Anda di halaman 1dari 57

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pemanasan Global (Global Warming), merupakan hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Pemanasan Global dapat diartikan sebagai peningkatan suhu rata-rata bumi, yang disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah peningkatan kadar CO2 di atmosfer bumi yang menyebabkan efek rumah kaca. Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. (Agus R, 2008:04) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC) yang dikhususkan untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh Pemanasan Global. Setiap beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan penelitipeneliti terbaik dunia yang tergabung dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan

dengan Pemanasan Global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan-penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut.

Salah satu penemuan pertama IPCC adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan gas-gas rumah kaca ini dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan serta pembangkit tenaga listrik. (Agus R, 2008:4,5). Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa Pemanasan Global (Global Warming) akan banyak berdampak bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Perubahan temperatur dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan bagi berbagai macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas. WHO mengatakan, selain virus dan bakteri penyakit berkembang pesat, secara tidak langsung Pemanasan Global juga dapat menimbulkan kekeringan maupun banjir. WHO juga menyebutkan ancaman lain dari meningkatnya suhu ratarata global, yakni penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Gelombang panas menyebabkan jumlah materi dan debu di udara meningkat. Suhu udara yang semakin hangat juga membawa penyakit alergi. Kenaikan permukaan air laut akan mengakibatkan banjir dan erosi, terutama dikawasan pesisir, dan mencemari sumber-sumber air bersih. Akibatnya adalah wabah Kolera dan Malaria di negara miskin. Wilayah di Asia selatan, terutama Bangladesh disebut sebagai wilayah yang paling rawan karena berada di wilayah rendah

dan sering mengalami banjir. Mencairnya puncak Es Himalaya, luasnya daerah gurun pasir dan wilayah pesisir pantai yang tercemar merupakan sarana penularan penyakit, hal ini juga menyebabkan angka kekurangan gizi pada anak-anak. Ada 35 jenis penyakit infeksi baru yang timbul akibat perubahan iklim, di antaranya Ebola, Flu Burung dll. Penyakit hewan yang dapat menular pada manusia. Penyakit yang paling rentan terjadi di Indonesia, adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat dengan cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizinya kurang baik dan kondisi kesehatan lingkungan yang kurang memadai. (Wan Alkadri, dlm Pro Health, 2009). Demikian besarnya pengaruh Pemanasan Global terhadap kesehatan manusia maupun hewan serta lingkungan, maka harus ada upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi dampak dari Pemanasan Global. Pemanasan Global memberikan efek yang sangat serius pada kehidupan sosial masyarakat, karena itu diperlukan strategi dan langkah konkret, seperti mengubah perilaku individu dengan mengadakan penyuluhan, untuk meningkatkan pengetahuan mengenai apa yang dimaksud dengan Global Warming, apa dampaknya, dan bagaimana cara mengatasinya, dan diharapkan setelah dilakukan penyuluhan maka perilaku masyarakat yang dapat menyebabkan Pemanasan Global dapat berubah. (Wisnu Arya Wardana, 2010: 15).

Penyuluhan tentang Global Warming perlu dilakukan kepada semua kalangan masyarakat, namun lebih penting dari pada itu adalah kalangan mahasiswa keperawatan sendiri karena banyak mahasiswa keperawatan yang walaupun adalah kalangan pelajar ilmu kesehatan tetapi belum mengetahui akan bahaya dampak dari Global Warming bagi kesehatan hal ini dikarenakan belum ada mata kuliah khusus yang membahas tentang Global Warming. Selain itu mahasiswa merupakan agait of social change atau pelopor dari perubahan sosial maka sangat tepat bila mahasiswa keperawatan menjadi sasaran penyuluhan tentang Global Warming. Penyuluhan ini akan dilakukan kepada mahasiswa AKPER BK Palu karena sebelumnya di AKPER BK Palu belum pernah dilakukan penyuluhan Global Warming, dan dilaksanakan di kampus Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh penyuluhan Global Warming terhadap pengetahuan mahasiswa di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu. B. Rumusan Masalah Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum dilakukan penyuluhan di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu?. 2. Bagaimana pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sesudah dilakukan penyuluhan di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu?.

3. Apakah ada perbedaan pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum dan sesudah penyuluhan di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya pengaruh penyuluhan Global Warming terhadap

pengetahuan mahasiswa di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum dilakukan penyuluhan di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu. b. Diketahuinya pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sesudah dilakukan penyuluhan di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu. c. Diketahuinya perbedaan pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum dan sesudah penyuluhan di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi responden Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi responden terkait dengan masalah Global Warming.

2.

Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya keilmuan dalam dunia Keperawatan, terutama bidang ilmu Promosi Kesehatan tentang pengaruh penyuluhan Global Warming terhadap pengetahuan.

3.

Bagi peneliti Melalui penelitian ini peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang di peroleh selama mengikuti pembelajaran terutama ilmu tentang riset keperawatan.

4.

Bagi penelitian selanjutnya Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan dalam melanjutkan penelitian terkait dengan masalah Global Warming.

5.

Bagi AKPER BK Palu Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai literatur ilmiah dalam bidang Kesehatan di AKPER BK Palu terkait dengan masalah Global Warming.

E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada seluruh mahasiswa Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu angkatan XI, XII dan XIII di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu pada bulan Maret tahun 2012.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Global Warming 1. Pengertian Pemanasan Global (Global Warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer laut dan daratan bumi. Perubahan iklim global sebagai peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi. (Budianto, 2000:195). Sejalan dengan pendapat Kementerian Lingkungan Hidup (2001:1) mendefinisikan perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. 2. Pengertian Gas Rumah Kaca Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah gas rumah kaca. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip

dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnyapun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. (Agus R, 2008:5). Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tersebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak ada lapisan yang mengisolasi panas matahari. Kontributor terbesar Pemanasan Global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen (N2O) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga semakin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek yang berbeda-beda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metan menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul N2O bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya

pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama di tuding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon (Wisnu Arya Wardana, 2010:47). 3. Penyebab Global Warming Gas rumah kaca penyebab efek rumah kaca yang dikhwatirkan manusia sebagai penyebab kenaikan suhu atmosfer bumi ternyata juga dihasilkan oleh aktivitas manusia. Secara tidak langsung, manusia ikut andil dalam Pemanasan Global, melalui gas rumah kaca yang timbul akibat aktivitas manusia itu sendiri. Beberapa aktivitas manusia yang menghasilkan gas-gas rumah kaca adalah sebagai berikut: a. Transportasi Pencemaran udara yang disebabkan komponen yang keluar dari kendaraan transportasi berupa Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (Nox), Belerang Oksida (Sox), Hidrokarbon (HC) dan partikel-partikel lain. Komponen pencemaran udara tersebut dapat mencemari udara secara terpisah ataupun bersama-sama. Kuantitas komponen pencemaran udara tersebut tergantung pada sumber aktivitas manusia. b. Industri Aktivitas industri berdampak sangat luas terhadap perekonomian suatu negara sehingga banyak negara di dunia berusaha

meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pengembangan

industri, termasuk Indonesia. Aktivitas industri termasuk kegiatan yang dapat menambah jumlah emisi gas rumah kaca. Semua aktivitas industri yang melibatkan penggunaan bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi dan gas bumi), terutama sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik yang diperlukan dalam industri, dapat dipastikan akan ikut menambah emisi gas rumah kaca. c. Pembuangan Sampah Metode pembuangan sampah saat ini lebih tertuju pada masalah kebersihan dan estetika lingkungan, belum memikirkan masalah dampak yang timbul akibat proses pembusukan sampah. Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah yang pada umumnya berasal dari limbah organik yang merupakan antropogenic waste akan mengalami degredasi dan terurai menjadi gas methan (CH4). Gas CH4 adalah gas rumah kaca yang berpotensi menjadi penyebab Pemanasan Global. d. Pembakaran Stasioner Pembakaran stasioner sebagai bagian aktivitas manusia adalah pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi dan gas bumi) yang pada umumnya digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Pembangkit sumber daya listrik ini digunakan untuk berbagai keperluan manusia, antara lain listrik untuk keperluan rumah tangga, untuk keperluan industri dan untuk

10

keperluan transportasi (kereta api listrik, bus listrik). Mekanisme gas rumah kaca yang timbul dari pembakaran stasioner, mirip dengan mekanisme timbulnya gas rumah kaca pada aktivitas transportasi dan industri yang menggunakan bahan bakar fosil. 4. Dampak Pemanasan Global Terhadap Kesehatan (Pro Health, Pemanasan Global dan dampaknya bagi kesehatan). Pemanasan Global tak hanya berdampak serius pada lingkungan manusia di bumi namun juga terhadap kesehatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan tahunan di Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul diidentifikasi terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan hutan, perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta kerusakan ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama maupun baru. Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat terutama di wilayah yang sering mengalami kekeringan dan banjir. Berikut masalah-masalah kesehatan yang disebabkan oleh Pemanasan Global: a. Malnutrisi menyebabkan kematian 3,7 juta jiwa per tahun, diare mengakibatkan kematian 1,9 juta jiwa, dan malaria mengakibatkan kematian 0,9 juta jiwa.

11

b.

Kekeringan mengakibatkan penurunan status gizi masyarakat karena panen yang terganggu, banjir menybabkan meluasnya penyakit diare serta Laptospirosis.

c.

Kebakaran hutan, dapat mengusik ekosistim bumi, menghasilkan gas-gas rumah kaca yang menimbulkan Pemanasan Global. Sedangkan asap hitamnya mengganggu secara langsung kehidupan manusia. Asap mengandung debu yang halus dan berbagai oksida karbon itu menyebabkan gangguan pernafasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), mulai asma, bronkhitis hingga penyakit paru obstruktif kronis (COPD). Asap tersebut juga membawa racun dioksin yang bisa menimbulkan kanker paru dan gangguan kehamilan serta kemandulan pada wanita.

d.

Padasuhu panas manusia rentan sakit ISPA, meningkatnya penyakit menular (Malaria, DBD, Chikunguya, penyakit yang ditularkan melalui udara dan air), terjadinya konflik psikologis (stress), penyakit lama timbul kembali, seperti penyakit Malaria, Penyakit degeneratif, Penyakit Jantung, Penyakit Paru-paru.

e.

Dampak Pemanasan Global mempengaruhi penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar ultra violet yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, penrunan daya tahan tubuh, dan pertumbuhan mutasi genetik, memperburuk penyakit-penyakit

12

umum Asma dan Alergi meningkatkan kasus-kasus kardiovaskuler, kematian yang disebabkan penyakit jantung dan stroke serta gangguan jantung dan pembuluh darah. f. Pemanasan Global juga mempengaruhi perubahan lingkungan seperti: Pergeseran musim, banjir dan tanah longsor, kekeringan dan bencana kelaparan. Selain itu Pemanasan Global juga dapat menyebabkan perubahan ekosistem yang ada, misalnya saja

penyakit demam berdarah yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Agipty. Nyamuk ini biasa hidup di tempat yang panas sehngga di daerah perkotaan nyamuk ini akan sangat subur dengan adanya Pemanasan Global maka daerah-daerah yang semulanya dingin akan mengalami peningkatan suhu, panas meningkat sehingga nyamuk ini akan memiliki tempat yang lebih luas untuk berkembang dan menularkan penyakit. (Wisnu Arya Wardana, 2010: 47). g. Selain menimbulkan dampak kesehatan pada manusia, Pemanasan Global juga memiliki dampak kesehatan pada hewan yaitu meningkatnya penyakit menular antara hewan dengan hewan dan antara hewan dengan manusia (zoonozis). Kasus flu burung dan flu meksiko misalnya, penyakit ini yang semula hanya menyerang Unggas dan Babi kini dapat menginfeksi manusia, hal ini terjadi akibat adanya mutasi yang terjadi pada penyebab penyakit-penyakit

13

tersebut yaitu virus H5N1 dan H1N1. Virus yang semula jinak pada hewan dapat mengalami mutasi bila habitatnya terganggu 5. Usaha Menanggulangi Pemanasan Global (Wisnu Arya Wardana, 2010: 15) Usaha penanggulangan dampak Pemanasan Global tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, tetapi menyangkut banyak hal yang memerlukan pemikiran dan pemecahan bersama, maka usaha penanggulangan dampak Pemanasan Global dibagi menjadi tindakan dan gerakan. Tindakan adalah usaha penanggulangan yang dapat segera dilakukan untuk penyelamatan lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan masalah dampak Pemanasan Global. Adapun gerakan adalah suatu imbauan atau ajakan secara bersama-sama untuk menanggulangi dampak Pemanasan Global. Untuk lebih jelasnya, usaha

penanggulangan dampak Pemanasan Global dapat dibagi atas: a. Tindakan teknis Tindakan teknis adalah suatu usaha penanggulangan dampak Pemanasan Global yang secara teknis dapat segera di lakukan untuk pelayanan lingkungan, terutama berkaitan dengan masalah dampak Pemanasan Global. Tindakan teknis yang dimaksud antara lain adalah:

14

1) Pemanenan GRK CH4 Pada saat ini pembuangan sampah organik yang ditampung di tempat pembuanan akhir sampah (TPA) akan mengalami proses pembusukan secara alamiah. Proses pembusukan sampah organik tersebut akan mengeluarkan gas methan (CH4) yang merupakan bagian dari gas rumah kaca. Adapun prinsip pemanenan gas CH4 tersebut kemudian bisa di salurkan untuk keperluan rumah tangga atau keperluan lain sebagai pengganti bahan bakar. Adapun prinsip pemanenan gas CH4 adalah dengan menampung limbah organik kedalam konverter atau digester. Setelah proses pembusukan limbah organik berjalan maka gas CH4 akan keluar dari proses pembusukan sampah. Lalu di tampung di dalam sebuah tangki. Gas CH4 yang terkumpul ini bisa menjadi pengganti sumber bahan bakar. 2) Pemanfaatan Limbah Menjadi Pupuk Organik Limbah organik yang di hasilkan manusia atau antropogenic waste cukup banyak dan bila tidak dimanfaatkan maka akan mengalami proses pembusukan atau dekomposisi yang menghasilkan gas CH4. Agar tidak menghasilkan gas CH4, pemanfaatan limbah organik harus dilakukan dengan proses aerobic sehingga gas yang keluar adalah gas CO2. Walaupun termasuk gas rumah kaca, gas CO2 masih lebih lunak atau potensi penyebab efek rumah kaca masih lebih

15

rendah dibandingkan dengan gas rumah kaca CH4. Daya potensi gas CH4 menyebabkan efek rumah kaca sendiri lebih kuat kira-kira 21 kali dari gas CO2. Atas penjelasan tersebut di atas, pemanfaatan limbah organik menjadi pupuk organik harus dilakukan dengan proses aerobik. Pupuk organik yang dihasilkan dapat digunakan untuk pemupukan sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman lainnya. 3) Penghijauan Lahan Gundul Penghijauan lahan gundul adalah bagian dari usaha konservasi alam atau pelestarian alam yang telah rusak akibat ulah manusia. Penghijauan lahan gundul di harapka dapat mengurangi bencana yang diakibatkan oleh Pemanasan Global. Penghijauan lahan gundul antara lain berdampak pada: a). Mengurangi bencana tanah longsor untuk daerah perbukitan dan mengurangi abrasi laut untuk daerah lahan pantai. b). Menahan dan menyeimbangkan permukaan air tanah, serta menahan instrusi air laut. c). Memelihara keaneka ragaman hayati. d). Menaikkan kadar oksigen dalam udara dan lingkungan.

16

4) Penggantian Bahan Bakar Pemakaian bahan bakar fosil (terutama batubara dan minyak bumi) akan menghasilkan gas CO yang pada akhirnya akan menjadi gas rumah kaca berupa gas CO2. Maka dari itu perlu ada penggantian sumber energi yang harus dilakukan. Energi alternatif yang dapat digunakan untuk mengganti energi yang mengandalkan bahan bakar fosil, antara lain adalah energi air (hydro power energy), energi pasang surut (tidal energy), energi gelombang laut (wave power energy), energi panas laut (ocean thermal energy convertion, OTEC), energi angin (wind energy), energi panas metahari (solar cell energy), dan energy nuklir (nuclear energy). b. Tindakan Non Teknis Adapun tindakan nonteknis yang dimaksud adalah menegakkan pelaksanaan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup. Apabila peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan baik, tentu akan meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik pula. Akibatnya, berpengaruh juga pada lapisan ozon tidak berlubang lagi dan lapisan atmosfer bumi, yaitu tidak lagi mengandung lapisan gas rumah kaca.

17

c. Gerakan Nasional Gerakan nasional untuk mencegah Pemanasan Global harus segera dimulai agar dampak yang sangat mengerikan tidak sampai terjadi. Agar gerakan nasional ini dapat secara serempak dapat diikuti oleh segenap lapisan masyarakat, harus dimulai dan diberi contoh oleh pemerintah. Pemerintah selaku promotor gerakan nasional ini harus dapat memberi contoh program-program yang dampaknya dapat diraskan oleh masyarakat dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama. Misalnya, pemeriksaan, pengawasan dan penertiban gas buang yang keluar dari kendaraan bermotor harus secara tegas dan rutin dilakukan agar pencemaran udara lingkungan dapat dikurangi dan dihindari. d. Gerakan Internasional Apabila gerakan nasional dilakukan oleh setiap negara yang perduli terhadap masalah lingkungan hidup maka gerakan internasional akan lebih mudah untuk digalang secara bersama-sama. Gerakan nasional dapat di awali oleh negara-negara yang terletak pada satu kawasan, kemudian dikembangkan ke kawasan lainnya.

18

B. Tinjauan Tentang Penyuluhan 1. Pengertian Penyuluhan merupakan salah satu kegiatan promosi kesehatan yaitu pemberian informasi atau pesan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku sehat. (Notoatmodjo, 2005:22). Hal ini sejalan dengan pendapat Herawani (dalam Heri D.J Maulana: 2009) yang menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan adalah penambahan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. 2. Metode Penyuluhan Dalam melakukan penyuluhan ada beberapa metode yang dibagi dalam tiga cara yakni: a. Metode penyuluhan menurut media yang digunaka dimana dapat dibedakan atas: 1) Media lisan, baik yang disampaikan secara langsung (melalui percakapan, tatap muka) maupun tidak langsung (lewat radio, telefon).

19

2)

Media cetak, baik berupa gambar, tulisan, foto, selebaran, poster, dan lain-lain, yang dibagikan atau dipasang pada tempat-tempat strategis seperti di jalan dan pasar.

3)

Media terproyeksi, berupa gambar atau tulisan lewat slide, pertunjukan film, dan lain-lain.

b. Metode penyuluhan menurut hubungan penyuluh dan sasarannya, dimana dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu: 1) Komunikasi langsung baik melalui percakapan tatap muka atau melalui telefon yang mana komunikasi dapat secara langsung dalam waktu relatif singkat. 2) Komunikasi tidak langsung seperti lewat surat, perantara orang lain, dimana komunikasi tidak dapat dalam waktu singkat. c. Metode penyuluhan menurut keadaan psikisosial sasarannya, dimana dibedakan dalam 3 (tiga) hal, yaitu: 1) Pendekatan perorangan, dimana penyuluh berkomunikasi secara orang per orang, seperti melalui kunjungan rumah ataupun kunjungan di tempat kegiatan sasaran. 2) Pendekatan kelompok, dalam hal ini penyuluh berkomunikasi dengan sekelompok sasaran pada waktu yang sama. 3) Pendekatan massal jika penyuluh berkomunikasi secara tidak langsung atau langsung dengan jumlah sasaran yang sangat

20

banyak bahkan mungkin tersebar tempat tinggalnya, seperti penyuluhan lewat televisi. 3. Metode Penyuluhan Dalam Pendidikan Orang Dewasa Pemilihan metode penyuluhan dalam pendidikan orang dewasa ini harus selalu mempertimbangkan: a. Waktu penyelenggaraan yang tidak terlalu mengganggu

kegiatan/pekerjaan pokoknya. b. Waktu penyelenggaraan sesingkat mungkin. c. Lebih banyak menggunakan alat peraga. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah bahwa program penyuluhan harus lebih banyak mengacu kepada pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi. Notoatmidjo (2005:23) mengemukakan faktor metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Ada beberapa metode yang dikemukakan antara lain: 1) Metode penyuluhan perorangan, termasuk di dalamnya bimbingan dan penyuluhan , serta wawancara (interview). 2) Metode penyuluhan kelompok, dalam metode ini harus diingat besarnya kelompok dan tingkat pendidikan sasaran. Metode ini mencakup:

21

a) Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok yang besar ini adalah ceramah dan seminar. b) Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok kecil adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju (snow ballng), permainan simulasi, memainkan peran, dan lainlain. 3) Metode penyuluhan massa. Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum (public speaking), pidato-pidato melalui media elektronika, tulisan-tulisan

dimajalah atau koran serta Bill Board. 4. Alat Bantu Penyuluhan Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan penyuluh dalam menyampaikan informasi. Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia di terima atau di tangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula

pengetahuan/pengertian yang diperoleh. Elgar Dale (dlm Notoatmidjo, 2005:24), membagi alat peraga tersebut atas sebelas macam dan sekaligus

22

menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam sebuah kerucut. Secara berurut dari intensitas yang paling kecil sampai yang paling besar alat tersebut adalah sebagai berikut: 1). Kata-kata; 2). Tulisan; 3). Rekaman radio; 4). Film; 5). Televisi; 6). Pameran; 7). Fieldtrip; 8). Demonstrasi; 9). Sandiwara; 10). Benda tiruan; 11). Benda asli. Alat bantu akan sangat membantu di dalam memberikan penyuluhan agar pesanpesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan tepat. Ada beberapa macam alat bantu antara lain: a. b. c. Alat bantu lihat, misalnya slide, film, gambar, dan lain-lain. Alat bantu dengar, misalnya radio, piring hitam, dan lain-lain. Alat bantu lihat-dengar, misalnya, televisi, video cassette.

Menurut pembuatan dan penggunaannya alat bantu ini dapat dikelompokkan menjadi: a. Alat bantu yang rumit (complication) seperti film, film strip, slide yang memerlukan alat untuk mengoperasikannya. b. Alat bantu yang sederhana seperti leaflet, buku bergambar, bendabenda yang nyata poster, spanduk, flanel graph, dan sebagainya.

23

5.

Media Penyuluhan Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruangan, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmdjo, 2005:24). Berdasarkan penggolongannya media penyuluhan ini dapat ditinjau dari berbagai pihak, seperti: a. Menurut bentuk umum penggunaannya Penggolongan media penyuluhan berdasarkan penggunaannya, dapat dibedakan menjadi: 1. Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, dan lain sebagainya. 2. Bahasa peragaan: poster tunggal, poster seri. b. Menurut cara produksi Berdasarkan cara produksi, media penyuluhan dapat dikelompokkan menjadi beberapa, yaitu: 1. Media cetak Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah data, gambar atau foto dalam tata warna. Yang

24

termasuk dalam media ini adalah: poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker dan pamflet. Ada beberapa kelebihan media cetak ini antara lain: tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Tetapi media ini juga memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara, dan mudah terlipat. 2. Media elektronika Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan di dengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah: televisi, radio, film, video film, CD dan VCD. Seperti halnya media cetak, media elektronik ini juga memiliki kelebihan antara lain: lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikutsertakan seluruh panca indera, penyajian dapat

dikendalikan dan di ulang-ulang, serta jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah: biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat, perlu persiapan, perlu penyimpanan dan perlu keterampilan untuk mengoperasikannya.

25

3. Media luar ruang Media ini menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun elektronik, misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar. Kelebihan media ini adalah lebih mudah di pahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan

jangkauannya relatif besar. Kelemahan media ini antara lain: biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat, perlu persiapan, perlu penyimpanan dan perlu keterampilan untuk

mengoperasikannya. 6. Langkah-Langkah Melakukan Penyuluhan (Eliza Herijulianti dkk,2002:48) Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam melakukan penyuluhan kesehatan masyarakat, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. Melakukan analisis situasi. Menentukan prioritas masalah. Menentukan tujuan. Menentukan sasaran. Menentukan pesan yang akan disampaikan. Menentukan metode. Menentukan media. Menentukan rencana penilaian. Penyusunan jadwal.

26

7.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyuluhan Tercapainya tujuan pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor input atau masukan, faktor metode, factormateri, pendidik, dan alat peraga (Notoatmodjo, 2007:56). a. Faktor input Faktor input yaitu peserta didik, kemampuannya dalam menerima materi yang disampaikan dipengaruhi oleh: 1) Kematangan, yaitu kematangan baik secara fisik, psikis, dan sosial.

2) Pengetahuan yang diperoleh sebelumnya, yaitu pengetahuan yang diperoleh baik melalui lembaga pendidikan formal, non formal, maupun melalui pengalaman sebelumnya. 3) Motivasi, yaitu pendorong untuk mempelajari. Apabila peserta memiliki dorongan yang tinggi untuk memperlajari materi yang disampaikan, peserta akan lebih memperhatikan. b. Metode Metode penyampaian merupakan bagaimana cara menyampaikan yang pada dasarnya merupakan metode belajar-mengajar (Machfoedz et.al, 2005: 39) yang dibagi menjadi metode diktatik (satu arah) dan sokratik (dua arah). Metode diktatik menuntut pendidik aktif dan peserta

biasanya pasif, misalnya tulisan, ceramah, siaran radio, dan lain-lain. Sedangkan metode sokratik, peserta dan pendidik keduanya aktif dan

27

terjadi timbal balik, misalnya diskusi, demonstrasi, lokakarya, dan lainlain. c. Materi Materi yang disampaikan juga mempengaruhi pemahaman peserta. Semakin komplek, tidak jelas, dan banyak beban tugas yang harus dipikul akan membuat mempersulit peserta (Machfoedz et.al., 2005:36). Dengan demikian penyaji harus memilih materi dengan tepat. Materi yang benar-benar penting dan penyampaiannya runtut dan jelas. d. Alat bantu peraga Keberadaan alat bantu atau peraga akan mempengaruhi kemudahan peserta mengingat dan memahami materi. Seperti yang diterangkan

melalui kerucut Edgar Dale, yang membagi alat peraga menjadi 11 macam sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam sebuah kerucut. Di bagian yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Artinya benda asli memiliki intensitas paling tinggi dalam membantu mempersepsikan bahan pendidikan. Sedangkan kata-kata sangat kurang efektif (Notoarmodjo, 2007:63) e. Pendidik, Keberadaan pendidik sangat penting sebagai pihak yang menyampaikan materi. Pendidik harus mampu menyampaikan materi dengan jelas, sehingga peserta paham terhadap materi yang disampaikan.

28

C. Tinjauan Tentang Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoadmodjo (2007:139), pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. 2. Tingkat Pengetahuandalam Domain Kognitif Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoadmodjo, 2007:140) yaitu : a. Tahu (know) Tahu diartiakan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah kembali (recall), sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. b. Memahami (comprehention) Memahami diartiakn sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

29

menginterprestasikan materi secara benar. Orang yang telah paham secara objek atau materi harus dapat menjelaskan, memberi, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. d. Analisis (Analisys) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluasi) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

30

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut (Mubarak, 2007:30) ada tujuh faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. c. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek

31

psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. d. Minat Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. e. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif. f. Kebudayaan lingkungan sekitar Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat

sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. g. Informasi Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

32

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: VARIABEL INTERVENSI

Penyuluhan Tentang Global Warming PRE TEST POST TEST

Pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum penyuluhan

Pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sesudah penyuluhan

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

33

B. Hipotesis Adapun dugaan sementara dari penelitian ini adalah: ada perbedaan pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum dan sesudah penyuluhan di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu. C. Definisi Operasional 1. Penyuluhan tentang Global Warming Definisi : Pemberian informasi tentang Global Warming

yang meliputi pengertian, penyebab, dampak bagi kesehatan dan cara penanggulangannya, yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan mempengaruhi mahasiswa untuk merubah pola hidup yang dapat menyebabkan Global warming yang diberikan dengan cara ceramah dan tanya jawab. 2. Pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum penyuluhan Definisi : Merupakan pemahaman mahasiswa tentang Global

Warming yang meliputi pengertian, penyebab, dampak bagi kesehatan dan cara penanggulangannya, yang dimiliki oleh mahasiswa sebelum diberikan penyuluhan. Pengetahuan tersebut di ukur dan akan menjadi acuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian penyuluhan. Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur : : : : Angket. Kuesioner. Rating nilai 0 100. Rasio.

34

3. Pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sesudah penyuluhan Definisi : Merupakan pemahaman mahasiswa tentang Global

Warming yang meliputi pengertian, penyebab, dampak bagi kesehatan dan cara penanggulangannya, yang dimiliki oleh mahasiswa sesudah diberikan penyuluhan. Pengetahuan tersebut di ukur dan akan menjadi acuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian penyuluhan. Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur : : : : Angket. Kuesioner. Rating nilai 0 100. Rasio.

35

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian Ekperimental dengan desain Pre Esperimen One Group Pretest Posttest, yaitu sebelum melakukan penyuluhan responden diberikan Kuesioner (pretest) kemudian setelah penyuluhan dilakukan, responden diberi Kuesioner untuk yang kedua kalinya (posttest) kemudian peneliti membandingkan hasil dari pretestposttest. Untuk lebih jelasnya desain penelitian dapat digambarkan sebagai beriku:

01

X
Gambar 4.1 Desain Penelitian

02

Keterangan:

01= X = 02=

Pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum penyuluhan. Penyuluhan tentang Global Warming. Pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sesudah penyuluhan.

36

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam dan Siti Pariani, 2001:64). Dalam penelitian ini yang menjadi objek atau populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu angkatan XI, XII dan XIII yang berjumlah 415 orang mahasiswa. 2. Sampel a. Besar sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi / mewakili populasi (Nursalam dan Siti Pariani, 2001:64). Untuk menentukan besar sampel peneliti merujuk pada pendapat Notoatmodjo yang mengatakan bahwa penyuluhan kelompok efektif apabila peserta penyuluhan minimal 15 orang. Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti menentukan besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 responden. b. Cara menentukan sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Probability sampling dengan tehknik Stratified random sampling, kemudian untuk

37

menentukan siapa saja yang akan menjadi responden di lakukan dengan tehnik acak (random). 1. Kelas IA = 42 orang 2. Kelas IB = 42 orang 3. Kelas IC = 42 orang 4. Kelas ID = 42 orang 5. Kelas IIA = 44 orang 6. Kelas IIB = 43 orang 7. Kelas IIC = 44 orang 8. Kelas IIIA = 58 orang 9. Kelas IIIB = 58 orang C. Pengumpulan Data 1) Prosedur pengumpulan data Prosedur pengumpulan data adalah dengan cara membagikan kuesioner atau angket. Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang berisi 8 pertanyaan tertulis yang masingmasing 6 soal pertama diberi bobot nilai 10, dan 2 soal terakhir diberi bobot nilai 20. Sehingga nilai keseluruhan dari kedelapan soal tersebut adalah sebanyak 100.

38

2) Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan adalah: a) Data Primer Berupa data yang diperoleh langsung dari responden, yakni jawaban yang diberikan responden pada lembaran kuesioner. b) Data Sekunder Berupa data yang diperoleh dari pihak kampus Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu, yakni jumlah mahasiswa dan daftar nama mahasiswa angkatan XI, XII dan XIII. D. Pengolahan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan pengolahan data dengan cara: 1. Editing : Memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan, apakah

ada kekurangan atau kesalahan data yang diperoleh dari lapangan. 2. Coding : Memberi kode atau nomor pada jawaban yang diisi oleh

responden untuk memudahkan peneliti dalam entry data keprogram komputer untuk keperluan analisa. 3. Entry data : Memasukan data kekomputer untuk keperluan analisa. 4. Cleaning : Membersihkan data dengan melihat variabel yang digunakan apakah datanya sudah benar atau belum.

39

E. Analisa Data 1. Analisa univariat analisa menghitung nilai mean, standar deviasi sampel, nilai maksimun-minimum dari hasil pre test dan post test. 2. Analisa bivariat dilakukan untuk melihat adanya perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. Uji statistik yang digunakan yaitu menggunakan uji t (t test), dengan rumus:

( )

n = besar sampel d = selisih nilai rata-rata. s = simpangan baku sampel.

F. Penyajian Data Untuk penyajian data penulis menggunakan cara penyajian dalam bentuk tabel dengan teks atau naskah untuk menjelaskan hasil-hasil penelitian.

40

G. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada pihak kampus Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu untuk mendapatkan persetujuan kemudian proses pengumpulan data dilakukan dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi: 1. Informed Consent Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada responden, tujuannya adalah supaya mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap akan menghormati haknya. 2. Anonymity Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. 3. Confidentiality Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti.

41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berikut ini, akan disajikan hasil penelitian tentang pengaruh penyuluhan Global Warming terhadap pengetahuan mahasiswa yang telah dilakukan kepada 20 responden di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu pada tanggal 13 Maret 2012. 1. Tahap Persiapan Pada persiapan penelitian terlebih dahulu peneliti memberikan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada direktur AKPER BK Palu dan juga meminta sejumlah data sekunder berupa daftar nama mahasiswa AKPER BK Palu tingkat I, II dan III. Setelah ada persetujuan, selanjutnya peneliti melakukan perhitungan untuk

menentukan siapa saja yang akan menjadi responden dalam penelitian ini. Dalam menentukan sampel peneliti menggunakan cara Probability sampling dengan tehnik Stratified random sampling, melalui tehnik

tersebut ditetapkan untuk tiap kelas masing-masing diwakili oleh beberapa orang mahasiswa yakni untuk tingkat I ada 4 kelas yang diwakili oleh 8 orang mahasiswa dan tiap kelas diwakili oleh 2 orang mahasiswa. Untuk tingkat II ada 3 kelas, yang diwakili oleh 6 orang mahasiswa, tiap kelas

42

juga diwakili oleh 2 orang mahasiswa. Untuk tingkat III ada 2 kelas, setiap kelas diwakili oleh 3 orang mahasiswa. Setelah responden ditetapkakan, peneliti melakukan kontrak waktu dengan para mahasiswa, hasil dari kesepakatan yang dilakukan adalah penyuluhan dilakukan diruang kelas AKPER BK Palu pada tanggal 13 Maret 2012, pukul 17.00 WITA. 2. Tahap Pelaksanaan Pada saat pelaksanaan penelitian, pertama-tama peneliti

memberikan penjelasan mengenai metode penyuluhan dan tujuan riset, pada saat yang bersamaan juga peneliti menyerahkan formulir persetujuan menjadi responden dan absen untuk responden. Setelah formulir tersebut ditandatangani oleh responden peneliti langsung memberikan kuesioner Pretest kepada responden, para responden diberi waktu selama 10 menit untuk mengisi kuesioner. Setelah kuesioner diisi dan dikumpulkan, peneliti langsung memberikan penyuluhan mengenai pengertian Global Warming, penyebab Global Warming, dampak Global Warming terhadap kesehatan dan yang terakhir cara penanggulangan Global Warming. Penyuluhan ini

berlangsung selama 30 menit. Pada saat dilakukan penyuluhan para peserta terlihat sangat antusias memperhatikan penyuluh dalam

menyampaikan materi penyuluhan.

43

3. Tahap Evaluasi Setelah penyuluhan dilakukan, selanjutnya peneliti melakukan evaluasi dengan cara memberikan kuesioner posttest kepada para responden dan para responden juga diberi waktu selama 10 menit untuk mengisi kuesioner. Tahap selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Editing, yakni memeriksa kembali kuesioner yang telah di isi oleh responden. b. Coding, yakni memberi pembobotan nilai pada setiap soal pada kuesioner. c. Entri data, memasukan data yang berupa nilai hasil kuesioner kedalam komputer. d. Cleaning, yakni mengecek kembali data.

Selanjutnya data yang telah diolah dianalisis dalam dua bentuk analisis yakni analisa univariat yang menghitung nilai mean, standar deviasi sampel dan nilai maksimum-minimum dari masing-masing variabel, dan analisa bivariat yang dilakukan untuk melihat adanya perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan yang menggunakan uji t (t-test).

44

1.

Analisa Univariat a) Pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum dilakukan penyuluhan Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5.1 Distribusi Pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum dilakukan penyuluhan Variabel Mean SD Min Max Pretest 44,63 17,00 13,3 74,8

(Sumber: Data primer) Pada tabel di atas, nilai rata-rata dari hasil pretest adalah 44,63 dan standar deviasi 17,00, nilai terendah adalah 13,3, dan nilai tertinggi yang dicapai oleh responden sebesar 74,8. b) Pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sesudah dilakukan penyuluhan Hasil analisis pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sesudah dilakukan penyuluhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.2 Distribusi pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sesudah dilakukan penyuluhan Variabel Posttest Mean 76,36 SD 11,97 Min Max 59,9 95

(Sumber: Data primer)

45

Berdasarkan isi tabel, nilai rata-rata dari hasil posttest adalah 76,36 dan standar deviasi 11,97, nilai terendah adalah 59,9 dan nilai tertinggi yang dicapai oleh responden sebesar 95. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariate merupakan analisa yang dilakukan untuk melihat pengaruh penyuluhan Global Warming terhadap pengetahuan mahasiswa di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.3 Distribusi pengetahuan mahasiswa sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan Beda Variabel Mean SD p. value n Mean Pengetahuan: - Pretest - Posttest 44,63 76,36 31,73 17,00 11,97 0.000 20

(Sumber: Data primer) Berdasarkan isi tabel dapat dilihat jumlah nilai rata-rata pretest adalah 44,63 dengan standar deviasi 17,00. Nilai rata-rata posttest sebesar 76,36 dengan nilai standar deviasi 11,97. Beda mean dari hasil pretest dan posttest adalah 31,73. Hasil uji statistik didapatkan probability value 0,000 (p<0,05), maka disimpulkan ada perbedaan yang signifikan dari hasil pretest dan posttest.

46

B. Pembahasan 1. Pengetahuan Mahasiswa Tentang Global Warming Sebelum Penyuluhan Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum dilakukan penyuluhan masih sangat rendah, bila dilihat dari hasil pengukuran yang dilakukan, nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa hanya 44,63 masih jauh dari nilai bobot kuesioner yaitu 100. Artinya rata-rata mahasiswa belum memiliki pengetahuan yang baik mengenai Global Warming. Dari 10 pertanyaan yang ada pada kuesioner, kebanyakan responden salah dalam menjawab pertanyaan mengenai pengertian gas rumah kaca dan cara penanggulangan Global Warming. Dalam menjawab pertanyaan mengenai pengertian gas rumah kaca responden menjawab bahwa Gas rumah kaca adalah gas yang dihasilkan rumah yang dibangun dari bahan kaca. Sedangkan untuk penanggulangan Global Warming responden menjawab bahwa harus ada pengurangan penggunaan material kaca sebagai bahan bangunan rumah. Menurut asumsi peneliti hal ini dikarenakan belum pernah ada mata kuliah khusus yang membahas tentang Global Warming dan juga masih kurangnya minat mahasiswa untuk mencari informasi secara mandiri sehingga masalah mengenai Global Warming tidak diketahui

47

oleh mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Mubarak (2007:30), yang menyatakan bahwa minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni sesuatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan. Sedangkan kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan. 2. Pengetahuan Mahasiswa Tentang Global Warming Sesudah Penyuluhan Setelah dilakukan penyuluhan dan kemudian dilakukan

pengukuran, hasil nilai rata-rata para responden berubah menjadi 76,36 mendekati nilai total bobot kuesioner yakni 100, atau terjadi peningkatan sebesar 31,73. Dari 10 pertanyaan yang ada di dalam kuesioner, para responden kebanyakan masih salah dalam menjawab pertanyaan mengenai cara penanggulangan Global Warming, hal ini masih sama dengan yang sebelumnya, namun untuk pertanyaan mengenai pengertian gas rumah kaca sudah mampu dijawab oleh responden dengan benar, demikian juga dengan pertanyaan-pertannyaan yang lainnya seperti pengertian Global Warming, penyebab dan dampaknya bagi kesehatan telah terjadi peningkatan pengetahuan.

48

Namun ini merupakan hal yang masih kurang baik karena dalam penanggulangan Global Warming semua orang memerlukan

pengetahuan yang benar mengenai cara penanggulangan Global Warming, karena dengan adanya pengetahuan mengenai cara penanggulangan maka para peserta dapat mengaplikasikan

pengetahuan yang diberikan dan dapat melakukan penanggulangan terhadap Global Warming. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2005:22) yang menyatakan peningkatan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan akan memudahkan terjadinya perilaku sehat. Dari tiga kelas yang menjadi responden, kelas tiga yang paling tinggi angka kebenaranya dalam menjawab pertanyaan pada kuesioner. Menurud asumsi peneliti hal ini dikarenakan kelas tiga merupakan kelas yang lebih tinggi sehingga kemampuannya untuk menerima dan mengolah informasi menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mubarak (2007:30) yang menyatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

49

3. Perbedaan Pengetahuan Mahasiswa Tentang Global Warming


Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan Hasil uji statistik menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum dan sesudah penyuluhan. Menurut asumsi peneliti perubahan pengetahuan ini disebabkan oleh penyuluhan yang dilakukan oleh peneliti. Penyuluhan merupakan salah satu kegiatan promosi kesehatan yaitu pemberian informasi atau pesan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo, 2005:22). Dalam hal ini adalah pemberian informasi kesehatan tentang Global Warming kepada mahasiswa di AKPER BK Palu. Tercapainya tujuan penyuluhan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor input atau masukan, faktor metode, factor materi, pendidik, dan alat peraga (Notoatmodjo, 2007:56). Adapun keberhasilan peneliti dalam memberikan penyuluhan yang dikarenakan faktor-faktor di atas akan dijelasakan sebagai berukut: Faktor input atau minat dari setiap mahasiswa, mahasiswa AKPER BK Palu merupakan pelajar yang aktif dan sangat menyukai sesuatu yang baru dalam hal ini adalah masalah Global Warming merupakan hal yang baru bagi mereka karena masalah ini belum mereka ketahui sebelumnya sehingga meningkatkan minat yang tinggi untuk

50

mengetahui apa yang dimaksud dengan Global Warming. Hal ini sejalan dengan pendapat Mubarak (2007:30) yang menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah Minat, Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Faktor Metode atau cara peneliti dalam menyampaikan materi penyuluhan mengunakan metode sokratik yaitu penyuluh dan peserta penyuluhan sama-sama aktif dan ada timbal balik atau dilakukan diskusi saat penyuluhan antara penyuluh dengan peserta penyuluhan (Machfoedz et.al, 2005: 39). Menurut asumsi peneliti bila ada hubungan timbal balik antara peserta dengan penyuluh maka penyuluhan akan lebih efektif karena para peserta dapat dengan mudah memperoleh informasi dan bertanya langsung bila ada informasi yang belum dimengerti. Hal ini sejalan dengan pendapat Mubarak (2007:30) yang menyatakan kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan. Faktor materi, pada saat penyuluhan para peserta hanya ditugaskan untuk mengisi kuesioner sebanyak dua kali dan mendengarkan penyuluh dalam menyampaikan materi, materi yang disampaikan lebih mengarah pada inti materi, yakni mengenai pengertian, penyebab terjadinya Global Warming, dampaknya bagi kesehatan dan cara

51

penanggulangannya. Tidak banyak beban tugas lain yang diberikan kepada peserta. Karena menurut asumsi peneliti, bila banyak tugas yang dibebankan kepada peserta maka dapat mempengaruhi

pemahaman peserta terhadap materi penyuluhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Machfoedz (2005:36) yang menyatakan semakin komplek, tidak jelas, dan banyak beban tugas yang harus dipikul akan mempersulit peserta dalam memahami materi. Alat bantu peraga. Pada saat melakukan penyuluhan peneliti menggunakan alat bantu peraga berupa LCD yang dapat menampilkan gambar-gambar dan membantu untuk menjelaskan proses terjadinya Global Warming, menurud asumsi peneliti LCD merupakan media yang paling efektif dalam penyampaian materi penyuluhan karena para peserta selain dapat mendengarkan penjelasan dari penyuluh juga dapat melihat secara langsung apa yang sedang dijelaskan. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjmo (2007:139), yang menyatakan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Faktor penyuluh. Dalam melakukan penyuluhan peneliti telah mempersiapkan segala yang diperlukan guna memperoleh hasil penelitian yang baik, salah satunya adalah menguasai materi Global Warming dan mempelajari tentang metode penyuluhan. Hal ini merujuk pada pendapat Notoatmodjo (2007:56) yang menyatakan

52

keberadaan

pendidik

sangat

penting

sebagai

pihak

yang

menyampaikan materi. Pendidik harus mampu menyampaikan materi dengan jelas, sehingga peserta paham terhadap materi yang disampaikan. C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dirancang sendiri oleh peneliti tanpa terlebih dahulu dilakukan uji coba, kemudia penelitian ini dilakukan tanpa adanya grup pengontrol.

53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum dilakukan penyuluhan di Akademi Keperawatan Bala Keselamatan Palu masih sangat kurang. Nilai rata-rata yang diperoleh masih jauh dari nilai bobot kuesioner yaitu 100. 2. Pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sesudah dilakukan penyuluhan di Akademi Keperawatan Bala keselamatan Palu telah mengalami peningkatan. Hasil nilai rata-rata para responden mendekati bobot maksimal. 3. Ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan mahasiswa tentang Global Warming sebelum dengan sesudah dilakukan penyuluhan. B. Saran 1. Bagi responden Diharapkan para responden dapat meningkatkan pengetahuan yang sudah ada dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut demi menjaga keselamatan bumi kita dari ancaman Global Warming. 2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Diharapkan melalui Karya Tulis Ilmiah mengenai pengaruh penyuluhan Global Warming terhadap pengetahuan ini dapat menjadi

54

pembelajaran untuk mengembangkan ilmu dalam dunia keperawatan dan harus kita sadari bersama bahwa masalah Global Warming bukan hanya masalah lingkungan namun juga berpengaruh dalam dunia keperawatan. 3. Bagi penelitian selanjutnya Sebagaimana telah diketahui bahwa penelitian ini masih bersifat Pre Eksperimen One Group Pretest Posttest yaitu penelitian eksperimental yang tidak menggunakan grup kontrol. Diharapkan penelitian ini ditingkatkan menjadi penelitian yang bersifat The StaticGroup Comparison atau penelitian eksperimental yang menggunakan grup pengontrol. 4. Bagi AKPER BK Palu Diharapkan KTI ini bisa menjadi literatur ilmiah dan bahan rujukan bagi mahasiswa maupun institusi AKPER BK Palu .

55

DAFTAR PUSTAKA Agus R. Dan Rudi S (2008), Global Warming Mengancam Keselamatan Planet Bumi. CV. Hidup Lebih Muli, Jakarta Arya Wardanam, Wisnu (2010), Dampak Pemanasan Global.C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta Andaka, Deddy, (2008), Dampak Pemanasan Global Terhadap Kesehatan, Dibuka 23 Januari 2012 dari (http://www.andaka.com/pengaruh-pemanasanglobal-terhadap-kesehatan.php) Astriani (2009), Defenisi Pemanasan Global. Dibuka 24 Januari 2012 dari (http://astriani.wordpress.com/2009/01/22/definisi-pemanasan-global/) Budianto, AI,(2001),Pengaruh Perubahan Iklim Global Terhadap Negara Kepulauan Indonesia, Ghlia Indonesia, Jakarta. D.J. Maulana, Heri, (2009), Promosi Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Erfandi, (2009), Pemanasan Global dan Dampaknya Bagi Kesehatan, Dibuka 23 Januari 2012 dari (http://www.forbetterhealth.wordpress.com/2009/03/30/pemanasan-globaldan-dampaknya-bagi-kesehatan/) Herijulianti, Eliza dkk, (2002), Pendidikan Kesehatan Gigi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. (2007), Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, PT Rineka Cipta, Jakarta ___________________ (2005), Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, PT Rineka Cipta, Jakarta Nursalam, (2001), Metode Riset Keperawatan. CV Infomedia, Jakarta Machfoedz, (2005), Tehnik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta Murdiyanmoko, Janu, (2007), SOSIOLOGI: Memahami Masyarakat, PT. Grafindo Media Pratama, Bandung dan Mengkaji

56

Mubarak, W. I, dkk, (2007), Buku Ajar keperawatan Komunitas 2, CV Sagung Seto, Jakarta Sirodjuddin, Ardan (2011), Global Warming Mengancam Kita, Dibuka 24 Januari 2012 dari (http://kang-ardan.blogspot.com/2011/01/global-warmingmengancam-kita.html)

57

Anda mungkin juga menyukai