Anda di halaman 1dari 19

VI.

SISTEM TERNER

1. Sistem terner tanpa larutan padat

Untuk sistem terkondensasi (tekanan uap yang sangat kecil), terdapat tiga

variable independen di dalam sistem


terner:
Temperatur 2 variable komposisi

Untuk gambar disamping dapat dilihat bahwa sistem terner dibentuk oleh tiga komponen

Diagram biner dari tiap-tiap komponen


dapat dilihat pada sisi dari diagram terner

1. Sistem terner tanpa larutan padat

Pada sistem terner, komposisinya dinyatakan dengan cordinat segitiga

Misalnya untuk titik X, komposisinya dapat


dinyatakan dalam A, B dan D jika diambil segitiga A-B-D:
B = 100 x DG/DB D = 100 x HB/DB A = 100 x GH/DB

Contoh ini diambil karena pada saat penelusuran jalur kristalisasi ada kalanya komposisi sistem dinyatakan tidak hanya dalam komponen-komponennya, salah satu

bisa saja dinyatakan sebagai senyawa (D)

1. Sistem terner tanpa larutan padat

Jika dalam bentuk proyeksi dua dimensinya, temperature tidak dapat

ditunjukkan.

Akan tetapi komposisi-komposisi dengan temperature liquidus yang sama dapat ditunjukkan oleh garis isotermal (T1 s/d T4)

Daerah fasa primer ditunjukkan oleh area A (A-e1-E-e2), B (B-e3-E-e2) dan C (C-e1-E-e3) dalam diagram terner

Titik e1, e2, e3 dan E merupakan titiktitik eutectic

1. Sistem terner tanpa larutan padat

Jalur kristalisasi

p q : Fasa primer A terpresipitasi dari cairan, komposisi liquid/cairan

berubah dari titik p ke q

q e : Fasa A dan B terpresipitasi bersamaan

e : setelah titik eutectic terner tercapai, liquid yang tersisa mengkristalisasi menjadi A + B + C

1. Sistem terner tanpa larutan padat

Jalur kristalisasi

q u : Fasa primer B terpresipitasi dari cairan, komposisi liquid/cairan berubah dari titik q ke u

Pada titik u :
Proporsi solid (100% B) : 100 x qu/Bu
Proporsi liquid (komposisi u) : 100 x qB/Bu Komposisi total tetap pada titik q

1. Sistem terner tanpa larutan padat

Jalur kristalisasi

u e : Fasa primer B + A terpresipitasi bersama-sama

Pada titik w :
Proporsi solid (komposisi x terdiri dari

campuran solid A dan B) : 100 x wq/wx


Proporsi liquid (komposisi w) : 100 x qx/wx Proporsi A/B dalam solid yang terbentuk = xB/xA

1. Sistem terner tanpa larutan padat

Jalur kristalisasi

e (eutectic terner): Sisa cairan dengan komposisi e terkristalisasi menjadi A + B +C

Sebelum kristalisasi diatas terjadi,

terdapat fasa solid dan liquid sbg


berikut:
Proporsi solid (komposisi y) : 100 x eq/ey Proporsi liquid (komposisi e) : 100 x qy/ey Proporsi A/B dalam solid yang terbentuk = yB/yA

2. Sistem terner tanpa larutan padat dengan senyawa dengan titik leleh yang kongruent

2. Sistem terner tanpa larutan padat dengan senyawa dengan titik leleh yang kongruent

Semua komposisi awal yang terletak di segitiga Alkemade A-AB-C pada pembekuan sempurnanya akan membentuk padatan A, AB dan C

Semua komposisi awal yang terletak di


segitiga Alkemade B-AB-C pada pembekuan sempurnanya akan membentuk padatan B, AB dan C

3. Sistem terner tanpa larutan padat dengan senyawa dengan titik leleh yang tidak kongruent

3. Sistem terner tanpa larutan padat dengan senyawa dengan titik leleh yang tidak kongruent

Semua komposisi awal yang terletak di segitiga Alkemade B-AB-C pada pembekuan sempurnanya akan membentuk padatan B, AB dan C. Titik peritektik f adalah titik

terakhir pembekuan.

Semua komposisi awal yang terletak di segitiga Alkemade A-AB-C pada pembekuan sempurnanya akan membentuk padatan A, AB dan C. Titik peritektik e adalah titik terakhir pembekuan.

4. Contoh diagram terner kompleks

4. Contoh diagram terner kompleks

Pembagian menjadi beberapa subsistem

Dengan

menghubungkan
beberapa senyawa kongruent (garis Alkemade) maka dapat diagram tsb dapat disederhanakan menjadi beberapa

segitiga sub-sistem.

4. Contoh diagram terner kompleks

Identifikasi daerah fasa primer

5. Sistem terner dengan larutan padat

Komposisi solidus berubah dengan temperature sehingga mempersulit penentuan fasa yang berkesetimbangan pada berbagai temperature hanya dari

proyeksi seperti sebelumnya yang


dilakukan pada sistem terner tanpa larutan padat

5. Sistem terner dengan larutan padat

Perpotongan isotermal

Pada temperatur tertentu tie line yang menyatakan kesetimbangan fasa-fasa dan komposisinya dapat ditandai pada hasil perpotongan isotermal

Pada daerah dengan satu fasa,


komposisi fasa = komposisi awal

Pada daerah dua fasa, komposisi fasa = titik pertemuan tie line dengan batasan daerah satu fasa

5. Sistem terner dengan larutan padat

Perpotongan isotermal

Gunakan lever rule than tie line untuk menentukan persen fasa-fasa

Untuk titik p2
%solid = 100 x p2L2/L2y2

%liquid = 100 x p2y2/L2y2

Untuk daerah 3 fasa, komposisi dapat dibaca dari segitiga daerah 3 fasa tsb

5. Sistem terner dengan larutan padat

Perpotongan isotermal

Didaerah 3 fasa dapat digunakan juga lever rule untuk menentukan persen fasa-fasa

Misal untuk titik p3


% = 100 x p3L3/L3
3

Anda mungkin juga menyukai