1. Power Distance
2. Indivualism versus collectivism
Konsep yang merefleksikan derajat sebuah Di negara tujuan ekspatriat yaitu Belanda memiliki
kebudayaan dan hubungan antyar manusia budaya individualism yang tinggi, orang-orang
yang berdasarkanm ”jarak kekuasaan disana cenderung bebas dan individual hanya
“(sejauhmana sebuah kebudayaan memikirkan keluarga dan diri sendiri. Berbeda
mengajarkan anggotanya ‘menguasai’ orang dengan Indonesia yang kolektivisme nya tinggi,
dan sebaliknya. Berdasarkan hasil dimana antar individu memiliki hubungan yang kuat
wawancara, narasumber mengatakan bahwa dan memiliki kepedulian yang baik.
budaya kerja disana menunjukkan
kesataraan, dan semua pihak kekuatannya
relative sama
3. Masculinity versus feminity
4. Uncertainty avoidance
Tingkat di mana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan keraguan-
keraguan. Strong Uncertainly Avoidance berusaha mempertahankan suatu masyarakat yang begitu
besar kepercayaannya dan kurang toleran terhadap orang atau ide-ide alternative. Berdasarkan
pengalaman bekerja oleh narasumber, masyarakat disana sangat memiliki visi kedapan dan sangat
menghargai atas pekerjaannya, bahkan mereka menggangap waktu adalah uang jadi jika bekerja
disana orang-orangnya sangat tertib dan serius.
Derajat seberapa jauh seuatu masyarakat berorientasi pada jangka panjang. Dalam
perspektif budaya ini, sebuah masyarakat menghargai kerja keras, persistensi, dsb.
Di Belanda berfokus pada tujuan dan hasil jangka pendek. Berbeda dengaan negara-
negara Asia yang focus pada tradisi leluhurnya.
Cara
mengetahui A. Memperbanyak informasi
mengenai negara tujuan
culture shock
menurut
narasumber : B. Harus berfikiran “ OPEN MINDED “
Proses wawancara terhadap ekpatriat ini memiliki banyak manfaat, kami jadi lebih tahu bagaimana
proses adaptasi sesorang terhadap kebudayaan di negara tujuan. Proses adaptasi seorang ekspatriat
merupakan proses yang penting karena jika sesorang berhasil melawati proses ini, kedepannya akan
sangat mudah. Kami jadi mengetahui bahwa perbedaan budaya antara Indonesia dan Belanda pun
sangat lah berbeda.
Tentunya kami mengucapkan terimkasih sebesar-besarnya untuk narasumber kami yaitu kak
Muhammad Rafif Rahardian yang sudah rela meluangkan waktunya untuk kami wawancara.
T H A N KY O U A L L