Disusun oleh:
Walentina
1061050071
Pembimbing:
dr. Agus Yuda Wijaya, SpS. Msi. Med
PENDAHULUAN
Sensasi
Bahasa
VERTIGO
Keluhan
Gangguan
FISIOLOGI KESEIMBANGAN
TUBUH
Pusat
Definisi Vertigo
Patofisiologi
VERTIGO PERIFER
Terjadi pada lesi dilabirin dan nervus
vestibularis, penyebab vertigo jenis
perifer:
neuritis vestibular
Vertigo posisional benigna
Penyakit meniere
Trauma
Obat-obatan
Tumor difossa posterior
LAMANYA EPISODE
BERLANGSUNG
BEBERAPA DETIK
LAMANYA EPISODE
BERLANGSUNG
BEBERAPA MENIT ATAU BEBERAPA JAM
LAMANYA EPISODE
BERLANGSUNG
c. Beberapa hari sampai beberapa
minggu
neuritis vestibular mulainya vertigo
dan nausea serta muntah dan gejala
ini berlangsung beberapa hari atau
beberapa minggu. Disebabkan
karena infeksi virus pada saraf
vestibular. Pada pemeriksaan fisik
mungkin dijumpai nistagmus
horizontal, rotatorik spontan
VERTIGO SENTRAL
PENYEBABNYA:
stroke batang otak atau TIA
vertebrobasiler
Neoplasma
Migren basiler
Trauma
Perdarahan dicerebellum
Infark dibatang otak
Vertigo perifer
Vertigo sentral
Sensasi
berputar
Melayang
Bangkitan
Lebih mendadak
Lebih lambat
Tenpo serangan
Episodic
Kontinyu/ konstan
Beratnya vertigo
berat
ringan
Mual, muntah,
keringatan
Gangguan
pendengaran
Gerakan pencetus
Gerakan kepala
Masa laten
3-40detik
Tidak ada
CIRI-CIRI
VERTIGO PERIFER
VERTIGO SENTRAL
Penyebab
Vertigo posisional
paroksismal jinak
(BPPV), penyakit
meniere, neurionitis
vestibular, labirinitis,
neuroma akustik,
trauma
Gangguan SSP
Tidak ada
Diplopia, parestesi,
gangguan sensibilitas
dan fungsi motorik,
disartia
Habituasi
Ya
Jadi cape
Ya
Nistagmus
Horizontal atau
rotatoar
Horizonta, vertical,
rotatoar
PEMERIKSAAN VERTIGO
ANAMNESIS
Suruh penderita melukiskan keluhannya
dengan kata-katanya sendiri apa yang ia
maksudkan dengan pusing tersebut.
Anamnesis khusus mengenai vertigonya :
Adakah kekhususan sifat vertigo yang timbul,
keparahan vertigonya.
Rasa gerakan palsu dari tubuh atau sekitarnya (rasa
berputar)
Rasa tidak enak di kepala : kepala ringan, hubungannya
dengan penglihatan dan kesadaran.
Kecenderungan untuk jatuh.
ANAMNESIS
Intensitas timbulnya vertigo bersangkutan
dengan perjalanan waktu, bagaimana
vertigo itu dimulai timbul dan bagaimana
ia berakhir :
ANAMNESIS
Pengaruh lingkungan atau situasi :
Adakah suatu posisi perubahan posisi
tubuh dan atau kepala menyebabkan
timbulnya serangan atau meningkatkan
keluhan ?
Apakah stres psikis mengawali timbulnya
serangan ?
Keluhan dari telinga?
ANAMNESIS
Streptomisin/ dihidrostreptomisin
Antikonvulsan
Gentamisin/ garamisin
Anti hipertensi
Kanamisin
Penenang
Neomisin
Alkohol
Fenilbutason/ Salisilat
Kinin
TES ROMBERG
Pada kelainan vestibuler
hanya pada mata
tertutup badan penderita
akan bergoyang
menjauhi garis tengah
kemudian kembali lagi,
pada mata terbuka
badan penderita tetap
tegak. Sedangkan pada
kelainan serebellar badan
penderita akan
TANDEM GAIT
Pada kelainan
vestibuler
perjalanannya
akan mengalami
deviasi kesisi
lesi, dan pada
kelainan
serebeler
penderita akan
cenderung jatuh
TES FUKUDA
Tes fukuda
dianggap
abnormal jika
deviasi kesatu sisi
>30 derajat atau
maju/ mundur > 1
meter. Tes fukuda
ini menunjukan
lokasi kelainan
disisi kanan atau
kiri.
PEMERIKSAAN NISTAGMUS
Pasien diminta mengikuti jari pemeriksa
kekiri atau kekanan 30 derajat untuk
melihat adanya nistagmus horizontal
Pasien diminta mengikuti jari pemeriksa
kearah atas dan bawah untuk melihat
adanya nistagmus vertikal
Nistagmus disebutkan berdasarkan
komponen cepat sedangkan komponen
lambat menunjukkan lokasi lesi
Pada kelainan
perifer: lamanya
nistagmus 10-30
detik atau <1 menit,
disertai gejala
vertigo yang berat.
Pada kelainan
sentral: nistagmus
langsung muncul,
gejala vertigo bisa
ada atau tidak
PENETALAKSANAAN
VERTIGO
1. ANTIHISTAMIN
. Bentahistin
. Betahistin mesylate (MERISLON)
dapat diberikan dengan dosisi 6mg (1tablet)-12mg,
3 kali sehari peroral
. Betahistin di HCL (BETASERC)
diberikan 8mg (1tab) 3 kali sehari
. Dimenhidrinat (bramamine)
dengan dosis 25mg-50mg, 4 kali sehari
. Difhenhidramin (benadryl)
dosis 25mg-50mg, 4 kali sehari
PENATALAKSAAN VERTIGO
2. ANTAGONIS KALSIUM
Cinnarizine (STUGERON)
Dosis biasanya ialah 15 30 mg, 3
kali sehari atau 1 x 75 mg sehari.
Efek samping ialah rasa mengantuk
(sedasi), rasa cape, diare atau
konstipasi, mulut rasa kering dan
rash di kulit.
PENATALAKSANAAN
VERTIGO
ANTAGONIS KALSIUM:
Fenotiazine
Promethazine (PHENERGAN)
dosis 12,5 mg 25 mg, 4 kali sehari per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek
samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk),
Khlorpromazine (LARGACTIL)
Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3 4 kali
sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).
PENATALAKSANAAN
VERTIGO
3. OBAT SIMPATOMIMETIK
Efedrin
Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4
kali sehari. Khasiat obat ini dapat
sinergistik bila dikombinasi dengan
obat anti vertigo lainnya.
PENATALSANAAN VERTIGO
4. OBAT PENENANG MINOR
Dapat diberikan kepada penderita
vertigo untuk mengurangi kecemasan
yang diderita yang sering menyertai
gejala vertigo.
LORAZEPAM
Dosis dapat diberikan 0,5 mg 1 mg
DIAZEPAM
Dosis dapat diberikan 2 mg 5 mg.
PENATALAKSANAAN
VERTIGO
5. OBAT ANTI KHOLINERGIK
Obat antikolinergik yang aktif di sentral
dapat menekan aktivitas sistem vestibular
dan dapat mengurangi gejala vertigo.
SKOPOLAMIN
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan
fenotiazine atau efedrin dan mempunyai
khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah
0,3 mg 0,6 mg, 3 4 kali sehari
REHABILITASI VESTIBULAR
Tujuan rehabilitasi vestibular adalah
untuk:
Meningkatkan keseimbangan
Meminimalkan jatuh
Menurunkan sensasi subyektif pusing
Meningkatkan stabilitas selama
pergerakan
Brand-Darrof
Ambil posisi duduk
Arahkan kepala ke kiri,
kemudian balik posisi duduk
Arahkan kepala kekanan,
kemudian balik keposisi
duduk
Latihan ini dilakukan 3 kali
perhari
Manuver dilakukan sebanyak
5 kali setiap set
Pada umumnya perbaikan
diperoleh setelah 30 set atau
sekitar 10hari.
Daftar pustaka
1. Joesoef, AA : Vertigo. In Harsono (ed). Kapita selekta neurologi,
edisi 1, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2007 : 341
359.
2. Hartwig, MS : Evaluasi Pasien Neurologik. In : Price SA, Wilson LM,
editor. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6,
Jakarta : EGC. 2005 : 1051-53.
3. AA. Joesoef. Pathophysiology of vertigo in accordance with
habituation phenomenon. The 4 th INA congress and the 2nd ASNA
epilepsy conference. 2000.
4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia. Edisi keenam. Sistem
saraf perifer. Jakarta: ECG, 2011: 234-41.
5. Bear MF, Connors BW, Paradiso MA. The auditory and vestibular
systems. In: neuroscience exploring the brain, 3rd. Lippincott
williams and wilkins, baltimore. 2007: 343-85.
Daftar pustaka
6. Goldberg, ME, Hudspeth AJ. The vestibular system. In: kandel, E:
priciples of neural science. 4th edition. Mac graw-hill, 2000. 801-815.
7. Darlington CL, Smith PF. What neurotransmitters ore important in the
vestibular system. In RW, Baloh, GM Halmagyi: disoders of the vestibular
system. Oxford university press. New york, 1996: 140-155.
8. Reason, JT. Brand, JJ. Motion sickness. Acamedic press. London ,1975.
9. Barmack, M, Young WS. Optokinetic stimulation increases corticotropinreleasing factor MRNA in inferior olivary neurons of rabbits. J. Neurosci,
1990: 631-242.
10. Dieterich M. Dizzines. Neurologist. 2004: 154-164.
11. Chawla N, Olshaker JS. Diagnosis and management of dizziness and
vertigo. Med clin north am. 2006: 291-304.
12. Kelompok studi vertigo perhimpunan dokter spesialis saraf indonesia.
Pedoman tatalaksana vertigo. 2012.
13. Huang kuo C, Phang L, Chang R. Vertigo. Assesment in general
practice. Australian family physician. 2008: 341-7.
TERIMAKASIH