Anda di halaman 1dari 10

Peran Limf0sit T Dan Limf0sit B

Dalam T0leransi Imun Serta


Pat0genesis Anemia Pernisi0sa
Yang Disebabkan 0leh Aut0imun

OLEH:
NURLENA IKAWATI
V100160011

A
U
L
U
H
A
D
PEN
N imun merupakan sistem imun yang tidak
Toleransi

atau kurang dapat mengekspresikan imunitas


humoral atau seluler terhadap satu atau lebih
antigen spesifik..

Tubuh mempunyai mekanisme kuat untuk mencegah terjadinya


autoimunitas. Sel T terutama sel CD4^+, memilki peran sentral dalam
mengontrol hampir semua respon imun. Oleh karena itu toleransi sel T
merupakan hal yang jauh lebih penting dibandingkan toleransi sel B.
hampir semua sel B yang self reaktif tidak akan dapat memproduksi
autoantibodi
kecuali
bila menerima
bantuan
yang
benarmalabsorpsi
dari sel T
anemia
pernisiosa
merupakan
penyakit
autoimun
karena
vitamin B12. Antibodi-antibodi yang diproduksi melakukan perlawanan
terhadap sel parietal (sel induk) sehingga sel-sel tersebut menjadi
atrofi (membesar), kehilangan kemampuan menghasilkan faktor
intrinsik, dan menghasilkan asam hidroklorat.
bagaimana peran limfosit T dan
limfosit B dalam toleransi imun

patogenesis anemia pernisiosa


yang disebabkan oleh autoimun

Toleransi imun
Toleransi
imun
merupakan
kegagalan
pembentukan antibodi atau mengembangkan
respon imun seluler setelah terpapar dengan
imunogen atau antigen terjadi hanya terhadap
antigen tertentu saja dan tidak disertai
gangguan terhadap respon antigen yang lain.
Percobaan yang dilakukan oleh Chiller dan
Weigle tahun 1973 memberikan kesimpulan
bahwa limfosit T dan limfosit B dapat diinduksi
menjadi
toleran, induksi
toleransi
pada
limfosit B dan limfosit T berbeda dalam dosis
dan waktu sampai menjadi toleran, waktu
terjadinya toleransi limfosit B lebih singkat
dibadingkan dengan limfosit T, serta status
imun seekor hewan khususnya untuk antigen
tergantung timus yang ditentukan oleh
kelompok lomfosit T

t
t
i
s
o
f
m
i
L
b
an toleransi
ddalam
Peran limfosit T
imun adalah saat

penyajian antigen gagal pada reseptor limfosit T


tidak tuntas atau kurang efektif. Umumnya
dikenal 2 jenis toleransi yaitu toleransi sentral
dan toleransi perifer. Pada toleransi sentral tidak
akan dibentuk sel-sel efektor yang terjadi di
organ limfoid primer seperti sumsum tulang dan
timus sedangkan toleransi perifer terjadi di organ
perifer

Peran limfosit T dalam toleransi imun adalah


sebagai status anergi jika sinyal-sinyalnya telah
lengkap
atau
sebagai
status
anergi
jika
mendapatkan sinyal negatif yang diinduksi oleh
aliran ion Ca++ kedalam sel. Seperti pada limfosit
T, pada limfosit B juga terdapat 2 jenis toleransi
yaitu toleransi sentral dan toleransi perifer

LIMFOSIT T
TOLERANSI
SENTRAL

Prekursor limfosit T yang berasal dari sumsum tulang, bermigrasi


melalui darah ke korteks kelenjar timus. Sel T tersebut merupakan
sel T prekursor yang memiliki gen TCR yang tidak disusun dan tidak
mengekspresikan CD4 atau CD8. Toleransi sentral adalah induksi
toleransi saat limfosit berada dalam perkembangannya ditimus.
Proses seleksi terjadi untuk menyingkirkan timosit yang selfreaktif. Melalui proses yang disebut seleksi positif, sel hidup
melalui ikatan dengan kompleks MHC. Sel T dengan TCR yang gagal
berikatan dengan self-MHC dalam timus akan mati melalui
apoptosis.NSI
Ikatan sel T dengan reseptornya dengan afinitas rendah
TOLERA
akanPE
tetap
RIFER hidup dan berpotensi untuk mengikat komplek peptideMHC
dan kemudian
memberikanmekanisme
awal responyang
imundiperlukan
protektif. Namun
Toleransi
perifer merupakan
untuk
sel
T yang mengikat
kompleks
peptide-MHC
afinitas
tinggi
mempertahankan
toleransi
terhadap
antigen dengan
yang tidak
ditemukan
dalam
akan memiliki
potensi
untuk
dalam timus,
organ limfoid
primer atau
terjadi
bilamengenal
ada klon self-antigen
sel dengan
yang
menimbulkan
autoimunitas.
reseptor
afinitas rendah
yang lolos dari seleksi primer. Jadi tubuh
masih memiliki sistem kontrol kedua terhadap sel yang potensial
autoreaktif yang dikenal sebagai toleransi perifer. Ada mekanisme
yang dapat mencegah toleransi perifer seperti ignorance, anergi
dan kostimulasi dan mekanisme regulasi oleh sel Treg

LIMFOSIT
B
TOLERANSI
SENTRAL

Sel B imatur yang merupakan sel terdini dalam perkembangan sel,


mengekspresikan BCR. Seleksi terhadap sel B autoreaktif mulai
terjadi pada stadium ini dan terjadi dalam sumsum tulang. BCR
berfungsi mengikat molekul ekstraseluler dan mengawali sinyal
sitoplasmik yang antigen spesifik. Bila BCR tidak berikatan dengan
antigen spesifik, sinyal BCR tetap ada pada ambang basal dan sel
memasuki fase transisi untuk dilepas ke sirkulasi perifer. Sel B
imatur yang terpajan dengan antigen ekstraseluler akan
meningkatkan sinyal melalui BCR untuk berhenti berkembang.
Prinsip seleksi
dan eliminasi sel yang self-reaktif (seleksi negatif)
TOLERANSI
padaPE
toleransi
sel T berlaku juga untuk sel B. Sel B yang self-reaktif
RIFER
dihancurkan
dalam
B terjadi
Seperti dengan
selsumsum
T, sel Btulang.
terus Toleransi
berfungsi sentral
dalam sel
pengawasan
bila
seluntuk
B imatur
terpajan dengan
self-antigen
yang
perifer
mempertahankan
toleransi.
Meskipun
sel Bmultivalent
terbanyak
dalam
sumsum tulang.
Hal tersebut
menimbulkan
yang meninggalkan
sumsum
tulang adalah
toleran apoptosis
terhadap atau
selfspesifitas
baru yang
disebutsel
receptor
editing
antigen. Namun,
beberapa
terlepas
dari proses seleksi negative.
Untuk mencegah autoimunitas, ada proses pencegahan toleransi
kedua diperifer. Setelah meninggalkan sumsum tulang, sel B yang
relative imatur, bermigrasi ke zona sel T luar dalam limpa. Sel B
dengan seleksi negative menempati limpa, diproses untuk induksi

Patogenesis anemia pernisiosa yang disebabkan oleh autoimun

Terdapat 3 hipotesis yang menjelaskan mengenai


mekanisme autoimunitas adalah teori klon terlarang
(forbidden clone theory), teori antigen terasing
(squestred antigen theory) dan teori defisiensi imun
(immunologic
deficiency
theory).
Anemia pernisiosa
adalah penyakit
kekurangan darah dengan
ciri-ciri radang selaput lendir lambung yang dapat
mengakibatkan atrofi selaput lendirnya sehingga tidak mampu
menghasilkan asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik (FI)
yang merupakan suatu peptid dalam getah lambung. FI ini
yang berperan dalam penyakit anemia pernisiosa, untuk
absorbsi vitamin B12 yang diperlukan dalam bentuk kompleks
molekul dengan FI yang dihasilkan oleh sel parietal.
Sedangkan autoantibodi anti-FI secara spesifik terdapat dua
epitop yang berperan sehingga dibedakan menjadi dua tipe
yaitu Tipe I dan Tipe II. Pembentukan kompleks FI dan vitamin
B12 akan terhambat jika Tipe I ini mengikat FI sehingga akan

penutup
Peran limfosit T dalam toleransi imun adalah saat penyajian
antigen gagal pada reseptor limfosit T tidak tuntas atau kurang
efektif.
Peran limfosit T dalam toleransi imun adalah sebagai status
anergi jika sinyal-sinyalnya telah lengkap atau sebagai status
anergi jika mendapatkan sinyal negatif yang diinduksi oleh
aliran ion Ca++ kedalam sel.
Anemia pernisiosa adalah penyakit autoimun terjadi kekurangan
darah dengan ciri-ciri radang selaput lendir lambung yang dapat
mengakibatkan atrofi selaput lendirnya sehingga tidak mampu
menghasilkan asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik (FI)
yang merupakan suatu peptid dalam getah lambung.

Daftar Pustaka

Anonim.
2001.
Human
Vitamin
and
Mineral
Requirements. Report of Joint FAO/WHO Expert
Consultation.
Bangkok:
Food
and
Agriculture
Organization of United Nations.2008. Blood Disease:
Megaloblastic (Pernisiosa)
Baratawidjaja, K.G dan Iris Rengganis. 2009. Imunologi
Dasar ed. 8. Balai penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
Pouye, Abdoulaye dkk. 2014. Pernicious Anemia
Associated Autoimmune Diseases in a Sub Saharian
African Internal Medicine Service. Journal of Internal
Medicine. 4, 59-63. Medical Clinic 1 University Teaching
Hospital Aristide le Dantec/Cheikh Anta Diop University
of Dakar, Dakar, Senegal
Subowo. 2009. Imunobiologi edisi 2. CV Sagung Seto.
Jakarta
Subowo. 2010. Imunologi Klinik. CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai