PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebudayaan merupakan bagian dan menjadi milik masyarakat manapun di dunia ini.
Dan setiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri yang berbeda dari kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat lain. Istilah peradaban (Civilazation) adalah nama yang diberikan
kepada kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah tinggi.
Kebudayaan melahirkan kaidah-kaidah untuk melindungi masyarakat dari kehancuran
yang diakibatkan dari kekuatan tersembunyi di masyarakat. Kaidah ini berupa petunjuk cara
bertingkah laku di dalam pergaulan hidup.
Dewasa ini, kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan
setiap kelompok orang-orang dalam arti luas. Manusia berbeda dengan binatang. karena manusia
tidak dapat hidup begitu saja di tengah-tengah alam, melainkan selalu mengubah alam itu.
Kebudayaan dipandang sebagai suatu yang lebih bersifat dinamis bukan sesuatu yang
statis, bukan lagi kata benda tetapi kata kerja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Bagaimana konsepsi-konsepsi khusus mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan ?
2. Bagaimana proses belajar kebudayaan sendiri ?
3. Bagaimana proses evolusi sosial ?
4. Bagaimana proses difusi ?
6. Apa yang dimaksud dengan inovasi ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Proses Internalisasi
Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan analisis oleh seoran peneliti seolah-
olah dari dekat secara detail (microscopic),atau dapat juga dipandang seolah-olah dari jauh
dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan yang tampak besar saja (macroscopic).
Proses evolusi sosial-budaya yang dianalisis secara detail akan membuka mata peneliti untuk
berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari tiap
masyarakat di dunia. Proses-proses ini disebut dalam ilmu antropologi “proses-proses berulang”
(recurrent processes). Proses-proses evolusi sosial budaya yang dipandang seolah-olah dari jauh
hanya akan menampakkan kepada peneliti perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam jangka
waktu yang panjang. Proses-proses ini disebut dalam ilmu antropologi”proses-proses
menentukan arah” (directional processes).[2]
2. Proses-proses Berulang dalam evolusi sosial Budaya
Perhatianyan terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial
budaya,belum dapat mendapat perhatian dari ilmu antropologi. Perhatian itu sebenarnya
timbul bersama dengan perhatian ilmu antropologi terhadap factor individu dalam
masyarakat,yaitu sejak masa sekitar 1920. Sebelum tahun 1920, sebagian besar dari para
sarjana antropologi hanya memperhatikan adat istiadat yang lazim berlaku dalam suatu
masyarakat yang menjadi objek penelitiannya. Sikap, perasaan, dan tingkah laku khusus
para individu dalam masyarakat tadi yang mungkin bertentangan dengan adat istiadat
yang lazin, diabaikan saja atau tidak mendapat perhatian layak. Dengan demikian kalau
seorang ahli antropologi misalnya harus menulis tentang adat istiadat perkawinan orang
Bali, ia hanya akan mengumpulkan keterangan tentang hal yang lazim dilakukan dalam
perkawinan-perkawinan orang Bali itu. Upacara, aktivitas, dan tindakan yang
menyimpang dari adat Bali pada umumnya terjadi karena berbagai situasi atau keadaan
khusus, biasanya diabaikan atau kurang diperhatikan. Tindakan individu warga
masyarakatyang menyimpang dari adat istiadat umum seperti terurai sebelumnya, pada
suatu ketika dapat banyak terjadi dan dapat sering berulang (recurrent) dalam kehidupan
sehari-hari di setiap masyarakat di seluruh dunia.
Sudah tentu masyarakat pada umumnya tidak membiarkan saja
penyimpangan-penyimpangan dari para warganya itu, dan itulah sebabnya dalam tiap
masyarakat ada alat-alat pengendalian masyarakat yang bertugas untuk mengurangi
penyimpangan tadi. Masalah antara keperluan keperluan individu dan masyarakat selalu
akan ada dalam tiap masyarakat, dan walaupun ada kemungkinan bahwa ada suatu
masyarakat yang tenang untuk suatu jangka waktu tertentu,tetapi pada suatu saat, tentu
ada juga berbagai individu yang membangkang, dan ketegangan-ketegangan masyarakat
akan menjadi recurrent lagi. Akhirnya, kalau penyimpangan-penyimpangan tadi pada
suatu ketika menjadi demikian recurrent sehingga masyarakat tidak dapat
mempertahankan adatnya lagi, maka masyarakat terpaksa member konsekuensinya, dan
adat serta aturan diubah sesuai dengan desakan keperluan-keperluan baru dari individu-
individu dalam masyarakat.
Faktor ketegangan antara adat istiadat dari suatu masyarakat dengan
keperluan para inidividu di dalamnya itu menyebabkan perlu adanya dua konsep yang
perlu dibedakan dengan tajam oleh para peneliti masyarakat, terutama para ahli
antropologi dan sosiologi. Konsep antara dua wujud dari tiap kebudayaan, yaitu: (i)
kebudayaan sebagai suatu kompleks dari konsep norma-norma, pandangan-pandangan
dan sebagainya, yang abstrak (yaitu system budaya) dan (ii) kebudayaan sebagai suatu
rangkaian dari tindakan yang konkret dimana individu saling berinteraksi (yaitu system
sosial). Kedua system tersebut sering ada dalam keadaan konflik satu dengan yang lain,
dan suatu pengertian mengenai konflik antara kedua system yang ada dalam tiap
masyarakat itu menjadi pangkal untuk mencapai penertian mengenai dinamika mayarakat
pada umumnya.
3. Proses Mengarah dalam Evolusi Kebudayaan
Kalau evolusi masyarakat dan kebudayaan kita pandang seolah-olah dari
suatu jarak yang jauh, dengan mengambil interval waktu yang panjang (misalnya
beberapa ribu tahun), maka akan tampak perubahan-perubahan besar yang seolah-olah
bersifat menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan
kebudayaan yang bersangkutan.
Perubahan-perubahan besar ini dalam abad ke-19 yang lalu telah menjadi
perhatian utama para sarjana ilmu antropologi budaya dalam arti umum. Pada masa
sekarang, gejala ini menjadi perhatian khusus dalam suatu subilmu dalam
antropologo,yaitu ilmu prehistori.[3] Ilmu ini mempelajari sejarah perkembangan
kebudayaan manusia dalam jangka waktu yang panjang dan juga oleh para ilmu sejarah
perkembagan seluruh umat manusia dan juga harus bekerja dengan waktu yang panjang.
D. Proses Difusi
1. Penyebaran Manusia
F. Inovasi
BAB III
PENUTUP
1. Dinamika sosial adalah semua konsep yang diperlukan apabila ingin menganalisis proses-proses
pergeseran masyarakat dan kebudayaan.
2. Proses belajar Kebudayaan Sendiri terbagi tiga yaitu: Proses internalisasi, proses sosialisasidan
proses enkulturasi.
3. Proses Evolusi Sosial terbagi tiga yaitu: Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi
Sosial, Proses-proses Berulang dalam evolusi sosial Budaya dan Proses Mengarah dalam Evolusi
Kebudayaan.
3. Proses Difusi Tebagi dua yaitu: Penyebaran Manusia dan Penyebaran Unsur-unsur Kebudayaan.
4. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkandengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan
sedemikian rupa,sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu
sendiri.Adapunyang dimaksud asimilasi yaitu Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila
ada: (a) golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, (b)
saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga (c) kebudayaan-
kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas , dan juga
unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
5. Inovasi adalah suatu proses paembaruan dan penggunaan sumber daya alam, energi, dan
modal,pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan
menyebabkan adanya sistem produksi yang menghasilkan produk-produk baru.
DAFTAR PUSTAKA