Anda di halaman 1dari 9

Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut sebagai sistem.

Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen yang saling bersentuhan dengan batas yang
jelas. Bagian homogen ini disebut sebagai fasa dapat dipisahkan secara mekanik.

Istilah dalam kesetimbangan fasa


Fasa (P)
Sering istilah fasa diidentikkan dengan wujud atau keadaan suatu materi,misalnya es berwujud padat, air
berwujud cair atau uap air yang berwujud gas. Konsep ini tidak benar karena sistem padatan dan sistem
cairan dapat terdiri dari beberapa fasa. Sedangkan gas cenderung bercampur sempurna sehingga dalam
sistem gas hanya terdapat satu fasa.

Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian

sistem lain oleh suatu bidang batas .


diagram fase adalah sejenis grafik yang digunakan untuk menunjukkan kondisi kesetimbangan
antara fase-fase yang berbeda dari suatu zat yang sama.

Komponen (C) Jumlah komponen suatu sistem dinyatakan sebagai jumlah meinimum spesi kimia
yang membentuk sistem tersebut yang dapat menentukan susunan setiap sistem fasa sistem.

Contoh :
H2O (g) H2O (l ) jumlah komponen C = 1
N2 (g) + 3 H2 (g) 2 NH2 (g)

Derajad kebebasan (F) dari suatu sistem setimbang


merupakan variabel intensif independen yang
diperlukan untuk menyatakan keadaan sistem tersebut.
Untuk menentukan derajad kebebasan dibutuhkan
aturan fasa.
Aturan Fasa
Aturan fasa mengatur hubungan antara jumlah
komponen, jumlah fasa dan derajad kebebasan suatu
sistem. Menurut aturan fasa
F = C-P+2

Hubungan antara
tekanan dan suhu pada
sistem 1 komponen air.
Titik tripel
memperlihatkan suhu
dimana air mempunyai
3 fasa yaitu
padat, cair dan ga
Menunjukkan adanya
kesetimbangan antara
fasa fasa padat, cair
dan gas. Titik ini disebut
sebagai titik tripel.

DIAGRAM T-X SISTEM BINER DUA KOMPONEN DENGAN FASA PADAT-CAIR

Sistem biner paling sederhana yang mengandung fasa padat dan cair ditemui bila
komponen komponennya saling bercampur dalam fas cair tetapi sama sekali tidak
bercampur pada fasa padat, sehingga hanya fasa padat dari komponen murni yang akan
keluar dari larutan yang mendingin.

I. Diagram fase cair-padat


T
a1

cair a2
Cair + A

Cair + B b3 a3
Te
e a4

padat

a5 a5 a5

B komposisi A

A = antimon
B = bismut

Keterangan:

Pada titik a1 komponen dalam keadaan cair.


Cair + A terjadi proses pendinginan pertama yaitu pada titik a2, cairan + padatan
A dan kaya akan komponen B.
Pada titik a3 masih dalam pendinginan dan terbentuk padatan lebih banyak . dan
jumlah relatif padatan dan cairan (yang berada dalam kesetimbangan), pad tahap
ini padatan dan cairan masing-masing berjumlah sama.
Fase cair lebih kaya akan B daripada sebelumnya (komposisi dinyatakan dengan
b3) karena komponen A sudah mengendap.
Cair + B; cairan + padatan B dan kaya akan komponen A.
Pada titik a4, komposisi cairan lebih sedikit dari pada di a3, membentuk padatan
dan terletak pada temperatur eutektik.
Tada Te padatan mudah dilelehkan.
Larutan dengan komposisi disebelah kanan e mengendapkan A ketika larutan itu
mendingin dan larutan disebelah kiri e mengedapkan B.
Pada titik a5, kedua fase titik a5 untuk bagian padatan B hampir murni dan a5
untuk padatan A hampir murni.
Sistem seperti itu digambarkan dalam diagram fasa Bi dan Cd berikut.

Gambar 3.9. Kurva pendinginan dan diagram fasa suhu persen berat untuk sistem Bi Cd
Bila suatu cairan yang mengandung hanya satu komponen didinginkan, plot suhu
terhadap waktu memiliki lereng yang hampir tetap. Pada suhu mengkristalnya padatan yang
keluar dari cairan, kurva pendingina akan mendatar jika pendinginan berlangsung lambat.
Patahan pada kurva pendinginan disebabkan oleh terlepasnya kalor ketika cairan memadat.
Hal ini ditunjukkan pada bagian kiri gambar 3.9, yaitu cairan hanya mengandung Bi (ditandai
dengan komposisi Cd 0%) pada suhu 273oC dan cairan yang hanya mengandung Cd (ditandai
dengan komposisi Cd 100%) pada suhu 323oC.

Jika suatu larutan didinginkan, terjadi perubahan lereng kurva pendinginan pada
suhu mulai mengkristalnya salah satu komponen dari larutan, yang kemudian memadat.
Perubahan lereng ini disebabkan oleh lepasnya kalor karena proses kristalisasi dari padatan
yan gkeluar dari larutan dan juga oleh perubahan kapasitas kalor. Hal ini dapat terlihat pada
komposisi 20% dan 80% Cd. Untuk komposisi 40% Cd pada suhu 140oC, terjadi pertemuan
antara lereng kurva pedinginan Bi dan Cd yang menghasilkan garis mendatar. Pada suhu ini,
Bi dan Cd mengkristal dan keluar dari larutan, menghasilkan padatan Bi dan Cd murni.
Kondisi dimana larutan menghasilkan dua padatan ini disebut titik eutektik, yang hanya
terjadi pada komposisi dan suhu tertentu. Pada titik eutektik terdapat tiga fasa, yaitu Bi
padat, Cd padat dan larutan yang mengandung 40% Cd. Derajat kebebasan untuk titik ini
adalah 0, sehingga titik eutektik adalah invarian. Eutektik bukan merupakan fasa, tetapi
kondisi dimana terdapat campuran yang mengandung dua fasa padat yang berstruktur
butiran halus.

2.5 DIAGRAM EUTEKTIK SEDERHANA PADA KESETIMBANGAN PADAT-CAIR

Jika suatu larutan dari dua zat A dan B didinginkan sampai suhu yang cukup rendah,
akan muncul suatu padatan. Suhu ini adalah titik beku larutan, yang bergantung pada
komposisi. Dalam diskusi pada penurunan titik beku larutan, kita memperoleh persamaan.

H fus 1 1
ln =
( ).(6.4)

Dengan asumsi bahwa padatan murni A ada dalam kesetimbangan dengan larutan
idealnya. Persamaan (6.4) menghubungkan titik beku larutan ke xA, fraksi mol A dalam
larutan.Plot dari fungsi ini tampak pada gambar 6.6.a. Titik di atas kurva menunjukkan
keadaan cair dari sistem, sedangkan di bawah kurva menunjukkan keadaan padatan murni A
ada dalam kesetimbangan dengan larutan. Kurvanya dinamakan kurva liquidus.

Gambar 6.6 Kesetimbangan padatcair dalam sistem 2 komponen

Titik a menunjukkan larutan dengan komposisi b dalam kesetimbangan dengan


padatan dengan komposisi c, yaitu, zat murni A. Dengan aturan lever, rasio jumlah mol
larutan terhadap jumlah mol padatan A adalah sama dengan rasio bagian garis dari ac/ab.
Makin rendah suhu, makin besar jumlah relatif padatan pada suatu keseluruhan komposisi
tertentu. Kurva ini tidak dapat menunjukkan situasi meliputi keseluruhan daerah komposisi.
Jika xB ---1, kita dapat mengharapkan padatan B akan membeku jauh di atas suhu yang
ditunjukkan oleh kurva pada daerah ini. Jika larutan ideal, aturan yang sama berlaku untuk
zat B :

1 1
ln = ( ). (6.5)

Dengan T adalah titik beku B dalam larutan. Kurva ini digambarkan dalam Gambar
6.6b bersama dengan kurva A pada gambar 6.6a. Kurva berpotongan pada suhu Te, yaitu
suhu eutektik. Komposisi xe adalah komposisi eutektik. Garis GE adalah titik beku melawan
kurva komposisi B. Titik semacam a di bawah kurva ini menunjukkan keadaan yaitu padatan
B dalam kesetimbangan dengan larutan pada komposisi xb. Titik pada EF menunjukkan
padatan B murni dalam kesetimbangan dengan larutan berkomposisi xe. Sedangkan titik
pada DE menunjukkan padatan murni A dalam kesetimbangan dengan larutan berkomposisi
xe. Oleh karena itu larutan yang memiliki komposisi eutektik xe ada dalam kesetimbangan
dengan padatan A dan padatan B. Jika terdapat tiga fase bersama, maka F = 3 P = 3-3=0;
sistemnya adalah invarian pada suhu ini. Jika panas keluar dari sistem ini, suhunya akan
tetap sampai satu fase lenyap, sehingga jumlah relatif dari ketiga fase berubah hingga panas
dihilangkan. Jumlah cairan berkurang sedangkan jumlah kedua padatan yang ada
bertambah. Di bawah garis DEF adalah keadaan sistem yaitu hanya dua padatan, dua fase,
murni A dan murni B. Beberapa contoh sistem kesetimbangan padat cair adalah : sistem Sb-
Pb, yang diagram fasenya dapat dilihat di gambar 6.7. Daerah berlabel L adalah cairan, Sb
adalah padatan Sb dan Pb adalah padatan Pb. Suhu eutektik adalah 2460C, komposisi
eutektik adalah 87% massa Pb. Nilai xe dan te dihitung dengan persamaan 6.4 dan 6.5 dan
ternyata sesuai dengan hasil eksperimen. Berarti cairan tersebut hampir menyerupai larutan
ideal.

Gambar 6.7 Sistem Antimonilead

Bentuk kurva titik beku dapat ditentukan secara experimental dengan analisa
termal. Pada metoda ini, campuran yang diketahui komposisinya dipanaskan sampai suhu
yang cukup tinggi hingga homogen. Kemudian didinginkan secara bertahap. Suhu diplot
sebagai fungsi waktu. Kurva yang diperoleh pada berbagai komposisi untuk sistem A-B
tampak pada gambar 6.8. Kurva pertama, cairan homogen didinginkan sepanjang kurva ab,
pada b pertama kali terbentuk kristal komponen A. Peristiwa ini melepaskan panas laten
pembekuan, laju pendinginan berkurang dan lekukan pada kurva muncul di b. Banyak sistem
biner, baik ideal maupun tidak, memiliki diagram fase bertipe eutektik sederhana. Invariansi
sistem pada titik eutektik memungkinkan campuran eutektik dipergunakan sebagai bak
bersuhu konstan. Misalnya padatan NaCl dicampur dengan es pada 0oC dalam labu vakum.
Titik komposisi berpindah dari 0% ke sejumlah kecil nilai positif. Padahal pada komposisi ini
titik beku es di bawah 0oC, sehingga sejumlah kecil es melebur. Karena sistem ada dalam
labu terisolasi, meleburnya es mengurangi suhu campuran. Jika NaCl yang ditambahkan
cukup, suhu akan turun sampai suhu eutektik,-21,1oC. Pada suhu eutektik ini, es,padatan
garam dan larutan jenuh terdapat bersama sama dalam kesetimbangan. Suhu bertahan di
suhu eutektik hingga es yang tersisa melebur karena panas yang menerobos secara lambat
ke dalam labu.

2.6. DIAGRAM T-X SISTEM BINER CAIR-CAIR LARUT SEBAGIAN

a) Diagram fase cair-cair


T

fase-1

Tuc

fase-2

l l
a a a

A x (nitrobenzen) B

Yang dimaksud dengan :

Fase 1 adalah campuran heksana dan nitrobenzen yang sudah tidak dapat
dibedakan lagi keduanya (bercampur sempurna).
Fase 2 adalah fase yang terdiri dari dua campuran heksana dan nitrobenzen
dimana diantara keduanya masih dapat dibedakan satu sama lainnya.
a merupakan fase yang paling banyak mengandung komponen A dan sedikit
dijenuhi oleh komponen B.
a merupakan fase yang paling banyak mengandung komponen B dan sedikit
dijenuhi oleh komponen A.
Misalnya :

Pada titik A adalah cairan Heksana dan pada titik B adalah cairaan nitrobenzen, pada
temperatur tertentu cairn heksana mencapai suatu titik (a) sedangkan cairan nitrobenzen
mencapai titik tertentu (a) sehingga kedua titik tersebut yaitu a dan a dapat dihubungkan
dengan satu gari hubung yang menghubungkan dua fase yang berada dalam kesetimbangan
satu sama lain.

Garis hubung yang terlihat pada kurva menunjukkkan temperatur kritis atas (Tuc)
terjadi suatu tahapan dimana permukaan antara fase 1 dan fase 2 menghilang (terjadi
pemisahan fase).

Fraksi mol a pada kisaran 0 < x < 0,2


Fraksi mol a pada kisaran 0,8 < x < 1

II. Contoh lain diagram fase cair-cair

Diagram fase sistemH2O-Et3N

fase-2

a b

T1c
fase-1

H2O Et3N
Keterangan :

Fase 1 adalah fase dimana komponen air dan etilen bercampur sempurna dan antar
komponennya tidak bisa dibedakan lagi.
Fase 2 adalah fase yang terdiri atas dua campuran dan antar komponennya masih
dapat dibedakan.
Pada temperatur kritis bawah terjadi penggabungan fase,sehingga beda antara
kedua fase tidak tampak lagi (membentuk satu fase).
a adalah komponen yang mengandung H2O dan sedikit dijenuhi oleh etilamina
pada suhu tertentu.
b adalah komponen yang mengandung banyak Et3N.
Garis hubung pada gambar menghubungkan dua fase yang berada dalam
kesetimbangan.

Anda mungkin juga menyukai