SISTEM TERNER
Untuk sistem terkondensasi (tekanan uap yang sangat kecil), terdapat tiga
Untuk gambar disamping dapat dilihat bahwa sistem terner dibentuk oleh tiga komponen
Contoh ini diambil karena pada saat penelusuran jalur kristalisasi ada kalanya komposisi sistem dinyatakan tidak hanya dalam komponen-komponennya, salah satu
ditunjukkan.
Akan tetapi komposisi-komposisi dengan temperature liquidus yang sama dapat ditunjukkan oleh garis isotermal (T1 s/d T4)
Daerah fasa primer ditunjukkan oleh area A (A-e1-E-e2), B (B-e3-E-e2) dan C (C-e1-E-e3) dalam diagram terner
Jalur kristalisasi
e : setelah titik eutectic terner tercapai, liquid yang tersisa mengkristalisasi menjadi A + B + C
Jalur kristalisasi
q u : Fasa primer B terpresipitasi dari cairan, komposisi liquid/cairan berubah dari titik q ke u
Pada titik u :
Proporsi solid (100% B) : 100 x qu/Bu
Proporsi liquid (komposisi u) : 100 x qB/Bu Komposisi total tetap pada titik q
Jalur kristalisasi
Pada titik w :
Proporsi solid (komposisi x terdiri dari
Jalur kristalisasi
2. Sistem terner tanpa larutan padat dengan senyawa dengan titik leleh yang kongruent
2. Sistem terner tanpa larutan padat dengan senyawa dengan titik leleh yang kongruent
Semua komposisi awal yang terletak di segitiga Alkemade A-AB-C pada pembekuan sempurnanya akan membentuk padatan A, AB dan C
3. Sistem terner tanpa larutan padat dengan senyawa dengan titik leleh yang tidak kongruent
3. Sistem terner tanpa larutan padat dengan senyawa dengan titik leleh yang tidak kongruent
Semua komposisi awal yang terletak di segitiga Alkemade B-AB-C pada pembekuan sempurnanya akan membentuk padatan B, AB dan C. Titik peritektik f adalah titik
terakhir pembekuan.
Semua komposisi awal yang terletak di segitiga Alkemade A-AB-C pada pembekuan sempurnanya akan membentuk padatan A, AB dan C. Titik peritektik e adalah titik terakhir pembekuan.
Dengan
menghubungkan
beberapa senyawa kongruent (garis Alkemade) maka dapat diagram tsb dapat disederhanakan menjadi beberapa
segitiga sub-sistem.
Komposisi solidus berubah dengan temperature sehingga mempersulit penentuan fasa yang berkesetimbangan pada berbagai temperature hanya dari
Perpotongan isotermal
Pada temperatur tertentu tie line yang menyatakan kesetimbangan fasa-fasa dan komposisinya dapat ditandai pada hasil perpotongan isotermal
Pada daerah dua fasa, komposisi fasa = titik pertemuan tie line dengan batasan daerah satu fasa
Perpotongan isotermal
Gunakan lever rule than tie line untuk menentukan persen fasa-fasa
Untuk titik p2
%solid = 100 x p2L2/L2y2
Untuk daerah 3 fasa, komposisi dapat dibaca dari segitiga daerah 3 fasa tsb
Perpotongan isotermal
Didaerah 3 fasa dapat digunakan juga lever rule untuk menentukan persen fasa-fasa