Anda di halaman 1dari 16

CULTURE SHOCK PADA WARGA

NEGARA ASING
KELOMPOK IV
41813051 JEFRI SETIABUDI
DEFKY YUDHISTIRA
41814068 DARIN LIPALDA

41813052 NOVIATI INDRIANI


41813072 RESTI MARDIANTI

41813063

Rumusan Masalah
1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi
culture shock mahasiswa LB di
Universitas Komputer Indonesia?
2. Bagaimana reaksi mahasiswa LB di
Universitas Komputer Indonesia saat
mengalami culture shock?
3. Bagaimana tahapan terjadinya culture
shock
pada
mahasiswa
LB
di
Universitas Komputer Indonesia?

Komunikasi Lintas Budaya


Pengertian Komunikasi Lintas Budaya (cross-cultural) dan Antar
Budaya (inter-cultural) biasanya tidak begitu dibedakan.
Komunikasi antarbudaya adalah seni untuk memahami dan
dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain (Sitaram,
1970).
Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi di antara orang-orang
yang berbeda kebudayaannya (Rich,1974)
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam
suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti
bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan (Stewart,1974)
Komunikasi antarbudaya adalah proses pertukaran pikiran dan

Dimensi-dimensi Komunikasi
Antar Budaya
1

Tingkat
masyar
akat
kelomp
ok
budaya
dari
para
partisip
an

Konteks
sosial
tempat
terjadin
ya KAB

Saluran
yang
dilalui
oleh
pesanpesan
KAB
( baik
yang
bersifat
verbal
maupu

Culture Shock
Kejutan budaya atau Culture Shock merupakan
istilah yang digunakan bagi menggambarkan
kegelisahan dan perasaan (terkejut, kekeliruan,
dll.) yang dirasakan apabila seseorang tinggal
dalam kebudayaan yang berlainan sama sekali,
seperti ketika berada di negara asing.

Faktor yang
mempengaruhi Culture
Shock

1. Faktor Internal, faktor internal merupakan faktor


yang terdapat pada diri manusia
2. Keterampilan berkomunikasi, bagaiman
kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan
lingkungan dan budaya baru yang kita tempati.
3. Pengalaman, pengalaman berpengaruh penting
dalam pengenalan lingkungan dan budaya baru
yang kita tempati.
4. Kemandirian Toleransi, dimana setiap individu
memiliki rasa toleransi yang berbeda-beda sesuai
karaktrer individu itu sendiri.

Reaksi Terhadap Cuture Shock


Memusuhi lingkungan baru, bagimana individu
merasa tidak nyaman dengan lingkungan dan
budaya baru, yang membuat individu tersebut lebih
menutup diri.
Disorientasi, perasaan serbasalah karena
individu tersebut tidak memahami lingkungan
dan budaya baru.
Rasa penolakan, perasaan dimana seorang
individu menggap bahwa lingkungan baru yang
ia tempati menolak dan tidak menghapkan
keberadaanya.
Sakit perut dan kepala, perasaan gugup yang
dialami bisa memunculkan rasa tidak nyaman pada
tubuh individu tersebut.

Homesick, perasaan rindu dengan tempat individu berasal.

Rindu teman dan keluarga, perasaan rindu terhadap orangorang yang ia rasa lebih memahaminya.
Rasa kehilangan status dan pengaruh, perasaan yang
terjadi karena individu menganggap abhwa dirinya tidak
berperan penting dalam lingkungan baru.
Menyendiri, perasaan yang membuat individu lebih memilih
untuk sendiri ketimbang harus bersama dengan
masyarakat yang ia anggap tidak cocok dengannya.
Menganggap orang-orang dalam budaya tuan rumah tidak peka,
perasaan prasangka terhadap masyarakat sekitar lingkungan
baru yang sebenarnya belum tentu terbukti kebenarannya.

Tahap Culture Shock


"Tahap bulan madu", pada tahap ini perbedaan
antara budaya baru dan lama dilihat sebagai sudut
pandangan romantik, menarik, dan baru, Sebagai
contoh, pada saat berpindah ke negara asing,
seseorang mungkin menyukai makanan yang baru,
tempo kehidupan yang baru, sifat masyarakat yang
baru, arsitektur bangunan yang baru, dan
seterusnya.

Tahap Krisis, pada tahap ini perbedaan kultur


yang menimbulkan masalah, muncul berasaan
feustasi dan tidak puas, ini adalah saat dimana
kejutan budaya yang sebenarnya terjadi.

Tahap Pemulihan, setelah beberapa hari,


minggu, atau bulan, perbedaan kecil antara
budaya baru dan lama diselesaikan.
Seseorang mungkin rindu makanan rumah,
tempo kehidupan terlalu pelan atau terlalu
cepat, sifat masyarakatnya mengganggu,
dll.

Tahap Penyesuaian, setelah beberapa hari, minggu atau


bulan, seseorang mulai biasa dengan perbedaan budaya
baru dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan. Pada
fase ini, seseorang tidak lagi bertindak memiliki kesan
positif atau negetif kepada budaya baru tersebut, karena
budaya tersebut tidak lagi dirasakan sebagai budaya
baru, melainkan sudah menjadi budaya keduanya.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk mewawancarai
narasumber adalah terlebih dahulu mencari
narasumber yang dapat diwawancarai dan
membuat janji dengannya, kemudian bertanya
secara langsung (tatap muka) dan menggunakan
alat perekam sebagai catatan untuk diolah lebih
lanjut.

Teknik Penelitian
Teknik
yang
digunakan
dalam
meneliti
hasil
wawancara adalah dengan
terlebih
dahulu
mewawancarai nara sumber
dan kemudian menganalisis
hasil
wawancara
dengan

Narasumber
Narasumber 1

Narasumber 2

Nama : Faiz

Nama : Jecoberth Kendiga

Negara Asal : Afghanisthan

Negara Asal : Papua Nugini

Alamat : Dago Asri

Alamat : Sekeloa, Kubang


Utara

Jurusan : Desain Komunikasi


Visual

Jurusan : Sistem Informasi

Analisis Wawancara
Setiap mahasiswa LB di Universitas Komputer
Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda
dalam menanggapi lingkungan baru yang
mereka tempati saat ini, tertgantung pada
pengamatan dan rasa toleransi yang dimilikinya.
Lambat
laun
seiring
berjalannya
waktu
narasumber mampu membiasakan diri dengan
lingkungan dan kebudayaan baru karena
memang lingkungan tersebut yang menjadi
tempatnya tinggal saat ini.

Simpulan
Culture shock atau kejutan budaya merupakan suatu penyakit saat seseorang tibatiba berpindah ke lingkungan baru dimana terjadi pada saat seseorang mengalami
kontak dengan budaya lain dan merasa ketidak nyamanan psikis/fisik. Dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tidak semua faktor-faktor mempengaruhi terjadinya cultur shock pada
mahasiswa LB di Universitas Komputer Indonesia dialami oleh mereka, karena
adanya kesamaan budaya atau kepercayaan yang dianut, juga letak geografis
yang sama dengan tempat mereka menetap saat ini dan tempat asalnya.
2. Setiap mahasiswa LB di Universitas Komputer Indonesia memiliki kemampuan
yang berbeda dalam mengatasi reaksi-reaksi yang ditimbulkan saat mengalami
cultur shock. Hal itu bisa terjadi karena adanya pengalaman dan keterampilan
dalam memasuki lingkungan baru.
3. Hampir sebagian mahasiswa LB di Universitas Komputer Indonesia sempat
melewati semua tahapan cultur shock. Karena pengenalan dengan lingkungan

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai