Anda di halaman 1dari 25

MODUL : FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

TRIGGER 3

Kelompok Tutorial XII

Fasilitator : dr.Az Rifki


Anggota :
Maharani Ekki Savitri (12-111)
Fisca Syofi Arrasyi (12-112)
Hilda Yatullah (12-113)
Jennica Astari (12-114)
Ridho Rahmatiqoh (12-115)
Feby Ernis (12-116)
M. Arif Munandar (12-117)
Yolance Pratiwi (12-118)
Harry Sudjana (12-119)
Bainatul Mauwah (12-120)

STEP I : Clarify Unfamiliar Terms


Aborsi: berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan
20 minngu yang mengakibatkan kematian janin
HIV/AIDS: suatu penyakit disebabkan oleh virus yang
merusak sistem kekebalan tubuh
ODHA: orang dengan HIV/AIDS
Rekayasa genetika: suatu proses manipulasi gen yang
bertujuan untuk mendapatkan organisme yang unggul

STEP II : Define The Problems


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa penyebab meninggalnya?


Kapan waktu kematian?
Apakah bayi lahir hidup atau meninggal?
Berapa usia bayi saat meninggal?
Apakah jenis usaha reproduksi?
Kebijakan dari ODHA dan aspek hukumnya?

STEP III :Brainstrom Possible Hypothesis or


Explanation
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mulut bayi dibekapoleh ibunya : asfiksia


Pasca partus
Lahir hidup
Kurang dari 24jam
Bayi tabung, insiminasi kloning
Skip to LO

STEP IV : Arrange Explanation into a


Tentative Solution
PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI

Tugas dokter
Dasar hukum

Ruang lingkup

Penyebab
kematian ibu
Tanda
kekerasan

STEP V :Defina Learning Objective

Mahasiswa mampu mengetahui,memahami, dan menjelaskan


tentang :
1. dasar hukum, ruang lingkup PAS
2. Ciri bayi sudah pernah bernafas
3. Dasar hukum dan temuan otopsi pada kasus abortus
4. Beberapa penyebab kematian ibu pada kasus aborsi
5. Kekerasan terhadap anak

STEP VI : Gather Information and


Private Study

STEP VII: Share the Result of Information Gathering


and Private Study
1. Dasar Hukum PAS
Dalam KUHP:
Pasal 341: pembunuhan anak sendiri tanpa rencana (maks 7
tahun penjara)
Pasal 342: pembunuhan anak sendiri dengan rencana (maks
9tahun penjara)
Pasal 343: orang lain yang melakukannya/ turut melakukan
(pembunuhan biasa)
Pasal 305: membuang (menelantarkan) anak dibawah usia
7 tahun (maks 5tahun 6bulan)
Pasal 306: bila berakibat luka berat atau mati (maks 7tahun
6bulan/ 9 tahun)

Pasal 307: bila pelaku pada pasal 305 KUHP adalah


ayah/ ibu (ditambah sepertiganya)
Pasal 308: ibu membuang anaknya yang baru lahir
(seperdua dari pasal 305 dan 306)
Pasal 181: menyembunyikan kelahiran/ kematian (9bulan)

Ruang lingkup pembunuhan anak sendiri


Ibu: hanya ibu kandung yang dapat melakukan pembunuhan
anak sendiri selebihnya termasuk pembunuhan biasa
Waktu: tidak lama setelah lahir maksudnya adalah ibu belum
memberikan rasa kasih sayang kepada anaknya, sehingga
tidak dilakukan perawatan terhadap anaknya sebelum
dibunuh.
Psikis: ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa
cemas dan khawatir akan ketahuan bahwa ia melahirkan anak

2. Ciri bayi sudah pernah bernafas


. Dada sudah penah mengembang
. Makroskopik paru: paru berwarna merah muda tidak
merata,dengan pleura tegang, konsistensi seperti spons.
Jika paru diiris dalam air: keluar gelembung-gelembung
gas. Berat paru: 1/35 BB bayi
. Mikroskopik paru: alveolus paru mengembang sempurna,
terlihat gambaran marmer
. Adanya udara dalam saluran pencernaan pada pemeriksaan
foto rontgen

3. Dasar hukum aborsi


. Pasal 299 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita
atau menyuruh supaya mengobati, dengan diberitahukan
atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu
hasilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling
banyak empat puluh lima ribu rupiah.
2) Kalau yang bersalah, berbuat karena mencari keuntungan,
atau melakukan kejahatan itu sebagai mata pencaharian
atau kebiasaan atau dia seorang dokter, bidan atau juru
obat, pidana ditambah sepertiganya.

3) Kalau yang bersalah melakukan pekerjaan itu dalam


pekerjaannya, maka dapat dicabut haknya melakukan
pekerjaan itu.
) Pasal 346 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau
matinya kandungan seorang wanita, tidak dengan seijin
wanita itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu berakibat matinya wanita itu, ia dipidana
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348 KUHP


1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau
matinya kandungan seorang wanita dengan izin wanita itu,
dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
2) Jika perbuatan itu berakibat matinya wanita itu, dipidana
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
) Pasal 349 KUHP
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
kejahatan tersebut dalam pasal 346 atau bersalah
melakukan atau membantu salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 346 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah sepertiganya
dan dapat divabut haknya melakukan pekerjaannya yang
dipergunakan untuk menjalankan kejahatan itu.

Temuan otopsi pada kasus abortus


Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada
cara melakukan abortus serta intervalwaktu antara tindakan
abortus dan kematian. Abortus yang dilakukan oleh ahli yang
terampil mungkintidak meninggalkan bekas dan bila telah
berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang
timbulatau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tandatanda abortus kriminal.
Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan
dalam (autopsi).Pemeriksaan ditujukan pada:
1) Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak.
Untuk itu diperiksa
a. payudara secara makros maupun mikroskopik
b. ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara
mikroskopik
c. uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara
mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua

2) Mencari tanda-tanda cara abortus provocatus yang dilakukan.


a. Mencari tanda-tanda kekerasan local seperti memar, luka,
perdarahan pada jalan lahir.
b. Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak
steril.
c. Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum
uteri.
3) Menentukan sebab kematian. Apakah karena perdarahan,
infeksi, syok, emboli udara, embolicairan atau emboli lemak.
4) Pemeriksaan toksikologik (ambil darah dari jantung) bila
terdapat cairan dalam rongga perut ataukecurigaan lain.
5) Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya sel trofoblast,
kerusakan jaringan, dan sel radang.
6) Pada autopsi dilihat adakah pembesaran, krepitasi, luka atau
perforasi pada uterus. Periksa genitaliaeksterna apakah pucat,
kongesti atau memar.

7) Tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung. Ambil
darah dari jantung (segera setelah tesemboli) untuk
pemeriksaan toksikologi. Uterus diiris mendatar dengan jarak
antar irisan 1 cm untukdeteksi perdarahan dari bawah.
8) Sampel urin diambil untuk tes kehamilan dan toksikologik.
Pemeriksaan organ lain seperti biasa
Pemeriksaan Pada Janin
) Tentukan usia bayi (janin).Usia bayi dapat ditentukan dari:
a. Panjang bayi
Dari rumus empiris de Haas umur bayi dapat ditaksir dari
panjang badan (PB) bayi, ukuran daripuncak kepala sampai ke
kaki. Untuk bayi dibawah 25 minggu : Umur (minggu) = akar
kuadratdari PB. Untuk bayi diatas 25 minggu: Umur (minggu)
= PB/5. Oleh karena batas umur antarakorban abortus dan
pembunuhan anak adalah 28 minggu (7 bulan), maka perbedaan
tersebutadalah pada panjang bayi 35 cm (7x5) cm

b.
.
.
.
.
.
c.

Lingkaran kepala
Bayi 5 bulan : 38,5 41cm
Bayi 6 bulan : 39 42cm
Bayi 7 bulan : 40 42cm
Bayi 8 bulan : 40 43cm
Bayi 9 bulan : 41 44cmc.
Pusat penulangan
Ada 2 tempat yang lazim diperiksa yaitu pada
telapak kakidan lutut. Pada telapak kakipemeriksaan
ditujukan kepada tulang halus, calcaneus dan cuboid.
Ketiga tulang
ini dapatdiperiksa melalui
sayatan
(pemotongan) dari sela jari ke 3-4 ke arah tumit.

Adanya pusat penulangan di tulang talus menunjukkan


bayi telah berumur 7 bulan, tulang calcaneus 8 bulan
dan tulang cuboid 9 bulan. Di lutut ditujukan untuk
memeriksa pusat penulangan di proksimal tulang tibia
dan distal femur. Untuk mencapai kedua tulang, tulang
patella harus disingkirkan.Setelah tampak tulang
femur, maka tulang dipotong melintang selapis demi
selapis seperti pengiris bawang. Demikian juga pada
tulang tibia. Adanya pusat penulangan pada kedua
tulang menunjukkan bayi telah berumur 9 bulan dalam
kandungan (cukup umur).

4. Penyebab kematian ibu pada kasus abortus


a. Perdarahan
. akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain lain.
. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul
lama setelah tindakan.
b. Syok (renjatan)
. akibat refleks vasovagal atau neurogenk Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak.
. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan
dilakukan tanpa membawa hasil.
c. Emboli udara
. pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal
ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan
juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan di saat
yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka.

d. Inhibisi vagus
. Hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang
dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stres,
gelisah dan panic.
. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan
secara mendadak dengan cairanyang terlalu panas atau terlalu
dingin
e. Keracunan obat/zat abortivum, termasuk karena anestesia.
. Antiseptik lokal seperti KMnO4 pekat, AgNO3, KMorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera
yang hebat atau kematian.
. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.
. Pemeriksaan lab darah dengan adanya Met-Hb, pemeriksaan
histologik
dan
toksikologik
sangatdiperlukan
untuk
menegakkan diagnosis
f. Infeksi dan sepsis

5. Kekerasan pada anak


. Kekerasan fisik
. Kekerasa secara verbal
. Kekerasan secara mental
. Kekerasan seksual

KESIMPULAN
Kasus abortus dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
baik di negara yang sudah maju maupun negara yang sedang
berkembang. Abortus adalah keluarnya janin sebelum
mencapai viabilitas dimana masa gestasi belum mencapai usia
22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram. Secara hukum
abortus berarti tindakan menghentikan kehamilan atau
mematikan janin sebelum waktu kelahiran tanpa melihat usia
kandungannya. Abortus dapat terjadi secara alami
(spontaneus), dapat pula terjadi karena dibuat atau disengaja
(abortus provokatus). Kasus abortus di indonesia jarang
diajukan ke pengadilan, karena pihak si ibu yang merupakan
korban juga sebagai pelaku sehingga sukar diharapkan adanya
laporan abortus. Umumnya kasus abortus diajukan ke
pengadilan hanya bila terjadi komplikasi atau bila ada
pengaduan dari si ibu atau suaminya.

DAFTAR PUSTAKA
Kedokteran Forensik FK UI. Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FK UI,1997. 159-164.
Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran, Bagian
Kedokteran Forensik FKUI ;1994; hal. 1-25.
Amir, Amri. Abortus. Dalam : Amri Amir. Ilmu Kedokteran
Forensik Edisi II. Medan : Ramadhan,2005. 159-168.4.
Azhari. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi
Perempuan. Palembang: Bagian Obstetri danGinekologi FK
UNSRI. 1-19

Anda mungkin juga menyukai