Anda di halaman 1dari 15

 EXPARIATE INTERVIEW

 Muhammad Rakha Rahmadian 10117333


 Chelsi Goris Manek 10117206
 Arum Navila 10117362
PENDAHULUAN :
 A. Background ( Latar Belakang )
 Budaya merupakan gaya hidup suatu kelompok atau masyarakat yang biasanya diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. yang dimana budaya mempengaruhi
banyak aspek dalam kehidupan social seperti : budaya mempengaruhi agama , politik, Bahasa dan perilaku. Indonesia memiliki keberagaman budaya yang sangat banyak dan
unik.
 Jumlah warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri sangatlah banyak tentunya dengan berbagai alasan seperti bekerja , kuliah, sekolah dan alasan lainnya. Proses adaptasi
merupakan proses yang sangat menentukan bagi WNI yang tinggal di luar negeri. Lingkungan maupun kebudayaan yang sangat jauh berbeda dari Indonesia mengharuskan para
Expariate harus cepat untuk beradaptasi. Yang dimana tentunya pada saat proses adaptasi tidaklah mudah banyak cerita tentang ecpariate yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan di negara tujuan expariate, akhirnya mereka betah dan memiliki banyak teman di sana. Begitu juga sebaliknya banyak yang gagal beradaptasi dengan budaya dan
lingkungan di negara tujuan expatriate dan berakibat expatriate tersebut harus balik ke negara asalnya. Tentunya dari permasalahan ini timbul sebuah keinginan untuk
melakukan wawancara terhadap expatriate untuk mengetahui apa alas an mereka akhirnya memutuskan pindah dari negara asal, dan bagaimana cara mereka beradaptasi
dengan lingkungan baru, bagaimana kehidupan mereka disana dan apa yangt mereka dapat setelah tinggal lama disana.
 B. Profile Expatriate
 Expatriate yang kami wawancara bernama Muhammad Rafif Rahardian, beliau merupakan kakak dari salah satu anggota kami, kak Rafif merupakan warga negara Indonesia yang
saat ini sedang kuliah sambil bekerja di Groningen, Belanda. Kak Rafif kuliah di Hanze University Groningen mengambil jurusan hubungan international. Disalah satu tugas mata
kuliahnya, kak Rafif diharuskan untuk magang disebuah perusaahan. Saat ini kak Rafif sedang bekerja di salah satu perusahaan intranet di Amsterdam bernama Happeo.
 C. Penjelasan Singkat bagaimana expatriate tersebut dapat bekerja di Host Country
 Tujuan awal kak Rafif ke Belanda ini adalah melanjutkan pendidikan S1, kebetulan kampus yang menerima beliau ada di Belanda. Disalah satu matakuliahnya, kak Rafif
diharuskan untuk magang selama 6 bulan sebagai syarat kelulusan. Setelah apply ke berbagai perusahaan akhirnya kak Rafif diterima sebagai karyawan magang di Amsterdam.
Perusahaannya bernama Happeo, perusahaan yang bergerak dibidang intranet yang menawarkan jasa ke perusahaan-perusahaan lain berupa intranet service untuk internal
komunikasi mereka.
Teori Kultural Adaptation
Teori Cultural Adaption
Menurut ( Gudykunts dan Kim, 2003 ) proses adaptasi antar budaya
merupakan proses interaktif, yang dikembangkan melalui
pertukaran individu imigran baru dengan lingkungan sosial dan
budaya baru mereka. Adaptasi lintas budaya tercermin dari adanya
integrasi. Berkomunikasi antara metode komunikasi pendatang dan
metode komunikasi yang diharapkan atau disepakati oleh
masyarakat dan antar budaya lokal / lokal. Demikian pula, penerapan
mode komunikasi ini juga mendukung adaptasi lintas budaya.
Berdasar teori Cultural Adaption dari Gudykunts dan Kim, terdapat
tiga hal tahapan – tahapan sebagai berikut :
1. Acculturation
Proses ini terjadi ketika individu imigran baru Namun harus dipahami kembali bahwa dalam
yang telah melalui proses sosialisasi mulai proses adaptasi ada yang berubah, ada yang
berinteraksi dengan budaya baru dan asing tidak berubah. Gudykunts dan Kim (2003)
mereka. Seiring berjalannya waktu, para mengemukakan bahwa kemungkinan individu
pendatang baru ini mulai memahami budaya mengubah lingkungan sangat kecil. Hal
baru dan memilih norma dan nilai budaya lokal tersebut karena budaya penduduk lokal
yang mereka ikuti. Namun pola budaya mendominasi dan mengontrol kehidupan
sebelumnya juga dapat mempengaruhi proses sehari-hari mereka, hal ini mungkin memaksa
adaptasi. pendatang baru untuk beradaptasi.
2. Deculturation 3. Assimilation
Pola budaya terdahulu yang turut Menurut ( Gudykunts dan Kim , 2003 )
mempengaruhi. Perubahan adaptasi akan Assimilation yaitu Pendatang baru
mempengaruhi perilaku psikologis dan sosial meminimalkan penggunaan budaya lama agar
pendatang baru dengan identitas, norma dan terlihat seperti penduduk lokal. Berdasarkan
nilai budaya baru. Kemudian memicu teori asimilasi terjadi setelah adanya
perlawanan terhadap budaya baru terjadi, perubahan budaya, namun pada kenyataannya
sehingga bukan tidak mungkin para pendatang asimilasi tidak sepenuhnya terwujud.
mengisolasi diri dari penduduk setempat.
1. Fase 1
Selama periode bulan madu, seseorang datang dan berada di lingkungan baru,
F A S E P E R E N C A N A N A A N beradaptasi dengan orang yang ia pilih menjadi suami, dan memiliki lingkungan
serta budaya baru. Pada tahap ini seseorang akan merasa senang dengan reaksi
awal berupa kekaguman, penuh semangat akan hal-hal baru, penuh semangat,
Pada satu tahap, seseorang bersahabat dan memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar.
masih dalam keadaan primitif
dan dipersiapkan untuk segala 2. Fase 2
hal mulai dari ketahanan fisik Untuk suatu periode waktu, ketika bahasa, konsep, dan nilai simbolis yang
hingga psikologi, termasuk sudah dikenal menunjukkan perbedaan awal, ketertarikan orang pada hal-hal
mempersiapkan keterampilan baru lambat laun menjadi frustrasi, bahkan bermusuhan.
komunikasi, yang akan
3. Fase Recovery
digunakan dalam kehidupan
baru di masa depan. Seseorang mulai menyelesaikan krisis yang dialami pada tahap kedua. Ciri dari
resolusi ini adalah mengatur kembali seseorang untuk memulai proses mencari
cara, seperti mempelajari bahasa, simbol yang digunakan, dan budaya
penduduk setempat.
4. Fase Resolution
Tahap terakhir dari proses akulturasi ini merupakan cara terakhir bagi
masyarakat untuk menghilangkan rasa tidak nyaman.
Teori Kultural Shock
CultureShockmemilikidimensiyaitu:

Culture shock dijelaskan sebagai situasi dimana


seseorang tidak mengenali kebiasaan sosial dari Hasil penelitian Bidang et al., (2018)
budaya baru, sehingga individu tersebut tidak menunjukkan bahwa tahapan yang
dapat melakukan perilaku yang sesuai dengan akan dilalui individu dalam proses
aturan di lingkungan baru (Dayakisni & Yuniardi, Culture Shock adalah :
2017). Cultural Shock yang jarang disadari oleh Munculnya stereotip negatif tentang
hewan sosial adalah guncangan budaya bahasa. lingkungan baru.
Dalam Cultural Shock ini, bahasa sangat penting Kemampuan untuk mempelajari
dalam menjalin hubungan dengan orang lain, fakta tentang budaya di lingkungan
seperti perbedaan ucapan, perbedaan baru.
Kemampuan untuk mengintegrasikan
pengucapan, dan intonasi. Perbedaan dan pandangan lingkungan asli dengan
keberadaan bahasa, oleh karena itu, setiap orang lingkungan baru.
dengan perbedaan bahasa yang sangat signifikan
akan menghadapi situasi ini (Mayasari &
Sumadyo, 2018).
3. Cognitive
Sebagai hasil dari kontak budaya, persepsi
Ward et al. (2001) juga menggunakan istilah
individu tentang identitas dan nilai-nilai
“dimensi” untuk melakukan tahapan Culture
nasional telah berubah, dan mereka pasti
Shock, dimana dimensi Culture Shock itu sendiri
kehilangan apa yang mereka yakini benar.
merupakan tingkatan atau tingkatan yang
Model integrasi ABC Ward et al. Hal ini dapat
dialami individu ketika bermigrasi ke negara
membantu individu yang pernah mengalami
baru yang berbeda dengan negara asalnya.
guncangan budaya untuk mengekspresikan
Terbagi menjadi 3, biasa disebut teori ABC,
emosi dan perasaannya secara bebas. Ini
yaitu :
dianggap sebagai penyebab stres yang serius.
1. Affective
Individu juga harus memiliki kemampuan
Bisa berupa perasaan dan emosi positif atau
tertentu untuk memungkinkan mereka
bahkan negatif.Dalam situasi ini, individu akan
berinteraksi dengan orang-orang dari latar
merasa bingung dan kewalahan karena
belakang budaya yang berbeda. Berbeda,
lingkungan yang dimasukinya tidak dapat
pengajaran kompetensi antar budaya
dipahami sejak awal.
melibatkan pemahaman dan selanjutnya
2. Behavior
berurusan dengan sikap, emosi, keyakinan dan
Memahami budaya dan mengembangkan
nilai setiap orang. Dalam hal ini, toleransi dan
keterampilan sosial untuk budaya baru.
keterbukaan terhadap budaya lokal mungkin
lebih mudah daripada penerimaan (Saylag,
2014).
 2.Bagaimana cara
 Pertanyaan Wawancara beradaptasi dengan
Exkpatriate: kebudayaan dan lingkungan
 1. Mengapa memilih negara disana?
belanda sebagai tujuan untuk  Menurut kak Rafif cara
melanjutkan pendidikan S1? beradaptasi ketika berada
H A S I L I NT E RV EW  Kak Rafif menjelaskan karena disana adalah dengan cara
di Belanda, lingkunganya bergaul dengan warga asli
Hasil Wawancara Expatriat nyaman, orang-orang disana sana, sering ngobrol,
semua bisa berbahasa Inggris berkunjung kerumah mereka
jadi tidak ada Bahasa bawaan untuk mengenal lebih dekat.
untuk melakukan Karena orang disana
komunikasi. sebetulnya sangat welcome
dengan orang asing.
3. Apakah ada sterotype-stereotype tertentu di 4. Apakah narasumber mengalami culture shock
Negara tujuan mengenai budaya negara asal dengan budaya baru, dan dalam apa saja narasumber
expatriate? Apa bila ada dan stereotype itu negative, mengalami culture shock?
bagaimana cara menyikapinya?
Tentu saja mengalami culture shock, kak Rafif
Orang Belanda, kalau di lihat dari tampak luarnya menjelaskan budaya orang Eropa itu menggangap
seperti biasa-biasa saja, tapi sebetulnya mereka waktu adalah uang beda dari Indonesia. Orang disana
didalam diri nya ada sedikit rasis. Terkadang, kak Rafif jika menilai sesuatu langsung to the point dan tidak
ketika sedang jalan-jalan tiba-tiba ada sekumpulan banyak omong.mereka kebanyakan hanya
orang Belanda yang mengatakan kata-kata Chinese memperdulikan dirinya sendiri
“ni hao ma”, “Namaste” kepada kak Rafif. Mereka Kemudian, berbeda juga dengan budaya lingkungan
sering melakukan sindiran terhadap orang Asia yang kerja disana. Di Belanda jarak antar atasan dan
tinggal disana. bawahan sangatlah dekat hampir tidak ada jarak.
Cara yang dilakukan kak Rafif biasanya dengan Bahkan, kak Rafif berceita dia pernah ngobrol
membalas perkataan mereka dengan hal-hal yang langsung dengan CEO nya langsung dan ini
lucu dan tidak usah dianggap serius karena biasanya membuktikan kedekatan antara pemilik perusahaan
mereka juga hanya bercanda. Tapi, setelah kita dan karyawan sangat dekat.
mengenal orang sana, mereka sebetulnya baik-baik.
5.Bagaimana reaksi dan 6. Apa penyebab ekspatriat 7. Apa saja tips-tips yang dapat dibagikan
Tindakan orang disana jika tidak betah dan akhirnya narasumber, bila ada orang dari negara
mengetahui ada orang baru di memutuskan untuk balik ke lain yang juga ingin menetap di negara
lingkungan mereka ? negara asalnya? tujuan yang sama dengan narasumber?

Pada lingkungan kerja disana


Orang-orang disana lebih
ketika ada pegawai baru
direct dalam berbicara, Kak Rafif menjelasakan cara-cara
mereka sangat welcome,
terkadang orang yang tidak agar bias cepat beradaptasi, yang
terbuka dan ramah. Kak Rafif
menerima perkataan orang paling utama adalah kemauan
memiliki pengalaman dihari
sana jadi sakit hati dan orangnya untuk bersosialisasi dang
pertama kali dia kerja. Kak
terbawa perasaan. Setelah itu menyesuaikan dengan kebudayaan
Rafif kaget karena langusng
biasanya mereka menjauh disana. Harus banyak bergaul,
diperkenalkan di depan
dari lingkungan pergaulan berbicara dengan santai dan tidak
seluruh karyawannya bahwa
sehingga tidak memiliki usah terlalu kaku.
ini ada pegawai magang
teman.
baru.
Pembahasan dan Analisa teori yang dikaitkan dengan
jawaban dari Interview :

5 Budaya menurut Geert Hosftede :

1. Power Distance
2. Indivualism versus collectivism
Konsep yang merefleksikan derajat sebuah Di negara tujuan ekspatriat yaitu Belanda memiliki
kebudayaan dan hubungan antyar manusia budaya individualism yang tinggi, orang-orang
yang berdasarkanm ”jarak kekuasaan disana cenderung bebas dan individual hanya
“(sejauhmana sebuah kebudayaan memikirkan keluarga dan diri sendiri. Berbeda
mengajarkan anggotanya ‘menguasai’ orang dengan Indonesia yang kolektivisme nya tinggi,
dan sebaliknya. Berdasarkan hasil dimana antar individu memiliki hubungan yang kuat
wawancara, narasumber mengatakan bahwa dan memiliki kepedulian yang baik.
budaya kerja disana menunjukkan
kesataraan, dan semua pihak kekuatannya
relative sama
3. Masculinity versus feminity

Menurut narasumber, di Belanda memiliki kesetaraan


pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Semua pembagian
pekerjaan oleh manajer perusahaan sama rata.

4. Uncertainty avoidance
Tingkat di mana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan keraguan-
keraguan. Strong Uncertainly Avoidance berusaha mempertahankan suatu masyarakat yang begitu
besar kepercayaannya dan kurang toleran terhadap orang atau ide-ide alternative. Berdasarkan
pengalaman bekerja oleh narasumber, masyarakat disana sangat memiliki visi kedapan dan sangat
menghargai atas pekerjaannya, bahkan mereka menggangap waktu adalah uang jadi jika bekerja
disana orang-orangnya sangat tertib dan serius.

5. Short term orientation

Derajat seberapa jauh seuatu masyarakat berorientasi pada jangka panjang. Dalam
perspektif budaya ini, sebuah masyarakat menghargai kerja keras, persistensi, dsb.
Di Belanda berfokus pada tujuan dan hasil jangka pendek. Berbeda dengaan negara-
negara Asia yang focus pada tradisi leluhurnya.
Cara
mengetahui A. Memperbanyak informasi
mengenai negara tujuan
culture shock
menurut
narasumber : B. Harus berfikiran “ OPEN MINDED “

C. Mengikuti komunitas dan kegiatan


lokal
P E N UTU P

Proses wawancara terhadap ekpatriat ini memiliki banyak manfaat, kami jadi lebih tahu bagaimana
proses adaptasi sesorang terhadap kebudayaan di negara tujuan. Proses adaptasi seorang ekspatriat
merupakan proses yang penting karena jika sesorang berhasil melawati proses ini, kedepannya akan
sangat mudah. Kami jadi mengetahui bahwa perbedaan budaya antara Indonesia dan Belanda pun
sangat lah berbeda.
Tentunya kami mengucapkan terimkasih sebesar-besarnya untuk narasumber kami yaitu kak
Muhammad Rafif Rahardian yang sudah rela meluangkan waktunya untuk kami wawancara.
T H A N KY O U A L L

Anda mungkin juga menyukai