Karakteristik Anak
Berkebutuhan Khusus
(ABK)
1. Tunanetra
Anak yang mengalami gangguan
daya penglihatannya, berupa
kebutaan menyeluruh atau
sebagian, dan walaupun telah
diberi pertolongan dengan alatalat khusus, mereka masih tetap
memerlukan pelayanan pendidikan
khusus
Berdasarkan terjadinya
ketunanetraan
Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni
mereka yang sama sekali tidak memiliki
pengalaman penglihatan.
Tunanetra setelah lahir atau pada usia
kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan
serta pengalaman visual tetapi belum kuat
dan mudah terlupakan
Berdasarkan pemeriksaan
klinis
Tunanetra yang memiliki ketajaman
penglihatan kurang dari 20/200 dan
atau memiliki bidang penglihatan
kurang dari 20 derajat
Tunanetra yang masih memiliki
ketajaman penglihatan antara 20/70
sampai dengan 20/200 yang dapat
lebih baik melalui perbaikan
Berbagai
pendapat
para
ahli
menunjukkan bahwa ketunanetraan
dapat
mempengaruhi
prestasi
akademik para penyandangnya.
Akan tetapi mereka sependapat
bahwa pengaruhnya tidak sebesar yang
terjadi pada anak tunarungu karena
pendengaran
memegang
peranan
peranan penting dalam kegiatan belajar
di sekolah dibandingkan pengelihatan.
Modifikasi pembelajaran
Modifikasi waktu pembelajaran
Modifikasi sarana/ media
Modifikasi pengelolaan kelas
Peraga pembelajaran
Upayakan setiap anak mendapat kesempatan
untuk mengamati (meraba) media yang tersedia.
Objek tiga dimensi harus disajikan dalam bentuk
benda asli atau model.
Peraga hendaknya jangan terlalu besar atau
terlalu kecil, yang ideal adalah sejauh kedua
tangan dapat mendeteksi objek secara
keseluruhan. Penyajian tabel/ diagram perlu
penjelasan cara membaca dan maksud tabel/
diagram tersebut. Ada jaminan bahwa peraga itu
tidak berbahaya, tidak mudah rusak.