 2019)

Sugiono, Arief & Edy Untung. 2008. Buku: “Panduan Praktis Dasar Analisa

Laporan Keuangan Pengetahuan Dasar Bagi Mahasiswa Dan Praktisi

Perbankan” . Jakarta: Universitas Katolik Atma Jaya. Tersedia Online:

33
books.google.co.id/books?id=IG3BGdkEy9gC&printsec=frontcover&hl=id

#v=onepage&q&f=false (Dikutip pada 19 September 2019)

34
Pertanyaan

1. Untuk soal no. 8 mengapa perusahaan Andre tidak layak untuk mendapatkan

pinjaman dari kredit komersial sebesar $ 25.000 sedangkan jika dilihat dari

perhitungan rasio likuiditasnya perusahaan tersebut mampu membayar

sejumlah kewajiban jangka pendeknya

Jawab :

Ya sebenarnya perusahaan Andre layak untuk diberikan pinjaman tersebut,

karena jika dilihat dari perhitungan rasio likuiditas menunjukkan bahwa

perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban-kewajiban

jangka pendeknya. Hal itu, dapat dibuktikan dengan perhitungan rasio yang

menujukkan bahwa hasil rasio dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.

Meskipun, jika dilihat dari laporan laba rugi perusahaan Andre mengalami

penurunan laba dari tahun ke tahun. Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya

penumpukan persediaan berlebih yang mengakibatkan perusahaan harus

membayar supplier yang memasok persediaan tersebut. Namun, hal tersebut

masih dapat diatasi dengan menjual sejumlah aset-aset perusahaan yang sudah

tidak layak pakai sehingga dengan menjual aset-aset tersebut perusahaan

mendapatkan dana untuk membantu dalam kegiatan operasional perusahaan.

Selain itu, perusahaan Andre dapat meyakinkan pihak bank dengan

memperlihatkan adanya bukti surat kepemilikan bangunan. Dengan begitu

perusahaan Andre memungkinkan untuk diberi pinjaman jangka pendek sebesar

$25.000 yang diharapkan dengan memberi pinjaman tersebut perusahaan dapat

35
mempergunakan pinjamannya dengan baik untuk kebutuhan operasional

perusahaan hingga perusahaan membaik dan berkembang.

2. Jika Hipotek dalam laporan laba rugi Quickfix dihilangkan apakah

berpengaruh kepada kinerja perusahaan? Solusi lain yang digunakan jika

Hipotek dihilangkan

Jawab :

Hipotek adalah utang jangka panjang dengan jaminan berupa properti.

Menurut kami jika hipotek dihilangkan tidak akan berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan, karena dengan adanya hutang jangka panjang perusahaan akan terus

membayar kewajibannya atau mengeluarkan uang untuk membayar kewajiban

setiap bulan dan itu mengurangi pendapatan yang didapat, jika hutang jangka

panjang dihilangkan tidak akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Solusi lain jika hipotek dihilangkan yaitu menggunakan obligasi, karena

dengan obligasi quickfix mendapatkan keuntungan dari hasil obligasi tersebut,

dan keuntungan tersebut nanti nya dapat digunakan untuk membayar kembali

kewajiban yang harus dibayar quickfix.\

3. Contoh dari mencari data benchmark

Jawab:

Perusahaan Honda

36
Pertama sebelum melakukan benchmark perusahaan Honda harus menilai kinerja

perusahaannya dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan.

Kedua, jika sudah menganalisis laporan keuangan dan mengetahui kinerja

perusahaan, perusahaan Honda mulai mencari perusahaan yang potensial untuk

dijadikan partner benchmark (misal Yamaha).

Ketiga, Perusahaan Honda bisa mengumpulkan informasi mengenai faktor sukses

perusahaan Yamaha.

Keempat, perusahaan Honda bisa menganalisa informasi yang sudah dipilih

untuk melihat kinerja perusahaan Yamaha.

Kelima, perusahaan Honda bisa mengimplementasikan dan mulai menyusun

program perbaikan kinerja perusahaan, agar memiliki kinerja superior.

37

Anda mungkin juga menyukai